Anda di halaman 1dari 27

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum

4.1.1. Sejarah BPPI Sukamandi Jawa Barat

Pada tanggal 26 Juni 1927 sebelum kemerdekaan pemerintah Belanda


mendirikan Voor de Binnen Visserij yang berkedudukan di Bogor. Pada tahun
1946 pemerintah Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
tanggal 8 September 1951 No. 81/Um/51 mendirikan Balai Penyelidikan
Perikanan Darat di Jakarta. Seiring dengan perkembangan tuntutan kebutuhan
telah terjadi beberapa kali perubahan dalam struktur dan mandat dalam susunan
pemerintahan. Pada tanggal 22 September tahun 2000 terjadi perubahan yang
mendasar, yaitu yang sebelumnya berada di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, menjadi di bawah Sekretariat
Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan. Sejarah singkat BPPI adalah
sebagai berikut :
 Tahun 1927 : Laboratorium Voor de Binnen Visserij, Bogor.
 Tahun 1951 : Laboratorium Penyelidikan Perikanan Darat, Bogor.
 Tahun 1952 : Balai Penyelidikan Perikanan Darat, Bogor.
 Tahun 1957 : Balai Penyelidikan Perikanan Darat, Sempur Bogor.
 Tahun 1963 : Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Sempur Bogor.
 Tahun 1980 : Balai Penelitian Perikanan Darat, Sempur Bogor.
 Tahun 1984 : Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sempur Bogor.
 Tahun 1994 : Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi,
Subang.

 Tahun 2003 : Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan


Air Tawar, Sukamandi Subang.
 Tahun 2011 : Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan, Sukamandi Subang.
18

4.1.2. Keadaan Lokasi


Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi merupakan unit
pelaksanaan teknis dan bertanggung jawab langsung pada Badan Riset Kelautan
dan Perikanan dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan ikan air tawar,
perairan umum, waduk dan daerah aliran sungai dengan komoditas diantaranya:
ikan patin (Pangasius sp., ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan mas (Cyprinus
carpio), ikan lele (Clarias sp.), ikan gurame (Oreochromis gourame) dan udang
galah (Macrhobanchium rosenbergii). Lokasi BPPI terletak di Jalan Raya 2
Pantura Sukamandi, PatokBeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat yang memiliki
luas 60 Ha. Tahun 1958 Balai Penyelidikan Perikanan Darat secara keseluruhan
berada di Bogor.
Pada tahun 1961 dengan nama Lembaga Penelitian Pertanian, Departemen

Pertanian. Pada tahun 1962 berada di bawah Direktorat Perikanan, Departemen

Pertanian tahun 1964 berada di bawah Departemen Perikanan Darat/Laut, 1972

unit - unit kerja yang dilengkapi susunan organisasi adalah kolam percobaan di

Cibalagung, Sukabumi, Depok, tambak percobaan dikenal di stasiun penelitian

Jatiluhur, Surabaya, Jepara, serta cabang – cabang di Ujung Pandang.

Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar dalam

melaksanakan penelitian didukung dengan adanya berbagai fasilitas antara lain:

1. Laboratorium sebanyak lima buah meliputi laboratorium lingkungan

akuatik, taksikologi, hidrobiologi, limnologi, nutrisi, patologi, genetika dan

bioteknologi yang tersebar di Sukamandi, Cijeruk, Cibalagung, Bogor,

Depok dan Pasar Minggu.

2. Kolam percobaan sebanyak lebih dari 150 buah dengan berbagai bentuk,

tipe dan ukuran.

3. Laboratorium pengelolaan data.

4. Laboratorium pengelolaan pakan.


19

5. Terdapat beberapa fasilitas seperti gedung administrasi, ruang penelitian,

laboratorium sistem informasi manajemen, perumahan pegawai, masjid,

sarana olahraga, kantin dan lain – lain.

4.1.3. Tugas dan Fungsi BPPI Sukamandi


4.1.3.1. Tugas Pokok

Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi mempunyai tugas


pokok yang harus dijalakan, yaitu melaksanakan penelitian pemuliaan ikan
budidaya. Tugas pokok tersebut merupakan acuan balai sebagai tempat pemuliaan
ikan budidaya dan memberikan jalan keluar kepada petani dalam
membudidayakan ikan setelah sebelumnya diakukan penelitian dari hasil praktik
di lapangan.
4.1.3.2. Fungsi

Pelaksanaan tugas Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi


seperti yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa fungi supaya dapat
terselenggarakan tugas tersebut, diantaranya :
1. Pelaksanaan penelitian pemuliaan ikan budidaya, meliputi pembenihan,
genetika biologi, reproduksi, fisiologi, dan bioteknologi untuk menghasilkan
ikan unggul.
2. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
3. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan dan evaluasi, serta
laporan.
4. Pelayanan teknis jasa, informasi, komunikasi, dan kerjasama penelitian
pemuliaan ikan budidaya.
5. Pengelolaan prasarana dan sarana penelitian pemuliaan ikan budidaya.

4.1.4. Visi dan Misi BPPI Sukamandi

Ada pun Visi dan Misi BPPI Sukamandi adalah :


VISI : Menjadi lembaga riset dan teknologi termuka penghasil varietas ikan air
tawar unggul yang produktif, efisien dan berkelanjutan (Sustainable freshwater
20

aquaculture) dengan sumber daya manusia yang jujur, kreatif, produktif dan
professional.
MISI : Misi merupakan cara untuk mencapai visi yang diinginkan, berikut
adalah misi dari BPPI. Menghasilkan varietas ikan ari tawar yang unggul dalam
teknologi budidaya ikan air tawar yang produktif, efisien, dan berkelanjutan,
menyebar luaskan ilmu pengetahuan dan teknologi pemuliaan dan perikanan air
tawar dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan dan
memberikan pelayanan jasa, konsultasi, informasi, pemuliaan dan perikanan
budidaya air tawar.
4.1.6. Struktur Organisasi BPPI Sukamandi
Balai Penelitian Pemulian Ikan (BPPI) Sukamandi dipimpin oleh Kepala
Balai yang membawahi sektretariat KPA; koordinator program dan keuangan,
koordinator tata usaha, koordinator informasi dan perpustakaan, dan koordinator
pelayanan. Selain itu terdapat juga jabatan fungsional yaitu terdiri dari
koordinator riset udang galah, koordinator riset ikan patin, koordinator riset ikan
mas, kordinator riset ikan nila, koordinator ikan lele. Berikut adalah gambar bagan
struktur organisasi BPPI berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. Kep/07/MEN/2003.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan


21

4.1.7. Sumber Daya Manusia di BPPI Sukamandi

DAFTAR : NAMA PERSONIL BBI SARASAH BATIMPO, DINAS PERTANIAN,


PERIKANA DAN KEHUTANAN KOTA SOLOK KEAADAAN TAHUN
2013.

No Nama J a ba t a n Pangkat Pendidikan


1 Kepala BPPI Sukamandi III/d D3
Dr. IMRON, S.Pi, M.Si
Perikanan
2 ADANG SUTRISNA Teknisi Gedung dan III/b S1 Perikanan
Instalasi Air, SUBBAG
TU
3 ASSEP TARYO Teknisi Gedung dan III/b D4
Instalansi Air, Perikanan
SUBBAGIAN TATA
USAHA
4 ASEP TARYO Pengadministrasi III/b S1 Perikanan
Kepegawaian,
SUBBAGIAN TATA
USAHA
5. ENDANG WAHYUDIN, SH KEPALA SUBBAGIAN III/a S1 Perikanan
TATA USAHA
6. ISLINA Pengadmnistrasi II/d D3
Keuangan, SUBBAGIAN Perikanan
TATA USAHA
7. KARSIM Teknisi Lapang, - SLTA
SUBBAGIAN TATA
USAHA
8. MULYAWATI Pengadministrasi Rumah - S1 Perikanan
Tangga dan Perlengkapan,
SUBBAGIAN TATA
USAHA
9. RINI ASIH Bendahara Pengeluaran, - SLTA
SUBBAGIAN TATA
USAHA
10. Verifikator Keuangan, - SUPM
RINI HENDAYANI
SUBBAGIAN TATA
HARUNIANI, S.E
USAHA
11 SUMARNO Pengadministrasi Rumah - SUPM
Tangga, SUBBAGIAN
TATA USAHA
12. Penyusun bahan mutasi - SLTA
kepegawaian ,
SURYANI
SUBBAGIAN TATA
USAHA
13. Pembantu Bendahara, - SLTA
TATANG MULYANA SUBBAGIAN TATA
USAHA
14. SITI AMINAH Penata usaha rumah tangga - SD
perlengkapan ,
SUBBAGIAN TATA
USAHA
15 ARIEF PRAPTOMO Penyusun rencana - SD
ARDHY, S.E. Keuangan dan BMN,
22

SUBBAGIAN TATA
USAHA
16 Pengadministrasi
Kepegawaian,
KARLAN
SUBBAGIAN TATA
USAHA
17. Penyusun Bahan Evaluasi
Rencana dan Program,
SUNARSO, S.Sos.
SEKSI TATA
OPERASIONAL
18. DPK PADA KEMENKO
AHMAD NAJID, S.T, M.Si MARITIM, SEKSI
PELAYANAN TEKNIS
19. Teknisi Lapang, SEKSI
AHMAD SOFYAN SURI
PELAYANAN TEKNIS
20. Teknisi Lapang, SEKSI
AKHMAD SURYANA
PELAYANAN TEKNIS
21. Teknisi Lapang, SEKSI
ARJA PURNAMA ALAM
PELAYANAN TEKNIS
22. Teknisi Lapang, SEKSI
ASIM
PELAYANAN TEKNIS
23. Teknisi Lapang, SEKSI
DIDI
PELAYANAN TEKNIS
24. Teknisi Lapang, SEKSI
KAMLAWI
PELAYANAN TEKNIS
25. Pengadministrasi
dokumentasi dan
MAYA NURNANINGSIH
Perpustakaan , SEKSI
PELAYANAN TEKNIS
26. Analis laboratorium,
MOH. OMAN SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
27. Teknisi Lapang, SEKSI
SUGIYO
PELAYANAN TEKNIS
28. Satuan Pengamanan,
KARTA SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
29. Satuan Pengamanan,
ROHANDI SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
30 Satuan Pengamanan,
ROHAYA SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
31. Satuan Pengamanan,
SUTISNA SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
32. Koordinator Satuan
UTAM SAHRONI Pengamanan, SEKSI
PELAYANAN TEKNIS
33. Satuan Pengamanan,
WAWAN GUNAWAN SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
34. Drs. SULARTO, M.Si Peneliti Bid. Akuakultur
35. BAMBANG
PENELITI MUDA
ISWANTO, S.Pi, M.P.
36 BISRI MUSTOFA, A.Md Teknisi Litkayasa
37. Ir. EVI TAHAPARI Peneliti Bid. Akuakultur
23

