4, Desember 2017
ABSTRAK
Setelah pemberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional, puskesmas dianggap semakin berat menjalankan
fungsi kuratif daripada preventif. Implementasi fungsi puskesmas sudah seharusnya dapat dikendalikan melalui
sebuah instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) yang mampu mengakomodasi fungsi puskesmas secara
seimbang. Penelitian ini menganalisis kemampuan instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas dalam mengakomo-
dasi implementasi fungsi puskesmas. Implementasi fungsi puskesmas dianalisis melalui studi dokumen kebijakan
yang mengatur fungsi puskesmas. Nominal Group Technique (NGT) dengan kepala puskesmas di Kota Surabaya
dilakukan untuk menyimpulkan akomodasi setiap fungsi puskesmas pada setiap komponen penilaian yang digu-
nakan dalam instrumen PKP. Ada tiga aspek yang dinilai dalam PKP, yakni aspek pelayanan kesehatan (wajib
dan pengembangan), pelaksanaan manajemen puskesmas, dan mutu pelayanan kesehatan. PKP untuk program
wajib dan pengembangan puskesmas lebih menilai fungsi puskesmas sebagai pelayanan kesehatan masyarakat.
Komponen penilaian untuk mutu pelayanan kesehatan dan kegiatan manajemen puskesmas justru lebih banyak
menilai mutu fungsi pelayanan kesehatan perorangan. Fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan merupakan fungsi yang paling jarang dinilai sebagai kinerja puskesmas. Penelitian ini
menunjukkan bahwa instrumen PKP yang selama ini digunakan belum mampu mengakomodasi implementasi
fungsi puskesmas secara seimbang.
Kata kunci : Fungsi puskesmas, penilaian kinerja puskesmas, implementasi
ABSTRACT
After National Health Insurance launched, Public Health Center is criticized too abandoned by curative
function rather than its preventive functions. The functions of Public Health Center should be controlled to be
implemented equally through a proper Performance Assessment of Public Health Centres (PKP) instrument.
This study aims to analyze the ability of PKP instruments accommodating the implementation of PHC functions.
Implementation of the PHC functions analyzed through policy analysis regulating PHC functions. Nominal Group
Technique (NGT) is conducted to draw conclusions of the accommodation of each function in PKP. There are
three aspects assessed in the PKP instrument i.e. Compulsory and development health programs, management,
and service quality. The study showed that the PKP instruments mostly focused on assessing the PHC functions
as a public health service. Components for health care quality assessment and management activities in PKP
instrument tend to assess more on the quality of personal health services function. Public Health Center function
as motor in health oriented development is the least function that assessed in PKP. This study shows that the PKP
instruments have not been able to accommodate the implementation of PHC function in a balanced manner.
Keywords : Functions of PHC, PHC Performance Assessment, implementation
337
Nuzulul Kusuma Putri : Kemampuan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas dalam Mengakomodasi Implementasi Fungsi Puskesmas
338
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017
litatif melalui NGT dengan 9 orang kepala pus- mutu pelayanan puskesmas. Konsekuensinya ada-
kesmas di Kota Surabaya sebagai peserta NGT. lah semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskes-
Hasil NGT digunakan untuk menentukan fungsi mas harus diarahkan untuk pencapaian ukuran ki-
puskesmas yang paling dominan dalam setiap je- nerja tersebut. Kegiatan lain yang dilakukan oleh
nis kegiatan yang dinilai dalam instrumen PKP. puskesmas selain ketiga jenis kegiatan tersebut
Setiap peserta NGT diminta untuk menilai fung- tidak dianggap sebagai kinerja puskesmas.
si yang terukur dalam setiap jenis kegiatan yang Pada komponen pencapaian pelayanan
ada dalam instrumen PKP. Fungsi puskesmas yang kesehatan yang dinilai adalah program wajib dan
dominan didasarkan pada frekuensi jawaban ter- pengembangan yang dilakukan oleh puskesmas.
