BAB I
PENDAHULUAN
Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi
pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari keuntungan
Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity dari pemerintah
yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu membangun kilang-
kilang lainnya sebelum tahun 1990. Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang
milik PERTAMINA.
Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah
minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga
jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baiksebagai bahan baku kilang.
Kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu
yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen
yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya
kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara
itu produksi minyak dari lapangan
Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode Secondary Recovery.
Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude
Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24.
Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan
BBM yaitu:
1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.
2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.
3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.
Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan
proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun 1991. Pada
perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina
Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar
239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT.
Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru
dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon
dan sekitarnya.
Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses
produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk
mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian
rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian
pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk
mendistribusikan aliran dapat diminimalisir.
Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang
memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang
berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran
adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman.
Area kilang terdiri dari :
Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang
: 200 ha daerah penyangga
Sarana perumahan : 200 ha
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya
faktor pendukung, antara lain :
a. Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
adalah :
Angola, Afrika (30%) dan Minyak mentah Duri Riau, Minyak mentah Minas
Dumai, Jatibarang (70%)
Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic
Feet per Day (MMSCFD).
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih
65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi
dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta
kecepatan maksimum 1.200m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat
exchanger(sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam
pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan
sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini.
Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter
NH3, phenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
c. Transportasi
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai
utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi
hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities
adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude
oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu
laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk
(propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas
yang dinamakan jetty facilities.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses
pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang
dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA
(Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
Refinery Unit VI
Sulphur
Plant Catalytic
Condensation
Unit
Tahapan proses :
Feed berupa campuran crude oil dialirkan oleh Crude Oil Charge Pump
(11-P-101 A/B) dan dipanaskan melewati rangkaian alat penukar panas (Cold
Preheater Train, 11-E-101 s/d 11-E-105) untuk menaikkan temperatur.
Crude oil kemudian dialirkan menuju Desalter untuk mengurangi
kandungan garam yang ada di dalam crude oil. Garam dapat terpecah menjadi
asam dan dapat mengakibatkan korosi pada sistem perpipaan. Wash Water
untuk pencuci crude oil pada Desalter dipanaskan oleh Desalter Effluent Water
pada Exchanger (11-E-116), kemudian diinjeksikan pada crude oil di Upstream
Mixing Valve pada Desalter Crude Oil Charge Pump (11-P-102 A/B) melalui
Hot Preheating Train. Mixing Valve berguna untuk meningkatkan pencampuran
yang homogen antara air dengan minyak sehingga air dapat menyerap garam
pada minyak dengan baik. Karena pencampuran air dengan minyak dapat
menyebabkan emulsi sehingga terjadi upset (air masuk ke kolom uap) maka
diberikan demulsifier. Kondisi operasi Desalter berkisar 150°C dengan tekanan
8 kg/cm2.g sehingga air tetap berwujud cair.
Desalted Crude Oil lalu dipanaskan kembali dengan Hot Preheater Train
(11-E-106 s/d 11-E-111) dan dipanaskan lebih lanjut di Furnace (11-F-101)
hingga 340 – 360°C. Minyak mentah yang berupa uap masuk ke dalam Main
Fractionator (11-C-101) yang terdiri dari 34 tray dimana feed masuk pada tray
ke 31. Main Fractionator (11-C-101) untuk fraksinasi steam ke stripping.
Stripping menggunakan low pressure steam yang sudah dipanaskan di bagian
konveksi (11-F-101) menjadi superheated steam sebelum diinjeksikan ke
stripper.
Dari kolom ini akan dihasilkan top product berupa off gas, naphta, dan
kerosin; Side Stream Product berupa untreated Light Gas Oil (LGO) dan
untreated Heavy Gas Oil (HGO) serta bottom product berupa Atmospheric
Residue (AR). Untuk memanfaatkan dan mengambil panas dari (11-C-101)
digunakan tiga Pump Around Stream, yaitu Top Pump Around Stream (P-104),
Middle Pump Around Stream (P-105) dan Bottom Pump Around Stream (P-
106). Top Pump Around Stream diambil dari tray nomor 5 dan digunakan
sebagai fluida pemanas pada Cold Preheater Train (11-E-104) kemudian
dikembalikan di top tray. Middle Pump Around Streamdiambil dari tray nomor
15 dan diambil panasnya untuk Splitter Reboiler (11-E-122) dan Hot Preheater
Train (11-E-106), lalu dikembalikan ke tray nomor 12. Bottom Pump Around
Stream diambil dari tray nomor 25 dan panasnya digunakan oleh Stabilizer
Reboiler(11-E-12) dan Hot Preheater Train (11-E-109) sebelum dikembalikan
ke tray nomor 22.
Top Product dari Main Fractionator (11-C-101) dikondensasi dengan Fin
Fan Cooler (11-E-114) serta diinjeksikan ammonia dan Corrosion Inhibitor
kemudian dialirkan menuju vessel (11-V-102). Pada (11-V-102) dipisahkan
antara fraksi minyak, gas dan airnya. Fraksi air dialirkan ke unit Sour Water
Stripper. Fraksi gasnya dialirkan menuju (11-V-103) dan akan digunakan
sebagai fuel gas untuk furnace (11-F-101). Sementara fraksi minyaknya
dialirkan menuju stabilizer (11-C-104) dengan sebelumnya dipanaskan terlebih
dahulu pada exchanger (11-E-118) dan (11-E-119). Stabilizer berfungsi untuk
memisahkan hidrokarbon fasa gas dan fasa minyak. Hidrokarbon fasa gas
sebagai top product akan dikondensasikan dan dimasukkan ke Stabilizer
Overhead Drum (11-V-104). Pada drum ini akan dipisahkan fraksi off gas dan
fraksi airnya. Fraksi off gas dikirim ke unit Amine Treatment sedangkan fraksi
minyak yang terikut dalam kondensat, akan dikembalikan lagi ke stabilizer
sebagai refluks. Sementara itu hidrokarbon fraksi minyak sebagai bottom
product dari 11-C-104 akan diproses lebih lanjut di dalam splitter (11-C-105).
Sebelum masuk splitter, panas dari bottom product dimanfaatkan untuk
memanaskan feed yang akan masuk ke stabilizer (11-E-11). Pada splitter ini
dihasilkan produk atas berupa naphta dan produk bawah berupa kerosin. Produk
naphta dialirkan menuju Naphta Processing Unit (NPU) dan tangki, sementara
setelah didinginkan dengan Fin Fan Cooler (11-E-124) dan kondensor (11-E-
mengolah sour offgas yang mengandung H2S dari unit CDU, AHU, dan
GO/LCO HTU. Letak dari absorber ini adalah di GO/LCO HTU. Offgas yang
telah diolah di unit ini selanjutnya dialirkan ke fuel gas system dan digunakan
sebagai bahan baku untuk H2 Plant maupun sebagai refinery fuel gas. RCC
unsaturated gas absorber mengolah sour gas dari RCC. Absorber ini
ditempatkan di unit 16 Unsaturated gas Plant. Produk treated offgas
selanjutnya dialirkan ke fuel gas system sebagai fuel gas. Amine regenerator
berfungsi untuk melepaskan kembali gas H2S yang terikat di dalam richamine
dan menyuplai lean amine untuk digunakan di kedua offgas absorber.
Unit ini terdiri dari dua Gas Absorber dan sebuah Amine Regenerator:
a. Off Gas Absorber (14-C-201)
Off gas Absorber terletak di unit GO/LCO HTU (Unit 14) dan berfungsi
untuk mengolah Sour Off Gas yang mengandung H2S dari unit CDU,
ARHDM, GO HTU dan LCO HTU. Gas yang telah diolah dari unit ini akan
dialirkan ke Fuel Gas System dan digunakan sebagai bahan baku untuk
Hydrogen Plant.
b. RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C-105)
RCC Unsaturated Gas Absorber terletak di Unit Unsaturated Gas Plant
(Unit 16) dan berfungsi untuk mengolah Sour Off Gas dari RCC. Produk
Treated Off Gas dari Absorber ini dialirkan ke Fuel Gas System sebagai Fuel
Gas.
c. Amine Regenerator (23-C-101)
Amine Regenerator terletak di area Treating (Unit 23). Amine
Regenerator ini berfungsi untuk melepaskan kembali gas H2S yang terikat
dalam Rich Amine dan menyuplai Lean Amine untuk digunakan di kedua
Absorber.
Spent Caustic sehingga larutan Spent Caustic dapat dialirkan ke produk air dari
SWS yaitu kandungan NH3 nya < 25 ppm dan kandungan H2S nya < 10 ppm.
Selain itu, dihasilkan Off Gas yang kaya akan gas H2S untuk dikirim sebagai
umpan pada Sulphur Plant dan Off Gas yang kaya akan NH3 akan dibakar di
Incinerator. Unit ini terbagi menjadi dua seksi, yaitu seksi Sour Water Stripper
(SWS) dan seksi Spent Caustic Treating.
Tabel 1.1. Kapasitas pengolahan SWS
untuk air buangan dari unit RCC, hanya mengandung sedikit H2S sehingga
hanya diperlukan satu kali stripping.
Pada SWS Train I, Sour Water dimasukkan ke dalam Surge Drum agar
terpisah dari fase minyak dan gas. Minyak yang telah dipisahkan dialirkan ke
Slop Header sedangkan Sour Water dialirkan ke Stripper. Sour Water lalu
dipanaskan terlebih dahulu lalu masuk ke General H2S Stripper (24-C-101)
untuk dihilangkan kandungan H2Snya. H2S yang terpisahkan digunakan sebagai
feed di Sulphur Plant. Kemudian aliran dilanjukan ke General NH3 Stripper
(24-C-102) untuk dihilangkan kadar NH3 nya. Gas NH3 keluar dari bagian atas
kolom dikirim ke Incinerator (25-F-102). Sour Water yang sudah bebas dari H2S
dan NH3 keluar dari bawah Stripper dan didinginkan sebelum masuk ke Unit
Water Waste Treatment (WWT) atau digunakan kembali ke Unit CDU dan
ARHDM.
Pada SWS Train II, Sour Water juga dimasukkan ke dalam Surge Drum
agar terpisah dari fase minyak dan gas. Minyak yang telah dipisahkan dialirkan
ke Slop Header sedangkan Sour Water dilewatkan ke RCC SWS Coalescer (24-
S-101). Sour Water dipanaskan dan dialirkan ke RCC Sour Water Stripper (24-
C-201). Gas H2S dan NH3 dilepaskan dengan cara pemanasan menggunakan
Stripper Reboiler (24-E-203). Overhead Sour Gas (NH3 dan H2S) akan keluar
dibagian atas stripper. Gas NH3 yang keluar dari bagian atas stripper
selanjutnya digabung dengan gas yang keluar dari TrainI untuk selanjutnya
dikirim ke Incinerator (25-F-102). Sour Wateryang bebas dari H2S dan NH3
akan keluar dari sisi bawah kolom (24-C-201) lalu didinginkan sebelum dikirim
ke Unit Water Waste Treatment (WWT). Selanjutnya air yang telah diolah
tersebut disalurkan ke Effluent Treatment Facility atau digunakan kembali ke
Unit CDU dan ARHDM.
b. Seksi Spent Causting Treating.
Pada unit 24 juga terdapat Spent Caustic Treating Sebagai Train III. Train
ini berguna untuk mengoksidasi sulfur yang terkandung di Spent Caustic yang
berasal dari berbagai unit. Spent Caustic yang diolah di SWS Train III berasal
dari LPG Treatment, Naphta Treatment GO-HTU, LCO-HTU, PRU dan
Catalytic Condensation Unit.Treating ini dilakukan dengan cara mengatur pH
Spent Caustic dengan menggunakan Caustic Soda atau H2SO4 dari tangki,
kemudian disalurkan ke Effluent Facility. (Pertamina, 1992)
udara yang disebabkan oleh emisis Sulfur Oksida (SOx) dan Nitrogen Oksida
(NOx). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2S + ½O2 → SO2 + H2O (Pers 2.4)
H2S + ½SO2 → ½S + H2O (Pers 2.5)
untuk menghilangkan H2S atau SO2 terlarut. Cairan sulfur yang telah di-degassing
dipompakan ke Oil Movement Facility.(Pertamina, 1992).
2. Naphta Processing Unit (NPU)
Naphta Processing Unit terdiri dari 3 unit proses, yaitu: Naphta
Hydrotreating Unit (Unit 31), Platforming Unit (Unit 32), Continuous Catalyst
Regeneration (CCR) Unit (Unit 32) dan Penex Unit (Unit 33). Unit ini dibangun
untuk mengolah dan meningkatkan nilai oktan dari nafta. Peningkatan bilangan
oktan dilakukan dengan cara menghilangkan impurities yang dapat menurunkan
bilangan oktan seperti propana, butana, dan pentana. Sebelumnya dilakukan
penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) dan MTBE (Methyl Tertier Butyl Eter) untuk
meningkatkan bilangan oktan dan nafta. Namun, saat ini pemakaian TEL dan
MTBE telah dilarang karena dapat berbahaya bagi kesehatan karena timbal dapat
masuk dan mengendap di dalam tubuh sehingga menghambat pembentukan sel
darah merah.
a. Naphta Hydrotreating Treatment Unit (NHTU)
yang selanjutnya akan dipisahkan menjadi Heavy Naphta dan Light Naphta.
Heavy Naphta akan digunakan sebagai feed untuk unit Platforming (Unit 32)
sedangkan Light Naphta akan digunakan sebagai feed unit Penex (Unit 33).
Naptha yang diolah berasal dari berbagai unit pengolahan PERTAMINA (UP-III,
UP-IV, UP-V) dan juga dari unit 11 Crude Distillation Unit (CDU). Kapasitas
dari NHU ini sebesar 52.000 BPSD. Proses pembersihan pengotor pada naphta
menggunakan bantuan katalis dan aliran gas H2 murni.
Deskripsi Proses :
Tahapan Proses :
Proses dimulai dengan dipanaskannya feed pada Combined Feed Exchanger
(32-E-101) dan kemudian dicampurkan dengan sulfida dan air. Penambahan
sulfida ini bertujuan untuk mengaktivasi katalis yang akan digunakan pada reaktor.
Setelah melewati (32-E-101) feed dimasukkan ke dalam tiga buah Reaktor (32-R-
101/102/103) yang dipasang secara seri. Katalis untuk reaktor ini berasal dari unit
CCR yang dimasukkan dari bagian atas reaktor. Katalis ini memiliki inti metal
berupa platina dan inti asam berupa klorida.
Di dalam reaktor terjadi reaksi reforming yang bersifat endoterm, dimana
terjadi penataan ulang struktur molekul hidrokarbon dengan menggunakan panas,
hidrogen, dan katalis. Feed dimasukkan ke dalam reaktor pertama, kemudian
keluarannya dipanaskan kembali menggunakan Charge Heater (32-F-101) dan
dimasukkan kembali ke dalam reaktor berikutnya. Pemanasan kembali effluent
reaktor sebagai feed reaktor berikutnya terus dilakukan hingga feed memasuki
reaktor yang ketiga. Keluar dari reaktor ketiga, katalis akan diregenerasi di CCR
Regeneration Section. Gas buangan dari charge heater dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil HP Steam. Panas hasil reaksi (effluent reaktor) dimanfaatkan untuk
memanaskan feed pada Heat Exchanger (32-E-101 dan 32-E-102) dan kemudian
dimasukkan ke dalam separator.
Di dalam separator fraksi-fraksi gas yang berupa hidrogen, off gas, fraksi LPG,
dan senyawa klorin yang berasal dari katalis dipisahkan dengan fraksi nafta. Gas
yang berhasil dipisahkan di dalam separator dialirkan ke Recycle Compressor (32-
K-101) dan sebagian gasnya digunakan untuk purge gas katalis. Purge gas katalis
berfungsi untuk membersihkan hidrokarbon yang menempel pada permukaan
katalis sebelum dikirim ke unit CCR. Sebagian dari fraksi gas yang tidak
terkondensasi akan dicampurkan dengan gas dari CCR dan debutanizer, lalu akan
dikirim ke Net Gas Chloride Treatment (32-V-106A/B) untuk menghilangkan
kandungan klorida yang sangat berbahaya bila terdapat dalam bentuk gas. Net gas
yang berupa hidrogen, off gas, dan LPG kemudian akan digunakan dalam unit CCR
dan Platforming, dan sebagian lainnya digunakan sebagai fuel gas. Sebagian gas
ada yang dipisahkan menjadi hidrogen untuk digunakan pada unit NHU dan Penex.
Gas-gas hidrokarbon yang berupa LPG dan off gas dikembalikan ke Separator (32-
V-101).
Aliran campuran nafta dari Recovery Plus System akan diproses di
Debutanizer (32-C-101) untuk memisahkan fraksi nafta dengan fraksi gas yang
masih mengandung LPG. Sebelum dimasukkan ke dalam kolom, feed kolom harus
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan Debutanizer Feed-Bottom Exchanger
(32-E-111). Produk atas debutanizer yang berupa fraksi gas kemudian didinginkan
di Debutanizer Trim Condenser (32-E-113) dan dipisahkan antara fraksi gas dan
fraksi airnya di Debutanizer Receiver (32-V-107). Fraksi gas ringan akan
dikembalikan ke Net Gas Chloride Treatment. Fraksi LPG sebagian dikembalikan
ke kolom sebagai refluks dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam LPG chloride
treater untuk diolah menjadi unstabillized LPG yang akan diolah di unit Penex. Air
yang terpisah akan diolah di unit SWS. Sementara itu, produk bawah debutanizer
yang berupa nafta reformat akan langsung dikirim ke Gasoline Blending System
untuk dicampurkan dengan produk lainnya. (Pertamina, 1992)
eksotermik. Oleh karena itu, disyaratkan menggunakan sistem dua reaktor untuk
mengatur temperature tinggi dengan reactors dan heat exchanger dengan media
pendingin cold feed. Sebagian besar isomerisasi berlangsung dengan kecepatan
tinggi pada reaktor pertama dan sisanya temperature rendah pada reaktor yang
kedua, untuk menghindari reaksi balik.
d. Product Stabilizer
Product stabilizer berfungsi untuk memisahkan produk, yaitu penexate
yang mengandung isoparafin, dengan stabilizer gas. Kandungan stabilizer gas
adalah sebagai berikut:
Gas hydrogen yang tidak terpakai di dalam reaktor
Gas-gas ringan (C1 – C4) yang dimasukkan dengan make up gas, dan timbul
di dalam reaktor akibat terjadinya proses hydrocracking.
