Anda di halaman 1dari 9

PORTOFOLIO

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

OLEH:
dr. STEPHEN JOSE RENALDO MASENGI

PEMBIMBING:
dr. IMELDA KOMANGKI

RSUD DATOE BINANGKANG


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
2017
LEMBAR PENGESAHAN PORTOFOLIO
Berjudul:

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Oleh:
dr. Stephen Jose Renaldo Masengi

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui


Pada tanggal: 11 April 2017

Mengetahui,
Dokter Pembimbing:

dr. Imelda Komangki

ii
Borang Portofolio

Nama Peserta: Stephen Jose Renaldo Masengi


Nama Wahana: RSUD Kab Bolaang Mongondow
Topik: Kehamilan Ektopik Terganggu
Tanggal (kasus): 28 Maret 2017
Nama Pasien: Ny. S. P. H. No. RM: 28.49.26
Tanggal Presentasi: 11 April 2017 Nama Pendamping: dr. Imelda Komangki
Tempat Presentasi: RSUD Kab Bolaang Mongondow
Obyektif Presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja √ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi:
Perempuan, 25 thn, nyeri perut dan perdarahan pervaginam, kehamilan ektopik terganggu,
USG menunjukkan tidak adanya kantong gestasi di intrauterin dan terdapat cairan bebas di
abdomen.
Tujuan: untuk mengelola kehamilan ektopik terganggu dan mengetahui prognosisnya
Bahan bahasan: √ Tinjauan Pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi √ Presentasi dan diskusi □ Email □ Pos
Data pasien: Nama: Ny. S. P. H Nomor Registrasi: 28.49.26
Nama Klinik: 11 April 2017 Telpon: Terdaftar sejak: 28 Maret 2017
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran klinis:
Kehamilan ektopik terganggu, amenorea, nyeri perut dan perdarahan pervaginam, USG
menunjukkan tidak adanya kantong gestasi di intrauterin dan terdapat cairan bebas di
abdomen.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini sebelumnya, riwayat operasi sebelumnya
(-)
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Pasien belum pernah TBC paru, diabetes mellitus, keputihan, nyeri perut hebat
sebelumnya. Riwayat abortus sebelumnya disangkal

1
4. Riwayat keluarga:
Hanya pasien yang pernah menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien merupakan pegawai swasta di salah satu supermarket di kota.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik:
Riwayat kebiasaan: Merokok (-), alkohol (-). Riwayat sosial: penderita tinggal di
rumah permanen, beratapkan genteng, berdinding beton, lantai keramik, memiliki 2
kamar tidur, kamar mandi/WC dalam rumah dan dihuni oleh 4 orang.
7. Riwayat imunisasi:
Imunisasi TT (-)
8. Lain-lain:
Status Ginekologi :
Abdomen : Fut ttb, distensi (+), BU (+) N, nyeri (+), defance musculare (+)
Tanda cairan bebas (+)  Shifting dullness (+), Nyeri tekan (+)
Vagina (Insp) : Flx (+), fl (-), P  (-), livide (+)
(VT) : Po: Flx (+), fl (-), P  (-), nyeri goyang (+), CU: AF b/c > N, AP: massa -/-, nyeri
+/+, CD: menonjol, nyeri +
Ultrasonografi (USG):
GS intrauterin (-), tanda cairan bebas (+) di cavum abdomen. Kesan: Kehamilan ektopik
terganggu
Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD, VANCOUVER, atau
MEDIA ELEKTRONIK)
1. Prawirohardjo S , Wiknjosastro H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu Kebidanan;
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002; 323-334
2. Delfi L. Kehamilan Ektopik. Sinopsis Obstetri; jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 1998; 226-37
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Haulth JC, Wenstrom KD. Ectopic
Pregnancy. In: William Obstetrics, 21th ed; USA; Mc graw hill; 2001; pp 883-910
4. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Ectopic Pregnancy In Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility, 6thed.Philadelphia.Lippincot William & Wilkins,
1999,pp 1149-1164
Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu

2
2. Mengetahui pengelolaan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu
3. Memberikan edukasi pada pasien serta keluarga pasien mengenai kehamilan ektopik
ini
4. Mengetahui prognosis kehamilan ektopik terganggu

3
Resume Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjective
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, memberat 4 jam
SMRS.
Nyeri dirasakan di seluruh perut bagian bawah, mendadak, dirasakan seperti tertusuk
dan terjadi terus menerus hingga os masuk rumah sakit. Nyeri tidak menghilang meskipun
pasien mengganti posisi tubuhnya dan mengakibatkan pasien tidak dapat berjalan. Keluhan
nyeri seperti ini belum pernah dirasakan sebelumnya oleh pasien. Pasien mengeluh keluar
flek-flek darah lewat kemaluannya sejak pagi hari, sedikit-sedikit, berwarna kecoklatan, dan
keluar terus menerus. Pasien juga mengeluh merasa sangat lemas sejak kemarin malam
hingga os tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Kepala dirasakan sedikit pusing dan
pandangan kadang-kadang berkunang-kunang. Keluhan mual-mual ringan tanpa disertai
muntah juga dirasakan oleh os sejak awal kehamilannya, keluhan ini terutama dirasakan di
pagi hari. Tidak ada keluhan BAK dan BAB. Riwayat pingsan, panas badan disangkal oleh
pasien.
Hari pertama haid terakhir 20 Januari 2017, taksiran tanggal partus 27 Oktober 2017.
Riwayat menarche 14 tahun, siklus haid setiap kurang lebih 28 hari, lamanya 5 hari. Riwayat
ANC pada bidan, tidak di USG. Pasien baru hamil yang pertama. Tidak pernah menggunakan
kontrasepsi sebelumnya.

Objective
Kondisi Umum : Lemah
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Temperatur rektal : 37 oC

Status General :
Kepala : Anemia +/+ , ikterus -/-
Thoraks : Cor : S1-S2 tunggal, regular, murmur (-)
Po : Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Bising usus (+) normal, striae gravidarum (+)

4
Ekstremitas : Dingin, lembab (+) , odem (-)
Status Ginekologi :
Abdomen : Fut ttb, distensi (+), BU (+) N, nyeri (+), defance musculare (+)
Tanda cairan bebas (+)  Shifting dullness (+), Nyeri tekan (+)
Vagina (Insp) : Flx (+), fl (-), P  (-), livide (+)
(VT) : Po: Flx (+), fl (-), P  (-), nyeri goyang (+), CU: AF b/c > N, AP: massa -/-, nyeri
+/+, CD: menonjol, nyeri +

Ultrasonografi (USG):
GS intrauterin (-), tanda cairan bebas (+) di cavum abdomen. Kesan: Kehamilan ektopik
terganggu

Assessment:
Pasien didiagnosa dengan G1P0A0 25 tahun hamil 7-8 minggu + Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET). Diagnosis kehamilan ektopik terganggu (KET) dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Trias klasik KET
meliputi: amenorea, nyeri perut dan perdarahan pervaginam.
Dari HPHT didapatkan umur kehamilan pada saat pemeriksaan adalah 7-8 minggu,
dan hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa sebagian besar kehamilan ektopik
pada tuba akan terganggu pada umur kehamilan antara 6 – 10 minggu. Hal ini terjadi karena
tuba bukan tempat ideal untuk pertumbuhan hasil konsepsi, dimana pada umur kehamilan 6 –
10 minggu vili korialis dengan mudah dapat menembus endosalping (karena pembentukan
desidua tuba yang tidak sempurna) dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Proses ini selanjutnya akan diikuti dengan terjadinya
abortus tuba atau ruptur dari tuba yang menyebabkan berakhirnya kehamilan. Dari anamnesis
juga didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri perut yang mendadak dan berat. Pada
umumnya nyeri seperti ini terjadi pada ruptur tuba akibat darah yang mengalir deras ke dalam
kavum peritonei. Jika yang terjadi adalah abortus tuba, nyeri yang timbul tidak seberapa
hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah
darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh
perut bawah. Dari kondisi ini, disimpulkan kemungkinan pasien mengalami ruptur tuba.
Flek-flek yang dialami oleh pasien merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik. Flek-flek ini merupakan akibat dari perdarahan yang berasal dari uterus. Selama

5
fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan.
Perdarahan uterus akan terjadi bila dukungan endokrin terhadap endometrium sudah tidak
memadai lagi, dan ini terjadi jika janin telah mati. Pada keadaan telah terjadi kematian janin
pembentukan hormon hCG akan terganggu dan akan diikuti dengan terjadinya pelepasan
desidua yang bermanifestasi dalam bentuk perdarahan uterus.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah yang ditandai dengan
tensi turun, nadi cepat, lemah dan respirasi yang masih dalam batas normal. Hal ini
merupakan tanda bahwa perdarahan ke dalam rongga perut yang masif, komplikasi yang
paling sering terjadi pada pasien dengan KET yakni terjadi syok. Untuk mencegah terjadinya
perburukan kondisi pasien dan juga untuk diagnostik, laparatomi cito merupakan terapi
definitif yang tepat.
Pemeriksaan pada abdomen didapatkan adanya distensi, defance musculare, nyeri
tekan, dan tanda cairan bebas (shifting dullness +) dalam kavum abdomen. Berdasarkan hasil
ini dapat disimpulkan telah terjadi akumulasi cairan (dalam hal ini darah) di dalam kavum
abdomen dalam jumlah yang cukup banyak yang kemungkinan berasal dari perdarahan akibat
ruptur tuba yang masuk ke dalam rongga peritoneum.
Pemeriksaan dalam pada vagina juga mendukung bahwa pasien memang dalam
keadaan hamil (porsio yang livide). Nyeri goyang pada porsio, nyeri pada adneksa dan
parametrium, serta perabaan cavum Douglas yang menonjol dan terasa nyeri , dijumpai pada
lebih dari tiga perempat kasus kehamilan ektopik tuba yang sudah atau sedang mengalami
ruptur. Nyeri goyang pada porsio mendukung adanya rangsangan (iritasi) oleh darah pada
peritoneum. Tidak terdapat massa pada adneksa parametrium. Hal ini bisa terjadi bila sudah
terdapat ruptur dari tuba, didukung lagi oleh adanya nyeri sekitar adneksa. Ditemukan kavum
Doglas dalam keadaan menonjol, menunjukan adanya pendesakan oleh cairan dalam rongga
pelvis, dimana cairan tersebut dapat berupa darah akibat ruptur tuba.
Hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan tidak adanya kantong gestasi di
intrauterin, dan adanya cairan bebas dalam kavum abdomen semakin menguatkan diagnosa
bahwa pasien dalam keadaan hamil ektopik yang terganggu (KET).
Pasien didiagnosis banding dengan abortus iminens oleh karena adanya nyeri perut
disertai dengan adanya riwayat keluar darah dari vagina serta hasil USG menunjukkan tidak
adanya kantung gestasi di intrauterin. Diagnosis abortus akhirnya disingkirkan oleh karena
pada abortus biasanya darah yang keluar lebih banyak, berwarna merah segar, dan tidak
hanya berupa flek-flek. Ditemukan adanya nyeri goyang porsio dan penonjolan kavum

6
douglas menunjukkan tanda-tanda adanya darah yang terkumpul pada rongga pelvis, dimana
hal ini mendukung diagnosis ke arah KET.
Plan
Pertama dilakukan tindakan perbaikan keadaan umum dengan mengatasi kondisi pre
syok. Pada pasien diberikan infus RL 28 tetes/menit sampai kondisi syok teratasi, dengan
terus dilakukannya monitoring tanda-tanda vital. Kemudian seharusnya dilakukan cek Hb
serial setiap 2 jam untuk memantau apakah terdapat penurunan Hb. Apabila Hb < 9 gr/dL
maka dilakukan tranfusi PRC. Namun karena kondisi emergency dan Setelah mendapat
persetujuan dari keluarga dilakukan tindakan laparatomi untuk menghentikan perdarahan
yang terjadi oleh karena ruptur tuba. Tindakan laparatomi yang dilakukan bersifat sebagai
alat diagnostik sekaligus terapeutik. Saat abdomen dibuka terdapat darah kurang lebih
sebanyak 2500 cc, hal ini membuktikan adanya perdarahan yang terkumpul di rongga
abdomen. Setelah ditelusuri didapatkan ruptur tuba pars ismika kanan. Setelah tuba diklem,
dilakukan salfingektomi sinistra.
Setelah mendapatkan perawatan selama 4 hari kondisi pasien membaik dan pasien
diijinkan untuk pulang. Pada pasien ini ditemukan komplikasi berupa syok yang reversibel.
Komplikasi berupa perlengketan dengan usus tidak terjadi.
Pasien memiliki riwayat KET pada kehamilan pertama. Sebagian wanita menjadi
steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi
pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0 - 4,6 %.
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Pada pasien ini, pemulihan berlangsung dengan baik. Pada
pasien telah dilakukan pemeriksaan terhadap tuba kanan, dan didapatkan hasil post
salpingektomi dekstra. Berdasarkan literatur yang ada, hanya 60% wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, apabila tuba yang lain masih
berfungsi normal. Namun pada pasien ini karena sudah pernah mengalami kehamilan ektopik
terganggu pada tuba dekstra sebelumnya, kemungkinan untuk hamil lagi tidak ada, sehingga
prognosis ad functionam pasien adalah dubia ad malam.

Anda mungkin juga menyukai