Anda di halaman 1dari 11

PEMAHAMAN POTENSI DAN KEKAYAAN DAERAH BIDANG SUMBER DAYA KELAUTAN

DALAM PERSPEKTIF SISWA TINGKAT SEKOLAH DASAR dan METODE


PENGINTEGRASIAN INFORMASI BIDANG KELAUTAN
PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN PACITAN

Oleh : Sefilia Adhi Nugroho, S.Kel


Disampaikan dalam kegiatan : Seminar Pendidikan Kelautan

Abstrak
Anak – anak pada tingkat Sekolah Dasar (SD) secara umum sudah mengetahui bahwa
negerinya Indonesia terdiri dari area laut yang lebih luas dari daratan. Dan dapat dipastikan
hampir semua anak suka mengenai laut. Digali lebih dalam, dari perspektif atau sudut
pandang siswa tingkat sekolah dasar secara sederhana sebagian besar telah mengetahui
hal dan dunia bidang kelautan, baik itu dari sisi sains, teknologi atau sosial kemasyarakatan.
Beberapa siswa pada kelas 5 dan 6 juga sudah memiliki pandangan mengenai gejala alam
di laut, pengelolaan lingkungan, nilai tambah pengelolaan pariwisata di laut, dan juga
mengenai hal teknologi sarana dan transportasi laut. Dengan melihat sumber daya alam
yang ada di negeri kita, dipandang perlu untuk memberikan pemahaman lebih dalam
mengenai dunia kelautan bagi anak – anak Indonesia sejak usia dini. Baik itu melalui
pendidikan non formal bahkan pada pendidikan formal jenjang Sekolah Dasar. Harapan
selanjutnya adalah perkembangan pemahaman siswa dalam memanfaatkan potensi daerah
dan lingkungan sekitarnya.
kata kunci : kelautan, perspektif, sekolah dasar.
I. PENDAHULUAN DAN PUSTAKA

A. Definisi kemaritiman
Pengertian kemaritiman yang selama ini diketahui oleh masyarakat umum
adalah menunjukkan kegiatan di laut yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan
di laut. Sehingga tidak meliputi definisi dari eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam laut atau bidang
perikanan.
Namun jika ditinjau berdasarkan terminologinya, definisi kemaritiman mencakup ruang permukaan
laut, pelagik dan mesopelagik yang merupakan daerah subur dimana pada ruang wilayah ini terdapat
kegiatan seputar dunia kelautan meliputi pariwisata, pelayaran, perdagangan dan jasa di bidang kelautan
yang bersifat ekonomi.
Istilah kelautan sendiri memiliki arti segala sesuatu yang berhubungan dengan laut meliputi isi serta
permukaannya.
Jika digambarkan secara visual :

( Gambar 1. Definisi kemaritiman )

Dari definisi tersebut, bidang ilmu kelautan yang mencakup dunia perikanan laut dan segala aspek
pendukungnyalah yang lebih sering digunakan dan dikenal secara umum. Sehingga dalam karya tulis ini
penulis akan lebih banyak menggunakan istilah kelautan.
Pemahaman dan pembelajaran ilmu kelautan itu sendiri biasanya dibagi berdasarkan ruang wilayah yang
akan dipelajari.

( Gambar 2. Pemintakatan Laut )


( Gambar 3. Pembagian wilayah pantai )

Dalam hal pembagian bidang ilmu yang berkaitan dengan dunia maritim atau
kelautan, hampir semuanya mengarah untuk mengeksplorasi sumberdaya alam laut
baik yang bersifat eksploitasi maupun konservasi yang bertujuan memajukan
perekonomian.

B. Potensi Sumber Daya Alam Laut Indonesia


Sudah menjadi pengetahuan umum dan banyak dikutip bahwa Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan data jumlah pulau lebih dari
17.000, total panjang garis pantai lebih dari 80.000 km dan luas perairan laut lebih dari
3,1 juta km2 ditambah dengan Zona Ekonomi Eksklusifnya seluas 2,7 juta km 2 yang
menjadikan negara Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati laut yang melimpah.
Dan diketahui pula menurut Romin Dahuri dkk pada tahun 1996 Indonesia memiliki
89 jenis flora hutan mangrove, 450 jenis karang batu, 2500 jenis moluska, 1512 jenis
krustacea, 850 jenis spons. 745 jenis echinodermata, 2334 jenis ikan laut, 30 jenis
mamalia laut, dan 36 jenis reptilia laut. Yang menjadikan negara Indonesia termasuk
sebagai negara dengan kekayaan alam laut terbesar dunia.
Potensi yang sedemikian besarnya ini belum semua dapat di akses dan di proses
oleh masyarakat Indonesia, karena terbatasnya informasi dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki masyarakat serta keanekaragaman sumber daya alam yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Tiap – tiap daerah memiliki potensi alam laut yang berbeda – beda
sesuai dengan karakter wilayah pesisirnya masing – masing. Sehingga dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam laut di tiap daerah juga berbeda –
beda.
Dengan demikian, perlu adanya penyampaian informasi mengenai ilmu dan
teknologi di bidang kelautan baik secara formal pada jenjang sekolah atau melalui
kegiatan ilmiah lain. Hal ini ditujukan agar pemanfaatan sumber daya alam laut di tiap
daerah dapat dimaksimalkan untuk memajukan perekonomian daerah tersebut.

C. Potensi Sumber Daya Alam Laut Kabupaten Pacitan


Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Timur yang
memiliki wilayah perairan laut. Sebuah sumber memuat data Kabupaten Pacitan
memiliki garis pantai sepanjang 70,71 kilometer dengan wilayah laut seluas 524
kilometer persegi. Tentu saja, kondisi itu memiliki potensi cukup besar dalam bidang
kelautan. Baik dalam hal potensi fisik maupun di bidang perikanan lautnya. Sehingga,
kekayaan alam itu merupakan peluang sekaligus tantangan untuk memanfaatkan
sumberdaya alam laut secara optimal.
Wilayah laut Kabupaten Pacitan terletak pada bagian selatan Pulau Jawa. Dengan
karakteristik yang khas, berbeda dari pantai – pantai utara jawa, pantai di Pacitan
cenderung terjal dan luasan pantainya tidak lebar. Pasirnya didominasi pasir putih yang
berasal dari sedimentasi batuan kapur, dan banyak dikelilingi tebing – tebing dan batu
karang sehingga daratan pantainya cenderung membentuk cekungan – cekungan teluk
tersembunyi. Dari segi oseanografi dan atmosfirnya, ombak di teluk – teluk pacitan juga
cenderung besar karena berhadapan langsung dengan wilayah perairan Samudra
Hindia dan paparan Benua Australia.
Dengan kondisi wilayah pantai dan pesisir yang demikian, maka ekosistem dan
ragam biotik di pesisir Pacitan tidak terlalu menonjol. Hal ini disebabkan wilayah pantai
Pacitan tidak tergolong ke dalam area nesting atau bertelur untuk ikan atau hewan lain.
Sehingga tidak banyak ragam spesies ikan yang kita temukan di peraian pantai Pacitan.
Kebanyakan hanya ikan – ikan konsumsi yang sering dijumpai di pelelangan ikan.
Namun keindahan alam dan pemandangan pantainya yang lebih dominan dan eksotis
dengan kondisi yang 90 % masih alami, dengan bukit – bukit karang yang menawan,
membuat pantai di Kabupaten Pacitan tetap menarik untuk dikaji sumber daya dan
potensi yang dimiliki.
Hal ini mempengaruhi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam laut di Kabupaten
Pacitan. Bagi para nelayan lebih banyak memanfaatkan hasil perikanan tangkap di
perairan lepas daripada budidaya, juga masyarakat pesisir Pacitan tidak banyak yang
menggantungkan hidup dari ketersediaan alam pesisir mereka yang bersifat
berkelanjutan. Masyarakat lebih memilih untuk menggeluti dunia dagang atau
eksploitasi sumber daya alam lain seperti kayu dan hasil tambang.
Selain sumber daya alam yang tersedia, Kabupaten Pacitan juga termasuk dalam
wilayah rawan bencana alam di wilayah pesisir, seperti gempa dan gelombang pasang,
juga tsunami. Sehingga perlu adanya pemahaman tentang mitigasi dan bencana alam
bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Pacitan
Keterbatasan keanekaragaman hayati dan kondisi geografis yang ada di wilayah
pesisir Kabupaten Pacitan berpengaruh terhadap penyampaian informasi di bidang
kelautan. Sehingga materi pendidikan dan informasi bidang kelautan yang diberikan
disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang sekiranya dapat diterapkan pada
masyarakat lokal.
II. KONSEP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KELAUTAN

A. Kebutuhan mengembangkan pendidikan kelautan


Pengetahuan dan pemahaman tentang sumber daya alam di wilayah pesisir dan laut
yang terdapat di sekitar kita ternyata masih sangat terbatas. Padahal sumber daya yang
tersedia sangat bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan kita semua.
Hal ini didukung oleh beberapa data yang cukup bisa dipercaya. Salah satunya
adalah masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang menjadi kantong – kantong
wilayah masyarakat yang kondisi ekonominya berada pada garis kemiskinan. Pernyataan
ini juga disampaikan oleh beberapa media dan figur berpengaruh di tingkat nasional.
Di Kabupaten Pacitan sendiri, masyarakat yang berada di wilayah sekitar pantai yang
berprofesi sebagai nelayan, cenderung pada kondisi perokonomian yang kurang mampu,
dan pendapatan sehari – hari yang tidak menentu. Hal ini diperkuat dengan kondisi anak
– anak mereka yang selalu kesulitan dalam pembiayaan pendidikan, sehingga jarang
sekali anak nelayan yang mencapai pendidikan tingkat lanjut.
Selain kondisi tersebut, terbatasnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang sumber daya alam pesisir juga ditunjukkan dengan kebiasaan dan perilaku.
Salah satunya adalah kebiasaan membuat pemukiman penduduk yang membelakangi
pantai, bukan menghadap ke pantai. Sehingga kesan “laut adalah tempat sampah umum
karena ada di pekarangan belakang rumah” menjadi tradisi yang menurun bagi
masyarakat nelayan.
Untuk itu penulis beranggapan perlu diadakannya pengembangan pendidikan
kelautan bagi masyarakat pesisir yang bisa dimulai dari anak usia dini. Adanya program
pendidikan kelautan yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
kepedulian anak mengenai lingkungan di sekitar mereka dapat menumbuhkembangkan
kecintaan dan apresiasi anak terhadap pesisir dan laut yang mengelilingi kehidupan
mereka sehari – hari. Sebagai anggota masyarakat, anak – anak tersebut kelak akan
terlibat secara aktif dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut secara
berkelanjutan.
Meski demikian tidak mudah untuk mengimplementasikan pengembangan pendidikan
kelautan secara formal. Beberapa kendala dalam pelaksanaan pendidikan kelautan
antara lain :
1. Bahan dan materi kelautan serta sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pembelajaran masih sangat terbatas.
2. Sumber Daya Manusia pemateri atau penyampai informasi bidang kelautan
yang terbatas baik secara kuantitas maupun kualitas.
3. Kebijakan dan political will pemerintah daerah yang belum mengarah pada
program pengembangan pendidikan kelautan.

B. Tingkat pemahaman bidang kelautan siswa tingkat sekolah dasar di Kabupaten


Pacitan.
(data survey)

C. Metode dan teknis penyampaian informasi bidang kelautan pada tingkat


sekolahdasar.

Untuk mengembangkan pendidikan di bidang kelautan, ada tiga opsi pengintegrasian


yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Memasukkan pendidikan kelautan ke dalam kurikulum standar, khususnya
mata pelajaran wajib yang sesuai seperti mata pelajaran IPA.
b. Memasukkan pendidikan kelautan sebagai mata pelajaran pilihan yang
berdiri sendiri seperti muatan lokal.
c. Memasukkan pendidikan kelautan ke dalam kegiatan ekstra kurikuler
sekolah.
Dalam pemberian materi pengembangan pendidikan kelautan pada ketiga opsi tersebut,
juga harus diperhatikan ruang lingkup informasi pendidikan kelautan yang akan
disampaikan untuk siswa tingkat sekolah dasar.
Ruang lingkup pendidikan kelautan yang memungkinkan untuk diterapkan meliputi 3
aspek, yaitu :
a. Kerja ilmiah melalui suatu proses pengenalan pengetahuan dan
pengembangan pemahaman siswa yang mencakup : pengamatan,
penyelidikan, pengembangan kreatifitas, diskusi kelompok dan pemecahan
masalah.
b. Pemahaman konsep dan penerapan yang mencakup : pengenalan
lingkungan pesisir dan laut, pemahaman ekosistem, bentuk – bentuk
pemanfaatan ekosistem pesisir dan laut, permasalahan dan upaya
pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara berkelanjutan.
c. Kesadaran dan kepedulian akan pentingnya pengelolaan ekosistem pesisir
dan laut secara berkelanjutan.
Setelah didapatkan metode pengintegrasian dan ruang lingkup informasi pendidikan
kelautan yang akan disampaiakan, selanjutnya diperlukan kerangka pemikiran untuk
memberikan gambaran konsep dan tujuan yang ingin dicapai secara utuh pada tingkat
sekolah dasar.
Dalam hal ini, penulis mencoba memberikan kerangka pemikiran dengan cara
pembatasan tema dan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Pada tingkat
sekolah dasar, lingkup tema dan materi dapat dianalogikan dengan kehidupan
masyarakat pesisir yang beraneka ragam. Lingkup yang paling sederhana yaitu anggota
masyarakat sebagai individu (perorangan). Kemudian berkembang pada lingkup yang
lebih luas dengan analogi berupa kumpulan individu yang membentuk satu keluarga,
selanjutnya berkembang lagi pada tahap keluarga membentuk masyarakat. Analogi ini
dapat diintegrasikan dalam lingkup mata pelajaran sebagai berikut :
a. Pada tahap awal materi yang disampaikan masih sangat sederhana ( analogi
dengan individu ) berupa pengenalan lingkungan pesisir dan laut yang terdapat
di sekitar rumah tinggal siswa dan sekolah. Siswa dapat diberikan materi
tentang biota atau makhluk hidup yang ada di pesisir dan perairan, baik itu
tumbuhan, hewan dan manusia. Siswa juga diperkenalkan dengan benda –
benda tidak hidup seperti pasir, air laut yang asin, batu dan lainnya. Ada
baiknya dalam materi ini dikemas dalam satu bentuk yang tematik.
b. Pada tahap berikutnya yaitu analogi dengan keluarga, lingkup materi yang
disampaikan sedikit diperluas. Siswa mulai dikenalkan dengan ekosistem
pesisir dan laut dan interaksi atau keterkaitan antara makhluk hidup dan benda
mati yang terdapat dalam ekosistem tersebut.
c. Pada tahap akhir diterapkan analogi dengan kehidupan masyarakat. Siswa
diupayakan mengenal dan memahami materi kelautan dalam bentuk
pemanfaatan nilai ekonomi, permasalahan, pengelolaan serta upaya
pelestarian ekosistem pesisir dan laut yang ada di lingkungan siswa tersebut.

Dari kerangka tersebut, kemudian dapat diterjemahkan ke dalam konsep umum materi
yang akan disampaikan atau diintegrasikan menurut tingkat kelas. Konsep umum
tersebut dapat diterjemahkan demikian :
1. Kelas 1 dan 2 : Materi mengenal dan menyayangi lingkungan pesisir dan laut.
2. Kelas 3 dan 4 : Mengenal dan memahami ekosistem pesisir dan laut, dan
keterkaitan antara penghuni ekosistem baik biota dan non biotanya.
3. Kelas 5 dan 6 : Mengetahui dan memahami bentuk pemanfaatan,
permasalahan dan upaya pelestarian berkelanjutan untuk ekosistem pesisir
dan laut di lingkungannya.
Lebih dalam lagi mengenai pemberian materi, disesuaikan dengan literatur dan
referensi bacaan dan peraga yang dimiliki oleh guru dan mampu diadakan pihak
sekolah. Maka dari itu perlu pemahaman terlebih dahulu bagi sumber daya manusia
pendidiknya.
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Setelah melakukan serangkaian pengamatan dan kajian, penulis menyimpulkan beberapa
temuan yang dapat menjadi masukan bagi dunia pendidikan anak mengenai bidang
kelautan di Indonesia, yaitu :
1. Siswa level Sekolah Dasar secara umum sudah memahami bahwa negerinya
Indonesia sebenarnya terdiri dari area laut yang lebih luas dari daratan.
2. Hampir seluruh anak suka mengenai laut, walau minoritas tetapi tetap ada anak yang
tidak dan kurang suka mengenai laut.
3. Perspektif siswa dalam dunia kanak-kanak pada tingkat sekolah dasar, secara
sederhana sebagian besar telah mencakup bidang kelautan mengenai Sains,
Teknologi dan Kemasyarakatan.
4. Beberapa siswa sudah memiliki pandangan yang lebih maju mengenai gejala alam di
laut, pengelolaan lingkungan, nilai tambah pengelolaan pariwisata laut, teknologi
sarana dan transportasi laut seperti kapal selam.
5. Pemetaan perspektif dan minat anak di tingkat Sekolah Dasar mengenai profil dunia
Kelautan, gambaran yang didapat secara berurutan, yaitu Sains (jenis ikan, terumbu
karang, rumput laut,...); Teknologi (Kapal, teknologi alat tangkap, teknologi
pemantauan...), dan diikuti oleh Kemasyarakatan (sociality).
6. Perspektif dan minat anak-anak dari komunitas non-pantai untuk pengetahuan
aplikasi teknologi justru lebih berkembang dibandingkan anak-anak dari komunitas
pantai.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas (2006). Permendiknas No. 22/2006: Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Esther S. Manapa. (2010). Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No.1 April 2010.
Jakarta, Mendikbud.
Fauzi, A. (2005). Kebijakan Perikanan dan Kelautan, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Hidayati, D. (2006). Pesisir dan Laut Kita : Panduan Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta,
COREMAP – LIPI.

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah lulusan Oseanografi, Universitas Diponegoro angkatan 2002

Anda mungkin juga menyukai