DISUSUN OLEH :
Fadhillahafizh Ibnu Achir
1710221076
PEMBIMBING :
Dr. Tundjungsari Ratna Utami, Msc, Sp.A
Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nya laporan kasus yang berjudul Henoch
Schonlein purpura dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Tundjungsari Ratna Utami, MSc,
Sp,A selaku pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik anak di
RSUD Ambarawa serta teman-teman seperbimbingan yang saling membantu dan
mendukung.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga laporan
kasus yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan
di masa yang akan datang.
Penulis
PENGESAHAN
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : Februari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada Nenek dan Ayah
pasien di Bangsal Anggrek RSUD Ambarawa tanggal 1 November 2018.
Keluhan Utama
Nyeri perut terus menerus.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa
dengan keluhan utama muntah darah sejak 4 hari SMRS. Muntah darah +/- 20 kali
sampai masuk rumah sakit. Muntah berupa campuran antara makanan dan darah
berwarna kehitaman. Mual (+), Keluarga Pasien juga mengaku pasien mengeluh
nyeri perut dan timbul bercak kemerahan pada kaki kanan pasien. Demam (+),
batuk pilek (-), perdarahan (-), BAB BAK dbn.
Terdapat bintik-bintik merah pada kaki, dan menyebar sampai bokong.
Bintik-bintik merah tidak disadari pasien kapan mulai timbulnya.
Menurut Nenek, semenjak sakit pasien menjadi kurang aktif, lebih banyak
tidur dan nafsu makan menurun. Tidak ada keluhan penurun berat badan yang
signifikan pada pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sempat memiliki keluhan serupa dan sempat di opname 4 tahun
yang lalu dengan diagnosis HSP.
Anamnesis Sistem
a. Sistem Cerebrospinal
riwayat kejang (-), keluhan / riwayat kaku kuduk (-), nyeri kepala (-),
muntah (-).
b. Sistem Kardiovaskular
Bengkak pada tungkai (-), kebiruan (-), dada berdebar (-)
c. Sistem Respirasi
Suara serak (-), sesak (-), sulit bernapas (-), suara ngik ngik (-),
mengorok(-), pilek (-), nyeri telan (-)
d. Sistem Gastrointestinal
BAB dalam batas normal, BAB 1x, cair (-), ampas (+), nyeri tekan (-),
kembung (-), mual (-), muntah (-), terkadang jajan diluar, ibu sering
memasak dirumah.
e. Sistem Muskuloskeletal
Gerak aktif (+), gerak tidak terbatas, nyeri sendi (-), sendi bengkak (-),
sendi panas (-), nyeri ngilu pada tulang (-), kaku sendi (-), bengkak jari (-).
f. Sistem Integumentum
purpura (+) di seluruh ekstremitas bawah sampai bokong dan sebagian
ekstremitas atas, rash kemerahan (-)
g. Sistem Urogenital
BAK dalam batas normal, urin kuning jernih, nyeri BAK (-), pasien
membasuh kemaluan sendiri, mengganti pakaian dalam 2x/ hari, tidak
menahan BAK, BAK terasa lampias tidak tersendat, nyeri pinggang (-),
konsumsi air putih ± 5 gelas/ hari.
h. Sistem Vestibular
Nyeri pada telinga (-), bising pada telinga (-), cairan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan bintik bintik merah
disertai sakit perut. Keluarga khususnya orang tua pasien tidak ada yang memiliki
riwayat HIV.
Riwayat Kelahiran :
Tempat Bersalin : Klinik Bidan
Penolong : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Berat Badan Lahir : 3000 gram
Masa Gestasi : 38 minggu
Keadaan Setelah Lahir : Langsung menangis, tidak pucat dan tidak kuning.
Kelainan Bawaan : Tidak Ada
Kesan : Pasien lahir spontan, kehamilan cukup bulan dengan BBLR
Silsilah Keluarga
Keterangan :
Pasien tinggal di rumah bersama ayah, dan neneknya
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh:
Pucat (-), Sianosis (-), Perdarahan (-), Oedem (-), Turgor cukup,
Lemak bawah kulit cukup
Kepala :
Normocephal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut, kulit kepala tidak ada eritema dan skuama
Mata :
Palpebra tidak edema, tidak cekung, konjungtiva tidak anemis dan
sclera tidak ikterik, kornea jernih (+/+), lensa jernih (+/+), refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+)
Telinga
o Daun telinga : Bentuk, besar dan posisinya normal
o Lubang telinga : Tidak ada sekret, serumen (-)
o Gendang telinga : Sedikit cekung dan mengkilat
Hidung :
bentuk normal, secret (-)
Tenggorokan :
Faring hiperemis (-), tonsil T2-T2
Mulut :
Bibir tidak sianosis, mukosa bibir lembab, lidah tidak kotor
Leher :
Trachea di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax :
Bentuk simetris, tidak ada deformitas, tidak ada retraksi pernafasan
Paru :
ANTERIOR POSTERIOR
Jantung :
o Inspeksi : Sulit dinilai
o Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
o Perkusi : redup, batas jantung kasar kesan jantung tidak membesar.
o Auskultasi : SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : bising usus (+) dbn
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak dapat dinilai, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpany seluruh lapang
Ekstremitas :
Purpura pada ekstremitas bawah sampai bagian bokong. Bercak keputihan
pada ekstremitas atas. Akral hangat, CRT <2 detik, tidak edem
Genital : Sulit dinilai
Hb 13,6 10,8-16,6
Ht 41,7 35-47
MCV 75 82-98
1.7 Penatalaksanaan
Non Steroid Anti Inflamation Drugs
1.8 Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Henoch-Schonlein purpura (HSP) adalah suatu bentuk vaskulitis yang
melibatkan pembuluh darah kecil (kapiler) yang ditandai dengan perdarahan kulit
(purpura) tanpa trombositopenia, pembengkakan pada sendi, nyeri perut, dan
kelainan pada ginjal. HSP merupakan suatu penyakit sistemik yang akut dan
dimediasi oleh kompleks imun immunoglobulin A (IgA) yang ditandai oleh
adanya dominasi depiosisi IgA pada biopsi spesimen.2
II. EPIDEMIOLOGI
Henoch-Schonlein purpura (HSP) adalah vaskulitis pembuluh kecil yang
setiap tahun mempengaruhi 10 sampai 20 anak per 100.000 penduduk di dunia.
Ini adalah vaskulitis yang paling umum dari masa kanak-kanak. Meskipun HSP
terlihat pada masa bayi sampai dewasa, kasus yang paling didokumentasikan
mempengaruhi anak-anak; lebih dari 75% dari mereka yang didiagnosis sebagai
memiliki HSP di usia lebih muda dari 10 tahun, dengan kejadian puncak pada 4
sampai 6 tahun. Anak berkulit putih dan Asia yang paling sering terkena
dibandingkan dengan anak-anak di Afrika. Dominasi laki-laki di antara anak-
anak mendekati 2: 1. Kriteria konsensus terbaru yang diterbitkan pada tahun 2010
European League Against Rheumatism and the Paediatric Rheumatology
European Society bahwa untuk diagnosis HSP, purpura teraba harus disertai
dengan setidaknya salah satu dari berikut: sakit perut, dominasi deposisi IgA pada
biopsi spesimen, arthritis atau arthralgia, atau keterlibatan ginjal ditandai dengan
hematuria / proteinuria. HSP sering mengikuti suatu infeksi saluran pernapasan
atas, dengan sebagian besar kasus terjadi pada musim gugur dan musim dingin.3
Menurut studi yang dilakukan di RS Karya Husada, Jawa Barat rata-rata
terdapat 14 kasus per 100.000 anak usia sekolah; prevalensi tertinggi pada usia 2-
11 tahun (75%); 27% kasus ditemukan pada dewasa, jarang ditemukan pada bayi.
Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan
2 :1.3
III. ETIOLOGI
Henoch-Schonlein purpura adalah gangguan inflamasi yang penyebabnya
sampai saat ini belum diketahui dan ditandai dengan kompleks imun IgA yang
dominan dalam venula kecil, kapiler dan arteriol. Diduga beberapa faktor
memegang peranan, antara lain faktor genetik, infeksi traktus respiratorius bagian
atas, makanan, gigitan serangga, paparan terhadap dingin, imunisasi ( vaksin
varisela, rubella, rubeolla, hepatitis A dan B, paratifoid A dan B, tifoid, kolera). 4
Infeksi bisa berasal dari bakteri (spesies Haemophilus, Mycoplasma,
Parainfluenzae, Legionella, Yersinia, Shigella dan Salmonella) ataupun virus
(adenovirus, varisela, parvovirus, virus Epstein-Barr). Vaskulitis juga dapat
berkembang setelah terapi antireumatik, termasuk penggunan metotreksat dan
agen anti TNF (Tumor Necrosis Factor). Namun, IgA jelas mempunyai peranan
penting, ditandai dengan peningkatan konsentrasi IgA serum, kompleks imun dan
deposit IgA di dinding pembuluh darah dan mesangium renal.4
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan HSP antara lain:4
Infeksi : - Mononukleosis - Infeksi parvovirus B19
IV. PATOFISIOLOGI
Patogenesis PHS belum diketahui secara pasti, namun secara umum diakui
sebagai akibat deposisi imun kompleks akibat polimer IgA1 pada kulit, saluran
gastrointestinal, dan kapiler glomerulus. Keadaan patognomonik pada nefritis
Henoch-Schonlein adalah deposisi IgA dan C3 yang ditemukan pada mesangial
glomerulus. Penemuan patogenesis tersebut membedakan nefritis Henoch-Schonlein
dengan nefro- pati IgA. Pada pasien sehat, IgA banyak ditemukan pada sekret
mukosa namun dalam konsentrasi yang relatif rendah. Imunoglobulin A memiliki
dua isotipe, yaitu IgA1 dan IgA2. Imunoglobulin A1 memiliki hinge region yang
terdiri dari lima oligosakarida yang mengandung serine-linked N-
acetylgalactosamine (Ga1NAc) dan galaktosa yang nantinya akan tersialasi
(Gambar 2). Sekitar 60% IgA dalam sekret adalah IgA2 yang umumnya berupa
polimer sedangkan IgA serum umumnya berupa IgA1 yang 90% berupa monomer.
Pada nefritis Henoch-Schonlein ditemukan deposisi kompleks imun dengan
5
predominasi IgA1 namun tidak ditemukan IgA .
Deposisi kompleks imun IgA terjadi berdasarkan peningkatan sintesis IgA
atau penurunan klirens IgA. Peningkatan sintesis IgA oleh sistem imun mukosa
sebagai respon terhadap paparan antigen pada mukosa dipikirkan merupakan
mekanisme yang terjadi pada PHS. Hiperaktivitas sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik dilaporkan berperan dalam terjadinya PHS dan nefropati IgA. Antigen
tersebut antara lain berupa antigen bakteri, protein dalam makanan seperti gliadin,
dan komponen matriks ekstraselular seperti kolagen dan fibronektin.5
Beberapa studi mengemukakan terdapat peningkatan produksi IgA dalam
sel mukosa dan tonsil, sedangkan studi lainnya mendapatkan penurunan produksi
IgA dalam sel mukosa namun terjadi peningkatan produksi IgA dalam sumsum
tulang. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kadar IgA serum yang meningkat
sampai 40%-50%. Selain itu, juga didapatkan gangguan pengikatan IgA1 oleh
reseptor asialoglycoprotein di hati, yang berfungsi pada klirens IgA dari sirkulasi.
5
V. MANIFESTASI KLINIS
Henoch Schonlein Purpura merupakan penyakit vaskulitis sistemik dengan
keterlibatan multiorgan. 4 gejala klasik tanda-tanda meliputi: teraba purpura,
arthritis atau arthralgia, nyeri perut, dan penyakit ginjal. Gejala prodromal dapat
berupa demam, nyeri kepala, dan anorexia.4,6
Purpura
Keterlibatan kulit muncul di semua anak dengan HSP. Leukosit
polymorphonuclear diambil dari faktor kemotatik dan menyebabkan inflamasi
serta nekrosis dinding pembuluh darah dengan trombosis yang menetap. Hal ini
akan mengakibatkan ekstravasasi dari eritrosit akan perdarahan dari organ yang
dipengaruhi dan bermanifestasi secara histologis sebagai Vaskulitis
Leukocytoclastic. Petechiae dan purpura teraba adalah yang paling umum, tetapi
eritematosa, makula, ruam urtikaria atau bahkan bulosa juga dapat ditemukan.
Purpura pada HSP khas didistribusikan secara simetris di atas permukaan
ekstensor dari bawah tungkai, bokong dan lengan. Lesi ini mungkin awalnya
pucat pada tekanan tetapi kemudian menetap ketika diberi penekanan. Daerah
purpura berevolusi dari merah ke ungu, menjadi berwarna karat dengan rona
kecoklatan dan kemudian dalam kasus yang lebih berat, hemorrhagic, lesi purpura
atau nekrotik mungkin menonjol. Karakteristik lainnya adalah adalah purpura
yang dapat dipalpasi tanpa adanya trombositopenia, dapat timbul dalam 12 - 24
jam. Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan (pressure -
bearing surface) yaitu bokong dan ekstremitas bagian bawah. 4,6
Abdominal Pain
Keluhan abdomen ditemukan pada 35 - 85% kasus dan biasanya timbul
setelah munculnya kelainan pada kulit (1-4 minggu setelah onset). Nyeri abdomen
dapat berupa kolik abdomen yang berat, lokasi di periumbilikal dan disertai
muntah. Gejala-gejala ini disebabkan oleh perdarahan submukosa dan edema
dinding usus, terutama yang mempengaruhi usus kecil proksimal. Komplikasi
gastrointestinal yang paling parah adalah intususepsi yang disebabkan oleh
vaskulitis dinding usus yang menyebabkan edema dan perdarahan submukosa dan
intramural terdapat pada 3-4% penderita HSP. Presentasi klinis intususepsi
ditandai dengan nyeri perut yang parah, sering kolik dan muntah. Komplikasi
gastrointestinal meskipun kurang umum lainnya adalah gangren usus, perforasi
usus dan perdarahan masif. 4,6
Penyakit Ginjal
Keterlibatan ginjal dilaporkan dalam 20-55% anak dengan HSP.
Penemuan yang paling umum adalah adanya hematuria mikroskopik, biasanya
berkembang dalam waktu 4 minggu dari timbulnya penyakit. Proteinuria derajat
variabel dapat ditemukan, dan jika berat dapat timbul sebagai sindrom nefrotik.
Fungsi ginjal biasanya normal tetapi pasien kadang-kadang mungkin hadir dengan
glomerulonefritis progresif dengan gangguan ginjal yang signifikan. 4,6
Secara patologi didapatkan purpura Henoch-Schonlein adalah kelainan
glomerulonefritis proliferatif dengan lesi glomerulus yang menyerupai nefropati-
IgA. Pemeriksaan imunofluoresensi pada biopsi ginjal ditemukan deposit granular
IgA dan C3 dalam mesangium. Umumnya lesi yang terjadi berupa proliferasi
mesangial fokal segmental ringan, namun pada kasus berat lesi dapat berupa
glomerulonefritis proliferatif difus dengan kresen seperti pada glomerulonefritis
progresif cepat. Kadang-kadang ditemukan pula pada sepanjang lumen kapiler.
Imunoglobulin G, IgM, komponen komplemen C1q dan C4 jarang ditemukan,
sedangkan fibrinogen sering terlihat. Endapan IgA juga terlihat pada dinding
kapiler kulit, baik di daerah lesi purpura maupun pada kulit normal. Pemeriksaan
mikroskop elektron menunjukkan endapan padat-elektron dan deposit humps
subepitelial. 7
Patogenesis PHS belum diketahui secara pasti, namun secara umum diakui
sebagai akibat deposisi imun kompleks akibat polimer IgA1 pada kulit, saluran
gastrointestinal, dan kapiler glomerulus. Keadaan patognomonik pada nefritis
Henoch-Schonlein adalah deposisi IgA dan C3 yang ditemukan pada mesangial
glomerulus. Pada pasien sehat, IgA banyak ditemukan pada sekret mukosa namun
dalam konsentrasi yang relatif rendah. Imunoglobulin A memiliki dua isotipe,
yaitu IgA1 dan IgA2 . Imunoglobulin A1 memiliki hinge region yang terdiri dari
lima oligosakarida yang mengandung serine-linked N-acetylgalactosamine
(Ga1NAc) dan galaktosa yang nantinya akan tersialasi (Gambar 2). Sekitar 60%
IgA dalam sekret adalah IgA2 yang umumnya berupa polimer sedangkan IgA
serum umumnya berupa IgA1 yang 90% berupa monomer. Pada nefritis Henoch-
Schonlein ditemukan deposisi kompleks imun dengan predominasi IgA1 namun
tidak ditemukan IgA2. 7
Gambar 6. Histologi glomerulus ginjal pada HSP
VI. DIAGNOSA
Diagnosis HSP didasarkan pada adanya purpura yang dapat teraba
atau ptechiae (tanpa trombositopenia) ditambah setidaknya satu dari empat gejala:
(1) sakit perut; (2) arthritis atau arthralgia; (3) dominasi deposisi IgA pada biopsi
spesimen; (4) keterlibatan ginjal (hematuria atau proteinuria). Tes laboratorium
saling melengkapi dalam menilai keterlibatan ginjal (urine, mikroskop urin,
kreatinin serum), dan studi pencitraan membantu dalam evaluasi keterlibatan
abdomen dan yang komplikasi potensial (intususepsi). Pada anak-anak dengan
presentasi yang tidak jelas, biopsi dari organ yang terkena (kulit, ginjal)dapat
menegaskan diagnosis.8
LABORATORY
TEST INDICATION
Pemeriksaan Radiologis
Tidak semua pasien dengan HSP membutuhkan pencitraan diagnostik,
yang umumnya dilaksanakan untuk anak-anak dengan nyeri perut di antaranya
pada kecurigaan intususepsi . USG perut adalah teknik pilihan dengan akurasi
dalam mendiagnosis intususepsi mendekati 100%, adanya gambaran cincin
konsentris jaringan meliputi komponen dari usus dan lemak mesenterika membuat
"Target Sign" klasik. 8
Pemeriksaan Histologi
Biopsi dari kulit yang terkena memperlihatkan leukocytoclastic vasculitis
dengan deposisi IgA yang mengandung kompleks imun, terutama di pembuluh
darah kecil di dermis papiler (terutama venula). Neutrofil mengalami kehancuran
(leukocytoclasis) dengan fragmentasi merusak inti sel mati (karioreksis) selama
apoptosis atau nekrosis. 8
VIII. PENATALAKSANAAN
Karena Henoch-Schonlein purpura dapat sembuh spontan padan 94 persen
dari anak-anak dan 89 persen orang dewasa, intervensi yang diberikan adalah
terapi suportif terutama Acetaminophen atau obat anti-inflamasi nonsteroid
(OAINS) dapat digunakan untuk meringankan arthralgia, meskipun NSAIDS
mungkin memperburuk gejala gastrointestinal dan harus dihindari pada pasien
dengan keterlibatan ginjal. Sisanya relatif dan elevasi ekstremitas yang terkena
dampak selama fase aktif penyakit dapat membantu mencegah purpura. Pasien
harus diedukasikan bahwa mereka mungkin mengalami purpura berulang karena
terkait dengan peningkatan aktivitas mereka.2
Rawat inap mungkin diperlukan saat pemantauan rawat jalan yang
memadai tidak tersedia atau jika dehidrasi, perdarahan, atau kontrol nyeri
memerlukan manajemen rawat inap. Rujukan pada ahli nephrology dianjurkan
dengan involvemen ginjal yang signifikan pada pasien dengan penyakit ginjal
berat, biopsi ginjal diperlukan untuk memberikan diagnosis definitif dan
memandu terapi. 2
Pengobatan steroid awal yang paling tepat untuk anak-anak dengan
keterlibatan ginjal atau gejala - gejala lainnya. Terapi prednison dapat diberikan
dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari secara oral, terbagi dalam 3-4 dosis selama 5-7
hari untuk mengobati nyeri perut sedang hingga berat dan gejala nyeri sendi, dan
untuk mempercepat resolusi Henoch-Schonlein purpura pada anak- anak.
Penelitian meta-analisis menemukan bahwa penggunaan kortikosteroid pada anak
dengan Henoch-Schonlein purpura mengurangi rata-rata waktu untuk resolusi
nyeri perut dan menurunkan kemungkinan berkembangnya penyakit yang
persisten. 2
Terapi agresif awal dianjurkan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan
gangguan pada ginjal yang parah termasuk gengan steroid dosis tinggi, dosis
tinggi imunoglobulin intravena, plasmapheresis, dan transplantasi ginjal. Sebuah
uji coba baru-baru ini menemukan bahwa cyclophosphamide (Cytoxan) efektif
pada pasien dengan nefritis yang jelas. Bila terjadi sindrom nefrotik atau sindrom
nefritis akut, terapi dimulai dengan kombinasi prednisolon (2mg/kg/hari selama 4
minggu, dilanjutkan dengan 1,5mg/kg diberikan selang sehari selama 4 minggu,
dan dilanjutkan tapering off dengan dosis 0,5mg/kg diberikan selang sehari) dan
azathioprin (1-2mg/kg/ hari) selama 6-12 bulan. 2,7
awal) †
* - Dosis yang dianjurkan pediatrik adalah prednisone 1-2 mg per kg setiap hari selama satu
sampai dua minggu, diikuti oleh tappering off.
† - Nefrologi, gastroenterologi, operasi, atau subspesialisasi lain yang ditentukan berdasarkan
gejala atau sistem organ yang terlibat.
DIAGNOSIS BANDING
Differential Diagnosis for Henoch-Schönlein Purpura
KEY DIAGNOSTIC
DIAGNOSIS CLINICAL FEATURES TESTS
Akut abdomen onset akut atau subakut dari sakit CBC, hCG, amilase, tes
perut atau kekakuan fungsi hati, urine, CT Scan
abdomen
endokarditis onset akut atau subakut demam; kultur darah diambil lebih
bakteri fenomena vaskular (misalnya, dari dua jam terpisah, CBC,
emboli arteri, infeksi paru ESR, echocardiography
septik); fenomena imunologi
(mis, glomerulonefritis, Osler
node, Roth spot); regurgitasi
katup baru
Penyakit radang Diare (berdarah atau tidak CBC, ESR, elektrolit, studi
usus* berdarah), sakit perut, kram, tinja, colonoscopy dengan
demam, dan penurunan berat biopsi
badan
count = darah lengkap CBC; CRP = C-reaktif protein; CSF = cerebrospinal fluid; CT = computed
tomography; ESR = laju endap darah; hCG = human chorionic gonadotropin; LDH = laktat
PROGNOSIS
Pada sebagian besar anak-anak, prognosis dari HSP sangat baik dengan
resolusi spontan gejala dan tanda-tanda. HSP berulang terjadi pada sepertiga dari
pasien, biasanya dalam 4 bulan dari presentasi awal. Purpura berulang dapat
sesekali terkait dengan keluhan sendi dan episode gross hematuri meskipun setiap
episode berikutnya umumnya lebih ringan dan lebih pendek. Morbiditas jangka
panjang HSP berkaitan dengan tingkat HSP nefritis. HSP nefritis adalah penyakit
ringan, ditandai dengan hematuria mikroskopik dan proteinuria minimal, dengan
<1 risiko% dari perkembangan stadium akhir penyakit ginjal (ESKD).
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Ad bonam
Ad Sanactionam: Dubia ad bonam
KOMPLIKASI
Hepatosplenomegaly
Myocardial infarction
Pulmonary hemorrhage
Pleural effusion
Intussusception
Hemorrhage
Shock
Gastrointestinal bleeding
Bowel infarction
Renal failure
Hematuria
Proteinuria
DAFTAR PUSTAKA