Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap kenaikan titik
didih.
2. Menentukan kd (tetapan kenaikan titik didih) dari masing-masing larutan.
3. Menentukan pengaruh penambahan zat elektrolit dan non elektrolit
terhadap kenaikan titik didih.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Sifat Koligatif
Sifat koligatif larutan merupakan sifat yang bergantung pada
jumlah zat yang terlarut di dalam suatu pelarut. Jadi sifat koligatif
larutan ini hanya fokus kepada berapa banyak jumlah zat yang
dilarutkan ke dalam suatu pelarut, bukan pada jenis zat yang
dilarutkan . Karena sifat koligatif larutan fokus membahas aspek
kuantitatif dari zat yang dilarutkan maka digunakanlah satuan-
satuan yang menyatakan konsenterasi dari zat yang dilarutkan
tersebut diantaranya molalitas (m ) ,molaritas ( M ) dan fraksi mol (
X).

Sifat koligatif terdiri atas penurunan tekanan uap, kenaikan


titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

1.2.2 Penurunan Tekanan Uap Jenuh


Penguapan adalah peristiwa yang terjadi ketika partikel-
partikel zat cair meninggalkan kelompoknya. Semakin lemah gaya
tarik-menarik antarmolekul zat cair, semakin mudah zat cair
tersebut menguap. Semakin mudah zat cair menguap, semakin
besar pula tekanan uap jenuhnya. Dalam suatu larutan, partikel-
partikel zat terlarut menghalangi gerak molekul pelarut untuk
berubah dari bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap
jenuh larutan menjadi lebih rendah dari tekanan uap jenuh larutan
murni.
Hubungan dalam sifat koligatif larutan ini dinyatakan secara
kuantitatif dalam hukum Raoult: tekanan uap dari pelarut di atas
larutan, Plarutan sama dengan hasil kali fraksi mol dari pelarut,
Xpelarut dengan tekanan uap dari pelarut murni, P°pelarut. Penurunan
tekanan uap, ΔP, yaitu P°pelarut−Plarutan berbanding lurus terhadap
fraksi mol dari Xterlarut.

1.2.3 Kenaikan Titik Didih


Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi
pada suhu tertentu, maka molekul-molekul yang berada dalam
larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan
mempunyai tekanan uap yang rendah, maka molekul-molekul
dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri
dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada
suhu tertentu akan memiliki titik didih yang lebih rendah.
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama
dengan tekanan udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara
760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi
yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan
uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada
permukaan cairan).
Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan
garis mendidih larutan digambarkan oleh garis BG. Titik didih
larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut dinyatakan
dengan Tb0. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm. Dari gambar di
atas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih tinggi
daripada titik didih air (titik D).
Oleh karena tekanan uap larutan zat non volatil lebih rendah
dari pelarut murninya maka untuk mendidihkan larutan perlu energi
lebih dibandingkan mendidihkan pelarut murninya. Akibatnya, titik
didih larutan akan lebih tinggi daripada pelarut murninya.
Besarnya kenaikan titik didih larutan, ΔTd (relatif terhadap
titik didih pelarut murni) berbanding lurus
dengan kemolalan larutan. Dalam bentuk persamaan dinyatakan
dengan: ΔTd / ∆Tb ≈ m, atau ;

ΔTd = Kd x m

ΔTd = kenaikan titik didih (oC)

Kd = tetapan kenaikan titik didih (oC/m)

m = molalitas
1.2.4 Penurunan Titik Beku Larutan
Penambahan zat terlarut non volatil juga dapat menyebabkan
penurunan titik beku larutan. Gejala ini terjadi karena zat terlarut
tidak larut dalam fasa padat pelarutnya. Contohnya, jika sirup
dimasukkan ke dalam freezer maka gula pasirnya akan terpisah dari
es karena gula pasir tidak larut dalam es.
Agar tidak terjadi pemisahan zat terlarut dan pelarutnya
ketika larutan membeku, diperlukan suhu lebih rendah lagi untuk
mengubah seluruh larutan menjadi fasa padatnya. Seperti halnya
titik didih, penurunan titik beku (ΔTf) berbanding lurus dengan
kemolalan larutan :
ΔTf = Kf x m
ΔTf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku

m = molalitas

1.2.5 Tekanan Osmosis

Ketika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda


dipisahkan oleh suatu membran semipermeabel, membran yang
hanya dapat dilewati partikel pelarut namun tidak dapat dilewati
partikel zat terlarut maka terjadilah fenomena osmosis. Osmosis
adalah peristiwa perpindahan selektif partikel-partikel pelarut
melalui membran semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi
zat terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi.

Tekanan osmosis didefinisikan sebagai tekanan yang


diberikan untuk menahan perpindahan netto partikel pelarut dari
larutan dengan konsentrasi pelarut tinggi menuju larutan dengan
konsentrasi pelarut rendah. Bila tekanan eksternal sebesar tekanan
osmosis diberikan pada sisi larutan, maka ketinggian pelarut dan
larutan akan kembali seperti semula.
Tekanan osmosis, π, berbanding lurus terhadap jumlah
partikel zat terlarut, n, dalam suatu volum larutan tertentu, V, yang
merupakan molaritas (M), sebagaimana:

di mana R adalah konstanta gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K) dan T


adalah temperatur (dalam satuan K).

1.2.5 Sifat koligatif larutan elektrolit

Pendekatan sifat koligatif larutan elektrolit sedikit berbeda


dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Hal ini dikarenakan
sifat elektrolit yang dapat terdisosiasi menjadi ion-ion dalam
larutan, misalnya satu unit senyawa CaCl2 dapat terdisosiasi
menjadi 3 partikel ketika dilarutkan, yakni 1 ion Ca2+ dan 2 ion
Cl− .Oleh karena itu, perlu ikut diperhitungkan faktor van’t Hoff (i)
pada perhitungan larutan elektrolit.
.

n = jumlah ion yang terdisosiasi dari 1 unit formula senyawa

α = derajat disosiasi senyawa.


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan


2.1.1 Alat – alat yang digunakan adalah :
a. Gelas Kimia h. Botol Semprot
b. Termometer i. Batang Pengaduk
c. Pipet Volum j. Statif
d. Bulp k. Hot Plate
e. Spatula
f. Kaca Arloji
g. Neraca Digital

2.1.2 Bahan – bahan yang digunakan adalah :


a. Aquades
b. NaCl
c. Gula (Sukrosa)
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Menentukan titik didih aquadest
- Menyiapkan larutan aquadest sebanyak 25 ml dan
memasukannya ke dalam gelas kimia 50 ml
- Memanaskan larutan aquadest sampai mendidih
- Mengukur temperatur titik didihnya
2.2.2 Menentukan titik didih larutan gula
- Menimbang 1 gram gula pasir dan memasukannya kedalam
gelas kimia yang berisi 25 ml larutan aquadest, lalu
memanaskan sampai mendidih dan mengukur
temperaturnya.
- Menimbang 2 gram gula pasir dan memasukannya kedalam
gelas kimia yang berisi 25 ml larutan aquadest, lalu
memanaskan sampai mendidih dan mengukur
temperaturnya.
- Menentukan Kd.

2.2.3 Menentukan titik didih larutan garam


- Menimbang 1 gram garam dan memasukannya kedalam
gelas kimia yang berisi 25 ml larutan aquadest, lalu
memanaskan sampai mendidih dan mengukur
temperaturnya.
- Menimbang 2 gram garam dan memasukannya kedalam
gelas kimia yang berisi 25 ml larutan aquadest, lalu
memanaskan sampai mendidih dan mengukur
temperaturnya.
- Menentukan Kd.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Tabel penentuan titik didih

No. Larutan Titik Didih


1. Aquades 95 oC
2. Larutan gula 1 gram 95 oC
3. Larutan gula 2 gram 91 oC
4. Larutan garam 1 gram 96 oC
5. Larutan garam 2 gram 95 oC

3.2 Pembahasan
Menurut teori, larutan mendidih karena tekanan uap larutan sama
dengan tekanan udara luar. Tekanan uap larutan lenih rendah dari tekanan uap
pelarutnya, hal ini disebabkan karena zat terlarut 1 m mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.

Selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan
titik didih (ΔTd).

ΔTd = Td - Tdo

Menurut Hukum Roult besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding


dengan hasil kali dari molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal
(Kd) ditulis dengan rumus.

ΔTd = Kd x m

Namun terdapat pengaruh-pengaruh lain yang menyebabkan perbedaan


antara dasar teori itu sendiri dengan percobaan yang kami lakukan. Pengaruh-
pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh luar yang kurang bisa kami
kendalikan seperti.
1. Ketelitian dalam penimbangan bahan percobaan
2. Kesterilan alat yang kami gunakan
3. Kemurnian bahan yang digunakan saat percobaan
4. Pengaruh tekanan ruangan luar (lingkungan)
5. Kecerobohan yang kami lakukan tanpa kami sadari (human error)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
• pengaruh penambahan zat terlarut terhadap kenaikan titik didih adalah
berbanding lurus, semakin besar jumlah zat terlarut semakin besar
pula titik didihnya.
• Nilai Kd masing-masing larutan berbeda-beda tergantung dari
kenaikan titik didih, berat pelarut, Mr dan faktor van’t hoff. Kd larutan
gula lebih besar dari Kd larutan garam
4.2 Saran
Diperlukan ketelitian pada saat melakukan percobaan uji koligatif
larutan, terutama pada saat proses memanaskan larutan.
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Termometer Pipet Volume

Bulp Spatula Kaca Arloji

Neraca Digital Botol Semprot Statif

Anda mungkin juga menyukai