banyak yang diberikan oleh peserta NGT. Untuk program wajib puskesmas setidaknya ada
30 jenis kegiatan puskesmas yang dipakai sebagai
HASIL indikator penilaian. Semua jenis kegiatan ini me-
Fungsi puskesmas selama lebih dari 10 ta- rupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pus-
hun diatur melalui Keputusan Menteri Keseha- kesmas. Sedangkan pada program pengembangan
tan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/ atau inovatif puskesmas ada 13 jenis kegiatan yang
II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan dapat dilakukan oleh puskesmas. Khusus untuk
Masyarakat. Peraturan ini baru dicabut dan diper- program pengembangan ini, setiap Dinas Keseha-
barui pada tahun 2014 melalui Peraturan Menteri tan Kota/Kabupaten dapat menyesuaikan dengan
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat program pengembangan yang dilakukan di Kota/
Kesehatan Masyarakat. Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupatennya. Selain menilai kinerja pencapaian
merupakan peraturan terbaru tentang puskesmas pelayanan, instrumen PKP juga menilai mengenai
yang diterbitkan. mutu pelayanan puskesmas. Namun, terlihat keti-
Dengan berlakukanya Permenkes Nomor daksesuaian pada kedua ruang lingkup penilaian
75 tahun 2014, fungsi puskesmas tidak berubah, tersebut. Pelayanan yang dilakukan puskesmas
tetapi bertambah. Puskesmas tidak hanya menja- baik wajib maupun pengembangan hanya dinilai
di penyedia pelayanan kesehatan masyarakat dan mutu pelayanannya melalui 11 indikator mutu
individu, tetapi puskesmas juga berfungsi sebagai saja, sedangkan jenis kegiatan yang dinilai dalam
tempat belajar tenaga kesehatan. Pada penjelasan ruang lingkup manajemen puskesmas mencakup
mengenai fungsi wahana pendidikan belum ada 6 jenis kegiatan manajemen yang dilakukan oleh
ketentuan mengenai jenis kegiatan yang seharus- puskesmas sehari-hari.
nya dilakukan oleh puskesmas untuk dapat men- Selanjutnya pada penelitian ini, fungsi
jalankan fungsi ini. Fungsi puskesmas sebagai puskesmas yang dianalisis adalah fungsi puskes-
wahana pendidikan merupakan fungsi baru yang mas yang diatur dalam Keputusan Menteri Ke-
belum diatur dalam Keputusan Menteri Keseha- sehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/
tan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/ SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kese-
II/2004 sebelumnya. Adanya tambahan fungsi hatan Masyarakat. Kebijakan ini dijadikan dasar
berkonsekuensi pada adanya ukuran kinerja yang analisis karena hingga tahun 2016, instrumen PKP
mengatur tercapainya fungsi tersebut. yang digunakan di Provinsi Jawa Timur adalah
Selama ini untuk menilai kinerja puskesmas PKP edisi 2012. Maka perbandingan yang sesuai
digunakan instrumen Penilaian Kinerja Puskes- adalah membandingkan PKP edisi 2012 dengan
mas (PKP). PKP merupakan satu-satunya instru- fungsi puskesmas pada Kepmenkes Nomor 128/
men kinerja yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Menkes/SK/II/2004. Tabel 1 menunjukkan hasil
Kabupaten/Kota untuk menilai kinerja puskesmas. NGT yang dilakukan dengan Kepala Puskesmas di
Fungsi pengawasan yang ada dalam PKP diharap- Kota Surabaya mengenai akomodasi fungsi pusk-
kan dapat dijadikan sebagai bahan pembinaan ter- esmas dalam instrumen PKP.
hadap implementasi fungsi puskesmas. Ada tiga Program kesehatan wajib puskesmas telah
ruang lingkup kegiatan puskesmas yang dinilai diatur melalui Kepmenkes Nomor 128/Menkes/
dalam PKP yakni penilaian terhadap pencapaian SK/II/2004. Kegiatan ini wajib dilakukan oleh
pelayanan kesehatan, manajemen puskesmas dan semua puskesmas yang ada di Indonesia. Pada
339
Nuzulul Kusuma Putri : Kemampuan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas dalam Mengakomodasi Implementasi Fungsi Puskesmas
Tabel 1. Akomodasi Fungsi Puskesmas dalam Komponen Penilaian Kinerja Puskesmas untuk
Program Wajib Puskesmas
Fungsi Fungsi
Total
No. Jenis Kegiatan 1 2 3a 3b yang
n % n % n % n % n % dominan
Promosi Kesehatan
1 Pengembangan desa siaga 2 20,0 5 60,0 0 0,0 2 20,0 9 100 2
2 Pemberdayaan masyarakat 2 20,0 5 60,0 0 0,0 2 20,0 9 100 2
dalam PHBS
3 Pengembangan upaya 0 0,0 7 75,0 0 0,0 2 25,0 9 100 2
kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM)
4 Penyuluhan NAPZA 2 20,0 2 20,0 0 0,0 5 60,0 9 100 3b
Kesehatan Lingkungan
5 Penyehatan air 4 42,9 3 35,7 0 0,0 2 21,4 9 100 1
6 Penyehatan makanan dan 5 55,6 3 33,3 0 0,0 1 11,1 9 100 1
minuman
7 Penyehatan perumahan dan 4 47,1 4 41,2 0 0,0 1 11,8 9 100 1
sanitasi dasar
8 Pembinaan tempat-tempat 6 62,5 2 25,0 0 0,0 1 12,5 9 100 1
umum
9 Klinik sanitasi 2 20,0 2 20,0 0 0,0 5 60,0 9 100 3b
10 STBM 2 22,9 5 51,4 0 0,0 2 25,7 9 100 2
Upaya Perbaikan Gizi
11 Pelayanan gizi masyarakat 0 0,0 0 0,0 2 22,2 7 77,8 9 100 3b
12 Penanganan gangguan gizi 0 0,0 0 0,0 2 22,2 7 77,8 9 100 3b
13 Pemanfaatan status gizi 0 0,0 2 22,2 1 11,1 6 66,7 9 100 3b
KIA termasuk KB
14 Kesehatan ibu 0 0,0 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9 100 3a
15 Kesehatan bayi 0 0,0 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9 100 3a
16 Upaya kesehatan balita dan 0 0,0 1 11,1 4 44,4 4 44,4 9 100 3
anak pra sekolah
17 Upaya kesehatan anak usia 0 0,0 3 33,3 0 0,0 6 66,7 9 100 3b
sekolah dan remaja
18 Pelayanan keluarga berencana 0 0,0 0 0,0 2 22,2 7 77,8 9 100 3b
Upaya P3M
19 Diare 1 15,4 1 7,7 4 46,2 3 30,8 9 100 3a
20 ISPA 1 14,3 0 0,0 5 57,1 3 28,6 9 100 3a
21 Kusta 1 14,3 0 0,0 5 57,1 3 28,6 9 100 3a
22 TB Paru 1 14,3 0 0,0 5 57,1 3 28,6 9 100 3a
23 Pencegahan dan 3 28,6 1 14,3 1 14,3 4 42,9 9 100 3b
penanggulangan PMS dan
HIV/AIDS
24 Demam Berdarah (DBD) 2 22,6 1 9,7 2 19,4 4 48,4 9 100 3b
25 Malaria 2 21,4 0 0,0 7 78,6 0 0,0 9 100 3a
26 Pencegahan dan 2 18,2 0 0,0 4 45,5 3 36,4 9 100 3a
penanggulangan rabies
27 Pelayanan imunisasi 2 17,4 0 2,3 2 23,3 5 57,0 9 100 3b
28 Pengamatan penyakit 2 25,0 0 0,0 0 0,0 7 75,0 9 100 3b
(surveilans epidemiologi)
Pengobatan
29 Pengobatan 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100 3a
30 Pemeriksaan laboratorium 0 0,0 0 0,0 8 92,6 1 7,4 9 100 3a
Keterangan:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama : 3a. Pelayanan kesehatan perorangan; 3b. Pelayanan kesehatan masyarakat
340
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017
Tabel 2. Akomodasi Fungsi Puskesmas dalam Komponen Penilaian Kinerja Puskesmas untuk
Program Pengembangan Puskesmas
Fungsi Fungsi
Total
No. Jenis Kegiatan 1 2 3a 3b yang
n % n % n % n % n % dominan
1 Puskesmas dengan rawat inap 0 0,0 0 0,0 8 88,9 1 11,1 9 100 3a
2 Upaya kesehatan usia lanjut 1 11,1 2 22,2 1 11,1 5 55,6 9 100 3b
3 Upaya kesehatan mata/ 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100 3b
pencegahan kebutaan
4 Upaya kesehatan telinga/ 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100 3b
pencegahan gangguan
pendengaran
5 Upaya kesehatan jiwa 0 0,0 1 11,1 3 33,3 5 55,6 9 100 3b
6 Upaya kesehatan olah raga 1 11,1 4 44,4 0 0,0 4 44,4 9 100 2, 3b
7 Pencegahan dan 0 0,0 1 11,1 3 33,3 5 55,6 9 100 3b
penanggulangan penyakit gigi
8 Perawatan kesehatan 0 0,0 1 11,1 1 11,1 7 77,8 9 100 3b
masyarakat
9 Bina kesehatan tradisional 0 0,0 4 44,4 0 0,0 5 55,6 9 100 3b
10 Bina kesehatan kerja 0 0,0 2 22,2 2 22,2 5 55,6 9 100 3b
11 Pemberdayaan masyarakat 2 22,2 4 44,4 1 11,1 2 22,2 9 100 2
dalam PHBS
12 Pengembangan UKBM 1 11,1 6 66,7 0 0,0 2 22,2 9 100 2
13 Program gizi 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100 3b
Keterangan:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama : 3a. Pelayanan kesehatan perorangan; 3b. Pelayanan kesehatan masyarakat
instrumen PKP, program kesehatan wajib ini juga masih menjadi jenis kegiatan yang paling
dinilai berdasarkan 30 jenis kegiatan. Walaupun banyak dinilai dalam komponen penilaian program
30 jenis kegiatan yang dinilai dalam PKP telah me- pengembangan puskesmas. Fungsi pelayanan ke-
ngukur semua fungsi yang diatur dalam Kepmen- sehatan perorangan dan pemberdayaan masyarakat
kes Nomor 128/Menkes/SK/II/2004, persebaran hanya dinilai pada tidak lebih dari 3 jenis kegiatan
penilaian setiap fungsi masih belum merata. Pe- saja. Mayoritas jenis kegiatan yang dinilai tetap
nelitian ini menunjukkan bahwa di antara 30 jenis pada program wajib puskesmas saja. Kondisi ini
kegiatan yang dinilai dalam PKP mayoritas kegia- sama dengan fokus penilaian pada progam wajib
tan merupakan manifestasi dari fungsi puskesmas puskesmas. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa ins-
sebagai pelayanan kesehatan masyarakat. Fungsi trumen PKP pada komponen program pengemba-
puskesmas sebagai pusat pembangunan berwa- ngan tidak mengukur sama sekali fungsi puskes-
wasan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat mas sebagai pusat penggerak pembangunan ber-
mendapat porsi penilaian yang sangat kecil. Tabel wawasan kesehatan.
1 menunjukkan mayoritas indikator penilaian le- Analisis yang dilakukan pada aspek penca-
bih banyak menilai fungsi puskesmas sebagai pu- paian pelayanan kesehatan menyimpulkan bahwa
sat pelayanan dan tidak menilai dengan seimbang mayoritas jenis kegiatan yang dinilai lebih banyak
terhadap pelaksanaan fungsi yang lainnya. Walau- mengakomodasi penilaian terhadap fungsi pus-
pun tidak ada pembobotan pada setiap jenis kegia- kesmas sebagai pelayanan kesehatan masyarakat.
tan, tidak seimbangnya indikator penilaian yang Beberapa komponen penilaian juga telah meng-
tidak seimbang akan membuat puskesmas cen- akomodasi kinerja fungsi puskesmas yang lain
derung memilih fungsi yang lebih banyak dinilai. namun dengan proporsi yang tidak seimbang.
Fungsi pelayanan kesehatan masyarakat Berkebalikan dengan fungsi pelayanan keseha-
341
Nuzulul Kusuma Putri : Kemampuan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas dalam Mengakomodasi Implementasi Fungsi Puskesmas
tan masyarakat yang banyak dinilai dalam kinerja terkait pelayanan kesehatan reproduksi, tubercu-
program, fungsi ini ternyata tidak banyak dinilai losis, malaria, diare, kesehatan anak, serta terkait
dalam mutu pelayanan kesehatan yang ada di ins- pengobatan umum. Masalah kesehatan yang digu-
trumen PKP. nakan tersebut dianggap sebagai masalah keseha-
Mutu pelayanan kesehatan yang ada dalam tan utama yang dihadapi oleh semua puskesmas di
PKP justru lebih banyak menilai mutu pelayanan Indonesia. Relevansi masalah kesehatan dengan
kesehatan perorangan. Hasil NGT juga menyim- kondisi masing-masing daerah belum terakomo-
pulkan bahwa dari 11 komponen penilaian yang dasi dalam indiakator yang ada. Masalah spesifik
ada dalam indikator mutu pelayanan puskesmas ti- daerah misalnya malaria cocok untuk daerah en-
dak ada yang menilai tentang mutu pelayanan yang demis, tetapi tidak cocok untuk wilayah perkota-
dilakukan puskesmas untuk mewujudkan fungsi an seperti Surabaya. Tabel 3 juga menunjukkan
pemberdayaan masyarakat. Sedangkan fungsi pu- bahwa kesehatan reproduksi merupakan masalah
sat penggerak pembangunan berwawasan keseha- kesehatan yang paling banyak dinilai dalam me-
tan hanya diakomodasi dalam satu indikator saja. ngukur kualitas pelayanan puskesmas.
