unit - unit kerja yang dilengkapi susunan organisasi adalah kolam percobaan di
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar dalam
2. Kolam percobaan sebanyak lebih dari 150 buah dengan berbagai bentuk,
aquaculture) dengan sumber daya manusia yang jujur, kreatif, produktif dan
professional.
MISI : Misi merupakan cara untuk mencapai visi yang diinginkan, berikut
adalah misi dari BPPI. Menghasilkan varietas ikan ari tawar yang unggul dalam
teknologi budidaya ikan air tawar yang produktif, efisien, dan berkelanjutan,
menyebar luaskan ilmu pengetahuan dan teknologi pemuliaan dan perikanan air
tawar dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan dan
memberikan pelayanan jasa, konsultasi, informasi, pemuliaan dan perikanan
budidaya air tawar.
4.1.6. Struktur Organisasi BPPI Sukamandi
Balai Penelitian Pemulian Ikan (BPPI) Sukamandi dipimpin oleh Kepala
Balai yang membawahi sektretariat KPA; koordinator program dan keuangan,
koordinator tata usaha, koordinator informasi dan perpustakaan, dan koordinator
pelayanan. Selain itu terdapat juga jabatan fungsional yaitu terdiri dari
koordinator riset udang galah, koordinator riset ikan patin, koordinator riset ikan
mas, kordinator riset ikan nila, koordinator ikan lele. Berikut adalah gambar bagan
struktur organisasi BPPI berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. Kep/07/MEN/2003.
SUBBAGIAN TATA
USAHA
16 Pengadministrasi
Kepegawaian,
KARLAN
SUBBAGIAN TATA
USAHA
17. Penyusun Bahan Evaluasi
Rencana dan Program,
SUNARSO, S.Sos.
SEKSI TATA
OPERASIONAL
18. DPK PADA KEMENKO
AHMAD NAJID, S.T, M.Si MARITIM, SEKSI
PELAYANAN TEKNIS
19. Teknisi Lapang, SEKSI
AHMAD SOFYAN SURI
PELAYANAN TEKNIS
20. Teknisi Lapang, SEKSI
AKHMAD SURYANA
PELAYANAN TEKNIS
21. Teknisi Lapang, SEKSI
ARJA PURNAMA ALAM
PELAYANAN TEKNIS
22. Teknisi Lapang, SEKSI
ASIM
PELAYANAN TEKNIS
23. Teknisi Lapang, SEKSI
DIDI
PELAYANAN TEKNIS
24. Teknisi Lapang, SEKSI
KAMLAWI
PELAYANAN TEKNIS
25. Pengadministrasi
dokumentasi dan
MAYA NURNANINGSIH
Perpustakaan , SEKSI
PELAYANAN TEKNIS
26. Analis laboratorium,
MOH. OMAN SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
27. Teknisi Lapang, SEKSI
SUGIYO
PELAYANAN TEKNIS
28. Satuan Pengamanan,
KARTA SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
29. Satuan Pengamanan,
ROHANDI SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
30 Satuan Pengamanan,
ROHAYA SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
31. Satuan Pengamanan,
SUTISNA SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
32. Koordinator Satuan
UTAM SAHRONI Pengamanan, SEKSI
PELAYANAN TEKNIS
33. Satuan Pengamanan,
WAWAN GUNAWAN SEKSI PELAYANAN
TEKNIS
34. Drs. SULARTO, M.Si Peneliti Bid. Akuakultur
35. BAMBANG
PENELITI MUDA
ISWANTO, S.Pi, M.P.
