Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Praktek Perancah dan Begisting adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Unimed. Matakuliah ini mempunyai bobot 2
SKS. Matakuliah ini merupakan sarana untuk menjembatani mahasiswa untuk lebih
memahami dunia kerja tentang pemasangan Perancah dan Begisting dilapangan.
Dalam mata kuliah ini, mahasiswa diajari tentang teori Perancah dan Begisting dan juga
praktek dari teori yang dipelajari tersebut. Setelah mempelajari dan melakukan praktek
perancah dan bekisting (menghasilkan produk), maka mahasiswa diminta pertanggung
jawaban berupa laporan tentang apa saja yang dilakukan selama melakukan praktek perancah
dan begisting. Adapun yang menjadi topik dalam praktek perancah dan begisting ini yaitu
membuat perancah dan begisting untuk bangunan bertingkat dua, dimana rumah ini tidak
secara keseluruhan bertingkat dua.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu:
1. untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Perancah dan Bagesting.
2. untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang penyusunan
laporan.
3. untuk mempertanggungjawabkan hasil Praktek Perancah dan Bagesting yang telah
dilakukan.

1.3.Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yaitu: mahasiswa semakin memahami apa
yang telah dipelajari dalam praktek perancah dan begisting dan juga laporan ini akan
bermanfaat bagi pembaca untuk penulisan laporan praktek perancah dan begisting.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. PERANCAH

Perancah (scaffolding) atau steger merupakan konstruksi pembantu pada pekerjaan


bangunan gedung. Perancah dibuat apabila pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai
ketinggian 2 meter dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah adalah work platform
sementara.

Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk


menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-
bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau
tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara Asia
seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai perancah.

Scaffolding sendiri terbuat dari pipa – pipa besi yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga mempunyai kekuatan untuk menopang beban yang ada di atasnya. Dalam
pengerjaan suatu proyek, butuh atau tidaknya penggunaan scaffolding bisa tergantung kepada
pemilik proyek. Karena adanya perbedaan antara biaya menggunakan bambu dan scaffolding.
Scaffolding digunakan sebagai pengganti bambu dalam membangun suatu
proyek. Keuntungan penggunaan scaffolding ini adalah penghematan biaya dan efisiensi
waktu pemasangan scaffolding.

Scaffolding adalah salah satu alat yang digunakan dalam proyek konstruksi. Dengan
kata lain perancah bangunan halaman sementara itu telah dibuat dan digunakan sebagai karya
pendukung dalam setiap pekerjaan konstruksi. Penggunaan scaffolding dalam membangun
proyek-proyek konstruksi adalah penyebab yang sangat mendominasi kecelakaan kerja di
proyek, umumnya jatuh, tergelincir, bahan terlindas dan hancur.

Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; Peraturan


Menteri Tenaga Kerja no. PER.01 / MEN / 1980 tentang Keselamatan & Kesehatan pada
konstruksi bangunan; Menteri Tenaga Kerja dan SKB Menteri Pekerjaan Umum no. Kep 174
/ Men / 1986 dan Pedoman No.104 / Kpts / 1986 dan Pelaksanaan Keselamatan selama
kegiatan konstruksi situs, itu diperlukan untuk melakukan pelatihan bagi teknisi
perancah/scaffolding.Selain untuk mematuhi peraturan pemerintah, dengan mengikuti
pelatihan scaffolding, pekerja dapat memperoleh pengetahuan dasar dan keterampilan untuk
perencanaan, persiapan, pemantauan dan memastikan aktivitas dengan menggunakan
perancah akan berjalan aman. Ada tiga type dasar :

 Supported scaffolds, yaitu platform yang disangga oleh tiang, yang dilengkapi dengan
pendukung lain seperti sambungan-sambungan, kaki-kaki, kerangka-kerangka dan
outriggers
 Suspended scaffolds, yaitu platform tergantung dengan tali atau lainnya

2
 Aerial Lifts, penopang untuk mengangkat seperti “Man Baskets” atau keranjang
manusia

Fungsi Perancah

 Sebagai tempat untuk bekerja yang aman bagi tukang / pekerja sehingga keselamatan
kerja terjamin.
 Sebagai pelindung bagi pekerja yang lain, seperti pekerja di bawah harus terlindung
dari jatuhnya bahan atau alat.

