Anda di halaman 1dari 26

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


IBU MASA POSTPARTUM

Disusun oleh:

YUSMIATI
Nip. 19680601 199203 2 003

PROGRAM PERCEPATAN PENDIDIKAN


TENAGA KESEHATAN
REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik serta tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarganya para sahabatnya, hingga sampai kepada kita selaku
umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang
telah mengajarkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini terdiri dari berbagai referensi baik melalui buku-buku, media cetak maupun
elektronik. Meski demikian, makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu, saran
pembaca sangat membantu untuk perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, Januari 2019

Penulis

Page | 1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................1


DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3


1.1 Latar Belakang ..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................4

BAB II MASA POSTPARTUM ............................................................................5


2.1 Definisi Postpartum ..................................................................................5
2.2 Anatomi dan Fisiologi ..............................................................................5
2.3 Periode Postpartum ...................................................................................9
2.4 Tahapan Masa Postpartum ......................................................................10
2.5 Perubahan Fisiologis Masa Postpartum ..................................................10
2.6 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Postpartum ..................................12
2.7 Tanda-tanda Bahaya dan Komplikasi pada Masa Postpartum ...............13
2.8 Asuhan Keperawatan Ibu pada Masa Postpartum ..................................14

BAB III PENUTUP ..............................................................................................23


3.1 Kesimpulan .............................................................................................23
3.2 Saran .......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Post partum atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu
memiliki pengetahuan dan kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui anak.
Breast caremerupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai
persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan payudara merupakan organ
esensial penghasil ASI yaitu makanan pokok bayi baru lahir sehingga perawatannya
harus dilakukan sedini mungkin. Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi,
masalah utama dan prinsip yaitu bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan
informasi serta dukungan agar merawat payudara pada saat menyusui bayinya.
Pada saat melahirkan sehingga menambah keyakinan bahwa mereka dapat
menyusui bayinya dengan baik dan mengetahui fungsi dan manfaat breast care pada
saat menyusui (Anwar, 2005 dalam Nur, 2012).
Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI, 2007) diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati
tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara, dan di Indonesia
angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3%. Di Provinsi Jawa Timur dalam
indikator kinerja upaya perbaikan gizi masyarakat tahun 2010-2014 disebutkan
bahwa target cakupan pemberian ASI secara eksklusif tahun 2011 adalah sebesar
67%. Berdasarkan laporan yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Ponorogo tahun 2013 diketahui bahwa cakupan pemberian ASI secara eksklusif
tahun 2013 adalah sebesar 68,3% dari target sebesar 75%. Dengan
menyelenggarakan program cakupan pemberian ASI secara eksklusif diharapkan
target ini berhasil. Dan dari hasil wawancara dengan jumlah responden 10 ibu
postpartum, didapatkan 50% ibu memiliki pengetahuan kurang dan 50% ibu
memiliki pengetahuan baik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan

Page | 3
putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya
perawatan selama masa nifas (Anwar, 2005 dalam Nur, 2012).
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Keputusan yang diambil
untuk menolong, harus dipertimbangkan dengan hati – hati. Pertolongan yang
diberikan tidak hanya membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko
potensial. Kasus penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”
(Aprillia, 2010). Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak. Peran perawat pada perawatan
bayi setelah lahir (menghisap lendir, perawatan tali pusat, menentukan apgar
score, memandikan bayi, menimbang berat badan (BB) mengukur panjang badan
(PB), lingkar kepala, serta lingkar dada bayi) sangat diperlukan (Nursalam, 2008).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan postpartum ?
2. Bagaimana tahapan postpartum ?
3. Apa saja kebutuhan dasar perawatan postpartum ?
4. Bagaimana perubahan fisiologis masa postpartum ?
5. Bagaimana fisiologi masa postpartum ?
6. Apa saja tanda-tanda bahaya dan komplikasi pada masa postpartum ?
7. Bagaimana penatalaksanaan postpartum ?
8. Bagaimana perjalanan atau WOC dari posrpartum ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan masa postpartum ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Sebagai acuan referensi atas asuhan keperawatan pada postpartum
2. Mampu merumuskan intepretasi data yang meliputi data fokus (data
subyektif dan obyektif), masalah keperawatan beserta etiologinya pada
pasien dengan persalinan spontan indikasi ketuban pecah dini
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
persalinan spontan indikasi ketuban pecah dini di ruang bersalin

Page | 4
BAB II
MASA POSTPARTUM

2.1. Definisi Postpartum


Postpartum (Masa Nifas) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas
atau puerp- erium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu atau 42 hari setelah itu. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Sunarsih
dkk, 2011). Masa nifas disebut juga masa postpartum atau purperium, adalah masa
setelah persalinan, masa, perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian
alat-alat kandungan/reproduksi seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
atau 40 hari pasca persalinan (Jannah, 2011). Postpartum atau purpurium dimulai
sejak 1 jam setelah lahir plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari)
(Prawirohardjo, 2010).

2.2. Anatomi dan Fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak
di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur
akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).
a) Stuktur eksterna

Page | 5
1) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.
2) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
3) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
4) Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
5) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.

Page | 6
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina.
8) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit Antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
b) Struktur interna

1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovaryii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi

Page | 7
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial.
2) Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk- lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Dinding uterus
terdiri dari tiga lapisan:
 Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah
suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
 Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal
membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong
bayi pada persalinan.
 Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat

Page | 8
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
 Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa
tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil.
Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormone seks steroid. Cairan vagina berasal dari
traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.

2.3. Periode Postpartum


 Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan suhu.
 Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
 Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (Siti Saleha,2009).

Page | 9
2.4. Tahapan Masa Postpartum
 Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu tlah diperbolehkan untuk berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
 Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
 Remote Peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan memiliki komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

2.5. Perubahan Fisiologis Masa Postpartum


1. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah
bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta
(plasental site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding
uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu
masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan
timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi
robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka
bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan
dengan baik (Suherni, 2009).
2. Perubahan pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang
wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah
persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa

Page | 10
nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi
(Saleha, 2009).
3. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada:
a. keadaan/status sebelum persalinan
b. lamanya partus kala II dilalui
c. besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan
tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih,
akan tetapi sering terjadi exstravasasi yaitu keluarnya darah dari pembuluh-
pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
4. Perubahan dalam Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang
mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum dimengerti.

Page | 11
5. Perubahan Tanda- tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai
akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika
terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam
melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis
(infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis
(peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam
periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya
bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

2.6. Proses Adaptasi Psikologi Ibu Masa Postpartum


Wanita banyak mengalami perubahan emosi pada awal masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Sangat penting bagi bidan
untuk memantau perkembangan penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia
dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas
ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuian yang normal yang umum
terjadi.
Adaptasi psikologi ibu nifas dibagi 3 yaitu:
a) Fase taking in
Fase ini adalah fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Pada fase ini perlu
diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya.
b) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking
hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam merawat bayinya. Selain itu perasaannya mudah tersinggung dan
komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan

Page | 12
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
tumbuh rasa percaya diri.
c) Fase leting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini (Sunarsih dkk, 2011).

2.7. Tanda-tanda Bahaya dan Komplikasi pada Masa Postpartum


Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan. Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan
informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada
masa nifas yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan
pada masa nifas ini adalah:
 Demam tinggi hingga melebihi 38°C.
 Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali
dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau
busuk.
 Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta
nyeri ulu hati.
 Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi
postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman
kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Sementara itu yang
dimaksud dengan Febris Puerperalis adalah demam sampai 38°C atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca pesalinan, kecuali pada hari pertama. Tempat-
tempat umum terjadinya infeksi yaitu rongga pelvik: daerah asal yang paling umum
terjadi infeksi, Payudara, Saluran kemih, Sistem vena. Perdarahan postpartum

Page | 13
adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Perdarahan
nifas dibagi menjadi dua yaitu :
(1). Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24
jam pertama persalinan yang disebabkan oleh : atonia uteri, traumdan laserasi,
hematoma.
(2). Perdarahan lambat/lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor
resiko : sisa plasenta, infeksi, sub-involusi.

2.8. Asuhan Keperawatan pada Ibu Masa Postpartum


a) Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada Ny. Zaitun Rahmah dengan metode
allowanamnesa dan autoanamnesa
1. Identitas
Nama : Zaitun Rahmah
Usia : 21 th
Alamat : Lamteh Ulee Kareng
DX. Medis : Post Partum Spontan ( P0 A0 )
Tanggal Persalinan : 03 Oktober 2018
2. Keluhan Utama
Nyeri pada luka jalan lahir
3. Riwayat Obstetri Dan Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Manarche : 15 tahun
Lama : 8 Hari
Siklus : 28 Hari
Jumlah : sedang
b. Riwayat perkawinan
Usia saat menikah : 20 tahun
Lama : 9 Bulan
Dengan suami : Pertama
c. Riwayat Kehamilan

Page | 14
P1 A0 H 39 Minggu
Klien mengatakan kehamilan ini terjadi diluar nikah, keluhan
trimester I mual dan muntah, trimester II tidak ada keluhan, trimester
III klien mengeluh pegal pada bagian punggung.
Riwayat ANC : klien mengatakan untuk ANC klien memeriksakan
kebidan secara rutin. Klien sudah mendapat imunisasi TT dan belum
pernah melakukan senam hamil atau perawatan payudara.
d. Riwayat persalinan sekarang
1) Lama persalinan : 12 jam
2) Jenis : spontan
3) Penolong : coas dan bidan
4) Riwayat bayi :
a) Lahir : 03 Oktober 2018 jam 15.10
b) Jenis kelamin : laki-laki
c) PB : 46 Cm
d) BBL : 2900 gr
e) LK : 34 cm
f) LD : 32 cm
g) LL : 11 cm
4. Riwayat Pengkajian Psikologis
a. Pengkajian reva rubin
Talking In
Ditandai dengan klien tampak lemas, kelelahan, dan masih belum
beraktivitas.
b. Bouding Attachment
Bouding (+)
Ditandai dengan ibu merasa senang dan bahagia saat bertemu
bayinya.
Attachment (+)
Ditandai dengan bayi diam dan tertidur saat didekatkan denag
ibunya.

Page | 15
c. Post partum blues
Ibu mengalami penurunan nafsu makan.
5. Pemeriksaan fisik
KU : sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda- tanda Vital :
Tekanan Darah : 115/86 mmHg
Nadi : 88 x / Menit
Suhu : 36,5oc
Respirasi : 20 x / menit
a. Kepala
Bentuk simetris, wajah bersih simetris tidak ada lesi, tampak
meringis, penyebaran rambut merata.
b. Mata
Konjungtiva merah,pengelihatan baik
c. Hidung
Tidak keluar cairan, penciuman baik
d. Telinga
Simetris, bersih, tidak keluar cairan, pendengaran baik
e. Mulut
Keadaan bersih, tidak terdapat sariawan, lidah bersih, pengecapan
baik.
f. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.
g. Dada
I : Simetris
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Resonan
A : vasikule
h. Jantung
I : Nadi optical berdenyut

Page | 16
P : Nadi optical teraba
P :
A : Tidak ada nyeri tekan
i. Payudara
Puting menonjol, aerola mamae meluas, tidak ada varies, ASI belum
keluar.
j. Perut
I : simetris , terdapat striac
A : Bising usus (+)
P : Tympani
P : tidak ada nyeri Tekan
k. Kulit
Turgor kulit baik, warna sawp matang
l. Ekstemitas
1) Atas : terpasang infus ditangan kiri, pergerakan terbatas.
2) Bawah : pergerakan terbatas, klien terlihat berhati-hati saat
bergerak
m. Genetalia
Tidak terpasang kateter, bersih, terdapat luka jahitan pada perinium
n. Anus
Tidak terdapat hemoroid, tidak terdapat iritasi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 28 Oktober 2018
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode
Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 14.4 13.5 – 17.5 9 / dl Spectiophotometry
Lekosit 13.3 4 – 10 ribu E. Impedance
Eritrosit 4.73 4.5 – 6.8 juta E. Impedance

Page | 17
Hematrokit 43.1 40 – 50 % Integration Volume
Monosit 0.4 0.2-1.0
Granulasit 11.5 2-4
Trombosit 22,1 150 – 400 ribu E. Impedance
Limfosit % 10.5 25-40
Monosit % 2.8 2-8
Granulasit % 86.6 50-80
SGOT 18 >29
SGPT 9 >25
Ureum 15-47
kreatinin 0.50 <1
Hbs.Ag Non
Reactive

b. Terapi
Tanggal 28 Oktober 2018
 Ciprotiaxin 2 x 1 (500mg)
 Infus RL 20 Tpm

c. Pengkajian Nyeri
DS : Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir
P : luka jalan lahir
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pada perinium
S : skala nyeri 5
T : Timbul Terus menerus
DO : Pasien mengeluh nyeri
Wajah tampak meringis
b) Daftar Masalah Berdasarkan Prioritas
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanis

Page | 18
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya sistem barier
tubuh
 Resiko pemenuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi berhubungan dengan
menyusui inefektif
c) Rencana Keperawatan
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Mengetahui
tindakan keperawatan nyeri keadaan nyeri
selama 3x24 jam 2. Ajarakn teknik 2. Mengalihkan rasa
diharapkan masalah distraksi dan nyeri
nyeri teratasi dengan KH rileksasi
: 3. Berikan posisi 3. Memberiakan
- Skala nyeri turun nyaman kenyamanan pada
menjadi 2 pasien
- Ekpresi wajah 4. Memotifasi untuk 4. Mengurangi nyeri
rileks mobilisasi dini secara bertahap
- Klien sesuai index
mengatakan nyeri
berkurang
2. Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan 1. Mengetahui
tindakan keperawatan luka keadaan luka
selama 3x24 jam 2. Mengetahui
diharapkan masalah 2. Observasi tanda munculnya tanda
infeksi tidak muncul infeksi infeksi
dengan KH : 3. Mengetahuai
- Tidak terdapat 3. Pantau ttv dan keadaan umum
tanda infeksi kadar leukosit 4. Membersihkan
- Suhu tubuh daerah luka
normal

Page | 19
- Leukosit normal 4. Lakukan vulva 5. Obat dapat
higine / mencegah
perawatan luka timbulnya infeksi
5. Kolaborasi
dalam
pemberian obat
3. Setelah dilakukan 1. Kaji kondisi 1. Mengetahuai
tindakan keperawatan payudara keadaan payudara
selama 3x24 jam 2. Kaji pengetahua 2. Mengetahui
diharapkan masalah pengalaman pengalaman dalam
nitrisi bayi dapat menyusui menyusui
terpenuhi dengan KH : 3. Lakukan
- Klien sudah tahu perawatan 3. Merangsang
cara menyusui payudara pengeluaran ASI
yang benar 4. Kolaborasi
- Bayi mendapat dalam 4. Memperlancar
asupan ASI dari pemberian produksi ASI
ibu pelancar ASI
- ASI ibu keluar

d) Catatan Keperawatan

NO
Implementasi Respon
DX

1 1. Mengaji karakteristik nyeri 1. DS: Pasien mengatakan


2. Mengajarakn teknik distraksi nyeri pada jalan lahir.
dan rileksasi P : luka jalan lahir
3. Memberikan posisi nyaman Q: seperti ditusuk-tusuk
4. Memotifasi untuk mobilisasi R: pada perinium
dini sesuai index S: skala nyeri 5
5. Memberikan obat ketorolax T: Timbul Terus menerus
2. Pasien mau diajarkan

Page | 20
3. Pasien sudah dalam posisi
nyaman
4. Klien masih lemah dan
belum bisa bangun dari
tempat tidur
5. Obat diberiakan melalui IV,
tidak ada alergi
2 1. Memonitor TTV 1. TD : 121/83
2. Mengkaji keadaan luka Nadi: 88x/menit
3. Mengobservasi tanda inveks Suhu: 36,5oC
4. Memberikan obat ciproflaxin Pernafasan : 20x/menit
500mg 2. Keadaan luka bersih jaitan
baik
3. Tidak terdapat tanda infeksi
4. Obat masuk memalui IV,
tidak ada tanda alergi
3 1. Mengkaji kondisi payudara 1. Payudara teraba
2. Mengkaji pengetahuan tentang kencang,areola meluas,
cara menyusui yang benar puting menonjol, ASI belum
3. Mengajarkan teknik menyusui keluar
yang benar 2. Klien mengatakan belum
4. Melakukan perawatan payudara tahu tentang cara menyusui
yang benar
3. Klien mau diajarkan
4. Klien kooperatif

e) Catatan Perkembangan

NO DX Evaluasi

1 S : Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir


P : luka jalan lahir
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: pada perinium
S: skala nyeri 5
T: Timbul Terus menerus
O:
- Pasien mengeluh nyeri
- Wajah tampak meringis dan lemah
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Page | 21
2 S: klien mengatakan nyeri pada luka jahitan

O:

- Tidak ada perdarahan, jahitan baik


- Tidak ada tanda infeksi
Nadi : 88x / menit
Suhu : 36,5oC
A: masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

3 S : Klien mengatakan ASI belum keluar

O:

- Payudara teraba kencang


- ASI belum keluar
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

Page | 22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni,2009). Adapun tahapan-tahapan masa postpartum yaitu
postpartum dini, intermedial dan puerperium. Sedangkan perubahan pada
postpartum terjadi pada reproduksinya, dll. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam menangani ruptur perineum adalah apabila seorang ibu bersalin
mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa perdarahan
tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.

3.2. Saran
Belajar asuhan keperawatan tentang postpartum sangatlah penting bagi dunia
keperawatan. Selain asuhan keperawatannya yang harus kita pahami, kita
sebagai perawat juga harus tahu bahwa suatu saat kita pasti akan
berkolaborasi dengan seorang bidan baik itu di dunia praktek ataupun di
lapangan nyata.

Page | 23
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M, dkk (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas


(Maternity Nursing). Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Dewi dan Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta
Selatan: Salemba Medik

Dongoes, M.E., 2005, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman


untuk Perencanaan dan Dokumentasi Klien (terjemahan), EGC,
Jakarta.

Jannah, Nurul. 2011. Konsep kebidanan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media


Maryunani,Anik.2009.Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas.Jakarta :Trans
info Media

Saputra, Dr Lyndon, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan


Ptologis. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher,

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8251

Page | 24

Anda mungkin juga menyukai