Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cuaca dan iklim adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia. Cuaca dan iklim selalu berhubungan dengan keadaan udara
dan aktifitas manusia pada lapisan Troposfer. Cuaca dapat diartikan sebagai
keadaan udara pada waktu tertentu dengan wilayah yang tidak luas. Sedangkan
iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang lama dan wilayah yang
luas. Cuaca dan iklim sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kepentingan umat
manusia seperti dalam bidang pertanian, tranportasi, komunikasi dan yang
lainnya.
Cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut
meteorologi sedangkan cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang keadaan
iklim disebut klimatologi. Kedua cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dan
masuk dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai salah satu mata kuliah wajib
yang diprogramkan pada semester dua, yaitu sebagai mata kuliah Meteorologi
dan Klimatologi. Ilmu ini mempelajari tentang kondisi cuaca dan iklim di bumi.
Dalam mata kuliah ini mahasiswa tidak hanya belajar di dalam ruangan tetapi
juga di luar ruangan atau praktik lapang. Kegiatan ini di laksanakan karena
pengetahuan mahasiswa yang terbatas mengenai fenomena-fenomena atmosfer
di bumi.
Pada kegiatan praktik lapang ini mahasiswa akan menerapkan di
lapangan semua pengetahuan yang sudah di peroleh selama proses perkuliahan.
Praktik lapang dilaksanakan di dua tempat yaitu di Stasiun Klimatologi
Kabupaten Maros dan Stasiun Meteorologi Maritime Paotere Makassar yang
selanjutnya mahasiswa membuat hasil praktik lapang dalam bentuk laporan
sebagai penilaian pada mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi.

B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dilaksanakan kegiatan praktik lapang ini yaitu mahasiswa
diharapkan mampu memahami mengenai cuaca dan iklim, proses yang berkaitan

1
dengan cuaca dan iklim serta mampu menjelaskan fungsi dari alat-alat
meteorologi dan klimatologi.

C. Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat dilaksanakan kegiatan praktik lapang ini yaitu mahasiswa dapat
memahami unsur-unsur pembentuk cuaca dan iklim, dan dapat mengetahui cara
kerja serta fungsi alat-alat meteorologi dan klimatologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cuaca
Cuaca adalah rata-rata kondisi atmosfer pada suatu tempat tertentu yang
sifatnya berubah-ubah dari waktu kewaktu. Udara merupakan benda gas yang
menyelubungi bumi dengan ketinggian tertentu, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak dapat dilihat, dan tidak dapat dirasakan, kecuali dalam keadaan bergerak
(angin). Cuaca wilayahnya relatif sempit dan senantiasa cepat berubah setiap
saat dari waktu ke waktu. Ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut
meteorologi. Di dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan tentang cuaca
diterapkan dalam bidang penerbangan, pelayaran, dan kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan cuaca (Umar, 2010).
Udara merupakan benda yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat
dirasakan, dan tidak dapat pula diraba, kecuali bergerak sebagai angin. Udara
mudah bergerak, dapat ditekan, dapat berkembang, dan dapat pula menghasilkan
gelombang yang bertekanan serta merupakan benda yang transparan dalam
beberapa bentuk radiasi. Udara sangat penting dalam kehidupan, disamping
sangat penting untuk kehidupan, sebagai media untuk proses cuaca, udara
bekerja sebagai selimut yang melindungi bumi terhadap tenaga matahari pada
waktu siang hari, serta menghalangi hilangnya panas yang berlebihan pada
waktu malam hari. Seandainya tidak ada atmosfer suhu bumi akan meningkat
kira-kira menjadi 93,3oC pada siang hari dan turun menjadi -148,9oC pada
malam hari.
B. Pengertian Iklim
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dari suatu wilayah yang luas dan
diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama, antara 30-100 tahun. Ilmu yang
mempelajari iklim disebut klimatologi. Klimatologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala cuaca secara umum dalam waktu yang lebih
lama dan pada daerah yang relative luas. Misalnya, wilayah Asia Tenggara yang
terletak di daerah equator, memiliki iklim tropis yang salah satu cirinya memiliki

3
intensitas curah hujan yang tinggi. Pengamatan, pencatatan, dan analisis cuaca
dan iklim di Indonesia dilakukan oleh badan meteorologi dan geofisika (BMG)
(Umar, 2010).
Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu
konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari
ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam
jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena
tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan
cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yang
ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam
studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun
penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga
mempunyai arti penting.
Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001)
mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi
langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi
atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang
cukup panjang.
Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim
adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan
menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk
beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-
nina berlangsung.
Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang
iklim siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah 10
tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi baku yang umumnya akan
berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade. Penyimpangan iklim
mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari kondisi cuaca
dan iklim yang terjadi saat ini.
Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-
variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim

4
ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi,
evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-
pengendali iklim. Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan
perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut
Lakitan (2002) adalah pertama posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi
lintang), kedua keberadaan lautan atau permukaan airnya, ketiga pola arah angin,
keempat rupa permukaan daratan bumi, dan kelima kerapatan dan jenis vegetasi.

5
BAB III
METODE

A. Waktu dan Tempat


Praktik lapang mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi dilaksanakan pada hari
jumat tanggal 7 April 2017.
Tempat dilaksanakan praktik lapang:
1. Stasiun Klimatologi Klas I Panakukang-Maros Balai Besar Wilayah IV
Makassar, Jl. Ratulangi 75A Maros, Sulawesi Selatan.
2. Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Paotere Makassar Balai Besar Wilayah
IV Makassar, Jl. Sabutung I No. 30 Paotere – Makassar.

B. Teknik Pengambilan Data


1. Wawancara
Mahasiswa melakukan kegiatan wawancara dengan petugas di Stasiun
Klimatologi Maros dan Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar
sesuai dengan topik pengamatan.
2. Dokumentasi
Mahasiswa melakukan kegiatan dokumentasi alat-alat meteorologi dan
klimatologi berupa gambar dan rekaman penjelasan dari petugas di Stasiun
Klimatologi Maros dan Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Alat pengukur curah hujan:


A. Tipe Hellman
Cara kerja:
Alat ini bekerja secara otomatis bila hujan turun dan masuk pada mulut
corong, pengamatan dilakukan mulai dari pukul 07:00 pagi lamanya
pengamatan dilakukan selama 24 jam dan ketika hujan berlangsung secara
terus menerus maka pelampung akan terus bergerak naik dan pena akan
mencatat secara terus-menerus dan membentuk grafik pada pias, bila pena
telah mencapai titik maksimum yaitu 10 maka akan kembali ke bawah lagi
mengikuti banyaknya curah hujan yang masuk. Di dalam pias terdapat dua
garis yaitu horizontal yang berfungsi menunjukkan besar kecilnya curah
hujan dan vertikal yang berfungsi menunjukkan waktu selama turunnya
hujan.
Manfaat:
Manfaat yaitu untuk mengetahui banyaknya curah hujan dalam waktu tertentu
yang di ukur dengan satuan mm(milimeter).
Bagian-bagian alat:
1. Mulut corong berfungsi sebagai tempat masuknya air hujan.
2. Pipa penghubung corong dengan pelampung.
3. Jam Hellman yang berbentuk silinder yang berputar lengkap dengan kunci
pemutar.
4. Pias Hellman yang dipasang melingkar pada silinder Hellman tempat
grafik tertera
5. Pipa Happel yang berfungsi sebagai tempat yang dilalui air lebih yang
tumpah dari pelampung.
6. Pelampung air yang terdapat dalam penampung air.
7. Gelas ukur berskala berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk
melalui mulut corong.

7
B. Tipe Observatorium
Cara kerja:
Cara kerja alat ini hampir sama dengan tipe hellman perbedaannya alat ini
bekerja secara manual sedangkan tipe hellman secara otomatis. Air yang
masuk melalui mulut corong akan ditakar dengan cara mengeluarkan air yang
ada di dalam resevoir melelui kran dan dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Manfaat:
Untuk mengetahui bayaknya curah hujan selama satu hari.
Bagian-bagian:
1. Mulut corong berdiameter 100 cm, berfungsi sebagai tempat masuknya air
hujan.
2. Kran, berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan
3. Penampung air yang berfungsi menampung air sementara.
4. Dasar alat, berfungsi sebagai tempat tumpuan alat.
2. Alat pengukur penguapan (Open van evaporation)
Cara kerja:
Alat ini bekerja dengan memanfaatkan radiasi matahari yang masuk ke
permukaan air dalam panci. Panci isi dengan air setinggi 20 cm atau di sesuaikan
dengan tinggi panci penguapan di atas permukaan air terdapat yaitu termometer
maksimum dan termometer minimum. Termometer minimum yang kecil di
tengah dan berguna sebagai alat pengukur suhu atau temperatur minimum air
panci. Sedangkan termometer maksimum besar berguna untuk mengukur suhu
maksimum air dalam panci.
Manfaat :
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat penguapan di suatu tempat.
Bagian-bagian:
1. Panci untuk menampung air yang berdiameter 120 cm dan tinggi 30 cm.
2. Hook geuge (batang berskala) untuk mengetahui ketinggian air dalam panci.
3. Stiff well (bejana) untuk menampakkan hook geuge sehingga memudahkan
dalam pembacaan.
4. Termometer air untuk mengukur suhu air permukaan.

8
3. Alat Pengukur Lamanya Penyinaran dan Intensitas Matahari (Cambell stokes)
Cara kerja:
Pada saat matahari mulai memancarkan sinarnya dari segala arah maka sinar
yang di terima oleh bola pejal tersebut akan di fokuskan ke satu titik, dan
diarahkan pada kertas pias. Kertas pias akan menerima sinar dalam bentuk titik
api dan meninggalkan bekas terbakar pada kertas pias. Panjang bekas terbakat
pada kertas pias merupakan lama penyinaran sinar matahari. Terdapat tiga jenis
pias yaitu: pias garis lurus dipasang pada bulan agustus, pias lengkung panjang
dipasang pada bulan juni dan pias lengkung pendek dipasang pada bulan april.
Manfaat:
Untuk mengetahui lama penyinaran matahari dalam satu hari.
Bagian-bagian alat:
1. Bola kaca pejal berdiameter 10 – 15 cm berfungsi menerima sinar matahari
yang difokuskan pada suatu titik.
2. Busur meridian mengatur sudut kemiringan lensa.
3. Sekrup pengunci.
4. Sekrup pengatur letak horizontal tubuh alat.
5. Penahan sumbu bola yang dihubungkan dengan lingkaran sumbu bola.
6. Sekrup pengunci.
7. Tempat pias yang menghadap timur barat.
8. Dasar alat.
4. Alat Pengukur Temperatur dan Suhu Tanah:
Termometer Tanah Berumput dan Termometer Tanah Gundul
Cara kerja:
Kedua alat ini cara bekerjanya sama yaitu untuk mengukur suhu dalam tahan
dengan kedalaman yang berbeda-beda, termometer tanah berumput untuk
mengetahui suhu dalam tanah yang di tumbuhi vegetasi sedangkan Termometer
tanah gundul untuk mengetahui suhu pada lahan tanpa vegetasi.
Manfaat:
Untuk mengetahui perbedaan suhu pada setiap lahan dengan karakteristik yang
berbeda, yang dimanfaatkan dalam bidang pertanian.

9
Bagian-bagian alat:
1. Termometer tanah yang ditanam pada kedalaman yang berbeda. Termometer
tanah yang bengkok ini merupakan perubahan bentuk termometer air raksa.
Termometer ini mempunyai kedalaman yang berbeda yaitu 0 cm, 2 cm, 5 cm,
10cm, 20 cm, dan sudut kemiringan 25 derajat.
2. Termometer tanah tipe siwon dengan kedalaman 50 dan 100 cm (disebut juga
termometer berselubung logam).
5. Alat Pengukur Kecepatan Angin (Cup Counter Anemometer)
Cara kerja :
Alat ini dipengaruhi oleh arah dan perputaran angin, perputaran angin ini
mengakibatkan mangkok pada baling-baling berputar sehingga counter akan
bertambah maka dapat diketahui kecepatan anginnya.
Manfaat :
Untuk mengetahui arah dan kecepatan rata-rata angin. Dimanfaatkan dalam
bidang pertanian dan maritim.
Bagian-bagian alat :
1. Tiga buah mangkok yang berfungsi untuk menangkap angin.
2. Counter (bilangannya) berfungsi untuk mengetahui kecepatan angin.
3. Tiang penyangga yang berfungsi untuk menyangga alat.
6. Alat Pengukur Suhu Udara
A. Termometer bola basah
Cara kerja :
Termometer ini dipasang di dalam sangkar meteorology yang berfungsi untuk
mengukur suhu udara. Pada alat ini di pasangkan kain yang di basahi air
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguapan di tempat tersebut. Ketika
terjadi kenaikan suhu maka air yang terdapat di dalam kain tersebut akan
menguap sehinga berpengaruh pada air raksa dalam pipa kapiler akan turun
atau menyusut.
B. Termometer bola kering
Cara kerja :

10
Alat itu digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara, jika
kelembaban udara naik maka air raksa dalam pipa kapiler akan ikut naik ke
atas.
C. Termometer maksimum
Cara kerja :
Alat ini digunakan untuk mengetahui suhu udara maksimum pada saat
tertentu, pengecekan alat ini di lakukan setiap satu jam sekali oleh petugas
BMG. Jika terjadi kenaikan atau penurunan suhu maka air raksa dalam pipa
kapiler akan memuai.
D. Termometer minimum
Cara kerja:
Alat ini digunakan mengukur suhu udara minimum pada waktu tertentu, jika
terjadi kenaikan atau penurunan suhu udara maka alkohol akan memui dalam
pipa kapiler sehingga permukaan menjadi naik dan sebaliknya jika terjadi
penurunan suhu maka alkohol pun juga akan turun.
Manfaat:
Semua alat diatas memiliki manfaat yang sama yaitu untuk mengetahui seberapa
besar setiap perubahan kenaikan atau pun penurunan suhu udara.
Bagian-bagian alat:
Keempat termometer ini mempunyai bagian-bagian alat yang sama secara umum
yaitu:
1. Resevoir air raksa
2. Pipa kapiler berskala
3. Penyempitan
4. Indeks.

11
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cuaca adalah kondisi udara pada saat tertentu dengan waktu yang relatif
singkat dan wilayah yang tidak terlalu luas sedangkan iklim adalah kondisi rata-
rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang cuaca dan iklim dipelajari
dalam meteorologi dan klimatologi. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi
fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa
dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini
tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Iklim di bumi
sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Iklim dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti: Suhu atau Temperatur Udara, Tekanan Udara, Angin,
Kelembaban Udara, dan Curah Hujan. Sehingga untuk dapat mengetahui
perubahan cuaca dan iklim maka di gunakan alat-alat meteorologi di antaranya
alat pengukur curah hujan tipe hellman, tipe observatorium dan yang lainnya
dengan fungsi yang berbeda-beda.

B. Saran
Untuk studi lapangan atau praktek lapang selanjutnya agar durasi waktu
pengenalan alat meteorologi dan klimatologi bisa lebih diperpanjang supaya
mahasiswa betul-betul mengerti dan paham fungsi, cara kerja, dan juga bagian-
bagian dari alat yang diperkenalkan. Hal ini juga bertujuan agar tiap mahasiswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengutarakan pertanyaan tentang
hal yang kurang dipahami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ance, Gunarsih Karta Sapoetra. 1986. Klimatologi, Pengaruh Iklim tehadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta: Bina Aksara.
Arifin. 1998. Dasar-dasar Klimatologi Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Marbun. 2004. Ensiklopedia Geografi. Bandung: Yudhistira.
Umar, Ramli. 2010. Meteorologi dan Klimatologi. Makassar: Badan penerbit
UNM.

13
LAMPIRAN

Gambar Alat Pengukur Suhu Udara Gambar Alat Pengukur Penguapan


(Sangkar Termometer (Open Van Evaporation)

Gambar Alat Pengukur Curah Gambar Alat Pengukur Kecepatan Angin


Hujan (Tipe Obsevatorium)

14
Gambar Alat Pengukur Lamanya Penyinaran dan Intensitas Matahari

Dokumentasi Saat Berada di Stasiun Klimatologi Kabupaten Maros

15

Anda mungkin juga menyukai