Anda di halaman 1dari 11

Keterampilan proses merupakan konsep besar dan didefenisikan sebagai perangkat keterampilan

kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan. Keterampilan proses sains
(IPA) dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan IPA dalam
memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan tersebut berarti
kemampuan menggunakan pikiran, nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk
mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, keterampilan proses meliputi
kemampuan olah pikir dan kemampuan olah perbuatan.

Rincian Keterampilan Proses Sains

a. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato

Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan keterampilan
proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan
keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri dari :
(1) Pengamatan, (2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4) Pengukuran, (5)
Pengkomunikasian, (6) Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan terintegrasi
terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan bilangan, (3) Perumusan hipotesis, (4)
Pendefenisian secara operasional, (5) Melakukan eksperimen. Agar siswa-siswa memiliki
keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan
dengan keterampilan itu .

b. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan
untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses sains
yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam KBK antara lain :

1. Mengamati

2. Mengklasifikasi

3. Mengukur

4. Menggunakan alat

5. Mengkomunikasikan

6. Menafsirkan

7. Memprediksi

8. Melakukan eksperimen

Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dalam KBK antara lain :

1. Mengamati

2. Menggolongkan atau Mengkelaskan

3. Mengukur

4. Menggunakan alat

5. Mengkomunikasikan hasil

6. Menafsirkan

7. Memprediksi

8. Menganalisis

9. Mensintesis

10. Melakukan percobaan


Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah
Aliyah (MA) dalam KBK antara lain :

1. Mengamati

2. Mengukur

3. Menggolongkan

4. Mengajukan Pertanyaan

5. Menyusun Hipotesis

6. Merencanakan percobaan

7. Mengidentifikasi variabel

8. Menentukan langkah kerja

9. Melakukan eksperimen

10. Membuat dan Menafsirkan Informasi / grafik

11. Menerapkan konsep

12. Menyimpulkan

13. 1Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal

(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 31).

3. Keterampilan-Keterampilan Proses Sains

Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa


pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan
ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode
ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. Menurut Nur (Khaeruddin dan Sujiono
Eko Hadi, 2005 : 34) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan (observasi),
pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan
bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan
hipotesis, dan pendefenisian secara operasional.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya
penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c) pengidentifikasian
banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan
pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f) melakukan pengamatan
kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”

Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan
pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut
pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitatif.

Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau
seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau,
apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya
menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang
diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35).

Melalui pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati obyek-
obyek dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang diperolehnya
mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan kecakapan
interpretasi atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan penelitian
berikutnya. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar dalam
pembelajaran IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses lainnya, seperti
keterampilan menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan pengukuran dan
keterampilan klasifikasi (Suderajat Hari, 2004 : 76).

Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36) mengemukakan bahwa terdapat tujuh
komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu :
1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-
hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.

2. Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk
membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.

3. Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati,


waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk
mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.

4. Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting


untuk melengkapi pengamatan kualitatif.

5. Persamaan dan perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan dan


perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan.

6. Perubahan (changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau
sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan
yang terjadi sebagai akibat.

7. komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas


mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang
tepat.

2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan
bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola
yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.

3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa
perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya : mineral menyerupai
logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan
dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral
tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi,
2005 : 36).
Keterampilan mengklasifikasi tergantung pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa
belajar untuk mengenali persamaan dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari,
2004 : 79).

4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek, berapa banyak
ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan satu satuan pengukuran,
misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk
melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan
yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 :
37). Keterampilan siswa dalam melakukan pengukuran merupakan salah satu keterampilan
praktis dan bersifat manipulatif dalam keterampilan proses penguasaan ilmu pengetahuan
(Suderajat Hari, 2004 : 82).

5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan,
gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan sesuatu atau menulis data
sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-
banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka
katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi
adalah : (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai;
(b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c)
perancangan poster atau diagram untuk menyajikan pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 37). Kemampuan seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari
apa yang orang tersebut kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur
(Nur M, 1998 : 81).

6. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan.
Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-interferensi
sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa yang mungkin
dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan
tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah : (a)
penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c)
pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah
terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang
telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang
mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati.
Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau
pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38).

8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel


Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu.
Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel
manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut
variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi
disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa
“Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”.
Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada
percobaan ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu
lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu
banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan
variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.

Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu
percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa variabel
manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena
itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk
tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen
yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang
benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan
adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji
hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi
semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu
lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri dengan
pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak
mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai,
dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak
mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap
redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel
manipulasi).

Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah :


(a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang
diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40).

9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan. Beberapa perilaku
siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian
variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam
suatu percobaan.

10. Perumusan Hipotesis


Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang
bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika
dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin
besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa
hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap
variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi
dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau
dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran
yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang
dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang
dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik.
Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a)
perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk
menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 41).

11. Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO)


PVSO adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa
yang diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian
berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.

Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang
dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu
pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan
semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke
dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah
volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. untuk variabel respon, tindakan yang
dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM.
Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat defenisi operasional variabel sendiri-sendiri,
artinya variabel yang sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang
ditetapkan masing-masing peneliti.

Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah
terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat
mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman
dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek
tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu
kejadian.
12. Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen,
seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata
lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan
untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis.
Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan
siswa saat melakukan eksperimen adalah : (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang
kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol
variabel, (d) mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42).

4. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan
sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang
lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya
telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu diransang agar menunjukkan jati
dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta penumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai.

Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya


menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah
dikembangkan itu berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi
antara kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan
sikap dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan
memecahkan masalah (Hamalik Oemar, 2003 : 149)

Menurut Nur proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses
belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa
diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan atau pengalaman-
pengalaman “ilmiah” tak berbeda dengan apa yang dialami oleh saintis. (Nur M, 1998 : 3)
Pendekatan proses dalam pengajaran sains didasarkan pada pengkajian terhadap apa yang
dilakukan ilmuwan. Proses-proses itu dijabarkan dari pengkajian terhadap apa yang dilakukan
ilmuwan dan disebut keterampilan proses sains. Beberapa yang termasuk dalam keterampilan
proses itu adalah : pengamatan, pengukuran, inferensi, pemanipulasian variabel, merumuskan
hipotesis, pendefenisian secara operasional dan melakukan eksperimen.

Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, perlu siswa itu benar-benar
melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, ia
bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa
dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa
pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat
lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep.

Hal yang unik dari pengajaran sains melalui pendekatan proses adalah bahwa pendekatan ini
memberikan siswa suatu “sentuhan rasa” tentang sains. Misalnya, mudah untuk mengatakan
kepada siswa bahwa air mendidih pada 100oC atau membeku pada 0 oC, tetapi alangkah akan
lebih bermanfaat bila mengajarkan siswa itu bagaimana mengukur suhu yang merupakan salah
satu keterampilan proses sains. Siswa itu akan dapat “menemukan” sendiri titik didih dan titik
beku air. Dia akan mendapatkan suatu “perasaan” tentang sains.

Pengembangan keterampilan proses sains pada siswa merupakan usaha yang bermanfaat.
Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah
dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan
memungkinkan siswa “berbuat” sains. Dan dengan “berbuat” sains, siswa belajar fakta-fakta dan
konsep-konsep sains. Jadi, dengan menggunakan keterampilan proses dalam mengajarkan sains,
siswa belajar “proses” dan “produk” sains. (Nur M, 1998 : 21)

Sumber: Jurnal Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai