Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

GLAUKOMA AKUT

OLEH:
dr. STEPHEN JOSE RENALDO MASENGI

RSUD DATOE BINANGKANG


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
2016
LEMBAR PENGESAHAN PORTOFOLIO
Berjudul:

GLAUKOMA AKUT

Oleh:
dr. Stephen Jose Renaldo Masengi

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui


Pada tanggal: 14 Desember 2016

Mengetahui,
Dokter Pembimbing:

dr. Erman Paputungan

ii
Borang Portofolio

Nama Peserta: Stephen Jose Renaldo Masengi


Nama Wahana: RSUD Kab Bolaang Mongondow
Topik: Glaukoma Akut
Tanggal (kasus): 9 Desember 2016
Nama Pasien: Tn. J. S. No. RM: 15.34.52
Tanggal Presentasi: 14 Desember 2016 Nama Pendamping: dr. Erman Paputungan
Tempat Presentasi: RSUD Kab Bolaang Mongondow
Obyektif Presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik √ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja √ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi:
Laki-laki, 45 tahun, keluhan penglihatan buram sejak 4 hari lalu, kedua mata merah, berair,
nyeri dan pegal sekitar mata, sakit kepala, melihat pelangi dan silau. Glaukoma Akut
Tujuan: mengatasi glaukoma, pengelolaan lebih lanjut
Bahan bahasan: √ Tinjauan Pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi √ Presentasi dan □ Email □ Pos
diskusi
Data pasien: Nama: Tn. J. S. Nomor Registrasi: 15.34.52
Nama Klinik: UGD Telpon: Terdaftar sejak: 9 Desember 2016
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran klinis:
Glaukoma akut, Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri buram sejak 4 hari
lalu. Pasien juga mengeluh kedua mata merah, berair, nyeri dan pegal sekitar mata,
sakit kepala, melihat pelangi dan silau.
2. Riwayat Pengobatan:
Riwayat memakai kaca mata disangkal. Riwayat pengobatan penghilang nyeri (-)
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Tidak ada
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada pasien.

1
4. Riwayat keluarga:
Hanya pasien yang mengalami keluhan seperti ini di dalam keluarga.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien merupakan pensiunan tentara, sekarang menjadi petani cengkih
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik
Pasien tinggal di rumah semi permanen, lantai beton, ventilasi cukup, sumber air
minum dari sumur.
7. Riwayat imunisasi:
-
8. Lain-lain:
Konjungtiva bulbi : hiperemis dengan injeksi konjungtiva.Visus mata kanan dan kiri
menurun (3/60), COA ODS dangkal
Leukosit 9.000/mm3, eritrosit 5,0 /mm3, Hb 14,2 g/dL, hematokrit 44,3/mm3,
trombosit 260.000/mm3, gula darah sewaktu (GDS) 97 mg/dL, natrium 148 mEq/L,
kalium 5,6 mEq/L, klorida 102 mEq/L.
Daftar Pustaka:
1. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. Second
edition. Thieme Stuttgart : New York. 2007.
2. Gondowihardjo T, Simanjuntak G. editor. Glaukoma Akut dalam Panduan
Manajemen Klinis Perdami. PP Perdami: Jakarta. 2006
3. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,
Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta. Widya Medika. 1996
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis glaukoma akut
2. Penatalaksanaan glaukoma akut
3. Edukasi untuk mencegah kambuhnya glaukoma
4. Motivasi untuk kepatuhan berobat

2
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

Subjective
Pasien laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram sejak 4 hari
lalu. Pasien mengeluh melihat buram pada kedua mata, munculnya tiba-tiba dan hanya bisa
melihat bayangan samar-samar walaupun dengan melihat dekat. Pasien mengaku masih bisa
melihat dari samping kanan dan kiri walaupun agak buram. Pasien juga mengeluh kedua
matanya merah, munculnya berbarengan saat penglihatannya menurun. Selain itu, pasien juga
mengeluh nyeri yang dirasakan di dalam mata dan sekitar mata serta menjalar ke seluruh
kepala. Nyeri dirasakan berdenyut-denyut namun tidak begitu hebat. Nyeri diarasakan terus
menerus dan hilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh merasa pegal dan sedikit
berair pada kedua mata. Pasien mengaku merasa silau jika melihat cahaya dan melihat seperti
pelangi jika melihat kearah lampu.
Pasien menyangkal terdapatnya keluhan lain seperti adanya belekan, kotoran dan
gatal pada kedua mata. Pasien tidak mengeluh mual, muntah dan demam.
Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama sebelumnya
disangkal.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Tidak ada
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada pasien. Riwayat memakai kaca mata juga
disangkal.
Tidak ada anggota keluarga serumah yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien. Tidak ada riwayat glaukoma di keluarga pasien.

Objective
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84 x/m, pernapasan 20 x/m, suhu
badan 36,9 0 C. Berat badan 45 kg, tinggi badan 160 cm
Pemeriksaan kepala: sclera tidak ikterik, lidah beslag (-). Pemeriksaan leher: tidak ada
pembesaran kelenjar gatah bening. Pemeriksaan dada: cor dan pulmo dalam batas normal
Pemeriksaan perut: pada inspeksi, tampak datar; pada palpasi, lemas, nyeri tekan epigastrium
tidak ada, nyeri tekan suprapubik tidak ada, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada massa,
nyeri ketok pinggang tidak ada, dan tidak ada pekak berpindah; pada perkusi, bunyi tympani;

3
pada auskultasi, bising usus positif normal. Pemeriksaan ekstremitas: akral hangat dan tidak
ada ditemukan edema.
Status Oftalmologis

Occuli Dekstra (OD) Occuli Sinistra (OS)


3/60 Visus 3/60
Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia
Bola mata bergerak ke Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke segala
segala arah arah
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra superior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion Enteropion (-), Ekteropion (-
(-), Trikiasis (-), Distikiasis ), Trikiasis (-), Distikiasis (-)
(-)
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra inferior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion Enteropion (-), Ekteropion (-
(-), Trikiasis (-), Distikiasis ), Trikiasis (-), Distikiasis (-)
(-)
Hiperemis (-),Litiasis (-) Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Litiasis (-)
Konjungtiva Superior
Hiperemis (-),Litiasis (-), Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-),Litiasis (-,
Sekret (-) Inferior Sekret (-)
Injeksi silier (-), Injeksi Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (-), Injeksi
konjungtiva (+), konjungtiva (+),
Subkonjungtival bleeding (- Subkonjungtival bleeding (-),
), Pinguekula (-), Pterigium Pinguekula (-), Pterigium (-)
(-)

Jernih Kornea Jernih


Dangkal COA Dangkal
Warna coklat, kripti baik Iris Warna coklat, kripti baik
Bulat, 6mm, tepi regular, Pupil Bulat, 7mm, tepi regular,
RCL/RCTL (+) RCL/RCTL (+)
Jernih Lensa Jernih
N+1/palpasi TIO N+1/palpasi

4
25.8 30.4
Sama dengan pemeriksa Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa
Hasil pemeriksaan laboratorium: leukosit 9.000/mm3, eritrosit 5,0 /mm3, Hb 14,2
g/dL, hematokrit 44,3/mm3, trombosit 260.000/mm3, gula darah sewaktu (GDS) 97
mg/dL, natrium 148 mEq/L, kalium 5,6 mEq/L, klorida 102 mEq/L.

Assessment:
Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma akut pada mata kanan dan kiri
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari identitas, usia di atas 40 tahun merupakan salah satu faktor risiko terjadinya glaucoma
akut sudut tertutup. Teori mengenai mengapa ras Asia mempunyai prevalansi yang lebih
besar untuk menderita glaucoma sudut tertutup dibanding ras lain diungkapkan bahwa pada
ras Asia, iris melekat pada dinding sclera lebih ke anterior sehingga menyebabkan bilik mata
depan dangkal dan sudut bilik mata sempit.
Hasil anamnesis yang mendukung glaukoma akut pada mata kanan dan kiri yaitu:
Penglihatan menurun secara mendadak pada kedua mata. Penurunan fungsi penglihatan bisa
terjadi karena atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan
inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Pada Glaukoma akut,
tekanan okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai
edem kornea, hal ini menyebabkan penglihatan pasien sangat kabur secara tiba-tiba dan visus
menjadi menurun. Namun pada pemeriksaan oftalmologis, didapatkan kornea yang jernih, ini
menunjukkan belum terjadinya edem kornea sehingga penurunan visus mendadak pada
pasien diduga bukan disebabkan oleh edem kornea itu sendiri.
TIO yang meningkat menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah konjungtiva
sehingga menyebabkan mata merah pada pasien. Rasa nyeri hebat pada mata yang menjalar
sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma akut. Hal ini terjadi karena meningkatnya
tekanan intraokular sehingga menekan simpul-simpul saraf di daerah kornea yang merupakan
cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar mata yang juga dipersarafi oleh
nervus trigeminus ikut terasa nyeri.
Keluhan nyeri hilang bila tidur sebentar merupakan anamnesa yang khas sekali pada
glaucoma akut sudut tertutup karena saat tidur pupil akan miosis sehingga nanti menarik
sudut bilik mata supaya terbuka lalu akeous humor bisa lewat dan tekanan intraokuler
menurun sedikit dan menyebabkan keluhan berkurang.

5
Halo merupakan gejala yang muncul pada stadium prodromal glaucoma akut sudut
tertutup. Halo berwarna seperti pelangi yang terlihat pada sekitar titik cahaya yang biasanya
merupakan gejala dari edema kornea. Halo terjadi karena cairan akueous humor yang masuk
ke lapisan kornea sehingga menyebabkan terjadinya edema kornea.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada mata kanan
didapatkan : Konjungtiva bulbi hiperemis dengan injeksi konjungtiva, visus mata kanan dan
kiri menurun (3/60), COA ODS dangkal, pupil ODS mid-dilatasi dan pemeriksaan TIO
secara palpasi didapatkan ODS N+1/palpasi.
Camera occuli anterior (COA) yang dangkal terjadi karena sudut kamera anterior yang
sempit, sehingga ketika dilakukan penyinaran pada sisi temporal, iris pada bagian nasal tidak
tersinari sepenuhnya seperti pada mata normal. TIO yang meningkat menekan otot sfingter
pupil sehingga otot sfingter pupil tidak dapat bekerja sempurna lalu menyebabkan pupil
dilatasi. Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos sehingga akuoeus humor
tidak bisa melewati anyaman trabekula dan kanalis Schlem lalu menyebabkan akueous humor
menumpuk di bilik mata depan dan menyebabkan tekanan intraokular meningkat dengan
cepat.
Berdasarkan etiologinya glaukoma terdiri dari glaukoma primer, sekunder, glaukoma
kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma
sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan penyakit di dalam mata tersebut
seperti kelainan pada kornea (seperti lekoma adherens), COA (seperti hifema, hipopion),
iris/pupil (sinekia posterior, tumor iris), dan lain-lain. Glaukoma kongenital adalah glaukoma
yang dibawa sejak lahir. Sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular,
glaukoma terbagi dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Pasien
dalam kasus ini tergolong dalam glaukoma primer sudut tertutup. Gejala dan tanda pada
glaukoma akut tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, tekanan
intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat,
terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda
peradangan dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang,
pupil melebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis. Gejala
spesifik seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaucoma akut. Kadang-kadang
riwayat mata sakit disertai penglihatan yang menurun mendadak sudah dapat dicurigai telah
terjadinya serangan glaucoma akut seperti gejala dan tanda yang ditunjukkan pasien.

6
Diagnosa banding penyakit ini adalah iritis akut, konjungtivitis akut, keratitis. Anjuran
pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah gonioskopi dan perimetri.

Plan:
Medikamentosa
Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata sehingga
penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit. Tujuan pengobatan pada glaukoma
akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata secepatnya kemudian apabila tekanan bola
mata normal dan mata tenang maka dapat dilakukan pembedahan. Pengobatan pada
glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan sistemik dan topikal.
Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes
(ODS) dan Polynel 6x1 tetes (ODS) sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan Glaucon
(asetazolamid) tablet 2x1 mg dan KCL tablet 2x1.
Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan karbonik
anhidrase inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor
akuos sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Obat ini
dapat diberikan secara oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada pasien dengan
glaukoma akut yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang
disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat ini
memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia,
batu ginjal dan miopia sementara. Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini
diberikan pemberian KCL tablet.
Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan konsentrasi
tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah
pemberian topikal. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara
mengurangi produksi humor aquos. Penggunan beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi
dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12
jam kemudian. Pemberian Timolol 0.5% 2x1 tetes (ODS) sudah tepat. Timolol termasuk beta
bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan asma,
PPOK, dan penyakit jantung. Polynel tetes mata steril ini mengandung Fluoromethasone 1
mg dan Neomycin Sulfate diberi untuk mengurangi reaksi peradangan yang terjadi akibat
proses akut.

7
Non-medikamentosa
Pada pasien dianjurkan supaya menjaga emosinya, jangan membaca terlalu dekat dan jangan
berada lama di tempat gelap. Hal ini karena dapat menyebabkan pupil dilatasi sehingga nanti
menyebabkan sudut bilik mata tertutup dan menyebabkan kambuhnya glaucoma sudut
tertutup.

Pembedahan
Tindakan pembedahan pada glaucoma sudut sempit adalah iridektomi. Hanya pembedahan
yang dapat mengobati glaucoma akut kongestif. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada
mata dengan glaucoma sudut sempit karena serangan akan berulang lagi pada suatu saat
iridektomi dipertimbangkan bila mata yang mendapat serangan sudah tidak terancam lagi.

Prognosis
Prognosis pada ad vitam pasien adalah ad bonam karena glaucoma tidak menyebabkan
kematian. Pada ad fungsionam adalah ad bonam karena pada pasien belum didapatkan
kelainan pada saraf optiknya yaitu tidak terdapat atrofi dan papil glaukomatosa sehingga
dengan pengobatan yang teratur TIO dapat normal dan fungsi penglihatan pada pasien bisa
kembali normal. Pada ad sanasionam adalah dubia ada bonam karena glaucoma akut sudut
tertutup tidak bisa disembuhkan dan bisa kambuh jika ada faktor pencetus.

Anda mungkin juga menyukai