Pondasi Menerus
Pondasi kacapuri adalah suatu sistem pondasi tradisional yang lazim dipakai
untuk pondasi bangunan kayu pada tanah lunak. Pondasi Kacapuri adalah tipe
pondasi dangkal yang mengapung di atas tanah gambut. Pondasi Kacapuri
menggunakan Kayu Ulin sebagai tiang dan Kayu Galam yang menerus sebagai
telapaknya. Selain itu pondasi kacapuri mempunyai nilai ekonomis tinggi sebagai
pondasi bagnunan ringan. Sistem pelaksanaan dan pembuatannya pun tidak
memerlukan peralatan berat, cukup dengan peralatan tradisional yang dipakai
pra tukang kayu. Kayu galam gampang tumbuh di daerah rawa pada hutan tropis
dengna diameter rata- rata berkisar antara 10 cm s.d 15 cm. Kayu ini sangat awet
jika selalu terendam air, hal ini terbukti dari bangunan tua dengan pondasi dari
bahan kayu galam yang dibongkar, ternyata kayu galamnya masih sangat baik
walaupun bangunan tersebut sudah berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu kayu
galam tersebut harga di pasaran relatif murah.
Pondasi kacapuri umumnya menggunakan kombinasi kayu ulin dan kayu galam.
Kayu Ulin dalam bentuk balokan, sebagai bahan utama tiang dan tongkat yang
bertumpu di tanah sebagai pendukung bangunan rumah. Antara tiang dan tongkat
dibedakan : Tiang adalah balok yang pangkalnya bertumpu dalam tanah dengan
ujungnya sampai pada dasar atap di atas bubungan. Tongkat adalah balok yang
pangkalnya bertumpu dalam tanah dengan ujungnya sampai pada dasar lantai.
Kayu galam yang digunakan dalam pondasi ini biasanya berdiameter minimal 15
cm untuk tampuk ujung dan sekitar 20 cm untuk tampuk tengahnya. Cara
pemasangannya agak berbeda dengan cara batang besar yang hanya satu lapis.
Untuk pondasi batang kecil ada dua lapis, bagian bawah disebut Kacapuri dan
lapisan atas disebut kalang sunduk, yaitu untuk penahan sunduk tiang atau sunduk
tongkat. Ujung tiang atau tongkat tertancap hingga kedalaman dua meter dari
permukaan tanah.
4. Pondasi Batu Bata
Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan
bertangga yang bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap – tiap
tangga terdiri dari 3 – 4 lapis. Apabila tiap – tiap ujung tangga dihubungkan akan
merupakan trapezium yang tetap memenuhi syarat pondasi.
Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan
ikatan bata, tiap – tiap lapisan dihubungkan dengan perekat/ spesi. Untuk tanah
yang tidak mengandung air spesi ini, dibuat dari :
- 1 Kapur : 1 Semen merah : 1 Pasir, atau
- 1 Lapur : 1 Semen merah : 2 Pasir
Sedangkan untuk tanah yang mengandung air dibuat dari campuran :
- 1 PC : 4 Pasir atau 1 PC : 5 Tras
- 1 PC : ½ Kapur : 5 Pasir
Sebagai lantai kerja dibuat dari lapisan pasir yang dipadatkan setelah 10
cm, lapisan ini berfungsi pula sebagai lapisan perbaikan tanah dasar.
Pondasi ini dapat dibuat dilahan yang mempunyai kondisi tanah dengan
tanah keras yang tidak dalam. Biasanya bangunan yang menggunakan pondasi
batu bata, bangunannya hanya berlantai satu, dikarenakan pondasi batu bata
tidak kuat menahan beban apabila bangunannya berlantai banyak.
Kelebihan Pondasi Batu Bata:
- Kebutuhan Anggaran Biaya Pembuatannya Rendah
- Waktu Pengerjaannya Relatif Cepat
- Memiliki Model Konstruksi yang Sederhana
Kekurangan Pondasi Batu Bata:
- Daya dukung yang dimiliki tidak terlalu kuat meski layak digunakan untuk
menahan bangunan sederhana
- Tidak cocok diterapkan untuk mendukung bangunan-bangunan yang
bertingkat
- Dibutuhkan galian tanah yang cukup banyak di sepanjang tempat pendirian
struktur dinding bangunan
- Hanya dapat diaplikasikan apabila kondisi tanah di area pembangunannya
cukup stabil
- Tingkat ketahanannya tidak terlalu bagus terutama jika sering terendam air
5. Pondasi Batu Kali
Pondasi yang bahanya dari batu kali sangat cocok, karena bila batu kali
ditanam dalam tanah kualitasnya tidak berubah. Pada umumnya bentuk pondasi
batu kali dibuat trapezium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat
selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam
pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi
kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak seseuai
lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapezium
tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat
sekitar 70 – 80 cm.
Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya
kurang lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam
pemasangannya, dan juga tidak terlalu berta dalam pengangkatannya, sehingga
bentuk pasangan menjadi rapih dan kokoh. Pada dasar konstruksi pondasi batu
kali diawalai dengan lapisan setebal 5 – 10 cm guna meratakan tanah dasar,
kemudian dipasangan batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu kosong)
dan rongga – rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya
menjadi kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. susunan batu
kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran
(drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat disekitar pondasi.
Agar pasangan bahan pondasi tidak mudah rusak atau basah akibat air
tanah, maka bidang pada badan pondasi diplester kasar (beraben) setebal kurang
lebih 1,5 cm dengan adukan seperti spesi yang dipakai pada pasangan. Bila pada
lapisan dasar tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering maka
tidak diperlukan pasangan batu kosong tetapi cukup dengan lapisan pasir sebagai
dasar dengan ketebalan kurang lebih 10 cm yang sudah dipadatkan. Lapisan ini
dapat berfungsi sebagi alat pengaliran atau pengeringan (drainase).
Kelebihan :
- Pelaksanaan pondasi mudah
- Waktu pengerjaan pondasi cepat
- Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
Kekurangan :
- Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
- Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)
- Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat.
6. Triaxial/Uji Triaxial
Uji triaxial adalah uji laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui
nilai-nilai dari parameter kekuatan geser tanah. yaitu c (kohesi) dan (sudut
geser dalam), dalam tegangan total ataupun efektif yang mendekati keadaan
aslinya di lapangan.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh jenis uji ini adalah kondisi
pengaliran yang dapat dikontrol, tekanan pori yang dapat diukur, dan tanah dapat
dikondisikan menjadi jenuh dan terkonsolidasi.
Pengujian triaksial ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pengujian
dengan cara unconsolidated-undrained (tanpa terkonsolidasi-tanpa drainasi /
UU), consolidated-undrained (terkonsolidasi-tanpa drainasi / CU), dan
consolidated-drained (terkonsolidasi dengan drainasi / CD).
Tujuan dari uji triaxial ini adalah hasil dari pengujian digunakan dalam
analisis kestabilan jangka pendek (short term stability analysis) maupun jangka
panjang (long term stability analysis).
Alat-alat yang digunakan :
Alat Triaxial
Membran karet
Strecther
Stopwatch
Alat untuk mengeluarkan tanah dari tabung (piston plunger)
Silinder untuk mengambil contoh tanah
Oven
Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr
Cawan (container)
Desikator
Pisau
Aplikasi Parameter Hasil Uji Triaxial
1. Triaxial UU
Contoh aplikasinya adalah :
- Pekerjaan timbunan yang cepat di atas tanah lunak
- Pembangunan bending yang cepat tanpa ada perubahan kadar air dalam inti
(core)
- Peletakan pondasi yang tiba-tiba pada lapisan lempung
2. Triaxial CU
Contoh aplikasinya adalah :
- Konstruksi Bertahap (Timbunan 2 diletakkan setelah terjadi konsolidasi
pada tanah dasar akibat timbunan 1)
- Muka Air Bendungan Turun Tiba-tiba (dari 1 ke 2 dan tidak ada aliran air
dalam inti/core)
- Konstruksi timbunan di atas lereng alamiah
3. Triaxial CD
Contoh aplikasinya adalah :
- Pekerjaan Timbunan yang lambat (Timbunan diletakkan bertahap dalam
waktu yang pendek)
- Konstruksi Bendungan dengan Tinggi Muka Air Bendung Tetap
- Pekerjaan penggalian atau lereng alamiah