ABSTRAK
Latar Belakang: Kehamilan kembar dan persalinannya membawa resiko yang lebih besar bagi
ibu dan janin dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Beberapa komplikasi yang disebabkan
oleh kehamilan kembar dapat dikurangi atau dicegah bila kehamilan kembar terdiagnosa dini.
Tujuan: mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan kehamilan kembar.
Bahan dan cara: studi kepustakaan.
Ringkasan: Dewasa ini angka kejadian kehamilan kembar meningkat sedikit. Diagnosa dini
sangatlah penting untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pada kehamilan kembar. Segera
setelah diketahui, berbagai upaya dilakukan untuk memberikan lingkungan intrauterin sebaik
mungkin bagi janin.
Kata kunci: kehamilan kembar, meningkat, diagnosa dini, komplikasi.
I. PENDAHULUAN
Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Pemberian nama pada
kehamilan kembar berdasarkan jumlah janin, 2 janin- “twins”, 3 janin-triplet, 4 janin-
kuadruplet, 5 janin-quintuplet, 6 janin-sextuplet, 7 janin-septuplet.
Kehamilan kembar menimbulkan beberapa masalah terutama pada wanita, bayi dan pada
perawatan bayinya. Wanita dengan kehamilan kembar akan mengalami gejala-gejala dari
kehamilan seperti nyeri ulu hati, sakit pinggang, hemoroid, kesulitan berjalan dan kelelahan
lebih berat dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Mereka akan lebih mudah menderita
anemia, hipertensi, pre-eklampsia, persalinan prematur dan persalinan dengan cara operasi.
Beberapa dari komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kembar dapat dikurangi atau
dicegah bila kehamilan kembar terdiagnosa dini.
II. FREKUENSI
Pada populasi umum, kehamilan kembar terjadi kira-kira 1 sampai 2 persen dari kehamilan.
Hukum Hellin yang menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal
adalah 1:89, untuk triplet 1:892, untuk kuadruplet 1:893, dan seterusnya.
Frekuensi terjadinya bayi kembar monozigot relatif konstan di seluruh dunia, yaitu satu per
250 kelahiran, dan sebagian besar tidak bergantung pada ras, hereditas, usia serta paritas.
Frekuensi tersebut diperkirakan tidak tergantung pada terapi infertilitas; namun demikian, kini
terbukti bahwa insiden pembelahan zigotik menjadi dua kali lipat setelah ovulasi. Insiden
persalinan bayi kembar dizigot dipengaruhi secara nyata oleh ras, herediter, usia ibu, paritas
dan khususnya obat-obat fertilitas.
Sebagai faktor penentu kehamilan kembar, genotip ibu jauh lebih penting dari pada genotip
ayah.
Efek positif bertambahnya usia matenal dan paritas pada insiden kehamilan kembar telah
diperlihatkan dengan jelas. Untuk setiap peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun atau paritas
sampai 7, frekuensi kehamilan kembar akan meningkat.
Janin multipel sering ditemukan pada kehamilan wanita yang ovulasinya diinduksi oleh
penyuntikan gonadotropin. Insidens multifetus sesudah terapi gonadotropin adalah 20 hingga
40 persen. Penggunaan obat fertilitas Klomifen meningkatkan kemungkinan untuk
mendapatkan kehamilan kembar 2 janin 8 dari 100 kehamilan, triplet 0,5 dari 100 dan
quadruplet 0,3 dari 100. Obat fertilitas lainnya, Pergonal meningkatkan kemungkinan hamil
kembar lebih besar.
IV. ETIOLOGI
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar
yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid, hormon gonadotropin dan assisted reproductive
technique (ART) seperti in vitro fertilization dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.
Kehamilan kembar timbul dari pembelahan ovum yang sudah dibuahi pada berbagai tahap
perkembangan awal.
Jika pembelahan terjadi sebelum inner cell mass dibentuk dan lapisan luar blastokist belum
berubah menjadi korion-yaitu, dalam 72 jam pertama sesudah fertilisasi-maka dua embrio, dua
amnion, dua korion akan terbentuk. Keadaan ini menghasilkan kehamilan kembar diamnion,
dikorion.
Jika pembelahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan yaitu setelah inner cell
mass dibentuk dan sel-sel yang akan menjadi korion sudah mengalami deferensiasi namun sel-
sel yang menjadi amnion belum, maka akan terbentuk dua buah embrio, masing-masing dalam
kantong ketuban yang terpisah. Kedua kantong ketuban akhirnya akan diselubungi oleh satu
korion bersama, sehingga terjadi kehamilan kembar monozigot diamnion, monokorion.
Jika amnion sudah terbentuk, yang terjadi sekitar hari ke-8 setelah fertilisasi, pembuahan akan
menghasilkan dua embrio di dalam satu kantong ketuban bersama atau mengakibatkan
kehamilan kembar monozigot monoamnion, monokorion.
Jika pembelahan dimulai lebih belakangan lagi-yaitu sesudah diskus embrionik terbentuk-
pembelahan berlangsung tidak lengkap dan terbentuk janin kembar siam.
V. PERTUMBUHAN JANIN
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan tunggal
pada umur kehamilan sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar
sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin
karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat
badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin
kehamilan tunggal.
Selain itu, berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara
50 sampai 1000 gram. Pada kembar dizigotik plasenta yang satu dapat berimplantasi lebih
menguntungkan, dipandang dari sudut tempat pada dinding uterus dan penyediaan darah,
daripada plasenta yang lain. Dengan demikian, pertumbuhan plasenta itu dan janinnya lebih
baik daripada plasenta yang lain serta janinnya. Demikian juga pada kehamilan kembar
monozigotik pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama, sehingga yang satu
kurang bertumbuh dibanding yang lain.
Kadang-kadang satu janin meninggal dan yang lainnya tumbuh terus sampai matur. Janin yang
mati dapat diresorbsi sama sekali atau masih ditemukan dalam uterus. Dalam hal terakhir cairan
amnion dapat diserap semua dan janin berubah menjadi gepeng (fetus papiraseus atau
kompresus). Pada persalinan fetus papiraseus dapat mendahului janin yang normal, sehingga
menyebabkan kesukaran diagnosis, atau dapat tertinggal dalam uterus yang menyebabkan
infeksi dan perdarahan. Dalam hal yang sangat jarang, satu konseptus mengalami perubahan
menjadi mola hidatidosa dan yang lainnya tumbuh terus sampai matur dan dilahirkan hidup.
VI. HUBUNGAN VASKULAR ANTAR JANIN
Yang sering terlihat pada plasenta monokorionik adalah anastomosis vaskular yang bisa antar
pembuluh arteri, antara arteri dengan vena atau antar pembuluh vena. Hubungan antar janin
yang paling menganggu adalah hubungan arteri dengan vena (anastomosis arteriovenosa).
Anastomosis arteriovenosa dapat terjadi cukup awal dalam kehamilan dan mempunyai jumlah
serta ukuran yang sangat beragam.
Efek yang timbul dari anastomosis arteriovenosa dapat sangat menonjol. Janin kembar
monozigot yang satu dapat berukuran lebih kecil daripada janin yang lainnya akibat malnutrisi
intrauteri kronis. Pada kembar monozigot dengan sirkulasi yang mengalami anastomosis,
konsentrasi hemoglobin bisa 8 g per dL atau kurang pada janin yang perfusi darahnya kurang
(hipoperfusi) dan mencapai 27 g per dL pada janin yang lainnya. Hipotensi, mikrokardia dan
pengecilan tubuh yang menyeluruh menandai janin donor “identik”, yang secara nyata
menderita hipovolemik; gambaran ini sangat bertentangan dengan gambaran hipertensi dan
hipertrofi jantung yang terlihat pada janin kembar dengan hipertransfusi.
Pada kehamilan muda dapat terjadi berbagai anomali. Jantung janin yang satu, karena
peredaran darah yang lebih sempurna, menguasai jantung serta sistem peredaran darah janin
yang lain melalui pembuluh-pembuluh darah yang beranastomosis, dengan akibat bahwa janin
yang terakhir terganggu pertumbuhannya dan menjadi suatu monstrum yang dinamakan
akardiakus. Akardiakus asefalus adalah monstrum yang hanya terdiri atas panggul dan
ekstremitas bawah; akardiakus akornus adalah monstrum tanpa badan; akardiakus amorfus
adalah monstrum tanpa bentuk yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung berbagai alat
rudimenter dan diliputi kulit.
Hidramnion yang mungkin terjadi akibat peningkatan perfusi darah ginjal dan selanjutnya
peningkatan pembentukan urin, dapat menyertai hipovolemia dan polisitemia pada janin
kembar resipien yang secara khas berukuran lebih besar. Pada saat yang sama, cairan amnion
dapat sedikit atau tidak terdapat pada kantong ketuban lainnya, dan keadaan ini mungkin
terjadi akibat oliguria nyata pada janin kembar donor yang mengalami hipoperfusi. Kematian
salah satu janin monozigot pernah dilaporkan sebagai faktor pencetus koagulopati konsumtif
yang serius pada janin lainnya.
Periode neonatal dapat dipersulit oleh keadaan sirkulasi berlebihan yang berbahaya, dengan
gagal jantung jika hipovolemia berat dan hiperviskositas darah pada saat lahir tidak diketahui
dan diatasi dengan flebotomi. Trombosis yang menimbulkan sumbatan juga jauh lebih sering
ditemukan pada anastomosis vaskuler janin.
Dilihat dari sisi maternal, salah satu bagian plasenta sering terlihat cukup pucat bila
dibandingkan dengan bagian lain dari plasenta tersebut kalau terdapat anemia pada salah satu
janin kembar dan polisitemia pada janin lainnya.
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis kehamilan kembar sering baru dapat ditegakkan setelah stadium lanjut kehamilan,
yang acapkali saat menjelang partus. Tidak jarang diagnosa kehamilan kembar baru dibuat
setelah anak pertama lahir dan uterus masih lebih besar daripada biasa dan pada pemeriksaan
memang masih ada satu janin lagi dalam rahim. Kira-kira hanya dalam 50% diagnosis
kehamilan kembar dibuat secara tepat jika berat badan satu janin kurang dari 2500 g, dan 75%
jika berat badan itu melebihi 2500 g.
Kemungkinan kehamilan kembar harus dipikirkan bila didapatkan besarnya uterus melebihi
lamanya amenorea, uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan
berulang, penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh edema atau
obesitas, banyak bagian kecil teraba, teraba 3 bagian besar janin, teraba 2 ballotemen.
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan: terabanya 2 kepala, 2 bokong, dan satu/dua
punggung; terdengar 2 denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan
paling sedikit 10 denyut per menit; sonogram (dapat membuat diagnosis kehamilan kembar
pada triwulan pertama); rontgen foto abdomen.
Riwayat dan Pemeriksaan Fisik
Riwayat kehamilan kembar dalam keluarga, dengan sendirinya hanya memberikan suatu bukti
yang lemah, namun informasi mengenai terapi klomifen atau gonadotropin hipofise yang baru
saja diberikan, akan menjadi petunjuk yang kuat.
Pemeriksaan fisik dengan pengukuran tinggi fundus merupakan tindakan yang amat penting.
Uterus yang berisi dua janin atau lebih jelas akan menjadi lebih besar daripada uterus yang
berisi janin tunggal. Pada kasus uterus yang tampak besar dan tidak sesuai dengan usia
kehamilannya, harus dipikirkan kemungkinan: multifetus atau janin yang berjumlah lebih dari
satu, peninggian uterus akibat distensi vesika urinaria, riwayat haid yang kurang cermat,
hidramnion, mola hidatidosa, mioma uteri atau adenomiosis uteri, massa adneksa yang melekat
erat, dan makrosomia janin yang terjadi kemudian dalam kehamilan.
Sebelum trimester ketiga, kehamilan kembar sulit didiagnosis dengan cara meraba bagian-
bagian janin. Sekalipun pada kehamilan yang sudah lanjut, tidak selalu kehamilan kembar
dapat ditemukan melalui palpasi transabdominal, khususnya bila janin yang satu bertumpang
tindih dengan janin yang lainnya, bila ibu hamil tersebut gemuk atau bila terdapat hidramnion.
Pada tahap lanjut trimester ketiga, denyut jantung janin dapat dideteksi dengan peralatan
ultrasonik Doppler. Kadang-kadang kita dapat membedakan suara kontraksi dua jantung janin
yang terpisah jika frekuensi denyut jantung janin tersebut berbeda secara jelas satu sama lain,
di samping berbeda dengan frekuensi denyut jantung ibunya.
Sonografi
Melalui USG yang cermat, kantong kehamilan yang terpisah dapat ditemukan lebih dini pada
kehamilan kembar.Dengan bertambahnya jumlah janin, ketepatan diagnosis baik mengenai
jumlah janin maupun diameter biparietalis masing-masing kepala janin akan menurun.