Mutu pelayanan puskesmas yang diukur Instrumen PKP juga menilai kegiatan ma-
dalam PKP lebih banyak menilai mengenai fungsi najemen yang dilakukan oleh puskesmas. Semua
pelayanan kesehatan perorangan. Pada Tabel 3 di- fungsi puskesmas sudah diakomodasi dalam ke-
jelaskan bahwa 7 dari 11 indikator yang digunakan giatan manajemen puskesmas yang dinilai dalam
dalam menilai mutu pelayanan kesehatan dominan enam jenis kegiatan manajemen puskesmas. Wa-
menilai fungsi pelayanan kesehatan perorangan. laupun mayoritas semua fungsi sudah diakomo-
Indikator mutu pelayanan yang digunakan hanya dasi dalam jenis kegiatan yang dinilai pada aspek
Tabel 3. Akomodasi Fungsi Puskesmas dalam Komponen Penilaian Kinerja Puskesmas untuk
Penilaian Mutu Pelayanan Puskesmas
Fungsi Fungsi
Total
Jenis Kegiatan 1 2 3a 3b yang
No.
n % n % n % n % n % dominan
1 Drop out pelayanan ANC (K1- 0 0,0 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9 100 3a
K4)
2 Persalinan oleh Tenaga 0 0,0 0 0,0 7 77,8 2 22,2 9 100 3a
Kesehatan
3 Penanganan Komplikasi 0 0,0 0 0,0 7 77,8 2 22,2 9 100 3a
Obstetri / risiko tinggi
4 Error rate pemeriksaan BTA 0 0,0 0 0,0 5 55,6 4 44,4 9 100 3a
5 Error rate pemeriksaan darah 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100 3b
malaria
6 Kepatuhan terhadap standar 0 0,0 0 0,0 5 55,6 4 44,4 9 100 3a
ANC
7 Kepatuhan terhadap standar 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100 3b
pemeriksaan TB Paru
8 Tingkat kepuasan pasien 0 0,0 0 0,0 5 55,6 4 44,4 9 100 3a
terhadap pelayanan Puskesmas
9 Kematian kasus diare setelah 0 0,0 0 0,0 7 77,8 2 22,2 9 100 3a
dirawat >48 jam (Nilai
Negatif)
10 Balita bawah garis merah 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100 3b
11 Drop Out DPT 1 - Campak 2 22,2 0 0,0 3 33,3 4 44,4 9 100 3b
Keterangan:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama : 3a. Pelayanan kesehatan perorangan; 3b. Pelayanan kesehatan masyarakat
342
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017
manajemen puskesmas, fungsi pelayanan keseha- tuk perbaikan kinerja. Ketidakseimbangan peng-
tan perorangan masih mendominasi penilaian ki- gunaan indikator pada pengukuran kinerja akan
nerja puskesmas pada fungsi pelayanan kesehatan membuat fungsi puskesmas yang sudah ditetap-
perorangan. Khusus untuk kegiatan manajemen kan berpotensi untuk tidak dijalankan seluruhnya.
alat kesehatan dan obat, fungsi penggerak pemba- Penilaian kinerja puskesmas yang tidak meng-
ngunan berwawasan kesehatan dan pemberdayaan gunakan indikator yang mengukur semua fungsi
masyarakat belum terakomodasi sehingga instru- puskesmas secara seimbang tidak akan merepre-
men PKP belum mampu menilai fungsi tersebut. sentasikan hasil kerja puskesmas yang sebenarnya.
Penilaian kinerja sektor publik dapat
PEMBAHASAN menunjukkan kecenderungan pendanaan organi-
Fungsi puskesmas pada Permenkes Nomor sasi pada kriteria kinerja tertentu.3 Hasil PKP yang
75 tahun 2014 menggantikan fungsi puskesmas cenderung lebih menilai fungsi pelayanan keseha-
yang sebelumnya diatur pada Kepmenkes Nomor tan perorangan menunjukkan bahwa kemungkinan
128/Menkes/SK/II/2004. Fungsi puskesmas pada pendanaan di puskesmas juga masih diarahkan
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 pada dasar- untuk kegiatan yang dominan tersebut. Pada era
nya masih sama dengan fungsi puskesmas yang JKN, hal ini dapat diminimalkan dengan memilah
tercantum pada Kepmenkes Nomor 128/Menkes/ peruntukan dana kapitasi dan APBD. Penggunaan
SK/II/2004. Pada Permenkes Nomor 75 Tahun dana APBD untuk program kesehatan yang harus-
2014 hanya terjadi perubahan pada bertambahn- nya juga perlu diseimbangkan untuk dua fungsi
ya fungsi puskesmas sebagai wahana pendidikan lainnya, pusat penggerak pembangunan berwa-
tenaga kesehatan. Walaupun aturan mengenai wasan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
fungsi puskesmas telah berubah, mekanisme pe- Pelayanan kesehatan masyarakat tanpa adanya
nilaian kinerja puskesmas hingga saat ini tidak pemberdayaan yang diarahkan untuk pembangu-
mengalami perubahan. Hal tersebut membawa nan berwawasan kesehatan hanya hanya dapat
konsekuensi adanya fungsi puskesmas yang tidak menyelesaikan masalah secara sementara. Keber-
terakomodasi dalam instrumen Penilaian Kinerja langsungan program yang tidak bertumpu pada
Puskesmas (PKP). masyarakat tidak akan berkelanjutan.7,8
Kinerja merepresentasikan sekumpulan tu- Puskesmas merupakan sebuah organisa-
juan yang akhirnya dapat dicapai oleh organisasi.4 si dengan lingkungan yang sangat dinamis. Dua
Untuk dapat merepresentasikan kinerja organisasi perubahan besar yang mempengaruhi puskesmas
maka indikator pengukuran yang digunakan untuk adalah pemberlakukan fungsi baru dalam Permen-
mengukur puskesmas seharusnya bertumpu pada kes Nomor 75 Tahun 2014 dan implementasi Ja-
tujuan organisasi dalam hal ini adalah fungsi pusk- minan Kesehatan Nasional perlu menjadi perha-
esmas. Untuk dapat memperoleh gambaran kiner- tian dalam pengelolaan puskesmas. Ukuran ki-
ja organisasi yang mampu mengukur semua fung- nerja yang digunakan perlu disesuaikan dengan
si organisasi dapat dilakukan dengan memastikan perubahan organisasi.9
bahwa dalam penyusunan indikator penilaian ki- Kebijakan pemerintah yang diperuntukkan
nerja melibatkan semua stakeholder organisasi.5 mengatur organisasi publik harus mampu untuk
Penyusunan indikator ini harusnya juga melibatkan mengukur hasil utama dari organisasi agar semua
tidak hanya Dinas Kesehatan, tetapi juga meng- sistem yang terkait dapat berjalan dengan efisien.10
akomodasi stakeholder lain yang terkait dengan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 diterbitkan
implementasi fungsi puskesmas. setelah era Jaminan Kesehatan Nasional mulai
Hasil penilaian kinerja pada setiap fungsi dijalankan di Indonesia. Hal ini berdampak pada
organisasi menunjukkan akuntabilitas organisasi banyaknya pasal dalam Permenkes Nomor 75 ta-
tersebut dalam menjalankan fungsinya.6 Dalam hun 2014 yang disesuaikan dengan kebutuhan da-
mewujudkan akuntabilitas kinerja pada semua lam Jaminan Kesehatan Nasional. Misalnya, pada
stakeholder, puskesmas harus mampu menun- bagian pertama mengenai ketentuan umum yang
jukkan hasil penilaian kinerja secara terbuka dan mengatur peralatan kesehatan lebih banyak me-
menggunakan hasil penilaian kinerja tersebut un- ngatur tentang berbagai peralatan kesehatan yang
343
Nuzulul Kusuma Putri : Kemampuan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas dalam Mengakomodasi Implementasi Fungsi Puskesmas
dibutuhkan untuk menyelesaikan 155 diagnosis puskesmas merupakan ketentuan baru yang wajib
penyakit yang harus selesai pada Fasilitas Kese- dijalankan oleh puskesmas. Akreditasi puskesmas
hatan Tingkat Pertama (FKTP) BPJS Kesehatan. muncul untuk menjawab tuntutan Permenkes No-
Kebutuhan alat yang dapat menunjang kegiatan mor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
promotif puskesmas belum diatur dalam Permen- pada Jaminan Kesehatan Nasional bahwa setiap
kes ini. Sebagai FKTP, aturan mengenai peralatan FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
kesehatan tersebut memang sangat dibutuhkan un- harus terakreditasi.
tuk menunjang fungsi puskesmas sebagai penye- Penjabaran mengenai yang dimaksud de-
lenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) ngan fungsi wahana pendidikan bagi tenaga ke-
tingkat pertama. sehatan dibutuhkan untuk menentukan jenis ke-
Walaupun penyusunan target pada saat pe- giatan yang selanjutnya menjadi tolok ukur kinerja
rencanaan dapat meningkatkan motivasi dalam puskesmas pada implementasi fungsi tersebut. Ins-
pencapaian, tetapi belum tentu dapat membuat trumen PKP seharusnya mengakomodasi jenis ke-
semua perhatian dan upaya organisasi dapat ter- giatan tersebut sehingga puskesmas tidak terlewat
fokus pada pencapaian target.11 Untuk memaksi- mengerjakan yang seharusnya menjadi fungsinya.
malkan target yang disusun, sistem pengukuran Hal ini juga mengingat bahwa pertambahan fung-
kinerja dan tujuan organisasi harus mampu meme- si tersebut tentunya akan membawa konsekuensi
diasi hubungan antara kebijakan yang ada dengan bagi bertambahnya beban kerja puskesmas.
kinerja yang ditunjukkan oleh organisasi.12 Oleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
karena itu, fungsi puskesmas harus secara kompre- fungsi puskesmas dalam Kepmenkes Nomor 128/
hensif tersusun dalam instrumen PKP agar dapat Menkes/SK/II/2004 telah terakomodasi dalam
mengukur berbagai key performance indicator PKP, tetapi dalam proporsi yang belum seimbang.
yang merupakan terjemahan dari fungsi puskes- Komponen penilaian dalam PKP ini masih banyak
mas. menyoroti kinerja puskesmas dalam aktivitas pe-
Tantangan utama organsasi dalam meng- layanan saja. Fungsi puskesmas sebagai penggerak
gunakan instrumen penilaian kinerja adalah pembangunan bewawasan kesehatan dan pember-
bagaimana mengintegrasikan berbagai ukuran ki- dayaan masyarakat belum banyak diakomodasi.
nerja dengan berbagai keputusan strategis maupun Perlu diingat bahwa sebuah sistem pengukuran ki-
operasional organisasi.13 Ukuran kinerja organisasi nerja pada organisasi sektor publik harus berdasar-
harus dihasilkan dari sebuah analisis komprehen- kan objektif yang disusun sesuai rencana strategis.
sif mengenai berbagai aspek yang ada dalam or- Kemampuan instrumen penilaian kinerja menga-
ganisasi. Ukuran kinerja harus mampu mengukur komodasi objektif dari organisasi akan membantu
fungsi dari organisasi agar organisasi dapat tetap organisasi untuk dapat menggambarkan dengan
berkembang.14 jelas kondisi organisasi saat ini dan menentukan
Pada bagian kedua pada Permenkes Nomor tindakan korektif untuk masa depan organisasi.
75 tahun 2014 yang mengatur upaya kesehatan Komponen penilaian kinerja puskesmas
telah diuraikan mengenai fungsi penyelengga- yang lebih banyak mengukur kinerja aktivitas
raan UKM tingkat pertama. Sayangnya penjela- pada fungsi pelayanan kesehatan akan menimbul-
san mengenai pemberdayaan masyarakat serta kan kemungkinan puskesmas hanya akan berfokus
kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan ber- pada fungsi yang banyak dinilai saja. Fungsi lain
bagai upaya puskesmas belum nampak jelas dalam yang tidak tertampung dalam komponen Penilaian
Permenkes ini. Padahal pada Kepmenkes Nomor Kinerja Puskesmas kemungkinan akan terping-
128/Menkes/SK/II/2004, fungsi pemberdayaan girkan. Pada penilaian kinerja seperti PKP yang
masyarakat yang memanfaatkan lintas sektor te- cenderung menggunakan pendekatan goal orient-
lah dijelaskan melalui adanya Badan Penyantun ed, ukuran kinerja harus ditentukan sesuai dengan
Puskesmas (BPP). Dalam Permenkes Nomor 75 tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuan
tahun 2014 tidak disebutkan mengenai eksistensi organisasi ini harus mencerminkan fungsi dari
BPP. Permenkes Nomor 75 tahun 2014 juga me- organisasi.15 Dalam penilaian kinerja yang berba-
ngatur mengenai akreditasi puskesmas. Akreditasi sis goal-oriented model, organisasi diasumsikan
344
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017
memiliki tujuan khusus yang terukur, realistis, ope- ap fungsi. Tujuan dari sistem pengukuran kinerja
rasional, dan relevan dengan fungsi dari organisa- pada organisasi publik adalah untuk dapat menilai
si.16 secara kuantitatif tingkat pencapaian tujuan dan
Variabel yang ada dalam PKP mewaki- fungsi organisasi. Dengan menganalisis kinerja
li fungsi, azas, dan upaya pelayanan puskesmas puskesmas sesuai fungsinya maka Dinas Kese-
beserta jaringannya. Mutu pelayanan merupakan hatan akan lebih mudah dalam mengalokasikan
salah satu komponen penilaian yang dijadikan ob- anggaran untuk mendukung implementasi fungsi
jek penilaian dalam PKP. Setiap fungsi dari pus- puskesmas tanpa hanya terfokus pada satu fung-
kesmas memiliki aktivitas pelayanan yang spesi- si tertentu saja. Penilaian kinerja organisasi yang
fik. Penilaian kinerja yang baik seharusnya mam- baik adalah instrumen yang mampu memotret
pu memotret semua ukuran aktivitas pelayanan berbagai kontekstual organisasi termasuk imple-
yang diberikan oleh organisasi. Kurangnya kriteria mentasi fungsi organisasi yang akan menentukan
yang mengukur setiap fungsi dari organisasi akan keberlangsungan organisasi. Dalam sebuah orga-
membuat anggota organisasi mengalami demoti- nisasi non profit, fungsi organisasi yang biasanya
vasi untuk berkinerja baik pada fungsi organisasi tertuang dalam pernyataan misi menjadi dasar pe-
yang tidak diukur.17 nentuan tujuan organisasi yang tercermin dalam
Selama ini, PKP diakui belum mampu meng- aktivitas organisasi tersebut.
akomadasi semua kegiatan pelayanan. Hal ini se- Fungsi puskesmas telah diatur oleh peratur-
suai dengan yang tercantum dalam Pedoman Pe- an terbaru yakni Permenkes Nomor 75 tahun 2014,
nilaian Kinerja puskesmas di Jawa Timur yang maka seharusnya instrumen PKP yang digunakan
dikeluarkan tahun 2012. Pada pedoman tersebut juga disesuaikan dengan tambahan fungsi puskes-
dijelaskan bahwa memang belum semua kegiatan mas yang ada dalam peraturan tersebut. Melakukan
pelayanan yang dilaksanakan di puskesmas dapat kajian dan meng-update instrumen penilaian kin-
dinilai tingkat mutunya, baik dalam aspek input, erja harus didasarkan juga pada lingkungan eks-
proses, output maupun outcome-nya karena in- ternal organisasi termasuk perubahan kebijakan
dikator dan mekanisme untuk penilaiannya belum pada supra sistem organisasi tersebut.
ditentukan. Sehingga secara keseluruhan tidak
akan diukur dalam penilaian kinerja, akan tetapi KESIMPULAN DAN SARAN
dipilih beberapa indikator yang sudah ada stan- Berdasarkan analisis terhadap ketiga kom-
dar penilaiannya. Belum terakomodasinya semua ponen penilaian kinerja puskesmas yang ada da-
fungsi dan belum mampunya indikator kinerja lam PKP, nampak belum adanya akomodasi yang
dalam PKP harus segera ditindaklanjuti. Hasil pe- seimbang untuk setiap fungsi puskesmas. Tidak
nelitian menunjukkan adanya ketimpangan pelak- semua fungsi diatur dalam komponen penilaian
sanaan fungsi puskesmas yang dinilai pada kom- PKP. Sinkronisasi dari setiap komponen penilaian
ponen penilaian aktivitas manajemen puskesmas untuk setiap fungsi juga belum nampak. Misal-
dalam PKP. Pada komponen ini, penilaian kiner- nya, pada fungsi pelayanan kesehatan masyarakat
ja puskesmas lebih banyak menyoroti fungsi pe- yang paling dominan dalam komponen program
layanan kesehatan pelayanan perorangan. Kondisi puskesmas ternyata belum banyak diatur menge-
ini menjadi penguat bahwa beban puskesmas ter- nai indikator mutu pelayanan serta kegiatan mana-
kait administratif pelayanan kesehatan pengobatan jemennya dalam PKP. Dinas Kesehatan Provinsi
memang tinggi. Kegiatan manajemen paling ba- perlu melakukan revisi instrumen Penilaian Ki-
nyak menyita waktu sehingga waktu puskesmas nerja Puskesmas sesuai dengan apa saja aktivitas
banyak dihabiskan untuk kegiatan yang sifatnya yang seharusnya dilakukan untuk menunjang im-
administratif dari pelayanan kesehatan pelayanan plementasi fungsi puskesmas. Fungsi puskesmas
perorangan. yang dinilai juga harus memperhatikan perubahan
Agar dapat membantu puskesmas mengim- aturan terbaru yang mengatur fungsi puskesmas.
plementasikan fungsinya secara seimbang, instru- Dengan melakukan revisi terhadap instrumen
men Penilaian Kinerja Puskesmas harus dirancang PKP maka Dinas Kesehatan dan puskesmas akan
untuk dapat mengukur setiap aktivitas dalam seti- dapat memantau beban aktivitas pada setiap fung-
345
Nuzulul Kusuma Putri : Kemampuan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas dalam Mengakomodasi Implementasi Fungsi Puskesmas
346