Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PLANKTONOLOGI

CHOELENTERATA. NEMATODA. CAETOGNATA. ANNELIDA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 KELAS PERIKANAN B

PRAJNA PARAMITA M (230110170107)


YOVITA FIONA (230110170073)
USMAN LUBIS (230110170086)
RAIHAN ACHMAD (230110170064)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Daftar Gambar .................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 1
Manfaat ............................................................................................................ 2
Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
Euglenophyta .................................................................................................. 4
Phyrrophyta ................................................................................................... 14

BAB III KESIMPULAN


Simpulan .......................................................................................................... 21
Daftar Pustaka .................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1 euglenophyta ................................................................................. 6


Gambar 2 reproduksi euglenophyta ................................................................. 7
Gambar 3 phacus .............................................................................................. 11
Gambar 4 struktur tubuh .................................................................................. 16
Gambar 5 struktur sel ...................................................................................... 17
Gambar 6 reproduksi aseksual ......................................................................... 18
Gambar 7 .reproduksi seksual .......................................................................... 19

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan limpahan karunia-Nya sehingga makalah planktonologi yang
membahas tentang choelenterata. nematoda. caetognata. annelida ini dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan segala dukungan.
2. Teman-teman dan semua pihak yang turut membantu dalam proses penulisan
makalah ini
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari sebagai
manusia tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis akan sangat senang jika
ada saran maupun kritik terhadap tulisan kami ini.

Jatinangor, Mei 2018

Penulis

iv
BAB II
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Di dalam perairan terdapat jasad-jasad hidup, dan salah satunya adalah plankton
yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar.
Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton adalah suatu
organisme yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton
merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-
ambing oleh arus perairan laut (Hutabarat dan Evans, 1988).
Plankton terdiri dari tumbuhan mikroskopis yang disebut fitoplankton dan
hewan mikroskopis yang disebut zooplankton (Herawati, 1989). Sedangkan
berdasarkan siklus hidupnya plankton dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
holoplankton yang seluruh hidupnya merupakan plankton dan meroplankton yang
hanya sebagian hidupnya ia jalani sebagai plankton.
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di
depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dan perairan tropis hingga ke
perairan kutub. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang
hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton, yakni
ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat
hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan Annelida merupakan filum dari
zooplankton yang bersifat meroplankton. Fase meroplankton terjadi saat masih berupa
larva,misalnya pada coelenterata, larvanya disebut planula.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa memahami pengertian Coelenterata, Nematoda, Chaetognata,
dan Annelida

1
2. Agar mahasiswa memahami Ciri-ciri umum Coelenterata, Nematoda,
Chaetognata, dan Annelida
3. Agar mahasiswa memahami ciri-ciri Morfologi Coelenterata, Nematoda,
Chaetognata, dan Annelida
4. Agar mahasiswa memahami Anatomi Coelenterata, Nematoda, Chaetognata,
dan Annelida.
5. Agar mahasiswa memahami Fisiologi Coelenterata, Nematoda, Chaetognata,
dan Annelida
6. Agar mahasiswa memahami peranan dari Coelenterata, Nematoda,
Chaetognata, dan Annelida

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya tulisan ini dapat dilihat dari dua sudut
pandang yaitu manfaat untuk orang lain sebagi pembaca dan sebagai penulis
1. Pembaca
Dengan adanya makalah ini insyallah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan Annelida
2. Penulis
Penyusunan makalah ini juga menambah wawasan dan pengetahuan kami
sebagai penyusun, selain itu tersusunnya makalah ini menandakan bahwa kami
telah menyelesaika tugas pembuatan makalah Coelenterata, Nematoda,
Chaetognata, dan Annelida
1.4 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan
Annelida?
2. Bagaimana Ciri-ciri umum Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan
Annelida?

2
3. Bagaimana ciri-ciri Morfologi Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan
Annelida?
4. Bagaimana Anatomi Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan Annelida?
5. Bagaimana Fisiologi Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan Annelida?
6. Apa saja peranan dari Coelenterata, Nematoda, Chaetognata, dan Annelida?

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Coelenterata
2.1.1 Pengertian Coelenterata
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, koilos= rongga dan enteron = usus.
Jadi, coelenterata adalah hewan yang berongga. Rongga tersebut digunakan sebagai
alat pencernaan (gastrovaskuler).
Coelenterata terdiri dari kelas Hydrozoa, Scypozoa dan Anthozoa. Namun
hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari specimen-
specimen berupa ubur-ubur kecil dan hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).
Coelenterata adalah golongan plankton yang bersifat carnivora. Hewan ini
menagkap mangsanya dengan tentakel yang dilengkapi dengan sel-sel penyengat yang
dinamakan nematocyst. Sebenarnya medusa yang umum terdapat di lautan mempunyai
ukuran yang besar. Sepintas bentuk mereka hampir menyerupai medusae, tetapi
kenyataannya tubuh mereka terdiri dari gabungan beberapa individu (zooid) yang
mungkin mempunyai fungsi yang berbeda satu sama lain. Misalnya yang satu berfungsi
sebagai alat untuk berkembang biak (Hutabarat, 1985).

2.1 2 Ciri-Ciri Umum Coelenterata


Ciri khas cnidaria adalah knidosit, yang merupakan sel terspesialisasi yang
dipakai terutama untuk menangkap mangsa dan membela diri. Tubuh terdiri atas
lapisan epidermis (ektoderm), gastrodermis (endoderm) dan mesoglea yang terletak di
antara dua lapisan tersebut. Coelenterata memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Multiseluler.
2. Tubuh bersimetri radial.
3. Diploblastik (ektoderm dan endoderm).
4. Diantara lapisan ektoderm dan endoderm terdapat rongga (=mesoglea).
5. Bentuk seperti tabung (polip) dan seperti mangkok (medusa).

4
6. Di atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan
bergerak. Selain itu, mulut juga berfungsi sebagai anus.
7. Tentakel memiliki sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis).
8. Tidak memiliki kepala, anus, alat peredaran darah, alat ekskresi, dan alat
respirasi.
9. Rongga gastrovaskuler sebagai sistem pencernaan.
10. Pencernaan intraselular dan ekstraselular.
11. Sistem pernapasan dengan cara difusi (seluruh permukaan tubuh), kecuali
Anthozoa dan Sifonoglia.
12. Sistem saraf difus (belum memiliki pusat susunan saraf).
13. Mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), vegetatif pada fase polip dan
generatif pada fase medusa.
14. Jenis kelamin ada yang monoecious maupun dioecious, larva disebut sebagai
planula (meroplankton).
15. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel epiteliomuskuler yang terdapat pada lapisan
ektoderm dan pada bagian dasar gastrodermis.
16. Rangka luar tersusun dari zat tanduk atau kitin.
17. Habitatnya ada di air laut atau air tawar.

2.1.3 Morfologi Coelenterata


Coelenterata terdiri dari kelas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada
kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa
ubur-ubur kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982). ciri-ciri umum
coelenterata :
1. Hewan bersel banyak (multiseluler)
2. Tubuh radial simetris (2 lapis sel), ektoderm dan endoderm. Diantaranya ada
rongga (mesoglea)
3. Bentuk seperti tabung (polip) dan seperti mangkok (medusa)

5
4. Di atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan
bergerak. Tentakel punya sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis)
5. Punya rongga gastrovaskuler untuk pencernaan
6. Mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), vegetatif pada fase polip dan
generatif pada fase medusa
7. Polip umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni.
Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas. Tubuh atas membesar,
di alamnya terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di
bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa. Polip
merupakan fase vegetatif pada coelenterata 8. medusa Fase medusa merupakan
fase generatif (seksual), dimana pada fase ini mengha-silkan sel telur dan sel
sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas di
perairan. Bentuknya seperti payung dan punya tentakel yang melambai-lambai.
Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur

2.1.4 Anatomi Coelenterata


Bagian ektoderm, terutama bagian tentakel terdapat sel jelatang yang disebut
knidoblas. Di dalam knidoblas terdapat nematokis. Nematokis sebagai alat penyengat
yang bisa menimbulkan rasa gatal pada tubuh mangsanya. Apabila bertemu dengan
mangsanya, nematokis dilepaskan dan mengeluarkan zat racun hipnotoksin.
Gastrodermis berfungsi sebagai rongga gastrovaskular (enteron, usus). Rongga ini
untuk mencerna dan mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh. Rongga
gastrovaskular hanya memiliki satu lubang. Lubang ini sebagai mulut sekaligus sebagai
anus. Di sekitar mulut terdapat tentakel. Tentakel ini untuk menangkap dan
memasukkan mangsa ke dalam mulut. Tentakel juga sebagai alat gerak dan pertahanan
tubuh terhadap lawannya. Berikut gambar struktur tubuh Coelenterata secara umum.
Rangka tubuh Coelenterata mengandung zat kapur atau zat kitin. Makanan
Coelenterata berupa mikroorganisme seperti zooplankton, udang-udang kecil, ataupun
larva insekta.

6
2.1.5 Fisiologi Coelenterata
Fisiologi celenterata adalah kegiatan fungsi organ yang terjadi dalam
coelenterata
A. Reproduksi

Gambar 1. Siklus Hidup

Ada 2 cara perkembangbiakan, yaitu aseksual (vegetatif) dan seksual


(generatif).
1. Ada dua jenis polip. Yaitu polip dengan tentakel yang berfungsi untuk hal
nutrisi (makanan) dan polip tanpa tentakel yang berfungsi sebagai reproduksi
aseksual.
2. Polip tanpa tentakel yang melakukan reproduksi secara aseksual menghasilkan
tunas medusa.
3. Tunas medusa kemudian lepas dari polip dan tumbuh menjadi medusa dewasa.
4. Medusa dewasa betina menghasilkan sel telur (ovum) dan medusa dewasa
jantan menghasilkan sel sperma (spermatozoid).

7
5. Ovum dan sperma yang dilepaskan di air bertemu dan terjadilah fertilisasi
(seksual)
6. Fertilisasi yang terjadi di air akan menghasilkan Zigot.
7. Zigot berkembang menjadi Larva Planula.
8. Planula berenang meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan.

2.1.6 Klasifikasi Coelenterata


Meroplankton dari Coelenterata atau cnidaria umunya terjadi pada fase larva
yang disebut planula. Filum ini terdiri atas 3 kelas yaitu Hydrozoa, Scypozoa dan
Anthozoa. Namun hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri
dari specimen-specimen berupa ubur-ubur kecil dan hidup sebagai plankton (Sachlan,
1982).
Kelas Hydrozoa terbagi ke dalam 2 subkelas, yakni Hydroidolina dan
Trachylinae. Subkelas Hydroidolina terbagi ke dalam 3 ordo, yaitu Anthoathecata,
Leptothecata dan Siphonophorae. Subkelas Trachyaline terbagi ke dalam 4 ordo, yaitu
actinulida, limnomedusae, naromedusae dan trahcymedusae (Owen, 1843).
a. Ordo Anthoathecata
Ada sekitar 1.200 spesies di seluruh dunia. Ordo ini selalu memiliki bentuk
polip dan hidup dengan soliter. Memiliki tentakel namun kurang statocysts tetapi
memiliki kanal radial. Gonad mereka berada di manubrium. Contohnya adalah
Bouganvillia multitentaculata
b. Ordo Leptothecata
Disebut juga Leptomedusa (Haeckel, 1879) Leptothecatae (Cornelius, 1992),
Thecaphora (Hincks, 1868), Thecaphorae (Hincks, 1868), Thecata (Fleming, 1828),
Thecatae (Fleming, 1828). Polip hidup secara berkoloni. Bentuk medusa menimbulkan
bioluminescense. Gonad yang terletak di kanal radial dan memiliki banyak statokist.
c. Ordo Siphonoporae
Sebagian besar spesies dari ordo ini hidup secara berkoloni. Tubuhnya tipis dan
transparan. Beberapa siphonophore yang hidup di perairan dangkal menyerupai ubur-

