Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL TESIS

ANALISIS PELAYANAN PEMBERIAN


SERTIFIKAT PRODUKSI PANGAN INDUSTRI
RUMAH TANGGA (SPP-IRT) DI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN BARRU

NURUL FAJERIAH
2017.24.042

Konsentrasi Administrasi Pelayanan Kesehatan

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2019
TESIS

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS PELAYANAN PEMBERIAN SERTIFIKAT PRODUKSI


PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (SPP-IRT) DI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN BARRU
Disusun dan diajukan oleh
NURUL FAJERIAH
Nomor Pokok Mahasiswa : 2017.24.042

Akan dipertahankan dalam


semiar proposal / seminar hasil / ujian tesis
Pada tanggal ____________________
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ismail Said, SH., M.Hum Dr. Lukman Samboteng, M.Si
NIP. 19550612 198603 1 001 NIP. 19680803 199402 1 002

Mengetahui,
Ketua STIA LAN Makassar

Prof. Amir Imbaruddin, MDA, Ph.D


NIP. 19640706 199303 1 001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Fokus Penelitian............................................................... 8
C. Tujuan Penelitian.............................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian........................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 9
A. Tinjauan Teori..................................................................
9
1. Konsep Pelayanan Publik..........................................
9
2. Konsep Pelayanan Kesehatan.................................. 18
3. Konsep Sertifikat Pangan Produksi Industri
Rumah Tangga (SPP-IRT)........................................ 19
B. Desain Penelitian............................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 28
A. Pendekatan Penelitian..................................................... 28
B. Teknik/Instrumen Penelitian............................................. 28
C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................. 30
D. Prosedur Kerja dalam Penelitian...................................... 31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Pemberian SPP-IRT di Seksi Kefarmasian, Alkes


dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas
Kesehatan Kabupaten Barru Tahun 2014-2018....................
6

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Desain Penelitian Pelayanan Pemberian Sertifikat


Pangan Produksi Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) di
Dinas Kesehatan Kabupaten Barru ..................................
27

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organsasi Dinas Kesehatan Kabupaten Barru


Lampiran 3. Pedoman Wawancara untuk Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru
Lampiran 4. Pedoman Wawancara untuk Pemilik Sarana Industri Rumah
Tangga Pangan
Lampiran 5. Pedoman Telaah Dokumen
Lampiran 6. Pedoman Observasi

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan pelayanan dasar dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik sebagai indikator

penting dalam penilaian kinerja pemerintah, baik di tingkat pusat maupun

daerah. Penyelenggaraan pemerintahan dikatakan baik jika pelayanan

publik yang dilakukan berorientasi pada kepentingan masyarakat.

Pelayanan yang baik dan berkualitas memberikan implikasi kepuasan

pada masyarakat, karena masyarakat secara langsung menilai terhadap

kinerja pelayanan yang diberikan. Indikator kepuasan masyarakat itulah

yang menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan

(Hayat, 2017:1).

Kualitas pelayanan saat ini masih diwarnai oleh pelayanan yang sulit

untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit ketika harus mengurus suatu

perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas serta terjadinya praktek pungutan

liar (pungli), merupakan indikator masih rendahnya kualitas pelayanan

publik di Indonesia.

Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Syukri (2009:17), Pelayanan

publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

“kurang responsif, kurang informatif, kurang accesible, kurang koordinasi,

terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi

masyarakat, dan inefisien”.

1
2

Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

adalah pelayanan akan kesehatan masyarakat. Upaya-upaya perbaikan

dibidang kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat sehingga pelayanan kesehatan tersebut

dapat menjadi lebih efisien, efektif, dan mudah dijangkau oleh seluruh

masyarakat.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 111

ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang digunakan

masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan

kesehatan. Undang-Undang tersebut juga mengamanahkan bahwa

makanan dan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar,

persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan dilarang

untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk

dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dikutip dari Kompas.com (6 Maret 2018), Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) Kepulauan Riau bersama tim gabungan yang

terdiri dari TNI, Polri dan Satpol PP, menyita sedikitnya 45 jenis produk

pangan tanpa izin edar yang ada di Batam. Produk pangan tersebut

antara lain, susu, makanan ringan, makanan kaleng, hingga minuman

kaleng dan sejumlah makanan siap saji lainnya.

Hasil pengawasan BPOM RI tahun 2013, pengujian sejumlah 24.906

sampel pangan menunjukkan bahwa 3.442 (13,82%) sampel tidak

memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan. Temuan produk

pangan mengandung bahan berbahaya yang disalahgunakan sebagai


3

Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu Boraks sebanyak 221 sampel,

Rhodamin B 304 sebanyak sampel, Formalin 115 sebanyak sampel,

Methanyl Yellow sebanyak 9 sampel dan Auramin sebanyak 6 sampel

(Arumsari dkk, 2017:40).

Hasil pengawasan Seksi Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru di

seluruh pasar tradisonal yang ada di Kabupaten Barru pada tahun 2017,

juga ditemukan sejumlah makanan yang mengandung formalin seperti

tempe, tahu, bakso, cumi, udang, daging ayam, dan daging sapi (Laporan

Hasil Pengawasan Seksi Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, 2017).

Kasus-kasus tersebut diatas menunjukkan bahwa masih

ditemukannya makanan dan produk pangan yang beredar di masyarakat

yang tidak memiliki izin edar dan mengandung bahan berbahaya. Di sisi

lain, pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi

setiap manusia, tidak terkecuali pangan yang dihasilkan oleh IRTP. Untuk

itu pemerintah perlu melakukan pengawasan dan registrasi terhadap

makanan dan minuman yang beredar di masyarakat. Peredaran makanan

dan minuman yang mengandung bahan berbahaya dan tanpa izin ini akan

menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat jika dikonsumsi khususnya

bagi kesehatan seperti keracunan makanan, penyakit kanker bahkan

dapat menyebabkan kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, lebih dari dua juta

kasus kematian terjadi setiap tahun akibat konsumsi makanan atau


4

minuman yang tidak memberikan rasa aman. Salah satunya yang telah

terkontaminasi logam berat atau racun (Republika.co.id, 6 Mei 2015).

Pelayanan pemberian SPP-IRT merupakan hal yang sangat penting

dilakukan karena dengan adanya sertifikat tersebut berarti pemerintah

telah menjamin bahwa pangan produksi Industri Rumah Tangga Pangan

(IRTP) yang beredar di masyarakat tersebut telah memenuhi standar

kesehatan.

Sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bidang kesehatan adalah

salah satu dari beberapa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan

oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Untuk itu dalam rangka

Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota

bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di

wilayahnya, dengan memberikan pelayanan yang memuaskan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Barru merupakan salah satu perangkat

daerah yang bertanggungjawab dan membantu Bupati Barru dalam

penyelenggaraan pemerintahan khususnya di bidang kesehatan.

Guna mewujudkan kegiatan tersebut ditetapkanlah berbagai misi dan

strategi-strategi untuk pencapaiannya. Hal tersebut diimplementasikan

melalui kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di 12

puskesmas, 33 buah pustu, 21 polindes, 23 poskesdes, 16 unit

puskesmas keliling roda empat dan 249 buah posyandu yang dikelola oleh
5

masyarakat yang tersebar di tujuh kecamatan di seluruh wilayah

Kabupaten Barru (Lakip Dinkes, 2017:3).

Pelayanan pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah

tangga (SPP-IRT) yang selanjutnya akan dibahas oleh peneliti merupakan

salah satu tugas dari Seksi Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada Bidang

Kesehatan, sub bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan, mengamanatkan

bahwa pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah

tangga merupakan urusan pemerintah yang wajib diselenggarakan oleh

Pemerinrah Daerah Kabupaten/Kota.

Selanjutnya dalam rangka produksi dan peredaran pangan oleh

Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), Peraturan Pemerintah Nomor 28

tahun 2004 tentang Keamanan Pangan, Mutu dan Gizi Pangan pasal 43

juga mengamanatkan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh Industri

Rumah Tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.

Pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah

tangga kemudian diatur Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia melalui Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012.


6

Adapun jumlah pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah

tangga yang telah dilayani oleh Seksi Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru

dari tahun 2014 hingga tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.
Jumlah Pemberian SPP-IRT di Seksi Kefarmasian, Alkes dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru Tahun 2014-2018

JUMLAH PELAYANAN
NO TAHUN
BARU PERPANJANGAN
1 2014 25 0
2 2015 56 9
Sumber : Seksi Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, 2019.

Berdasarkan Tabel. 1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

pemberian SPP-IRT yang telah dilayani oleh Seksi Kefarmasian, Alkes

dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru selama lima tahun terakhir yaitu sebanyak 169 sertifikat.

Pemberian sertifikat terbanyak yaitu pada tahun 2015 sebanyak 65

sertifikat. Sedangkan pemberian sertifikat yang paling sedikit yaitu pada

tahun 2017 sebanyak 22 sertifikat.

Ada beberapa kendala atau masalah yang dihadapi oleh Seksi

Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Dinas Kesehatan Kabupaten Barru dalam melaksanakan tugas pelayanan

pemberian SPP-IRT ini. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara

dengan Pengelola Pelayanan Pemberian SPP-IRT dan Kepala Seksi


7

Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, kendala atau masalah tersebut antara

lain, masalah pertama yaitu tidak adanya Standar Operasional Prosedur

(SOP) untuk pelayanan pemberian SPP-IRT. Seksi Kefarmasian, Alkes

dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru bekerja berdasarkan alur pelayanan yang dibuat tanpa

adanya SOP.

Masalah kedua yaitu sistem pendataan dan pelaporan yang masih

kurang. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya data yang lengkap

mengenai jumlah IRTP yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Barru,

data jumlah IRTP yang sudah mempunyai SPP-IRT dan yang tidak punya

sertifikat serta data jumlah IRTP yang masih aktif berproduksi dan tidak

berproduksi lagi. Data yang tersedia hanya data IRTP yang telah memiliki

SPP-IRT.

Masalah ketiga yaitu masih minimnya monitoring terhadap pelayanan

pemberian SPP-IRT di Kabupaten Barru. Masalah keempat yaitu masih

ditemukannya kasus yang berkaitan dengan SPP-IRT seperti, beredarnya

pangan produksi IRTP dengan nomor P-IRT palsu, ditemukannya IRTP

yang masih tetap berproduksi sementara masa berlaku SPP-IRT untuk

produk tersebut telah habis dan tidak diperpanjang, serta ditemukannya

pangan produksi IRTP dengan nomor P-IRT yang sama untuk tiga jenis

pangan yang berbeda sementara menurut Perka BPOM Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 dikemukakan bahwa satu nomor P-

IRT untuk satu jenis pangan .


8

Berdasarkan beberapa kendala atau masalah tersebut di atas, maka

peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Analisis

Pelayanan Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

(SPP-IRT) di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru”.

B. Fokus Penelitian

Fokus yang akan dikaji atau diteliti dalam penelitian ini adalah

bagaimana pelayanan pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelayanan

pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

konstribusi dalam hal :

1. Kegunaan Teoritis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat dan konstribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan bidang ilmu administrasi pelayanan, dan sebagai bahan

masukan dan perbandingan bagi mereka yang berminat melakukan

penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat

memberikan manfaat bagi instansi terkait berupa saran dan

rekomendasi dalam hal pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Pelayanan Publik

a. Definisi Pelayanan Publik

Defenisi pelayanan publik menurut Ratminto dan Winarsih (2006:5)

yaitu pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai :

Segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang


publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di
Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Rohman dkk (2010:3), pelayanan publik (public service)

adalah “suatu pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang

berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa,

yang dilakukan oleh organisasi publik dalam hal ini adalah suatu

pemerintahan”. Sedangkan menurut Sinambela dkk (2007:14), pelayanan

publik adalah “pengadaan barang dan jasa publik, baik yang dilakukan

oleh pemerintah maupun nonpemerintah”.

Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

pasal 1, menyebutkan defenisi pelayanan pubilk adalah :

Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan


kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.

9
10

Penyelenggara pelayanan publik sebagaimana yang dimaksud pada

ayat 1 undang-undang tersebut di atas, kemudian dijelaskan pada ayat 2

yaitu penyelenggara pelayanan publik selanjutnya disebut penyelenggara

adalah :

Setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga


independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 merupakan acuan bagi

penyelenggara pelayanan publik dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara optimal dan maksimal. Pelayanan publik yang baik

adalah pelayanan publik yang dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Jika pelayanan publik yang baik ini dapat dilakukan

tentunya akan memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Adapun tujuan undang-undang tentang pelayanan publik menurut

Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 3

adalah :

a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,


tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak
yang terkait dengan penyelengaraan pelayanan publik.
b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik
yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan
dan korporasi yang baik;
c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Ada beberapa faktor dalam mengoptimalkan pelayanan publik

menurut Lembaga Administrasi Negara (Hayat, 2017:27) yaitu :

Kepemimpinan (leadership), budaya organisasi (organizational


culture), kelembagaan, tata kerja (standart operating
11

procedural), standar pelayanan, pengelolaan pengaduan


masyarakat, pengendalian dan evaluasi, sarana prasarana,
penggunaan teknologi informasi, dan pengelolaan

b. Azas Pelayanan Publik

Azas penyelenggaraan pelayanan publik menurut Undang-undang

Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 4 yaitu :

a. Kepentingan umum;
b. Kepastian hukum;
c. Kesamaan hak;
d. Kesembangan hak dan kewajiban;
e. Keprofeionalan;
f. Partisipatif;
g. Persamaan perlakukan/tidak diskriminatif;
h. Keterbukaan;
i. Akuntabilitas;
j. Fasilitas dan perlakuan khusus begi kelompok rentan
k. Ketepatan waktu; dan
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

c. Ruang Lingkup Pelayanan Publik

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik ayat (1) menyebutkan bahwa ruang lingkup pelayanan publik

adalah meliputi : “pelayanan barang pubilk dan jasa publik serta

pelayanan administratif yang diatur sesuai dengan ketentuan yang

berlaku”. Selanjutnya pada ayat (2) menyebutkan bahwa ruang lingkup

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi :

Pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,


komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,
jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya
alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.
12

d. Prinsip Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik, prinsip pelayanan publik antara lain :

1. Kesederhanaan
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
10. Kenyamanan

e. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggara pelayanan publik wajib membuat, menetapkan

dan menerapkan standar pelayanan. Standar pelayanan ini digunakan

sebagai acuan oleh penyelenggara pelayanan publik dalam memberikan

pelayanan. Optimalisasi terhadap pelayanan publik sangat dipengaruhi

oleh standar pelayanan yang diberikan. Standar pelayanan yang telah

dibuat dan ditetapkan kemudian sebaiknya dipublikasikan kepada

masyarakat baik itu melalui media cetak maupun elektronik sehingga

masyarakat dapat memperoleh gambaran secara jelas mengenai

pelayanan yang akan diterima.

Menurut Ratminto dan Winarsih (2006:24), “Standar pelayanan

merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan”.

Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, Standar Pelayanan adalah :


13

tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman


penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas
pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat,
mudah, terjangkau dan terukur.

Dua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa standar

pelayanan adalah suatu standar atau acuan yang dipergunakan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan

penerima layanan guna memberikan pelayanan yang optimal bagi

masyarakat.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (Hayat, 2017:39), standar

pelayanan meliputi : “standar waktu penyelesaian, standar biaya,

persyaratan, prosedur, dan dasar hukum pelayanan”.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, standar pelayanan pelayanan

sekurang-kurangnya meliputi :

a. Prosedur pelayanan;
b. Waktu penyelesaian;
c. Biaya pelayanan;
d. Produk pelayanan;
e. Sarana dan prasarana; dan
f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan.

Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya

meliputi :

a. Dasar hukum;
b. Persyaratan;
c. Sistem, mekanisme, dan prosedur;
d. Jangka waktu penyelesaian;
e. Biaya/tarif
14

f. Produk peayanan
g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas;
h. Kompetensi pelaksana;
i. Pengawasan internal;
j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan;
k. Jumlah pelaksanana;
l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan;
m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam
bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari
bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan
n. Evaluasi kinerja pelaksana.

Dari beberapa komponen standar pelayanan di atas, dalam

penelitian ini akan dibahas tentang persyaratan dan prosedur. Standar

tentang persyaratan dan prosedur harus dilakukan dengan baik.

Persyaratan pelayanan merupakan penentu diberikannya suatu

pelayanan. Jika persyaratan pelayanan sudah lengkap dan dapat dipenuhi

oleh penerima layanan, kemudian prosedur baru boleh dijalankan.

Persyaratan dan prosedur pelayanan menjadi alur diberikannya

pelayanan yang baik. Persyaratan harus dengan mudah dapat dipenuhi

dan mudah dilakukan. Pemenuhan dan kemudahan dalam persyaratan

dan prosedur pelayanan dapat menghasilkan sebuah pelayanan yang

baik. Standar persyaratan yang baik dan prosedur yang teratur

memberikan output pelayanan yang profesional. Pengaturan ini menjadi

rujukan bagi penerima layanan untuk mengikuti dan mematuhinya,

sehingga pemberian layanan berjalan seperti yang diharapkan (Hayat,

2017:41).

f. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan bagian penting

dalam suatu organisasi karena dengan adanya SOP tersebut dapat


15

diketahui seperti apa pelayanan yang dilakukan dan diberikan kepada

penerima layanan. SOP berfungsi untuk mengatur jalannya proses

pelayanan sehingga dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan

aparatur dalam memberikan pelayanan. Pelayanan publik yang baik dapat

terwujud jika dalam suatu organisasi terdapat SOP.

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan

Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan menyebutkan

bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah : “serangkaian

instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses

penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus

dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan”. Sedangkan Standar

Operasional Prosedur Administrasi Pemerintah (SOP AP) adalah “standar

operasional prosedur dari berbagai proses penyelenggaraan administrasi

pemerintahan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”.

Selanjutnya pada BAB II Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012

disebutkan Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan sifat

kegiatan dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Standar Operasional prosedur Teknis


SOP teknis adalah standar yang sangat rinci dari kegiatan
yang dilakukan oleh satu orang aparatur atau pelaksana
dengan satu peran atau jabatan. Setiap prosedur diuraikan
dengan sangat teliti sehingga tidak ada kemungkinan-
kemungkinan variasi lain.
2. Standar Operasional Prosedur Administratif
16

SOP Administratif adalah prosedur standar yang bersifat


umum dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih
dari satu orang aparatur atau pelaksana dengan lebih dari
satu peran atau jabatan.

Langkah-langkah penyusunan SOP menurut Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35

Tahun 2012 meliputi siklus sebagai berikut :

a) Persiapan Penyusunan SOP AP

Agar penyusunan SOP AP dapat dilakukan dengan baik, maka

perlu dilakukan persiapan-persiapan antara lain: Membentuk tim dan

kelengkapannya yang melingkupi unit-unit kerja pada berbagai level.

b) Penilaian Kebutuhan SOP AP

Penilaian kebutuhan adalah proses awal penyusunan SOP AP

yang dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan SOP AP

yang akan disusun. Bagi organisasi yang sudah memiliki SOP AP,

maka tahapan ini merupakan tahapan untuk melihat kembali SOP AP

yang sudah ada dimilikinya dan mengidentifikasi perubahan-

perubahanyang diperlukan. Bagi organisasi yang sama sekali belum

memiliki SOP AP, maka proses ini murni merupakan proses

mengidentifikasi kebutuhan SOP AP. Penilaian kebutuhan SOP AP

bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup, jenis dan jumlah SOP AP

yang dibutuhkan.

c) Pengembangan SOP AP

Setelah melakukan penilaian kebutuhan, selanjutnya melakukan

pengembangan SOP AP. Sebagai sebuah standar yang akan

dijadikan acuan dalam proses pelaksanaan tugas keseharian


17

organisasi, maka pengembangan SOP AP tidak merupakan sebuah

kegiatan yang dilakukan sekali langsung jadi, tetapi memerlukan

review berulang kali sebelum akhirnya menjadi SOP AP yang valid

dan reliabel yang benar-benar menjadi acuan bagi setiap proses

dalam organisasi. Lima tahapan proses pengembangan SOP AP

antara lain : pengumpulan informasi dan indentifikasi alternaif, analisis

dan pemilihan alternatif, penulisan SOP AP, pengujian dan riviu SOP

AP, dan pengesahan SOP AP.

d) Penerapan SOP AP

Keberhasilan pelaksanaan penerapan bergantung pada

keberhasilan proses simulasi dan pengujian tahapan pengembangan

SOP AP. Artinya, keberhasilan pada tahapan tersebut juga akan

menjamin keberhasilan pada praktek senyatanya. Untuk menjamin

keberhasilan penerapan SOP AP diperlukan strategi penerapan yang

meliputi : perencanaan penerapan SOP AP, pemberitahuan, distribusi

dan aksebilitas, pelatihan pemahaman SOP AP dan supervisi.

e) Monitoring dan Evaluasi SOP AP

Pelaksanaan penerapan SOP AP harus secara terus menerus

dipantau sehingga proses penerapannya dapat berjalan dengan baik.

Masukan-masukan dalam setiap upaya monitoring akna menjadi

bahan yang berharga dalam evaluasi sehingga penyempurnaan-

penyempurnaan terhadap SOP AP dapat dilakukan secara cepat

sesuai kebutuhan.
18

2. Konsep Pelayanan Kesehatan

Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

yaitu pelayanan kesehatan. Menurut Levey dan Loomba (Azwar,

1996:35), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah :

Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara


bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat.

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan ada banyak macamnya.

Menurut Hodgetts dan Cascio (Azwar, 1996:36) adalah :

1. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
pelayanan kedokteran ditandai dengan cara
pengorganisasian yang bersifat sendiriatau secara bersama-
sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya utuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama
dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit,
serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan pada pasal 52 menyebutkan : “pelayanan kesehatan terdiri

atas : a. Pelayanan kesehatan perorangan dan b. Pelayanan kesehatan

masyarakat”. Pasal 53 di undang-undang tersebut selanjutnya

menyebutkan pada ayat (1) : “pelayanan kesehatan perseorangan

ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan

perseorangan dan keluarga”, selanjutnya pada ayat (2) : “pelayanan


19

kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat”

Syarat pokok dalam pelayanan kesehatan menurut Azwar (1996:38)

yaitu :

1. Tersedia dan berkesinambungan;


2. Dapat diterima dan wajar;
3. Mudah dicapai;
4. Mudah dijangkau; dan
5. Bermutu.

3. Konsep Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

(SPP-IRT)

a. Defenisi SPP-IRT

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga menjelaskan definisi

Pangan Olahan adalah “makanan atau minuman hasil proses dengan cara

atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan”.

Peraturan tersebut juga menjelaskan definisi Industri Rumah Tangga

Pangan yang selanjutnya disebut IRTP adalah “perusahaan pangan yang

memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan

pangan manual hingga semi otomatis”. Sedangkan Pangan Produksi IRTP

adalah “pangan olahan hasil produksi Industri Rumah Tangga Pangan

yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel”.

Definisi Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yang

selanjutnya disingkat SPP-IRT, adalah :

Jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap


pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah
20

memenuhi persyaratan pemberian SPPIRT dalam rangka


peredaran Pangan Produksi IRTP.

Pemberian SPP-IRT dalam BAB II pasal 2 Perka BPOM tersebut

yaitu :

(1) SPP-IRT diberikan oleh Bupati/Walikota.


(2) SPP-IRT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelah IRTP memenuhi persayaratan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dibuktikan dengan :
a. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan; dan
b. Hasil Rekomendasi Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga.
(4) Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan.

Selanjutnya dalam pasal 3 disebutkan :

(1) SPP IRT berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang


selama memenuhi persyaratan.
(2) Pangan Produksi IRTP yang SPP-IRT telah berakhir masa
berlakunya dilarang untuk diedarkan.

Pasal 4 kemudian disebutkan : Setiap pemberian SPP-IRT,

Bupati/Walikota menyampaikan informasi secara periodik setiap 3 (tiga)

bulan kepada Kepala Badan.

b. Tata Cara Pemberian SPP-IRT

Tata cara pemberian SPP-IRT menurut Peraturan Kepala Badan

Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT

Penerimaan pengajuan permohonan SPP-IRT menurut Peraturan

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman


21

Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga yaitu permohonan

diterima oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya yang meliputi :

(1) Formulir Permohonan SPP-IRT memuat informasi sebagai


berikut :
(a) Nama jenis pangan
(b) Nama dagang
(c) Jenis kemasan
(d) Berat bersih/isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl)
(e) Komposisi
(f) Tahapan produksi
(g) Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP
(h) Nama pemilik
(i) Nama penanggungjawab
(j) Informasi tentang masa simpan (kadaluwarsa)
(k) Informasi tentang kode produksi
(2) Dokumen lain antara lain :
(a) Surat Keterangan atau izin usaha dari Instansi yang
berwenang
(b) Rancangan label pangan

2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan

Pangan

Selanjutnya penyelenggaraan penyuluhan keamanan pangan

menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga dengan

ketentuan sebagai berikut :

a) Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan


dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b) Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat
kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari
Badan POM dan ditugaskan oleh Bupati/Walikota c.q.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
22

c) Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah


PKP yang berkompeten dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Balai Besar/Balai POM setempat.
d) Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan
Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah pemilik
atau penanggungjawab IRTP.
e) Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari :
(1) Materi Utama
(a) Peraturan perundang-undangan di bidang pangan
(b) Keamanan dan mutu pangan
(c) Teknologi Proses Pengolahan Pangan
(d) Prosedur Operasional Sanitasi yang Standar
(Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP)
(e) Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri
Rumah Tangga (CPPB-IRT)
(f) Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
(g) Persyaratan Label dan Iklan Pangan
(2) Materi Pendukung
(a) Pencantuman Label Halal
(b) Etika Bisnins dan Pengembangan Jejaring Bisnis
IRTP
f) Metode Penyuluhan Keamanan Pangan
Materi penyuluhan keamanan pangan disampaikan dalam
bentuk ceramah, diskusi, demonstrasi/peragaan simulasi,
pemutaran video dan cara-cara lain yang mendukung
pemahaman keamanan pangan.
g) Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
(1) Sertifikat ini diberikan kepada
pemilik/penanggungjawab yang telah lulus mengikuti
Penyuluhan Keamanan Pangan dengan hasil evaluasi
minimal nilai cukup (60)
(2) Penomoran Sertifikat Penyuluhan Keamanan pangan
adalah sebagai berikut :
Nomor Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri
dari 3 kolom dan 9 angka sesuai contoh berikut :
123/4567/89
Keterangan penomoran adalah sebagai berikut :
(a) Angka ke-1, 2, 3 pada kolom I, menunjukkan nomor
urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di
kabupaten/kota yang bersangkutan.
(b) Angka ke-4, 5, 6, 7 pada kolom II, menunjukkan
propinsi dan kabupaten/kota penyelenggara
penyuluhan keamanan pangan.
(c) Angka ke-8, 9 pada kolom III, menunjukkan tahun
penerbitan sertifikat.
23

h) Contoh laporan penyelenggaraan penyuluhan keamanan


pangan dalam rangka pemberian SPP-IRT tercantum
dalam sub lampiran 4 Perka BPOM tersebut.

3. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga

Selanjutnya pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah

tangga menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012

tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga

antara lain :

a) Pemeriksaan sarana dilakukan setelah pemilik atau


penanggungjawab telah memiliki sertifikat penyuluhan
keamanan pangan
b) Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan oleh
Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota dengan
dilengkapi surat tugas yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota
c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c) Kriteria Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota
(District Food Inspector/DFI) adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang memiliki sertifikat kompetensi pengawas
pangan dari Badan POM.
d) Pemeriksaan sarana produksi IRTP sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
e) Jika hasil pemeriksaan sarana produksi menunjukkan
bahwa IRTP masuk level I-II maka diberikan SPP-IRT.

4. Pemberian Nomor P-IRT

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun

2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah

Tangga, definisi Nomor P-IRT menurut peraturan tersebut adalah


24

“nomor pangan IRT yang menjadi bagian tak terpisahkan dari SPP-IRT

dan wajib dicantumkan pada label pangan IRT yang telah memenuhi

syarat pemberian SPP-IRT”. Ketentuan mengenai nomor P-IRT antara

lain :

a) Nomor P-IRT minimal terdiri dari 15 (lima belas) digit


sebagai berikut :
P-IRT No. 1234567890123-45
b) Penjelasan 15 (lima belas) digit sebagai berikut :
(1) Digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan sesuai Sub
Lampiran 6 Perka BPOM
(2) Digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut/kode jenis
pangan IRTP sesuai Sub Lampiran 7 Perka BPOM
(3) Digit ke-4, 5, 6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan
kabupaten/kota sesuai Sub Lampiran 8 Perka BPOM
(4) Digit ke-8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP
yang telah memperoleh SPP-IRT
(5) Digit ke-10, 11, 12 dan 13 menunjukkan nomor urut
IRTP di kabupaten/kota yang bersangkutan
(6) Digit ke-14 dan 15 menunjukkan tahun terakhir masa
berlaku
c) Nomor P-IRT diberikan untuk satu jenis pangan IRT
d) Setiap perubahan, baik penambahan atau penguarangan
provinsi, kabupaten/kota, pemberian nomor disesuaikan
dengan kode baru untuk provinsi, kabupaten dan kota yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang dalam penerbitan
kode provinsi, kabupaten dan kota.

c. Perpanjangan SPP-IRT dan Perubahan Pemilik

Perpanjangan SPP-IRT dan perubahan pemilik menurut Peraturan

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga yaitu :

1. Pengajuan perpanjangan
SPP-IRT dapat dilakukan paling lambat tiga bulan sebelum
masa berlakuk SPP-IRT berakhir.
2. Perubahan
pemilik/pnanggungjawab
25

Perubahan pemilik/penanggungjawab IRTP harus


dilaporkan pada Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

d. Pencabutan SPP-IRT

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga, SPP-IRT

dicabut oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

apabila terjadi salah satu dari hal-hal berikut :

1. Pemilik dan atau penanggungjawab


perusahaaan melakukan pelanggaran terhadap perturan
yang berlaku.
2. Pangan terbukti sebagai penyebab Kejadian
Luar Biasa (KLB) keracunan pangan.
3. Pangan mengandung Bahan Berbahaya.
4. Sarana terbukti tidak sesuai dengan kriteria
IRTP.

e. Monitoring SPP-IRT

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga dijelaskan bahwa :

“Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melakukan

monitoring terhadap pemenuhan persyaratan SPP-IRT yang telah

diterbitkan minimal satu kali dalam setahun”.

f. Sistem Pendataan dan Pelaporan SPP-IRT

Adapun sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT menurut

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga yaitu :


26

1. Pemberian SPP-IRT
diinformasikan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan
Balai Besar/Balai POM setempat.
2. Pencabutan SPP-IRT
diinformasikan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan
Balai Besar/Balai POM setempat.
3. Penyampaian informasi
tentang pemberian dan pencabutan SPP-IRT serta
perubahan dan penambahan jenis produk pangan
dilakukan setiap tiga bulan.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan teori Komponen Standar Pelayanan

menurut Lembaga Administrasi Negara yaitu standar waktu penyelesaian,

standar biaya, persyaratan, prosedur, dan hukum pelayanan serta

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Dari

kelima komponen standar pelayanan tersebut, dalam penelitian ini akan

dibahas tentang persyaratan dan prosedur. Adapun penjelasan mengenai

kedua hal tersebut antara lain :

1. Persyaratan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kelengkapan

administrasi dan hasil pemeriksaan sarana produksi pangan yang

menjadi syarat dalam pemberian pelayanan SPP-IRT di Dinas

Kesehatan Kabupaten Barru.

2. Prosedur dalam penelitian ini adalah tata cara dalam pemberian SPP-

IRT yang meliputi penerimaan pengajuan permohonan SPP-IRT,


27

penyelenggaraan penyuluhan keamanan pangan, perpanjangan SPP-

IRT dan perubahan pemilik, pencabutan SPP-IRT, monitoring SPP-

IRT, dan sistem pendataan dan pelaporan.

Gambar 1.
Desain Penelitian Pelayanan Pemberian Sertifikat Pangan
Produksi Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) di Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru

Persyaratan :
Kelengkapan Administrasi
Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi
PELAYANAN Pangan
PEMBERIAN
SERTIFIKAT
PRODUKSI PANGAN Prosedur :
INDUSTRI RUMAH Penerimaan Pengajuan Permohonan
TANGGA DI DINAS SPP-IRT
KESEHATAN Penyelenggaraan Penyuluhan
KABUPATEN BARRU Keamanan Pangan
Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT
Pemberian Nomor P-IRT
Perpanjangan SPP-IRT dan
Perubahan Pemilik
Pencabutan SPP-IRT
Monitoring SPP-IRT
Sistem Pendataan dan Pelaporan

Sumber : Komponen Standar Pelayanan (Lembaga Administrasi Negara dalam


Hayat, 2017) dan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012
tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku

orang-orang yang diamati. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti

pelayanan pemberian SPP-IRT yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten

Barru apakah pelaksanaan pelayanan pemberian SPP-IRT tersebut sudah

berjalan sesuai pedoman yang ada yaitu Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.

03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Seksi Kefarmasian, Alkes dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru. Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama kurang

lebih dua bulan.

B. Teknik/Instrumen Pengumpulan Data

Teknik/instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu

melalui :

1. Pengamatan Langsung (Observasi), dimana peneliti melakukan

pengamatan dan dokumentasi terhadap objek yang diteliti yaitu

pelayanan pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru

yang dilengkapi dengan pedoman observasi;

28
29

2. Wawancara langsung, yaitu pengumpulan data yang digunakan untuk

menggali informasi atau data secara lisan dari informan yang dilengkapi

dengan pedoman wawancara. Jawaban yang diperoleh dari informan

dicatat guna memperkuat data atau hasil penelitian. Informan yang

ditetapkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan. Informan tersebut antara lain Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Barru, Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber

Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, Kepala Seksi

Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, Pengelola SPP-IRT di Dinas

Kesehatan Kabupaten Barru, dan Pemilik Sarana IRTP;

3. Telaah dokumen, ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian yang bertujuan untuk melengkapi dan memperkuat

data sehingga diperoleh data yang lebih lengkap. Dokumen-dokumen

yang ditelaah dalam penelitian ini yaitu alur pemberian SPP-IRT, surat

permohonan pengajuan SPP-IRT, kelengkapan administrasi, laporan

hasil pemeriksaan sarana produksi PIRT, laporan penyuluhan

keamanan pangan, SPP-IRT baru, SPP-IRT perpanjangan, laporan

perubahan pemilik/penanggungjawab sarana IRTP, laporan

pencabutan SPP-IRT, laporan monitoring SPP-IRT, dokumen

pendataan dan pelaporan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).


30

C. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh melalui teknik pengumpulan data seperti

yang telah dijelaskan di atas, akan dianalisis sesuai dengan konsep Miles

and Huberman (1984) dengan cara :

1. Reduksi Data

Reduksi Data dilakukan dengan melakukan proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari

lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan

pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi dan

penelitian yang sesuai dengan kerangka (model) penelitian, sehingga

dapat menyajikan data atau informasi guna penarikan kesimpulan.

Dalam penelitian ini akan dilakukan penyajian data dalam bentuk teks

yang bersifat naratif;

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan melalui proses penarikan arti data

yang telah ditampilkan atau disajikan sebelumnya. Jadi data yang telah

disajikan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan terhadap data

tersebut.
31

D. Prosedur Kerja dalam Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian ini antara lain :

1. Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini yaitu peneliti melakukan

identifikasi masalah dan melakukan observasi awal di lokus penelitian.

Selanjutnya peneliti membuat rencana penelitian (proposal) dan

instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara, pedoman telaah

dokumen dan pedoman obervasi (Pengamatan Langsung).

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan pengamatan langsung

(observasi), wawancara dan telaah dokumen terhadap objek yang

diteliti yaitu pelayanan pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru dengan menggunakan pedoman penelitian yang telah

dibuat pada tahap sebelumnya. Kemudian peneliti menganalisis data

yang telah dikumpulkan dan membuat solusi terhadap permasalahan

yang ada dalam hal ini membuat Standar Operasional Prosedur (SOP).

3. Pelaporan

Tahap pelaporan yaitu membuat pelaporan dari tahap pelaksanaan.

Pada tahap ini peneliti membuat laporan tertulis tentang pelayanan

pemberian SPP-IRT yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru

apakah pelaksanaan pelayanan pemberian SPP-IRT tersebut sudah

berjalan sesuai pedoman yang ada yaitu Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.


32

03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta Barat:
Binarupa Aksara.
Dinas Kesehatan Kabupaten Barru. 2018. Laporan Hasil Pengawasan
Seksi Kefarmasian, Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru. Barru.
Dinas Kesehatan Kabupaten Barru. 2018. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Barru.
Hayat. 2017. Manajemen Pelayanan Publik. Depok: PT. Rajagrafindo
Persada.
Mukarom A. dan Muhibudin Wijaya Laksana. 2015. Manajemen
Pelayanan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ratminto dan Winarsih, Atik Septi. 2006. Manajemen Pelayanan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta:
Rohman, Ahmad Ainur, dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Malang:
Program Sekolah Demokrasi PLaCIDS.
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara
Makassar. 2018. Pedoman Penyusunan Tesis. Makassar.
Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2007. Reformasi Pelayana Publik. Jakarta:
Pt. Bumi Aksara.
Syukri, Agus Fanar. 2009. Standar Pelayanan Publik Pemda. Bantul:
Kreasi Wacana.
Jurnal
Arumsari, Galih Prima, dkk. 2017. “Perilaku Penggunaan Formalin Pada
Pedagang Dan Produsen Mie Basah dan Tahu di Provinsi DKI
Jakarta”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Vol. 11, No. 1, 40.
Artikel
Abustan. 06 Mei 2015. https://republika.co.id/berita/koran/opini-
koran/15/05/06/nnwzc77-bahaya-makanan-mengancam. Diakses
tanggal 25 Februari 2019.
Maulana Hadi. 06 Maret 2018.
https://regional.kompas.com/read/2018/03/06/19340061/tanpa-izin-
edar-45-produk-makanan-dari-pt-atn-disita-bpom-kepri. Diakses
tanggal 20 Februari 2019.
Peraturan
Keputusan Menteri Pendayaguanaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan Pangan,
Mutu dan Gizi Pangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga.
Peraturan Bupati Barru Nomor 57 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Barru.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BARRU

A. Identitas Informan
1. Nama :________________________________
2. Jabatan :________________________________
3. Waktu Wawancara:________________________________
4. Lama wawancara :________________________________

B. Tanggapan Informan
1. Bagaimana pelayanan pemberian sertifikat produksi pangan dan
industri rumah tangga (SPP-IRT) di Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_______________________________________________
2. Apa saja persyaratan yang dibutuhkan dalam pelayanan
pemberian sertifikat produksi pangan dan industri rumah tangga
(SPP-IRT) di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?_____________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
______________________________
3. Bagaimana proses penerimaan pengajuan permohonan SPP-IRT
di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru? _____________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
4. Bagaimana penyelenggaraan penyuluhan keamanan pangan
dalam pelayanan pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru?
______________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
5. Bagaimana proses pemeriksaan sarana produksi industri rumah
tangga pangan (IRTP) dalam pelayanan pemberian SPP-IRT di
Dinas Kesehatan Kabupaten Barru? _______________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
6. Bagaimana cara pemberian Nomor P-IRT dalam pelayanan
pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
7. Bagaimana proses perpanjangan SPP-IRT di Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru?______________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
8. Bagaimana proses jika terjadi perubahan
pemilik/penanggungjawab IRTP dalam pelayanan pemberian
SPP-IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
9. Bagaimana proses pencabutan SPP-IRT di Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru?______________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
10. Bagaimana proses monitoring dalam pelayanan pemberian SPP-
IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?__________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
11. Bagaimana sistem pendataan dan pelaporan dalam pelayanan
pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?_____
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMILIK SARANA INDUSTRI
RUMAH TANGGA

A. Identitas Informan
1. Nama Pemilik/Penanggungjawab
:_______________________
2. Nama IRTP :_______________________
3. Waktu Wawancara
:_______________________
4. Lama wawancara
:_______________________

B. Tanggapan Informan
1. Apakah semua produk pangan hasil IRTP anda telah memiliki SPP-
IRT?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________
2. Persyaratan apa saja yang anda lampirkan saat pengurusan SPP-
IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?___________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
3. Apakah saat pengurusan SPP-IRT, sarana produksi pangan anda
diperiksa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Barru?____________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
4. Apakah anda telah mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan
memiliki sertifikatnya?____________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
5. Apakah anda pernah mengurus perpanjangan/perubahan pemilik
SPP-IRT?_____________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
6. Apakah SPP-IRT anda pernah dicabut?Alasannya?____________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
7. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten Barru pernah melakukan
monitoring (pengawasan), pendataan dan sosialisasi tentang SPP-
IRT ke sarana IRTP anda?________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________

PEDOMAN OBSERVASI

A. Identitas Tempat Observasi


1. Nama Tempat :__________________________________
2. Alamat :__________________________________
3. Waktu Observasi :__________________________________
B. Hal-Hal yang diobservasi
1. Persyaratan dalam pelayanan pemberian SPP-IRT di Dinas
Kesehatan Kabupaten Barru_____________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
2. Proses pengajuan prmohonan SPP-IRT_____________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
3. Proses penyelenggaraan penyuluhan keamanan pangan_______
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
4. Proses pemeriksaan sarana produksi PIRT___________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
5. Proses pemberian nomor P-IRT____________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
6. Proses perpanjangan SPP-IRT____________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
7. Proses perubahan pemilik/penanggungjawab_________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
8. Proses pencabutan SPP-IRT______________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
9. Proses monitoring SPP-IRT_______________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
10. Proses sistem pendataan dan pelaporan_____________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
PEDOMAN TELAAH DOKUMEN
A. Identitas Tempat
1. Nama Tempat :__________________________________
2. Alamat :__________________________________
3. Waktu :__________________________________

B. Dokumen yang ditelaah


1. Surat Permohonan pengajuan SPP-IRT______________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
2. Kelengkapan Administrasi________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
3. Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan__________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
4. Laporan Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan_____
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
5. SPP-IRT baru yang telah diterbitkan_________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
6. SPP-IRT perpanjangan yang telah diterbitkan_________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
7. Laporan perubahan pemilik/penanggungjawab IRTP____________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
8. Laporan pencabutan SPP-IRT_____________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
9. Laporan monitoring SPP-IRT______________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
10. Dokumen pendataan dan pelaporan_________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai