Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini berbagai macam ilmu pengetahuan semakin berkembang
pesat, mulai dari teknologi, pertanian, hukum, perindustrian dan dibidang lainnya. Dalam hal
ini penulis memfokuskan pada suatu mata kuliah yang berkonsentrasi struktur yaitu struktur
beton bertulang jilid tiga. Dimana pada pembahasan ini mahasiswa diwajibkan membuat
resume mengenai pelajaran sebelumnya yaitu pada mata kuliah struktur beton bertulang jilid
satu dan struktur beton bertulang jilid dua, yang nantinya hasil dari gabungan kedua resume ini
akan membahas lima elemen struktur bton bertulang yaitu; struktur pondasi, struktur balok,
struktur plat, struktur kolom dan struktur tangga pada suatu bangunan.

Pada mata kuliah struktur beton jilid tiga ini mahasiswa diwajibkan dengan tugas
bersifat individu mengenai tugas resume per lima item dimana persatu item Tersebut harus
menguraikan cara mendisain dan merencanakan dan menentukan dimensi masing-masing item
tersebut. Dimana format resume ini menyerupai seperti format CBR (Critical Book Review).
Resume ini memiliki ketentuan seminimal mungkin dari kelima item tersebut seminimal
mungkin harus mencapai target 5 halaman, sehingga jika ditotalkan dari keseluruhan tugas ini
menjadi 25 halaman, terkait dengan cara mendisain, rumus dan gagasan pokok yang penting.
Tugas ini bertujuan untuk mensingkronkan pelajaran yang akan datang, yaitu pelajaran struktur
beton jilid tiga.
PLAT LANTAI
A. Pngertian Umum
Pelat merupakan elemen struktur yang dirancang untuk menahan aksi lentur akibat
beban vertikal yang kemudian akan didistribusikan ke elemen struktur dibawahnya. Umumnya
beban akan didistribusikan pada beam/balok, walaupun beberapa jenis pelat langsung
mendistribusikan bebannya langsung ke kolom dengan merekayasa elemen kolomnya. Pelat
relatif tipis dibandingkan dengan panjangnya dan pelat dapat juga berfungsi sebagai diafragma
atau pengikat antara balok yang satu dengan balok yang lain. Dalam Perencanaannya, pelat
diasumsikan sebagai balok dengan mengambil irisan permeternya, sehingga apabila pelat
dengan tebal 12 cm maka diasumsikan sebagai balok dengan dimensi b=100 cm dan h=12 cm.
Pelat di rencanakan hanya mampu menahan beban vertikal atau beban yang tegak lurus
terhadap bidangnya, sehingga gaya geser/shear akan diabaikan dalam perencanaannya.
Berbeda dengan balok yang dalam hal tertentu shear force sangat dijadikan perhatian dalam
perencanaannya.

B. TUMPUAN
Pelat yang konvensional umumnya di letakkan diatas balok/beam. Hubungan antara
plat dan balok sangat spesial sehingga mampu bekerja sama dalam mendistribusikan beban
yang diterima oleh plat. Bila hubungan antara plat dan balok dianggap kaku maka akan terjadi
momen pada sambungan sehingga sambungan akan direkayasa untuk menahan momen, dan
bila sambungan diasumsikan tidak sendi maka, tentu saja sambungan di rekayasa sedemikian
rupa untuk tidak menahan momen. Untuk bangunan gedung, umumnya pelat ditumpu balok
secara monolit dengan cara pengerjaan /pengecoran balok dan pelat dilakukan bersamaan. Atas
dasar ini maka hubungan balok dan pelat dianggap seperti jepit. Hubungan balok dan pelat
dapat diasumsikan seperti gambar berikut :
C. Perencanaan Tulangan Pelat
Pada Perencanaan pelat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa syarat / ketentuan
sebagai berikut : 1. Pada perhitungan pelat, lebar pelat diambil 1 meter (b=1000 mm) 2.
Panjang bentang 𝝀 a. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung 𝜆 = 𝜆𝑛 +ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝜆
≤ 𝜆𝑎𝑠−𝑎𝑠

D. Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung


Jik 𝜆 ≤ 3,0 𝑚,𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜆 = 𝜆𝑛 Jika 𝜆𝑛 > 3,0𝑚,𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜆 = 𝜆𝑛 +2 𝑥 50 𝑚𝑚
E. Jarak bersih antar Tulangan
Jarak bersih antar tulangan s S ≫ D dan s ≫ 25 mm (D adalah diameter tulangan) S ≫
4 3 x Diameter maksimal agregat atau s ≫ 40 𝑚𝑚 7. Jarak maksimal tulangan (as ke as)
Tulangan pokok : Pelat 1 arah : s ≤ 3.h dan s ≤ 450 mm Pelat 2 arah : s ≤ 2.h dan s ≤ 450 mm
Tulangan bagi S ≤ 5.h dan s ≤ 450 mm

F. Luas tulangan minimal pelat


a. Tulangan pokok Fc` ≤ 31.36 Mpa, 𝐴𝑠 ≫ 1.4 𝑓𝑦.𝑏.𝑑 Fc` > 31.36 Mpa, 𝐴𝑠 ≫ √𝑓𝑐
4.𝑓𝑦.𝑏.𝑑 b. Tulangan bagi/tulangan susut dan suhu Untuk fy ≤ 300 Mpa, maka Asb ≫0.0020.
b.h Untuk fy = 400 Mpa, maka Asb ≫ 0.0018.b.h Untuk fy ≫400 Mpa. Maka Asb ≫
0.0018.b.h (400 𝑓𝑦) Tetapi Asb ≫ 0.0014.b.h

G. Tebal Selimut Beton


Tebal Selimut Beton adalah Untuk batan tulangan D ≤ 36; tebal selimut beton ≫ 20
𝑚𝑚 Untuk batang tulangan D44-D56, tebal selimut beton ≫ 40 𝑚𝑚

H. Tebal pelat
Tebal pelat berpengaruh pada fy dan tidak boleh kurang dari ketentuan pada tabel dibawah ini.
F. Tebal Selimut Beton
Tebal Selimut Beton adalah Untuk batan tulangan D ≤ 36; tebal selimut beton ≫ 20 𝑚𝑚 Untuk
batang tulangan D44-D56, tebal selimut beton ≫ 40 𝑚𝑚
Data Dimensi plat (h,d,d), mutu bahan (fy, fc fe) dan
beban (M) ≤ ø Mn

𝑀 382,5 .fc’.(600 + fy .225 .βl)


Dihitung K = 𝑏.𝑑𝑛2 dan Kmaks – (600+ fy)2

K ≤ Kmaks (?)

Gambar sekema hitung pembesaran plat𝑀


Dimensi diperbesar, tentukan d : D harus ≥√𝑏.𝐾 𝑛
𝑚𝑎𝑘𝑠

Gambar sekema hitung pembesaran plat

Data : dimensi palt (h, d, d), mutu bahan (fc fy),


dan tulangan pokok terpasang A0

Dikontrol nilai ρ = A0 (b.d), syarat: ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks

1,4
Dengan ρmin = 𝑓 jika Fc’ ≤ 31,36 Mpa
𝑦

𝑓 ′
Atau ρmin = √4 .𝑓
𝑐
jika 𝑓𝑐 ′ ˃ 31,36 MPa
𝑦

382,5 . βl . 𝑓𝑐′
ρmaks = 0,75. ρb = (600+𝑓𝑦 ) . 𝑓𝑦

𝐴𝑔 . 𝑓𝑦
Dihitung a = 0,85 . 𝑓𝑐′ .𝑏

Dihitung : Mn = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑦 (d – a/2) dan Mf = ø.Mn


Gamabar sekema hitung momen rencana
Gamabar sekema hitungan momen rencana
REFERENSI
Nawy Edward G (1998), “Beton Bertulang”, Eds : suryoatmono Bambang, PT. Refika Aditama
Bandung
Chu-kia-wang & Charles G Salmon, 1994, Disain Beton Bertulang, Jilid 1, Jakarta Erlangga
W.C. Vis & Gideon Kusuma, 1994, “ Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang”, Jilid 1 Jakarta
Erlangga
Asroni Ali (2010), “Balok dan Pelat Bertulang” Graha Ilmu Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai