Anda di halaman 1dari 1

Indonesia dan Dunia

Islam
Ditulis oleh Dr. H. Roeslan Abdulgani
Jumat, 10 Desember 2004
Sejak Arnold Toynbee menggunakan istilah "the ecounter" yaitu tatap muka peradaban dunia ini, maka dunia ilmu sejarah mencatat
berbagai peradaban yang saling bertemu dan tatap muka. Yaitu peradaban barat Katolik, peradaban Rusia, peradaban Arab,
peradaban Parsi, peradaban Mesir, peradaban Turki, peradaban India, peradaban China, peradaban Melayu dan masih banyak lagi.
Dapat juga dipahami bahwa dalam era tatap muka itu sering pula timbul bentrok senjata antara berbagai peradaban itu. Apalagi
karena dalam era tatap muka itu tersangkut berbagai kepentingan ekonomi dan strategi.Barat Dan Islam Dewasa ini tatap muka itu
menyempit. Kata Prof. Huntington, sejak beberapa tahun ini yang menonjol adalah tatap muka dan konflik antara dua lingkungan
peradaban. Yaitu antara peradaban Barat kontra peradaban Islam. Yang termasuk dalam lingkungan peradaban Barat adalah
Amerika dan Eropa. Dan yang masuk dalam peradaban Islam adalah Dunia Barat, Afrika Utara, Asia Barat, dan Asia Selatan dan Asia
Tenggara yang penduduknya adalah mayoritas kaum muslimin. Teori bentrok peradaban atau "The clash of civilization" melihat
realitas dalam perang zionisme Israel kontra rakyat Palestina, yang masing-masing mendapat bantuan dari Amerika dan dari dunia
Arab Islam. Bentrok itu dilihat juga masih terus berlanjut sekarang dalam perang di Afghanistan dan Irak. Apalagi mengingat bahwa
militerisme Amerika belum dapat menundukkan seluruh Afghanistan dan Irak sekalipun mendapat bantuan bertubi-tubi dari negara-
negara barat. Dan sekalipun ada sementara negara Islam dan Arab memberi bantuan, tapi motivasinya tidak keluar dari hati suci.
Ada pertimbangan-pertimbangan jangka jauh tersembunyi di dalamnya. Ukhuwah Islamiyah tidak dapat dipecah-belah oleh dunia
barat. Pendapat terakhir ini mungkin berlebih-lebihan, mengingat realitas bahwa dalam dunia Islam yang membentang dari Afrika
Utara sampai ke Asia Tenggara seringkali terjadi kericuhan dan keretakan, tapi kenyataan lain ialah bahwa selalu ukhuwah
Islamiyah itu tumbuh kembali. Siklus Pasang Dan Turun Sejarah Islam Sumber sebabnya hendaknya kita cari dalam sejarah
kelahirannya dunia Islam itu sendiri. Dan dalam mencari sumber sejarahnya kelahiran dunia Islam ini maka mau tidak mau kita
mengambil dari sumber-sumber barat dan sumber Islam sendiri. Sarjana Lothrop Staddard dalam karyanya "The New World of Islam"
terbitan tahun 1922, dan ahli sejarah Keristen Arnold, J. Toynbee dalam bukunya "Islam and the West" ditulis pada tahun 1950
mengemukakan pembabakan sejarahnya sebagai berikut. Periode pertama sejak waktu Islam lahir di Jazirah Arabia, diikuti
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dan peradaban Islam yanag cepat sekali. Periode ini berjalan mulai abad ke-7 sampai
abad ke-11 Masehi. Kata para orientalis barat bahwa di wilayah Islam terdapat bangsa-bangsa yang sangat maju. Padahal di benua
Eropa yang Keristiani masih diliputi oleh kemacetan dan kegelapan. Periode kedua mencakup abad ke-10 dan ke-11 memperlihatkan
tanda-tanda kemunduran dalam dunia Islam. Ini adalah abad-abadnya dunia Islam menunjukan "Symtoma of decline". Sebabnya
ialah bahwa ajaran-ajaran Islam kemasukan penyakit absolutisme, dogmatisme dan tradisi kolot. Periode ini disusul dengan periode
ketiga, yaitu periode kemunduran total. Salah satu sebabnya ialah para khalifah tidak lagi terdiri dari bangsa Arab murni. Tapi
sudah bercampuran darah dengan suku bangsa lain. Hal ini terlihat pada waktu dinasti Muawiyah dan dinasti Abassid. Menurut
Lothrop Staddard merupakan sebangsa neo-Arab. Dan kemudian Islam juga dipeluk oleh bangsa Turki, bangsa Mogol dan bangsa
Parsi yang sama sekali bukan rumpun bangsa Arab. Perang Salib Dalam situasi demikian terjadi offensif dunia barat yang telah
bangun terhadap dunia Islam. Offensif ini terkenal dengan nama perang Salib atau "the crusades". Dalam perang ini berhadapan
tentara barat kontra tentara Islam, masing-masing di bawah kepemimpinan Jenderal Richard Lionheard dan Jenderal Salahuddin.
Perang yang sampai dua abad berjalan itu akhirnya terpotong berhenti oleh bangkitnya nafsu kolonialisme dan imperialisme barat
berlandasan keunggulan perkembangan ipteknya. Melalui perkembangan dunia modern selama beberapa abad lamanya dan
menghilangnya perang dingin, serta timbulnya globalisasi dan konglomeratisasi, maka sejak beberapa tahun belakangan ini muncul
kembali bentrok senjata antara barat kontra dunia Islam. Dapat dipahami --tapi belum tentu disetujui-- bahwa bentrok sekarang
seakan-akan kelanjutan dari perang salib dulu. Itulah motivasi Huntington, bahwa bentrok sekarang ini adalah bentrok peradaban.
"A clash of civilization" menggantikan bentrok ideologi. Bahwa dunia Islam memiliki daya tahan yang luar biasa itu dapat kita
selidiki tentang daya vitalitas ajaran Islam sejak lahirnya. Para ahli sejarah dan orientalis barat mengakui bahwa abad ke-6 dan ke-7
Masehi dulu menyaksikan suatu perubahan dan kemajuan yang besar dan fundamental sekali di dunia Arab sejak Mohammad datang
menyebarkan ajaran-ajaran Islam melalui Kitab Suci Al Quran. Realitasnya ialah dalam Kitab Al Quran ini tersimpan suatu "vast
energy", suatu sumber energi rohaniyah dan jasmaniyah yang telah meledakkan sejarah ke arah kemajuan. Rodwell umpama
berkata bahwa pengembala dan pengembara yang sebelum kedatangan Islam hidup sangat sederhana di jazirah Arab hidup sangat
sederhana, telah mentransformasi dirinya seakan-akan dengan bantuan tongkat seorang tukang sulap menjadi pembangun-
pembangun dari kerajaan dan kota-kota yang indah, seperti Baghdad, Cordova dan Fostat. Tak Mungkin Tenggelam Itulah sebabnya
bahwa dunia Islam sekarang ini yang sedang mengalami tantangan yang bertubi-tubi dalam berbagai bidang oleh pihak barat, tak
mungkin tenggelamkan dunia Islam sekarang ini memang mengalami kegoncangan, tapi akan tegak kembali. Daya pertahanan dan
ketahanannya terletak dalam akar-akar sejarah. Tidak hanya akar lahiriyahnya, tapi terutama dalam akar spiritualnya. Kedua
macam akar ini sepanjang sejarah makin meluas dan makin mendalam. Ibarat pohon yang akar-akarnya makin meluas dan makin
mendalam maka pohon dunia Islam makin kuat. Badai dan taufan dalam periode globalisasi dan konglomeratisasi sekarang memang
sangat berat sekali. Tapi apabila kepemimpinan dunia Islam tetap tabah dan konsisten serta konsekuen memegang teguh kepada
ajaran iman, ilmu dan amal, dunia Islam akan dapat mengatasi ujian zaman sekarang. Lebih-lebih kalau persatuan dan kesatuan
dengan ikatan jiwa ukhuwah Islamiyah tetap dipelihara. Harapan Terhadap Indonesia Ini juga tertuju kepada umat Islam di Asia
Tenggara dan khususnya yang ada di kepulauan nusantara. Kaum muslimin di kawasan ini mempunyai posisi mata rantai yang vital
dan geostrategis yang amat penting sekali. Hal mana hendaknya disadari benar-benar. Dunia Islam melihat ke Indonesia, sambil
mengharapkan hendaknya organisasi-organisasi Islam, khususnya Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama dapat memelihara kesatuan
dan persatuan nasional, yang akan sangat bermanfaat bagi dunia, yang kini sedang menghadapi berbagai tantangan

Anda mungkin juga menyukai