38 HARY KRETTIAWAN, S.Si,


Peneliti Bid. Akuakultur
M.Si.
39 IKHSAN KHASANI, M.SI. Peneliti Bid. Akuakultur
40 LISTIO
Teknisi Litkayasa
DHARMAWANTHO
41 NUNUK
Peneliti Bid. Akuakultur
LISTIYOWATI, S.Pi
42 NURDIANSYAH Teknisi Litkayasa
43 OMAN ISKANDAR Teknisi Litkayasa
44 WAHYU PAMUNGKAS
Peneliti Bid. Akuakultur
SOENGKAWATI, S.Pi, M.Si
45 HURIA MARNIS, M.Si Peneliti Bid. Akuakultur
46 DIAH ARTATI Teknisi Litkayasa
47 ROMMY SUPRAPTO, S.Pi Peneliti Bid. Akuakultur
48 PUDJI SUWARGONO Teknisi Litkayasa
49 DEDE SUKARTA Teknisi Litkayasa
50 KHAIRUL
Peneliti Bid. Akuakultur
SYAHPUTRA, M.Si.
51 NUR FANSURI, A.Md Teknisi Litkayasa
52 ADAM ROBISALMI, S.Pi. PENELITI MUDA
53 AHMAD ALI
Teknisi Litkayasa
AKBAR, A.Md.
54 JADMIKO DARMAWAN
PENELITI MUDA
WIDI PRASETIYA, S.Pi
55 FAJAR
Peneliti Bid. Akuakultur
ANGGRAENI, S.St.Pi
56 RITA FEBRIANTI, S.Si Peneliti Bid. Akuakultur
57 ARSAD TIRTA
Teknisi Litkayasa
SUBANGKIT
58 DESSY NURUL
Peneliti Bid. Akuakultur
ASTUTI, S.Si
59 FLANDRIANTO SIH
Peneliti Bid. Akuakultur
PALIMIRMO, S.Si
60 DINI SAHFITRI Teknisi Penelitian dan
LUBIS, A.Md Perekayasaan Pelaksana

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi teknik maupun administrasi pada

BBI Sarasah Batimpo kota solok menggunakan sistem pemilihan sesuai dengan

keahlian dan keterampilan masing-masing karyawan. Tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menentukan kemampuan

seorang tenaga kerja dalam menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi baik secara umum dan khusus dalam usaha pembenihan dan budidaya

ikan. Dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia, BBI Sarasah Batimpo kota
24

solok secara terus menerus mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat atau

kursus yang diadakan oleh instansi terkait.

Tabel 3. Tingkat Keahlian Tenaga Pelaksana Di Balai Budidaya Sarasah


Batimpo

No Tingkat Keahlian Jumlah Persentase

1 Tenaga Ahli 5 33,33 %

2 Tenaga Terampil 6 40,00%

3 Tenaga Pembantu 4 26,66 %

Total 15 100 %

Sumber : Laporan Tahunan Balai Benih Ikan Sarasah Batimpo Tahun 2013

Berdasarkan data Tabel diatas, dapat diketahui tingkat keahlian tenaga

pelaksana di BBI Sarasah Batimpo Kota Solok yang berjumlah 15 orang yang

terbagi atas tenaga ahli, tenaga terampil dan tenaga pembantu. Untuk latar

belakang keahlian sesuai dengan keahlian di bidang masing-masing. Dengan

demikian sumberdaya manusia yang ada di Balai Benih Ikan Sarasah Batimpo ini

sudah cukup baik karena banyakpegawai yang bekerja sesuai dengan keahliannya.

4.1.8. Sarana dan Prasarana BBI Sarasah Batimpo

Dalam mendukung semua kegiatan di BBI Sarasah Batimpo, maka di BBI

Sarasah Batimpo dilengkapi dengan saran dan prasarana diantaranya Pada Tabel 4

Tabel 4. Sarana dan Prasarana yang Ada di Balai Budidaya Sarasah


Batimpo.

