Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas. HAM lebih dijunjung tinggi dan
lebih diperhatikan dalam masa ke masa. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, seseorang hidup tidak sendiri dan seseorang hidup bersosialisasi
dengan orang lain. Jangan sampai melakukan pelanggaran HAM terhadap orang
lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. HAM
sendiri sebenarnya sudah tertuang dalam UUD 1945, namun pada kenyataannya
antara penerapan dan teori sangat jauh perbedaannya.
Kasus pelanggran hak asasi manusia akan berlanjut ketika tidak ada
penyelesaian dari kasus-kasus yang sudah terjadi. Semakin tidak jelas peran
pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM maka Indonesia akan
semakin disorot dunia Internasional. Untuk itu butuh keseriusan pemerintah
untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup,
hanya pemerintah. Namun, partisipasi dan kerja sama warga sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM
yang judul “Hak Asasi Manusia dan Contoh Kasus Pelanggaran HAM”.

1.2 Permasalahan
Dimensi kehidupan yang mencuat dewasa ini, terutama bagi kehidupan
bangsa-bangsa di dunia (termasuk Indonesia), salah satunya adalah yang berkait
dengan isu hak-hak asasi manusia (HAM). Tidak saja mengenai perjalanan

1
paham yang melatari, tetapi lebih dari itu merebaknya berbagai kasus
pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Penegakan Hak Asasi Manusia
(HAM) merupakan salah satu issu penting dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat di Indonesia. Namun masih banyak pelanggaran HAM di
Indonesia yang belum terselesaikan dengan baik, banyak pihak yang masih ragu-
ragu akan penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Banyak faktor yang
mempengaruhi penegakan HAM di Indonesia, dan faktor penyebab kurang
ditegakannya HAM di Indonesia. Sehingga hal demikian dapat memicu
terjadinya pelanggaran HAM selanjutnya. Hak Asasi Manusia merupakan unsur
normatif yang melekat pada diri setiap manusia . Di dalamnya tidak jarang
menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM
pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran
HAM seorang individu terhadap individu lain, kelompok terhadap individu,
ataupun sebaliknya.
Memperbincangkan dinamika hak asasi manusia, cukup mengingatkan pada
nama ini: Marsinah dan kasus Tri Sakti. Pada kasus Marsinah, misteri
kematiannya yang tidak pernah terungkap hingga sekarang. Tidak pernah
diketahui secara pasti oleh siapa ia dianiaya dan dibunuh, kapan dan di mana ia
mati pun tak dapat diketahui dengan jelas. Liputan pers, pencarian fakta,
penyidikan polisi, pengadilan sekalipun nyatanya belum mampu mengungkap
kasusnya secara tuntas dan memuaskan. Kendati hakim telah memvonis siapa
yang bersalah dan dihukum, orang tak percaya begitu saja. Sementara kunci
kematiannya tetap gelap sampai kini, lebih dari satu dasawarsa berselang.
Mungkin orang tak akan banyak tahu siapa Marsinah seandainya ia tidak dibunuh
dan kasusnya tidak gencar diberitakan oleh media massa. Ia tidak hanya dianggap
mewakili “nasib malang” jutaan buruh perempuan yang menggantungkan masa
depannya pada pabrik-pabrik padat berupah rendah, berkondisi kerja buruk
sekaligus tak terlindungi hukum.

2
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mulai mengalami kemajuan dalam
bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga
sering terjadi di sekitar kita karena semakin egoisnya manusia dalam pemenuhan
hak masing-masing dan semakin banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM dan Pelanggaran HAM


2.1.1 Pengertian HAM
Istilah hak asasi manusia dikenal dalam bahasa Prancis “Droits de
l’homne”, yang berarti hak manusia, dalam bahasa Inggris disebut “Human
rights”, dalam bahasa Belanda disebut ”Mensen rechten”. Dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan ”Hak-hak kemanusiaan” atau ”Hak asasi
manusia”. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM, disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang. Hak asai manusia merupakan hak yang bersifat medasar,
keberadaannya tidak dapat digangu gugat bahkan harus dilindungi demi
kehormatan serta harkat dan martabat manusia. Jadi, HAM adalah hak
dasar atau hak pokok yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang secara
kodrat melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat karena
merupakan anugerah Tuhan YME. HAM adalah hak yang bersifat asasi.
Artinya, hak-hak yang dimiliki oleh manusia berdasarkan kodratnya yang
tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga bersifat suci. Dengan kata
lain, HAM adalah bermacam-macam hak dasar yang dimiliki pribadi
manusia sebagai anugerah dari Tuhan YME yang dibawa sejak lahir
sehingga hak asasi itu tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri.
2.1.2 Pengertian Pelanggaran HAM

4
Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara
atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau
alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.

2.2 Sejarah HAM di Dunia dan di Indonesia


2.2.1 Sejarah HAM di Dunia
Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang
filsuf Inggris pada abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak
alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak
atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih
terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak
asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu
Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
a. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja Johndari Inggris dengan para bangsawan
disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak
oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak
untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.
Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan

5
yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak itu, jaminan hak
berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
b. Revolusi Amerika (1276)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan
Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of Independence
(Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka
tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
c. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada
rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan
absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan
Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat hak atas kebebasan(liberty), kesamaan(egality),
dan persaudaraan (fraternite).
Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin luas.
Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang menjadi empat
macam kebebasan (The Four Freedoms). Konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.
Keempat macam macam kebebasan itu meliputi:
a. Kebebasan untuk beragama (freedom of religion),
b. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech),
c. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan
d. Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).

2.2.2 Sejarah HAM di Indonesia


Prof. Bagir Manan dalam bukunya “Perkembangan Pemikiran dan
Pengaturan HAM di Indonesia” membagi perkembangan pemikiran HAM
di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908-
1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945 - sekarang).

6
a. Periode sebelum kemerdekuan (1908-1 945)
Sebagai organisasi pergerakan, Boedi Oetomo menaruh perhatian
terhadap masalah HAM. Dalam konteks pemikiran HAM, pimpinan
Boedi Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan kepada
Pemerintah Kolonial maupun dalam tulisan yang dimuat surat
kabar Goeroe Desa. Bentuk pemikirannya dalam bidang hak kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat. Selanjutnya, pemikiran HAM
pada Perhimpunan Indonesia banyak dipengaruhi oleh para tokoh
organisasi seperti Mohammad Hatta yang lebih menitik beratkan pada
hak untuk menentukan nasib sendiri. Lalu, Pemikiran HAM pada
Sarekat Islam menekankan pada usaha-usaha untuk memperoleh
penghidupan yang Iayak dan bebas dari penindasan dan diskriminasi
rasial. Pemikiran HAM yang paling menonjol pada Indische
Partijadalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakuan yang sama dari hak kemerdekaan. Sedangkan pemikiran
HAM pada Partai Nasional Indonesia mengedepankan pada hak untuk
memperoleh kemerdekaan.
Pemikiran HAM juga terjadi dalam perdebatan di sidang
(BPUPKI) antara golongan tua - gologan muda. Perdebatan pemikiran
HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak
persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan,
hak berserikat, hak berkumpul, hak mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan.
Dengan demikian gagasan dan pemikiran HAM di Indonesia telah
menjadi perhatian besar dan para tokoh pergerakan bangsa dalam rangka
penghormatan dan penegakan HAM, karena itu HAM di Indonesia
mempunyai akar sejarah yang sangat kuat.

7
b. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)
Pemikiran HAM periode awal kemerdekaan masih menekankan
pada hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui
organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk
menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah
mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan
dan masuk ke dalam Hukum Dasar Negara (konstitusi) yaitu UUD 1945.
Bersamaan dengan itu pninsip kedaulatan rakyat dan negara berdasarkan
atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi penyelenggaraan negara
Indonesia merdeka. Hal yang sangat penting dalam kaitan dengan HAM
adalah adanya perubahan mendasar dan signifikan terhadap sistem
pemerintahan dan Sistem Presidensial (menurut UUD 1945) menjadi
sistem Parlementer sebagaimana tertuang dalam Maklumat Pemerintah
tanggal 14 November 1945.
Periode 1950-1959
Periode 1950-1959 disebu dengan periode Demokrasi Parmelenter.
Pemikiran HAM periode ini mendapatkan momentum yang sangat
membanggakan. Indikatornya menurut ahli hukum tata negara ini ada
lima aspek.
1. Semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam
ideologinya masing-masing.
2. Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul
menikmati kebebasannya.
3. Pemilihan umum demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan,
adil dan demokratis.
4. Parlemen sebagal representasi kedaulatan rakyat melakukan kontrol
yang semakin efektif terhadap eksekutif.
5. Pemikiran HAM mendapatkan iklim yang kondusif.

8
Dalam perdebatan di Konstituante misalnya, berbagai partai politik
yang berbeda aliran dan ideologi sepakat tentang substansi HAM
universal dan pentingnya HAM masuk dalam UUD serta menjadi bab
tersendiri.
Periode 1959-1966
Sistem pemerintahan yang berlaku adalah Demokrasi Terpimpin
sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap Demokrasi Parlementer.
Pada sistem ini, kekuasaan terpusat dan berada di tangan Presiden.
Akibat dan sistem demokrasi terpimpm Presiden melakukan tindakan
inkonstitusional baik pada tataran supra stuktur politik maupun dalam
tataran infrastruktur politik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi
pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan hak politik seperti
hak untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan
tulisan. Dengan kata lain telah tenjadi sikap restriktif (pembatasan yang
ketat oleh kekuasaan ) terhadap hak sipil dan hak politik warga.
Periode 1966-1998
Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang
HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967
yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan
pengadilan HAM. Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970 sampai
periode akhir tahun 1980, persoalan HAM di Indonesia mengalami
kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan
ditegakkan. Pemikiran Elit Penguasa pada masa ini sangat diwarnai oleh
sikap penolakannya terhadap HAM sebagai produk Barat. Pemerintah
pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dan
produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif
pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk
Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
tercermin dalam Pancasila serta Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu

9
mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang
lahir lebih dulu dibandingkan dengan Deklarasi Universal HAM. Selain
itu, sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu
HAM sering kali digunakan oleh negara-negara Barat untuk
memojokkan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an
tampak memperoleh hasil yang menggembirakan. Salah satu sikap
akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
berdasarkan KEPRES No.50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.
Periode 1998-sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada 1998 memberikan dampak
yang sangat besar pada perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini
mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah
orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM.
Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan
dan kemasyarakatan di Indonesia. Strategi penegakan HAM pada
periode ini dilakukan melalui tahap status penentuan yaitu telah
ditetapkannya beberapa ketentuan perundang-undangan tentang HAM
seperti amandemen konstitusi negara (UUD 1945), Ketetapan MPR
(TAP MPR), Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah dan
ketentuan perundang-undangan lainnya. Pada masa sekarang ini
penghormatan dan pemajuan HAM mengalami perkembangan yang
signifikan, dengan dirumuskan dalam amandemen UUD 1945 dari pasal
26 sampai pasal 34, kemudian terdapat sepuluh pasal khusus tentang
HAM, yaitu pasal 28A sampai dengan pasal 28J, pada amandemen yang
kedua tahun 2000.

10
2.3 Macam-Macam HAM
1. Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)
Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, kebebasan dalam
untuk aktif setiap organisasi atau perkumpulan dan sebagainya. Contohnya :
a. Hak Kebebasan dalam mengutarakan atau menyampaikan pendapat.
b. Hak Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan dan memeluk atau
memilih agama.
c. Hak Kebebasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-pindah
tempat.
d. Hak Kebebasan dalam memilih, menentukan organisasi dan aktif dalam
organisasi tersebut.
2. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta
memanfaatkan sesuatu. Contohnya :
a. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.
b. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan dan melakukan
perjanjian Kontrak.
c. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu.
d. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang
layak.
e. Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam melakukan transaksi.
f. Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja.
3. Hak Asasi Politik (Politik Rights)
Hak Asasi Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
maksudnya hak untuk dipilih contohnya : mencalonkan sebagai Bupati , dan
memilih dalam suatu pemilu contohnya memilih Bupati atau Presiden), hak
untuk mendirikan parpol, dan sebagainya. Contohnya :

11
a. Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya
pemilihan presiden dan kepala daerah.
b. Hak Asasi Politik dalam Dipilih dalam pemilihan contohnya pemilihan
bupati atau presiden.
c. Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
d. Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik.
e. Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang politik.
f. Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang
berupa usulan petisi.
4. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)
Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan. Contohnya :
a. Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum.
b. Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.
c. Hak yang sama dalam proses hukum.
d. Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum.
5. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)
Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut dalam
masyarakat yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan
kebudayaan dan sebagainya. Contohnya :
a. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
b. Hak untuk mendapat pelajaran.
c. Hak untuk memilih, menentukan pendidikan.
d. Hak untuk mengembangkan bakat dan minat.
e. Hak untuk mengembangkan Hobi dan hak untuk berkreasi.
6. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan (procedural rights), misalnya peraturan dalam hal
penahanan, penangkapan dan penggeledahan. Contohnya :

12
a. Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum.
b. Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum.
c. Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses hukum
baik itu penyelidikan, Penggeledahan, penangkapan, dan penahanan.

2.4 Ciri – Ciri HAM


Adapun ciri- ciri hak asasi manusia secara umum yang dapat kita simpulkan
adalah sebagai berikut :
a. HAM merupakan sesuatu yang otomatis telah ada pada diri manusia tanpa
harus membeli, meminta ataupun hasil variasi dari orang lain karena HAM
mutlak ada pada diri manusia sejak lahir sebagai anugerah dari tuhan YME.
b. HAM berlaku untuk siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, ras, suku,
agama, status sosial, asal-usul/daerah kelahiran, warna kulit, etnis, pandangan
politik ataupun budaya yang dianutnya.
c. Hak asasi tidak bisa dan tidak boleh dilanggar karena HAM mutlak dimiliki
oleh setiap orang sebagai anugerah dari tuhan YME maka tidak boleh satu
orangpun mengabaikan hak asasi orang lain apalagi untuk mempertahakan
haknya sendiri.

2.5 Prinsip - Prinsip HAM


1. Bersifat Universal (universality)
2. Martabat Manusia (human dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat. Prinsip HAM ditemukan pada pikiran
setiap individu, tanpa memperhatikan umur, budaya, keyakinan, etnis, ras,
jender, orienasi seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial.setiap manusia.
Oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak asasinya. Konsekuensinya,
semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak bisa
digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis.

13
3. Tidak dapat dicabut (inalienability)
Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.
4. Kesetaraan (equality)
Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang
melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM menyatakan
bahwa setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan
martabatnya.
5. Non diskriminasi (non-discrimination)
Non diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa
tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor
luar, seperti misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
atau pandangan lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau
lainnya.
6. Tak bisa dibagi (indivisibility)
HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat
inheren, yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu
hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang
untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar
mereka bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas
pendidikan.
7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya,
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu,
hak atas pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama
lain. Oleh karena itu pelanggaran HAM saling bertalian; hilangnya satu hak
mengurangi hak lainnya.
8. Tanggung jawab negara (state responsibility)

14
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk
menaati hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma
hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM.
Seandainya mereka gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-
pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak, sebelum
tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan yang kompeten atau adjudikator
(penuntu) lain yang sesuai dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.

2.6 HAM dan UUD 1945


Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945
yang diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat
masalah HAM. Hak asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka
disebut pada bagian pembukaan, alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur
dalam pasal 28, hak memeluk agama pada pasal 29, hak membela negara pada
pasal 30, dan hak mendapat pendidikan, terdapat pada pasal 31.Dalam UUD 1945
yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA, mulai pasal 28 A
sampai dengan pasal 28 J.
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan sah.
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dan ilmu

15
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28 D
1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
4. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E
1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta hendak
kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya.
3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa

16
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.
Pasal 28H
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2. Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
2. Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
3. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

17
5. Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan.
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang¬-undang dengan
maksud semata mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.

2.7 Klasifikasi Pelanggaran HAM


Bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2 bentuk,
yakni sebagai berikut:
1. Diskriminasi. Yakni suatu pembatasan, pelecehan atau bahkan pengucilan
secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia, atas dasar agama, suku, ras, kelompok, golongan, jenis kelamin,
etnik, keyakinan beserta politik yang selanjutnya berimbas pada pengurangan,
bentuk penyimpangan atau penghapusan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik secara individu, maupun kolektif di dalam berbagai
aspek kehidupan.
2. Penyiksaan. Yakni perbuatan yang dilakukan secara sengaja sehingga
menimbulkan rasa sakit yang teramat atau penderitaan baik itu jasmani maupun
rohani pada seseorang untuk mendapat pengakuan dari seseorang ataupun orang
ketiga.
Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2 yakni :

18
1. Pelanggaran HAM berat, yakni pelanggaran HAM yang bersifat berbahaya,
dan mengancam nyawa manusia, seperti halnya pembunuhan, penganiayaan,
perampokan, perbudakan, penyanderaan dan lain sebagainya.
2. Pelanggaran HAM ringan, yakni pelanggaran HAM yang tidak mengancam
jiwa manusia, namun berbahaya apabila tidak segera diatasi/ditanggulangi.
Misal, seperti kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan, pencemaran
lingkungan secara disengaja oleh masyarakat dan sebagainya.
Pelanggaran HAM berat, menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun
2000 tentang Pengadilan HAM, dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni :
1. Kejahatan Genosida. Merupakan setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh maupun sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok, maupun agama dengan cara :
a. Membunuh setiap anggota kelompok.
b. Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap
anggota kelompok.
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang bisa mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
d. Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam kelompok
yang lain.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan. Merupakan suatu tindakan/perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, yang berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,
pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan secara paksa,
perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain dengan
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional, penyiksaan, dan kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras
yang diterapkan oleh suatu pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak
istimewa dari suatu ras atau bangsa.

19
2.8 Upaya Penegakan HAM
1. Membentuk Peraturan Undang-Undang Tentang HAM
Pembentukan peraturan undang-undang menjadi dasar hukum utama pada
semua masalah. Pembentukan UU ini juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Ada beberapa peraturan
perundang-undangan yang membahas dan menjamin mengenai hak-hak warna
negara Indonesia. Berikut beberapa undang-undang yang berkaitan dengan
penegakan hukum dan HAM di Indonesia.
Hak dalam Bidang Politik:
a. UUD 1945 pasal 28 ayat 1 tentang hak persamaan di depan hukum.
b. UUD 1945 pasal 28 tentang hak mengeluarkan pendapat, hak berkumpul
dan hak berserikat.
Hak dalam Bidang Ekonomi :
a. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tentang hak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
b. UUD 1945 Pasal 33 tentang hak atas kekayaan alam.
c. UUD 1945 pasal 34 tentang hak fakir miskin dan anak terlantar yang
dilindungi negara.
Hak dalam Bidang Sosial dan Budaya:
a. UUD 1945 pasal 29 ayat 2 tentang hak kebebasan beragama.
b. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 tentang hak mendapatkan pendidikan.
Hak dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. UUD 1945 Pasal 30 tentang hak membela negara.
b. UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia (HAM).
c. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia (pengadilan
HAM).
2. Membentuk Komisi Nasional
Untuk menegakan HAM, pemerintah juga melakukan upaya lain yaitu
membentuk komisi nasional. Pembentukan komisi nasional merupakan salah

20
satu upaya pemerintah dalam menegakkan HAM. Adapun beberapa komisi
nasional (komnas) yang telah dibentuk bertujuan untuk membantu pemerintah
dalam menegakkan HAM dalam berbagai bidang. Di antara komnas yang
dibentuk antara lain adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi Nasional (KKRN).
3. Membentuk Pengadilan HAM
Pengadilan HAM merupakan suatu pengadilan khusus terhadap
pelanggaran HAM berat yang terjadi. Pembentukan pengadilan HAM
didasarkan pada Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan
HAM. Diharapkan dengan adanya pengadilan HAM bisa menjadi dasar
kepastian hukum dan keadilan. Wewenang dan tugas pengadilan HAM
adalah sebagai berikut :
a. Memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat.
b. Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
warga negara Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah
Indonesia.

2.9 Contoh Kasus Pelanggaran HAM

Kasus Marsinah (1993)


Kronologi Kejadian
Kasus tersebut berawal dari unjuk rasa buruh yang dipicu surat edaran
gubernur setempat mengenai penaikan UMR. Namun PT. CPS, perusahaan
tempat Marsinah bekerja memilih bergeming. Kondisi ini memicu geram para
buruh. Senin 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT. CPS berunjuk rasa
dengan mogok kerja hingga esok hari. Ternyata menjelang selasa siang,
manajemen perusahaan dan pekerja berdialog dan menyepakati perjanjian
mengenai pengabulan permintaan karyawan dengan membayar upah sesuai

21
UMR. Sampai di sini sepertinya permasalahan antara perusahaan dan pekerja
telah selesai.
Esoknya 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando
Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo untuk diminta mengundurkan diri dari CPS.
Marsinah marah dan tidak terima, ia berjanji akan menyelesaikan persoalan
tersebut ke pengadilan. Beberapa hari kemudian, Marsinah dikabarkan tewas
secara tidak wajar. Mayat Marsinah ditemukan di gubuk petani dekat hutan
Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Posisi mayat ditemukan tergeletak
dengan kondisi sekujur tubuh penuh luka memar bekas pukulan benda keras,
kedua pergelangannya lecet-lecet, tulang panggul hancur karena pukulan benda
keras berkali-kali, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul dan pada
bagian yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang
diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang
yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Hasil penyidikan
polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian ontrol CPS) menjemput
Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik,
lalu dibawa lagi ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga
hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah
stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka
naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam
proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia
membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan
Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan
sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah
“direkayasa”.
Kasus kematian Marsinah menjadi misteri selama bertahun-tahun hingga
akhirnya kasusnya kadaluarsa tepat tahun ini, tahun 2014. Mereka yang tertuduh

22
dan dijadikan kambing hitam dalam kasus ini pun akhirnya dibebaskan oleh
Mahkamah Agung. Di zaman Orde Baru, atas nama stabilitas keamanan dan
politik, Negara telah berubah wujud menjadi sosok yang menyeramkan, siap
menculik, mengintimidasi dan bahkan menghilangkan secara paksa siapa saja
yang berani berteriak atas nama kebebasan menyuarakan aspirasi.
Faktor Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Perusahaan CPS yang tidak mengikuti himbauan gubernur setempat untuk
menaikkan UMR. Walaupun kebijakan kenaikan UMR tersebut sudah
dikeluarkan, CPS tetap bergeming. Kondisi ini memicu geram para pekerjanya
sehingga menyebabkan mereka melakukan aksi unjuk rasa dan mogok kerja.
Penyebab kedua, adalah manajemen perusahaan CPS yang telah menyepakati
perjanjian penaikan UMR namun rupanya diikuti dengan memberhentikan 13
pekerjanya dengan cara mencari-cari kesalahan pasca tuntutan kenaikan UMR.
Fakor yang lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Dari segi ekonomi terjadi kredit macet, jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar, banyak perusahaan yang tidak dapat membayar hutangnya.
2. Dari segi politik pemimpian saat itu telah kehilangan kepercayaan dari
rakyatnya, terjadi kekacauan dan kerusuhan di mana-mana

Hak yang Dilanggar :

1. Hak dalam kebebasan menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat


adalah kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk dari
pelaksanaan sistem demokrasi pancasila di Indonesia. Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan. Mengeluarkan Pendapat di Muka Umum
Dalam pasal 1 ayat (1), undang-undang tersebut menyatakan bahwa “Hak
setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.” Yang dimaksud mengeluarkan pendapat

23
di muka umum adalah penyampaian pendapat di muka umum, baik secara
lisan, tulisan, dan sebagainya.
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya, UUD 1945
Pasal 28 A.
3. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil
dan perlakuan yang sama di depan hukum, UUD 1945 Pasal 28 D Ayat (1).
4. Hak hidup seseorang. Seperti yang tercantum dalam UU no.26 tahun 200
tentang Pengadilan HAM, peristiwa ini termasuk kedalam kejahatan genosida.

Solusi Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Terkait kasus Marsinah, solusi dari pemerintah sendiri, pemerintah semestinya


segera mengusut tuntas kasus pembunuhan Marsinah sampai selesai dengan
transparan hingga mendapatkan hasil yang nyata, dan menegakkan tiang keadilan
dan ketegasan dalam kerapuhan hukum di Indonesia sehingga rakyat dapat
kembali mempercayai peranan dari pemerintah dan aparat penegak hukum dalam
penegakan HAM di Indonesia. Adanya kepastian hukum dalam menjamin
keamanan setiap orang. Setiap orang perlu menghargai hak-haknya sendiri dan
hak orang lain

Kasus Trisakti

24
Penyebab :
Karena ekonomi mulai goyah, mahasiswa-mahasiswa melakukan demonstrasi ke
gedung MPR atau DPR dan dihambat oleh blokade polri.
Kronologi :
Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis
finansial Asia sepanjang 1997-1999. Mahasiswapun melakukan aksi demonstrasi
besar-besaran kegedung DPR atau MPR, termasuk mahasiswa universitas
Trisakti. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung
Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari
Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi
dengan pihak Polri. Akhirnya pada pukul 17.15 sore hari, para mahasiswa
bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat
keamananpun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa
panik dan bercerai-berai, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti.
Namun aparat keamanan terus melakukan penembakkan. Korbanpun berjatuhan,
dan dilarikan ke RS.Sumber Waras. Satuan pengamanan yang berada di lokasi
pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon
Infanteri 203, dan beberapa petugas keamanan lainnya. Mereka dilengkapi
dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1. Pada pukul 20.00 dipastikan 4
orang mahasiswa tewas tertembak dan 1 orang dalam keadaan kritis. Meskipun
pihak keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi
menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.
Hak yang Dilanggar :

5. Hak dalam kebebasan menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat


adalah kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk dari
pelaksanaan sistem demokrasi pancasila di Indonesia. Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan. Mengeluarkan Pendapat di Muka Umum
Dalam pasal 1 ayat (1), undang-undang tersebut menyatakan bahwa “Hak

25
setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.” Yang dimaksud mengeluarkan pendapat
di muka umum adalah penyampaian pendapat di muka umum, baik secara
lisan, tulisan, dan sebagainya.
6. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya, UUD 1945
Pasal 28 A.
7. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil
dan perlakuan yang sama di depan hukum, UUD 1945 Pasal 28 D Ayat (1).
8. Hak hidup seseorang. Seperti yang tercantum dalam UU no.26 tahun 200
tentang Pengadilan HAM , peristiwa ini termasuk kedalam kejahatan
genosida.

Penyelesaian:

Dalam kasus ini lima orang tewas. Mahkamah militer yang menyidangkan kasus
ini memvonis dua terdakwa dengan hukuman empat bulan penjara, empat
terdakwa divonis 2-5 bulan penjara, dan 9 orang anggota Brimob dipecat dan
dipenjara 3-6 tahun.

Pencegahan:

1. Pemerintah : Kebebasan berpendapat setiap warga negara benar-benar harus


ditegakkan dan penagakan hukum perlu ditingkatkan ( orang yang melakukan
kesalahan harus dihukum setimpal dengan kejahatan yang diperbuatnya)
mempelajari, memahami dan menerapkan pentingnya Hak Asasi Manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Masyarakat : Bagi warga negara yang ingin menyampaikan aspirasinya, harus
disampaikan dengan cara yang baik dengan mematuhi aturan hukum yang
berlaku, dan tidak anarkis. Mempelajari, memahami danmenerapkan
pentingnya Hak Asasi Manusia dalam kehidupan sehari-hari.

26
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
HAM adalah Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap
manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan
dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu harus mematuhi pertauran yang ada agar terhindar dari
pelanggaran HAM. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI dan undang undang yang mengatur tentang HAM adalah
UU no 39, dan setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2 Saran
Sebagai makhluk social, setiap individu harus mempertahankan dan
memperjuangkan HAM-nya sendiri. Di samping itu setiap individu juga harus
bisa menghormati dan menjaga HAM individu lain agar terhindar dari
pelanggaran HAM. Jadi dalam menjaga HAM setiap individu harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM individu itu sendiri dengan
individu lain. Hal ini terwujud apabila setiap individu mau dan mampu menataati
dan mengaplikasikan setiap peraturan Undang-Undang yang ada.

27
Daftar Pustaka

Abdullah Rozali. 2002. Perkembangan dan Keberadaan Peradilan HAM di


Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Bindar Gultom. 2010. Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di


Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Davidson Scott. 1994. Human Raights, (Hak Asasi Manusia: Sejarah, teori dan
Praktek Dalam Pergaulan Internasional), Penerjamah A. Hadyana. Jakarta :
Pudjatmaka, Pustaka Utama Grafiti.

Majda, El-Muhtaj. 2007. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta:
Kencana.

Muljono, Pudji (ed.), 2003, Hak Asasi Manusia (Suatu Tunjauan Teoritis dan
aplikasi). Jakarta: Restu Agung.

Muzaff Prasetyohadi, Wisnuwardhani, Savitri. 2008. Penegakan HAM Dalam 10


Tahun Reformasi. Jakarta : Komnas HAM.

Salam Faisal Moch. 2000. Peradilan HAM di Indonesia. Bandung : Pustaka.

Saraswati, L. G. 2006. Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Jakarta: Filsafat-UI
Press.

28

Anda mungkin juga menyukai