36 BISRI MUSTOFA, A.Md Teknisi Litkayasa
37. Ir. EVI TAHAPARI Peneliti Bid. Akuakultur
23
BBI Sarasah Batimpo kota solok menggunakan sistem pemilihan sesuai dengan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menentukan kemampuan
teknologi baik secara umum dan khusus dalam usaha pembenihan dan budidaya
ikan. Dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia, BBI Sarasah Batimpo kota
24
solok secara terus menerus mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat atau
Total 15 100 %
Sumber : Laporan Tahunan Balai Benih Ikan Sarasah Batimpo Tahun 2013
pelaksana di BBI Sarasah Batimpo Kota Solok yang berjumlah 15 orang yang
terbagi atas tenaga ahli, tenaga terampil dan tenaga pembantu. Untuk latar
demikian sumberdaya manusia yang ada di Balai Benih Ikan Sarasah Batimpo ini
sudah cukup baik karena banyakpegawai yang bekerja sesuai dengan keahliannya.
Sarasah Batimpo dilengkapi dengan saran dan prasarana diantaranya Pada Tabel 4
Unit Luas
(M2)
A Prasarana Pokok
1 Bangunan Perkolaman
a. Kolam Induk 14 1.605,0 Berjeruji/berkawat
b. Kolam Pemijahan 2 64,0 Berpeneduh
c. Kolam Pendederan 12 1.275,0
2. Hatchery (Bangsal Pembenihan) 1 96,0 9 Petak/wadah
3. Bak Pakan Alami Berpeneduh
4 16,0 Utk Mengairi Hatchery,
4. Reservoar (Saluran Air) 1 600,0 Lab, Aula, mes operator
kolam beton A5 dan A6 dengan ukuran 4 x 6 meter dan padat tebar 5 ekor/ m².
protein 28-30% dengan jumlah pakan sebanyak 4-5% dari berat biomassa dengan
frekuensi pemberian 3 kali dalam sehari. Pemeliharaan induk ini bertujuan untuk
4.2.2. Pemijahan
kotoran,lumut dan penyakit yang terdapat pada dinding bak serta dasar bak,Hal
dikeringkan selama 2 hari,setelah itu barulah di isi air setinggi 40 cm, lalu
28
dilakukan pemasangan kakaban dan setelah itu baru lah dimasukkan induk jantan
yang telah matang gonad dapat dilihat melalui marfologi tubuh. Induk betina yang
telah matang gonad ditandai dengan perut yang membesar dan lembek bagian
bawah nya, bentuk kelamin bulat dan memerah, Secara praktis hal ini dapat
diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata kemudian dilakukan
perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan yang matang gonad ditandai
dengan perut yang ramping, alat kelamin meruncing menyentuh sirip anal dan
Untuk pengukuran berat tubuh induk jantan dan betina dan betina ikan lele
minimal dipijahkan pada saat berumur 1 tahun dengan berat 0,7-1 kg, sedangkan
pada induk jantan pada saat berumur 1 tahun dengan berat 0,5-0,75 kg.
memenuhi syarat untuk proses pemijahan. Begitu juga Pada induk betina I dan IV
Dalam proses pemijahan ini digunakan untuk 2 bak pemijahan bulat yang
setiap bak nya,lebih jelasnya dapat dilihat pada (gambar 5), jumlah induk jantan
Gambar 5. Kakaban
30
yaitu dengan mencampurkan induk jantan dan betina ke dalam kolam bak
dan betina pada saat pemijahan adalah 1 : 2 (1 ekor jantan : 2 ekor betina).
terhadap benih ikan yang dihasilkan baik mutu maupun jumlahnya. Pemijahan
Lele Sangkuriang saat tidak tergantung pada musim tetapi memijah sepanjang
tahun.
Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih
dahulu adanya kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.
Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh
permukaan kakaban.
0,7m , Penetasan telur berlangsung selama 1 hari setelah proses pemijahan, Hal
ini sesuai dengan pendapat Susanto (1989), yang menyatakan bahwa telur – telur
ikan lele akan menetas selama (1 – 2) hari setelah pemijahan pada suhu (25-30)0C.
Kondisi air yang hangat akan semakin meningkatkan daya tetas telur (>90%).
suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin tinggi suhu
air maka semakin cepat waktu penetasan. Sebelum telur menetas terlebih dahulu
telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur
yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi
31
akan berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi
yaitu bewarna putih susu dan berjamur. telur induk lele sangkuriang akan
penetasan,ini dilakukan supaya induk yang ada pada bak pemijahan tidak merusak
telur yang ada pada kakaban tersebut, dapat dilihat pada (gambar.6).
Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti sehingga
dilakukan,karena sifat telur ikan lele yang menempel (adesif) dan juga banyak
telur yang juga menempel pada dinding dan lantai bak,Dalam kegiatan praktek ini
dibak penetasan diangkat,ini dilakukan agar tidak terjadi kematian pada larva
akibat amoniak yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas yang ada pada
kakaban, larva dipelihara 3-4 hari pada bak penetasan dan tidak perlu diberi pakan
32
tambahan, karena kuning telur pada larva baru akan habis pada saat larva berumur
3-4 hari. Setelah berumur lebih dari 5 hari, selanjutnya larva dipindahkan ke
dalam bak pemeliharaan larva sampai larva berumur 14 hari. Pakan yang
secara rutin, hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran
larva sampai dengan umur 14 hari maka didapat lah hasil nya pada tabel 6
dibawah ini.
Larva yang baru menetas akan mendapatkan makanan dari kuning telur,
kuning telur tersebut akan habis saat larva berumur 3 - 4 hari. Setelah berumur 4-6
hari pakan yang diberikan berupa berupa kuning telur ayam yang sudah direbus
Selanjutnya larva diberi pakan cacing Tubifex sp serta pakan buatan dalam bentuk
pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan dan umur ikan itu
sendiri.
Pemberian pakan berupa cacing Tubifex sp sangat baik untuk benih ikan
Lele Sangkuriang (Clarias sp) karena pakan alami ini mengandung protein
harus dapat menyediakan makanan yang mencukupi dan pengeloalaan kualitas air
yang baik agar kelangsungan hidup larva dapat terjaga (Sunarma, 2004).
34
baik harus tetap terjaga. Menurut Lukito (2005), dalam kegiatan pengontrolan
kualitas air meliputi pergantian air dengan pengaturan volume air dan
penyiphonan.
antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan (Daelami,
2001).Data kualitas air untuk larva Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang
Berdasarkan data dari Tabel 7 dapat diketahui kualitas air untuk bak
yang berkisar antara 25-25,7oC. Sedangkan suhu optimal untuk larva Lele
Lele Sangkuriang (Clarias sp) yaitu berkisar antara 6-9 (Sunarma, 2004).
adalah 4,42 - 5,10ppm. Kandungan oksigen terlarut (DO) yang terdapat dalam bak
35
pemeliharaan larva sudah baik Karena oksigen terlarut yang baik untuk Lele
benih lele yang masih berusia <5 hari, Ucrit dapat memakan larva lele
sangkuriang yang masih sangat kecil dan masih terdapat kuning telurnya, Untuk
Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari, pada saat ini larva ikan
sudah berumur 14 hari. Larva Ikan yang berada didalam bak pemeliharaan
kedalam plastik dan ember sebelum dipindahkan kedalam kolam atau dijual
seperti tabung ukur, ember, baskom, plastik dan serok. Sebelum dilakukan panen,
kedalam bak pendederan yang telah disiapkan atau dijual lansung kepada para
pembeli.
m². Sepuluh hari Sebelum melakukan kegiatan pemijahan ikan lele,terlebih dahulu
diantaranya :
untuk menghilangkan lumpur dan sisa pakan yang mengurangi kualitas air
di kolam.
menaikan pH dan juga dapat membunuh hama dan penyakit. Kapur yang
digunakan adalah tohor CaO. Dosis kapur adalah 50 mg/m2. Cara pengapurannya
adalah dengan menebar kapur secara merata di suluruh permukaan kolam serta
pemasukan air kemudian dibiarkan selama 3 hari,Proses ini dapat dilihat pada
(Gambar11).
yang dilakukan pada pagi hari pukul 10.00-11.00 waktu setempat, Setelah pengapuran ini
Setelah kolam pendederan siap maka benih ditebar dengan kepadatan 150
ekor/m2 yang dilakukan pada pagi hari, saat suhu masih rendah. Sebelum benih
stress akibat perbedaan lingkungan baru dengan lingkungan yang lama. Hal yang
dengan cara meletakkan kantong plastik yang berisi benih pada kolam pendederan
dan dibiarkan antara 2-5 menit atau setalah adanya pengembunan di dalam
kantong plastik. Setelah itu kantong plastik atau ember dibuka dan dimiringkan,
Pakan tambahan diberikan 2-3 hari setelah penebaran atau setelah pakan
alami pada kolam sudah mulai berkurang. Pakan tambahan yang diberikan berupa
dilumatkan terlebih dahulu dengan cara direndam dengan air, pakan diberikan
nya, Selama Kegiatan praktek magang di BBI Sarasah Batimpo Kota Solok tidak
dilakukan pemberantasan hama dan penyakit karena tidak ada benih yang
terserang penyakit.
Pemanenan dilakukan pada kondisi pagi hari yaitu pukul 07.30 yang
bertujuan untuk mengurangi stress benih akibat dari perlakuan pada saat
pemanenan dan mengurangi kematian benih akibat fluktuasi suhu yang tinggi.
benih lele terlihat berkumpul di anco. Benih dimasukkan ke dalam ember sebelum
cm, kemudian plastik diisi dengan air sebanyak ¼ bagian atau 4-6 L, dan diisi
plastik dengan karet gelang, Setelah packing benih siap dikirim kepada konsumen
5.1. Kesimpulan
87,35 %.
4. Kualitas air bak larva yang diukur adalah : pH 7,92-8, suhu 25,4-25,7oC,
5.2. Saran
Pada saat pemeliharaan larva didalam bak untuk pakan yang diberikan
harus sesuai dengan kabutuhan ikan, karena apabila terlalu banyak akan
menyebabkan kerusakan pada kualitas air, dan sebaiknya air pada bak dengan
sistem air mengalir yang menggunakan inlet dan outlet, agar kualitas air didalam
bak dapat terjaga dan diharapkan dapat lebih meningkatkan kelulushidupan larva.
Persediaan pakan alami larva ikan di BBI juga harus tersedia dengan
cukup, karena dalam kegiatan pembenihan membutuhkan pakan alami yang cukup
banyak.
41
DAFTAR PUSTAKA
Asyari, Arifin Z. Rupawan dan Burnawi, 1992. Pemberian Pakan Berbeda Pada
Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) Dalam Sangkar, hal 218-221 Dalam
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 343
hal.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Ikan Gurami, Nila, Mas. Penerbit
Kanisisus. Yogyakarta. 113 hal.
Daelami, D.A.S. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar, Penebar
Swadaya (Anggota IKAPI), Jakarta 166 hal.
Effendi, H., 2003 Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan
Peraiaran. Kanasius. Yogyakarta. 257 hal.
Efendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bagian I, Study Natural History. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 105 hal.
Hickling, C.F. 1971. Fish Cultur Feber and Faber. London 317 P.
Huet, M. 1971. Text book Of Fish Culture Breeding and Coltivation of Fish.
Fishing News (Book) Ltd. London 436 p.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish in Tropic S. Taylor & Francis,
London.318p.
42
Lukito AM. 2005. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.36
hal.
Miswanto. 2002. Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus Carpio L). Laporan Magang
Fakultas Perikanan UR.Pekanbaru.59 hal (tidak diterbitkan).
Suyanto, S.R. 2004. Budidaya Ikan Lele. Jakarta. Penebar Swadaya. 100 hlm
Tang, U, M., dan Affandi, R., 2004. Biologi Reproduksi Ikan. UNRI Press.
Pekanbaru. 128 hal.
43