Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

FISIKA BENCANA ALAM

“BENCANA TSUNAMI”

Oleh:
RIA HARIANI
(16175026)

Dosen:
SYAFRIANI, M.SI. Ph.D

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Bencana Tsunami“. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah kepada
zaman yang berilmu pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Bencana
Alam dan menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu pendidikan fisika.
Dalam penulisan makalah ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Syafriani, M.Si. Ph.D, sebagai
dosen pembimbing mata kuliah Fisika Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 22 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ .......... ... 1
B. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... ... 2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 2
BAB II. KAJIAN TEORI 3
A. Defenisi Tsunami ................................................................... ........ .... 3
B. Penyebab Tsunami ................................................................. ............. 4
C. Sejarah Bencana Tsunami .................................................... ............. 8
D. Sifat Fisis Tsunami ................................................................ ............. 9
E. Prediksi Tsunami.................................................................................. 13
F. Pengurangan Resiko Tsunami.............................................................. 19

BAB III. PENUTUP........................................................................................... 23


A. Kesimpulan ................................................................................. ............... 23
B. Saran............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan aspek kebumian karena
bumi telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia. Minyak dan gas
bumi, air, mineral logam dan non logam, sumber daya nirhayati, semuanya
tersedia dan tersimpan oleh bumi. Adanya sumber daya kebumian tersebut
membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
Namun demikian, bumi juga menyimpan potensi bencana yang harus
diwaspadai manusia. Terkadang manusia terlena oleh semua fasilitas dan
kebutuhan yang disediakan oleh bumi. Manusia sering lupa atau melupakan
bahwa bumi juga menyimpan potensi bencana. Kejadian tersebut pada dasarnya
merupakan hal yang “wajar”, karena merupakan suatu proses keseimbangan alam.
Kejadian tersebut dikategorikan bencana apabila merusak ataupun mengganggu
kehidupan manusia baik yang menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan
infrastruktur atau hasil budaya manusia (rumah, bangunan, jalan, jembatan,
bendungan, dan lain-lain).
Secara geografis, posisi Kepulauan Indonesia juga strategis yaitu terletak
diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera
yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Secara geologis Kepulauan Indonesia
berada pada jalur penumjaman lempeng bumi, seperti penunjaman Lempeng
Samudra Indo-Australia dengan Lempeng Benua Eurasia yang memanjang dari
pantai barat Sumatera hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai Nusa
Tenggara. Adanya proses penunjaman ini Kepulauan Indonesia terdapat deretan
gunung api terutama dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara. Keterdapatan
deretan gunung api tersebut memberikan keuntungan bahwa tanah disekitarnya
akan menjadi subur dan produktif. Namun juga adanya gunung api yang masih
aktif tersebut bahaya letusan gunung api juga harus diwaspadai.
Selain itu bahaya banjir lahar dingin terutama pada musim hujan juga tidak
boleh dilupakan. Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan
Indonesia merupakan jalur penyebab gempa tektonik yang mana bersifat regional
dan umumnya kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Jalur gempa tersebut

1
secara geologis berdampingan dengan jalur gempa bumi. Sebagian jalur gempa
bumi tersebut berada di laut sehingga sangat berpotensi menimbulkan bencana
tsunami.
Ukuran gelombang tsunami agak rendah di laut yang dalam, gelombang
tampak seperti ombak biasa, tingginya hanya sekitar satu meter dan lewat tanpa
disadari oleh nelayan. Namun ketika mencapai laut dangkal gelombang tsunami
tumbuh hingga tiga puluh meter. Gelombang tsunami dapat bergerak hingga 900
Km/jam, di laut yang dalam tapi ketika mencapai laut dangkal dekat daratan,
gelombang tersebut melambat. Pada kedalaman 15 meter kecepatannya bisa
menjadi sekitar 45 Km/jam, kecepatan ini masih terlalu sukar bagi orang-orang di
pantai untuk dapat lari menyelamatkan diri. Untuk kajian lebih terperinsi, penulis
akan menjelaskan defenisi tsunami, penyebab tsunami, sejarah tsunami, fisika
tsunami, prediksi tsunami dan penanggulangan resiko tsunami yang penulis sadur
dari berbagai sumber pada makalah ini.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka batasan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Defenisi tsunami
2. Penyebab tsunami
3. Sejarah tsunami
4. Fisika tsunami
5. Prediksi tsunami, dan
6. Penanggulangan resiko tsunami

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan menjelaskan defenisi
tsunami, penyebab tsunami, sejarah tsunami, fisika tsunami, prediksi tsunami
dan penanggulangan resiko tsunami.

D. Manfaat Penulisan
Dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat dengan
bertambahnya wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai bencana tsunami
dan bagaimana mitigasi bencana tsunami tersebut.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi Tsunami
Tsunami (berasal dari Bahasa Jepang: Tsu = pelabuhan, Nami =
gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya
adalah perpindahan badan air atau gelombang laut yang terjadi karena adanya
gangguan impulsif. Gangguan impulsif tersebut terjadi akibat adanya perubahan
bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal
dengan tiba-tiba. Dari beberapa definisi tsunami yang diungkapkan oleh ahli,
dapat disimpulkan bahwa tsunami merupakan sebuah gelombang besar di laut
yang mempunyai panjang gelombang yang besar, perioda, frekuensi, cepat
rambat gelombang dan energi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian seismik
ataupun non-seismik dengan membawa energi dalam perambatannya menuju ke
pantai. Tsunami kadangkala disebut “gelombang laut seismik”, walaupun tsunami
disebabkan oleh mekanisme selain gempa bumi. Ada juga yang menyebut tsunami
dengan “gelombang tidal”, karena terjadi di permukaan laut saat terjadinya pasang
naik di Bumi.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

3
B. Penyebab Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik
atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang
ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya
tsunami. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana
gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50
km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter
bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan
bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-
turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh
dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Secara rinci penyebab terjadinya tsunami dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan penyebab utama terjadinya tsunami. Tidak
semua gempa dapat menyebabkan tsunami, terjadinya tsunami harus memenuhi
beberapa syarat yaitu:
a. Pusat gempa (episenter) berada di bawah laut

4
b. Pusat gempa berkisar antara 0-30 km (biasa dikenal dengan sebutan gempa
dangkal).
c. Magnitudo gempa yang berdampak biasanya lebih besar dari 6 Skala
Richter.
d. Tsunami yang besar umumnya juga terjadi apabila terjadi dislokasi vertikal,
atau pada sesar naik atau sesar turun.

Gempa dengan karakteristik tertentu akan menghasilkan tsunami yang


sangat berbahaya dan mematikan:
a. Tipe sesaran naik (thrust/ reverse fault). Tipe ini sangat efektif
memindahkan volume air yang berada diatas lempeng untuk bergerak
sebagai awal lahirnya tsunami.
b. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu. Makin tinggi
sudutnya (mendekati tegak lurus), makin efektif tsunami yang terbentuk.
c. Kedalaman pusat gempa yang dangkal (7.0R), tetapi kalau tipe sesarnya
bukan naik, namun normal (normal fault) atau sejajar (strike slip fault), bisa
dipastikan tsunami akan sulit terbentuk.

Gempabumi tektonik terjadi akibat tumbukan lempeng tektonik. Di


Indonesia terdapat 3 pergerakan lempeng yaitu: pergerakan Indo-Australia
dengan Eurasia, Indo-Australia dengan Pasifik dan Pasifik dengan Indo-
Australia. Pertemuan lempeng ini adalah lokasi gempa-gempa yang besar dan
berada di lautan yang berjarak 100-150 km dari pantai barat Sumatra, selatan
Jawa, selatan Nusatenggara, Maluku dan pantai utara Papua.
Skema terjadinya tsunami akibat gempa bumi diperlihatkan pada Gambar 5
berikut.

Gambar 5a. Awal Terjadinya Tsunami

5
Gambar 5b. Skema Terjadinya Tsunami
 Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air
yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air
laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang
mengakibatkan terjadinya tsunami.
 Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa
bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.

Contoh tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi:


a. 1 April 1946, gempa kekuatan M7,3 di Pulau Unimak, Alaska. Menghasilkan
gelombang tsunami setinggi 30 m dengan kecepatan 659 km/jam.
b. 22 Mai 1960, gempa kekuatan M9,5 di Chili, Amerika Selatan. Menghasilkan
gelombang setinggi 11 m dengan kecepatan 166 km/jam.
c. 27 Maret 1964, gempa kekuatan M9,2 di Alaska. Menghasilkan tsunami
setinggi 6,3 m.
d. 2 September 1992, gempa dengan magnitude 7 di Nikaragua, Amerika
Tengah.
e. 26 Desember 2004, gempa dengan kekuatan 9,3 SR di Aceh, Indonesia.
Menghasilkan gelombang setinggi 30 m dengan kecepatan 1000 km/jam.

2. Letusan Gunung Api


Meskipun relatif jarang, letusan-letusan gunung berapi yang hebat juga
merupakan guncangan-guncangan impulsif yang dapat memindahtempatkan air
dalam jumlah besar dan menciptakan gelombang-gelombang tsunami yang
sangat destruktif di daerah sumber terdekat.

Gelombang-gelombang dapat terjadi karena perpindahtempatan air


secara tiba-tiba, karena kegagalan lereng gunung berapi atau, lebih mungkin,
karena phreatomagmatic explosion–suatu erupsi/muntahan gunung berapi
berdaya ledak yang timbul dari interaksi air dan magma dan runtuhnya ruang-
ruang magma gunung berapi. Salah satu tsunami paling besar dan paling

6
destruktif yang pernah tercatat adalah pada 26 Agustus 1883, setelah meletus dan
runtuhnya gunung berapi Krakatau di Indonesia.
Letusan itu menimbulkan gelombang-gelombang yang menjulang setinggi 42
meter (hampir 130 kaki), menghancurkan kota-kota di daerah pantai dan desa-
desa sepanjang Selat Sunda di kepulauan Jawa dan Sumatra, dan merenggut
36.417 jiwa.
3. Tanah Longsor dan Karang Terban
Tidak jarang, gelombang-gelombang tsunami dapat disebabkan oleh
berpindahtempatnya air akibat terbanan karang, guguran es, dan pergeseran
lapisan tanah atau batu (slump) bawah laut secara tiba-tiba.

Peristiwa-peristiwa demikian dapat disebabkan secara impulsif oleh


ketidakstabilan dan kegagalan mendadak lereng-lereng bawah laut. Sebagai
contoh pada tahun 1980-an, pengerukan tanah (earth moving) dan pekerjaan
konstruksi pada airport runaway sepanjang pantai Prancis Selatan memicu
tanah-longsor bawah air yang menimbulkan gelombang-gelombang tsunami
yang destruktif di pelabuhan Thebes.

Gempabumi-gempabumi besar diduga menjadi penyebab dari banyak


tanah-longsor di bawah air, yang mungkin punya andil besar dalam munculnya
tsunami. Banyak ilmuwan yang percaya bahwa tsunami 1998, yang merenggut
nyawa ribuan orang dan memporakporandakan desa di pantai utara Papua
Nugini, dimotori oleh pergeseran bawah-air sedimen-sedimen yang dipicu oleh
satu gempa bumi.

Umumnya energi dari gelombang-gelombang tsunami yang


terbangkitkan dari tanah longsor atau karang terban cepat tersebar ketika
gelombang-gelombang itu bergerak dari sumber dan melintasi lautan, atau dalam
suatu perairan seperti danau atau teluk (fjord). Tetapi perlu dicatat bahwa salah
satu gelombang tsunami terbesar yang pernah diamati adalah disebabkan oleh
karang terban di Teluk Lituya, Alaska, pada 9 Juli 1958. Gelombang mencapai
ketinggian 520 meter (kira-kira 1.600 kaki) dan menyapu habis satu hutan.
4. Kejatuhan Benda-Benda Langit (Asteroid, Meteor dan Letusan)
Untungnya jarang sekali sebuah meteor atau asteroida mencapai Bumi.
Dalam catatan sejarah belum pernah ada asteroida menghantam planet. Sebagian
besar meteor terbakar ketika mereka mencapai atmosfer.

Akan tetapi, dulu meteor-meteor besar pernah menghantam, yang


dibuktikan oleh ledakan-ledakan yang ditemui di berbagai bagian bumi. Adalah
juga mungkin bahwa sebuah asteroida jatuh ke bumi di jaman prasejarah – yang
terakhir kira-kira 65 juta tahun lalu selama masa Cretaceous.

Oleh sebab bukti kejatuhan meteor dan asteroida di atas Bumi sungguh
ada maka kita harus berkesimpulan bahwa sebagian di antaranya jatuh tercebur
di laut atau lautan karena 4/5 dari planet tertutup oleh air. Kejatuhan benda-
benda langit itu ke laut berpotensi menyebabkan tsunami yang amat dahsyat.

Pada tahun 1997, para ilmuwan menemukan bukti tentang suatu asteroida

7
berdiameter empat km (2,5 mil) yang mendarat di lepas pantai Chili kira-kira dua
juta tahun lalu, yang menimbulkan tsunami besar sekali yang menyapu rata
beberapa bagian Amerika Selatan dan Antartika. Para ilmuwan telah
berkesimpulan bahwa dampak dari sebuah asteroida yang agak besar,
berdiameter 5-6 km (tiga sampai empat mil), di tengah ocean basin yang besar
seperti Atlantik, akan menghasilkan satu tsunami yang akan menjelajah habis
Pegunungan Appalachian di dua pertiga hulu Amerika Serikat. Melintasi
Atlantik, kota-kota di daerah pantai akan tersapu ludes. Sebuah asteroida
seukuran itu yang jatuh di antara kepulauan Hawaii dan pantai barat Amerika
Utara akan menghasilkan satu tsunami yang menerjang kota-kota besar di pantai-
pantai barat Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko dan akan mengubur
sebagian besar daerah pemukiman pantai kepulauan Hawaii.

C. Sejarah Bencana Tsunami


Kejadian bencana tsunami yang terjadi di bumi ini diketahui telah terjadi
sejak ribuan tahun lalu, mulai dari zaman Yunani kuno sampai terakhir bencana
tsunami yang terjadi di Jepang tahun 2011 yang lalu. Ternyata, kejadian bencana
tsunami mempunyai sederetan cerita sejarah mulai dari yang kecil sampai
kejadian tsunami yang terburuk sepanjang sejarah. Berikut adalah beberapa
kejadian bencana tsunami di beberapa negara :

1. 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi


menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
2. 1 April 1946, gempa kekuatan M7,3 di Pulau Unimak, Alaska.
Menghasilkan gelombang tsunami setinggi 30 m dengan kecepatan 659
km/jam.
3. 22 Mai 1960, gempa kekuatan M9,5 di Chili, Amerika Selatan. Menghasilkan
gelombang setinggi 11 m dengan kecepatan 166 km/jam.
4. Maret 1964, gempa kekuatan M9,2 di Alaska. Menghasilkan tsunami
setinggi 6,3 m.
5. 2 September 1992, gempa dengan magnitude 7 di Nikaragua, Amerika
Tengah.
6. 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di
Alaska, membunuh 159 orang, kebanyakan berada di Hawaii. Pada tanggal 1
April, 1946 sebuah-besarnya 7,8 (Skala Richter) terjadi gempa dekat
Kepulauan Aleutian, Alaska. Ini menghasilkan tsunami yang menggenangi
Hilo di pulau Hawaii dengan 14 meter (46 kaki) gelombang tinggi. Daerah

8
dimana gempa bumi terjadi adalah di mana lantai Samudera Pasifik
merupakan subduksi (atau didorong ke bawah) di bawah Alaska.
7. 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa
modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang
awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang
sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi dan kondisi
geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi
hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang pelaut.
8. 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile
sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile
dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh
1500 orang di Chile dan Hawaii.
9. 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan
kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per
jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 67 meter, membunuh lebih
dari 120 orang. Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara
California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter.
10. 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu
korban gempa bumi.
11. Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami
di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
12. Tanggal 12 Januari 2006, gempat bumi Haiti yang beresiko
memicu tsunami.

D. Sifat Fisika Tsunami


Tsunami sering diawali dengan gempa bumi, tanah longsor, letusan
gunung berapi, selain itu disebabkan oleh kejatuhan meteor dan percobaan nuklir,
dan kemudian juga disebabkan oleh angin. Tsunami memiliki panjang gelombang
(λ) yang sangat panjang dan periode. Nilai λ biasanya berkisar dari beberapa
kilometer hingga ratusan kilometer, sehingga gelombang tersebut jauh lebih
panjang beberapa ratus meter dari gelombang angin yang dihasilkan di dekat
pantai. Karena dasar laut lebih dalam 11 km yang disebut dengan parit Mariana,
berarti di daerah laut gelombang tsunami berprilaku sebagai gelombang air

9
dangkal yang mana (H= Kedalaman laut). Ketika gelombang mencapai
daerah pesisir, karakter gelombang tsunami bukan lagi gelombang air dangkal
tetapi merupakan gelombang air yang sangat besar.
Berdasarkan hasil pengamatan, gelombang air bergerak dengan pola
gerakan ellips oleh partikel-partikel air. Rata-rata posisi partikel (x,y), pergeseran
δx dan δy dengan kesesuaian posisi rata-rata dan pergerakan amplitudo δxo dan δyo.
H adalah ketinggian air yang tak terganggu. Seperti yang ditunjukkan gambar
berikut.

Gerakan pada gelombang air tersebut sesuai dengan persamaan berikut :

Dimana δx dan δy adalah pergeseran yang sesuai dengan posisi rata-rata


pada bidang x-y vertikal seperti gambar 1 dan δxo dan δyo adalah konstanta. Ketika
pergerakan diakitkan dengan gelombang yang sedang merambat sepanjang sumbu
horisontal x, persamaan (1) dan (2) jelas menjadi :

Berikutnya pada gelombang tsunami ada hubungan dispersi, yaitu


hubungan antara ω dan k. Ini didasarkan pada konservasi energi dengan

10
memperlakukan kombinasi linear yang menghasilkan persamaan gelombang
stasioner berikut :

Hubungan dispersi ini berisi semua elemn untuk memahami sifat-sifat


dasar gelombang air dangkal dan khusunya tsunami. Gelombang tsunami
memiliki kecepatan fase dan kecepatan grup yang dapat dirumuskan berdasarkan
persamaan berikut :

Saat tsunami mendekati wilayah pesisir, perubahan kecepatan sebagai akar


kuadrat dari kedalaman. Persamaan diatas memiliki konsekuensi penting, secara
khusus untuk frekuensi konstan ini menunjukkan bahwa panjang gelombang λ =
2π / k sebagai perubahan √𝐻. Pertimbangkan gelombang dengan λ = 100 km =
105 m di daerah laut dalam dengan H = 4000 m. Waktu yang dibutuhkan untuk
gelombang berjalan sepanjang jalan yang sama adalah ≈105 / (200) ≈ 500 s ≈ 8
min. Ini menunjukkan bahwa waktu gelombang tsunami jauh lebih lama dari
gelombang angin. Gelombnag ini dapat menghasilkan gelombang raksasa
menghancurkan dan tidak dapat berlari cepat.
Perubahan dalam kecepatan dengan kedalaman memiliki implikasi
mendasar pada ketinggian gelombang. Gelombang tsunami terjadi karena
rambatan dari gerakan partikel air. Ketinggian gelombang bisa lebih besar apabila
mendekati pantai, tetapi jauh lebih kecil di laut. Ini membuat tsunami sulit
dideteksi tetapi juga memungkinkan tindakan defensif seperti bergerak untum
menjauhi pantai dan laut. Kajian Fisika tsunami dapat dilihat pada hal berikut,
diantaranya:
1. Pemodelan Numerik pada Tsunami
Metode MARKER dan CELL (MAC) oleh Harlow dan Welch (1965)
adalah sebuah teknik numerical untuk perhitungan viskositas, aliran mampat

11
dengan permukaan bebas. Metode ini menggunakan teknik untuk menemukan
perbedaan bergantung waktu pada persamaan Navier-Stokes.
Persamaan untuk aliran dua dimensi adalah :

Metode MAC sama seperti persamaan diferensial gerak yaitu konservasi


massa dan momentum. Perbedaan batas persamaan MAC mengungkapkan prinsip
konservasi untuk setiap sel. Chan dan Street membangun sebuah teknik untuk
menggambarkan mengenai permukaan bebas secara lebih akurat. Tekanan
permukaan bebas ditentukan pada permukaan itu sendiri bukan di permukaan
pusat sel. Nichols dan Hirt memodifikasi langkah langkah yang dilakukan Chan
dan Street, Merancang teknik untuk mendefinisikan permukaan fluida oleh satu
set partikel penanda permukaan yang bergerak dengan kecepatan fluida lokal.
MAC sederhana telah dijelaskan oleh Harlow dan Amsden yang tidak
memerlukan tekanan untuk dihitung. Program komputasi yang digunakan untuk
perhitungan tsunami disebut ZUNI dan dijelaskan oleh Amsden. Teknik SMAC
dari Harlow dan Amsden telah dimodifikasi untuk menyertakan perbaikan
permukaan bebas Nichols dan Hirt. Perbaikan sel parsial yang memungkinkan
hambatan tergelincir bebas untuk melalui tempat sel diagonal juga telah
disertakan. Batas kemiringan yang diinginkan diperoleh dengan memilih aspek
rasio yang sesuai untuk sel sel mesh. Dengan dmeikian, teknik numeric dapat
digunakan untuk menghitung gelombang bergerak di pantai terbuka disamping
pantai terendam.
Metode SMAC yang dideskripsikan oleh Harlow dan Amsden
disempurnakan cara perhitungannya oleh Welch dengan memberikan kriteria
stabilitas:

12
Dimana C adalah kecepatan, ΔX dan ∆𝑌 adalah lebar sel, dan ∆𝑡 adalah
kenaikan waktu. Untuk perhitungan tsunami dijelaskan sebelumnya ∆𝑡 harus
kurang dari 4 detik. Jika jalankan dengan waktu 3 detik terbukti stabil. Street
menyatakan bahwa metoda numeric MAC telah diamati , stabil pada viskositas
nol, analisis Nichols dan Hirt menunjukkan gangguan bisa bertambah jika
viskositas itu tidak lebih besar dari 20 dan lebih kecil dari 30.000 mg/sm.
Pada air dangkal biasa Air dangkal biasa, teori panjang gelombang
mengasumsikan bahwa komponen gerakan vertical tidak mempengaruhi distribusi
tekanan yang dianggap hidrostatis. Ini merupakan hal penting untuk
membandingkan hasil studi numeric dalam memecahkan persamaan lengkap
Navier Stokes dengan menggunakan persamaan teori panjang gelombang.

Dimana 𝑢 dan 𝑣 adalah komponen kecepatan pada arah x dan y, H adalah tinggi
gelombang, D adalah kedalaman air tak terganggu dan 𝑔 gravitasi.
Pada simulasi tsunami yang menggunakan air dangkal memperoleh hasil
yang sama dengan teori panjang gelombang untuk gelombang (panjang
gelombang) tsunami yang besar, tetapi tidak berlaku pada tsunami dengan
gelombang yang pendek. Teori panjang gelombang tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan aliran tsunami yang disebabkan hambatan bawah air laut pada air
dangkal. Hambatan di bawah air laut ini dapat mencerminkan sejumlah energi
tsunami.

E. Prediksi Tsunami
Gejala yang mungkin terjadi jika akan datang gelombang tsunami adalah
sebagai berikut:
1. Biasanya diawali dengan gempa bumi yang sangat kuat.

13
2. Bila kamu melihat permukaan air laut turun secara tiba-tiba, waspadalah
karena itu tanda gelombang tsunami akan datang.
3. Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang
besar dan membahayakan. Beberapa saat setelah gelombang pertama
akan menyusul gelombang yang jauh lebih besar.
Tanda-tanda terjadinya tsunami juga dapat dilihat dari beberapa hal
berikut, yaitu:
1. Air laut yang surut secara tiba-tiba
2. Bau asin yang sangat menyengat
3. Dari kejauhan tampak gelombnag putih dan suara gemuruh yang sangat
keras
4. Batas horizon antara lautan dan langit tidak terlihat jelas (seperti terlihat
mendung)
5. Merasakan terjadinya gempa
6. Biasanya akan muncul gelembung-gelembung gas pada permukaan air
dan membuat pantai seperti mendidih
Gambar berikut juga dapat menjelaskan prediksi akan timbulnya bencana
tsunami yang terlihat dari patahan yang terdapat dalam lapisan bumi.

Gambar. Prediksi Tsunami Terlihat Pada Patahan


http://piba.tdmrc.org/content/proses-terjadinya-tsunami

Variasi gelombang tsunami yang terjadi antara rentang 0,5 meter sampai
dengan 30 meter dan dari periode beberapa menit sampai sekitar satu jam.

14
Berbeda dengan gelombang (angin) atau gelombang yang disebabkan karena
angin, gelombang angin biasanya hanya menggerakkan air laut bagian atas.
Sedangkan gelombang tsunami akan menggerakkan seluruh kolom air dari
permukaan sampai dasar dan pergerakkannya merambat kesegala arah.
Cepat rambat pada gelombang tsunami tergantung pada kedalam laut.
Semakin besar kedalam laut maka semakin besar pula kecepatan rambat
gelombangnya. Sebagai contoh pada kedalaman 5000 meter dari dasar laut,
cepat rambat gelombang tsunami mencapai 230 meter per detik atau sekitar 830
kilometer per jam, sedangkan pada kedalaman 4000 meter dari dasar laut maka
cepat rambat gelombang tsunami mencapai 200 meter per detik dan pada
kedalaman 40 meter dari dasar laut cepat rambat gelombang mencapai 20 meter
per detik. Panjang gelombang tsunami yaitu jarak antara 2 puncak gelombang
secara berurutan bisa mencapai 200 km.
Sementara itu pada lokasi pembentukan tsunami atau daerah episentrum
gempa tinggi gelombang tsunami diperkirakan antara 1 meter dan 2 meter. Oleh
karena itu peristiwa tsunami biasanya tidak dapat dirasakan ketika berada di
tengah lautan. Ketika berada di tengah laut gelombang tsunami hanya dirasakan
seperti gelombang besar pada umumnya, namun selama penjalaran dari tengah
laut atau dari pusat terbentuknya tsunami menuju pantai, tinggi gelombang
menjadi semakin besar karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.
Setelah gelombang mencapai pantai, gelombang naik (run up) ke daratan dengan
kecepatan tinggi yang bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai.
Tsunami di dasar laut biasanya ditentukan oleh beberapa faktor penentu
antara lain :
1. Kedalaman pusat gempa (episentrum) di bawah dasar laut h (Km)
2. Kekuatan gempa M yang biasanya dinyatakan dalam bentuk skala
Richter
3. Kedalam air diatas episentrum d (m)
Besarnya gelombang tsunami biasanya berkaitan erat dengan kekuatan
gempa dan kedalaman pusat gempa. Sementara untuk besaran tsunami (m)
berkaitan erat dengan kekuatan gempa (M) dan juga bergantung pada kedalaman
laut (d) di lokasi terbentuknya gempa.

15
Untuk memprediksi tinggi gelombang tsunami yang dihasilkan biasanya dapat
dihitung dengan menggunakan parameter-parameter yang berkaitan erat dengan
besaran tsunami. Parameter yang digunakan antara lain :
1. Hubungan antara besaran tsunami dengan kekuatan gempa (M)
Besaran tsunami berdasarkan faktor kekuatan gempa dapat dihitung
dengan dua model yaitu berdasarkan perumusan Negara Jepang yang memang
notabennya telah banyak mengalami tsunami sehingga negara Jepang lebih
banyak mengalami riset terhadap bencana tsunami maupun besaran tsunami dan
gelombang yang akan dihasilkannya. Yang kedua yaitu dengan menggunakan
perumusan berdasarkan negara Indonesia sendiri
Perumusan perhitungan besaran tsunami berdarkan negara Jepang :
m = 2,8 M – 19.4
Perumusan perhitungan besaran tsunami berdasarkan negara Indonesia :
m = 2,26 M – 14.18
2. Hubungan antara besaran tsunami dengan kedalaman laut (d)
m = 1,7 log (d) – 1,7

Setelah didapatkan hasil perhitungan m (besaran tsunami) barulah di


lakukan prediksi dengan besarnya gelombang tsunami dengan menggunakan
tabel sebagai berikut :
Keterangan :
m = Besaran tsunami
M = Kekuatan Gempa (sR)
d = Kedalaman laut dihitung dari dasar laut (m)

3. Hubungan antara Besaran Gempa dengan Tinggi Tsunami yang terjadi di


Pantai

M H (meter)
5,0 > 32
4,5 24,0 – 32,0
4,0 16,0 – 24,0
3,5 12,0 – 16,0

16
3,0 8,0 – 12,0
2,5 6,0 – 8,0
2,0 4,0 – 6,0
1,5 3,0 – 4,0
1,0 2,0 – 3,0
0,5 1,5 – 2,0
0,0 1,0 – 1,5
-0,5 0,75 – 1,0
-1,5 0,5 – 0,75
-1 0,3 – 0,5
-2 < 0,3
Berdasarkan pada perhitungan untuk memprediksikan terjadi tsunami
tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa hampir semua gelombang tsunami
mempunyai tinggi gelombang yang sangat tinggi ketika menncapai pantai tidak
mengherankan jika banyak korban yang berjatuhan ketika tsunami menerjang.
Alternatif lain untuk memprediksi datangnya tsunami adalah ethologi,
yakni ilmu yang mempelajari gerak-gerik atau tingkah laku hewan di lingkungan
alam dan di lingkungan lain dimana hewan tersebut bisa hidup. Penggunaan
ethologi untuk memprediksi gempa dan tsunami belum diterima secara luas oleh
para peneliti. Sebagian menganggap tingkah laku hewan tidak memiliki
hubungan dengan datangnya gempa dan tsunami, bahkan ada yang menganggap
tingkah laku abnormal hewan sebelum tsunami hanyalah anekdot. Meski
demikian, setiap kejadian tsunami dan gempa dilaporkan selalu didahului atau
diiringi oleh perilaku abnormal hewan. Situs berita Kompas.com pada Sabtu
(12/3) memberitakan, bencana tsunami yang melanda Jepang dan perairan
Samudera Pasifik ditengarai telah menyebabkan ikan bermigrasi sampai di
Samudera Indonesia atau dikenal dengan Samudra Hindia. Sehari pascatsunami
di Jepang, para nelayan pantai selatan Kulon Progo justru panen ikan. Beberapa
nelayan yang melaut mendapatkan tangkapan yang cukup banyak. Sekitar 80
persen gempa di Jepang memang terjadi di tengah lautan. Hal ini menyebabkan
terjadinya perilaku abnormal pada ikan. Spesies ikan yang biasa hidup di lautan
dingin yang dalam dapat tertangkap oleh nelayan di perairan yang dangkal dan

17
hangat beberapa saat sebelum terjadinya gempa. Ikan memiliki sensitivitas
tinggi terhadap variasi medan elektrik yang terjadi sebelum gempa. Sensitivitas
seperti ini memungkinkan beberapa hewan untuk dapat mendeteksi gas radon
yang dikeluarkan dari tanah sebelum gempa. Tingkah laku hewan sebelum
terjadi gempa dan tsunami juga tercatat dalam beberapa bencana besar. Salah
satunya ketika tsunami yang menghantam Aceh, Thailand, dan Srilangka pada
2004 silam. Kantor berita Reuters melaporkan, Taman Nasional Yala di
Srilangka telah dipenuhi oleh mayat manusia, namun tidak satu pun ditemukan
bangkai-bangkai hewan.
Etologi dapat dibedakan dengan psikologi komparatif yang juga
mempelajari perilaku hewan, namun menguraikan studinya sebagai cabang
psikologi. Hewan memiliki tingkah laku yang terlihat dan saling berkaitan secara
individual maupun kolektif. Berbagai macam tingkah laku hewan merupakan
cara bagi hewan tersebut untuk berinteraksi secara dinamik dengan
lingkungannya. Tingkah laku yang dimiliki oleh berbagai macam hewan telah
melahirkan bidang ilmu tersendiri bernama ethologi. Kepercayaan yang
mengatakan bahwa hewan dapat merasakan gejala alam dan gempa telah ada
sejak berabad-abad yang lalu. Pada tahun 373 SM, sejarawan mencatat hewan
seperti tikus, ular, dan musang telah meninggalkan kota Helis di Yunani
beberapa hari sebelum terjadinya gempa yang menghancurkan kota tersebut.
Para ethologis mempelajari fisiologi perilaku dengan metode analisa dan
morfologi perilaku dengan metode komparatif. Konrad Z. Lorenz dianggap
sebagai Bapak Ethologi Modern. Lorenz merumuskan bahwa perilaku hewan,
adaptasi fisiknya, merupakan bagian dari usahanya untuk hidup.
Dalam ethologi diakui bahwa perilaku hewan timbul berdasarkan
motivasi, hal ini menunjukan bahwa hewan mempunyai emosi. Ethologi erat
kaitannya dengan bidang ilmu lain seperti geologi karena ada beberapa perilaku
hewan yang dapat menunjukan akan terjadinya suatu gempa atau tsunami.
Meskipun demikian, beberapa ahli geologi di Amerika masih bersikap skeptis
dalam melihat fenomena tingkah laku hewan sebelum terjadinya tsunami. Andi
Michael, seorang ahli dari United States Geological Survey (USGS)
menganggap bahwa tingkah laku abnormal hewan yang terlihat sebelum

18
terjadinya tsunami ini hanyalah sebuah anekdot. USGS menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara perilaku hewan dengan terjadinya gempa. Pada tahun 1970-
an, USGS pernah melakukan penelitian tentang prediksi gempa melalui
pengamatan perilaku hewan, namun tidak ada hasil nyata dari penelitian.
Beberapa peneliti memperkirakan hewan-hewan dapat merespon gas radon atau
gas lain yang dikeluarkan dari dalam bumi sebelum gempa. Diketahui pula
bahwa dalam kondisi geologi tertentu, konsentrasi gas seperti metana di dalam
tanah dapat berubah sedikit. Gas juga kadang-kadang dilepaskan dari tanah
selama gempa bumi. Sebagian besar hewan memiliki indera penciuman yang
tajam dibanding manusia terhadap beberapa jenis gas. Hewan-hewan sering
dilaporkan bertingkah ketakutan sebelum letusan gunung berapi. Hidung anjing
sekitar satu juta kali lebih sensitif daripada manusia, dan beberapa serangga,
seperti ngengat (silk moth) memiliki kemampuan luar biasa penginderaan luar
biasa. Sebagai contoh, pada saat kawin, ngengat betina menghasilkan kurang
dari sepersejuta gram molekul sex attractant yang disebarkan oleh angin, lalu
sinyal ajakan kawin (mating signal) itu bisa ditangkap dengan antena sensitif
ngegat jantan tujuh mil jauhnya. Sebuah molekul saja sudah cukup menarik
ngengat jantan untuk mengejar betina. Fluktuasi medan magnet bumi dapat
menyebabkan perilaku abnormal pada hewan. Beberapa hewan memiliki
sensitivitas terhadap variasi medan magnet bumi yang terjadi di dekat pusat
gempa (epicenter). Perubahan medan magnet bumi dapat mempengaruhi proses
migrasi burung-burung dan menganggu kemampuan navigasi ikan. Selain itu,
ion-ion yang bermuatan dapat keluar sebelum terjadinya gempa, hal ini
menyebabkan partikel ion yang bermuatan listrik dapat merubah pemancar
gelombang syaraf (neurotransmitter) dalam otak hewan.

F. Mitigasi Tsunami
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana). Terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam mitigasi dari
tsunami sebagai berikut :
1. Sebelum terjadi tsunami

19
Seharusnya masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan dalam rangka
pengurangan risiko bencana tsunami yaitu:
a) Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10
meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan
daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai
dan angin ribut.
b) Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang
seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c) Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat
d) Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas
e) Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai
Selain itu, bencana dapat direduksi apabila masyarakat sadar dan siapsiaga
menghadapi bencana, caranya dengan mempersiapkan diri dengan cara:
a) Mempromosikan budaya pencegahan dan keselamatan menghuni di
kawasan ini.
b) Mempersiapkan rencana manajemen menghadapi bencana
c) Mendorong terbentuknya kepanitiaan dan gugus tugas di wilayah ini.
d) Mempersiapkan peralatan tepat guna untuk pelatihan bagi generasi muda
atau siswa dalam mereduksi terjadinya bencana.
e) Mereduksi risiko melalui organisasi formil maupun non formil (pemerintah
dan swasta).
2. Saat terjadi bencana tsunami
a) Tindakan Untuk Mengurangi Kemungkinan Resiko
 Mewujudkan keberdayaan individu, keluarga, komunitas, masyarakat, dan
negara; serta mengatasi ketidakberlanjutan pembangunan.
 Membangun pondasi rasa aman yang segala kegiatannya mendorong untuk
ketercukupan kebutuhan dasar.
 Membangun berbagai perangkat pengurangan risiko bencana (PRB) dan
kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi risiko bencana melalui
mencegah dan memitigasi bahaya, serta meredam kerentanan dari
ancaman.

20
 Seluruh kemampuan komunitas digunakan untuk menangani ancaman.
Sehingga tidak diperlukan bantuan eksternal karena kemampuan yang ada
dapat menanganinya.
 Mengidentifikasi, mengevaluasi, & memonitor risiko-risiko bencana dan
meningkatkan pemanfaatan peringatan dini.
 Menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun
suatu budaya aman dan ketahanan pada semua tingkatan.
b) Penyelamatan Diri
Dalam Ruangan:
 Jangan panik
 Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi
 Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
 Selamatkan diri anda, bukan barang anda
 Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah mencari tempat yang aman.
c) Diluar ruangan:
 Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi bergetar,
segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai.
 Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon.
 Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada di
sekitarnya.
 Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai
rakit.
 Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang
sudah disepakati bersama.
 Jika anda berpegangan pada pohon saat gelombang tsunami berlangsung
jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda
benda yang dibawa oleh gelombang.
d) Dalam gedung bertingkat:
 Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
 Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah menuju lantai yang
tertinggi.

21
 Jika anda berpegangan pada sesuatu balok atau kayu di lantai gedung
tersebut saat gelombang tsunami berlangsung, jangan membelakangi arah
laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh
gelombang.
 Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke
laut.
 Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
3. Pasca terjadi tsunami
a) Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan
kerusakan kepada PLN.
b) Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman
c) Jauhi reruntuhan bangunan.
d) Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama
warga untuk melakukan kegiatan yang positif. Misalnya mengubur jenazah,
mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali, sembahyang
bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk
segera bangkit, dan membangun kembali kehidupan.
e) Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama serta
lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya masyarakat
seperti Dinas Sosial, BMKG, SAR, UGD, PKM, Polda, Hansip/Linmas,
LSM, PMI, Media Massa, BPBD, KMPB, dll.
f) Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda untuk
memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang
harus dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang.
g) Tenang dan sabar. Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu
menyelamatkan kita dan terhindar dari tindakan yang tidak masuk akal.
Biasanya banyak orang yang akan mencari pemenuhan kebutuhan untuk
keselamatan keluarganya sendiri. Kesabaran akan membantu semua orang
terbebas dari situasi sulit dengan mudah.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami merupakan kejadian bencana alam yang tidak dapat diprediksi
kedatangannya. Tsunami merupakan luapan gelombang besar yang disebabkan
karena adanya gangguan-gangguan seismik (gempa bumi dan erupsi vulkanik)
dan non-seismik (tanah longsor dan kejatuhan meteor) yang terjadi secara tiba-
tiba dalam waktu tertentu dan tempat tertentu (dilautan).
Pada simulasi tsunami yang menggunakan air dangkal memperoleh hasil
yang sama dengan teori panjang gelombang untuk gelombang (panjang
gelombang) tsunami yang besar, tetapi tidak berlaku pada tsunami dengan
gelombang yang pendek. Teori panjang gelombang tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan aliran tsunami yang disebabkan hambatan bawah air laut pada air
dangkal. Hambatan di bawah air laut ini dapat mencerminkan sejumlah energi
tsunami.

B. Saran
Sebaiknya setiap kita menyadari akan terjadinya bencana tsunami ini. Oleh
karena itu, sangat diperlukan pengetahuan terkait dengan cara menghadapi
ancaman tsunami yang akan datang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan pendidikan bencana, menjalin kerja sama dengan semua organisasi
sosial dan masyarakat, dsb. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengurangi dampak
akibat dari tsunami yang terjadi kemudian.

23
DAFTAR PUSTAKA

Marchuk, Andrei G.2009. Tsunami Wave Propagation Along Waveguides. The


International Journal of Tsunami Society VOL. 28
Margaritondo, G. 2005. Explaining The Physics Of Tsunamis To Undergraduate
And Non-physics Student.European Journal Of Physics : Institute Of
Physics Publishing
Pusat informasi tsunami Jakarta (JTIC) UNESCO HOUSE.2007
Shevchenko, G.V.2013. A Method For The Estimation Of Tsunami Risk Along
Russia’s Far East. Journal of Tsunami Society International. VOL.32

24

Anda mungkin juga menyukai