No Jenis Jumlah Keterangan


25

Unit Luas
(M2)
A Prasarana Pokok
1 Bangunan Perkolaman
a. Kolam Induk 14 1.605,0 Berjeruji/berkawat
b. Kolam Pemijahan 2 64,0 Berpeneduh
c. Kolam Pendederan 12 1.275,0
2. Hatchery (Bangsal Pembenihan) 1 96,0 9 Petak/wadah
3. Bak Pakan Alami Berpeneduh
4 16,0 Utk Mengairi Hatchery,
4. Reservoar (Saluran Air) 1 600,0 Lab, Aula, mes operator

Sub Total …………………….>>> 33 3.656,00


B Prasarana Pendukung

1. Laboratorium (basah/kering) 2 105,0 40 Unit Aquarium+ 5


unit bak Fiber
2. Kantor 1 196,0 6 Ruangan + 1 Lobby +
2 buah Kamar mandi.
3. - Jalan Utama 1 1800,0
Aspal (300 M)
- Jalan Pedestarian(dlm komplek) 1 2.700,0
Jln di lingk.BBI

Sub Total 5 4.801,00


…………………….>>>
C. Prasarana Penunjang
1. Gedung Pertemuan (Aula) 1 16,5 2 unit Toilet + 1 unit
2. Mushalla 1 ruang Operator
57,0 2 unit Toilet
Sub Total 2 73,50
…………………….>>>
D. Prasarana Pengaman
1. Rumah Karyawan (Mes Operator) 3 117 2 kamar + 2 lobby+ 1
2. Pagar Keliling 3 637,5 Toilet
3. Dam Sungai 1 255,0
4. Dam Pengaman Tebing 1 280,0
5. Rumah Kepala UPTD + Rumah Jaga 2 2 kamar + 2 lobby+ 1
84 Toilet + 1 Kamar mandi

Sub Total 10 1373,50


…………………….>>>
E. Prasarana Pelengkap
1. Rumah Pompa 1 12,0 3 Ruangan
2. Rumah Genset 1 12,0 Berpagar/Berpeneduh
3. Gudang 1 42,0 7 pakai atap /
4. Gazebo 6 72,0 berpeneduh
9 18,0

Sub Total 19 156,00


…………………….>>>
Jumlah A,B,C,D,E…………… 9460,00
Sumber : Laporan Tahunan BBI Sarasah Batimpo Kota Solok 2013
4.1.9.Kegiatan-Kegiatan BBI Sarasah Baimpo
26

Untuk kegiatan pengembangan SDM di BBI Sarasah Batimpo dilakukan

Kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kemampuan dari teknisi-teknisi yang

ada di BBI Sarasah Batimpo seperti mengikuti pelatihan-pelatihan,diantaranya:

1. International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) dan ICOSA

2. Pelatihan Manajemen Pengendali Mutu (MPM)

3. Pertemuan Brood Stock Center (BSC) Jejaring Pemulian Ikan

Dan juga mengadakan kegiatan pelatihan,bimbingan dan Penerapan Teknologi


Perbenihan,dalam rangka; peningkatan produksi dan pengendalian mutu benih
yang tepat kepada UPR, UPS serta HSRT, di Kota Solok, dilakukan sebagai
peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pembenihan ikan Melaksanakan

4.2. Teknik Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang


4.2.1. Pemeliharaan Induk

Induk yang ada di BBI Sarasah Batimpo didatangkan dari BBPBAT

Sukabumi,Sebelum dipijahkan induk ikan lele dipelihara terlebih dahulu di dalam

kolam beton A5 dan A6 dengan ukuran 4 x 6 meter dan padat tebar 5 ekor/ m².

Dalam pemeliharaan, induk di beri pakan pelet komersil dengan kandungan

protein 28-30% dengan jumlah pakan sebanyak 4-5% dari berat biomassa dengan

frekuensi pemberian 3 kali dalam sehari. Pemeliharaan induk ini bertujuan untuk

proses pematangan gonadnya. Untuk lebih jelasnya kolam tempat pemeliharaan

induk dapat dilihat pada Gambar 2.


27

Gambar 2. kolam induk

4.2.2. Pemijahan

4.2.2.1. Persiapan Bak Pemijahan

Persiapan bak pemijahan dilakukan dengan cara, Bak dibersihkan dengan

menggunakan brus dari kawat dan sapu yang berguna untukmenghilangkan

kotoran,lumut dan penyakit yang terdapat pada dinding bak serta dasar bak,Hal

tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Persiapan Bak Pemijahan

Gambar 3 merupakan persiapan bak pemijahan ikan lele sangkuriang. Bak

dikeringkan selama 2 hari,setelah itu barulah di isi air setinggi 40 cm, lalu
28

dilakukan pemasangan kakaban dan setelah itu baru lah dimasukkan induk jantan

dan induk betina lele sangkuriang yang sudah matang gonad.

4.2.2.2. Seleksi Induk

Untuk memastikan apakah induk Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang

dipelihara sudah memasuki tahap untuk siap dipijahkan, maka dilakukan

pengecekan terhadap kelamin induk,Tanda-tanda induk ikan Lele Sangkuriang

yang telah matang gonad dapat dilihat melalui marfologi tubuh. Induk betina yang

telah matang gonad ditandai dengan perut yang membesar dan lembek bagian

bawah nya, bentuk kelamin bulat dan memerah, Secara praktis hal ini dapat

diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata kemudian dilakukan

perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan yang matang gonad ditandai

dengan perut yang ramping, alat kelamin meruncing menyentuh sirip anal dan

berwarna kemerah-merahan dan gerakan induk lincah.Untuk lebih jelas terlihat

pada (Gambar 4).