HCl (bermula dari perchloride) yang mana dapat dibersihkan di caustic
scrubber.
e. Caustic Scrubber
Caustic scrubber diperlukan untuk membersihkan hydrogen chloride (HCl).
Material balance untuk scrubber ini menunjukan 10% wt larutan caustic
diturunkan hingga 2% wt yang dipakai untuk proses pemurnian, selanjutnya
akan dibuang dan diganti setiap minggu kira-kira 104,3 m3. Teknik khusus
dapat dikembangkan untuk penetralan dari caustic yang dipakai dengan
menginjeksikan Sulfuric acid ke dalam aliran ini.
Tahapan proses :
Proses dimulai dengan dimasukkannya feed dari unit NHU ke dalam Feed
Driers (33-V-105). Pada driers ini dikurangi kadar airnya sampai batas yang telah
ditetapkan sehingga gangguan-gangguan terhadap proses yang akan berlangsung di
dalam reaktor dapat dihindari. Sementara itu, make up gas dari CCR Platforming
Unit dikeringkan di Unstabilized LPG Driers (33-V-101A/B) dan di Gas Drier
(33-V-103A/B). Selanjutnya, aliran feed yang telah dikeringkan dimasukkan ke
dalam Feed Surge Drum (33-V-107). Aliran keluaran dari drum ini digabung
dengan aliran gas hidrogen dari Gas Drier (33-V-103A/B) dilewatkan ke
exchanger (33-E-105/106/107) kemudian dipompakan ke Penex Reactor (33-R-
101 & 31-R-102). Pada kedua reaktor ini, terjadi reaksi isomerisasi untuk
menggabungkan fraksi ringan light naphta dari NHU. Sebagian besar isomerisasi
berlangsung dengan kecepatan tinggi pada reaktor pertama dan sisanya temperatur
rendah pada reaktor yang kedua, untuk menghindari reaksi balik.
Aliran keluaran dari Penex Reactor dan aliran gas dari Unstabilized LPG
Driers dialirkan ke dalam Stabilizer (33-C-101). Tujuan dari stabilizer adalah
untuk memisahkan fraksi gas ringan berupa hidrogen dan hidrokarbon ringan (C1–
C3/C4) dan fraksi gas berat. Fraksi gas ringan yang keluar dari bagian atas
stabilizer akan didinginkan dan dialirkan ke Stabilizer Receiver (33-V109). Pada
(33-V-109) ini terjadi pemisahan hidrokarbon ringan (C1 dan C2) serta komponen
penyusun LPG, yaitu C3 dan C4. C3 dan C4 akan keluar dari bagian bawah
Stabilizer Receiver dan dimasukkan ke LPG Stripper (33-C-102). Dari kolom ini
akan didapatkan LPG Product. Sementara itu, produk atas dari Stabilizer Receiver
dialirkan ke Net Gas Scrubber (33-C-104). Pada scrubber ini akan dibersihkan
kandungan HCl nya dengan menggunakan bantuan kaustik 14,4%-berat. Top
product dari scrubber ini akan dialirkan ke Fuel gas System, sedangkan spent
caustic-nya diolah di Spent Caustic Degassing Drum (33-V-112). Fraksi berat
keluaran dari (31-C-101) dilanjutkan pemrosesannya ke Deisohexanizer (33-C-
103). Pada (33-C-103) akan dipisahkan antara senyawa isoheksan, yang akan
berlaku sebagai bottom product dan non-isoheksan yang akan berlaku sebagai top
product. Senyawa non-isoheksan kemudian akan didinginkan dan akan dicampur
kembali dengan aliran bottom product ex (33-C-103). Hal ini dilakukan untuk
mengatur nilai oktan yang akan dihasilkan oleh produk keluaran unit Penex.
(Pertamina, 1992)
logam nikel (Ni) dan vanadium (V) yang dibawa oleh residu dari unit CDU. Nikel
(Ni) dan Vanadium(V) merupakan logam berat yang dapat mematikan katalis
secara permanen.
Reaksi utama yang terjadi pada proses AHU adalah sebagai berikut:
a. Carbon residue removal
Carbon residue adalah bagian dari residue yang berbentuk residue padat
apabila dipanaskan dengan temperatur tinggi tanpa adanya hydrogen. Carbon
residue biasanya diukur sebagai micro carbon residue (MCR). Tahapan
pengambilan MCR adalah sebagai berikut:
1. Penjenuhan cincin polyaromatic dengan H2.
2. Pemecahan cincin jenuh polyaromatic.
3. Konversi (perubahan) molekul besar menjadi molekul kecil.
b. Hydrodemetallization
Nikel dan Vanadium terdapat dalam larutan kompleks organo metalic seperti
porphyrin atau nonporphyrin. Kedua larutan kompleks ini terdapat pada produk
dengan titik didih 370°C dan terkandung dalam asphaltene dan polar aromatic
(resin). Dua tahap hydrodemetallization adalah sebagai berikut:
1. Initial reversible hydrogenation (reaksi hidrogenasi)
2. Terminal hydrogenolysis dari ikatan metal hydrogen.
c. Hydrodenitrogenasi (HDN)
Nitrogen secara parsial diambil dari bahan baku dengan hidrogenasi
membentuk ammonia (NH3) dan hidrokarbon. Ammonia diambil dari reaktor
effluent, sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal di dalam produk.
d. Hydrocracking
Proses pemecahan (hydrocracking) dari molekul hidrokarbon dari titik didih
yang lebih tinggi menjadi molekul dengan titik didih yang lebih rendah, terjadi
pada semua proses dengan lingkungan hydrogen yang berlebih. Contoh dari
reaksi pemecahan adalah sebagai berikut:
RCH2CH2CH2CH3 + H2 CH3CH2CH3 +RCH3 (Pers 2.7)
e. Hydrodesulphurization
Hidrodesulfurisasi adalah hidrogenasi dari komponen yang mengandung
sulfur membentuk hidrokarbon dan H2S. H2S selanjutnya akan diambil dari
effluent sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal di dalam produk minyak.
Tabel 1.2. Spesifikasi DMAR
Parameter Jumlah Keuntungan
Tidak perlu
ditambahkan unit
Sulfur Max 0,5%-b flue gas
desulfurization
diRCC
Mengurangi
kebutuhan
Carbon resiude Max 7-10%-b
pendinginan
katalis
Mengurangi
Nickel + Vanadium 5-25 ppm
konsumsi katalis
Tahapan Proses :
Feed dialirkan ke dalam Filter (J-501) melewati Heat Exchanger (E-501 A-H).
Pada exchanger ini feed dipanaskan sampai temperatur 245oC. Filter digunakan
untuk membersihkan feed dari solid yang ikut di dalam aliran. Prinsip filter yang
digunakan adalah berdasarkan pressure drop-nya. Ketika pressure drop-nya
mencapai 2 kg/cm2g, filter tersebut akan di-backwash menggunakan air yang
disemprotkan ke dalamnya. Ukuran saringannya sebesar 25 mikron. Setelah di
filtrasi, feed tersebut di tampung di dalam surge drum (V-501). Kemudian aliran
feed yang akan dialirkan ke dalam furnacedibagi menjadi dua. Aliran pertama adalah
aliran utama yang bergabung dengan recycle gas dan make up gas sebelum masuk
ke heat exchanger (12/13-E-102) dan (12/13-E-101A/B). Aliran kedua adalah aliran
cabang langsung masuk ke dalam furnace. Pada furnace (13-F-101) feed dipanaskan
hingga mencapai temperatur inlet reaktor. Feed yang keluar dari furnace
dimasukkan ke dalam 3 reaktor fixed bed yang disusun secara seri. Karena reaksi
yang terjadi (hydrotreating) bersifat eksotermis, maka dilakukan injeksi cold quench
recycle gas diantara reaktor yang berguna untuk mengatur temperatur dan tekanan
agar sesuai kondisi proses sehingga runaway (reaksi yang berkelanjutan) tidak
terjadi.
Di dalam reaktor (13-R-101/102/103) terjadi reaksi hydrocracking,
Hydrodemetalization, hydrodesulphurization, hydrodenitrogenation, dan carbon
residue removal. Selanjutnya, atmospheric residue keluaran reaktor dipisahkan
antara fraksi cair dan gasnya di dalam Hot High Pressure Separator (HHPS). Fungsi
dari HHPS adalah untuk mengambil residue oil dari keluaran reaktor sebelum
didinginkan karena residu akan menyumbat exchanger di effluent vapor cooling
train. Cairan panas yang keluar dari HHPS dialirkan ke HLPS (Hot Low Pressure
Separator) sedangkan uap panas yang mengandung H2, NH3, CH4, gas ringan
hidrokarbon lainnya, dan cairan hidrokarbon dialirkan ke dalam CHPS (Cold High
Pressure Separator) setelah didinginkan dengan beberapa HE dan finfan. Untuk
mencegah terjadinya kebuntuan dan korosi, diinjeksikan kondensat dan larutan
polysulfide ke pipa masuk finfan. Fungsi dari polysulfide adalah sebagai cleaning
tube pada fin fan. Didalam CHPS recycle gas yang kaya hidrogen terpisah dari
minyak dan air akan keluar menuju ke Recycle Gas Compressor (13-K-101) dan
Hydrogen Recovery Unit (12-A-501). Aliran recycle gas ini berfungsi untuk
mengembalikan tekanan yang hilang selama gas mengalir ke furnace, reaktor, dan
separator.
C4 170500 Nm3 /h
Sumber: Pertamina,2005
b) Hydrogen Plant Unit (Unit 22)
Unit-unit proses yang terdapat pada kilang RU VI Balongan sebagian besar
membutuhkan hydrogen yang akan digunakan dalam reaksi hidrogenasi,
hydrocracking, dan hydrotreating. Reaksi hidrogenasi biasanya dimanfaatkan untuk
menghilangkan impurities (pengotor) yang terikut bersama minyak bumi atau fraksi-
fraksinya. Hydrogen Plant (Unit 22) merupakan unit yang dirancang untuk
memproduksi hidrogen dengan kemurnian 99,9% sebesar 76 MMSFSD dengan
umpan yang berasal dari refinery off gas dan natural gas. Produk gas hidrogen dari
Hydrogen Plant digunakan untuk memenuhi kebutuhan di unit-unit Light Cycle Oil
Hydrotreating Unit (LCO HTU), Gas Oil Hydrotreating Unit (GO HTU), dan unit
Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU).
memproduksi steam.
Setelah melalui seksi HTSC dan WHR, gas hidrogen kemudian
didinginkan kembali dengan menggunakan fan coller, kemudian kondensatnya
dipisahkan pada KO drum. Setelah itu kondensat dari KO drum masuk ke
seksi proses treatment kondensat yang bertujuan memurnikan kondensat agar
dapat digunakan sebagai umpan produksi steam (boiler feed water).
b. Pressure Swing Adsorption (PSA)
Proses PSA yang dipakai untuk memurnikan hydrogen memanfaatkan
perbedaan kapasitas loading pada tekanan yang berbeda untuk memisahkan
campuran gas menjadi komponen H2dan impurities lain. Pada saat gas masuk
ke bed adsorben pada tekanan tinggi maka beberapa komponen akan terpisah
karena adanya daya untuk adsorpsi (adsorption force) ke permukaan adsorben
dan akhirnya akan terikat (teradsorpsi) pada adsorben disertai timbulnya panas
adsorpsi. Dalam sistem adsorpsi dynamic, komponen-komponen yang mudah
diserap akan bergerak lambat melalui adsorben dibandingkan dengan
komponen yang sulit teradsorp. Dalam proses ini konsentrasi pengotor
berkurang.
Pada suatu titik, adsorben akan jenuh. Oleh karena itu diperlukan
pembersihan impurities dari adsorben bed yang disebut dengan regenerasi.
Dengan penurunan tekanan, kapasitas pengisian adsorben akan berkurang,
adsorben mulai melepaskan pengotor. Proses pembersihan impurities
dilakukan dengan memanfaatkan gas yang memiliki impurities dengan
konsentrasi rendah.
Tahapan Proses :
Feed gas dan RCC off gas dikirim ke feed gas compressor dan
kemudian dipanaskan di feed gas preheater yang ada di bagian konveksi
reformer. Selanjutnya feed gas langsung diumpankan ke dalam hidrogenator
yang berfungsi untuk mereaksikan sulfur organik dengan hydrogen. Gas
mengalir melalui unggun katalis, dimana sulfur akan diubah menjadi
hydrogen sulfide, dan sejumlah kecil olefin akan dijenuhkan. Gas yang telah
direaksikan selanjutnya dialirkan ke sulphur absorber untuk diambil senyawa
H2S yang terkandung didalamnya. Unit ini memiliki dua unit sulphur absorber
yang dipasang secara seri, dimana pada posisi guard/lead akan berperan
sebagai penyerap H2S terbanyak. Kandungan sulfur yang terdapat dalam
umpan reformer harus kurang dari 0,2 ppm.
Gas umpan selanjutnya dicampur dengan steam dan dialirkan ke tube-
tube berisi katalis di dalam reformer. Produk yang dihasilkan oleh reformer
disebut sebagai syngas (syntetis gas) yang memiliki temperatur 850°C. Syngas
panas dimanfaatkan untuk membangkitkan steam di Reformer Waste Heat
Boiler(22-WHB-101).
Keluar dari WHB, syngas dimasukkan ke HTSR (High Temperature
Shift Reactor) pada temperature 375°C dan mengalir ke bawah melalui Iron –
Chrome catalyst yang ada di unggun HTSR. Pada HTSR terjadi reaksi antara
karbon monoksida dengan uap air menjadi karbon dioksida dan gas H2 yang
bersifat eksotermis. Produk HTSR memiliki temperatur sekitar 438°C. Panas
ini juga dimanfaatkan untuk membangkitkan steam pada WHB(22-WHB-
101).
Setelah didinginkan hingga mencapai 40°C, syngas yang kemudian
dipisahkan dengan kondensat yang terbentuk dialirkan ke PSA unit.
Kondensat yang terbentuk dari pendinginan syngas selanjutnya akan di
treatment di process condensate trearment dan akan digabungkan dengan cold
condensate untuk keperluan steam. (Pertamina, 1992)
unit Pressure Swing Adsorption (PSA) di dalam alumina base yang berbentuk
bulat atau extrudate.
reactor, dimana di dalamnya terdapat dua bed yang masing-masing diisi oleh
katalis. Pada reaktor ini terjadi reaksi desulfurisasi, deoksigenasi, denitrifikasi, dan
penjenuhan olefin. Karena reaksi yang terjadi bersifat eksotermis, temperatur
produk menjadi lebih tinggi daripada temperatur feed reaktor. Panas dari produk
inilah yang diambil untuk memanaskan feed di combined feed exchanger.
Produk keluaran (14-R-101) dialirkan ke Separator (14-V-102) dengan
sebelumnya dilewatkan ke (14-E-101 A/B) sebagai fluida penukar panas dan
dilewatkan di Fin Fan Cooler (14-E-102). Pada (14-V-102) fraksi gas, fraksi
minyak, dan fraksi air dipisahkan. Seperti pada unit-unit lainnya, fraksi air
langsung dikirimkan ke unit 24 dan fraksi minyaknya dialirkan ke High Pressure
Stripper (14-C-101). Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor (14-
K-102) dan bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini selanjutnya
dikirim ke combined feed exchanger.
Pada Stripper (14-C-101) digunakan bantuan steam untuk memisahkan fraksi
minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas dikondensasikan oleh
Fin Fan Cooler (14-E-105) kemudian dialirkan ke Vessel (14-V-106). Di dalam
(14-V-106) fraksi air dan off gas akan terpisah. Air yang terpisah, dikirim ke
effluent reaktor sebelum ke (14-E-102) dan ke tiap tube bundle (14-E-102) sebagai
wash water, atau ke (14-V-103). Lalu sisanya dikirimkan ke unit 24 dan sebagian
lagi dikembalikan ke (14-V-106) untuk menjaga aliran minimum pompa.Sementara
off gas dikirimkan ke Amine Treatment (unit 23) untuk menghilangkan kandungan
H2S bersama dengan sour water dari (14-V-102). Selain itu, jika terdapat fraksi
minyak yang berasal dari Stripper (14-C-101) yang terikut, maka akan dimasukkan
kembali ke dalam stripper.
Gas oil yang merupakan produk bawah Stripper (14-C-101) dinaikkan
temperaturnya dengan bantuan Fractionator Charge Heater(14-F-102) dari
temperatur 217oC menjadi 260oC. Kemudian gas oil ini difraksinasi di dalam
fractionator (14-C-102) menggunakan pemanas steam. Produk atas yang
dihasilkan adalah wild naphta yang akan dialirkan ke CDU sedangkan produk
bawahnya adalah gas oil. Gas oil ini dikondensasikan kemudian dialirkan ke
Coaleser (14-S-101) yang berfungsi untuk memisahkan air sisa kondensasi yang
ikut terbawa oleh gas oil. Selanjutnya gas oil dikeringkan di dalam Dryer (14-V-
108) dan dialirkan ke tangki penyimpanan. Produk yang dihasilkan GO-HTU
berupa off gas, wild naphta (750 BPS), dan treated gas oil (31.600 BPSD).
(Pertamina, 1992)
Plant. Dan katalis yang digunakan adalah katalis hydrotreating UOP yang
mengandung oksida nikel/molybdenum (S-12) dan Cobalt/molybdenum (S-19 M)
di dalam alumina base serta dibuat denganbentuk bulat. LCO HTU terdiri dari dua
seksi, yaitu :
1. Seksi reaktor terjadi reaksi antara feed LCO dengan katalis dan hidrogen.
2. Seksi fraksionasi untuk memisahkan LCO hasil reaksi dari produk lain seperti
off gas, wild naphtha dan hydrotreated light cycle oil.
Distribusi feed dan produk yang diolah dari unit LCO HTU meliputi:
1. Feedstock LCO diperoleh dari RCC kompleks.
2. Katalis Hydrotreating UOP mengandung oksida nikel/molybdenum (S-12)
dan Cobalt/molybdenum (S-19 M) di dalam alumina base dan dibuat berbentuk
bulat atau extrude.
3. Make-up Hydrogen akan disuplai dari hydrogen plant unit.
Produk LCO HTU berupa :
1. LCO yang telah diolah langsung ditampung di tangki dan siap dipasarkan.
2. Hydrotreated Light Cycle Oil dipakai untuk blending produk tanpa harus
diolahlagi.
3. Off Gas di kirim ke Refinery Fuel Gas System.
4. Wild naptha dikirim ke unit CDU atau RCC untuk proses lebih lanjut.
Tahapan Proses :
Feed yang berupa untreated LCO dari RCC dan tangki penyimpanan
dialirkanmasuk ke dalam Surge Drum (21-V-101). Pada vessel ini dipisahkan
antara fraksi air dan minyaknya. Fraksi air yang keluar langsung dikirim ke unit
SWS (unit 24) dan fraksi minyaknya dipompakan ke Reactor Charge Heater (21-
F-101) untuk meningkatkan temperatur LCO dari 223oC sampai 241oC. Bahan
bakar yang digunakan pada furnace ini adalah fuel gas.Sebelum dimasukkan ke
dalam Heater (21-F-101), untreated LCO dipanaskan terlebih dahulu oleh Heater
(21-E-101) untuk mengurangi beban kerja (21-F-101). Selanjutnya, feed diolah di
dalam reaktor fixed bed (21-R-101) yang terdiri dari dua bed yang masing-masing
diisi oleh katalis.Pada reaktor ini berlangsung reaksi desulfurisasi, deoksigenasi,
denitrifikasi, dan penjenuhan olefin. Produk keluaran (21-R-101) dilewatkan ke
(21-E-101 A/B) dan dikondensasikan di Fin Fan Cooler (21-E-102) lalu dialirkan
ke Separator (21-V-102).Pada (21-V-102), fraksi gas, fraksi minyak, dan fraksi air
dipisahkan. Fraksi air yang berada di bagian bawah separator dikirimkan ke unit 24
sedangkan fraksi minyak di alirkan ke High Pressure Stripper (21-C-101).
Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor (21-K-102) dan
bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini selanjutnya
dikirim ke combined feed exchanger.
Pada Stripper (21-C-101), digunakan bantuan steam untuk memisahkan fraksi
minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas dikondensasikan oleh
Fin Fan Cooler (21-E-105) kemudian dialirkan ke Vessel (21-V-106). Di dalam
(21-V-106) fraksi air akan terpisah dan dikirimkan ke unit 24 dan off gas dikirim
ke Amine Treatment (unit 23). Selain itu, jika terdapat fraksi minyak yang berasal
dari Stripper (21-C-101) yang terikut, maka akan dimasukkan kembali kedalam
stripper.
LCO keluaran Stripper (21-C-101) dinaikkan temperaturnya dengan bantuan
Fractionator Charge Heater (21-F-102) dari temperatur 196oC menjadi 272oC.
dari gasoline dalam jumlah kecil sampai fraksi berat dengan jumlah atom C
panjang.
Didalam RCC terdapat reaktor, regenerator, catalyst condenser, main
airblower, cyclone, catalyst steam dan CO boiler. Unit ini berkaitan erat dengan
Unsaturated Gas Plant unit yang akan mengelola produk puncak main column
RCC unit menjadi stabilized gasoline, LPG dan non-condensable lean gas.
Produk-produk yang dihasilkan antara lain Liquified Petroleum Gas (LPG),
gasoline dari fraksi naphta, Light Cycle Oil (LCO) dan Decant Oil (DO). Produk
bawah DCO dijual ke Jepang dimanfaatkan untuk Independent Power Plant untuk
pembangkit listrik dan digunakan untuk carbon black. Produk lainnya dikirim ke
LEU untuk diolah lebih lanjut.
Reaksi yang terjadi di unit ini adalah reaksi cracking (secara katalis dan
termal). Thermal cracking terjadi melalui pembentukan radikal bebas, sedangkan
catalytic cracking melalui pembentukan ion carbonium tersier. Reaksi cracking
merupakan reaksi eksotermis. Katalis yang digunakan yang digunakan terdiri atas
zeoilt, silica dan lain-lain. Salah satu fungsi bagian asam dari katalis adalah untuk
memecah molekul yang besar. Persamaan reaksi cracking antara lain:
Parafin terengkah menjadi olefin dan parafin yang lebih kecil:
CnH2n+2 mCH2m + CpH2p+2 (Pers. 2.13)
Parafin Olefin Parafin
Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil:
CnH2n CmH2m + CpH2p (Pers. 2.14)
Olefin Olefin Olefin
Perengkahan rantai samping aromatik:
Aromatik CnH2n-1 Aromatik CH2m-1 + CmH2m+2 (Pers. 2.15)
Naphthane (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin:
Cyclo-CnH2n Cyclom CH2m + Cp H2p (Pers. 2.16)
Olefin Olefin
Jika sikloparafin mengandung sikloheksane:
column (16-C-101) untuk dipisahkan menjadi Decant Oil atau Slurry Oil (DCO),
Heavy Cycle Oil (HCO), Light Cycle Oil (LCO), naptha, unstabilized gasoline dan
wet gas.Atomized hydrocarbon masuk ke bottom kolom dan didinginkan sebelum
pemisahan terjadi. Pendinginan ini dilakukan dengan sirkulasi sebagian DCO dari
bottom kolom yang melalui steam generator (15-E-104) dan beberapa heat
exchanger. Sirkulasi DCO dingin dikembalikan ke kolom sebagai refluks.
Sebagian DCO masuk ke stripper untuk dipisahkan dari fase gasnya, kemudian
melalui beberapa exchanger untuk memanaskan feed dan masuk ke tangki produk.
Dari seksi DCO terjadi penguapan atau fraksinasi pertama, yaitu seksi HCO.
HCO tidak diambil dan hanya digunakan sebagai refluks pendingin. Pengatur
penguapan dan pemanas untuk raw oil preheater dan debutanizer reboiler didalam
gas concentrationsection. HCO digunakan untuk menjaga temperatur kolom
bagian bawah tempat masuknya feed yang panas agar tetap dibawah 350°C
sehingga mencegah terbentuknya coke. Net HCO kadang-kadang diambil untuk
bahan bakar pada torch oil.
Dari seksi HCO, penguapan terus terjadi dan masuk ke seksi LCO. Sebagian
produk LCO dikirim ke sponge absorber dalam Unsaturated Gas Concentration
Unit (Unit 16). LCO akan mengabsorp C3, C4 dan beberapa C5 dan C6 yang terikut
dari material sponge gas dan dikembalikan ke main column (15-C-103) untuk
mengatur flashpoint. Sebelum LCO masuk ke storage atau diolah berikutnya di
unit 21, panasnyadigunakan untuk raw charge preheater, gas concentration unit
dan stripper reboiler debutanizer.
Produk atas main column lainnya adalah heavy naphta. Heavy naphta tidak
diambil menjadi produk sama halnya dengan HCO. Sirkulasi naphta digunakan
dalam preheater umpan atau peralatan penukar panas lain sebelum kembali ke
kolom sebagai refluks. Sebelum kembali ke kolom, heavy naphta ditambahkan
wild naphta yang akan dihasilkan RCC pada seksi teratas kolom. Light gas dan
naphta teruapkan melalui top column dan melewati overhead condenser untuk
dikondensasikan dan dipisahkan dalam (15-V-106) menjadi fraksi air, fraksi
minyak dan fraksi gas. Fraksi minyak dikirim kembali ke main column sebagai
refluks, dikembalikan ke riser dan dikirim ke Gas Concentration Unit (16-E-103)
untuk diproses lebih lanjut. Fraksi air dikirim ke unit SWS dan fraksi gas dikirim
ke Wet Gas (16-V-106) atau dibakar di flare. (Pertamina, 1992)
mengahasilkan untreated LPG yang akan diproses lebih lanjut di LPG Treatment
Unit (Unit 17) dan gasoline yang akan diproses lebih lanjut di gasoline Treatment
Unit (Unit 18).
Vessel (17-V-104). Pada vessel ini terjadi proses aquafining, yaitu proses
pencucian kaustik yang terikut pada LPG dengan bantuan air. Pada akhirnya, akan
didapatkan treated.
LPG yang akan digunakan sebagai feed pada Propylene Recovery Unit (Unit
19). Produk yang dihasilkan oleh LPG Treatment berupa treated RCC LPG, fuel
gas, spent solvent, dan spent water. (Pertamina, 1992)
dari bottom product kolom debutanizer dari unit 16. Kapasitas unit ini adalah
47.500 BPSD.
Tahapan Proses:
Proses dimulai dengan dimasukkannya feed mixed C4 yang berasal dari PRU
ke dalam Wash Water Column (20-C-101) dan dikontakkan dengan air untuk
menghilangkan kandungan amine, ammonia, dan kaustiknya. Di dalam aliran air
diinjeksikan asam fosfat untuk dihilangkan basic nitrogennya sehingga tidak
bereaksi dengan katalis. Mixed C4 kemudian dialirkan ke Feed Surge Drum (20-V-
101) untuk memisahkan larutan fosfatnya.
Selanjutnya, mixed C4 dialirkan ke Reaktor (20-R-101 A/B/C) yang
merupakan tiga buah reaktor paralel. Sebelum dimasukkan ke reaktor, feed
diinjeksikan air terlebih dahulu untuk mencegah dehidrasi katalis. Pada reaktor
terdapat 5 bed yang didalamnya terjadi reaksi isomerisasi dan alkilasi dengan
bantuan katalis. Sebagai pengatur temperatur di dalam unggun-unggun di dalam
reaktor, diinjeksikan recycle quench melalui samping reaktor diantara dua unggun.
Selanjutnya keluaran reaktor disaring kotorannya dengan menggunakan
Reactor Filter (20-S-102) karena dapat menyebabkan kebuntuan pada peralatan
lain serta korosi karena katalis yang terikut bersifat asam. Dari (20-S-102) aliran
dilanjutkan ke Flash Rectifier (20-C-102). Di dalam rectifier ini, mixed C4
dipisahkan antara bottom product-nya, berupa saturated LPG, polygasoline, dan
unreacted feed, dan top product-nya yang berupa uap butilen dan butan. Top
product-nya dialirkan ke Rectifier Receiver (20-V-102) untuk dijadikan kondensat
dan dikembalikan ke (20-C-102).
Sementara itu, bottom product dari rectifier dialirkan ke Stabilizer (20-C-103)
untuk dipisahkan secara distilasi bertekanan sehingga menghasilkan uap butan
yang keluar dari bagian atas stabilizer. Uap butan ini dikondensasi dan dialirkan ke
Stabilizer Receiver(20-V-103). Selanjutnya, aliran butan dimasukkan ke dalam
Caustic Wash (20-V-106) untuk dibersihkan dari senyawa sulfur. Kemudian butan
dimasukkan ke Sand Filter (20-S-101) untuk menghilangkan sisa air yang terikut
dan dikirim ke tangki penampungan. Bottom product dari stabilizer yang berupa
poly gasoline akan dikirimkan ke tangki penampungan. Produk yang dihasilkan
CCU berupa polymer gasoline, butane, wash water effluent, dan water ke PRU.
diambil kandugnan arsen dan phospine yang dapat meracuni katalis. Gas yang
keluar dari Impurity Adsorber akan dipanaskan dan dialirkan ke Oxygen
Converter. Didalam Oxygen Converter, oksigen akan beraksi dengan hidrogen
didalam Off Gas membentuk air. Kontaminan lain yang terkandung di dalam Off
Gas, akan direaksikan sebagai berikut:
a. Nitride dan nitrile akan dikonversi menjadi NOx, COS, H2S dan DMDS.
b. Sisa H2S yang masih terkandung di dalam Off Gas direaksikan dengan O2
menjadi elemen sulfur.
c. Acetylene dikonversi menjadi ethane.
d. Ethylene dihidrogenasi menjadi ethane.
e. C2 acetylene akan di konversi menjadi ethane, methylacetylene, propadiene,
dan sebagian lagi akan dikonversi menjadi propylene.
f. Kemudian butadiene dikonversi menjadi butane.
Mekanisme pemisahan senyawa sulfur yang terkandung di dalam RCC Off
Gas adalah sebagai berikut:
H2S yang terkandung didalam Off Gasakan diserap di Unit Amine Treatment,
dalam proses ini akan menggunakan pelarut amine yang salah satunya adalah
DEA dimana fungsi pelarut ini adalah untuk menyerap zat-zat pengotor yang ada
di dalam Off Gas. Gas yang dikeluarkan dari Oxygen Converter kemudian
didinginkan dandiolah lebih lanjut di Caustic/Water Wash Column. Kolom ini
dirancang dengan 2 packed Bed yang terdiri dari Spent Caustic dan Wash Water.
Wash Water dan Spent Caustic dikirim ke Sour Water Stripper Unit dan Spent
Caustic Neutralization Unit.
Off Gas yang keluar dari kolom ini kemudian didinginkan dan dialirkan ke
Dryer Feed Gas KO Drum, yang dirancang untuk menghilangkan kandungan air,
merkaptan,senyawa nitrogen, CO2, H2S, dan COS. Selanjutnya Off Gas dialirkan
ke MercuryAdsorber untuk menghilangkan mercury yang kemungkinan ada
didalam Off Gas. Senyawa merkaptan di Sour Water Stripper unit akan diproses
lagi menjadi H2S dan Ammonia. H2S yang terbentuk di dalam unit SWS adalah
dalam bentuk padat dan gas. Senyawa H2S dalam bentuk gas selanjutnya
dialirkan ke Sulphur Plant.
2. Off Gas Chilling and Demethanaizer
RCC Off Gas yang sudah dihilangkan kandungan impuritasnya kemudian
didinginkan dan dicampur dengan ethylene rich vent dari kolom OCU
Deethylenizer dan dialirkan ke kolom Demethanizer. Didalam kolom ini akan
terjadi fraksinasi yang didasarkan apda prinsip absorpsi, dimana ethylene yang
terkandung dalam RCC Off Gas akan diserap oleh cairan pencuci yang terdiri dari
hidrokarbon C2+ (Senyawa ethane yang lebih berat berat molekulnya). Cairan C2+
yang keluar dari dasar kolom Front-End Deethylenizer didinginkan dan
digunakan sebagai cairan pencuci di Demethanizer. Cairan C2+ akan menyerap
ethylene dari treated RCC Off Gas, produk atas kolom Demethanizer
mengandung methane dan senyawa yang lebih ringan digabung dengan produk
atas kolom Deethanizer kemudian dialirkan ke Regeneration Unit dan Fuel Gas
System. Proses selanjutnya adalah produk bawah kolom Demethanizer
dipompakan dan dialirkan ke Front-End Deethylenizer.
3. Front End Deethylenizer
Produk bawah demethanizer column dialirkan ke Front-End Deethylenizer
kemudian dipanaskan dengan Front-End Deethylenizer reboiler. Produk atas
kolom Front-End deethylenizer yang mengandung ethylene kemudian dialirkan
ke Olefin Convertion Unit (OCU). Produk bawah kolom Fron-End Deethylenizer
yang mengandung ethane dan komponen yang lebih berat dibagi menjadi 2
aliran, satu bagian sebagai cairan pencuci ke kolom demethanizer, sedangkan
sisanya dialirkan ke kolom deethanizer.
4. Deethanizer
Produk atas kolom deethanizer yang mengandung ethane digabung dengan
produk atas kolom demethanizer untuk dialirkan ke Regeneration Unit/Fuel Gas
System. Produk bawah kolom Deethanizer yang mengandung propylene dan
senyawa yang lebih berat dipompakan ke existing Propylene Recovery Unit.
BAB II
TUGAS KHUSUS
Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor industri yang sangat
vital di Indonesia. Industri ini merupakan penghasil bahan bakar untuk menunjang
aktivitas masyarakat luas. PERTAMINA merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dan gas
untuk seluruh masyarakat Indonesia. PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI
Balongan adalah salah satu unit pengolahan minyak mentah terbesar milik PERTAMINA
yang mengolah minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dan gas
di daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Salah satu unit terpenting dikilang Pertamina Balongan adalah Naphtha
Processing Unit (NPU) yang dapat mengolah dan meningkatkan nilai oktan dari naphtha.
NPU disusun oleh tiga unit yaitu Naphtha Hydrotreating Unit (Unit 31), Platforming dan
Continuous Catalyst Regeneration (Unit 32), serta Penex (Unit 33).
Naphtha Hydrotreating Unit (NHT) didesain untuk memproses 52.000 BPSD
(345 m3/jam) straight run naphta. Unit NHT merupakan proses pemurnian katalitik
dengan memakai katalis dan menggunakan alia gas H2 murni untuk mengubah kembali
sulfur organic, O2, dan N2 yang terdapat dalam fraksi hidrokarbon sekaligus berfungsi
untuk pemurnian dan penghilangan campuran metal organic dan campuran olefin jenuh.
Oleh karena itu, fungsi utama dari NHT dapat disebut juga sebagai operasi pembersihan.
Dengan demikian unit ini sangat kritikal untuk operasi kilang unit selanjutnya.
Unit NHT terdiri dari 4 seksi yaitu:
- Seksi Oxygen Stripper
- Seksi Reaktor
- Seksi Naphtha Stripper
- Seksi Naphtha Splitter
Feed naphta masuk ke unit dari tangki intermediate yaitu 42-T-107 A/B/C atau dari
proses lainnya. Khusus feed dari tangki, maka tangki tersebut harus dilengkapi dengan
gas blanketing untuk mencegah O2 yang terlarut dalam naphta. Bahkan jumlah dari O2
atau olefin dalam feed dapat menyebabkan terjadinya polimerisasi dari olefin dalam
tangki, bila disimpan terlalu lama atau terjadi polimerisasi pada kombinasi feed/reaktor
yang keluar exchanger jika feed tidak dibersihkan sebelumnya. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya “fouling” dan akan menyebabkan hilangnya efisiensi transfer
panas. Selain itu problem lain adalah campuran O2 merugikan untuk operasi Platformer.
Setiap campuran O2 dimana tidak dihilangkan pada unit hydrotreater akan membentuk
menjadi air dalam unit Platforming, maka kesetimbangan air/chloride akan terganggu
pada katalis Platforming.
Seksi reaktor mencakup antara lain: reaktor, separator, recycle, gas compressor
sistem pemanas atau sistem pendingin. Campuran sulfur dan nitrogen akan meracuni
katalis di Platforming serta akan membentuk H2S, NH3 dan akan masuk ke reaktor dan
selanjutnya dibuang seksi downstream. Recycle gas mengandung H2 yang mempunyai
kemurnian tinggi disirkulasikan oleh recycle gas compressor, saat reaksi hydrotreating
tekanan H2 pada kondisi atmosphere.
Seksi Naphtha stripper didesain untuk memproduksi “Sweet Naphtha” yang akan
membuang keluar H2S, air, hidrokarbon ringan serta melepas H2 dari produk yang keluar
dari reaktor.
Seksi Naphta splitter didesain untuk memisahkan “Sweet Naphtha” yang masuk
menjadi 2 aliran, yaitu “light naphtha” dikirim langsung ke unit Penex dan “heavy
naphtha” sebagai feed unit Platforming.
2.3. Tujuan
Membandingkan suhu bagian atas serta bawah kolom stripper (31-C-102) secara teoritik
dan aktual.
2.4. Tinjauan Pustaka
2.4.1 Stripper
Kolom stripper adalah suatu alat yang berbentuk kolom yang berfungsi
untuk memisahkan fraksi minyak bumi yang terdiri dari dua atau lebih jenis
fraksi. Proses pemisahan dilakukan dengan prinsip perbedaan titik didih antara
jenis fraksi yang berada dalam satu campuran yang di sebut dengan stripping.
Sebenarnya kolom stripper memiliki fungsi yang mirip dengan kolom destilasi,
tetapi stripper hanya melakukan proses pemisahan fraksi tertentu sedangkan
kolom destilasi melakukan proses pemisahan hampir keseluruhan dari fraksi yang
terkandung dalam minyak bumi.
Dalam kolom stripper terdapat stage yang terdiri dari tray yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya kontak antara fase uap dan fase cair yang diikuti oleh
proses pemindahan panas. Setelah kedua fraksi telah mengalami kontak, maka
fase yang memiliki titik didih rendah akan naik ke atas dan akan dimasukkan
kembali ke kolom destilasi. Sumber panas yang digunakan pada kolom stripper
ialah steam yang diinjeksikan ke dalam kolom.
Kolom Stripper (31-C-102) ini bekerja pada tekanan di atas atmosfir, sehingga
distilasi yang terjadi adalah distilasi bertekanan. Adapun bagian-bagian utama
dari kolom stripper antara lain:
a. Dinding Kolom
Dinding kolom berfungsi untuk melindungi cairan maupun gas yang
berada didalam kolom serta untuk menahan tekanan dan temperatur. Dinding
kolom terbuat dari material dan carbon steel.
b. Tray
Tray berfungsi sebagai tempat terjadinya kontak antara uap dan
cairan. Bahan tray terbuat dari bahan carbon steel yang berbentuk plate
dengan tipe bubble cap tray. Adapun jumlah tray yang ada pada kolom
stripper ini berjumlah 25 buah dan penomoran dimulai dari puncak kolom.
Bagian-bagian tray diantaranya:
1) Down Comer
Merupakan bagian plate yang berfungsi untuk mengatur flow liquid
pada tray yang ada di atas ke tray yang dibawahnya.
2) Weir
Bagian ini berfungsi untuk mendistribusikan aliran liquid melalui plate
dan untuk menjaga liquid jatuh dari plate di atasnya.
3) Riser
Bagian ini berfungsi untuk mengalirkan uap dari satu tray ke tray di
atasnya.
4) Cup
Alat ini berfungsi untuk mengembalikan atau mengarahkan aliran uap
agar keluar dari slot sehingga menembus genangan cairan yang
menyebabkan terjadinya kontak antara uap / gas dengan cairan. Cup
dipasang di atas riser, antara cup dan riser ada ruang.
5) Slot
Yang dimaksud dengan slot adalah lubang – lubang pada cup.
Peralatan Pendukung dan Fungsinya
Proses pada kolom Stripper (31-C-102) dilengkapi dengan beberapa
peralatan yang dibutuhkan saat proses distilasi berlangsung. Peralatan-
peralatan tersebut antara lain :
1. Naphta Stripper Reboiler Heater (31-F-102) berfungsi untuk memanasi
sebagian cairan dalam bottom kolom agar mencapai suhu yang
diharapkan, sehingga fraksi ringan yang masih terikut ke dasar kolom
dapat menguap kembali dan keluar sebagai produk atas kolom.
Nama : 31-F-102 Naptha Striper Reboiler
Jenis Alat : 31-F-102 Naptha Striper Reboiler
Spesifikasi : Design Temp : 2710C
Design Press : 17.42 atm
2.5. Metodologi
4. Penentuan suhu dan tekanan pada bagian bawah dan atas stripper
dilakukan dengan cara trial, sehingga di dapat ∑yi/ki = 1 untuk bagian
bawah dan ∑Kixi = 1 untuk bagian atas stripper.
5. Dilakukan analisis perbandingan antara suhu dan tekanan teoritis bagian
atas dan bagian bawah kolom terhadap nilai aktualnya.
stream (%mol)
komponen
distilat bottom
2,2 Dimetil butane 1.29 0.00
2,3 Dimetil butane 2.03 0.00
2 methyl pentane 15.24 9.21
3 methyl pentane 9.12 5.12
Benzene 4.89 3.87
C3H8 0.00 0.00
C7+ 0.07 23.41
C-Hexane 3.66 4.21
CL 0.01 0.00
C-Pentane 1.87 1.92
i-C4H10 0.11 0.00
i-C5H12 22.34 18.23
Methyl cyclo pentane 8.52 6.45
n-C4H10 0.00 0.00
n-C5H12 17.86 13.34
n-C6 13.00 14.24
Suhu umpan = 1470C
Umpan dalam kondisi cair jenuh. Tekanan uap tiap komponen dihitung dengan
menggunakan persamaan:
𝐵𝑖
log(𝑃0 ) = 𝐴𝑖 − 𝑇+ 𝐶𝑖
(yaws, 1996)
Keterangan:
A,B,C = konstanta
T = temperature (0C)
komponen A B C
2,2 Dimetil butane 6.93954 1169.51 238.418
2,3 Dimetil butane 6.98947 1220.01 238.956
2 methyl pentane 7.07893 1274.64 243.362
3 methyl pentane 7.07774 1282.36 242.278
Benzene 7.06437 1296.93 229.916
C3H8 7.01887 889.864 257.084
C7+ 7.04605 1341.89 223.733
C-Hexane 6.9895 1216.92 227.451
CL 6.9379 861.34 246.33
C-Pentane 6.87632 1075.78 233.205
I-C4H10 6.93388 953.92 247.077
i-C5H12 7.03015 1140.45 247.012
Methyl cyclo pentane 7.06372 1304.45 240.043
n-C4H10 7.00908 1022.386 248.145
n-C5H12 6.85296 1064.84 232.012
n-C6 6.87601 1171.17 224.408
P0
Ki =
P
Untuk mengetahui suhu (T) teoritis pada tanggal 01 Februari digunakan cara
trial T pada keadaan tekanan yaitu 6,36 atm hingga ∑ xi = 1 maka akan
distilat
komponen yi Po (mmHg) ki (Po/Ptotal) xi = yi/ki
(%mol)
2,2 Dimetil butane 1,29 0,01 4.499,35 0.9316 0.0120
P = 6,36 atm
T trial = 117,4470C
Trial temperature digunakan metode goal seek pada program Ms. Excel,
dengan menentukan nilai xi harus = 1
Dengan melakukan perhitungan yang sama, komposisi yang sama dan data
tekanan yang mengikuti data yang diperoleh dari pertamina, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 2.5 Hasil perhitungan data teoritis distilat
Tekanan
Tanggal Suhu (0C)
(atm)
01/02/2018 117.447
6,36
02/02/2018 118.159
6,46
03/02/2018 117.786
6,41
04/02/2018 117.864
6,42
05/02/2018 115.900
6,16
06/02/2018 115.192
6,06
07/02/2018 114.800
6,01
08/02/2018 114.165
5,93
09/02/2018 113.728
5,87
10/02/2018 113.428
5,84
11/02/2018 113.094
5,80
12/02/2018 109.652
5,38
13/02/2018 112.314
5,70
14/02/2018 114.759
6,00
15/02/2018 115.156
6,06
16/02/2018 118.071
6,44
17/02/2018 118.535
6,50
18/02/2018 117.823
6,41
19/02/2018 115.253
6,07
20/02/2018 117.304
6,34
21/02/2018 116.935
6,29
22/02/2018 116.221
6,19
23/02/2018 116.445
6,22
24/02/2018 113.899
5,89
25/02/2018 113.763
5,88
26/02/2018 113.554
5,86
27/02/2018 112.751
5,76
28/02/2018 114.864
6,02
Menentukan suhu di bottom
Pada keadaan bubble point bottom, ∑ yi = ∑ (Ki x xi) = 1. Untuk mengetahui
suhu teoritis di bottom pada tanggal 01 Februari digunakan cara trial T pada
keadaan tekanan yaitu 6,37 atm ∑ yi = 1 maka akan diperoleh temperature
bubble point distilat. Dengan menggunakan program solver-excel maka
diperoleh hasil seperti pada Tabel 2.6 berikut:
Tabel 2.6 Hasil trial untuk persamaan bubble point bottom
bottom Po ki
komponen xi yi = xi x ki
(%mol) (mmHg) (Po/Ptotal)
2,2 Dimetil butane 0.00 0.00 5,438.14 1.1243 0
2,3 Dimetil butane 0.00 0.00 4,486.89 0.9276 0
2 methyl pentane 9.21 0.09 4,300.17 0.8890 0.082
3 methyl pentane 5.12 0.05 3,992.47 0.8254 0.042
Benzene 3.87 0.04 2,669.64 0.5519 0.021
C3H8 0.00 0.00 50,064.65 10.3503 0
C7+ 23.41 0.23 1,642.80 0.3396 0.080
C-Hexane 4.21 0.04 3,566.53 0.7373 0.031
CL 0.00 0.00 42,478.20 8.7819 0.000
C-Pentane 1.92 0.02 7,696.94 1.5913 0.031
i-C4H10 0.00 0.00 24,043.69 4.9708 0
i-C5H12 18.23 0.18 9,496.18 1.9632 0.358
Methyl cyclo pentane 6.45 0.06 3,204.63 0.6625 0.043
n-C4H10 0.00 0.00 19,088.42 3.9463 0
n-C5H12 13.34 0.13 7,647.48 1.5810 0.211
n-C6 14.24 0.14 3,461.78 0.7157 0.102
Jumlah 100.00 1.000
T trial = 126,58740C
Trial temperature digunakan metode goal seek pada program Ms. Excel,
dengan menentukan nilai yi harus = 1
Dengan melakukan perhitungan yang sama, komposisi yang sama dan data
tekanan yang mengikuti data yang diperoleh dari pertamina, diperoleh data
sebagai berikut
Tabel 2.7 Hasil perhitungan data teoritis bottom
Tanggal Tekanan
Suhu (0C)
(atm)
01/02/2018 126.5844
6,37
02/02/2018 127.3553
6,47
03/02/2018 126.9737
6,42
04/02/2018 127.0422
6,43
05/02/2018 125.0375
6,17
06/02/2018 124.3287
6,08
07/02/2018 123.8869
6,02
08/02/2018 123.2201
5,94
09/02/2018 122.7968
5,88
10/02/2018 122.4482
5,85
11/02/2018 121.7118
5,76
12/02/2018 118.5281
5,38
13/02/2018 121.1859
5,69
14/02/2018 123.7706
6,00
15/02/2018 124.2581
6,07
16/02/2018 127.2772
6,45
17/02/2018 127.7374
6,51
18/02/2018 126.9944
6,42
19/02/2018 124.0801
6,04
20/02/2018 126.4632
6,35
21/02/2018 126.0838
6,30
22/02/2018 125.3428
6,20
23/02/2018 125.5808
6,23
24/02/2018 122.7694
5,87
25/02/2018 122.5211
5,86
26/02/2018 122.6547
5,87
27/02/2018 121.8108
5,77
28/02/2018 123.9056
6,02
2.6.2. Pembahasan
Perbandingan kondisi operasi bagian distilat dan bottom kolom stripper 31-C-
102 menggunakan pendekatan teoritik dan aktual akan ditampilkan pada
gambar 2.4 dan gambar 2.5.
140
120
100
suhu ( C )
80
20
0
28/01/2018 05/02/2018 13/02/2018 21/02/2018 01/03/2018 09/03/2018
waktu
Gambar 2.4 Perbandingan suhu aktual dan teoritis fluida pada bagian overhead
kolom naptha stripper
Dapat dilihat pada gambar 2.4 bahwa suhu aktual fluida pada bagian atas
lebih rendah daripada suhu teoritis hasil perhitungan. Hal tersebut dikarenakan
batasan perhitungan yang menggunakan rumus dari korelasi antara Hukum
Raoult dan Hukum Dalton mengasumsikan bahwa fluida berfase gas pada
kolom stripper 31-C-102 merupakan gas ideal. Padahal, fluida dalam kolom
bukanlah gas ideal.
160
140
120
100
suhu ( C )
80
60 bottom suhu aktual
20
0
28/01/2018 05/02/2018 13/02/2018 21/02/2018 01/03/2018 09/03/2018
waktu
Gambar 2. 5. Perbandingan suhu aktual dan teoritis fluida pada bagian bottom
kolom naptha stripper
Pada gambar 2.5. dapat dilihat bahwa suhu aktual pada bagian bawah
kolom stripper (31-C-102) lebih tinggi dibandingkan suhu teoritisnya. Hal
tersebut juga dikarenakan keterbatasan perhitungan menggunakan rumus dari
korelasi antara Hukum Dalton dan Hukum Roult. Korelasi antara Hukum
Dalton dan Hukum Roult menggunakan asumsi bahwa fluida berfase cair pada
kolom stripper 31-C-102 merupakan larutan ideal. Padahal, fluida berfase cair
pada kolom stripper 31-C-102 bukanlah larutan ideal sehingga terjadi deviasi
perhitungan antara suhu teoritis dan actual fluida pada kolom stripper.
Pada gambar 2.4 dan 2.5 dapat dilihat bahwa suhu aktual fluida pada
bagian atas dan bawah kolom stripper mengalami perubahan selama 1-28
februari 2018. Perbedaan yang terjadi salah satunya disebabkan oleh perbedaan
suhu lingkungan. Semakin besar perbedaan suhu antara kolom stripper dengan
lingkungan akan semakin banyak kalor yang keluar menuju lingkungan.
Dikarenakan suhu lingkungan tiap harinya berubah maka kalor yang keluar ke
lingkungan setiap harinya juga mengalami perubahan. Semakin besar kalor yang
keluar ke lingkungan maka akan semakin rendah suhu dari kolom stripper. Hal
tersebut yang menyebabkan suhu kolom stripper setiap harinya mengalami
perubahan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan data teoritis dan data aktual pada tanggal
01 Februari 2018 sampai 28 Februari 2018 dapat disimpulkan bahwa :
1. Suhu teoritis kolom naphta stripper 31-C-102 mendapatkan perbedaan nilai suhu
yang cukup signifikan dari suhu aktual pada periode 01-28 Februari 2018, hal ini
dikarenakan perhitungan dilakukan menggunakan persamaan untuk gas ideal dan
larutan ideal sedangkan campuran fluida yang dipisahkan bukanlah gas ideal dan
larutan ideal.
2. Perubahan kondisi operasi kolom dipengaruhi adanya perubahan komposisi naphta
ringan dan berat sehingga untuk menjaga kondisi tetap stabil, naphta yang diolah
harus sesuai dengan desain.
3.2. Saran
Setelah dilakukan evaluasi kondisi operasi dari kolom Naphta Stripper 31-C-102 pada
Naphta Hydrotreating Unit (NTU) pada tanggal 01 Februari 2018 sampai 28 Februari
2018, adapun saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Perlu adanya perbaikan mengenai isolasi pada kolom naphta stripper 31-C-102 agar
pertukaran kalor dalam kolom dengan lingkungan dapat diminimalisir sehingga suhu
dan tekanan dalam kolom agar tetap terjaga.
2. Simulasi HYSYS dapat digunakan untuk mencari tahu kondisi operasi yang optimal
pada kolom naphta stripper 31-C-102 sehingga mendapatkan bottom produk yang
sesuai dengan spesifikasi.