Anda di halaman 1dari 29

PENERAPAN SOP CT SCAN PADA INSTALASI RADIOLOGI

RSKD PROVINSI SULAWASI SELATAN

DISUSUN KELOMPOK RUMAH SAKIT

1. Agus Susilo. (2017.24.085) 8. Muh.Tahir. (2017.24.074)

2. Suci Primawati. (2017.24.046) 9. Irmayanti. (2017.24.049)

3. Ferawati wulan Fajri. (2017.24.087) 10. Irmasuryani. (2017.24.048)

4. Nirwana Sakti. (2017.24.121) 11. Nuryasin. (2017.24.130)

5. Andi Hasisah. (2017.24.066) 12. Suhartini. (2017.24.087)

6. Eka Triwahyuni. (2017.24.063) 13. Ahmad Jayadie. (2017.24.090)

7. Ma’mur. (2017.24.118)

PROGRAM MAGISTERTERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2018
Pemindaian dengan teknologi computerized tomografi atau CT-Scan, muncul pada

awal tahun 1970an sejak itu CT-Scan menjadi alat yang penting untuk pencitraan medis.

Prosedur adalah urutan dari rangkaian pemeriksaan yang harus diikuti. Prosedur teknik

pemeriksaan CT Scan meliputi, persiapan pasien, posisi pasien, scout view,danmenentukan

parameter scan yang tepat, serta sampai mendapatkan kualitas gambar CT Scan yang baik.

Didalam penerapan atau implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) terkhusus pada

Intalasi Radiologi di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan ada dua

hal penting yang harus diterapkan:

1. Standar Operasional Prosedur Pemanfaatan Radiasi

Setiap pengelolaan yang menyelenggarakan pelayanan radiasi harus mempunyai

izin operasional pemanfaatan radiasi yang di terbitkan oleh badan pengawas tenaga nuklir

(Bapeten) yang akan diterbitkan apabila semua persyaratan pemanfaatan radiasi telah

terpenuhi. Pada instalasi radiologi RSKD Dadi Prov.Sulsel telah memiliki Izin dari Badan

Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 064748.010.11.020317 tentang Izin Pemanfaatan tenaga

Nuklir Penggunaan Dalam Radiologi Diagnostik Dan Intervensional tertanggal 2 maret

2017. Perizinan ini untuk menjaga keamanan baik kepada petugas maupun pasien serta

seluruh diruang lingkup radiologi.

2. Standar Oprasional Prosedur Pelayanan Radiologi CT Scan

Instalasi Radiologi RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan memberikan pelayanan

radiodiagnostik dan pelayanan radioterapi sebaik-baiknya kepada penderita yang

membutuhkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSKD Dadi Prov. Sul-Sel

No.1713/YP/RSKD/III/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Pelayanan Penunjang

Administrasi Menejerial di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan

tertanggal 1 Maret 2013. SOP tersebut telah diterapkan dan dijalankan oleh Instalasi
Radiologi untuk memberi keamanan dan kenyamanan (patient safety) kepada seluruh

pasien yang akan melakukan pemeriksaan CT-Scan.

a. Penatalaksaan

Persiapan Pasien

Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu

dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan

pengertian kepada pasien untukmemberitahukan tentang prosedur yang akan

dilakukan serta menguragi stress sebelum waktu prosedur tindakan foto Ct Scan

dilakukan.

Apabila akan dilakukan tindakan khusus seperti pemberian kontras maka yang

perlu dilakukan adalah :

 Test awal , meliputi :

- Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.

- Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada

permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.

- Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.

- Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka

wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal

ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan

klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien

merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas

dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau

obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.
 Prosedur

- Posisi terlentang dengan tangan terkendali.

- Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.

- Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari

beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.

- Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama minimal 3

menit atau lebih tergantung keperluanya.

- Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan

komputer.

- Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar

dengan memakai protektif lead approan.

- Sesudah pengambilan gambar pasien dirapikan.

 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

- Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi

alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.

- Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur

berlangsung.

- Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian

zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala

gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat

dan dokter.

Untuk menjalankan SOP dengan baik pihak Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

ProvinsiSulawesi Selatan telah melakukan tindakan- tindakan yang meliputi :


1. Standar kelayakan pemanfaatan CT scan berdasarkan pada Permenkes no. 24 tahun 2016

tentang persyaratan tehnis Bangunan dan prasarana rumah sakit, seperti :

- Luas bangunan 6mx 4m x 3 m

- Dilengkapi dengan ruangan operator, ruangan mesin dan ruangan AHU/Chiller

- Dilengkapi toilet

- Ruangan mengikuti persyaratan proteksi radiasi alat yang dipakai dan mendapatkan

izin dari instasi berwenang ( Bapeten)

- Setiap ruangan disediakan 2 kotak phase dan tidak boleh menggunakan percabangan

serta stop kontak tersendiri dan sudah kompatibel dengan alat yang dipakai.