Gambar 4. Kelamin induk lele sangkuriang

Untuk pengukuran berat tubuh induk jantan dan betina dan betina ikan lele

sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 5.


29

Tabel 5. Berat Induk Ikan Lele Sangkuriang yang Telah Diseleksi

Kelamin Berat Induk (kg)


Induk I II III IV
Jantan 2 2,7 -
Betina 1,3 1,4 1,0 1,2

Pada prektek magang ini digunakan perbandingan induk jantan 1 dan

betina 2 karena,untuk mendapatkan perbandingan berat pada jantan dan betina

yang hamper sama.

Sunarma (2004) menyatakan bahwa persyaratan reproduksi induk betina

minimal dipijahkan pada saat berumur 1 tahun dengan berat 0,7-1 kg, sedangkan

pada induk jantan pada saat berumur 1 tahun dengan berat 0,5-0,75 kg.

Induk jantan Lele Sangkuriang dari induk I sampai induk II telah

memenuhi syarat untuk proses pemijahan. Begitu juga Pada induk betina I dan IV

juga telah memenuhi syarat dari berat maupun umur.

4.2.2.3.Sistem Pemijahan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

Dalam proses pemijahan ini digunakan untuk 2 bak pemijahan bulat yang

berukuran 5 m³ sudah dipasangkan 8 kakaban yang berukuran 80 x 40 cm pada

setiap bak nya,lebih jelasnya dapat dilihat pada (gambar 5), jumlah induk jantan

yang dipijahkan sebanyak 2 ekor dan induk betina sebanyak 4 ekor.

Gambar 5. Kakaban
30

Di BBI Sarasah Batimpo Kota Solok Pemijahanya dilakukan secara alami

yaitu dengan mencampurkan induk jantan dan betina ke dalam kolam bak

pemijahan yang telah dipasangkan kakaban. Dengan perbandingan induk jantan

dan betina pada saat pemijahan adalah 1 : 2 (1 ekor jantan : 2 ekor betina).

Pemijahan harus dilakukan di bak khusus karena sangat berpengaruh

terhadap benih ikan yang dihasilkan baik mutu maupun jumlahnya. Pemijahan

Lele Sangkuriang saat tidak tergantung pada musim tetapi memijah sepanjang

tahun.

Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih

dahulu adanya kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.

Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh

permukaan kakaban.

4.2.3. Penetasan Telur

Penetasan telur dilakukan pada bak penetasan berukuran 2,5 m x 1 m x

0,7m , Penetasan telur berlangsung selama 1 hari setelah proses pemijahan, Hal

ini sesuai dengan pendapat Susanto (1989), yang menyatakan bahwa telur – telur

ikan lele akan menetas selama (1 – 2) hari setelah pemijahan pada suhu (25-30)0C.

Kondisi air yang hangat akan semakin meningkatkan daya tetas telur (>90%).

Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin rendah

suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin tinggi suhu

air maka semakin cepat waktu penetasan. Sebelum telur menetas terlebih dahulu

telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur

yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi
31

akan berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi

yaitu bewarna putih susu dan berjamur. telur induk lele sangkuriang akan

menempel di kakaban,lalu kakaban yang berisi telur dipindah kan ke bak

penetasan,ini dilakukan supaya induk yang ada pada bak pemijahan tidak merusak

telur yang ada pada kakaban tersebut, dapat dilihat pada (gambar.6).

Gambar 6. Pemindahan kakaban ke bak penetasan

Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti sehingga

penghitungan menggunakan metode sampling tidak memungkinkan

dilakukan,karena sifat telur ikan lele yang menempel (adesif) dan juga banyak

telur yang juga menempel pada dinding dan lantai bak,Dalam kegiatan praktek ini

tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga digunakan untuk

pemeliharaan larva awal.

4.2.4. Pemeliharaan Larva

Setelah telur ikan lele sangkuriang menetas,kakaban kakaban yang ada

dibak penetasan diangkat,ini dilakukan agar tidak terjadi kematian pada larva

akibat amoniak yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas yang ada pada

kakaban, larva dipelihara 3-4 hari pada bak penetasan dan tidak perlu diberi pakan
32

tambahan, karena kuning telur pada larva baru akan habis pada saat larva berumur

3-4 hari. Setelah berumur lebih dari 5 hari, selanjutnya larva dipindahkan ke

dalam bak pemeliharaan larva sampai larva berumur 14 hari. Pakan yang

diberikan selama proses pemeliharaan ini berupa kuning telur ayam,cacing

Tubifex spdan pelet udang,Pada proses pemeliharaan larva dilakukan penyiponan

secara rutin, hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran

untuk menghindari hama dan penyakit yang akan timbul.

Gambar 7. Bak Pemeliharaan Larva

Setelah larva berumur 5 hari larva dipindahkan ke bak-bak pemeliharaan

larva sampai dengan umur 14 hari maka didapat lah hasil nya pada tabel 6

dibawah ini.

Tabel 6. Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Larva Lele Sangkuriang Dari


Umur 5 hari sampai dengan 14 Hari Pemeliharaan

Wadah Jumlah Padat Jumlah Larva SR


Pemeliharaan Tebar Awal Akhir (%)
I 52.660 ekor 47.130 ekor 89,50
II 52.580 ekor 47.165 ekor 89,70
III 52.560 ekor 47.410 ekor 90,20
IV 52.600 ekor 42.080 ekor 80,00

4.2.4.1.Pakan larva lele sangkuriang


33

Larva yang baru menetas akan mendapatkan makanan dari kuning telur,

kuning telur tersebut akan habis saat larva berumur 3 - 4 hari. Setelah berumur 4-6

hari pakan yang diberikan berupa berupa kuning telur ayam yang sudah direbus

dicampur dengan sedikit air,dapat dilihat pada (gambar 8).

Gambar 8. Pemberian Telur Suspensi pada larva ikan Lele.

Selanjutnya larva diberi pakan cacing Tubifex sp serta pakan buatan dalam bentuk

serbuk yang diberikan sekenyangnya(adlibitum),Menurut Mudjiman (2001)

pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan dan umur ikan itu

sendiri.

Pemberian pakan berupa cacing Tubifex sp sangat baik untuk benih ikan

Lele Sangkuriang (Clarias sp) karena pakan alami ini mengandung protein

hewani yang mudah dicerna.

Untuk mendapatkan derajat kelangsungan hidup larva yang tinggi, kita

harus dapat menyediakan makanan yang mencukupi dan pengeloalaan kualitas air

yang baik agar kelangsungan hidup larva dapat terjaga (Sunarma, 2004).
34

4.2.4.2. Pengelolaan Kualitas Air

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva, maka lingkungan yang

baik harus tetap terjaga. Menurut Lukito (2005), dalam kegiatan pengontrolan

kualitas air meliputi pergantian air dengan pengaturan volume air dan

penyiphonan.

Unsur kualitas air yang paling berpengaruh terhadap kehidupan ikan

antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan (Daelami,

2001).Data kualitas air untuk larva Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang

didapatkan selama pengamatan terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Pemeliharaan Larva Lele


Sangkuriang
Suhu DO
Wadah o pH (ppm)
( C)
I 25,4 7,5 4,36
II 25 7,21 3,43
III 24,7 7,62 3,76
IV 25,2 7,0 3,52

Berdasarkan data dari Tabel 7 dapat diketahui kualitas air untuk bak

pemeliharaan larva termasuk baik,karena bak pemeliharaan larva memiliki suhu

yang berkisar antara 25-25,7oC. Sedangkan suhu optimal untuk larva Lele

Sangkuriang (Clarias sp) adalah berkisar antara 22-34o C (Sunarma, 2004).

Hasil dari pengukuran pH pada bak pemeliharaan larva ikan Lele

Sangkuriang (Clarias sp) termasuk baik,dengan Kisaran pH yang didapat adalah

7,92-8.Bak pemeliharaan larva karena pH yang dibutuhkan untuk budidaya ikan

Lele Sangkuriang (Clarias sp) yaitu berkisar antara 6-9 (Sunarma, 2004).

Hasil dari pengukuran DO (oksigen terlarut) dari bak pemeliharaan larva

adalah 4,42 - 5,10ppm. Kandungan oksigen terlarut (DO) yang terdapat dalam bak
35

pemeliharaan larva sudah baik Karena oksigen terlarut yang baik untuk Lele

Sangkuriang (Clarias sp) yaitu lebih dari 1 mg/liter (Sunarma, 2004).

4.2.4.3 Hama dan Penyakit Pada Pemeliharan Larva

Selama pemeliharaan ditemukan ucrit (gambar 9) yang menjadi hama pada

larva ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp).

Gambar 9. Hama Larva lele sangkutiang (Ucrit)

Ucrit adalah anak kumbang air. berwarna coklat bentuknya panjang.

Biasanya ucrit dijumpai di sepanjang dinding kolam. Ucrit hanya memangsa

benih lele yang masih berusia <5 hari, Ucrit dapat memakan larva lele

sangkuriang yang masih sangat kecil dan masih terdapat kuning telurnya, Untuk

menanggulangi hama tersebut dilakukan pengecekan terhadap bak pemeliharaan

larva setiap hari.

4.2.4.4. Pemanenan dan Penanganan Larva

Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari, pada saat ini larva ikan

sudah berumur 14 hari. Larva Ikan yang berada didalam bak pemeliharaan

diambil dengan menggunakan tangguk dan cangkir kemudian dimasukkan


36

kedalam plastik dan ember sebelum dipindahkan kedalam kolam atau dijual

langsung kepada para pembeli.

Pemanenan larva Lele Sangkuriang (Clarias sp) menggunakan alat bantu

seperti tabung ukur, ember, baskom, plastik dan serok. Sebelum dilakukan panen,

air terlebih dahulu dikurangi sebanyak 70-80% untuk mempermudah proses

pemanenan. Kemudian larva ditangkap dengan menggunakan secer dan

dimasukkan kedalam plastik (Gambar 10), untuk selanjutnya dipindahkan

kedalam bak pendederan yang telah disiapkan atau dijual lansung kepada para

pembeli.

Gambar 10. Packing larva


4.2.5. Pendederan

4.2.5.1. Persiapan Kolam Pendederan

Kolam pendederan yang digunakan yaitu kolam B5 yang berukuran 110

m². Sepuluh hari Sebelum melakukan kegiatan pemijahan ikan lele,terlebih dahulu

harus disiapkan kolam pendederan. Tahapan-tahapan untuk persiapan kolam

diantaranya :

 Pengeringan kolam, kolam dikeringkan hingga airnya habis. Hal ini

dilakukan agar hama dan penyakit ikan mati.


37

 selanjutnya dilakukan Pencucian dasar kolam. Kegiatan ini bertujuan

untuk menghilangkan lumpur dan sisa pakan yang mengurangi kualitas air

di kolam.

Lalu dilakukan Pengapuran pada kolam pendederan yang berguna untuk

menaikan pH dan juga dapat membunuh hama dan penyakit. Kapur yang

digunakan adalah tohor CaO. Dosis kapur adalah 50 mg/m2. Cara pengapurannya

adalah dengan menebar kapur secara merata di suluruh permukaan kolam serta

pada saluran pemasukan air karena pengapuran dilakukan bersamaan dengan

pemasukan air kemudian dibiarkan selama 3 hari,Proses ini dapat dilihat pada

(Gambar11).

Gambar 11. pengapuran dasar kolam pendederan

Gambar 5 merupakan proses pengapuran kolam pendederan ikan lele sangkuriang

yang dilakukan pada pagi hari pukul 10.00-11.00 waktu setempat, Setelah pengapuran ini

baru lah dilakukan proses pemasukan air ke kolam.

4.2.5.2.Penebaran Benih dikolam pendederan

Setelah kolam pendederan siap maka benih ditebar dengan kepadatan 150

ekor/m2 yang dilakukan pada pagi hari, saat suhu masih rendah. Sebelum benih

ditebar dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu yang bertujuan untuk menghindari


38

stress akibat perbedaan lingkungan baru dengan lingkungan yang lama. Hal yang

paling mendasar dari aklimatisasi adalah penyesuaian suhu yang dilakukan

dengan cara meletakkan kantong plastik yang berisi benih pada kolam pendederan

dan dibiarkan antara 2-5 menit atau setalah adanya pengembunan di dalam

kantong plastik. Setelah itu kantong plastik atau ember dibuka dan dimiringkan,

lalu benih dikeluarkan dari kantong plastik secara perlahan.

4.2.5.3. Pemberian Pakan

Pakan tambahan diberikan 2-3 hari setelah penebaran atau setelah pakan

alami pada kolam sudah mulai berkurang. Pakan tambahan yang diberikan berupa

pellet dengan kandungan protein 26%. sebelum diberikan pakan tersebut

dilumatkan terlebih dahulu dengan cara direndam dengan air, pakan diberikan

secara merata pada permukaan air disekeliling pematang kolam

4.2.5.4. Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit

Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan pada saat persiapan kolam

yaitu pengapuran dengan tujuan untuk membasmi kompetitor dan predator,

sedangkan untuk antisipasi hama dilakukan pengontrolan pada kolam pendederan

nya, Selama Kegiatan praktek magang di BBI Sarasah Batimpo Kota Solok tidak

dilakukan pemberantasan hama dan penyakit karena tidak ada benih yang

terserang penyakit.

4.2.5.5. Pemanenan Benih


39

Pemanenan dilakukan pada kondisi pagi hari yaitu pukul 07.30 yang

bertujuan untuk mengurangi stress benih akibat dari perlakuan pada saat

pemanenan dan mengurangi kematian benih akibat fluktuasi suhu yang tinggi.

Pemanenan dilakukan dengan menyurutkan air kolam hingga surut, selama

penyurutan anco atau waring ditempatkan dekat outlet.

Selagi air menyurut benih ditangkap dengan mengangkat anco ketika

benih lele terlihat berkumpul di anco. Benih dimasukkan ke dalam ember sebelum

dipindahkan ke tempat penampungan sementara atau happa, hal ini dilakukan

berulang-ulang kali hingga air di kolam surut

Pengepakan atau packing benih lele dilakukan dengan cara tertutup.

Sebelum dilakukan packing dipersiapkan terlebih dahulu plastik berukuran 55×80

cm, kemudian plastik diisi dengan air sebanyak ¼ bagian atau 4-6 L, dan diisi

dengan benih berukuran 3-5 cm dengan kepadatan 800-1000 ekor/kantong dan

diberi oksigen setengah bagian. Pengepakan diakhiri dengan menngikat ujung

plastik dengan karet gelang, Setelah packing benih siap dikirim kepada konsumen

dan tempat yang dituju.


