Anda di halaman 1dari 41

“SCAFFOLDING DAN FORMWORK”

PENGERTIAN
SCAFFOLDING /Perancah (bahasa Inggris : scaffolding)
adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya.

Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari


pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan
bahan-bahan lain.

Di beberapa negara Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu


dan dolken (kayu) masih digunakan sebagai perancah.

Gambar : Perancah dapat menjangkau ke


tempat yang tinggi
Scaffolding Pada Masa Lalu

The Berlin Foundry Cup menggambarkan scaffolding pada zaman


Yunani Kuno (sekitar abad ke lima sebelum masehi). Sejak 4000 tahun
yang lalu, pemakaian perancah sudah banyak dikembangkan di daerah
Cina dan Mediterania. Orang-orang Afrika Kuno juga menggunakan
scaffolding dari kayu untuk mendukung pengerjaan masjid.

Konstruksi Perancah terdiri atas 4 macam bahan, yaitu kayu, bambu,


besi dan aluminium yang terdiri dari support (falsework) scaffolding dan
access scaffolding.

Tiga persyaratan yang harus dipenuhi perancah menurut CJ Wilshere


(1983) :
1. Memberikan daya dukung yang aman
2. Tidak menimbulkan goyangan
3. Memiliki biaya terendah
Perlu diperhatikan cara perletakan base perancah agar
mencapai daya dukung yang aman dan tidak menimbulkan
goyangan, yaitu :
1. Base diletakkan di atas tumpuan beton dengan pengaku
horizontal supaya tidak bergoyang
2. Base diletakkan di atas tumpuan pada lubang yang sudah
digali lalu diisi tanah urugan yang dipadatkan.
3. Base dimasukkan langsung ke dalam tanah dengan
kedalaman tertentu (untuk kedalaman tertentu)

Gambar : Cara Perletakan Base Perancah


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis
perancah :
1. Besarnya beban yang akan dipikul
2. Biaya yang ekonomis
3. Waktu yang efektif
4. Ketahanan terhadap korosi
5. Kemudahan pengadaan
6. Keselamatan kerja
Hingga tahun 1970, tercatat 99% penggunaan perancah berbahan
kayu, namun seiring perkembangan besi, pengetahuan tentang
kekuatannya, dan kepedulian manusia terhadap lingkungan, orang lebih
memilih besi karena lebih praktis, mudah didapat, dan jangka waktu
pemakaian lebih lama. Namun besi juga memiliki kelemahan yaitu
terjadi korosi dan harganya cukup mahal.

Perancah dari kayu dan bambu hingga saat ini masih sering digunakan
terutama untuk proyek dalam skala kecil, Hal ini karena kayu memiliki
kelebihan : harganya relatif murah dan upah pekerja di Indonesia yang
kecil.
Kegagalan Perancah :

1. Material yang Gagal


Disebabkan penggunaan kembali perancah yang tidak memenuhi syarat
(untuk menekan cost). Perancah berkarat atau bengkok.

2. Kurangnya Komponen yang Diperlukan


Biasanya disebabkan keteledoran pekerja, sehingga material yang diperlukan
tidak sesuai standart.

3. Beban yang berlebihan


Penggunaan platform sebagai perletakan material maupun peralatan
sementara sehingga perancah memikul beban yang terlalu berat.

4. Modifikasi yang tidak memenuhi syarat


Modifikasi tanpa seizin konsultan selama pelaksanaan, sehingga struktur
menjadi tidak stabil dan mengalami perubahan bentuk dan fungsi.

5. Peristiwa yang tak terduga


Disebabkan pengaturan site lay out yang tidak seimbang.
Kegagalan Perancah :

Gambar : Kegagalan Perancah


Berikut beberapa panduan dalam penggunaan perancah di
tempat kerja :
1. Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang
melebihi 2 meter.

Gambar : Penggunaan Perancah Pada Ketinggian


2. Material untuk perancah harus tahan retak atau
pecah.

3. Paku/Sekrup harus mempunyai panjang dan


tebal yang cukup.

Gambar : Penyetelan Sekrup


4. Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh
digunakan.
5. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
perancah harus disimpan dengan baik dan jauh
dari material yang berbahaya.

Gambar : Bahan-bahan Pembuatan Perancah


6. Perancah harus dihitung dengan faktor
pengaman (safety factor) sebesar 4 kali beban
maksimal.

7. Perancah harus diberi tangga pengaman untuk


tempat berjalan dan lain-lain fasilitas yang aman.

Gambar : Tangga pada Perancah


8. Perancah harus cukup diberi penguat (brace).

Gambar : Penguat (Brace)


9. Semua kerangka berdirinya perancah bangunan harus
berdasarkan standard konstruksi; mempunyai pondasi
yang kuat dan cukup tertanam dan diberi penguat
untuk kesetabilan.
10. Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong
asap dan bahan-bahan lain yang tidak semestinya
dipakai untuk penahan perancah, tidak boleh dipakai.
11. Tali baja yang digunakan untuk perancah, tidak boleh
terkena asam atau bahan kimia, yang memudahkan
keadaan korosi (karat) dan bahan ini tidak boleh
digunakan, untuk tali perancah kayu yang terbuat dari
serat tidak dapat digunakan atau yang dapat
mengundang bahaya.
14. Bila terpaksa perancah kayu maka pemilihan bahan
harus berurat lurus, padat, tidak ada mata kayu yang besar-
besar, kering tidak membusuk, tidak ada lubang ulat dan
lain-lainya yakni tidak ada kerusakan yang dapat
membahayakan runtuhnya susunan perancah.
15. Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas
gelagar memanjang dan melintang yang dihubungkan
dengan kuat pada tiang penyanggah, ke atas atau ke
samping, bergantung pada pemakaiannya untuk menjamin
kesetabilan sampai perancah dapat dilepas.

Gambar : Kestabilan Perancah


16. Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum
dipasang.

17. Setiap bentuk dan komposisi perancah harus diperiksa


sebelumnya oleh petugas K3L untuk meyakinkan:
a. dalam kondisi yang stabil
b. bahan yang dipakai tidak rusak
c. cukup baik untuk digunakan, dan
d. sudah diberi pengaman.

Gambar : Pemeriksaan Perancah


18. Pemeriksaan perancah harus dilaksanakan oleh petugas K3L dan
didokumentasikan:
a. sedikitnya seminggu sekali
b. sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa pembangunan yang agak
lama,

19. Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga tidak ada
yang rusak atau membahayakan waktu dipakai.

20. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau hal
itu tetap menjamin keselamatan.

21. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan dengan sistem jepit
(rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu.
a. sedikitnya seminggu sekali
b. sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa pembangunan yang agak
lama
22. Perancah yang tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang tertinggi, karena dapat
membahayakan kesetabilan dan kekuatannya.

23. Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada perancah:


a. Bagian-bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat dan kalau perlu diperkuat.
b. Setiap penggeseran dan penyanggah ( putlog ) harus dicegah.
c. Tiang penyanggah harus dihubungkan erat pada bagian bangunan yang kuat, di tempat
alat pengangkat dipasang.

24. Dalam melakukan kegiatan pemasangan perancah dan pembongkaran perancah


hanya boleh dilakukan oleh petugas yang telah memiliki keahlian dalam pekerjaan
perancah dan wewenang dalam melakukan kegiatan tersebut.

25. Setiap tahapan pekerjaan perancah harus mengikuti urutan sesuai ketentuan teknis
yang telah ditentukan oleh petugas yang mempunyai wewenang.

26. Tahapan atau urutan yang dibuat oleh tenaga teknis berkeahlian pekerjaan perancah
harus di dokumentasikan.
a. Tenaga ahli perancah yang mempunyai sertifikat perancah dan / atau
b. Petugas K3L khusus perancah/petugas K3L konstruksi.
Hal- hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemasangan Perancah :

(1) Penggunaan papan landasan pada bagian bawah tiang perancah sangat penting, hal ini
berguna untuk untuk menjaga tiang perancah agar tidak mengalami penurunan;

Gambar : Penggunaan Landasan


Hal- hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemasangan Perancah :

(2) Perakitan bekisting kolom, balok dan pelat lantai dilakukan secara bertahap, dimulai
dari persiapan alat dan bahan, pemotongan bahan sesuai gambar rencana, perangkaian
bahan, pendirian komponen bekisting kolom pada kedudukannya sesuai gambar rencana
dilanjutkan pemasangan tiang penyangga, sedangkan pada balok dan pelat lantai
pemasangan tiang perancah dilakukan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan bekisting acuannya sesuai gambar rencana;

Gambar : Perancah yang Siap Dirakit Gambar : Perancah kayu dan bekisting kolom
Hal- hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemasangan Perancah :

(3)Perakitan bekisting pelat lantai wafel dua arah dimulai dari pembuatan kerangka rusuk
dua arah beserta tiang pendukungnya, pemasangan kotak wafel (kotak wafel dibuat di
bawah sesuai dengan dimensi yang diinginkan kemudian dirangkai di atas);
(4)Pembersihan pada bekisting balok dan pelat lantai dilakukan dengan cara menggunakan
magnet dan penyemprotan air pada permukaan bekisting, bekisting kolom dapat dilakukan
dengan membuat lubang sementara di bagian samping dasar bekisting kolom, setelah
bahan sisa bekisting dikeluarkan  lubang pembersih tersebut ditutup kembali dan
diperkuat;

Gambar : Perancah untuk plat lantai Gambar: Perancah dan bekisting kayu untuk
tangga
Contoh harga jual/sewa scaffolding
Bagian-bagian scaffolding

main frame

Joint pin

jack base
Bagian-bagian scaffolding

cross base

cat walk

pipe support
Bagian-bagian scaffolding

clamp
single clamp double clamp

U-head Roller coaster


FORMWORK

Formwork (bekisting) adalah cetakan beton

Bekisting merupakan komponen utama yang bisa digali lebih dalam dalam sebuah
konstrusi, karena dengan adanya system bekisting yang terencana dengan sempurna akan
memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap keberhasilan suatu konstruksi.

Gambar : Formwork/Bekisting
BAHAN PEMBUAT BEKISTING
Untuk mencetak beton struktur rumah, umumnya digunakan bekisting dari kayu.
Sedangkan untuk mencetak beton struktur gedung-gedung tinggi, digunakan bekisting dari
plat baja.
Menurut Moelyono Akbar (arsitek), pencetakan beton untuk kolom kecil (ukuran 12 x 12
cm, 15 x 15 cm, atau 20 x 20 cm) yang tidak diekspos, biasa digunakan kayu borneo super.
Hasilnya permukaan beton agak kasar, karena itu perlu diaci dan mungkin dicat.
Sedangkan pencetakan beton untuk kolom yang lebih besar dan ingin diekspos biasa
digunakan multipleks 9 mm. Penggunaan multipleks (yang diberi oli) akan menghasilkan
beton dengan permukaan yang rata dan mulus, yang membuat beton ini siap dipasang
tanpa perlu dipoles lagi.

Gambar : Bekisting dari kayu Gambar : Bekisting dari plat baja


BAJA
Bekisting dari plat baja dipergunakan untuk pekerjaan yang uniform dan
repetitif/berulangkali. Hal ini disebabkan biaya pembuatan bekisting baja yang relatif
mahal dan membutuhkan modal awal yang besar.
Keuntungan dari bekisting plat baja adalah masa pakai yang cukup lama sehingga untuk
pekerjaan yang repetitif, penggunaan bekisting dari baja justru lebih menguntungkan.
Beton yang dihasilkan oleh bekisting baja permukaannya lebih halus.

KAYU
Bekisting yang terbuat dari kayu memiliki biaya yang lebih rendah tetapi masa pakai
bekisting dari kayu ini lebih pendek. Sehingga bekisting dari kayu cocok dipergunakan
pada proyek yang lebih kecil, seperti rumah tinggal, masjid lingkungan, dsb .
Beton yang dihasilkan oleh bekisting kayu permukaannya masih kasar (sesuai dengan
tekstur kayu yang digunakan)

Dalam satu proyek, cost untuk bekisting sendiri nilainya berkisar 7-9 % dari nilai
keseluruhan proyek.
Jenis dan Tipe Bekisting :

1. Bekisting tradisional.
Bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian
dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain, umumnya terbuat dari
papan kayu.

2. Bekisting setengah sistem.


Satuan-satuan bekisting yang lebih besar dan disusun untuk sebuah proyek
tertentu, prinsipnya digunakan untuk berulang kali dan bentuk tidak diubah,
umumnya terbuat dari material plat.

3. Bekisting sistem.
Elemen-elemen bekisting yang dibuat di pabrik, sebagian besar komponen
terbuat dari baja, penggunaanya berulang kali untuk sejumlah pekerjaan,
misalnya; bekisting untuk panel terowongan maupun bekisting untuk beton
precast.
SYARAT BEKISTING :

Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan:

1. Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini
terjadi, faktor air semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga
mutu beton terganggu. Pada bagian yang bocor akan terjadi keropos
atau sarang kerikil atau pasir.

2. Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus mempunyai


tekstur seperti yang diinginkan, seperti licin atau bergaris, sehingga
beton yang dihasilkan mempunyai permukaan yang baik.

3. Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang kuat


dapat menjadikan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan.
Dalam beberapa kasus terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran,
akibat sokongan yang tidak memadai.

4. Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.

5. Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton


Pada Pekerjaan Konstruksi bekisting menjalankan 4
fungsi, yaitu :

1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat,

2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi
beton dan berbagai beban dari luar serta getaran.

3. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dapat dipasang, dilepaskan dan
dipindahkan

4. Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.


KLASIFIKASI BEKISTING BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN:

1. Bekisting untuk pekerjaan kolom (Column Formwork)

Gambar : Bekisting pekerjaan kolom


KLASIFIKASI BEKISTING BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN:

Bekisting untuk pekerjaan kolom (Column Formwork)

Gambar : Bekisting pekerjaan kolom


KLASIFIKASI BEKISTING BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN:

2. Bekisting untuk pekerjaan dinding (Wall Formwork)

Gambar : Bekisting pekerjaan dinding


KLASIFIKASI BEKISTING BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN:

3. Bekisting untuk pekerjaan Pelat (Slab Formwork)

Gambar : Bekisting pekerjaan Pelat


KLASIFIKASI BEKISTING BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN:

3. Bekisting untuk pekerjaan Jembatan &Terowongan (Bridge&Tunnel Formwork)

Gambar : Bekisting Jembatan & Terowongan


CONTOH APLIKASI PENGGUNAAN FORMWORK & SCAFFOLDING :
(Pada Pekerjaan Abutment)

Step 1 : Pemasangan Peralatan(Push Pull,Tie Rod,dll)


Step 2 : Pengecoran Wall Bagian Bawah

Gambar : Pemasangan Peralatan pada Wall Bawah


CONTOH APLIKASI PENGGUNAAN FORMWORK&SCAFFOLDING :
(Pada Pekerjaan Abutment)

Step 3 : Pemasangan Scaffolding, diikuti Pemasangan Peralatan Lain


Step 4 : Pengecoran Wall Atas

Gambar : Pemasangan Peralatan da Wall Atas


CONTOH APLIKASI PENGGUNAAN FORMWORK&SCAFFOLDING :
(Pada Pekerjaan Abutment)
Step 5 : Pemasangan Scaffolding, diikuti Pemasangan Peralatan Lain
Step 6 : Pengecoran Head Wall

Gambar : Pemasangan Peralatan dan Wall Atas


CONTOH HARGA SEWA FORMWORK
SUMBER :
Asmara, A.A., Widhiawati, I.A.R., Yana, A.A.G.A, 2010, Analisa Biaya Pelaksanaan Antara Pelat
Konvensional dan Sistem Pelat Menggunakan Metal Deck, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 14, No. 1,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar

Lubis, B, 2007, Pelaksanaan Konstruksi Beton dan Pelaksanaannya, Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara

Mardal. M, 2008, Optimalisasi Waktu dan Biaya, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta.

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
submit.x=25&submit.y=13&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe
%2Fs1%2Fsip4%2F2007%2Fjiunkpe-ns-s1-2007-21402025-5030-ruko-chapter2.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Perancah

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4267163

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5131764

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:BADnm7s6eiUJ:fisuharoh.files.wordpress.com/2008/10/handout-fw1-
gd.ppt+perancah&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai