Pada tahun 2015 Millennium Development Goals (MDGs) mengevaluasi kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia berada pada posisi 305 per 100.000 kelahiran dari target yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000 kelahiran. Di provinsi Jawa Barat sendiri angka kematian ibu pada tahun 2015 lalu mencapai 823 kasus dari jumlah melahirkan yang mencapai 951 ribu termasuk didalamnya kabupaten Tasikmalaya. Dikutip dari Okezone.com pada bulan Januari tahun 2017 “Angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan. Meski belum diketahui jumlah pasti kenaikannya, namun masalah tersebut cukup menjadi perhatian banyak pihak. Ketua Komisi 4 DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Usman Kusmana mengatakan kasus kematian ibu dan bayi ini jadi anomali tersendiri. Pasalnya dari segi anggaran, tersedia anggaran untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tasikmalaya. Pada semester 1 Tahun 2018 ini, angka kematian ibu dan bayi (AKIB) di Kabupaten Tasikmalaya menurun lebih sedikit jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jumlahnya hingga Juli ini tercatat ada 13 kematian ibu dan 120 bayi, Penurunan tersebut berdampak terhadap peringkat daerah Kab. Tasik di tingkat Jawa Barat, yang semula menduduki posisi 4 menjadi 9 untuk kematian ibu, sementara kematian bayi dari peringkat 2 jadi urutan ke 4. Hal ini dikatakan oleh Dadan Hamdani selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, usai menggelar acara Advokasi Lintas Sektor dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Perilaku Hidup Sehat di Hotel Harmoni, Selasa (31/07/2018). Dadan mengungkapkan bahwa sejauh ini upayanya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terus dilakukan, selain menjalankan komitmen pimpinan dengan melakukan pakta integritas untuk para pejabat dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) khususnya bidang kesehatan juga melakukan tata kelola klinis di Puskesmas. “Dalam tata kelola klinis ini semua unsur tenaga kesehatan harus patuh terhadap standar operasional (SOP) yang ada, dan juga peningkatan setiap rujukan yang efektif dan efisien sehingga masyarakat nantinya tidak lagi terlambat mendapatkan pelayanan,” tutur dadan. Kemudian pihak Dinkes Tasikmalaya juga melakukan pemberdayaan masyarakat yang salah satunya dengan terbentuknya Forum Masyarakat Madani Tasikmalaya sebagai mitra dari pemerintah. “Target kita adalah ada upaya di masyarakat yang sudah terkoordinir oleh para camat dan kades dalam mengendalikan masalah kesehatan di daerah,” lanjut dadan kemudian. Penurunan angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Tasikmalaya tidak luput dari peran puskesmas dan kader-kader Posyandu dalam melakukan usaha promotif prefentif di wilayahnya. Posyandu merupakan upaya promotif preventif yang bersumber daya masyarakat dibawah binaan puskesmas setempat. Hal tersebut merupakan salah satu indicator keberhasilan promotif preventif yang harus digalakan untuk direvitalisasi dalam mengaktfjkan posyandu. Ketua kader Posyandu Al-Hikmah Cimerah Singaparna, Juju Jubaedah menyebutkan “kegiatan posyandu di kampung ini setiap hari senin minggu kedua, selain melakukan penimbangan dan pemberian makanan bergizi untuk balit, kami bersama bidan desa informasi mengenai kesehatan kehamilan terhadap ibu hamil” (Jumat, 31/09/2018) “supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, saya di posyandu sok wanti-wanti ka ibu hamil supaya selalu rajin memeriksakan kandungannya ke ibu bidan, apalagi jika kehamilannya di usia rentan yang bakal beresiko tinggi dugi ka maot jiga taun kamari aya hiji bayi nu maot” tutur juju kemudian. Hal tersebut diatas hamper sama dalam kutipan dari okezone.com, bahwa di posyandu para kader bisa membantu memberikan informasi kepada ibu hamil yang berisiko tinggi, cara mencegah perdarahan, hal-hal yang harus dilakukan ibu ketika bayi baru lahir guna mencegah kematian, dan masih banyak lagi. Keberadaan posyandu juga membantu memperkuat posisi ibu hamil karena dapat mengidentifikasi siapa saja yang harus segera masuk ke pelayanan kesehatan agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Angka kematian pada bayi usia di bawah 28 hari masih cukup tinggi mencapai 50 persen dari angka kasus kematian bayi secara keseluruhan dan umumnya. Hal tersebut disebabkan karena kesulitan bernapas saat lahir (asfiksia), infeksi, dan komplikasi lahir dini serta berat badan lahir rendah. Sulitnya menurunkan AKB disebabkan antara lain belum meratanya persebaran tenaga kesehatan, terutama untuk wilayah Indonesia bagian timur, belum memadainya fasilitas kesehatan dan tidak adanya akses yang cukup baik bagi warga terhadap layanan kesehatan. Meski pada saat ini angka kematian ibu dan bayi dikatakan menurun, akan tetapi harapan saya sebajai mahasiswa S1. Kesehatan Masyarakat, bahwa capaian ini harus terus ditingkatkan karena masih ada angka kematian meski cakupannya lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Informasi kesehatan ibu hamil dalam Upaya-upaya pencegahan kematian ibu bayi saat melahirkan atau pasca melahirkan harus sampai ke masyarakat ke tingkat keluarga supaya pemahamannya menyeluruh.
NAMA LENGKAP : CUCU NURPATONAH
NIM : 4001170082 EMAIL : fatonahmubarok84@gmail.com No. WA : 082118045790