40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Teknik pembenihanikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) meliputi seleksi

induk, pemijahan, pemeliharaan larva, manajemen pemberian pakan,

pengelolaan kualitas air dan panen.

2. Pemijahan ikan Lele Sangkuriang dilakukan secara alami, dengan

perbandingan induk jantan dan betina 1:2,dipijahkan sebanyak 2 pasang.

3. Pemeliharaan larva dilakukan selama 14 hari didalam bak pemeliharaan

larva dengan pemberian pakan berupa telur suspensi, Tubifex sp dan

berikutnya dengan pelet udang, dan tingkat kelulushidupan larva (SR)

87,35 %.

4. Kualitas air bak larva yang diukur adalah : pH 7,92-8, suhu 25,4-25,7oC,

oksigen terlarut 4,42 - 5,10 ppm.

5.2. Saran

Pada saat pemeliharaan larva didalam bak untuk pakan yang diberikan

harus sesuai dengan kabutuhan ikan, karena apabila terlalu banyak akan

menyebabkan kerusakan pada kualitas air, dan sebaiknya air pada bak dengan

sistem air mengalir yang menggunakan inlet dan outlet, agar kualitas air didalam

bak dapat terjaga dan diharapkan dapat lebih meningkatkan kelulushidupan larva.

Persediaan pakan alami larva ikan di BBI juga harus tersedia dengan

cukup, karena dalam kegiatan pembenihan membutuhkan pakan alami yang cukup

banyak.
41

DAFTAR PUSTAKA

Adelina., I. Boer., dan I. Suharman., 2004. Diktat dan Penuntun Praktikum


Analisis Formulasi Pakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau Pekanbaru. 60 hal.

Amri, K. dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.


Agromedia Pustaka. Jakarta.145 hal.

Anonymous. 1993. Technical Manual for Seed Production of Grouper


(Epinephelus malabaricus). JCA.46 p.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia, Jakarta. 82 hal.

Asyari, Arifin Z. Rupawan dan Burnawi, 1992. Pemberian Pakan Berbeda Pada
Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) Dalam Sangkar, hal 218-221 Dalam
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 343
hal.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Ikan Gurami, Nila, Mas. Penerbit
Kanisisus. Yogyakarta. 113 hal.

Daelami, D.A.S. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar, Penebar
Swadaya (Anggota IKAPI), Jakarta 166 hal.

Dahuri, R. 2002. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan


Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 101 hal.

Djarijah, S. A. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta. 86 hal.

Effendi, H., 2003 Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan
Peraiaran. Kanasius. Yogyakarta. 257 hal.

Efendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bagian I, Study Natural History. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 105 hal.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rieka


Cipta, Jakarta. 179 hal.

Hickling, C.F. 1971. Fish Cultur Feber and Faber. London 317 P.

Huet, M. 1971. Text book Of Fish Culture Breeding and Coltivation of Fish.
Fishing News (Book) Ltd. London 436 p.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish in Tropic S. Taylor & Francis,
London.318p.
42

Lukito AM. 2005. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.36
hal.

Melianawati, R. dan K. Suwirya. 2005. Pengaruh Dosis Pakan Terhadap


Pertumbuhan Juvenil Kakap Merah (L. argentimaculatus). Buku
Perikanan Budidaya Berkelanjutan. 135-142 p.

Miswanto. 2002. Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus Carpio L). Laporan Magang
Fakultas Perikanan UR.Pekanbaru.59 hal (tidak diterbitkan).

Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan. cetakan ke-15. PT Penebar Swadaya.Jakarta


190 hal.

Prihartono ER, Rasidik J, Arie U. 2000. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele


Dumbo. Penebar Swadaya.Jakarta. 82 hal

Santoso, B . 2004. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lele


Sangkuriang.Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 78 hal.

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di


Indonesia. Sastra Budaya. Bogor. 129 hal.

Sunarma, A. 2004.Pembenihan Lele Sangkuriang. Makalah Pembenihan Ikan Air


Tawar, Program Hibah Kompetisi A2 Batch I-2004 Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.Bandung.7 hlm

Sunarma,A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Ikan Lele Sangkuriang


(Clarias sp). Makalah Disampaikan Pada Temu Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) dan Temu Usaha Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, 85 Departemen Kelautan dan Perikanan, Bandung 04-07
Oktober 2004. Bandung. 13 Halaman.

Susanto H.1989. Budidaya Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta.51 hal

Suyanto, S.R. 2004. Budidaya Ikan Lele. Jakarta. Penebar Swadaya. 100 hlm

Syandri, H. 2001. Aspek Pembenihan Ikan Bilih (Mystacoleusus padangensis


Blkr) dan Kemungkinan Pembenihannya di Danau Singkarak. Tesis
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor 99 hal (tidak
diterbitkan)

Tang, U, M., dan Affandi, R., 2004. Biologi Reproduksi Ikan. UNRI Press.
Pekanbaru. 128 hal.
43

Witjaksono A. 2009. Kinerja produksi pendederan lele sangkuriang (Clarias sp.)


melalui penerapan teknologi ketinggian media air 15 cm, 20 cm, 25 cm,
30 cm. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai