Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

RSU. FULL BETHESDA


TAHUN 2016

JLN. BINJAI KM.10.8/JL.SAMA No. 79


KAB. DELI SERDANG
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mand
(instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaankeadaan
tersebut.

Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat


pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi
sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat
suatu ruangan khusus di mana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan
diawasi sampai sadar dan stabil fungsi-fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh
sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang
perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja,
namun juga pada masa pasca bedah. Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah
poliomyelitis di Scandinavia pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak
kematian yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot pernapasan.

Dokter spesialis anestesiologi dipelopori oleh Bjørn Ibsen pada waktu itu,
melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual mp yang
dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan
sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan nyawa pasien poliomyelitis
bulbar dan bahkan menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40%, dibandingkan
dengan cara sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar
90%. Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilasi mekanik bertekanan positif
yang ternyata sangat efektif untuk memberi pernapasan jangka panjang. Sejak saat
itulah ICU dengan perawatan pernapasan mulai terbentuk dan tersebar luas.

Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah
atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu send yaitu intensive
care medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi dukungan fungsi organ-
organ vital seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan
lain-lainnya, baik pada pasien dewasa atau pasien anak.

Rumah Sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang


mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada unit
perawatan intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga profesional yang terd dari multidisiplin ilmu yang
bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat
penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana,
prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya
sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan
ICU perlu dikonsentrasikan.

I.2. TUJUAN

1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di rumah sakit.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di rumah sakit.

3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di rumah sakit.

I.3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut:

1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang


mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar

3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang


ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik

4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat


tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

I.4. Batasan Operasional.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan


RS dan Standar Prosedur Operasional.

1. Pelayanan ICU

Pelayanan ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti


pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik
pada pasien dewasa ataupun pasien anak.

I.5. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah


sebagai berikut :

1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal


RS

2. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan


Kedokteran

3. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi


Desentralisasi Bidang Kesehatan.

4.Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya manusia.

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai


pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan
mempunyai komitmen terhadap waktu.

a. Tenaga Medis.
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar
kompetensi berikut :

1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi


melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh
perhimpunan profesi yang terkait.

2. Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya


ICU secara efesien

3. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan


ICU

4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24


jam/hari, 7 hari/minggu

5. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :

a). Sampel darah arteri

b). Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi


trakeal, trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
c). Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive
maupun terapi invasif misalnya peralatan monitoring, termasuk:

1). Kateter vena central (CVP)

2). Resusitasi jantung paru

3). Pipa torakostomi

d). Melaksanakan dua peran utama :

1) Pengelolaan pasien

Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di


ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola
pasien, dokter intensivis dapat mengelola send ICU atau berkolaborasi dengan
dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam
kondisi seperti :
a) Hemodinamik tidak stabil
b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

2) Manajemen Unit.

Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen


unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan iICU yang efisien,
tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :

a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien


b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit

c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan


termasuk supervisi koleksi data

d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin kelancaran


pelayanan di ICU

g) Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine.

1. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature


kedokteran

2. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan

3. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia


untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

2.3. Tenaga Keperawatan

ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar
terlatih. (diganti) menjadi : jumlah perawat di ICU ditentukan berdasarkan jumlah
tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien
1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi
mekanik adalah 1:2.
2.4. Distribusi Ketenagaan

NAMA KUALIFIKASI FORMAL &


JML SDM
JABATAN INFORMAL
FUNGSI

Ka. Instalasi / Spesialis anastesiologi Pelatihan


Managerial 1
ICU ACLS dan BLS

Ka. Perawat / D3 keperawatan Pelatihan ICU


Managerial 1
ICU Pelatihan manajemen bangsal

Melakukan

D3 keperawatan ( masa kerja 5 – Administrasi

10 tahun ) keperawatan
Penanggung jawab
&bertanggung 4
shift
Bantuan hidup dasar dan bantuan jawab terhadap
hidup lanjut kelancaran tugas
dalam shift

Melakukan tindakan-
D3 keperawatan Bantuan hidup
Perawat Pelaksana tindakan keperawatan 4
dasar dan bantuan hidup lanjut
sesuai SPO

2.5. Pengaturan Jaga

Jam dinas:

1. Dinas Pagi : 07.00-14.00


2. Dinas Siang : 14.00-21.00
3. Dinas Malam : 21.00-07.00
4. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus
kegawatan / ICU
5. Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan / ICU
6. Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus / ICU (terjadwal).
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Denah (Terlampir)

3.2. Standar Fasilitas.

Standar Fasilitas Peralatan / ICU .

No Jenis Kelengkapan Standar / ICU primer Jumlah Yg Dimiliki

1 Ventilasi mekanik Sederhana -

2 Alat hisap ada -

3 Alat lain ada -

1. Standar Alat Keperawatan Di Ruang ICU


2. Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang ICU
3. Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan
4. Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Kriteria Masuk Dan Keluar ICU

Sebelum pasien masuk ke ICU, pasien dan/atau keluarganya harus


mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapat perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang
mungkin selama pasien dirawat di ICU . Penjelasan tersebut diberikan oleh
kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan /atau
keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU .
Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.

Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu Rumah
Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau
permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi dari kemampuan pelayanan yang
dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di ICU . Bila kebutuhan pasien masuk ICU melebihi tempat
tidur yang tersedia, kepala ICU menetukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi
medik, pasien mana yang akandirawat di ICU.

4.2. Kriteria Masuk

4.2.1. Pasien Dengan Prioritas

PRIORITAS 1

a. Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
dan monitoring yang tidak bias dilakukan di ruang rawat ianap yang lain
1. Pasien yang memerlukan bantuan ventilator, obat vasoactive
kontinu, terapi tidak
2. ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil PRIORITAS 2
b. Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan
1. Chronic comorbid disease eksaserbasi akut yang berat secara medis
atau bedah.

PRIORITAS 3

a. Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani


terapi untuk kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi
jantung paru
b. Keganasan dengan metastase komplikasi dengan infeksi,
tamponade jantung atau obstruksi jalan nafas

PRIORITAS 4

Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke ICU

a. Tidak banyak keuntungannya di rawat di ICU .

Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis diabetikum,


gagal jantung ringan

a. Pasien stase terminal dan irreversible

Misal : pada keganasan dengan metastase disertai multi organ failure.

4.2.2. Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat Di ICU

1. Cardiac System
a. Acute myocard infarction with complications
b. Cardiogenic shock
c. Complex arrhythmia
d. Acute congestive heart failure with respiratory failure
e. Hypertensi emergensi
f. Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability,
persistent chest pain
g. Cardiac arrest
h. Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic
instability
i. Dissecting aortic aneurysms
j. Complete heart block
2. Pulmonary System
a. Acute respiratory failure requ ICU ng ventilator support
b. Pulmonary emboli with hemodynamic instability
c. Patient inan intermediate care unit who are demonstrating
respiratory deterioration
d. Massive hemoptysis
e. Respiratory failure with imminent intubation

3. Neurologic Disorders
a. Acute stroke with altered mental status
b. Coma metabolic, toxic or antoxic
c. Intracranial hemorrhage with potential for herniation
d. Acute subarachnoid hemorrhage
e. Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise
f. Central nervous system or neuromuscular disorder with
deteriorating pulmonary function
g. Status epilepticus
h. Brain dead or potentially brain dead, managed while determining
organ donation status
i. Vasospasm
j. Severe head injury
4. Drug Ingestion and drug overdose
a. Hemodinamically unstable drug ingestion
b. Drug ingestion with significantlyaltered mental status with
inadequate airway protection
c. Seizures following drug ingestion
5. Gastrointestinal Disorder
a. Life threatening gastrointestinal bleeding
b. Fulminant hepatic failure
c. Severe pancreatitis
d. Esophageal perforation
6. Endocrine
a. Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability,
altered mental status, respiratory insufficiency, or severe acidosis
b. Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
c. Coma hyperosmolar state
d. Hypo or hypernatremia with seizure
e. Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
f. Hypo
or hypermagnesemia with hemodynamic compromise or
dysrhytmias
g. Hypophosphatemia with muscular weakness

7. Surgical
a. Post operative patients requ ICU ng hemodynamic
monitoring/ventilator support or extensive nursing care
8. Miscellaneous
a. Septic shock with hemodynamic instability
b. Hemodinamic monitoring
c. Environment injuries
d. New/ experiment therapies with potensial complication

4.2.3. Kriteria Keluar

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis


oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien.

a. Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat lebih
lama
b. Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi
aktif.
4.3. Persiapan Penerimaan Pasien.

4.3.1. Monitoring Pasien.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan pelayanan ICU yang aman dan mengutamakan keselamatan
pasien.

Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan


faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian
yang efektif. Indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah system skor
prognosis dan keluaran dari ICU . Sistem skor prognosis dibuat dalam 24
jam pasien masuk ke ICU . Contoh system skor prognosis yang dapat
digunakan adalah APACHE II, SOFA skor. Rerata nilai skoring prognosis
dalam periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian
yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari
angka mortalitas terhadap rerata nilai scoring prognosis.

4.4. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).

a. Pemasangan CVP
b. Intubasi dan perawatannya
c. Ekstubasi
d. Balance cairan
e. Penilaian kematian batang otak
f. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
g. Penggunaan ventilator mekanik

4.5. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO)

a. Syringe pump
b. Infusion pump
c. Suction
d. Defibrilator

4.6. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan

Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan


pelayanan di ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.

Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi pencatatan


lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di ICU , data tanda
vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya)
secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian
obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.

Pelaporan pelayanan ICU terd ICU dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mek
anis, hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau
meninggal) dari ICU.
BAB V
LOGISTIK

5.1. Pengadaan Operasional.


5.1.1. Alat Tulis Kantor.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. Definisi

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

6.2. Tujuan.

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak

6.3. Standar Patient Safety

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan ICU adalah :

1. Ketepatan
a. Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang,
salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar
(Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
b. Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien
yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas
2. Komunikasi SBAR
a. Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode
SBAR
3. Medikasi
a. Ketepatan pemberian : Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat
apabila : salah obat, salah dosis, salah jenis, salah rute pemberian,
salah identitas pada etiket, salah pasien.
b. Ketepatan Transfusi : Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat
apabila : salah identitas pada permintaan, salah tulis jenis produk
darah, salah pasien

4. Pasien jatuh : Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di ICU .


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. Pengertian

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat


kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
rumah sakit.

7.2. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS


2. Mencegah dan mengurangi
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah

7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan

Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan


infeksi, yaitu :

1. Menganggap bahwa pasien maupun d ICU nya send ICU


dapat menularkan
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas
kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan
spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka,
memasang infus, dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
a. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
b. Flu burung
9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas ICU dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :

Cuci tangan

Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dan handcrub selama 30 - 40


menit, yaitu dengan menyuci seleruh telapak tangan maupun punggung
tangan.

a. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa


b. Memakai masker N95 atau minimal masker badan
c. Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
d. Menggunakan apron / gaun pelindung
e. Menggunakan sarung tangan
f. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
g. Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

8.1. Standar Pelayanan Minimal.

Judul Pemberi Pelayanan Intensif

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan intensif

Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis, dokter umum dan perawat
Definisi Operasional yang mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam persyaratan
kelas rumah sakit

Frekuensi
Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator Jumlah tim yang tersedia

Denominator Tidak ada

Sumber data Unit Pelayanan Intensif

Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit

Penanggung jawab
Kepala Instalasi ICU
pengumpul data

Indikator mutu lainnya :


Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang ICU

1. Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang ICU


2. Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator
3. Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene
4. Kejadian Infeksi Nosokomial Di Ruang ICU
5. Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus
Yang Sama < 72 Jam.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat


menjadi panduan bagi seluruh petugas pemberi layanan yang
menyelenggarakan pelayanan pada pasien ICU . Berdasarkan klasifikasi
sumber daya,sarana, prasarana dan peralatan pelayanan ICU di rumah
sakit dapat dikategorikan sebagai ICU primer.
Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus
mengembangkan pelayanan sesuai dengan ketentuan pedoman standar
ICU sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap program
pengembangan layanan ICU di rumah sakit .
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di ICU
perlu adanya penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan
prosedur tetap di unit layanan ICU sehingga hambatan dalam
menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan.

Anda mungkin juga menyukai