Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum ke – 2 Hari/tanggal : Jumat/ 08 Februari 2019

Teknik Persiapan dan Perawatan Dosen : Drh. Hj. Gunanti, MS.


Pasca Operasi Asisten : Zahara Kadri, A.Md

PERSIAPAN ALAT PRE OPERASI, PEMBUATAN TAMPON


SERTA PENJAHITAN

Kelompok 2 / Praktikum 2

1. Raudhatul Jannah J3P117053


2. Shania Zachra N J3P117057
3. Tefi Fitriani KH J3P117059
4. Dewi Veren Alda J3P217094
5. Ahmad Nabila R J3P617096
6. M. Rifki Fauzi J3P217098

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Operasi merupakan suatu teknik pengobatan yang paling sering dilakukan untuk mengobati
suatu kondisi medis atau penyakit. Operasi memiliki beberapa tahapan seperti pre operasi, operasi,
dan pasca operasi. Pre operasi merupakan persiapan yang dilakukan sebelum operasi dilaksanakan.
Kegiatan pre operasi meliputi persiapan ruangan, persiapan peralatan, persipan operator dan
asisten, persiapan obat-obata, dan persiapan hewan.
Persiapan pada ruang operasi meliputi sanitasi dan desinfeksi ruangan, persiapan
perlengkapan pada ruang operasi seperti meja operasi, meja alat, meja obat-obatan, lampu operasi,
lemari untuk peralatan, lemari perlengkapan asisten dan operator, dan lemari obat-obatan.
Persiapan peralatan operasi meliputi peralatan bedah mayor dan minor, duk pembungkus
peralatan, dan sterilisator. Selain peraltan bedah mayor dan minor bahan yang diperlukan pada
persipan alat adalah tampon baik tampon bulat atau segiempat. Selanjutnya persipan operator dan
asisten meliputi perlengkapan operator dan asisten seperti tutup kepala, masker, sepasang sikat,
handuk, baju operasi, dan sarung tangan. Duk pembungkus peralatan asisten dan operator,
sterilisator, dan lemari perlengkapan operator dan asisten. Lalu persiapan obat-obatan meliputi
persediaan obat golongan sedative, transquilizer, golongan premidikasi, golongan anastetik,
desinfektan, antiseptic, antibiotic, dan bahann kimia yang bertindak sebagai cauter, dan juga cairan
infus. Persiapan hewan meliputi pemeriksaan suhu, frekuensi jantung, nafas, dan juga nadi,
penimbangan berat badan, pembiusan, dan pencukuran.
Kegiatan operasi harus steril dan dilakukan secara aseptis agar tidak memiliki efek
terhadap kesehatan hewan pada saat operasi maupun perawatan. Semua peralatan yang kan
digunakan pada saat operasi haruslah steril, baik peralatan yang digunakan pada saat operasi
maupun pasca operasi. Tujuan dari praktikum ini adalah memahami cara persiapan pre operasi dan
melakukan simulasi penjahitan.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan di GG Klinik Sekolah Vokasi IPB pada hari Jumat, 08 Februari
2019 pukul 08.00 – 11.30 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat bedah minor dan needle. Bahan yang digunakan adalah
kasa, perban steril, benang, dan spons.

Prosedur Kerja
Pembuatan Tampon Kosong Segiempat
Perban steril yang telah digunting disiapkan. Kedua sisi pada kasa kemudian dilipat
kedalam. Setelah itu kedua ujung sisi kembali dilipat kedalam menjadi satu. Sisi ujung bawah dan
atas dilipat kecil kedalam sebagian lalu kemabali dilipat sampai membentuk segiempat.

Pembuatan Tampon Bulat


Perban steril yang telah digunting membentuk segiempat disiapkan. Perban kemudian diisi
dengan kasa. Kasa lalu digulung dengan perban hingga membentuk bola. Perban yang telah
membentuk bola kemudian dipadatkan hingga menjadi bulat utuh dengan konsistensi yang keras.
Kemudian ujung perban diikat kencang hingga tampon tidak kembali membuka.

Penjahitan
Needle, benang dan spons didiapkan. Benang dipasangkan pada needle sampai kuat.
Needle dicapit menggunakan pinset sirurgis anatomis lalu dimasukan perlahan kedalam spons.
Penjahitan dapat dilakukan dengan dua pola yaitu pola sederhana dan continue.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan pembedahan, hal yang paling pertama harus disiapkan adalah
mempersiapkan alat yang akan digunakan serta dibutuhkan pada saat proses pembedahan seperti
alat bedah dan juga tampon. Pengetahuan pada peralatan bedah sangat diperlukan, karena setiap
alat bedah tesebut memiliki fungsi nya masing-masing. Alat bedah merupakan peralatan medis
yang biasa digunakan dalam proses pembedahan baik itu pada hewan ataupun manusia.
Peralatan bedah operasi pun terbagi menjadi dua, yaitu peralatn bedah minor dan peralatan
bedah mayor. Peralatan bedah minor dibagi menjadi tiga instrumen, yaitu instrument pemotong,
instrumen pemegang serta instrument penarik. Adapun insturmen pemotong terdiri dari skalpel
dan gunting. Skalpel merupakan pisau tajam yang biasa digunakan dalam operasi atapun diseksi
anatomi. Skalpel ada dua macam yaitu skalpel sekali pakai (diposable) serta skalpel yang dapat
dipaka berulang (re-usable). Skalpel terdiri dari berbagai macam ukuran dan bahan. Adapun
bahan skalpel terbuat dari stainless stell yang juga dapat terdiri dari steril dan non-steril. Skalpel
akan selalu berpasangan dengan blade atau mata pisau, yanga mana mata pisau pun berbagai
macam ukurannya (Pederson 2000). Gambar 1 merupakan contoh macam-macam skalpel beserta
blade nya dan gambar 2 merupakan gambar jenis-jenis blade.

Gambar 1. Macam-macam skalpel dan blade


Gambar 2. Semua jenis blade atau mata pisau

Gunting dalam alat bedah minor terdapat berbagai macam bentuk serta ukuran yang
tergantung dengan cara penggunaannya juga. Gunting berguna unutk mengkombinasikan gerakan
mengiris dan mencukur. Gunting terdiri dari dua bilah yaitu bilah yaitu lengkung dan lurus.
Adapun ujung pada gunting ini ada yang keduanya tumpul ataupun salah satu runcing.
Berdasarkan bilahnya juga gunting ini terbagi menjadi dua yaitu gunting berbilah lengkung dan
lurus. Gunting runcing, kedua ujung dari gunting tersebut runcing yang digunakan untuk
mendiseksi secara cermat. Berdasarkan bilahnya juga gunting ini terbagi menjadi dua yaitu bilah
lengkung dan lurus. Gunting balutan dan gunting benang, gunting ini berbilah tebal dan ujungnya
tumpul. Gunting yang biasa digunakan untuk memotong jairngan tidak diperbolehkan untuk
memotong kasa ataupun benang (Pederson 2000). Gambar 3, 4, dan 5 merupakan gambar macam-
macam gunting bedah minor.

A B C D

Gambar 3. Gunting bedah minor


Ket : a. gunting lurus tumpul – tumpul, b. gunting bengkok tumpul-runcing, c. gunting lurus tumpul
runcing, d. gunting bengkok runcing-runcing
Gambar 4. Gunting lurus runcing-runcing Gambar 5. Gunting bengkok tumpul-tumpul

Selain dari instrumen pemotong, adapula instrumen penjepit atau pemegang. Instrumen
pemegang adalah pinset dan klem. Pada alat pemegang jarum, biasanya dilengkapi dengan
pengunci dibagian belakang dengan ukuran yang bermacam-macam, yaitu pendek, sedang dan
juga panjang. Selanjutnya adalah pinset. Pinset pun dibedakan menjadi dua macam yaitu pinset
bergigi tajam atau sirurgis, pinset ini digunakan untuk memegang jaringan dengan tekanan yang
kecil seperti subkutis, otot, dan fascia. Pinset ini tidak dapat digunakan untuk memegang
peritoneum dan pleura karena dapat melubangi jaringan tersebut. Pinset tidak bergigi atau
anatomis, biasa digunakna untuk memgang kasa pada saat membersihkan luka (Pederson 2000).
Gambar merupakan gambar pinset anatomis dan sirurgis. Gambar 6 merupakan gambar pinset
anatomis dan sirurgis.

Gambar 6. Pinset anatomis dan sirurgis

Selain dari pinset, ada juga klem merupakan alat penjepit terdiri dari dua keping saling
berhadapan yang dapat dikontrol baik itu dijepit atau pun dilepas oleh pegangannya. Berbagai
macam jenis klem pun ada klem arteri, biasa digunakan untuk menjepit arteri yang biasanya
dilengkapi dengan pengunci berbilah gerigi atau disebut sirurgis, bentuk klem ini ada yang lurus
dan ada yang lengkung. Klem bergigi halus atau anatomis, digunakan untuk memegang kulit,
fascia atau biasa disebut dengan klem jaringan (Pederson 2000). Gambar 7 dan 8 merupakan
gambar tang arteri anatomis dan sirurgis.
Gambar 7. Tang arteri anatomis lurus dan bengkok Gambar 8. Tang arteri sirurgis lurus dan bengkok

Kemudian ada lagi alat bedah minor lainnya yaitu towel clamp dan needle holder. Towel
clamp (Doek klem) penggunaanya adalah untuk menjepit doek atau kain operasi. Sementara needle
holder berfungsi untuk menjepit jarum jahit (Pederson 2000). Gambar 9 merupakan gambar towel
clamp dan gambar 10 merupakan gambar needle holder.

Gambar 9. Towel clamp Gambar 10. Needle holder

Selanjutnya yang diperhatikan dalam pre operasi adalah persiapan tampon. Tampon adalah
sumbatan yang terbuat dari kain kasa atau tanpa obat untuk menghentikan perdarahan saat
melakukan pembedahan. Tampon atau kassa lipat diperlukan dalam setiap tindakan pembedahan,
hal ini didasarkan oleh fungsi tampon itu sendiri, yaitu media menghapus hamaan lewat usapan
antibiotik, maupun mengurangi atau menyerap darah dan cairan yang keluar dalam pembedahan
sehingga tidak mengganggu penglihatan. Fungsi tampon bulat adalah untuk menekan sumber
perdarahan yang banyak dari luka bebas operasi. Tampon akan mengembang saat menyerap.
Tampon kasa segiempat berfungsi untuk membersihkan perdarahan saap operasi pembedahan
(Sjamsudin R 2005).
Penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan beberapa cara dan salah satunya dengan
tekanan. Ini hanya berefek pada pendarahan yang kecil (kapiler) yang bisa dihentikan dengan
tekanan. Tekanan dilakukan dengan menekan tempat perdarahan dengan tampon terjadi pada
permulaan pendarahan. Usaha hemostase dengan tampon dalam suatu operasi harus dilakukan
setahap demi tahap misalnya pada operasi perut, maka mula mula harus mengatasi pendarahan
kulit (hentikan dulu secara sempurna). Tampon dibuat dari kasa padat berbentuk bulat dengan
diameter 3 cm (Sjamsudin R 2005). Gambar 11 merupakan gambar tampon bulat, sementara
gambar 12 merupakan gambar tampon segiempat, dan gambar 13 merupakan gambar pembuatan
tampon segiempat.

Gambar 11. Tampon bulat Gambar 12. Tampon segiempat Gambar 13. Pembuatan tampon

Pengetahuan penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan membuat
luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta
meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka
yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan infeksi
(Theresa 2007). Material penjahitan yang berkualitas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu,
yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang. Lalu pengamanan yang
cukup pada setiap alat harus selalu steril dan cukup elastik dan bukan terbuat dari bahan
yang reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk
biodegradasi kimia untuk menceah perusakan dari benda asing.
Teknik jahitan sangat beragam dan memiliki fungsi masing-masing. Jahitan sederhana
merupakan jahitan yang paling sering digunakan pada saat pembedahan kulit. Jahitan ini diinsersi
dengan menggunakan needle secara tegak lurus terhadap epidermis dan dengan ketebalan penuh
pada dermis, keluar secara tegak lurus terhadap epidermis pada bagian luka yang di hadapannya
(Olbricht S 2003) . Kedua bagian jahitan ini harus bersifat simetris dalam hal panjang dan
lebarnyaserta tusukan benang ke jaringan akan membentuk segiempat sebelum pengikatan.
Gambar 13 merupakan gambar pola jaitan sederhana.

Gambar 13. Jahitan Sederhana


(Sjamsuhidajat R 2005)
Jahitan harus ditempatkan secara datar sehingga batas luka akan bertemu pada level yang
sama untuk meminimalkan kemungkinan mismatched pada batas luka yang tinggi (contohnya, saat
melangkah) sesuai pada gambar 13. Pengukuran jahitan harus diambil dari 2 bagian luka dengan
memodifikasi jarak insersi needle dari batas luka, jarak needle saat dikeluarkan dari batas luka,
dan kedalaman jahitan yang diambil. Penggunaan ukuran needle yang berbeda pada setiap bagian
luka dapat memberikanbatas ketebalan dan tinggi jahitan yang asimetri dengan jahitan
sebelumnya. Jahitan kecil dapat digunakan untuk menempatkan jahitan pada batas luka dengan
tepat. Jahitan besar dapat digunakan untuk menurunkan tekanan luka. Tekanan yang sesuai,penting
dilakukan untuk memastikan perkiraan luka dengan mencegah strangulasi jaringan.
Jahitan kontinu sederhana merupakan bagian jahitan yang tidak interuptus dari jahitan
sederhana. Jahitan ini dimulai dari jahitan sederhana, yang diikat namun tidak dipotong.
Selanjutnya, lakukan insersi pada kedua batas luka tanpa mengikat dan memotong benang pada
setiap akhir jahitan. Jahitan ini diselesaikan dengan menyimpul pada bagianterakhir pada akhir
garis jahitan. Jahitan harus diberikan ruang, dan tekanan harus disebarkan di sepanjang garis
jahitan. Simpulan dilakukan dengan mengikat antara benang akhir yang tersisa dengan lubang
benang yang dibuat pada jahitan terakhir. Gambar 14 merupakan gambar jahitan pola kontinu.