Kadang-kadang, pemeriksaan sonografi dapat menentukan kehamilan dengan janin kembar
dempet.
Pada kehamilan multifetus, terdapat perlambatan umum kecepatan pertumbuhan janin bila
dibandingkan dengan kehamilan janin tunggal. Lebih lanjut, pertumbuhan masing-masing
janin pada kehamilan multifetus yang sama, dapat tidak sesuai. Ketidaksesuaian yang
bermakna biasanya dapat ditemukan melalui pengukuran sirkumferensia abdomen di samping
diameter biparietal dengan pemeriksaan USG.
Pemeriksaan Radiografi
Penggunaan sinar-x yang tidak selektif harus dihindarkan dalam kehamilan. Lagipula, foto
rontgen abdomen maternal yang dibuat untuk mencoba melihat janin yang lebih dari satu dalam
keadaan berikut ini, tidak akan memberikan informasi yang berguna dan bisa menjadi
penyebab dihasilkannya diagnosis yang salah : kalau foto rontgen dibuat pada kehamilan 18
minggu pertama, karena skeleton janin tidak cukup radioopak; jika kualitas foto jelek karena
waktu paparan yang tidak sesuai atau karena malposisi ibu, sehingga abdomen bagian atas dan
janin dibaliknya tidak terpotret; kalau ibu tersebut gemuk; kalau terdapat hidramnion; jika salah
satu janin bergerak pada saat foto dibuat.
Pemeriksaan Biokimia
Jumlah gonadotropin korionik dalam plasma dan urin, rata-rata lebih tinggi daripada jumlah
yang ditemukan pada kehamilan dengan janin tunggal, namun tidak begitu tinggi sehingga
memungkinkan penegakkan diagnosis yang pasti.
Kadar laktogen plasenta dalam plasma maternal rata-rata lebih tinggi pada kehamilan kembar
daripada kehamilan janin tunggal. Kadar α-fetoprotein dalam plasma maternal juga umumnya
lebih tinggi pada kehamilan dengan janin kembar daripada kehamilan dengan janin tunggal.
Mortalitas Perinatal
Angka mortalitas perinatal pada kehamilan kembar, secara nyata lebih tinggi daripada angka
mortalitas perinatal untuk janin tunggal. Kematian perinatal di antara bayi kembar pada banyak
rumah sakit di Amerika Serikat umumnya dalam tahun-tahun terakhir ini berkisar dari 10
hingga 15 persen. Angka kematian perinatal untuk kembar monozigot adalah 2,5 kali angka
kematian perinatal untuk kembar dizigot. Penyebab kematian yang umum terjadi adalah saling
membelitnya tali pusat kedua janin tersebut, yang diperkirakan sebagai komplikasi pada 50
persen kasus atau lebih.
XIII. PROGNOSIS
Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan tunggal karena lebih
seringnya terjadi anemia, preeklampsi dan eklampsi, operasi obstetrik, dan perdarahan
postpartum.
Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak kehamilan tunggal. Prematuritas
merupakan sebab utama. Selain itu, juga lebih sering terjadi preeklampsia dan eklampsia,
hidramnion, kelainan letak, prolapsus funikuli, dan operasi obstetrik, dan menyebabkan
sindrom distres respirasi, trauma persalinan dengan perdarahan serebral, dan kemungkinan
adanya kelainan bawaan pada bayi.
Kematian anak kedua lebih tinggi daripada anak yang pertama karena lebih sering terjadi
gangguan sirkulasi plasenta setelah anak pertama lahir, lebih banyaknya terjadi prolapsus
funikuli, solusio plasenta serta kelainan letak setelah anak pertama lahir.
Kematian anak pada kehamilan monozigotik lebih besar daripada kehamilan dizigotik karena
pada yang pertama dapat terjadi lilitan tali pusat antara janin pertama dan kedua.
XIV. KESIMPULAN
Tahap utama yang pertama kali harus dilakukan pada kehamilan kembar adalah mengetahui
secara dini adanya kehamilan kembar. Segera setelah diketahui, berbagai upaya dilakukan
untuk memberikan lingkungan intrauterin yang sebaik mungkin bagi janin.
Meski kehamilan kembar menimbulkan penyulit-penyulit yang lebih sering terjadi
dibandingkan dengan kehamilan tunggal, namun penyulit-penyulit tersebut dapat dikurangi
atau dicegah dengan penatalaksanaan yang tepat.