Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN


PENGAWASAN ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI”
(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pontianak)

Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Matakuliah Metodologi Penelitian CA

Dosen Pengampu: Prof. Dr. SUTRISNO T. , SE., AK., M.Si.

Disusun Oleh:

Abdul Aziz

NIM: 165020301111062

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN
PENGAWASAN ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pontianak)”.
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi UJIAN AKHIR
SEMESTER matakuliah metodologi penelitian. Dengan terselesaikannya
penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Allah SWT
2. Bapak Prof. Dr. SUTRISNO T. , SE., AK., M.Si. selaku dosen pengampu
matakuliah metodologi penelitian CA
3. Orangtua dan Keluarga

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari proposal


penelitian ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 8 Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………....2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….6

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………..6

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpajakan………………………………………………………………8

2.2 Reformasi Perpajakan di Indonesia……………………………………..9

2.3 Account Representative…………………………………………………9

2.4 Kualitas Pelayanan…………………………………………………….10

2.5 Pengawasan……………………………………………………………11

2.6 Kepatuhan Wajib Pajak………………………………………………..12

2.7 Keterkaitan Antar Variabel…………………………………………….12

2.7.1 Kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib pajak……………...12

2.7.2 Pengawasan dengan kepatuhan wajib pajak……………………..12

2.8 Kerangka Teori………………………………………………………...13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………………14

3.2 Ruang Lingkup Penelitian………...……………………………………14

3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..14

3.3.1 Populasi…………………………………………………………..14

3.3.2 Sampel……………………………………………………………15

2
3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………...15

3.4.1 Pengujian Kualitas Data………………………………………….15

3.4.2 Pengujian Asumsi Klasik………………………………………...16

3.4.3 Pengujian Hipotesis……………………………………………....17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sumber penerimaan negara yang digunakan pemerintah untuk


pembangunan nasional dan kemakmuran rakyat, di antaranya berasal dari penerimaan
pajak dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan dari sektor pajak merupakan
penerimaan terbesar negara. Selama lima tahun terakhir penerimaan perpajakkan
memberikan kontribusi lebih dari 70% dari total penerimaan dalam negeri.
Penerimaan pajak mencapai angka 85% persen dari total penerimaan negara APBN
Kementerian Keuangan RI). Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakkan yang sebagaimana diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 yang dimaksud dengan pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-sebesarnya
kemakmuran rakyat.

Melihat perannya pemasukan perpajakkan yang begitu penting dalam


pembangunan negara, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan
pajak alah dengan melakukan tax reform (Widodo, 2010:2). Tax reform adalah
reformasi perpajakkan yang dilakukan dengan cara merubah peraturan-peraturan dan
sistem administrasi mengenai perpajakkan. Upaya lain yang dilakukan pemerintah
dalam menaikkan penerimaan dari sektor pajak adalah meningkatkan pelayanan
kepada wajib pajak serta kemudahan akses informasi perpajakan yang diberikan.

Salah satu dari perubahan reformasi birokasi dalam perpajakan yang


merupakan perwujudan dari modernisasi perpajakan atau yang lebih dikenal sebagai
dengan istilah Sistem Administrasi Perpajakan Modern adalah dibentuknya Account
Representative. Account Representative merupakan pegawai yang bekerja di Kantor
Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Sistem Administrasi Modern yang
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 yang telah

4
diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
68/PMK.01/2008.

Account Representative mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan


kepatuhan perpajakan wajib pajak, melakukan bimbingan teknis perpajakan kepada
wajib pajak dan melakukan analisis kinerja wajib pajak. Account Representative
maupun Wajib Pajak harus dibekali pengetahuan yang cukup agar tercipta kesadaran
dan pembayaran pajak dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang ada. Nisa (2002)
menyatakan bahwa pelayanan yang baik kepada Wajib Pajak akan membangun citra
positif dalam diri Wajib Pajak, sehingga mereka tidak lagi jera berhubungan dengan
aparatur pajak. Pelayanan perpajakan dilakukan melalui organisasi DJP, baik itu di
Kantor Pusat, Kantor Wilayah maupun di KPP.

Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE98/PJ/2011 tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit
Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak kewajiban
perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain: Program
ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak diperkirakan
akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru yang membutuhkan
sosialisasi/penyuluhan, Tingkat kepatuhan Wajib Pajak terdaftar masih memiliki
ruang yang besar untuk ditingkatkan, Upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan
pajak dan meningkatkan besarnya tax ratio, dan Peraturan dan kebijakan di bidang
perpajakan bersifat dinamis

Kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru bertujuan untuk meningkatkan


pemahaman dan kepatuhan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, khususnya
bagi mereka yang belum menyampaikan SPT dan belum melakukan penyetoran
pajak untuk yang pertama kali. Sedangkan kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak
terdaftar bertujuan untuk menjaga komitmen Wajib Pajak untuk terus patuh.
Kualitas Account Representative sangat menentukan di dalam efektivitas
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

5
Bila dikaitkan dengan optimalisasi target penerimaan pajak, maka Account
Representative haruslah orang yang berkompenten di bidang perpajakan, memiliki
kecakapan teknis dan bermoral tinggi. Apabila Wajib Pajak telah mampu
memahami peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku serta mengerti akan arti
dan fungsi pajak, maka masyarakat akan sadar membayar pajak. Hasrat keikhlasan
untuk membayar pajak akan terealisasi dengan perbuatan aktif, yaitu membayar
pajak pada waktunya dan pada jumlah terutang.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan bahwa kepatuhan wajib pajak


dalam memenuhi kewajibannya merupakan tujuan utama yang diharapkan oleh
Direktorat Jendral Pajak dengan menyediakan tenaga professional yaitu Account
Representative. Sehubungan dengan hal ini, maka dirasa penting untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan untuk membuat wajib pajak patuh dalam pemenuhan
kewajibannya, maka dari itu penulis ingin meneliti lebih lanjut “PENGARUH
KUALITAS PELAYANAN DAN PENGAWASAN ACCOUNT
REPRESENTATIVE TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pontianak)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang ada, maka penulis menrumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh dari kualitas pelayanan Account


Representative terhadap kepuasan dan kepatuhan wajib pajak?
2. Apakah terdapat pengaruh dari pengawasan yang dilakukan Account
Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dilakukan maka, tujuan penelitian ini
adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari kualitas pelayanan Account


Representative terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari pengawasan yang dilakukan Account
Representative terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

6
1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ialah:

a. Bagi Account Representative


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran yang
dapat meningkatkan atau mempertahankan kualitas pelayanan yang
diberikan oleh Account Represntative.
b. Bagi KPP Pratama Pontianak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran dalam
melakukan upaya meningkatkan kepuasan dan kepatuhan wajib pajak.
c. Bagi Wajib Pajak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang peran,
tugas, dan tanggung jawab Account Representative dalam membantu
wajib pajak memenuhi kewajiban perpajaknnya, serta dapat
menginformasikan pentingnya sosialisai peraturan perpajakan dalam
meningkatkan WP akan peraturan yang berlaku, perhitungan pajaknya

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERPAJAKAN

Pajak menurut Kamus Besar Bahsasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai


pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai
sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan,
pemilikan, harga beli barang dan sebagainya. Menurut Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Nomor 19 tahun 2009, Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S. H. (1990: 5) menyatakan: “Pajak adalah


iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Waluyo dalam buku “Perpajakan Indonesia” (2007;6) ada dua


fungsi pajak, yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)


Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiyaan
pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang social dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu
dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat
ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.

8
2.2 REFORMASI PERPAJAKAN DI INDONESIA

Reformasi perpajakan bisa dibilan sebagai perubahan system perpajakan


secara signifikan baik administrasi maupun regulasinya. Reformasi perpajakan di
Indonesia pertama kali terjadi pada tahun 1983 dimana pada masa itu hampir
diseluruh dunia mengalami reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan yang ada ada
di Indonesia terjadi karenakan Undang-Undang yang berlaku sebelumnya masih ada
campur tangan dari pemerintah colonial Belanda dimasa itu sehingga tidak sesuai
dengan keadaan Indonesia di masa sekarang.

Perubahan peraturan perpajakan terebut mengubah system perpajakan yang


sebelumnya Official assessment system menjadi Self Assesment system. Official
assessment system adalah system dimana yang menetapkan dan menghitungkan
besaran pajak yang terhutang dan harus dibayar oleh masyarakat adalah pihak dari
kantor pajak. Sedangkan Self assessment system adalah system yang dimana
masyarakat dipercayai untuk menghitung sendiri berapa besar pajak yang terhutang
dan yang harus dibayar dan melaporkannya sendiri kepada pemerintah.

2.3 ACCOUNT REPRESENTATIVE

Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 98/KMK.01/2006 tentang


Account Reperesentative pada Kantor Pelayanan Pajak yang telah
mengimplementasikan organisasi modern Pasal 1 ayat (2) Account Representative
(AR) adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Kantor
Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organsiasi modern. Menurut
Megananda (2009), Account Representative bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk beberapa Wajib Pajak tertentu
yang telah ditugaskan kepadanya, yaitu bertanggung jawab untuk menyampaikan
informasi perpajakan secara efektif dan professional, serta memberikan respon yang
efektif atas pertanyaan dan permasalah yang disampaikan, sekaligus mengawasi
kepatuhan wajib pajak yang menjadi tugasnya.

9
Setiap Account representative pada Kantor Pelayanan Pajak dilingkungan
Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar bertugas melayani dan
mengawasi administrasi tiga smpai delapan Wajib Pajak dengan pembagian
penugasan ditetapkan menurut jenis usaha Wajib Pajak yang sejenis dan yang
mendekati sejenis tergantung jumlah Wajib Pajak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 98/KMK.01/2006


tentang Account Reperesentative pada Kantor Pelayanan Pajak yang Telah
Mengimplementasikan Organisasi Modern Pasal 1 ayat (2), tugas Account
Reprsentative adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib pajak,


2. Bimbingan/himbauan dan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib
pajak,
3. Penyusunan profil wajib pajak,
4. Analisis kinerja Wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka
intensifiaksi,
5. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Account Representative adalah penghubung anatra KPP dan Wajib Pajak, yang
bertanggungjawab untuk menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan
professional. Mereka terlatih untuk memberikan respon yang efektif atas
pertanyaan dan permasalahan yang diajukan Wajib Pajak sesegera mungkin.

2.4 KUALITAS PELAYANAN

Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk,


jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
(Tjiptono, 2007), dan menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

10
Parasuraman et al (1988) dalam Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012)
mengemukakan 5 (lima) dimensi kualitas jasa yaitu Keandalan (Reliability),
Ketanggapan (Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Emphaty), Bukti
Langsung (Tangible).

2.5 PENGAWASAN

Menurut Sondang P. Siagian (2005:125) Pengawasan merupakan proses


pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa pekerjaan
yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Selain itu juga merupakan usaha sadar dan sistemik untuk lebih menjamin bahwa
semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar – benar sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan kegiatan bias berdaya guna


(efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Semua aktivitas organisasi harus diawasi dengan pengawasan yang baik,
efektif dan efisien yang harus dilakukan secara sistematis. Pengawasan yang
sistematis akan memberikan hasil yang optimal. Menurut Kusnadi dkk (2002:265),
tujuan pengawasan pada umumnya meliputi:

a. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur,


pengaturan dan hukum yang berlaku,
b. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi,
c. Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi,
d. dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada
dalam organisasi,
e. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan
kinerja aktual dengan standar serta meningkatkan tingkat penyimpangan
dan kemudian mencari solusi yang tepat.

11
2.6 KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Kepatuhan adalah ketaatan atau kedisiplinan, kepatuhan perpajakan


memiliki arti keadaan Wajib Pajak melaksanakan hak, khususnya kewajibannya,
secara disiplin sesuai dengan peraturan perundang –undangan serta tata cara
perpajakan yang berlaku.

Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain: 2004), Kepatuhan Wajib Pajak


memiliki pengertian yaitu: Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan,
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,
c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar,
d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

2.7 KETERKAITAN ANTAR VARIABEL


2.7.1 Kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib pajak
Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berpengaruh dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Sedangkan jika dikaitkan dengan pelayanan,
maka kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan
(Tjiptono, 2008:85). Kualitas pelayanan yang diberikan dapat
berpengaruh kepada wajib pajak dimana hal tersebut akan membuat
wajib pajak dapat patuh dalam menjalani kewajibannya. Sehingga
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
2.7.2 Pengawasan dengan kepatuhan wajib pajak
Pengawasan merupakan usaha sadar dan sistemik untuk lebih
menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam

12
organisasi benar – benar sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini Account Representative
memiliki peran dalam melakukan pengawasan dan merupakan
bagian yang sangat penting. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H2: Pengawasan yang diberikan oleh Account
Representative berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.

Berdasarkan keterkaitan variable diatas maka hipotesis yang diajukan ialah:

Ha2: Kualitas pelayanan dan pengawasan yang diberikan oleh Account


Representative berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.

2.8 KERANGKA TEORI

Kualitas Pengawasan (X2)


Pelayanan (X1)

Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)

Uji Validitas

Uji Realiabilitas

Uji Asumsi Klasik Uji Hipotesis

1. Multikolonieritas 1. Uji Koefisien Determinasi (R2)


2. Uji Heteroskedastisitas 2. Uji t
3. Uji Normalitas 3. Uji F

Interpretasi

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory


research. Menurut Jogiyanto (2004:12) explanatory research adalah riset yang
mencoba menjelaskan tentang fenomena yang ada. Menurut Umar (1999:36)
penelitian eksplanatori (explanatory research) adalah penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya
atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini,
peneliti berusahan mencari jawaban dari fenomena suatu permasalah yang diajukan.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi
Account Representative terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3.2 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang perpajakan, yang berfokus pada
perilaku salah satu fungsi dalam Kantor Pelayanan Pajak atas modernisasi yang telah
dibuat oleh pemerintah. Perilaku salah satu fungsi tersebut adalah pengaruh fungsi
Account Representative terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


3.3.1 Populasi

Populasi menurut Kamus Besar Bahsasa Indonesia (KBBI) diartikan


sebagai sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan
sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus
(Sabar, 2007).

14
3.3.2 Sampel

Sampel menurut Kamus Besar Bahsasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai


sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar,
2 bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar. sampel
adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan
mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono,2011).

Metode yang digunakan adalah Accidental sampling. Sampling Insidental


adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Sugiyono,
2012:96). Metode pengambilan sampel ini dipilih karena memudahkan penelitian
karena tidak semua wajib pajak yang dijadikan sebagai sampel, hanya wajib pajak
yang terdaftar di KPP Pratama Pontianak yang saat itu melakukan kewajiban
perpajakannya yang dijadikan sebagai sumber data, hal ini juga digunakan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat dan lebih baik.

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA


3.4.1 Pengujian Kualitas Data
a) Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Kehandalan yang menyangkut
kekonsistenan jawaban jika diujikan berulang pada sampel yang berbeda.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik
Cronbach Alpha (á). (Ghozali, 2005: 41- 42).

15
b) Uji Validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut, (Ghozali, 2007). Valid atau tidaknya suatu pertanyaan dapat
dilakukan dengan cara membandingkan nilai correlated item-total
correlation dengan hasil perhitungan r table.

3.4.2 Pengujian Asumsi Klasik


a) Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2013: 110) tujuan dari uji normalitas adalah
sebagai berikut: “Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya
dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik
parametrik tidak dapat digunakan.

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variablel – variable ini tidak
ortogonal.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model


regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu salah satunya
dengan uji glejser.

16
3.4.3 Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan


menggunakan uji statistik, sebagai berikut:

a) Uji T (Parsial)
Menurut Ghozali (2011:98) Uji parsial menggunakan uji t, yaitu
untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variable penjela atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variable
dependen. Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai t hitung
dan nilai kritis sesuai dengan tingkat signifikan yang digunakan yaitu 0,05.
b) Uji F (Simultan)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan
atau bersamasama antar variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengaruh tersebut memiliki tingkat signifikansi pada alpha 5%
c) Metode Regres Linear Berganda
Metode regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2, …. Xn) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai
dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan.
d) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien detrminasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:16).

17
DAFTAR PUSTAKA

Abut, H. 2007. Perpajakan. Volume 1. Diadit Media. Jakarta.

Devano, Sony & Rahayu, Siti Kurnia. 2006. Perpajakan: konsep, teori dan isu. Jakarta:
Kencana.

Farikha, Intan (2014) Sosialiasi Peraturan Perpajakan Dan Kinerja Account


Representative Kaitan Dengan Kepatuhan Wajib Pajak.

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Kotler, Philip. 1998. Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi, dan


Kontrol. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Norman D. Nowak. 2007. Tax Administration: Theory and Practice. Jakarta: Salemba
Empat.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. 2007. Dasar- dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapat.
Bandung: Eresco.

Republik Indonesia. 2004. Keputusan Direktur Jenderal Pajak NOMOR KEP-


178/PJ/2004 tentang Cetak Biru (Blue Print) Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak
Tahun 2001 Sampai Dengan Tahun 2010.

Republik Indoesia. 2006. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


98/KMK.01/2006 Tentang Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak
Yang Telah Mengimplementasikan Organisasi Modern.

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan


ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia. 2011. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE98/PJ. /2011 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan
Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

18
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 6.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


AFABETA, cv.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Penerbit Alfabeta.


Bandung.

Tjiptono, Fandy, & Gregorius Chandra. 2005. Manajemen Kualitas Jasa. Yogyakarta:
Andi.

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Komunikasi Oraganisasi. PT Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Waluyo, 2007, Perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Widi Widodo, 2010. Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Pajak. Bandung. Alfabeta.

19

Anda mungkin juga menyukai