Farkol Endokrin Bab II
Farkol Endokrin Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan
bersama di bawah nama organ endokrin, sebab yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya
melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang berbeda di dalam jaringan
kelenjar. Beberapa organ endokrin menghasilkan 1 hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi
dua atau beberapa jenis hormon (Pearce, 2004: 232).
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
ekskresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati
duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut dengan hormon. Beberapa ciri organ endokrin
adalah yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon (hormon tunggal). Di samping itu
juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam atau hormon ganda (Syaifuddin, 2006:
219).
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik yang vertebrata
maupun invertebrata. Sistem endokrin ( hormon ) dan sistem saraf secara bersama lebih
dikenal sebagai supra sistem neuroendokrine yang secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh pada hewan. Pada umumnya, sistem
endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagi fungsi fisiologis dalam tubuh, antara lain
aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik dan regulasi ionik
(Isnaeni, 2006: 113 )
Sistem endokrin merupakan sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Hormon beredar keseluruh tubuh melalui darah namun
tidak seluruh tubuh dipengaruhi oleh hormon. Hormon akan memengaruhi tubuh apabila
terdapat reseptor. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar – kelenjar endokrin yang tersusun
atas sel-sel yang mempunyai susunan makroskopik yang sederhana. sistem endokrin
berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur aktifitas tubuh. Hormon merupakan bahan
kimiawi yang bertindak sebagai pembawa pesan. Hormon dibawah oleh aliran darah dan
diedarkan ke berbagai sel dalam tubuh dan pesan tersebut diterjemahkan dalam bentuk
tindakan. hormon mempengaruhi sel target melalui resptor hormon, yaitu suatu molekul
protein yang memiliki sisi pengikat untuk hormon tertentu.
Menurut Sloane (2003: 202), biokimia hormon terdiri dari dua kelas utama yaitu derivat
asam amino, seperti protein, polipeptida, peptida, amina atau kompleks protein konjugasi
seperti glikoprotein adalah hormon yang diproduksi kelenjar hipofisis, hipotalamus, medula
adrenal, pineal, tiroid, sel-sel pulau pankreas dan sel-sel dalam saluaran pencernaan. Zat ini
umumnya dapat larut dalam air dan ditranspor dalam bentuk yang tidak berikatan dalam darah.
Steroid adalah senyawa lipid larut lemak yang disintesis dari kolesterol. Zat ini diproduksi oleh
ovarium, testis, plasenta dan bagian luar kelenjar adrenal serta testosteron, esterogen,
progesteron, aldosteron dan kortisol. Zat ini bersirkulasi dalam plasma yang mentranspor
protein
Menurut Coat & Dunstall (2006: 61), salah satu fungsi terpenting sistem endokrin
adalah mempertahankan lingkungan internal. Keadaan stabil ini disebut sebagai homeostatis.
Mekanisme homeostatis mengimbangi perubahan kondisi eksternal. Sebagai contoh, mamalia
telah berkembang menjadi hewan homeotermik (berdarah panas) sehingga proses kimiawi
yang essensial untuk fungsi fisiologis dapat berlangsung di bawah kondisi suhu yang optimal.
Fluktuasi suhu dipantau dan mekanisme homeostatik memastikan bahwa suhu tubuh terjaga
dalam batas sempit yang telah ditentukan. Homeostatis dicapai melalui integrasi sistem saraf
dan sistem endokrin, yang sering disebut sebagai sistem umpan balik. Pelepasan hormon sering
dipicu oleh stimulasi neurologis. Pelepasan hormon juga dapat distimulasi oleh hormon lain.
Faktor yang memudahkan pelepasan hormon disebut sebagai pengaruh positif dan faktor yang
menghambat pelepasan hormon disebut pengaruh negatif.
Hormon berbeda dengan enzim dalam beberapa hal:
1. Hormon dihasilkan dalam organ yang lain daripada organ dimana hormon akhirnya melakukan
fungsinya.
2. Hormon disekresi ke dalam darah sebelum dipergunakan. Jadi, kadarnya dalam sirkulasi dapat
memberikan beberapa indikasi mengenai aktivitas kelenjar endokrin dan kontak dengan organ
target. Karena kadar jumlah hormon yang diperlukan sangat kecil.
3. Secara struktural, hormon tidak selalu merupakan protein.
(Harper, 1979)
2. Kelenjar tiroid
Terdiri atas dua lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Kelenjar ini
merupakan urgan vascular yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina
pretrachealis fasciae profundae. Selubung ini melekatkan glandula pada larynx dan trachea.
Setiap lobus berbentuk seperti buah alpukat, dengan apexnya menghadap ke atas sampai linea
oblique cartilago thyroideae; basisnya terletak di bawah setinggi cincin trachea
keempat/kelima. Efek yang umum dari hormon tiroid adalah untuk mengaktifkan transkripsi
inti sejumlah besar gen. Selain itu hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme hampir
seluruh jaringan tubuh.
( Guyton, 2007)
Proses pembentukan T3 dan T4 yaitu sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang
mengalami penguraian menjadi monoiodotironin (MIT) dan diiodotironin (DIT). Kemudian
bergabung menjadi triiodotironin, DIT membentuk tetra-iodotironin/tiroksin (T4).
3. Kelenjar thymus
Kelenjar thymus terletak di dalam torax, kira-kira pada ketinggian bifurkais trakhea. Warnanya
kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya
kira-kira 10 gr atau lebih. Ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya dari 30-40 gr
dan kemudian mengerut lagi. (Evelyn, 1993). Merupakan penimbun hormon somatotrop atau
hormon pertumbuhan. Hormon ini berfungsi hanya pada waktu pertumbuhan, setelah dewasa
tidak berfungsi lagi.
4. Kelenjar anak gondok (paratiroid)
Mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit
D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnyabila kadar
kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi
kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya
menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja
pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang
dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004)
5. Kelenjar anak ginjal (adrenal)
Bagian kortek menghasilkan hormon kortison (kortison dan deoksikortison) yang berfungsi
untuk mencegah penyakit kortison (kulit menjadi merah) yang selalu menyebabkan kematian.
Kelenjar anak ginjal bagian medula menghasilkan hormon adrenalin yang bekerja antagonis
dengan hormon insulin di hati. Dalam hal ini hormon adrenalin berfungsi untuk menimbulkan
semangat, menaikkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung. Sehingga dinamakan juga
hormon kerja atau hormon semangat.
8. Organ reproduksi
Pada pria
Hormon-hormon dalam reproduksi diantaranya sebagai berikut:
- Testosteron, disekresi oleh sel-sel Leydig, penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel
germinal testis
- Luteinizing hormon, disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig
untuk menyekresi testosteron
- Hormon perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior
- Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel sertoli dirangsang oleh FSH
- Hormon pertumbuhan, diperlukan untuk mengatur latar belakang metabolisme testis
Pada wanita
Sistem hormon pada wanita terdiri dari tiga hierarki hormon:
- Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepas-gonadotropin (GnRH)
- Hormon seks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon lutein (LH),
keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus
- Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai
respon terhadap kedua hormon seks wanita dari kelenjar hipofisis anterior
DAFTAR PUSTAKA
Coad, J & Dustal, M. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Irianto, K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yrama Widya.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Jogyakarta: Kanisus.
Pearce, E. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Pearce, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Syaifuddin, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harper, H. A. 1979. Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Scanlon, Valerie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.