Tugas Ummul Profesi Keguruan
Tugas Ummul Profesi Keguruan
NIM :1713042024
KELAS : PENDIDIKAN KIMIA B
MATKUL: PROFESI KEGURUAN
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru.
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari warga
yang pernah mengecap pendidikan.
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebadai jabatan profesional penuh, status
mulai membaik. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR. PGRI dilahirkan
tepat 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan tepatnya 25 November 1945.
Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah mempunyai status yang sangat
tinggi di masyarakat, mempunyai wibawah yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang
yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas,
mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah
pribadi maupun sosial. Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan
zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang meningkat
tentang imbalan atau balas jasa.
Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang dan awal perang
kemerdekaan. Secara perlahan namun pasti, pendidikan guru meningkatkan jenjang
kualifikasi dan mutunya saat ini lembaga tunggal untuk pendidikan guru, yakni Lemabga
Pendidikan Tenaga Kpendidikan (LPTK).
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap
berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan
peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial,
emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus
mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus
mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional.
Akadum (1999) menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki
mutualkorelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak
terutama pengambil kebijakan :
2. Profesionalisme guru masih rendah. Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada
lima penyebab rendahnya profesionalisme guru:
· Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan
· Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilankebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya
kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan
· Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikankepada calon guru
· Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis
memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat
meningkatkankesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI
sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya. Dengan melihat adanya
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya
untuk mencari alternative untuk meningkatkan profesi guru. Pemerintah telah berupaya untuk
meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai
perguruan tinggi.
Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guruSD, Diploma III bagi guru-guru SLTP
dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak
bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan
perubahan.Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah
adalah program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia
untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG
(Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam
memecahkanmasalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi,
1998).
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses
ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari
organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
penegakan kodeetik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara
bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.Dari
beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting
agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan
banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah
tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari
pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama
berlaku sehingga tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan
negara-negara.
Afriani, Lyhss. 2013. Sejarah Profesi Keguruan. Diakses 17 Febduari 2019. http://ilmu.co,.id
https://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme
Komara, Endang . 2012. Penelitian Tindak Kelas dan Peningkatan Profesionalitas Guru.
Bandung: PT.Refika Aditama.
Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
NAMA : UMMUL HAERIAH
NIM :1713042024
KELAS : PENDIDIKAN KIMIA B
MATKUL: PROFESI KEGURUAN
Secara umum kode etik dapat diartikan sebagai nilai, norma dan aturan yang
mengatur tentang apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak harus dilakukanoleh
profesional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kode etik guru adalah aturan-aturan, nilai
dan norma yang disepakati dan diterima oleh guru seluruh indonesia sebagai pedoman dalam
menjalankan profesinya.
Tujuan kode etik guru indonesia adalah menempatkan guru sebgai pekerjaan
terhormat, mulia dan bermartabat dimasyarakat yang dilindungi undang-undang.
Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral
yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan se profesi, organisasi profesi, dan
pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1. Nilai-nilai agama dan Pancasila
2. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
3. Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,
Dalam Kode Etik Guru memuat hubungan, yaitu:
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
2. Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa
3. Hubungan Guru dengan Masyarakat
4. Hubungan Guru dengan sekolah
5. Hubungan Guru dengan Profesi
6. Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya
7. Hubungan Guru dengan Pemerintah
Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma
profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat (Soetjipto dan Kosasi, 1999: 34). Kode etik guru di Indonesia antara lain:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Maka menilik Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru, Berkaitan dengan Kompetensi Guru pada poin
Kompetensi Kepribadian, bahwa guru harus Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Adapun Isi Pokok Kode Etik Guru dan Dosen adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menjunjung tinggi hukum dan peraturan yang berlaku
3. Mematuhi norma dan etika susila
4. Menghormati kebebasan akademik
5. Melaksanakan tridarma perguruan tinggi
6. Menghormati kebebasan mimbar akademik
7. Mengukuti perkembangan ilmu
8. Mengembangkan sikap obyektif dan universal
9. Mengharagai hasil karya orang lain
10. Menciptakan kehidupan sekolah/kampus yang kondusif
11. Mengutamakan tugas dari kepentingan lain
12. Pelanggaran terhadap kode etik guru dan dosen dapat dikenai sanksi akademik,
administrasi dan moral.
