Anda di halaman 1dari 1

Gen delta polimerase diurutkan seperti yang dijelaskan sebelumnya (Yamane et.al, 2013).

Rangkaian parsial gen cox 1 diperoleh dari keempat cacing pita. Urutan identik satu sama lain
dan pemeriksaan BLAST diketahui bahwa isolasi T, asiatika sama banyak sebelumnya
diajukan untuk pemeriksaaan, termasuk isolasi di pulau samosir. Oleh karena intu,
berdasarkan analisis gen mt, spesimen ini dianggap T. asiatika. Rangkaian gen yang diperoleh
dari hasil PCR dari kedua cacing. Hasil menunjukan bahwa pold B alel sama seperti yang
ditemukan pada keturuna hibrida yang diturunkan dan berbeda dari alel yang dilaporkan dari
T. asiatika yang murni. Hasil ini menunjukkan bahwa dua cacing pita ini adalah keturunan
hibrida yang diturunkan dari T, asiatika dan T. saginata. Dimana konsisten dengan spesimen
yang teridentifikasi di pulau Samosir..

Berdasarkan kuesioner, semua konfirmasi penderita cacing pita (n=169) adalah orang
kristen (100%) dan sebagian besar penderiatanya adalah laki-laki (149,/169, 88,2%), dan
petani kelapa (141/169, 83,4%). Kebanyakan penderita memiliki sejarah proglottids dalam 6
bulan terakhir (161/169,95,3%). Penderita termuda adalah seorang anak 12 tahun, dan yang
tertua adalah seorang pria 70 tahun. Semua penderita (100%) melaporkan memakan daging
babi mentah atau tidak dimasak sebagai bagian dari hidangan tradisional. Dalam budaya
Batak, tradisi untuk memakan daging babi setengah matang yang akan disajikan kepada
pemimpin keluarga (laki-laki) sebagai suatu kehormatan disetiap pernikahan atau pesta
budaya. Jugam hampir semua pelanggan pengunjung restoran di mana daging babi setengah
matang disajikan untuk laki-laki. Tak satu pun penderita cacing pita di laporkan memakan
daging sapi matang. Oleh karena itu, diduga bahwa sum ber infeksi, di daerah penelitian
adalah daging babi.

Meskipun hanya sebuah studi pendahuluan, data yang disajikan di dini menunjukkan
bahwa ada daerah endemis taeneasis di Sumatera Utara yang sebelumnya belum pernah
teridentifikasi. Area yang dipilih untuk studi sebelumnya dan intervensi, terutama pulau
Samosir dan beberapa sisi danau Toba, yang mudah diakses dan diaman status sosial-
ekonomi lebih tinggi dan tampak bahwa komunitas miskin di daerah pertanian sawit
mungkintelah diabaikan ketika program dirancang. Penelitian sekarang diperkukan untuk
memperjelas spesimen penyebab taeniasis dan menjadi lebih memahami epidemiologi parasit
di wilayah ini sehingga program pengendalian yang yepat dapat dilakukan.

Sebagai prevalensi taeneasis di 7 desa di Silau kecamatan Kahaean diasumsikan


tinggi berdsarkan data yang disajikan, pemberian obat masal dapat direkomendasikan untuk
studi lebih lanjut. Namun, sangat sulit di Indonesia mendapatkan PZQ atau niklosamida, dan
hambatan ini harus diatasi dengan melakukan intervensi lebih lanjut.

Kesimpulannya, kami memiliki dokumentasi dari taeniasis yang sebelumnya tidak


dikenali di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan memmangil pengawas terkait untukl
melakukan strategi pengendalian sebagia hal mendesak.

Anda mungkin juga menyukai