Gambar 14. Jahitan kontinu


(Sjamsuhidajat 2005)

Tehnik jahitan kontinu sedikit menimbulkan scar jika dibandingkan dengan jahitan
sederhana karena hanya beberapa penyimpulan yang dilakukan pada satu jahitan. Meskipun
demikian, jumlah insersi needle pada kedua jahitan ini tetap sama. Manfaat dari jahitan ini
termasuk insersi jahitannya cukup cepat dan perkiraan batas luka lebih tepat, jika dibandingkan
dengan jahitan interuptus sederhana. Kerugiannya termasuk kemungkinan dapat meninggalkan
bekas luka berupa tanda silang (crosshatching). Resiko jahitan ini dapat terjadi apabila bahan
jahitan ruptur, kesulitan dapat terjadi pada penyesuaian kelurusan garis jahitan, dan dapat
mengerutkan garis jahitan ketika jahitan dilakukan pada kulit yang tipis.
Teknik jahitan terakhir yakni dengan jahitan subkutikuler kontinu merupakan jahitan
matras horizontal kontinu yang berbentuk tenggelam. Jahitan ini dilakukan dengan membuat
jahitan horizontal melewati papil dermis 2 bagian luka secara tertukar (Adams B 2003). Jahitan
ini tidak terlihat tanda jahitan dan kemungkinan jahitan ini dibiarkan sampai beberapa minggu.
Gambar 15 merupakan gamabr jaitan pola subkutikuler.
Gambar 15. Jahitan subkutis
(Sjamsuhidajat 2005)

Jahitan subkutikuler kontinu ini bermanfaat pada daerah dengan tekanan minimal, ruang
mati dapat dieliminasi, dan dapat menghasilkan hasil kosmetik yang terbaik seperti yang
diinginkan. Oleh karena epidermis dipenetrasi hanya pada awal dan akhir garis jahitan. Jahitan
subkutikuler efektif mengeliminasi resiko bekas luka crosshatching (tanda silang). Jahitan ini tidak
menghasilkan kekuatan luka signifikan, meskipun demikian jahitan ini dapat memperkirakan batas
luka.
Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
pembedahan kulit. Hasil postoperasi dengan desain tertutup yang cantik dapat membahayakan jika
tehnik jahitan yang dipilih tidak benar atau jika jahitannya terlalu sedikit. Sebaliknya, jika
jahitannya terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu, insisi yang kurang baik pada kulit
dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit dan pengangkatan jaringan yang terlalu
banyak serta perkiraan batas yang tidak kuat dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam
penutupan luka dan penjahitan. Jaringan dipegang secara hati-hati dan lembut karena dapat
mengoptimalkan penyembuhan luka.(Mc Ginness JL 2006).
Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada jenis dan lokasi anatomi luka, ketebalan kulit,
derajat ketegangan, dan hasil kosmetik yang diinginkan. Penempatan jahitan yang baik
membutuhkan perkiraan batas luka yang tepat, yang membantu meminimalkan dan menyebarkan
tegangan kulit. Eliminasi ruang mati, pemulihan bentuk anatomi alami, dan meminimalkan bekas
jahitan juga penting dalam mengoptimalkan hasil dan fungsional luka (Fewkes JL 1996).

SIMPULAN
Operasi merupakan teknik pengobatan yang sering dilakukan pada tindakan medis. Operasi
meliputi beberapa tahap salah satunya adalah pre operasi atau persiapan operasi yang meliputi
persiapan ruangan, peralatan, operator dan asisten, obat-obatan juga hewan. Persiapan peralatan
yang harus diperhatikan salah satuny adalah mempersiapkan peralatan bedah minor maupun mayor
juga tampon yang berfungsi untuk mengehentikan perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Adam B. 2003. Techniques for Cutaneous Sutured Closures. Semin Cutan Med Surg. 22(4):306
16.
Fewkes JL. 1996. Cutaneous Medicine Surgery. Philadelphia Pa: WB Saunders: 128-38.
Mc Ginness JL. 2006. A Technique for Placement of Buried Sutures. 55(1):123-4.
Olbricht S. 2003. Biopsy Techniques and Basic Exicisions. 2269-86.

Pederson GW. 2000. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta (ID): EGC

Sjamsuhidajat R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Theresa, Welch F, Fossum. 2007. Small Animal Surgery 3rd edition. Mosby Elsevier. Missouri.

Anda mungkin juga menyukai