B. PELANGGARAN DAN SANKSI KODE ETIK
Guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Undang-Undang Guru dan Dosen ( UUGD ) merupakan suatu ketetapan politik
bahwa pendidik adalah pekerjaan profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak sekaligus
kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat mengabdikan secara total pada
profesinya dan dapat hidup layak dari profesi tersebut. Dalam UUGD No 14 tahun 2005
ditentukan bahwa seorang pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik sebagai agen pembelajaran. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi
pedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Pelanggaran Kode Etik, Pelaksanaan dan Sanksi
Pelanggaran kode etik adalah terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anggota
kelompok profesi dari kode etik profesi di mata masyarakat. Karena sanksinya yang lemah,
sebatas sanksi moral (atau sanksi administratif) maka kadang-kadang banyak anggota suatu
profesi yang melanggar etika profesi, yang telah dibuatnya. Beberapa alasan yang
menyebabkan pelangaran terhadap etika profesi tersebut, antara lain:
a. Lemah Iman.
Seseorang yang lemah imannya, menimbulkan lemah moralnya yang memungkinkan
terjadinya pelanggaran rumusan moral yang sudah diyakini baiknya dan yang sudah
disepakati untuk mentaatinya.
b. Pengaruh kedekatan hubungan
Kedekatan hubungan antara seseorang baik karena faktor keluar (nasab) atau faktor
kedekatan lainnya bisa menimbulkan pelanggaran terhadap etika profesi.
c. Pengaruh sistem yang berlaku
Kadang-kadang ada suatu sistem yang memberi peluang untuk tidak mentaati etika
profesi yang berlaku. Umpama jabatan hakim. Ia sebagai pegawai negeri tunduk pada hukum
kepegawaian Pegawai Negeri Sipil (eksekutif). Padahal Hakim sebagai unsur yudikatif ia
harus melaksanakan fungsi yudikatif yang harus bebas dari pengaruh siapapun.
d. Pengaruh materialisme dan konsumerisme
Karena tidak tahan terhadap pengaruh materialisme dan konsumerisme banyak
anggota profesi tertentu yang kadang-kadang mengabaikan dan melanggar etika profesinya.
Langkah untuk mengatasi agar etika dipatuhi oleh setiap anggota profesi, antara lain pertama:
peningkatan kualitas iman, melalui pembinaan mental yang kontinyu dan melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya secara benar dan sempurna, kedua: perlu sanksi yang jelas,
tegas, mengikat dan berat bagi pelanggar etika profesi. Sebab pada dasarnya pelanggaran
yang dilakukan oleh orang yang berilmu seharusnya lebih berat sanksinya dibanding
pelanggaran yang dilakukan oleh orang bodoh.
Dalam rangka menegakkan etika bagi setiap profesi baik profesi pada umumnya
maupun profesi luhur, maka ditentukanlah prinsip-prinsip yang wajib ditaati. Prinsip-prinsip
ini umumnya dituangkan dalam kode etik profesi yang bersangkutan. Kode etik disusun oleh
mereka yang memiliki profesi tersebut. Hal itu biasanya disusun oleh lembaga/institusi
profesi tersebut. Umpamanya disebutkan Kode Etik Profesi guru dan dosen ialah aturan
tertulis yang harus dipedomani oleh setiap guru dan dosen dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai guru dan dosen. Apabila salah satu anggota kelompok profesi tersebut berbuat
menyimpang dari kode etiknya atau melanggar etika yang seharusnya ia taati, maka
kelompok proefesi itu akan tercemar di mata masyarakat, dan ia akan diberi sanksi
sebagaimana yang disebutkan dalam kode etiknya.
Dalam UUD 1945 pelanggaran, pelaksanaan dan saksi kode etik yaitu:
Pasal 7
a) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kude Etik Guru
Indonesia.
b) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia
kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan pemerintah.
Pasal 8
a) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.
b) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
c) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
Pasal 9
1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap
Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus objektif
3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru
yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat
yang berwenang.
6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang
dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
2. PENGEMBANGAN SIKAP PROFESI KEGURUAN
Pengembangan Sikap Profesional dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu
profesional, maupun mutu layanan, guru juga harus meningkatkan sikap profesionalnya.
Pengembangan sikap profesional dapat dilakukan selagi dalam pendidikan prajabatan
maupun selagi bertugas (dalam jabatan).
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang diperlukandalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat
unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya.
Oleh sebeb itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi
perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak
calon guru memulai pendidikannya dilembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan,
contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional di
rancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan
prajabatan.Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by-
product ) dari pengetahuan yang di peroleh calon guru. Sementara itu tentu saja pembentukan
sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan khusus
yang di rencanakan. Sebagaimana halnya mempelajari Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.
Berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal
10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”
1. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.
4. Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mudlofir, 2013, Pendidik Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Noviyanti. 2018. Kode Etik Guru Indonesia, Pengertian, Fungsi dan Tujua. Diakses 25
Februari 2019. https://www.bagi-in.com/kode-etik-guru.
Pratama, Ahmad. 2016. Kode Etik Guru Indonesia. Diakses25 Februari 2019.
https://www.padamu.net/kode-etik-guru-indonesia.