Anda di halaman 1dari 10

1.

Pondasi Menerus

Pondasi menerus adalah jenis pondasi yang banyak dipakai untuk


bangunan rumah yang tidak bertingkat. Untuk seluruh panjang, jenis pondasi ini
mempunyai ukuran yang sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama.
Oleh karena itu untuk memasang pondasi menerus lebih dahulu harus dibuatkan
galian tanahnya dengan kedalaman yang sama, yang kemudian dipasang profil
– profil untuk memasang pondasi sehingga diperoleh bentuk yang direncanakan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat
dari pasangan batu bata dengan lebar dasar 2-3 kali tebal pasangan bata dan
pondasi dinding setengah bata cukup diletakan pada kedalaman 60 - 80 cm.
Selain itu bahan pondasi yang mendukung beban bangunan yang lebih besar dan
banyak yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi umumnya
tidak kurang dari dua setengah kali tebal
Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang
berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding.
Untuk dinding yang memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah
kecil digunakan pondasi jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan
bangunan terhadap gempa, pondasi sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling
bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan
adukan perekat dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali
dibuat bangunan bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu
lapis. Kemudian setelah pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di
kanan kiri diurug dengan pasir.
Kelebihan pondasi
- Pelaksanaan pondasi mudah
- Waktu pengerjaan pondasi relatif lebih cepat
- Biaya pelaksanaan relatif lebih murah, jika menggunakan batu kali
- Batu pecah relati lebih mudah didapat (untuk daerah pulau jawa)

Kekurangan pondasi menerus (batu kali):


- Pada daerah-daerah tertentu batu pecah susah didapat, tapi dapat diganti
dengan batu kali
- Membuat pondasi ini memerlukan biaya besar, apabila menggunakan batu
pecah
- Pondasi ini tidak dianjurkan untuk rumah bertikangkat 2 atau lebih
2. Pondasi Setempat

Pondasi setempat; dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom


pendukung/kolom struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi
bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga
digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas
permukaan tanah yang diratakan.
Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :
- Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
- Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
- Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor
sloof, tidak digunakan untuk mendukung beban.
Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
- Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.
- Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman
tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu
besar.
- Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak
dipasang di bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan
dengan balok kayu di bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu
dengan atapnya. Pondasi kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai
ketinggian ± 1 meter.
Kelebihan Pondasi Setempat (Tapak):
- Biaya pondasi relative murah
- Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
- Dapat digunakan untuk bangunan mulai 1 lantai sampai ketinggian 4 lantai
- Sistem pengerjaan relative mudah, apabila proses pengecoran dilakukan
ditempat (di lobang galian pondasi tsb)

Kekurangan Pondasi Setempat (Tapak):


- Apabila pembuatan struktur pondasi setempat (tapak) dibuat lobang galian
pondasi, maka diperlukan waktu pengerjaan lebih lama, karena pondasi
setempat dibuat/dicetak dengan menggunakan bekisting terlebih dulu
- Diperlukan waktu untuk menunggu beton kering sesuai umur beton, agar
dapat dipindahkan ke posisi lobang pondasi setempat (tapak) yang telah digali
sebelumnya
- Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur, dari segi pembesian dan
desain penulangannya.
- Waktu pengerjaan pondasi ini harus lebih dini, karena memerlukan waktu
pengeringan selama 28 hari agar bias digunakan
3. Pondasi Kacapuri

Pondasi kacapuri adalah suatu sistem pondasi tradisional yang lazim dipakai
untuk pondasi bangunan kayu pada tanah lunak. Pondasi Kacapuri adalah tipe
pondasi dangkal yang mengapung di atas tanah gambut. Pondasi Kacapuri
menggunakan Kayu Ulin sebagai tiang dan Kayu Galam yang menerus sebagai
telapaknya. Selain itu pondasi kacapuri mempunyai nilai ekonomis tinggi sebagai
pondasi bagnunan ringan. Sistem pelaksanaan dan pembuatannya pun tidak
memerlukan peralatan berat, cukup dengan peralatan tradisional yang dipakai
pra tukang kayu. Kayu galam gampang tumbuh di daerah rawa pada hutan tropis
dengna diameter rata- rata berkisar antara 10 cm s.d 15 cm. Kayu ini sangat awet
jika selalu terendam air, hal ini terbukti dari bangunan tua dengan pondasi dari
bahan kayu galam yang dibongkar, ternyata kayu galamnya masih sangat baik
walaupun bangunan tersebut sudah berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu kayu
galam tersebut harga di pasaran relatif murah.
Pondasi kacapuri umumnya menggunakan kombinasi kayu ulin dan kayu galam.
Kayu Ulin dalam bentuk balokan, sebagai bahan utama tiang dan tongkat yang
bertumpu di tanah sebagai pendukung bangunan rumah. Antara tiang dan tongkat
dibedakan : Tiang adalah balok yang pangkalnya bertumpu dalam tanah dengan
ujungnya sampai pada dasar atap di atas bubungan. Tongkat adalah balok yang
pangkalnya bertumpu dalam tanah dengan ujungnya sampai pada dasar lantai.
Kayu galam yang digunakan dalam pondasi ini biasanya berdiameter minimal 15
cm untuk tampuk ujung dan sekitar 20 cm untuk tampuk tengahnya. Cara
pemasangannya agak berbeda dengan cara batang besar yang hanya satu lapis.
Untuk pondasi batang kecil ada dua lapis, bagian bawah disebut Kacapuri dan
lapisan atas disebut kalang sunduk, yaitu untuk penahan sunduk tiang atau sunduk
tongkat. Ujung tiang atau tongkat tertancap hingga kedalaman dua meter dari
permukaan tanah.
4. Pondasi Batu Bata

Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan
bertangga yang bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap – tiap
tangga terdiri dari 3 – 4 lapis. Apabila tiap – tiap ujung tangga dihubungkan akan
merupakan trapezium yang tetap memenuhi syarat pondasi.
Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan
ikatan bata, tiap – tiap lapisan dihubungkan dengan perekat/ spesi. Untuk tanah
yang tidak mengandung air spesi ini, dibuat dari :
- 1 Kapur : 1 Semen merah : 1 Pasir, atau
- 1 Lapur : 1 Semen merah : 2 Pasir
Sedangkan untuk tanah yang mengandung air dibuat dari campuran :
- 1 PC : 4 Pasir atau 1 PC : 5 Tras
- 1 PC : ½ Kapur : 5 Pasir
Sebagai lantai kerja dibuat dari lapisan pasir yang dipadatkan setelah 10
cm, lapisan ini berfungsi pula sebagai lapisan perbaikan tanah dasar.
Pondasi ini dapat dibuat dilahan yang mempunyai kondisi tanah dengan
tanah keras yang tidak dalam. Biasanya bangunan yang menggunakan pondasi
batu bata, bangunannya hanya berlantai satu, dikarenakan pondasi batu bata
tidak kuat menahan beban apabila bangunannya berlantai banyak.
Kelebihan Pondasi Batu Bata:
- Kebutuhan Anggaran Biaya Pembuatannya Rendah
- Waktu Pengerjaannya Relatif Cepat
- Memiliki Model Konstruksi yang Sederhana
Kekurangan Pondasi Batu Bata:
- Daya dukung yang dimiliki tidak terlalu kuat meski layak digunakan untuk
menahan bangunan sederhana
- Tidak cocok diterapkan untuk mendukung bangunan-bangunan yang
bertingkat
- Dibutuhkan galian tanah yang cukup banyak di sepanjang tempat pendirian
struktur dinding bangunan
- Hanya dapat diaplikasikan apabila kondisi tanah di area pembangunannya
cukup stabil
- Tingkat ketahanannya tidak terlalu bagus terutama jika sering terendam air
5. Pondasi Batu Kali

Pondasi yang bahanya dari batu kali sangat cocok, karena bila batu kali
ditanam dalam tanah kualitasnya tidak berubah. Pada umumnya bentuk pondasi
batu kali dibuat trapezium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat
selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam
pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi
kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak seseuai
lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapezium
tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat
sekitar 70 – 80 cm.
Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya
kurang lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam
pemasangannya, dan juga tidak terlalu berta dalam pengangkatannya, sehingga
bentuk pasangan menjadi rapih dan kokoh. Pada dasar konstruksi pondasi batu
kali diawalai dengan lapisan setebal 5 – 10 cm guna meratakan tanah dasar,
kemudian dipasangan batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu kosong)
dan rongga – rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya
menjadi kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. susunan batu
kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran
(drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat disekitar pondasi.
Agar pasangan bahan pondasi tidak mudah rusak atau basah akibat air
tanah, maka bidang pada badan pondasi diplester kasar (beraben) setebal kurang
lebih 1,5 cm dengan adukan seperti spesi yang dipakai pada pasangan. Bila pada
lapisan dasar tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering maka
tidak diperlukan pasangan batu kosong tetapi cukup dengan lapisan pasir sebagai
dasar dengan ketebalan kurang lebih 10 cm yang sudah dipadatkan. Lapisan ini
dapat berfungsi sebagi alat pengaliran atau pengeringan (drainase).
Kelebihan :
- Pelaksanaan pondasi mudah
- Waktu pengerjaan pondasi cepat
- Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
Kekurangan :
- Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
- Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)
- Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat.
6. Triaxial/Uji Triaxial
Uji triaxial adalah uji laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui
nilai-nilai dari parameter kekuatan geser tanah. yaitu c (kohesi) dan  (sudut
geser dalam), dalam tegangan total ataupun efektif yang mendekati keadaan
aslinya di lapangan.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh jenis uji ini adalah kondisi
pengaliran yang dapat dikontrol, tekanan pori yang dapat diukur, dan tanah dapat
dikondisikan menjadi jenuh dan terkonsolidasi.
Pengujian triaksial ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pengujian
dengan cara unconsolidated-undrained (tanpa terkonsolidasi-tanpa drainasi /
UU), consolidated-undrained (terkonsolidasi-tanpa drainasi / CU), dan
consolidated-drained (terkonsolidasi dengan drainasi / CD).
Tujuan dari uji triaxial ini adalah hasil dari pengujian digunakan dalam
analisis kestabilan jangka pendek (short term stability analysis) maupun jangka
panjang (long term stability analysis).
Alat-alat yang digunakan :
 Alat Triaxial
 Membran karet
 Strecther
 Stopwatch
 Alat untuk mengeluarkan tanah dari tabung (piston plunger)
 Silinder untuk mengambil contoh tanah
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr
 Cawan (container)
 Desikator
 Pisau
Aplikasi Parameter Hasil Uji Triaxial
1. Triaxial UU
Contoh aplikasinya adalah :
- Pekerjaan timbunan yang cepat di atas tanah lunak
- Pembangunan bending yang cepat tanpa ada perubahan kadar air dalam inti
(core)
- Peletakan pondasi yang tiba-tiba pada lapisan lempung

2. Triaxial CU
Contoh aplikasinya adalah :
- Konstruksi Bertahap (Timbunan 2 diletakkan setelah terjadi konsolidasi
pada tanah dasar akibat timbunan 1)
- Muka Air Bendungan Turun Tiba-tiba (dari 1 ke 2 dan tidak ada aliran air
dalam inti/core)
- Konstruksi timbunan di atas lereng alamiah
3. Triaxial CD
Contoh aplikasinya adalah :
- Pekerjaan Timbunan yang lambat (Timbunan diletakkan bertahap dalam
waktu yang pendek)
- Konstruksi Bendungan dengan Tinggi Muka Air Bendung Tetap
- Pekerjaan penggalian atau lereng alamiah

Anda mungkin juga menyukai