8
ubur. Panjang tubuh 40-50 m (130-160 ft). Seperti hidrozoa lainnya, siphonophore
tertentu dapat memancarkan cahaya. Sebuah siphonophore dari genus Erenna telah
ditemukan pada kedalaman sekitar 1.600 m (5.200 kaki) di lepas pantai Monterey,
California. Sebagian spesies dari ordo ini memiliki tentakel yang panjang dan terdapat
sel penyengat pada ujungnya.
d. Ordo Actinulida
Belum ada penjelasan spesipik mengenai ordo ini. Namun berdasar kepada
Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom yang
dipublikasikan pada 11 Mei 2009, ordo actinulida hidup bebas (berenang) dan soliter.
e. Limnomedusa
Spesies dari ordo ini memiliki bel transparan dilapisi dengan hingga 90 tentakel
dan gonad berwarna oranye, merah, atau ungu. Gonad yang disusun tergantung
diempat kanal radial sehingga bila dilihat dari atas, gonad dilapisi tegak lurus.
Manubrium, berwarna cokelat, menggantung di tengah. Spesies dari ordo ini hanya
sekitar berdiameter sekitar 2,5 cm (0,98 inci). Mereka sering ditemukan menempel
rumput laut. Memiliki bentuk polip relatif kecil, hanya sekitar 0,5 mm.
f. Narcomedusae
Bentuk tubuh dari ordo ini seperti payung dengan massa pusat kaku dan tipis
bergigi tepi, tentakel padat dan berat. Anggota ordo ini biasanya tidak memiliki tahap
polip. Medusa memiliki lonceng berbentuk kubah dengan sisi tipis. Tidak ada lampu
di tentakel dan tidak ada kanal radial. Sebagian besar narcomedusae penghuni laut
terbuka dan perairan dalam. Mereka dapat ditemukan di Mediterania dalam jumlah
besar.
2.1.7 Peranan Coelenterata
Cnidaria dari kelas Anthozoa merupakan pembentuk ekosistem terumbu karang
yang menjadi habitat ikan dan hewan laut lainnya. Ekosistem terumbu karang dapat
dijadikan sebagai objek wisata maritim dan berfungsi mencegah terjadinya erosi pantai.
Sebagian besar saat planktonik merupakan pakan alami bagi ikan ikan.

9
2.2 Nematoda
2.2.1 Pengertian Nematoda
Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari gabungan kata nema
yang mempunyai arti thread = benang dan kata old yang berarti like = seperti atau
menyerupai. Nama nematoda merujuk pada kata nematoid yang kemudian mengalami
modifikasi menjadi nematode untuk mendeskripsikan golongan organisme yang
bentuk tubuhnya memanjang seperti cacing giling, cacing seperti benang, cacing
seperti belut, dan tubuhnya tidak bersegmen. Nematoda seringkali disebut juga dengan
istilah thread worm , eel worm atau round worm .
Filum nematoda termasuk meroplankton. Plankton dari golongan ini menjalani
kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidupnya, yakni pada
tahap sebagai telur dan larva saja. Nematoda adalah hewan sederhana. Tubuh yang
menyerupai tabung dalam tabung dengan kepala, mulut, ekor, dan anus. Tabung luar
terdiri dari kutikula, hipodermis, dan otot, dan tabung dalam berisi faring dan usus.
Nematoda adalah triploblastik, memiliki sebuah embrio mesoderm yang
terjepit di antara ektoderm dan endoderm. Nematoda juga simetris bilateral: bagian
memanjang akan membagi mereka menjadi kanan dan kiri sisi yang simetris. Filum
Nematoda mencakup lebih dari 28.000 spesies dengan perkiraan 16.000 menjadi
parasit di alam

2.2.2 Ciri-Ciri umum


Nematoda memiliki morfologi yang bervariasi, sehingga sulit untuk
memberikan gambaran universal, tetapi bentuk cacing umum mereka sangat khas. Satu
karakteristik pemersatu yang membuat filum unik adalah kurangnya silia atau flagela.
Mereka bilateral simetris, biasanya transparan, tubuh terbungkus dalam kutikula
nonselular yang kuat dan fleksibel, yang mungkin halus atau dengan melintang
striations. Organ-organ indera ada pada kutikula dan di kepala, biasanya setae panjang
yang bisa banyak, atau papila yang lebih pendek. Kutikula disekresikan oleh dan

10
menutupi lapisan sel epidermis, di bawah ini adalah sel-sel otot yang berjalan dalam
arah longitudinal saja, kontraksi dimana penggerak efek. Karena tekanan hidraulik
internal yang tinggi, kontraksi menyebabkan tubuh melenturkan daripada meratakan,
dan hewan bergerak dengan meronta-ronta. Rongga bukal, jika ada, berada di ujung
anterior, tetapi anus membuka sub-terminal di posterior, jadi ada ekor dengan panjang
dan bentuk bervariasi di luar anus. Rongga bukal memiliki bentuk yang sangat
bervariasi, mencerminkan metode pemberian makan yang berbeda dan mungkin
dipersenjatai dengan gigi atau proyeksi lainnya. Beberapa nematoda memiliki bintik
pigmen berpasangan, atau oselus sejati dengan struktur mirip lensa, di atau di esofagus
anterior. Sekitar setengah jalan di sepanjang kerongkongan adalah cincin saraf. Antara
dinding usus dan tubuh adalah cairan yang diisi pseudocoelom di mana organ
reproduksi berada.

2.2.3 Pengembangan
Pengembangan telur yang dibuahi biasanya langsung dan sebagian besar
spesies laut memiliki siklus hidup yang sederhana - telur, kemudian 4 instar remaja
sebelum mereka menjadi jantan dewasa dan betina. Beberapa spesies vivipar, telur
yang menetas di rahim. Spesies parasit telah mengembangkan berbagai variasi pada
tema dasar ini. Variasi tergantung pada apakah ada host sekunder dan jumlah waktu
yang dihabiskan dalam satu atau salah satu host. Ada juga variabilitas yang cukup besar
dalam cara mereka berpindah dari satu spesies tuan rumah ke yang lain. Banyak spesies
bertelur yang keluar dari inang utama dengan faeces dan dimakan oleh inang sekunder,
yang pada gilirannya akan dimakan oleh inang utama setelah nematoda berkembang.
Karena tidak selalu dapat diprediksi bahwa inang sekunder akan dimakan sama seperti
larva nematoda telah berkembang menjadi tahap infektif, banyak spesies memiliki
kemampuan untuk mengkodekan diri pada otot atau kutikula dari inang sekundernya.
Ukuran: Dewasa terutama ~ 1-2 mm.

2.2.4 Ekologi Habitat

11
Nematoda kadang-kadang ditemukan dalam sampel plankton dan mungkin
spesies hidup bebas yang telah dibawa dari dasar laut dengan pencampuran turbulen.
Namun, mereka mungkin hadir karena mereka telah copot dari organisme
zooplanktonik, banyak di antaranya merupakan inang perantara untuk nematoda
parasit. Ketika membesarkan larva herring di plankton liar Rosenthal (1967)
menemukan bahwa sekitar 10% dari larva yang aktif makan mati karena infeksi parasit,
termasuk infeksi nematoda ( Contracaecum sp.), Parasit yang diambil oleh larva dalam
makanan mereka. Medusae, copepods, amphipods, cephalopoda, chaetognaths, ikan dll
semuanya diketahui mengandung nematoda yang belum matang (Hutton et al. 1962)
dan Anisakis sp., Herring dan seal parasit, umumnya ditemukan pada euphausiids
(Sluiters 1974).
Kebanyakan nematoda bersifat dioecious dan pemupukan adalah melalui
persetubuhan. Betina dapat memiliki satu atau dua ovarium dan, tergantung pada
jumlah dan pengaturan, pori-pori reproduksi mungkin berada di pertengahan tubuh,
atau lebih dekat ke anus. Jantan biasanya memiliki dua testis dan pembuahan terjadi
ketika laki-laki, menggunakan duri kopulasi khusus yang terletak di pembukaan
kantung ke pori-pori reproduksi, membuka saluran reproduksi betina dan
menyuntikkan sperma ke dalamnya. Sperma itu unik karena mereka tidak memiliki
flagela dan bergerak dengan pseudopodia, seperti amuba. Khususnya perairan dangkal
untuk spesies hidup bebas, tetapi hampir di mana saja jika parasit.

2.2.4 Reproduksi Nematoda


Nematoda bereproduksi secara seksual. Pada umumnya diesis atau gonokoris,
yaitu organ kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berbeda. Jantan
biasanya lebih kecil dari betinanya. Fertilisasi terjadi secara internal di dalam tubuh
cacing betina. Organ reproduksi jantan terdiri dari pembuluh testicular, seminal vesicle,
lubang kulit genital, sepasang spicules, dan potongan tambahan. Organ reproduksi
jantan terdiri dari saluran ovarian, seminal receptacle, uterus, vagina dan vulva. Telur

12
yang sudah dibuahi memiliki cangkang yang tebal dan keras. Permukaan cangkang
memiliki pola yang spesifik sehingga sering digunakan untuk proses identifikasi jenis
cacing yang menginfeksi manusia melalui pengamatan telur cacing pada tinja. Telur
menetas menjadi larva yang berbentuk mirip induknya. Larva mengalami molting atau
pergantian kulit hingga empat kali. Cacing dewasa tidak mengalami pergantian kulit,
tapi tubuhnya tumbuh membesar. Dalam daur hidupnya, nematoda parasit memerlukan
satu inang atau lebih.
Nematoda dapat hidup pada tubuh induk secara langsung atau dengan inang
antara. Siklus hidup terdiri dari telur, empat stadium larva dan satu stadium dewasa
yang berkembang di inang definitif dan membutuhkan inang antara sebagai perantara.
Berikut adalah reproduksi dari nematode.
1. Berawal dari manusia maupun hewan yang memakan siput ataupun spesies lain
yang memangsa nematoda. Nematoda akan keluar bersama feses.
2. Nematoda akan bertelur dan telur menetas kemudian berkembang menjadi larva
yang hidup bebas di perairan. Pada fase inilah Nematoda berada pada stadia
plankton.
3. Larva yang berenang bebas dimakan oleh inang antara invertebrata seperti
kopepoda dan krustacea atau langsung dimakan oleh inang definitif.
4. Inang antara invertebrata kemudian termakan oleh inang antara sekunder.
Kemudian larva mengkista di dalam inang antara tersebut.
5. Stadium larva yang infektif dapat ditemukan banyak dalam satu inang antara
sedangkan inang definitifnya dapat mengandung banyak cacing dewasa. Dan
seterusnya sampai inang antara dimakan oleh manusia atau hewan lain,
kemudian mengelurkan feses lagi.
Ikan dan cumi-cumi dapat bertindak sebagai inang antara pertama atau inang
antara sekunder (Noga, 1996). Nematoda dapat memanfaatkan ikan sebagai inang
definitif untuk mencapai dewasa dan sebagian lagi memanfaatkan ikan sebagai inang
antara. Menurut (Grabda, 1991) famili Anisakidae memiliki inang definitif pada
burung atau mamalia laut.

13
2.2.5 Habitat Nematoda
Nematoda dapat ditemukan dimana saja, seperti di hutan, padang rumput, tudra,
dan sebagian besar tinggal di laut. Mereka mampu hidup di dataran tinggi hingga
dataran rendah. nematoda mewakili 90% organisme yang hidup di dasar laut. Mereka
bermanfaat untuk berbagai macam tujuan, di berbagai ekosistem.
Nematoda merupakan salah satu organisme yang mampu bertahan dalam
berbagai situasi, kekeringan yang ekstrim, karena terjadinya peningkatan protein pada
akhir-akhir embriogenesis. Mereka memiliki berbagai ukuran dan struktur tubuh yang
sederhana sehingga memungkinkan nematoda berguna di hampir setiap ekosistem

2.2.6 Peranan Nematoda


Nematoda mempunyai peran penting pada ekologi laut. Tubuh mereka yang
kecil dan bahkan sangat kecil ( dibawah 100 mikron untuk ukuran dewasanya) dan
memiliki struktur tubuh yang sederhana. Dengan ukuran tubuhnya yang sangat kecil,
nematoda merupakan pakan bagi ikan, tungau air dan hydra. Nematoda makan berbagai
macam makanan seperti bakteri, jamur, ganggang, hewan kecil, dan organisme mati
dan organisme yang membusuk. Mereka kebanyakan memakan organisme mati atau
organisme yang membusuk sehingga membantu untuk menjaga pasokan oksigen di
dalam air. Nematoda dapat secara efektif mengatur populasi dan komunitas komposisi
bakteri - mereka dapat makan hingga 5.000 bakteri per menit. Nematoda juga berperan
dalam siklus nitrogen dengan cara memineralisasi nitrogen. Beberapa tahun ini, para
ilmuwan menegaskan bahwa nematoda (serta meiofauna pada umumnya) dapat
digunakan sebagai pendeteksi adanya polutan. Nematoda yang hidup di laut, telah
diusulkan sebagai indikator pencemaran karena mereka memiliki beberapa
karakteristik seperti rentang hidup yang singkat dan keanekaragaman yang tinggi yang
membuat nematoda berpotensi dalam pemantauan ekologi ( Heip, 1980 ).

14
2.3 Caetognata
2.3.1 Pengertian Caetognagta
Chaetognatha yang berarti "rahang bulu" berasal dari kata chaeton = sikat ;
gnatos = rahang atau mulut., dikenal dengan nama cacing panah, adalah sebuah filum
dari cacing laut yang merupakan komponen terbesar dari plankton laut di seluruh dunia.
Sekitar 20% dari spesies yang diketahui adalah makhluk bentik dan dapat melekat pada
alga dan batu. Mereka ditemukan di seluruh perairan laut, dari permukaan perairan
tropis hingga ke laut dalam dan daerah kutub. Chaetognatha berbentuk seperti torpedo
atau panah, oleh sebab itu dinamakan "cacing panah" dan tidak berwarna atau
transparan. Mereka memiliki ukuran antara 2 sampai 120 milimeter. Cacing-cacing ini
merupakan predator dari copepoda, larva ikan, krustasea, dan chaetognatha lainnya.
Cacing panah menggunakan mekanoreseptor yang dapat merasakan pergerakan air
untuk mendeteksi organisme lain, dan pada beberapa spesies memiliki racun di
kepalanya yang membantu menaklukan mangsa yang tertangkap. Selain menjadi
predator aktif, chaetognatha juga merupakan sumber makanan penting bagi ikan dan
binatang laut lainnya.

2.3.2 Klasifikasi Caetognata


Chaetognatha terdiri dari 2 kelas yaitu Archisagittoidea dan Sagittoidea.
Namun kelas yang paling dikenal adalah kelas Sagittoidea karena sejauh ini yang
berhasil diteliti lebih lanjut mengenai Chaetognatha hanyalah melalui kelas ini. Selain
itu juga, kelas Sagittoidea termasuk komponen plankton yang terbanyak ditemui hidup
di lautan tropik.

2.3.3 Siklus Hidup


Semua spesies bersifat hermaprodit, membawa kedua telur dan sperma. Setiap
hewan memiliki sepasang testis dalam ekor dan sepasang ovarium di daerah posterior
rongga tubuh utama. Sperma dilepaskan dari testis dewasa di dalam rongga ekor, dan
kemudian berenang melalui saluran pendek vesikula seminalis di mana mereka
dikemas ke dalam spermatophore

15
Gambar 4. Siklus hidup

Saat kawin, setiap individu menempatkan sebuah spermatophore ke leher


pasangan setelah pecahnya vesikula seminalis. Sperma cepat keluar dari
spermatophore dan berenang sepanjang garis tengah sampai mereka mencapai
sepasang pori-pori di depan ekor. Pori-pori terhubung ke saluran telur, dimana telur
terlepas dari ovarium, dan disini pembuahan terjadi. Pada stadia perkembangan dari
embrio ke dewasa, Chaetognatha berada pada stadia plankton, mereka memakan
fitoplankton, sebelum Chaetognatha menjadi dewasa dan siap melakukan reproduksi
kembali.

2.4 Annelida
2.2.4 Morfologi Annelida
Annelida atau cacing tersegmentasi, membentuk kelompok hewan utama,
biasanya dari silinder berbentuk memanjang dan sebagian besar mulai panjang dari 10
mm sampai 150 mm. Tubuh khas terdiri dari serangkaian segmen cincin seperti,

16
ditunjukkan secara eksternal oleh konstriksi annular. Usus relatif sederhana biasanya
melewati bawah tubuh dari mulut subterminal anterior ke anus terminal posterior.
Segmen pertama (prostomium) terletak di atas dan di depan mulut, kedua (segmen
bukal atau periosteum) mengelilinginya dan terakhir (pygidium) mengelilingi anus.
Segmen di antara primitif kurang lebih mirip satu sama lain, masing-masing berisi
pelengkap serupa organ. Plankton Annelida di Laut Utara adalah anggota dari kelas
Polychaeta.
Pelagis polychaetes membentuk kelompok khas zooplankton laut, meskipun
mereka kurang penting dalam hal kekayaan spesies, kelimpahan dan biomassa dari
kelompok zooplankton lainnya (Orensanz & Ramirez 1973). Mereka dapat dibagi
menjadi dua kelompok sesuai dengan ketetapan dalam kolom air: polychaetes
meroplanktonik yang membentuk bagian dari komunitas pelagis selama larva tersebut,
tahap postlarval dan reproduksi (Suárez-Morales et al 2005.) Dan polychaetes
holoplanktonik yang menyelesaikan seluruh mereka siklus hidup dalam kolom air.
Kebanyakan spesies epipelagic, mendiami terutama atas 50 m dari kolom air. Beberapa
Namun, yang mesopelagic atau bahkan bathypelagic. Seperti yang diharapkan, spesies
meroplanktonic lebih berlimpah di perairan neritik atau pesisir (Suárez-Morales et al.
2005). Pelagis polychaetes tersebar luas di semua lautan dan samudra dunia dan dengan
demikian dianggap sebagai kelompok yang kosmopolitan (Orensanz & Ramirez 1973,
Bilbao et al. 2008). Secara global, polychaetes pelagis secara tradisional
dikelompokkan menjadi tujuh famili : Alciopidae, Lopadorhynchidae, Pontodoridae,
Iospilidae, Tomopteridae, Poeobiidae dan Typhloscolecidae (Fauchald 1977, Rouse &
Fauchald 1997). Baru-baru ini, bagaimanapun, Suarez-Morales et al. (2005) yang
diakui total 9 family termasuk Yndolacidae dan Flotidae, 2 family yang umumnya
dikeluarkan karena hubungan filogenetik pasti mereka dengan taksa polychaete pelagis
lainnya (Rouse & Fauchald tahun 1997, Rouse & Pleijel 2001).
Polychaetes Holoplanktonic telah relatif kurang baik dipelajari karena
meskipun mereka yang umum, mereka jarang berlimpah dalam sampel plankton.
Fernández-Alamo (2000, 2004) memetakan distribusi Typhloscolecidae dan

17
Tomopteridae di bagian timur Samudera Pasifik tropis; Buzhinskaja (2004) mencatat
dua genera baru dari Yndolacidae di Samudra Arktik; Rozbaczylo et al. (2004)
melaporkan adanya Lopadorhynchus uncinatus Fauvel 1915, Pelagobia longicirrata
Greeff 1879, Vanadis minuta Treadwell tahun 1906, V. crystallina Greeff 1876 dan
Watelio gravieri (Benham 1929) untuk pertama kalinya dari perairan Chile dan pulau-
pulau samudra di Pasifik Tenggara; Burnette et al. (2005) mengeksplorasi hubungan
filogenetik antara Poeobius meseres (Heath 1930) dan Flabelligeridae; Suarez-Morales
et al. (2005) memberikan kita dengan langkah pertama menuju pemahaman tentang
fauna polychaete pelagis di wilayah Atlantik barat tropis, dengan penekanan pada
spesies yang ditemukan di perairan Meksiko di Teluk Meksiko dan Laut Karibia;
Jimenez-Cueto et al. (2006) terdaftar tiga dari empat spesies yang dikenal dari
Iospilidae untuk pertama kalinya dari Laut Karibia dan membuat beberapa pengamatan
pada struktur reproduksi mereka; Jimenez-Cueto dan Suarez-Morales (2008)
mengidentifikasi tujuh spesies Alciopidae di Laut Karibia Barat, lima di antaranya
adalah catatan pertama untuk wilayah ini; Bilbao et al. (2008) membuat rekor pertama
polychaetes pelagis di perairan pedalaman Chile selatan, mengamati Maupasia caeca
Viguier 1886, Typhloscolex muelleri Busch 1915 dan Lopadorhynchus krohnii
(Claparède 1870) untuk pertama kalinya di perairan timur Pasifik Selatan dan
memperluas selatan yang Batas distribusi Phalacrophorus pictus Greeff 1879 ke pantai
Chili. Di Venezuela, dua studi pada polychaetes planktonik telah dilakukan hingga saat
ini dengan sebelas spesies yang tercatat (Díaz-Díaz et al. 2009, Cardenas-Oliva et al.
2010). Dari jumlah tersebut, V. minuta, Sagitella Kowalewski Wagner 1872 dan
Phalacrophorus uniformis Reibisch 1895 tercatat untuk pertama kalinya untuk
Venezuela dan Plotohelmis tenuis (Apstein 1900) dan P. capitata (Greeff 1876) untuk
Laut Karibia. Kedua studi menunjukkan bahwa family yang paling umum adalah
Alciopidae dan Tomopteridae dengan empat dan dua spesies, masing-masing, yang
mewakili lebih dari 75% dari total kelimpahan polychaetes dikumpulkan. Sebanyak
236 spesimen diperiksa dan 11 spesies yang termasuk sembilan marga dan lima
keluarga diidentifikasi. The Alciopidae adalah keluarga terbaik diwakili, dengan empat

18
spesies. Uniformis Phalacrophorus (26,3%), planktonis Tomopteris (17,8%) dan
Travisiopsis dubia (15,1%) adalah spesies yang paling berlimpah. Typhloscolcx
muelleri Busch 1851 Gambar 2A-D
Bahan diperiksa: Lima spesimen Karakterisasi. Lima spesimen hingga 8 mm
panjang (5-8 mm), dengan 12-18 segmen. Fusiform tubuh, wilayah daerah anterior
relatif luas dan posterior meruncing. Prostomium dengan punggung dan perut lobus
preoral, baik tentang lebar sama dengan tubuh; masing-masing lobus dengan marginal
belt silia. Dorsal lobus dengan sepasang lobus bulat kecil di kedua sisi. Prostomium
dengan palpodium pada distal akhir, terbagi menjadi bagian basal silinder dan satu
distal tipis (Gbr. 2A). Lobus chaetiger kerucut lebih mencolok di chaetigers posterior
(Gambar. 2B), masing-masing dengan 2-3 sederhana acicular chaetae bengkok (Gbr.
2C). Cirri dari pertengahan wilayah cordiform, lebih memanjang pada segmeposterior;
Singkatnya, distal elips cirri anal (Gambar. 2D).

19
Gambar 4. Typhloscolex muelleri. A) anterior end, dorsal view; B) chaetiger lobes, C)
simple, recurved acicular chaetae, D) posterior end, dorsal view.

Distribusi. Typhloscolex muelleri telah dikumpulkan dari semua badan air


dipelajari untuk saat ini. Tebble (1960) mencatat spesies ini dari beberapa situs di
Atlantik Selatan dan menunjukkan adanya suatu ekotipe T. muelleri di sektor subarctic
dari Samudera Pasifik. T. muelleri juga telah terdaftar dari Barat Samudera Atlantik, di
sepanjang landas kontinen yang berbatasan Argentina, Uruguay dan Brasil selatan
(Orensanz & Ramírez 1973) dan Teluk Meksiko (Suarez et al. 2005). Dalam penelitian
ini kami mengumpulkan T. muelleri dari landas kontinen di lepas pantai Venezuela.
Relatif sedikit spesies holoplanktonic telah dijelaskan, mengingat dekat dengan 9.000
spesies polychaete dari 70 keluarga diakui dan bahwa spesies pelagis terdiri lebih dari
60 spesies yang termasuk sembilan keluarga (Díaz-Díaz et al. 2009). Berbeda dengan
spesies bentik, di mana endemisme biasanya dominan, bentuk pelagis memiliki
distribusi di seluruh dunia, atau setidaknya ditemukan lebih besar daerah. Hal ini
menyebabkan beberapa penulis menyarankan bahwa mereka mungkin kosmopolitan
dan spesies yang dapat dicatat sebagai memiliki distribusi terbatas lebih karena
kurangnya studi menyeluruh dari karena mereka sebenarnya absen dari perairan
tertentu

20
2.2.5 Klasifikasi Annelida
Habitat bentik cacing polychaete sangat umum baik berlumpur dan berbatu.
Namun, banyak dari hewan-hewan ini juga menghabiskan setidaknya sebagian dari
hidupnya di plankton, baik sebagai larva, atau sebagai pemijahan (reproduksi) dewasa.
Epitokes cacing bentik, atau bagian dari cacing, yang berenang ke permukaan
dan melepaskan telur atau sperma. Dalam satu keluarga dari polychaetes, yang syllids,
posterior (belakang) bagian dari cacing dimodifikasi untuk membawa telur atau
sperma. Epitoke ini akhirnya terputus dari bagian utama dari cacing, dan berenang ke
permukaan untuk mereproduksi. Setelah telur dibuahi, epitokes perempuan merenung
embrio di kantung di perut mereka sampai mereka menetas (lihat foto di sebelah kiri,
di bawah). Cacing bentik yang tersisa disebut atoke, dan akan terus memberi makan
dan tumbuh, akhirnya menghasilkan epitokes baru. Epitokes Syllid telah diamati untuk
membentuk kawanan besar individu reproduksi di permukaan air secara berkala.
Perilaku menarik ini diduga diatur oleh siklus lunar, dengan puncak dekat bulan
purnama.
Keluarga worm lainnya, seperti Nereids, memiliki pelagis (berenang bebas)
perwakilan yang menyerupai epitokes. Namun, bukannya putus akhir cacing bentik,
seluruh individu berenang ke permukaan di mana pecah dinding tubuh, mengisi air
dengan telur dan sperma. Seperti syllids, cacing dewi laut sering melakukan
sinkronisasi pelepasan gamet (telur dan sperma) oleh berkerumun bersama-sama.
Agaknya perilaku ini akan memaksimalkan kesempatan bahwa telur individu akan
menjadi dibuahi.
Pelagis polychaetes dan epitokes menggunakan parapodia, pelengkap yang
menonjol dari tubuh, dan gelombang otot peristaltik untuk mendorong diri melalui air.
Klik di sini untuk melihat film dari syllid renang.

Bentuk planktonik umum lainnya banyak polychaetes adalah larva


berkembang. Berikut adalah jenis larva tertentu (mitraria) yang diproduksi oleh
polychaetes milik keluarga Oweniidae. Larva Mitrarian memiliki sebuah band

21
sederhana silia, yang dapat dilihat sebagai band gelap di sekitar tepi bel. Band bersilia
ini bergerak partikel makanan ditarik dari air sekitarnya menjadi alur yang
mengarahkan mereka ke mulut larva. Proyeksi tulang belakang-seperti yang tajam
disebut setae (bulu) mungkin berguna sebagai perlindungan dari predator, dan untuk
membantu mencegah larva dari tenggelam terlalu cepat (ingat bahwa hewan planktonik
kecil umumnya tidak perenang yang kuat).

Gambar 5. Contoh Plankton Annelida


Kepala dikembangkan dengan baik dibandingkan dengan annelida lainnya
Dapat terjadi pada tahap pelagial berikut:
1. Tahap larva berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu.
2. Modifikasi tahap renang laki-laki dewasa atau perempuan.
3. Pelagis benar-benar transparan spesies holoplanktonic (misalnya
Tomopteridae).
4. Keragaman besar dari strategi reproduksi.

Contoh Plankton Annelida

Phylum : Annelida

22
Class : Polychaeta
Subclass : Palpata
Order : Canalipalpata
Suborder : Spionida
Family : Spionidae

Dua palps beralur menonjol untuk mencari mangsa. Palps umumnya berlekuk,
bersilia dan dimiliki struktur sensorik. Organ nuchal membentuk proyeksi posterior.
Chaetae Specialised. Jumbai silia dan band. Tersebar luas di seluruh dunia. Larva
Spionidae umumnya tahap perkembangan yang paling umum dari polychaetes
ditemukan dalam sampel plankton. Sessile bentik atau semi-sessile. Deposit atau
suspensi pengumpan. Berbagai jenis pengembangan: siaran pemijahan murni
planktotrophic dan / atau lecithotrophic larva (merenung dalam kapsul atau
kepompong). Periode pembangunan dapat tahan lama dan dapat menghasilkan
sejumlah besar larva di wilayah pesisir. Penggerak: larva Lecithotrophic adalah
perenang lemah. Planktotrophic larva adalah perenang yang kuat (yang dilakukan oleh
propulsi oleh silia).

Taxonomy

Phylum : Annelida
Class : Polychaeta
Subclass : Palpata
Order : Canalipalpata
Suborder : Spionida
Family : Magelonidae

23
Gambar 6. Magelonidae

Larva dapat mencapai hingga 4 mm. Umum bentik permukaan pengumpan


yang hidup sebagai burrowers di pasir dan lumpur (sebagai orang dewasa). Panjang
dan ramping tubuh. Dorso-bagian perut yang menonjol rata prostomium spatulate. Dua
palps ventrolateral panjang. Palps memiliki baris papillae perekat daripada alur
bersilia. Setiap papilla hanya memiliki 2 sel (dewasa seperti); satu memiliki silia
sensorik tunggal. Chaetae larva panjang. Tentakel larva asimetris. Tidak ada mata.
Tersebar luas di seluruh dunia.

Taxonomy

Phylum : Annelida
Class : Polychaeta
Order : Aciculata
Family : Tomopteridae
Genus : Tomopteris

24
Gambar 7. Tomopteris

Dalam bahasa Yunani berarti 'memotong' dan 'sayap'. Sekitar 60 spesies. Betina
50-100 mm dan Jantan sampai 60 mm. Transparan. Bercabang organ sirip-seperti
sangat terbagi (parapodia). prostomium; dengan satu pasang mata lensanya. Sepasang
meruncing, palps tidak diartikulasikan. Segmen pertama dikenakan sepasang cirri
berbentuk sungut sangat panjang. Salah satu hewan laut beberapa dengan
bioluminescence kuning. Terdapat pada Laut beriklim sedang. Holopelagic. Remaja
kebanyakan terjadi di permukaan sementara orang dewasa ditemukan lebih dalam.
Predator dan karnivora. Memakan chaetognaths, tunicates, dan larva ikan. Pemijahan
berlangsung sepanjang tahun. Riwayat hidup sebagian besar tidak diketahui.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan di atas, antara lain :
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, koilos = rongga dan enteron = usus.
Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari gabungan kata nema yang
mempunyai arti thread = benang dan kata old yang berarti like = seperti atau
menyerupai. Cheatognatha terdiri dari dua kata yaitu chaeton berarti sikat dan gnatos
berarti rahang atau mulut (dari bahasa Yunani). Sedangkan Annelida berasal dari kata
annulus yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang atau ruas-ruas, dan oidus yang
berarti bentuk.
Meroplankton dari Coelenterata atau cnidaria umunya terjadi pada fase larva
yang disebut planula. Filum Nematoda terdiri dari kelas chromadorea, enoplea serta
secernentea dan semuanya mengalami fase plankton dalam hidupnya. Filum
chaetognatha hanya ada satu kelas yaitu sagittoidea dan semua spesies dari kelas ini
mengalami fase plankton dalam hidupnya. Plankton dari filum Annelida berasal dari
satu kelas, yaitu polychaeta Umumnya reproduksi terjadi pada dua fase, yaitu asekual
dan seksual. Fase plankton terjadi pada saat menjadi larva.

DAFTAR PUSTAKA

26
Andayani, Sri. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan .Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya : Malang

Arinardi et all., 1997. Plankton; Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingnsih, E. Asnaryanti dan S. H.

Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan


Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.

Barus. 2003. Pengantar Limnologi Jurusan Biologi FMIPA . Universitas Negeri


Sumatera Selatan : Palembang

Davis, 1955. The Marine And Fresh Water Plankton. Michigan State University
Press. United State Of America.

Ekawati, A. W. 2005. Budidaya Makanan Alami. Fakultas Perikanan Universitas


Brawijaya. Malang.

Ferianita Fachhrul, M. 2006. Metode Sampling Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta

Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian


bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas
Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.

M. Jeffrey, 2005, Jurnal Penelitian Plankton Vol. 27 No 5

Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta

Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT.


Gramedia.

Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta


Gramedia

Omori, M & T. Ikeda, 1984. Method in Marine Zooplankton Ecology. Krieger Pub
Co. 332p.

27
Owen, O. S. 1975, Natural Resources Conservation An Ecological Approach, New
York, Macmillan Publishing Co. Inc

Parsons, T.R. Masayuki, T. dan Barry H., 1984. Biological Oceanographic Processes.
3rd Edition. Pergamon Press, Oxford.

Romimohtarto, Kasijan. 1999. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Jakarta : LIPI.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang : UNDIP

28

Anda mungkin juga menyukai