2. Sertifikasi tenaga baik tenaga medis maupun radiografernya misalnya :

- Sertifikasi sebagai petugas proteksi radiasi yang dikeluarkan Badan Pengawas Tenaga

Nuklir

- Wajib menyediakan personil tenaga ahli Fisikawan Medis.

3. Pemantauan dosis personal dan laporan pemeriksaan kesehatan.

4. Pemantuan paparan radiasi ruangan yang berguna untuk mengetahui adanya kebocoran

radiasi. Yang dilakukan secara berkala setiap minggu.


SOP CT SCAN RSKD DADI

Pemeriksaan CT Scan di RSKD

No. Dokumen No. Revisi Halaman

SPO / / III / 2013 1 dari 2

RUMAH SAKIT KHUSUS


DAERAH PROV
SULAWESI SELATAN

Tanggal
Ditetapkan,
STANDAR terbit
Direktur
PROSEDUR
RSKD Prov Sulawesi Selatan
OPERASIONAL

(SPO)
DRG.HJ.Ayunsri Harahap

NIP 195907051989012001

Pemeriksaan secara Radiologi dengan menggunakan sinar X


PENGERTIAN
Terhadap pasien sesuai dengan yang dibutuhkan

Sebagaiacuanpenerapanlangkah-langkah dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
yang telahditetapkan

Keputusan Direktur RSKD ProvSulSel No 1713/YP/RSKD/III/2013


KEBIJAKAN tentangPelayanan Penunjang Pemeriksaan Radiologi
1. Pasien mendaftar di loket RM untuk mendapatkan nomor Rekam
Medik di Status Pasien

2. Menyerahkan Status Pasien dan Surat Rujukan ke loket


PROSEDUR Radiologi

3. Mencatat data pasien ke Buku Register


4. Melaksanakan persiapan pemeriksaan Ct Scan sesuai
Permintaan

5. Melaksanakan pemeriksaan CT Scan sesuai permintaan


6. Memproses hasil CT Scan sampai dengan hasil baca
7. Menyerahkan hasil

PetugasJagaRadiologi

UNIT TERKAIT InstalasiRawatjalan

InstalasiRawatInap
 Sumber Daya Manusia (Andi Hasisah/ NPM: 2017.24.066)

Permenkes No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi

Diagnostik di sarana Pelayanan Kesehatan.

o SUMBER DAYA MANUSIA

Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan pada beberapa hal, yaitu :

1. Jenis sarana kesehatan

2. Kemampuan/kompetensi

3. Beban kerja

4. Jumlah pesawat

Jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam instalasi radiologidiagnostik

digolongkan berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatannya,yaitu :

1. Rumah Sakit kelas A atau setara:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 6 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 2 orang / alat

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 1 orang

d. Fisikawan Medik S1 : 1 orang

e. Tenaga Elektromedis DIII ATEM : 2 orang

f. Tenaga TeknikInformasiS1 : 1 orang

g. Perawat D III KeperawatanMemiliki SIP : 4 orang

h. Tenaga Administrasi SMU / sederajat : 5 orang


2. Rumah Sakit kelas B atau setara:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 2 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 2 orang / alat

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 1 orang

d. Fisikawan Medik D IV/ S1 : 1 orang

e. Tenaga Elektromedis DIII ATEM : 1 orang

f. Perawat D III KeperawatanMemiliki SIP : 2 orang

h. Tenaga Administrasi dan kamar gelap SMU / sederajat : 3 orang

3. Rumah Sakit kelas C atau setara:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 1 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 2 orang / alat

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 1 orang

d. Fisikawan Medik D IV/ S1 : 1 orang

e. Tenaga Elektromedis DIII ATEM : 1 orang/sarana

yankes

f. Perawat D III KeperawatanMemiliki SIP : 1 orang

h. Tenaga Administrasi dan kamar gelap SMU / sederajat : 2 orang


4. Rumah Sakit kelas D atau setara:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 1 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 2 orang / alat

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 1 orang

d. Tenaga Elektromedis DIII ATEM : 1 orang/sarana

yankes

e. Tenaga Administrasi dan kamar gelap SMU / sederajat : 1 orang

5. Puskesmas Perawatan Plus dan sarana kesehatan lain selain rumah sakit:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 1 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 2 orang / alat

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 1 orang

d. Tenaga Elektromedis DIII ATEM : 1 orang/sarana

yankes

e. Tenaga Administrasi dan kamar gelap SMU / sederajat : 1 orang

Setiap tenaga yang ada dalam instalasi/unit pelayanan radiologi diagnostik

mempunyai tugas dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yangberhubungan dengan

mutu teknis dan proteksi/keamanan pelayananradiodiagnostik-imejing/intervensional.Tenaga

yang melakukan pemeriksaan radiologi diagnostik khusus untukkesehatan gigi dan jantung

perlu mendapatkan pelatihan khusus untukbidang tersebut.


Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah :

1. Dokter Spesialis Radiologi

a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik radiodiagnostik, imejing

diagnostik dan radiologi intervensional sertamelakukan revisi bila perlu.

b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejingdiagnostik dan

radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkandalam SOP.

c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi bersamadengan radiografer.

Khusus pemeriksaan yang memerlukanpenyuntikan intravena, dikerjakan oleh dokter

spesialis radiologi ataudokter lain/tenaga kesehatan yang mendapat pendelegasian.

d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin tindakanmedik kepada pasien

atau keluarga pasien.

e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik,imejing diagnostik

dan tindakan radiologi intervensional.

f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejingdiagnostik dan

radiologi intervensional sesuai kebutuhan.

g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akandilaksanakan.

h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.

i. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untukmendapatkan citra radiografi

yang seoptimal mungkin denganmempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.

j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atauintervensional dengan

mempertimbangkan informasi pemeriksaansebelumnya.


k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.

l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi.

2. Radiografer

a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaandan pembuatan

foto radiologi.

b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.

c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus untukpemeriksaan dengan

kontras dan fluoroskopi pemeriksaan dikerjakanbersama dokter spesialis radiologi.

d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station).

e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.

f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat disekitar ruang

pesawat sinar-X.

g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkanpaparan yang diterima

pasien sesuai kebutuhan.

h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.

3. Fisikawan Medik

a. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasiuntuk penggunaan

klinik.

b. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.


c. Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliputipelaksanaan diagnosa dan

terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu.

d. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janinpada wanita

hamil.

e. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai dengankeselamatan

radiasi.

f. ”Acceptance test” dari unit yang baru.

g. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.

h. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaansumber daya

manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapan proteksiradiasi.

i. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.

j. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.

4. Tenaga Teknik Elektromedis

a. Melakukan perawatan peralatan Radiologi diagnostik, bekerja samadengan Fisikawan

Medis secara rutin.

b. Melakukan perbaikan ringan.

c. Turut serta dengan supplier pada tiap pemasangan alat baru atauperbaikan besar.

5. Tenaga PPR

a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan KeselamatanRadiasi.


c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan ProteksiRadiasi, dan memantau

pemakaiannya.

d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan disemua tempat di mana

Pesawat Sinar-X digunakan.

e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan KeselamatanRadiasi.

f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.

g. Memelihara Rekaman.

h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.

i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangandalam hal kedaruratan.

j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasiyang berpotensi

kecelakaan Radiasi.

k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksidan Keselamatan

Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahuioleh Pemegang Izin untuk dilaporkan

kepada Kepala BAPETEN.

l. melakukan inventarisasi zat radioaktif.

6. Tenaga Perawat

a. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untukpemeriksaan radiologi.

b. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan denganbahan kontras.

c. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat.

d. Bertanggung jawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan.


7. Tenaga IT

a. Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dengan rutin.

b. Memelihara dan memperbaiki alat-alat IT.

8. Tenaga Kamar Gelap

a. Menyiapkan kaset dan film.

b. Melakukan pemrosesan film.

c. Mengganti cairan processing (cairan developer dan fixer).

d. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar gelap.

9. Tenaga administrasi

Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yangdilakukan di

institusi pelayanan.

Dari hasil wawancara dengan Ibu As, salah satu petugas di instalasi radiologi. Beliau

salah satu petugas radiographer di RSKD Dadi Prov Sulawesi Selatan dengan akreditasi A,

ternyata masih kekurangan tenaga SDM. Melihat Permenkes No.

1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di sarana

Pelayanan Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas A atau setara:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 6 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 2 orang / alat

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 1 orang

d. Fisikawan Medik S1 : 1 orang


e. Tenaga Elektromedis DIII ATEM : 2 orang

f. Tenaga TeknikInformasiS1 : 1 orang

g. Perawat D III KeperawatanMemiliki SIP : 4 orang

h. Tenaga Administrasi SMU / sederajat : 5 orang

Ternyata jumlah SDM yang bertugas:

a. Spesialis Radiologi Memiliki SIP : 3 orang

b. Radiografer D III teknik radiologiMemiliki SIKR : 8 orang

c. Petugas ProteksiRadiasi (PPR) MedikTingkat IMemiliki SIB : 8 orang

d. Fisikawan Medik S1 : 1 orang

Sedangkan untuk Tenaga Elektromedis DIII ATEM, Tenaga TeknikInformasiS1,

Perawat D III KeperawatanMemiliki SIP, Tenaga Administrasi SMU / sederajat belum ada,

sehingga pekerjaan masih dilakukan double job dan akan berpengaruh pada mutu layanan

yang diberikan, apalagi layanan yang diberikan 24 jam. Kemungkinan juga tidak

tersediannya Tenaga Elektromedis DIII ATEM dan Tenaga TeknikInformasiS1 dimana

sebagai petugas tehnik untuk menjaga alat dan peralatan lainnya karena maintenance dari

peralatan tersebut dilakukan oleh pihak ketiga.

 Jenis-jenis Pemeriksaan Radiologi(Suhartini / NPM 2017.24.087)

A. Konvensional

Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras.

Jenis Pemeriksaan :

1. Thorax

Pemeriksaan secara radiologi organ Thorax


2. Kepala

Pemeriksaan secara radiologi organ kepala.

3. Extermitas

Pemeriksaan secara radiologi organ extermitas.

4. Vetebrae

Pemeriksaan secara radiologi organ vertebrae, vertebrae cervical, vertebrae

thoraxal, vertebrae lumbal, vertebrae sacral, coccigius.

5. Mamography

Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan menggunakan pesawat

khusus mammography dengan kapasitas kilo volt rendah dan waktu expose

panjang.

B. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras.

Jenis Pemeriksaan :

1. Oesophagus

Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus

dengan menggunakan bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan

dalam air 1:1).

2. Maag Duedonum

Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan

kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air).

3. Follow Through

Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan

kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air).

4. Intra Vena Pyelography ( IVP)


5. Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli-

buli dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuntikan intravena).

6. Appendikogram

Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan

kontras barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.

7. Retrograde Pyeeloraphy ( RPG)

Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli-

buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter

kedalam ginjal dan salurannya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan dikamar

operasi.

8. Bipoler Uretrogram

Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-

buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi

kedalam buli - buli dan secara retrograde melalui urether

C. CT-SCAN

a. Pemeriksaan CT- Scan tanpa kontas

1. CT-Scan Kepala

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ

kepala dan jaringanotak.

2. CT-Scan Thorax

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ

thorax (mediastinum, jantung, paru).

3. CT-Scan Upper Abdemen

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography organ

abdomen (diapragma crista illiaca).


4. CT-Scan Lower abdomen/Whole abdomen

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ

lower abdomen (crista illiaca & rectum) , whole abdomen dari diapragma

sampai dengan rectum.

5. CT-Scan Sinus paranasal, nasopharynx, larink, thyroid, orbita

Pemeriksaan dengan cara komputed tomography pada organ sinus paranasal,

nasopharynx, larynk, thyroid dan orbita.

6. Vertebrae

Pemeriksaan dengan cara komputed tomography pada organ vetebrae (corpus

dan discus)

7. Trans Thoracal Biopsi (TTB)

Biopsi jaringan paru melalui thoracal yang dituntun dengan CT Scan.

b. Pemeriksaan CT Scan dengan kontras

1. CT Scan Kepala

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed tomography pada organ

kepala dilakukan dengan CT Scan kepala tanpa kontras terlebih dahulu

kemudian memasukan bahan kontras melalui Intra vena, setelah itui dilakukan

CT Scan kembali.

2. CT Scan sinus paranasal, nasopharynx, larynx, thyroid dan orbita

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed tomography pada organ

sinus paranasal, nasopharynx, larynx, thiroid, orbita dilakukan dengan CTScan

masing - masing organ tersebut diatas tanpa kontras terlebih dahulu kemudian

memasukan bahan kontras melalui intra vena, setelah itu dilakukan CT Scan

kembali.
3. CT Scan Upperpper Abdomen

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed omograph pada

organupper abdomen tanpa kontras kemudian diberi minum bahan kontras dan

disuntikan bahan kontras melalui intra vena kemudian dilakukan CT Scan

upper abdomen kembali.

4. CT Scan lower Abdomen/Whole Abdomen

Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed tomography pada organ

lower abdomen / whole abdomen dilakukan CT Scan tanpa kontras terlebih

dahulu, kemudian di berikan minum bahan kontras dan juga di berikan cairan

bahan kontras untuk mengisi usus usus besar melalui rectum serta disuntikan

juga kontras secara inta vena. Setelah itu dilakukan CT Scan kembali.

Secara umum pasien yang melakukan pemeriksaan pada RS Khusus Daerah Dadi

adalah pasien peserta BPJS, Pasien Umum dan Pasien Kerjasama Asuransi (pekerja Swasta)

dan paling banyak adalah pasien peserta BPJS, yang mana RS Khusus Daerah Dadi memang

melayani peserta BPJS. Sedangkan jenis pemeriksaan CT Scan yang paling banyak adalah

jenis pemeriksaan CT Scan Kepala.

 TLD (Alat pengukur dosis radiasi) (Suci Primawati / NPM 2017.24.046)

TLD (Thermoluminescence Dosimeter) merupakan alat untuk yang digunakan untuk

mengukur dosis radiasi secara akumulasi selama 3 bulan , dosis radiasi yang mengenai

dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis yang mengenai sebelumnya. Alat ini

dikenakan oleh setiap pekerja radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi. Setiap TLD

mempunyai nomor seri, nama radiografer, masa penggunaan TLD.


Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa yang kami lakukan di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Khusus Daerah bahwa sudah tersedia Standar Operasional Prosedur tentang

pemakaian dan evaluasi TLD tetapi kendala yang ditemukan tidak diketahuinya kelayakan

dari alat tersebut karena yang mengetahui kelayakan alat tersebut hanya Balai Pemeliharaan

Fasilitas Kesehatan (BPFK) sehingga paparan radiasi yang terkena oleh pekerja tidak

diketahui.

Setiap pekerja dalam peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir nomor 3 tahun

2013 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan radioterapi dosis efektif(nilai batas

dosis) sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun atau 1,67 mSv perbulan, rata-rata

selama 5 (lima) tahun berturut-turut, hal ini hanya bisa dihitung oleh Balai Pemeliharaan

Fasilitas Kesehatan (BPFK) setiap 3 bulan sekali, dan apabila terjadi kerusakan atau

kehilangan sensitifitasnya sebelum 3 bulan maka efek yang akan ditimbulkan

adalahterjadinya penurunan efisiensi luminesensi bahan dan peningkatan kerapatan medan

radiasi pengion dapat menimbulkan kesalahan mengestimasi dosis radiasi paparan, hal

tersebut dapat mengakibatkan pekerja tidak akan mengetahui jumlah paparan yang akan dia

terima sehingga dapat merugikan pekerja radiasi.

 Tata Letak Ruangan Radiologi (Eka Tri Wahyuni /NPM. 2017.24.063)

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana

Pelayanan Kesehatan, terdapat persyaratan di ruangan radiologi yaitu:

a. Letak unit/instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari Ruangan Gawat Darurat,

Perawatan Intensive Care, Kamar Bedah, dan ruangan lainnya. Menurut hasil

pengamatan kami pada RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, letak ruang CT Scan

mudah di jangkau yaitu : berada di lantai 1 tepatnya di tengah, antara Unit Gawat Darurat
dan Perawatan Intensive Care. Jarak dari ruang CT Scan ke Unit Gawat Darurat yaitu 10

meter, sedang jarak dari ruang CT Scan ke perawatan Intensive Care 15 meter. Hal ini

menunjukkan bahwa letak ruang CT Scan sudah sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1014/Menkes/SK//XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana

pelayanan Kesehatan.

b. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm sesuai

kebutuhan . Menurut hasil pengamatan kami di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan,

ruang CT Scan di lengkapi dengan Alat Pemadam Kebakaran dan Alarm sesuai

kebutuhan. Hal ini sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri

kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar

pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan kesehatan.

c. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 derajat Celsius dan kelembaban 40-60 persen. Menurut

hasil pengamatan kami di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, sudah ada alat

pengukur suhu ruang pemeriksaan dan kelembaban ruangan sesuai standar yang sudah di

tentukan.

d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut. Begitu juga menurut pengamatan

kami di ruang CT Scan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, suhu untuk alat sudah

sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.

Persyaratan untuk jenis dan ukuran ruang CT Scan, Ukuran 6m (p) x 4m (l) x 3m (t).

Selain itu, juga dilengkapi dengan ruang operator dan ruang mesin. Berdasarkan hasil

pengamatan kami di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, untuk jenis dan ukuran ruang CT

Scan sudah sesuai dengan standar dan dilengkapi dengan ruang operator dan ruang mesin.

Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian integral dari pelayanan medik yang

perlu mendapat perhatian khusus, karena selain bermanfaat dalam menegakkan diagnosa,
juga sangat berbahaya baik bagi pasien, petugas, maupun lingkungan sekitarnya bila tidak

diselenggarakan secara benar. Untuk meminimalisir paparan sinar radiasi yang diterima oleh

pasien, baiknya pemeriksa melakukan pemeriksaan secara tepat agar tidak terjadi

pemeriksaan CT Scan yang berulang. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang

bermutu dan aman diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang di dukung

oleh sarana/prasarana, sumber daya manusia, dan peralatan yang baik pula.

 Tespon Time Pengambilan Hasil CT-Scan (Irmayanti / NPM 2017.024.049)

Dari hasil wawancara dengan Ibu Asmiati Amir sebagai Penanggungjawab Radiologi

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.Respon time pengambilan hasil

CT-Scan menggunakan durasi 4-5 jam untuk pengambilan hasil CT-Scan normal dan durasi ±

2 jam untuk pengambilan hasil CT-Scan Kritis.Jika dilihat dari kenyataan dilapangan, respon

time waktu tunggu pengambilan hasil belum mencapai 100% sesuai SOP yang ditetapkan

oleh RSKD tersebut.

Contoh: dari data yang saya lihat di bulan Februari jumlah pasien yang CT-Scan sebanyak

320 pasien, jumlah yang mengambil hasil sebanyak 300 pasien jadi ada 20 pasien tidak

mengambil hasil CT-Scansesuai standar SOP yang ditentukan karena disebabkan oleh

beberapa hal yaitu :

1. Pasien datang jam 13.00, sedangkan Pelayanan hanya sampai jam 14.00

2. CT-Scan hanya ada dibagian Radiologi belum ada dibagian IGD yang seharusnya

pelayanannya 24 jam.

3. Tenaga SDM masih terbatas, karena belum ada tenaga administrasi sehingga petugas

radiografer bertugas juga sebagai tenaga administrasi

 Perizinan Alat CT Scan (Ferawati Wulan Fajri/ NPM 2017.24.062)


CT Scan merupakan sebuah alat kesehatan penunjang medis diagnostic yang

berteknologi canggih, untuk melakukan pemeriksaan pasien-pasien yang dalam kondisi

kooperatif. Dalam artian tenang dan tidak bergerak dalam proses perekaman. Alat tersebut

sebetulnya juga berfungsi mendeteksi berbagai macam penyakit, mulai dari kepala sampai

keseluruh bagian tubuh. Alat canggih itu juga kini ada di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan, alat ini sudah ada sejak tahun 2016 tapi baru beroperasi pada

bulan maret 2017 adapun perizinan berlaku selama 2 tahun dan harus di perpanjang minimal

3 bulan sebelum masa aktif perijinannya berakhir. Izin tersebut, wajib dimiliki lantaran

adanya radiasi yang ditimbulkan dari pengoperasian peralatan CT Scan. Jadi Badan

Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) harus memastikan keamanan ruangan serta skill tenaga

radiologi yang mengoperasikan alat tersebut. Setelah dianggap layak, barulah mereka

mengeluarkan izin.

Saat ini, alat radiologi berkembangan semakin pesat. Mulai sinar X, ecocardiografi,

MRI (Magnetic Resonance Imaging) sampai MSCT (Multi Slice Computed Tomography

Scanning). MSCT sendiri sudah berkembang dari slice (potongan) 16, 64, dan yang terakhir

adalah 128. Adapun Slice yang digunakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan adalah 16 Slice. Bagi pihak RS Khusus Daerah Dadi Prov SulSel sendiri,

hadirnya alat ini sebagai bentuk dari peningkatan pelayanan kesehatan buat masyarakat.

“Sebelumnya memang sudah punya MSCT 2 Slice, tapi yang ini memang sebagai wujud

untuk memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik pada masyarakat.

 Jaminan Kendali Mutu (Irmasuryani/ NPM.2017.24.048)

Yang termasuk jaminan kendali mutu misalnya pengisian buku register didalam SPO

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan dapat diartikan dalam

pemindahan informasi dari formulir / catatan mutu pemeriksaan radiologi dan atau struk
pendaftaran ke dalam buku registernya masing-masing, dimana tujuan agar seluruh pasien

radiologi terdata dengan baik. Hal-hal pencatatan buku register adalah tanggal pemeriksaan,

nomor urut, nomor rekam medis, nama pasien, jenis pemeriksaan (kontras / non kontrak),

dokter pengirim dan dokter baca kemudian jumlah film terpakai dan film rusak (kecuali

USG). Dalam pengisian buku register apabila salah pengisian biodata pasien maka akibatnya

hasil yang akan dicari sulit untuk ditemukan kembali.

 Keselamatan kerja dalam Radiologi (Muh. Tahir/NPM 2017.24.074)

Bekerja dalam radiologi mempunyai risiko baik secara langsung maupun tidak

langsung, risiko tersebut dapat terjadi bila kelalaian dan sebab-sebab lain di luar kemampuan

manusia. Radiologi harus merupakan tempat yang aman bagi radiographer terhadap setiap

kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam

radiologi yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan bahaya radiasi dan bahaya

penyakit lain seorang radiografer dapat bekerja dengan produktif dan efisien. Keadaan yang

sehat dalam radiologi dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap pekerja untuk

menjaga dan melindungi diri.

Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan

kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan

lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Alat Pelindung Diri (APD)

wajib digunakan oleh radiographer, pasien maupun pendamping pasien saat menjalani

pemeriksaan untuk melindungi terkenanya efek radiasi. Alat Pelindung Diri atau

Perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh radiographer , pasien maupun pendamping

pasien adalah : Apron Proteksi Tubuh (body), apron gonat, kaca mata Pb dan apron tiroid.

APD merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan izin operasional radiologi.

Diperlukan suatu kesadaran dan tanggung jawab bahwa kecelakaan dapat berakibat

pada diri sendiri dan orang lain serta lingkungannya. Tanggung jawab moral dalam
keselamatan kerja memegang peranan penting dalam pencegahan kecelakaan disamping

disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan

kerja.

 Manfaat Sarana CT-Scan bagi Rumah Sakit lain (Nirwana Sakti /NPM 2017.24.121)

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa yang kami lakukan bahwa diInstalasi

Radiologi RSKD,pemeriksaan CT Scan sebagai salah satu sarana penunjang dalam

menegakkan diagnosa penyakit, CT Scan adalah serangkaian pemeriksaan Rontgen dengan

menggunakan bantuan sinar X yang diambil dari berbagai sudut yang berbeda kemudian

diproses di komputer hingga menghasilkan gambar tulang dan jaringan tubuh yang jelas yang

kemudian akan dianalisis oleh dokter spesialis Radiologi, hasil CT Scan inilah yg nanti akan

dipakai dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit.

Rumah Sakit yang tidak memiliki sarana CT-Scan diwilayah Makassar sangat

terbantu dengan CT-Scan yang ada di RSKD Dadi,karena biaya yang relatif lebih murah

dibanding Rumah Sakit lain,sebagai contoh CT-Scan kepala non Kontras di RSKD

RP.600.000 sedangkan di Rumah Sakit lain seperti Rumah Sakit Pelamonia RP 720.000 , di

Rumah Sakit Stella Maris RP 900.000 dan di Praktek Radiologi Klinik Manggis RP.900.000,

pasien di Rumah Sakit lain yang perlu pemeriksaan CT-Scan dapat diperiksa di RSKD

dengan biaya terjangkau bahkan pasien BPJS di Rumah Sakit yang memiliki PKS dengan

RSKD dapat di CT-Scan tanpa mengeluarkan biaya, sudah ditanggung oleh BPJS, seperti

Rumah Sakit Haji dan Rumah Sakit UIT.

 Revisi Dokumen SOP (Agus Susilo/NPM 2017.24.085)

CT scan pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan merupaakan jenis CT Scan baru karena baru satu 1 tahun penggunaannya.

Perubahan tersebut dari Ct Scan Slice 2 menjadi CT scan Slice 16 hal ini untuk

menyesuaikan dengan standar kelas Rumah Sakit Khusus type A dan tuntutan kebutuhan
serta meningkatnya jumlah pasien serta rujukan dari rumah sakit lain. Perubahan spesifikasi

dan jenis Alat radiologi Ct scan ini memepengaruhi terhadap metode kerja serta kecepatan

dalam tindakan penanganan pasien. Metode kerja yang tertuang pada SOP masih mengacu

pada surat keputusan Direktur tahun 2013, sehingga membutuhkan penyesuaian-penyesuaian.

SOP 2013 tersebut sudah mengalami revisi namun belum tercantum dalam lembaran

dokumen SOP CT scan , seharusnya ada lembaran Revisi SOP pada dokumen asli SOP.

Selanjutnya petugas melaporkan kepada Kepala Instalasi tentang revisi yang dilakukan. Hal

ini penting agar semua revisi dari setiap SOP dapat terhimpun menjadi satu dalam lembar

Revisi SOP.

Contoh : Lembar Revisi SOP

RSKD DADI LEMBAR REVISI


PROV. SULSEL
REVISI
Tanggal Hal ParafPetugas
Semula Menjadi

Sumber : Panduan praktis Menyusun SOP, Penulis Ir, M. Budiharjo, hal : 45-47

 PEMILIHAN MEDIA KONTRAKS INTRAVASCULAR DALAM PEMERISAAN

CT SCAN ABDOMEN (Ma’mur/ NPM 2017 . 24 . 118)

CT SCAN adalah salah satu pencitraan diagnostic canggih yang sering dan

rutin dilakukan untuk menegakan diagnosa . ada beberapa pemeriksaan CT Scan

yang rutin dilakukan yaitu : pemeriksaan CT Scan kepala, CT Scan Thorax, CT

scan abdomen. Penggunaan media kontras sebagai media yang memberikan

perbedaan kontras yang jelas, sangat diperlukan dalam pemerikasaan CT Scan . salah

satu media kontras yang biasa di gunakan dalam pemeriksaan CT Scan adalah media

kontraksi inravasculer. Penggunaan media kontras intravasculer yang memberikan


efek yang positif terhadap peningkatan kulitas gambaran radiograf juga memberikan

efek negatif yang tidak dapat di hindarkan.

Penggunaan kontras pada tindakan CT Scan tergolon aman dilakukan,

mengigat bahan yang digunakan aman dan akan dikelurkan oleh ginjal melalui ureine.

Efek samping yang mungkin terjadi adalah dari beberapa kasus seseorang dengan

alergi. Mengigat cairan kontras dimasukkan kemelalui pembuluh darah vena.

Sesorang dengan gangguan fungsi ginjal juga menjadi perhatian penting, sehingga

pada pemeriksaan Bct Scan dengan kontras seseorang akan disarankan untuk

mengecek kreatinin untuk memastikan bahwa tidak adanya gangguan fungsi ginjal.

Perbedaan CT scan kontras dan non kontrasadalah untuk membedakan jaringan yang

memiliki densitas berbeda dan memperjelas batas antara jaringan yang sehat dan yang

bermasalah . hasil dari pemeriksaan ini akan membantu dokter untuk melihat massa

tumor atau penyakit sehingga akan membantu dalam diagnosa secara pasti.

Penggunaan media bkontras sebagai media kontras sebagai media yang

menberikan perbedaan kontras dengan jelas , sangat sangat memerlukan dalam

pemeriksaan CT scan. Dalam pemeriksaan CT Scan abdomendibutuhkan adanya

pembeda kontras pada struktur gambaran organ pencernaan dari gambaran struktur

lainnya seperti lymphnodes, massa atau abses pada abdomen. Dan saat kita

mengenaldalam pemeriksaan CT scan.

Persiapan pemeriksaan CT Scan abdomen

Dalam melaksanakan persiapan Ct scan perlunya pasien makan bubur kecap

dan terakhir makan malam jam 8 malam bubur kecap kemudian puasa. Bisa minum

tapi Cuma air putih. Untuk pasien rawat jalan 2 tablet ducolax jam 8 malam sebelum

puasa, ducolax suppo 2 buah jam 4 subuh lewat dubur/lubang pantat. Untuk pasien
rawat inap , 2 tablet ducolax jam 8 malam sebelum puasa dan harus ada penunjang

atau hasil USG ,hasil laboratoriun, foto lama untuk memaksimalkan hasil CT Scan.

 Efisiensi SOP dalam Menciptakan pengganggaran yang transpransi dan akuntable


(NURYASIN / NPM 2017.24.130)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan tentang SOP CT Scan dan dikaitkan dengan sistem pemeliharaan Alat

Kesehatan khususnya alat CT Scan didapatkan hubungan bahwa SOP yang benar dan

tepat dan konsistensi dapat mengiefisiensi penggunaan anggaran pemeliharaan yang

sangat besar di setiap tahun di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan ,

Kondisi riil di RSKD Dadi Khusus untuk penanganan pemeliharaan CT Scan

digunakan dengan sistem kontrak selama 1 (satu) tahun dengan besaran anggaran

356.000.000 juta termasuk didalamnya maentanance,spark park dll jika terjadi

kerusakan yang menyebabkan mix fungsi dari CT Scan tersebut.

Hal tersebut sesuai asas Standar Operasional Prosedur mengenai Asas

kecepatan dan kelancaran, yakni yang dapat menjaminterselesaikannya suatu suatu

tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, tepat

sasaran, menjaminkemudahan dan kelancaran secara prosedural. Dan Asas

keterbukaan, yaitu keberadaan SOP dapat menciptakantransparansi dalam pelaksanaan

tugas

Anda mungkin juga menyukai