1-Intervensi Gizi Buruk
1-Intervensi Gizi Buruk
Disusunoleh :
HANDAYANI
MUH. RIDWAN
MEILINDA SARI
PURWAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah SWT,yang maha
pemurah, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang
diharapkan dalam karya tulis ilmiah ini kami membahas tentang ”Kegiatan Surveilans
Gizi Dan Intervensi Yang Dilakukan Pada Gizi Buruk”. Karya tulis ilmiah ini dibuat
dalam Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Program Gizi.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai system pelayanan kesehatan didaerah lain
khususnya di Bogor. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan Diskusi...........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7
2.1 Definisi......................................................................................................7
2.2 Penyebab Gizi Buruk.................................................................................8
2.3 Jenis- Jenis Gizi Buruk..............................................................................8
2.4 Pencegahan Gizi Buruk............................................................................10
2.5 Penanganan Gizi Buruk............................................................................11
2.6 Peran Pemerintah ......................................................................................12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................14
4.1 Kesimpulan................................................................................................14
4.2 Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
KASUS................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara
penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi
dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka
hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari.
Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis, ketahanan
pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan primer
sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.
4
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan
koordinasi lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk
menjamin terlaksananya poin-poin penting seperti pemberdayaan masyarakat,
pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan pendidikan yang secara
tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan paradigma di tataran bawah
dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak. Keberhasilan
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat
sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia. Indikator yang
digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia
antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan
Manusia (IKM). Pada umumnya IPM dan IKM mempunyai komponen yang
sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan), penguasaan ilmu
pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar kehidupan yang layak (tingkat
ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak dihitung dari pendapatan per kapita,
sementara IKM diukur dengan persentase penduduk tanpa akses terhadap air
bersih, fasilitas kesehatan, dan balita kurang gizi
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang
gizi mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya
disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya
yang menyebabkan gangguan kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro
disebabkan kekurangan zat gizi mikro (Dinkes Purworejo,2006). Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun. Anak
balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
5
membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar)
yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar,
anak disebut gizi baik. Kalu sedikit dibawah standar disebut gizi kurang.
Apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk. Gizi buruk pada anak sampai
saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui sampai tahun 2011 ini
ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk.
6
BAB II
PEMBAHASAN
10
makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk
membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila
penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi
lain disarankan untuk menanganinya.
Kegiatan dan Pelaksanaan Surveinans Gizi. Sebelum melakukan intervensi
untuk gizi buruk diharuskan menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku
yang sering disebut reference. Buku antopometri yang sekarang digunakan di
Indonesia adalah WHO-NCHS dengan indeks berat menurut umur, indeks tinggi badan
menurut umur, berat badan dibanding tinggi badan (Supariasa, 2002).
Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan masyarakat dapat
digunakan :
a) Pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus penting
kesehatan masyarakat
b) Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya,
termasuk identifikasi populasi resiko tinggi
c) Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan
kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
d) Pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
e) Mengevaluasi kebijakan-kebijakan public
f) Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan g) menyediakan suatu
dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.
Intervensi Untuk Kasus Gizi Buruk. Strategi intervensi antara lain :
1. Perencanaan Penyusunan rencana kegiatan peningkatan penggunaan air bersih
gunanya untuk menentukan tujuan,
2. Strategi komunikasi.
3. Menentukan jenis kegiatan intervensi
4. Melakukan kegiatan intervensi
5. Evaluasi perkembangan
6. Perbaikan intervensi
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi,
protein serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup
lama.
b. Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang
gizi makro dan kurang gizi mikro.
c. Tipe gizi buruk terbagi menjadi empat tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus
dan Marasmic-Kwashiorkor serta Obesitas.
d. Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan makanan
terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
e. Gizi buruk dapat dicegah dengan cara memberikan makanan yang bergizi
tetapi sesuai dengan kebutuhan.
f. Penanganan gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan makanan
yang bergizi. Tetapi bagi penderita obesitas dapat di tangani dengan cara
diet yang aman dan dianjurkan
g. Terdapat banyak kasus gizi buruk termasuk di Indonesia, selain itu di
Makassar pada khususnya juga banyak ditemukan kasus gizi buruk.
Mereka tidak tinggal diam dalam menghadapi gizi buruk, salah satu
program yang di lakukan adalah program 100 hari kerja.
4.2 Saran
a. Diharapkan bagi masyarakat agar tidak tinggal diam jika melihat anak yang
mengalami gizi buruk, dan sekiranya dapat di laporkan ke posyandu atau
puskesmas terdekat agar dapat segera di tangani.
b. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi
buruk terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan
disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah
kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan (serius).
Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat
itu sendiri.
13
c. Dapat dijadikan referensi bagi penulis lain yang akan menulis tentang hal
yang sama dengan objek penulisan ini
14
DAFTAR PUSTAKA
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=120:penanggulangan-gizi-buruk-di-kota-
malang&catid=80&Itemid=594 oleh dinas kesehatan kota malang
Anonym. 2012. http//google.com,16 Mei 2012
Anonym. 2012. http//yahoo.com, 16 Mei 2012
15
Kasus
1. Dikota Bogor
Seperti yang telah kita kunjungi disalah satu pelayanan kesehatan yaitu
PUSLITBANG di Bogor bulan lalu. Sebelum balita masuk kedalam pelayanan ini,
balita dgn gizi buruk masuk POSYANDU terdekat kemudian disarankan untuk
melakukan perawatan jalan di PUSLIMBANG ini. Dalam proses penerimaan pasien
dilakukan antropometri untuk penentuan status gizi balita. Jika sudah melakukan
penentuan status gizi lalu dilakukan pemeriksaan gejala klinis oleh dokter ahli untuk
penentuan diagnosa balita apa memang mengalami gizi buruk, gangguan lain atau
masih status gizi baik, jika status gizi baik akan dikembalikan penanganan pada
posyandu, jika memang mengalami gizi buruk dan gangguan lain balita akan
melanjutkan penanganan rawat inap/ jalan dengan melakukan pengawasan dan
perbaikan gizi 1minggu sekali hingga 6 bln.
Sedangkan Intervensi kesehatan dan gizi dilakukan di Kota Malang melalui
beberapa kegiatan, yaitu dengan Refreshing kader posyandu tentang pelayanan gizi
setiap bulan di puskesmas dan setiap semester di Dinas Kesehatan, diantaranya:
a. Operasi timbang posyandu mulai bulan Juni 2009 oleh kader posyandu.
b. Pelacakan kasus gizi buruk oleh kader posyandu, nutrisionis dan bidan
puskesmas.
c. Peningkatan kapasitas anggota PKK dalam penanggulangan gizi buruk dengan
pendampingan keluarga sadar gizi.
d. Pemberian PMT Pemulihan balita gizi buruk melalui dana APBD,
JAMKESMAS, dan Dana Hibah LPMK.
e. Revitalisasi pelayanan gizi pada posyandu, melalui beberapa kegiatan, yaitu :
sharing honor kader dan PMT Penyuluhan, pengadaan buku KIA yang memuat
KMS laki-laki dan perempuan, penyuluhan tumbuh kembang yang
bekerjasama dengan PT. Nestle Indonesia, dan pelatian penyuluhan di meja 4
posyandu yang bekerjasama dengan Poltekkes Depkes Malang.
f. Penanggulangan gizi buruk dengan penyakit penyerta seperti TB paru, jantung,
HIV/ AIDS yang dilakukan oleh tim terpadu lintas program, lintas sektor dan
LSM.
16
g. Dukungan pelaksanaan PMT Pemulihan di pusat pemulihan gizi (posyandu/
rumah balita gizi buruk).
h. Rujukan balita gizi buruk hanya diberikan karena penyakit penyerta yang akut.
i. Pembuatan formula susu tinggi kalori dan tinggi protein dengan merk tertentu
yang bekerjasama dengan PT. Rajawali Nusindo.
j. Pertemuan evaluasi program perbaikan gizi setiap bulan di Dinas Kesehatan
dengan peserta lintas program dan setiap semester dengan peserta lintas sektor.
k. Penyusunan standar operasional pelayanan gizi.
l. Supervisi fasilitatif program perbaikan gizi ke puskesmas.
2. PEKALONGAN (KRjogja.com)
Menurut Ismanto, kasus gizi buruk pada 2014 ini menunjukan peningkatan jika
dibanding tahun sebelumnya 2013 sebanyak 18 balita."Oleh karena itu, kami akan
berupaya mengantisipasi terjadinya kasus buruk dengan mengajak para ibu hamil dan
menyusui untuk memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif pada anaknya," tandasnya.
3. Makassar
Gizi Buruk di Makassar. Kasus gizi buruk masih menghantui Sulawesi Selatan,
yang pertumbuhan ekonominya diklaim mencapai 8 persen. Dinas Kesehatan Provinsi
17
Sulawesi Selatan mencatat ada 116 kasus anak balita gizi buruk selama Januari hingga
Maret 2011. Empat daerah kantong gizi buruk di Sulsel adalah Kota Makassar,
Kabupaten Pangkep, Maros, dan Jeneponto.
Kepala Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel Astati Mada Amin
mengatakan hal itu di Makassar, Kamis (12/5/2011) di sela-sela kampanye Proyek
Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat (proyek NICE). "Prevalensi
tingkat gizi buruk di Makassar tahun 2010 ialah 6,8 persen, sedangkan Jeneponto 5,5
persen. Angka ideal tingkat gizi buruk harus di bawah 5 persen. Masih tingginya
kasus gizi buruk harus dikaji dari banyak hal, tetapi salah satunya ialah minimnya
keberpihakan pemerintah terhadap anggaran gizi," kata Astati. Minimnya anggaran
perbaikan gizi sangat kentara di daerah. Astati mencontohkan Kabupaten Tana Toraja
yang mengalokasikan hanya Rp 5 juta untuk program gizi. "Apa yang bisa dilakukan
dengan dana segitu, paling hanya untuk administrasi saja," ujarnya.
Adapun di tingkat provinsi, anggaran gizi yang diterima dinas kesehatan tahun
2011 mencapai Rp 350 juta, sudah termasuk Rp 150 juta untuk sosialisasi Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Air Susu Ibu. Namun, Astati menambahkan,
anggaran itu pun lebih terserap untuk pelatihan penambahan kapasitas dan rapat-rapat
teknis. Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan tahun 2010, tingkat prevalensi gizi buruk nasional menurun
dari 5,4 persen tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Kendati demikian, masih
ada kesenjangan antarprovinsi.
18
anggaran Rp 140 juta yang dicairkan dalam tiga periode. Dana ini dicairkan langsung
ke kelompok gizi masyarakat (KGM) yang ada di tiap desa. "KGM menyusun
program mereka sendiri yang sesuai dengan kondisi gizi masyarakat setempat.
Kegiatan mereka pun berintegrasi dengan posyandu. Masyarakat harus diberdayakan
dalam proyek ini agar ketika donor berganti, sistemnya sudah jalan," ujar Herman.
Penanganan kasus gizi buruk dalam kondisi parah dibantu susu, makanan
bergizi, telur dan vitamin. Dan untuk gizi kurang, diberikan asupan gizi berupa
asupan susu dan makanan bergizi. "Program ini dianggap langsung menyentuh
masyarakat dan penderita gizi buruk yang ditangani Puskesmas dan Posyandu.
Sedangkan anggaran penanganan gizi buruk, telah diusulkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2011 dengan alokasi Rp1,2
miliar. Selain program gizi buruk, program lain juga direncanakan melakukan
sertifikasi 14 Posyandu dan Puskesmas serta 24 Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai
mutu pelayanan kesehatan di masyarakat yang berkualitas. Banyak upaya dilakukan
untuk mengatasi masalah Gizi buruk di Indonesia, dan diharapkan di tahun 2015,
19
prevalensi gizi buruk dapat turun menjadi 3,6%.Prevalensi anak balita gizi kurang dan
buruk turun 0,5 % dari 18,4% pada 2007 menjadi 17,9% pada 2010.
20