Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

BPPV (Benign Paroxymal Positional Vertigo)

1. KONSEP TEORI BPPV (Benign Paroxymal Positional Vertigo)


A. DEFINISI BPPV (Benign Paroxymal Positional Vertigo)
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya
memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari
jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo
mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan
kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan
pusing.
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan
dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa
pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa
‘berputar’ ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan
dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan
saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari
sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

B. ETIOLOGI
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
a. Lesivestibular
1. Fisiologik
2. Labirinitis
3. Menière
4. Obat ; misalnya quinine, salisilat.
5. Otitis media
6. Motion sickness
7. Benign post-traumatic positional vertigo

b. Lesi saraf vestibularis


1. Neuroma akustik
2. Obat ; misalnya streptomycin
3. Neuronitis vestibular
4. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
5. Infark atau perdarahan pons
6. Insufisiensi vertebro-basilar
7. Migraine arteri basilaris
8. Sklerosi diseminata
9. Tumor
10. Siringobulbia
11. Epilepsy lobus temporal

C. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.Informasi yang berguna
untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual,
dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling
kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang
muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan
tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis,
atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

D. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa
kelompok:
1. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu
ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan,
penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan
menjadi :
a. Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis
pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor
fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b. Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah :
Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi,
Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance),
Labirin picu (trigger labyrinth).
c. Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di
sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo
posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
a. Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis
Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan
ototoksik, tumor serebelopontin.
b. Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,
sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan
psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
c. Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo
servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi :
a. Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus,
labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada
auditiva interna/arteria vestibulokoklearis
b. Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika,
sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli
inferior posterior
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
a. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
b. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.

E. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan
dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,
puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
tipis.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi
4. Rehabilitatif

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
2. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan
bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang
dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke
depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata
ditutup.
3. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat
memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat
diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
4. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
5. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan
vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan
dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat
dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien
bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus
menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan
membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
6. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi
sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BPPV
A. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
b. Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
c. Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depres
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d. Makanan dan cairan
 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan
e. Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.
f. Nyeri/ kenyamanan
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sndiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
h. Interaksi sosial
 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
i. Penyuluhan / pembelajaran
 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
oral/hormone, menopause.
B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan
posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
3. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan
posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
 klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
 tanda-tanda vital normal
 pasien tampak tenang dan rileks

a) Intervensi/Implementasi
 Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
 Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
 Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat
perasaan lebih nyaman
 Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga
pasien menjadi lebih nyaman.
2. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam
masalah risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
 Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
 Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
a) Intervensi/implementasi
 Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
Rasional : Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan
pada tubuh saat istirahat
 Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan
Rasional : Salah satu terapi ringan adalah menggerakan bola
mata, jika sudah terbiasa dilakukan, pusing akan berkurang.

 Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu


untuk aktivitas klien
Rasional : Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh.
 Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum aktivitas
Rasional : Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi
terjadinya jatuh.
3. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil :
 mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
 mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di
miliki
 megkaji situasi saat ini yang akurat
 menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi
yang tepat.
a) Intervensi/Implementasi
 Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.
Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi
penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan
 Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah
mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang
 Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala,
penenangan dan hasil yang diharapkan.
Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang
diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat
untuk pulih.
 Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil
keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
 melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
 memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
a) Intervensi / Implementasi :
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan
kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas
 Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila
diketahui.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah
pengetahuan klien tetang penyakitnya.
 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi
yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
 Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang
normal
Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah
posisi/letak tubuh yang kurang baik.
 Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.
Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan
klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan
sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC,
Jakarta, 1999.

Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.

Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia


Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.”W”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS (BPPV)
RSUD PATUT PATUH PATJU, LOMBOK BARAT
DIRUANG POLI SARAF
TANGGAL 14-17 MARET 2018

I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 66 Tahun
Alamat : Karang Anyar, Lembar
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
No.RM : 09 17 24
Pendidikan : Tidak sekolah
Diagnosa medis : BPPV, Hipertensi
Tgl. Pengkajian : 14 Maret 2018
2. Penangguang jawab
Nama : Ny. R
Alamat : Karang Anyar, Lembar
Hubungan dg pasien : Anak

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri kepala dan merasakan sensasi yang berputar-
putar sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.
2. Keluhan saat di kaji
Pasien mengatakan nyeri kepala sensasi yang berputar-putar pada
seluruh bagian kepala.
P : nyeri dirasakan pada saat berjalan
Q : nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada daaerah kepala
S : skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang
T : nyeri dirasakan hilang timbul
Pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, pasien
tampak gelisah, ekspresi wajah tampak meringis.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri kepala dan merasakan sensasi yang berputar-
putar sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu dan memeriksanya ke
puskesmas Jakem, Lombok Barat kemudian di rujuk ke poli saraf
RSUD Patut Patuh Patju.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit sebelumnya seperti batuk,
pilek dan sebagainya
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan saat ini tidak memiliki penyakit keturunan seperti
diabetes, asma dan sebagainya.

C. Terapi obat
 Betahistine 2 x 6 jam
 Prochlorperazine 3 x 7 jam
 Diazepam 2x3
 Antihistamin 1x1
D. Pemerikasaan fisik
1. Keadaan umum : sedang
2. Tanda tanda vital
 TD : 140/80 mmHg
 S : 36,5 °C
 N : 82 x/menit
 RR : 20 x/menit
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. W
Umur : 66 tahun
No.RM : 09 17 24

A. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS : Respon stres dan Nyeri Akut
1. Pasien tegangnya otot rangka
mengatakan nyeri
kepala seperti
berputar – putar
pada seluruh Merangsang
bagan kepala bangunan ekstra
2. P = nyeri kranial yang pekak
dirasakan
pada saat
berjalan
Q = nyeri Penyempitan fungsi
dirasakan pembuluh darah
seperti di
tusuk - tusuk
R = nyeri
dirasakan Kontraksi ventrikel
pada daerah meningkat
kepala
S = skala nyeri 5
(0-10) nyeri
sedang Tekanan vasculer
T = nyeri cerebral
dirasakan
hilang
timbul
Nyeri akut
DO :
1. Ekspresi wajah
tampak meringis
2. Pasien tampak
gelisah
3. Keadaan umum :
sedang
4. TTV :
- TD : 140/80
mmHg
- RR :
20x/menit
- S : 36,5o C
- N : 82x/menit
DS : Perubahan status Kurang
1. Pasien kesehatan pengetahuan
mengatakan tidak
mengerti tentang
penyakitnya Kurang informasi
DO : tentang proses
1. Pasien tampak penyakit dan
gelisah pengobatan
2. Keadaan umum :
sedang
3. Pasien tidak
sekolah Salah interpretasi
infomasi

Perubahan kognitif

Kurangnya
pengetahuan

B. Rumusan Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan vasculer ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri kepala seperti berputar – putar pada seluruh
bagan kepala, nyeri dirasakan pada saat berjalan dan bangun tidur ,
nyeri dirasakan seperti di tusuk – tusuk, nyeri dirasakan pada daerah
kepala, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan hilang timbul, ekspresi
wajah tampak meringis pasien tampak gelisah, keadaan umum :
sedang, TTV : - TD : 140/80 mmHg, - RR : 20x/menit, - S : 36,5o C,
- N : 82x/menit.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perubahan kognitif ditandai
dengan pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, pasien
tampak gelisah, keadaan umum : sedang, pasien tidak sekolah
III. INTERVENSI
Nama : Tn .W
Umur : 66 Tahun
NO.RM : 09 17 24
Hari/tgl Dx Tujuan Rencana Rasional
Rabu 14 1 Setelah 1. Kaji tanda- 1. Mengenal dan
maret dilakukan tanda vital memudahkan
2018 tindakan 1 x 15 dalam
menit nyeri dapat melakukan
berkurang tindakan
dengan kriteria keperawatan
hasil : 2. Kaji skala 2. Mengetahui
1. Pasien dapat nyeri dari (0- tingkat nyeri
mengungkap 10) pasien
kan rasa 3. Untuk
nyeri 3. Ajarkan lancarkan
2. Tanda-tanda relaksasi peredaran
vital normal nafas dalam darah
3. Pasien 4. Mengurangi
tampak rasa nyeri
4. Kolaborasi
tenang dan
pemberian
rileks
obat
Rabu 14 2 Setelah 1. Berikan 1. Untuk
maret dilakukan penjelasan mengurangi
2018 tindakan 1x 15 kepada rasa cemas dan
menit pasien menambah
pengetahuan tentang pengetahuan
pasien dapat penyakitnya pasien
bertambah dan
dengan kriteria kondisinya
hasil : 2. Minta pasien 2. Mengetahui
1. Pasien dapat dan keluarga seberaba jauh
mengerti mengulangi pemahaman
tentang kembali pasien dan
penyakitnya tentang keluarga
2. Pasien materi yang tentang
tampak disampaikan penyakit
tenang
3. Pasien dan
keluarga
dapat
mengulangi
materi yang
disampaikan
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn .W
Umur : 66 Tahun
NO.RM : 09 17 24

HARI DX WAK IMPLEMENTASI EVALUASI PAR


/TGL TU AF
Rabu, 1 09:30 1. Mengkaji tanda- S :
14 tanda vital dan - pasien mengatakan
maret kesadaran skala nyeri yang
2018 umum. dirasakan 5 dari
2. Mengkaji skala skala 0-10.
nyeri dari 0-10. - pasien mengatakan
3. Mengajarkan memahami dan
relaksasi napas mengetahui teknik
dalam. yang diberikan
4. Kolaborasi yaitu relaksasi
pemberian obat. napas dalam.
O:
- keadaan umum :
sedang
- ttv :
TD 140/80 mmHg
S 36,5 0C
N 82 X/menit
RR 20X/menit

A : Masalah teratasi
sebagian.

P : Intrvensi dihentikan
( pasien pulang).

Rabu, 2 09:45 1. memberikan S:


14 penjelasan pada - Pasien mengatakan
maret pasien tentang mngerti dan paham
2018 penyakit dan O :
kondisinya. - Pasien tanpak
2. Meminta pasien tenang.
dan keluarga - Pasien dan keluarga
mengulangi dapat mengulangi
kembali tentang materi yang
materi yang disampaikan.
disampaikan . A : Masalah teratasi
sebagian .
P : Intervensi
dihentikan
(pasien pulang).

Anda mungkin juga menyukai