Jenis-Jenis Perancah
1. Perancah Andang.
Perancah atau andang digunakan pada pekerjaan yang tingginya 2,5 – 3 m. Apabila pekerjaan
lebih tinggi maka tidak digunakan andang lagi. Macam – macam perancah andang:

 Perancah andang kayu cara membuatnya cepat dan dapat dipindah pindahkan. Untuk
tinggi perancah tetap tidak dapat disetel. Biasanya pada pekerjaan yang tingginya
tidak lebih dari 3 m, untuk pekerjaan lebih tinggi dari 3 m menggunakan perancah .

 Perancah andang bambu dapat dipindah-pindah dan sebagai pengikatnya memakai tali
ijuk, karena tali ijuk ini tahan terhadap air, panas dsb. Pada perancah andang bambu
ini sudah disetel terlebih dahulu, sehingga tinggi dan panjangnya tidak dapat distel
kembali.Biasanya andang bambu dapat dipakai pada ketinggian pekerjaan tidak lebih
dari 3 m, mengenai kaki andang bambu ada yang pakai 2 atau 3 pasang.

 Perancah besi sangat praktis dan efisien karena pemasangannya mudah dan dapat
dipindah-pindahkan.Tinggi perancah besi dapat disetel untuk jarak kaki perancah
yang satu dengan yang lain hingga 180 cm dengan tebal papan 3cm.

2. Perancah Tiang.
Perancah tiang digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m, Perancah tiang bisa
dibuat sampai 10 m lebih tergantung dari kebutuhan. Perancah tiang ada 3 macam:
a. Perancah tiang dari bambu.
Pada umumnya perancah bambu banyak dipakai oleh pekerja di lapangan, baik pada
bangunan bertingkat maupun tidak. Alasannya adalah:

 Bambu mudah didapat, kuat, dan murah.


 Pemasangan perancah bambu mudah dibongkar dan dapat dipasang kembali tanpa
merusak bambu.
 Bahan pengikatnya pakai tali ijuk.

b. Sistem perancah bambu dengan konsol dari besi.


Sistem perancah bambu dengan konsol besi hanya ditahan oleh satu tiang bambu saja,
berbeda dengan perancah yang ditahan oleh beberapa tiang.
Keuntungannya adalah sbb :

 Tidak terlalu banyak bambu yang dibutuhkan,


 Cara pemasangannya lebih cepat daripada perancah bambu,
 Lebih praktis dan menghemat tempat.

3
 Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ketingkat diatasnya,
 Untuk tiang bambu tidak perlu dipotong,

c. Perancah tiang besi atau pipa.


Pada perancah tiang dari besi atau pipa alat penyambungnya memakai kopling, untuk
penyetelannya lebih cepat dibandingkan perancah tiang bambu.

2.2. Bekisting

Pengertian Bekisting dalam ilmu bangunan adalah sebuah cetakan yang bersifat
sementara yag digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai
dengan yang diinginkan. Dan cetakan ini akan dibuka jika telah memenuhi standar waktu
yang dibutuhkan guna pengerasan beton cukup kuat menahan beban sendiri dan beban
lainnya.

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi tanggung jawab dari
pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi
hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan
perencanaan yang sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi
pendukung atau yang menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah
konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi :

 Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari
sebuah konstruksi beton menuntut bekisting yang sederhana.
 Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi
beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang
timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-
toleransi tersebut.
 Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.

Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif
yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari masing-masing metode.
Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini
juga tergantung dari pengalaman dan jam terbang dari pemborong kerja tersebut. Ada 3
tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting,
yaitu :

1. Kualitas

Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga
bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan
toleransi yang diinginkan.

4
2. Keselamatan

Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai
sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami
keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.

3. Ekonomis

Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses
pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik). Ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode
bekisting yang akan dipakai yaitu :

1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan

Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen
utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan
dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur
besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.

2. Luasan bangunan yang akan dipakai

Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki
siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu
pertimbangan utama untuk penentuan berapa kali siklus pemakaian material bekisting. Hal ini
juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.

3. Ketersediaan material dan alat

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk
memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan. Selain
faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek
(work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain
sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut
maka diambil keputusan mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.

Pada pekerjaan kontruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :

 Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk
sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang
sederhana.
 Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi
beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang
timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-
toleransi tersebut.
 Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan, dan dipindahkan.
 Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.

5
 Memberikan isolasi termis.

Jenis-Jenis Bekisting

Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton
dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan, maka berikut ini adalah jenis-
jenis bekisting.

1. Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bekisting konvesional adalah bekisting yang


menggunakan kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian
struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-
bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting
tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material
kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada
elemen struktur yang lain.

2. Bekisting Knock Down

Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka direncanakanlah


sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit
bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan
bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan
seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting
knock down ini menjadi jauh lebih murah. Gambar 1.1. merupakan contoh dari bekisting
knock down pada pekerjaan pile cap. Gambar 1.2. merupakan contoh dari bekisting knock
down pada pekerjaan tie beam. Gambar 1.3. merupakan contoh dari bekisting knock down
pada pekerjaan kolom. Gambar 1.4. merupakan contoh dari bekisting knock down pada
pekerjaan balok.

3. Bekisting Fiberglass

Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini
disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping
untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber:

 Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk;


 Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting;
 Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting;
 Tidak berkarat;
 Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan
lingkungan berair;
 Efisien secara biaya;
 Kualitas hasil yang lebih baik;
 Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah;

6
 Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan
hingga 1000 kali;
 Tahan panas;
 Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi;
 Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi;
 Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji;
 Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak,
gampang untuk dibersihkan;
 Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan
cuaca;
 Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan sangat
ramah lingkungan.

Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi
mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya
proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi
pemerintah dan masyarakt luas, bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara
signifikan sehingga sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.

4. Bekisting Konvensional

Formwork atau bekisting merupakan salah satu faktor penting yang harus direncanakan
secara matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Menurut Stephens (1985), formwork
atau bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton
dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai
cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah
mencapai kekuatan yang cukup. Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek
tersebut adalah :

 Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak
serta sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan
bekisting yang akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik.
 Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus
cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi
pekerja sekitarnya.
 Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan
seekonomis mungkin.

Metode bekisting yang biasanya digunakan pada bangunan dengan material utama
beton, adalah metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada bekisting
konvensional diantaranya kayu, multiplex, papan, dan paku yang mudah didapat tetapi masa
pemakaiannya lebih pendek dikarenakan penyusutan yang besar. Ini mengharuskan
pembelian material berulang kali. Selain itu dalam pengerjaannya harus dipasang dan
dibongkar atau dibuat pada setiap elemen struktur yang membutuhkan tenaga kerja yang

7
kurang terampil. Sehingga pengerjaan dengan metode ini memerlukan waktu dan biaya
pengerjaan yang cukup besar.

Pada awalnya bekisting yang dipakai pada pekerjaan konstruksi, biasanya terbuat dari
kayu dengan kadar kelembaban antara 15%-20%. Bekisting tradisional dengan menggunakan
material kayu ini dapat dipakai hampir pada semua struktur jenis bangunan, misalnya:
pondasi, kolom, balok, pelat lantai, dinding, dan sebagainya. Bekisting tradisional dengan
menggunakan material kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada
bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas
bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi
bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika
material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk
bekisting pada elemen struktur yang lain. Hasil akhir permukaan beton yang diperoleh
dengan menggunakan bekisting material kayu ini tidak terlalu baik, namun pemakaian
bekisting ini mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dikatakan tinggi, karena bekisting
tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur bangunan dengan bentuk yang
bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya terdapat jenis material
bekisting baru yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting, biasanya tetap
mengkombinasikan pemakaian bekisting tradisional dengan bekisting yang modern untuk
pekerjaan-pekerjaan struktur yang kecil. Dengan menggunakan bekisting metode
konvensional kekurangannya adalah:

 Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali;


 Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama;
 Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor;
 Bentuknya tidak presisi.

8
BAB III

HASIL DAN PEMBAHSAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktek pembuatan perancah dan
bagesting ini yaitu:
a. Alat

1. Gergaj 2. Gergaji 3. Palu/Martil


i Triplek
Kayu

4. Penggaris 5. Meteran 6. Paku


Siku Gulung

7. Lem 8. Pahat 9. Cutter

9
10. Gergaji 11. Mesin
Mesin Ketam

b. Bahan

1. Triplek 2. Kayu
Ketam Ketam

10
3.2. LANGKAH KERJA
a. Pembuatan Tempat/Area Denah Bangunan Rumah (Mini Maket)
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1. Persiapan alat dan bahan yaitu: gergaji mesin, alat tulis, penggaris siku, meteran, dan
triplek.
2. Pengukuran triplek sesuai dengan kebutuhan (sesuai ukuran denah gambar bangunan
rumah yang akan dibuat).
3. Pemotongan triplek yang telah diukur menggunakan gergaji mesin.

4. Penggambaran denah rumah pada triplek yang telah dipotong.

5. Penentuan titik-titik kolom berdasarkan denah gambar rumah.

b. Pembuatan Bingkai Alas


1. Menyediakan alat dan bahan yaitu: kayu, paku, martil, gergaji mesin, mesin ketam,
alat tulis, meteran gulung.
2. Mengukur panjang kayu yang dibutuhkan dengan meteran (sesuai dengan ukuran
triplek yang telah dipotong) kemudian dipotong sebanyak empat buah menggunakan
gergaji tangan maupun gergaji mesin.
3. Menghaluskan serta menyesuaikan ketebalan keempat kayu tersebut menggunakan
mesin ketam.
4. Memotong tiap-tiap bagian ujung kayu dengan bentuk miring dengan sudut
kemiringan 450 menggunakan gergaji mesin.

11
5. Membuat bordiran disetiap kayu dibagian luar kayu berupa 2 buah garis horizontal
(memanjang) untuk menambah nilai seni.
6. Menyatukan keempat kayu tersebut ke triplek dengan lem dimana setiap ujung kayu
bertemu membentuk kotak sesuai bentuk triplek.
7. Memaku setiap ujung pertemuan kayu dan juga memaku antara kayu dengan triplek
supaya tidak terlepas.

c. Pembuatan Perancah dan Bekisting Untuk Lantai I


c.c1. Pembuatan Bagesting Kolom
1. Menyediakan alat dan bahan yaitu: triplek, lem, kayu, pahat, meteran gulung, palu,
cutter, gergaji.
2. Memotong triplek sesuai ukuran kolom yang di denah dengan skala 1:25 sebanyak
empat sisi.
3. Menggabungkan keempat sisi triplek tersebut menggunakan lem sehingga
berbentuk seperti gambar berikut:

4. Membuat bagian stang pada kolom sebagai pengikat begisting kolom, stang tersebut
terbuat buat dari kayu yang di ukur dan dipotong sedemikian rupa sesuai kebutuhan
kerja.
5. Membuat sambungan antar stang sehingga dapat saling mengikat satu sama lain
seperti gambar berikut:

12
6. Menempelkan stang dengan begisting kolom (untuk lebih memperkuat penempelan,
digunakan lem disetiap sambungan stang), sehingga dihasilkan begisting kolom
seperti gambar berikut:

7. Menempelkan begisting kolom pada setiap titik yang sudah digambar pada triplek
(mini maket) seperti pada gambar:

c.c2. Pembuatan Begisting Balok


1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu: triplek, lem, gergaji, meteran gulung, cutter.
2. Mengukur dan memotong triplek sesuai ukuran kebutuhan untuk membuat bagian
landasan begisting balok bagian bawah.
3. Triplek yang dipotong tersebut kemudian dipasang ke bagian ujung kolom
menggunakan lem, seperti gambar berikut:

13
4. Membuat bagian begisting sisi kiri dan kanan begisting balok dengan
menempelkan setiap sisi yang bertemu menggunakan lem, seperti pada
gambar berikut.

5. Mengerjakan segala keseluruhan bagian bekisting untuk lantai 1, sehingga di


hasil produk seperti gambar berikut:

6. Pemasangan bagian pelat lantai serta tangga menggunakan lem seperti gambar
berikut:

14
c.c3. Pembuatan Perancah
Untuk pembuatan perancah langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu kayu, lem, gergaji mesin, gergaji tangan, meteran
gulung, alat tulis,
2. Mengetam kayu untuk memperhalus bagian kayu yang kasar atau tidak rata.

3. Pengukuran dan pemotongan kayu tersebut sesuai dengan kebutuhan kerja.


4. Membentuk perancah dengan bentuk huruf “T” dimana bentuk perancah ini diperoleh
dengan menggabungkan dua buah potongan kayu yang tidak sama panjangnya.
5. Memasang perancah tersebut dibawah begisting balok untuk menahan balok, dan juga
menambah penyanggah begisting balok dibagian sisi kiri dan kanan dimana
penyanggah ini berfungsi menahan balok dari sisi kiri dan kanan seperti pada gambar
berikut:

d. Pembuatan Perancah dan Bekisting Untuk Lantai II

Untuk pembuatan perancah dan bekisting untuk lantai II, langkah-langkah


pengerjaanya sama dengan pembuatan perancah dan bekisting di lantai I. Adapun
dokumentasi beberapa tahap pengerjaannya yaitu sebagai berikut:

1. Dokumentasi pengerjaan penempelan bekisting kolom untuk lantai II dan juga


pengerjaan bagian dasar begisting balok untuk lantai II.

15
2. Dokumentasi pengerjaan pembuatan begisting balok untuk lantai II

3. Dokumentasi dimana pekerjaan untuk lantai II hampir selesai.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan yaitu:

1. Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk


menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan
bangunan-bangunan besar lainnya.
2. Pengertian Bekisting adalah sebuah cetakan yang bersifat sementara yag digunakan
untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan yang
diinginkan. Dan cetakan ini akan dibuka jika telah memenuhi standar waktu yang
dibutuhkan guna pengerasan beton cukup kuat menahan beban sendiri dan beban
lainnya.
3. Proses pengerjaan perancah dan begisting berbeda-beda untuk setiap struktur
banguan.

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu:
1. Dalam pelaksanaan praktek perancah dan begisting, ada baiknya praktikan bertanya
kepada pembimbing supaya pembimbing dapat mengarahkan dan mengajari.
2. Untuk setiap tim untuk lebih kompak lagi dan saling bekerja sama dalam
mengerjakan praktek.
3. Praktikan harus hati-hati dalam menggunakan alat-alat di workshop agar terhindar
dari kecelakaan kerja.
4. Praktikan harus lebih disiplin dan saling menghargai satu sama lain.
5. Praktikan dan pembimbing harus bias bekerja sama.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rohman, Taufikhur. 2012. Bekisting. http://taufikhurohman.blogspot.co.id/2012/12/bekisting.


html (diakses pada tanggal 29 Mei 2018).

Sarito dan Trimanta. 1996. Petunjuk Kerja Acuan dan Perancah 1. Bandung: Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik.

Tjerite, Pasca Regal. 2013. Pengertian Perancah Atau Scaffolding Dan Jenisnya.
http://tukangbata.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-perancah-atau-scaffolding.html
(diakses pada tanggal 29 Mei 2018).

18

Anda mungkin juga menyukai