Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
1438H / 2016M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. DR. Arif Sumantri, S. KM, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dr. Flori Ratna Sari, Ph. D selaku Penanggung Jawab
Riset, serta seluruh dosen Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama
menjalani masa pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Intan Keumala Dewi, Sp. MK dan dr. Sri Dhuny Atas Asri, Sp. P selaku
dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu membimbing dan
memberikan pengarahan kepada saya selama menjalani dan menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
3. Dewan penguji, dr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARS, dan Ibu Yuliati, S. Si,
M. Biomed
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran, agar penelitian ini dapat terus dikembangkan dan
bermanfaat untuk berbagai pihak. Demikian laporan penelitian ini saya tulis,
semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Penulis
vii
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek
negatif seperti pemakaian obat-obatan. Dengan batuk efektif, diharapkan
responden tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret
dan sekret yang didapatkan berkualitas baik.4
Kualitas sputum yang baik merupakan komponen penting yang sangat
mempengaruhi diagnosis pemeriksaan sputum secara makroskopis dan
rnikroskopis. Pemeriksaan sputum pada dasarnya sangat mudah dan murah, tetapi
kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum. Untuk mendapatkan
hasil pemeriksaan yang optimal diperlukan kualitas sputum yang baik. Sputum
yang dihasilkan dapat berkualitas baik jika melakukan batuk yang efektif.3,4
Ada beberapa penelitian tentang batuk efektif metode pursed lip
breathing, pertama penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dkk (2005) di
Puskesmas Bojong 1 menunjukkan adanya hubungan cara batuk efektif
menggunakan metode pursed lip breathing dengan kualitas sputum yang
dihasilkan pada pemeriksaan sputum sewaktu I. Proporsi kualitas sputum baik
yang dihasilkan dari cara batuk efektif (83,3%) dua kali lipat dibandingkan
kelornpok kontrol (41,7%). Cara batuk efektif metode pursed lip breathing juga
berhubungan dengan penemuan hasil BTA positif pada perneriksaan sewaktu I
dibandingkan kelompok tanpa perlakukan batuk efektif. Kedua adalah penelitian
yang dilakukan oleh Pranowo (2010), pada penelitian ini disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan volume sputum setelah dilakukan batuk efektif dan terdapat
efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien
TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.5,6
Sebelumnya belum ada penelitian terkait efektifitas batuk efektif metode
pursed lip breathing terhadap kualitas sputum mahasiswa preklinik PSKPD UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui efektifitas
batuk efektif metode pursed lip breathing yang diinstruksikan kepada responden
melalui media video dan pengaruhnya terhadap kualitas sputum yang dihasilkan.
Penelitian ini meliputi pemeriksaan kualitas sputum secara makroskopis yang
terdiri dari volume, warna, dan konsistensi.
3
5
6
Bronkiolus Terminal
Bronkiolus Respiratorius15
Dalam keadaan normal, mukus yang dihasilkan pada saluran napas dapat
melindungi epitel dan untuk menjebak zat-zat asing, bakteri, dan virus dan
membersihkannya dari jalur pernapasan melalui pergerakan silia, proses ini
disebut sebagai mucosiliary clearance. Sebaliknya, dalam kondisi khusus terkait
klinis seperti hipersekresi mukus pada asma, Chronic Obstructive Pulmonary
Desease (COPD) dan Cystic Fibrosis, mukus yang awalnya berperan sebagai
proteksi dapat berkontribusi terhadap penyakit saluran pernapasan. Produksi
berlebihan dari lendir pada saluran napas disebut hipersekresi mukus, dan
perubahan dari sifat biofisik lendir dapat mengganggu mucosiliary clearance
bersama dengan akumulasi mukus di paru. Hal ini dapat bermanifestasi terhadap
gangguan pernapasan, morbiditas, dan pada kasus yang parah berpengaruh
terhadap mortalitas.22,24
10
Gambar 2.4 Scan Mikrograf Elektron Bronkus, M (mukus) yang terletak diatas C (silia)
Sumber : Peter K Jeffery, Departement of Gene Therapy, Imperial Collage London, UK
Sekresi bronkial adalah cairan heterogen yang sebagian besar terdiri dari
air dan konstituen makromolekul. Bagian yang paling spesifik dari sekresi
bronkial adalah lendir, yang sangat oligomer, air dan berbagai glikoprotein
makromolekul sebagai bagian dari komposisi mukus (Gambar 2.4). Mukus
diproduksi di cabang-cabang bronkus oleh sel serous, sel goblet, sel Clara, dan sel
alveolus tipe II (Gambar 2.5).25 Jumlah dari produksi mukus pada level tertentu di
cabang-cabang bronkus tergantung pada jumlah sel penghasil mukus, yang
berkaitan dengan total permukaan saluran pernapasan, sehingga lebih banyak
lendir yang dihasilkan di saluran udara perifer daripada di saluran udara sentral.
Dalam situasi normal jumlah total lendir yang mencapai trakea sekitar 10-20 mL /
detik.24
Penurunan dari total permukaan saluran napas dari saluran udara perifer
ke sentral secara proporsional terkait dengan penurunan dari jumlah sel bersilia,
sehingga jumlah sel bersilia per unit permukaan saluran napas menurun dari
saluran udara perifer ke sentral, sehingga saluran udara sentral memiliki kapasitas
transport mukosiliari yang lebih rendah dibanding saluran udara perifer. Untuk
mengkompensasi hal tersebut, frekuensi pergerakan silia di saluran udara sentral
sedikit lebih tinggi dibanding perifer, tetapi pada saluran udara sentral,
mekanisme utama transportasi mukus adalah aliran udara.23,28
Pernapasan biasa (volume tidal) dan ekspirasi paksa keduanya
mendorong mukus kearah atas. Hal ini digambarkan sebagai 2 fase pergerakan
cairan dan gas (Gambar 2.9). Aliran udara terutama tergantung pada kecepatan
aliran udara, yang ditentukan oleh diameter saluran udara dan tekanan udara yang
diciptakan oleh otot-otot ekspirasi. Lendir diangkut terutama jika kecepatan aliran
adalah 1 m / s. Total diameter saluran napas tergantung pada napas dan kompresi
dinamis dari saluran udara selama ekspirasi.29,33
dan transportasi aliran udara lebih besar dalam saluran udara sentral. Selama
ekspirasi paksa, saluran udara terkompresi oleh tekanan transmural.33
Penyempitan saluran udara meningkatkan kecepatan aliran udara, yang
meningkatkan transportasi lendir. Berdasarkan mesin simulasi batuk terdapat
perbedaan yang signifikan laju geser dan perpindahan mukus antara saluran napas
lebar dan sempit (Gambar 2.10). Setelah satu kali simulasi batuk, penyempitan
saluran udara meningkatkan transportasi lendir secara signifikan. Hasani et al juga
menemukan bahwa transportasi lendir karena aliran udara ekspirasi lebih efisien
di saluran udara sentral daripada di saluran udara perifer.25,30
udara sentral, mekanisme utama transportasi mukus tetap lebih berpengaruh aliran
udara.22
Ekspirasi paksa dapat dilakukan salah satunya dengan batuk atau huff
tekhnik. Batuk dimulai dengan penutupan glotis, kemudian diikuti dengan kuat
atau lemahnya kontraksi isometrik dari otot-otot ekspirasi, hal ini menciptakan
tekanan intratoraks yang tinggi, maka saat terjadi pembukaan tiba-tiba glotis, hal
tersebut menciptakan ledakan aliran udara ekspirasi. Lonjakan udara tiba-tiba
dimulai dari saat glotis terbuka, dan glotis tetap terbuka sepanjang lonjakan udara
tersebut.18,20 Ledakan udara harus cepat dibarengi dengan kontraksi dinamis otot-
otot ekspirasi. Batuk atau lonjakan udara tiba-tiba berkisar antara rendah,
menengah, atau pada tingkatan volume paru yang tinggi.23
Mekanisme pembersihan lendir (Mucosiliary Clearance) telah banyak
dipelajari. Berbagai studi menemukan bahwa puncak laju aliran ekspirasi harus
melebihi puncak laju aliran inspirasi oleh setidknya 10% lebih tinggi untuk
menggerakkan mukus menuju proksimal. Puncak laju ekspirasi harus melebihi 30-
60 L/menit untuk mengatasi gaya geser lendir yang melekat untuk memindahkan
lendir menuju ke proksimal. Sekret saluran pernapasan dengan viskositas dan
elastisitas yang rendah membutuhkan tingkat laju ekspirasi yang lebih tinggi
untuk memindahkannya.23
Pergerakan lendir sering menurun pada pasien dengan penyakit paru
seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ), fibrosis sistik, dan pada
pasien dengan disfungsi batuk atau kontrol glotis. Transportasi mukosiliar yang
terganggu mungkin timbul karena gangguan pada fungsi silia, yang terutama
mengganggu transportasi di saluran udara perifer. Hal tersebut dapat
menyebabkan sekret statis di saluran udara perifer. Hal ini sesuai dengan
penemuan Aikawa et al bahwa retensi lendir terjadi terutama pada saluran udara
perifer.23,28
2.3. Sputum
2.3.1. Pengertian Sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru, bronkus
dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata
20
“sputum” yang diambil langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga
dahak. Sputum biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian.10, 12
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan
sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum diambil
dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur
diambil dari tenggorokan. Sputum diproduksi oleh trakeobronkial yang secara
normal memproduksi mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism).22,24
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam
saluran napas setiap hari.20 Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme
pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal
produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi
yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak
berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi
membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan
intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi.22
Sputum yang dikeluarkan dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan
konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.11
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson
adalah :
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal
dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan
tanda bronkitis/bronkiektasis.
d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau
ini akibat adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkiektasis karena penimbunan sputum
dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
21
2.4. Batuk
2.4.1. Pengertian Batuk
Menurut Stuart (2010) batuk adalah gejala yang sering dialami oleh setiap
manusia dan merupakan mekanisme protektif bawaan untuk menghilangkan
22
mukus atau sekret, zat berbahaya dan infeksi dari laring, trakea dan bronkus.
Karena batuk merupakan mekanisme pertahanan diri, batuk merupakan gejala
yang sering dialami individu sehat.6 Menurut John G (2003) batuk memiliki tiga
defenisi yaitu pernapasan dalam, upaya ekspirasi cepat kuat melawan penutupan
glotis dan pembukaan glotis dengan penutupan nasofaring dan ekspirasi bertenaga
melalui mulut.7
Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), batuk
adalah refleks alami untuk melindungi paru. Batuk membantu membersihkan
jalan napas dari zat-zat iritan yang bisa mengganggu saluran napas seperti asap
dan mukus (zat berlendir). Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
dengan mengeluarkan zat-zat yang berpotensi menyebabkan infeksi. Batuk juga
bisa merupakan gejala dari masalah medis. Beberapa penyakit yang berkaitan
dengan saluran pernapasan memiliki beberapa gejala salah satunya adalah batuk.1
Batuk adalah mekanisme cadangan alami tubuh untuk membersihkan
jalan napas. Batuk dicapai dengan akselerasi cepat aliran udara dan tingkat aliran
yang sangat tinggi dan, ketika digabungkan dengan kompresi jalan napas yang
dinamis, sangat efektif dalam menekan dan membersihkan lendir dari saluran
udara (Cloutier 2007).34 Selama batuk, inspirasi yang lebih dalam (sering sekitar
satu dan satu setengah kali volume tidal) terjadi dan dapat meningkatkan
elastisitas. Tekanan intrapulmonar tinggi yang dibangun di belakang glotis, dan
ketika glotis terbuka, arus ekspirasi turbulen dihasilkan. Selama batuk, bagian
membran posterior trakea dikompresi, dan diameter trakea menyempit menjadi
sekitar seperenam dari diameter trakea normal tanpa kompresi. Dengan
peningkatan laju aliran tujuh kali lipat selama batuk, kecepatan linear dari udara
meningkat hingga 42 kali lipat.33 Aliran udara di lokasi kompresi bergolak dan
membuat suara yang kita sebut batuk. Volume paru menurun dan tekanan
elastisitas berkurang, titik tekanan yang sama bergerak menuju keatas (Cloutier
2007).34
Titik tekanan yang sama memainkan peranan penting dalam efektivitas
batuk, karena peningkatan yang substansial dalam kecepatan aliran udara terjadi
pada titik-titik penyempitan (choke points).33 Kecepatan linear aliran udara yang
tinggi memberikan aliran turbulen, kekuatan laju geser yang tinggi sepanjang
23
dinding saluran napas, dan energi kinetik tinggi yang menggerakkan sekret
menuju faring. Karena tekanan intraluminal dan ekstraluminal sangat tinggi
dihasilkan selama batuk, ada kemungkina potensi terhadap kolaps pada jalan
napas, terutama di saluran napas yang tidak stabil. Dukungan dari tulang rawan
menurun mulai dari trakea dan bronkus yang lebih besar ke bronkus yang lebih
kecil dan mungkin sangat minimal didalam bronkiolus (Lapin 2002). Selama
batuk, alveolar, pleura, dan tekanan subglotis akan naik sebanyak 200 cmH2O
(Frownfelter dan Massery 2006).29,30,33
Batuk dapat digolongkan berdasarkan pengeluaran dahak yaitu batuk
produktif dan batuk non produktif, dikatakan batuk produktif jika batuk yang
dialami menghasilkan dahak.3 Terdapatnya dahak pada batuk menandakan adanya
infeksi dan peradangan saluran pernapasan. Beberapa penyakit yang memiliki
gejala berupa batuk berdahak seperti Pneumonia, Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK), Bronkitis Akut, Asma Bronkial, Bronkiektasis dan Tuberculosis (TB).3
Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada
faring dan saluran nafas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat
involunter, namun juga dapat bersifat volunter. Batuk yang involunter merupakan
gerakan refleks yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik
mulai dari faring hingga alveoli. Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun
disengaja. Sebagai reflek pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen
dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis,
relaksasi diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya
akan terjadi tekanan yang positif pada intra toraks yang menyebabkan
penyempitan trakea. Disaat glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea
akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini
akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas.15,22,33
Batuk dapat diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam
saluran pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu
proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap, kabut,
debu atau gas. Batuk berperan juga sebagai proteksi utama terhadap akumulasi
sekresi dalam bronki dan bronkiolus.3,15
24
Cara batuk dengan metode pursed lip breathing adalah cara batuk dalam
keadaan duduk tegak dengan otot leher dan bahu rileks, lalu tarik napas secara
perlahan rnelalui hidung selama dua hitungan (1,2), diikuti dengan
menghembuskan napas perlahan melalui mulut (dengan gerakan seperti meniup
lilin membentuk “O”) selama empat hitungan atau lebih (1,2,3,4), lalu dibatukkan
secara kuat menggunakan otot pemapasan (Gambar 2.15). Cara ini dapat
dilakukan beberapa kali hingga sputum bisa dihasilkan.5
25
Kecepatan
Ventilasi aliran udara
Pergerakan sekret
menuju faring
Sekret dikeluarkan
melalui batuk
Pengambilan Pengambilan
Sputum I Sputum II
Pengumpulan Pengumpulan
spesimen I spesimen II
Pemeriksaan
kualitas
Membandingkan
hasil
29
31
32
3. Prosedur Pengambilam
a. Responden diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan
yang akan dilakukan.
b. Responden diinstruksikan untuk berkumur sebelum membatukkan
sekret ke pot sputum.
c. Pengambilan sputum I sebelum perlakuan, responden hanya disuruh
batuk dan mengeluarkan sputum ke pot sputum yang telah
disediakan. Pengambilan sputum II, responden diberitahu cara batuk
efektif metode pursed lip breathing lewat pemutaran video dan
instruksi tertulis di kertas yang di tempelkan di tutup pot sputum
masing-masing responden.
d. Sputum ditampung dalam pot sputum, kemudian ditutup lalu di beri
label nama.
e. Amati keadaan sputum. Sputum yang berkualitas baik akan tampak
kental purulen dengan volume cukup 3- 5ml.
Pemeriksaan kualitas
Pemeriksaan kualitas
makroskopis sputum
makroskopis sputum I
(warna, konsistensi, volume)
(warna, konsistensi, volume)
Hasil perbandingan
kualitas sputum secara
makroskopis
35
Frekuensi %
2013
85 29,6
2014
96 33,4
2015
106 37
Total
287 100
Jenis Kelamin
Frekuensi %
P 198 69
L 89 31
Total 287 100
36
37
Tabel 4.3 Status kesehatan sampel penelitian teknik pengeluaran sputum metode
pursed lip breathing dibandingkan reguler
Frekuensi %
Sakit 185 64,5
100
80
60
40
20
0
Metode Reguler Metode PLB
Kualitas Sputum
Metode Total
Baik Tidak Baik p-value
N % N % N %
Reguler 0 0,0 287 100,0 287 100,0
0,000
PLB 35 12,2 252 87,8 287 100,0
Tabel 4.4 diatas memperlihatkan nilai p < 0,05 pada uji non-parametric
test yang analisis Chi-Square. Uji statistik menggunakan McNemar dan Wilcoxon
juga menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara pemberian perlakuan
dengan kualitas sputum yang dihasilkan (p<0,05). Analisis statistik uji Chi-Square
menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian perlakuan memperlihatkan
video langlah-langkah batuk efektif metode pursed lip breathing dengan kualitas
sputum yang dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan cara batuk
tersebut memberikan perbedaan yang signifikan dalam menghasilkan sputum
berkualitas baik dibandingkan sebelum perlakuan. Hal tersebut sesuai dengan
berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Arie (2005) menunjukkan
proporsi sputum berkualitas baik pada kelompok control (41,7%) jauh lebih
rendah dari kelompok perlakuan (83,3%). Analisis chi-square membuktikan ada
perbedaan antara cara batuk efektif metode pursed lip breathing terhadap kualitas
sputum yang dihasilkan (p<0,0001). Hasil penelitian oleh Saowanee dkk (2010)
berupa adanya efektifitas batuk efektif metode pursed lip breathing dalam
pengeluaran sputum berkualitas baik yang ditemukan pada orang sehat.
Peningkatan kualitas sputum ini terjadi karena efek batuk efektif metode pursed
lip breathing.
Menurut Zahm et al, metode pursed lip breathing dapat memberikan efek
mekanik yang menginduksi tekanan ekspirasi pada mulut sekitar 5 cmH2O. Hal
ini akan menciptakan tekanan balik untuk mencegah kompresi atau konstriksi dini
saluran pernapasan. Selain itu, stabilitas saluran pernapasan akan dipertahanan
dengan tekanan positif ekspirasi yang menghasilkan peningkatan ventilasi,
40
pertukaran oksigen dan juga pembersihan mukus. Titik tekanan akan dipindahkan
ke mulut sehingga tidak ada segmen saluran pernapasan yang mengalami
kompresi saat dilakukan ekspirasi dengan metode pursed lip breathing. Sehingga
dipercaya bahwa tekanan positif pada mulut yang dihasilkan saat melakukan
pursed lip breathing berefek terhadap pembersihan mukus dari paru.
Kerja otot-otot ekspirasi pernapasan juga meningkat melalui pursed lip
breathing, terutama tulang rusuk dan otot aksesorius, hal ini dapat meningkatkan
efisiensi mekanik dan menciptakan tekanan yang lebih kuat saat ventilasi
(Cloutier, 2007). Integrasi dari perubahan kekuatan otot-otot pernapasan dapat
meningkatkan pembersihan mukosiliar (mucociliary clearance) di paru.
Dari itu, batuk efektif metode pursed lip breathing merupakan cara agar
responden terbiasa melakukan cara pernapasan yang baik. Batuk efektif metode
pursed lip breathing dapat meningkatkan ekspansi paru, meningkatkan kerja otot-
otot pernapasan, mobilisasi sekret dan mencegah efek samping dari retensi sekret
sehingga responden tidak membutuhkan tenaga yang banyak untuk mengeluarkan
sputum dari saluran pernapasan dan sekret yang dihasilkan benar-benar sputum
dengan kualitas baik, bukan saliva.
Cara mempertontonkan video langkah-langkah batuk efektif metode
pursed lip breathing dilakukan secara massal dan bukan perorangan sehingga
tidak bisa dinilai tingkat kepahaman masing-masing responden terhadap video
yang diperlihatkan sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Video yang diperlihatkan juga tidak ditentukan pengulangannya, namun
tergantung kepada permintaan responden, sehingga setiap angkatan dari jumlah
semua responden penelitian ini tidak memiliki kesamaan dalam hitungan berapa
kali pengulangan pemutaran video. Untuk menghindari minimalnya kepahaman
responden terhadap video yang diperlihatkan, peneliti sudah mengantisipasi
dengan menempelkan sticker yang berisi langkah-langkah batuk efektif metode
pursed lip breathing pada tutup pot sputum sesudah perlakuan sehingga
responden bisa tahu cara batuk efektif metode pursed lip breathing melalui
pemutaran video dan sticker yang ditempelkan pada pot sputum.
Hasil penelitian ini tidak dikaitkan dengan umur dari masing-masing
responden penelitian karena rentang umur yang pendek yakni berkisar dari 16-22
41
tahun sehingga tidak mewakili seluruh lapisan usia dan tidak bisa mencari
hubungan antara umur dengan perolehan hasil kualitas sputum melalui perlakuan.
Semua responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa jurusan pendidikan
dokter sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikannya cukup tinggi dan
lebih paham tentang perlakuan pada penelitian ini karena berkaitan dengan
kedokteran.
350
300
12
250 57
104
200 None
Saliva
150 155
< 3 ml
100 131
> 3 ml
50 75
40
0 0
Metode Reguler Video Batuk Efektif metode
PLB
Gambar 4.2 Perbandingan volume spesimen dengan metode pursed lip breathing
dibandingkan metode reguler
350
300
250 287
247
200
150
100
50
0 40
0
Metode Reguler Video Batuk Efektif metode PLB
Kualitas Baik Kualitas Tidak Baik
(Kualitas Baik : cukup > 3 ml Kualitas tidak baik: < 3 ml, saliva, none)
Volume Sputum
Perlakuan Total
Baik Tidak Baik p-value
N % N % n %
Reguler 0 0,0 287 100,0 287 100,0
0,000
PLB 40 13,9 247 86,1 287 100,0
Tabel 4.5 diatas memperlihatkan nilai p<0,05 pada uji Chi-Square. Uji
statistik menggunakan McNemar dan Wilcoxon juga menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara pemberian perlakuan dengan kualitas sputum yang
dihasilkan (p<0,05). Analisis statistik uji Chi-Square menunjukkan terdapat
hubungan antara pemberian perlakuan memperlihatkan video langlah-langkah
batuk efektif metode pursed lip breathing dengan volume sputum yang
dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan cara batuk tersebut
memberikan perbedaan yang signifikan dalam menghasilkan volume sputum
berkualitas baik dibandingkan sebelum perlakuan. Hal tersebut sesuai dengan
berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan
oleh Chrisantus (2008) menunjukkan adanya hubungan perlakuan batuk efektif
metode pursed lip breathing terhadap peningkatan volume sputum secara
signifikan (p<0,05).
Peningkatan volume sputum terjadi karena efek perlakuan batuk efektif
metode pursed lip breathing. Diketahui bahwa batuk efektif metode pursed lip
breathing dapat melatih otot pernapasan agar dapat berfungsi dengan baik dan
optimal dalam mengeluarkan sputum yang terdapat disaluran pernapasan. Batuk
efektif metode pursed lip breathing memberikan kontribusi yang positif terhadap
pengeluaran volume sputum yang baik.
44
350
300
12
250 57
104
200 None
10 Salive
150 156
Purulen dan kuning
100
13 161 Mukoid dan putih
50
61
0
Metode Reguler Video Batuk Efektif metode
PLB
Gambar 4.4 Perbandingan konsistensi dan warna spesimen dengan metode pursed
lip breathing dibandingkan reguler pada mahasiswa preklinik PSKPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Konsistensi dan warna sputum didapat dari hasil percobaan sebelum dan
sesudah menonton video langkah-langkah menerapkan cara batuk efektif metode
pursed lip breathing. Hasil dari percobaan dimasukkan kedalam pot sputum
kemudian dinilai konsistensi dan warnanya. Data hasil pemeriksaan diolah
kemudian dibandingkan hasilnya.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan sputum dengan
konsistensi mukoid dan warna putih dari 61 menjadi 161 setelah dilakukan video
batuk efektif metode pursed lip breathing. Responden yang saat dilakukan metode
regular hanya dapat mengeluarkan saliva menurun dari 156 menjadi 104 setelah
dilakukan video batuk efektif metode pursed lip breathing.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kualitas Sputum Baik
Laki-Laki Perempuan
Gambar 4.5 Persebaran jenis kelamin responden dengan sputum kualitas baik
Gambar 4.5 menunjukkan persentase wanita dengan kualitas sputum baik
sebesar 68,6% lebih tinggi dibanding persentase laki-laki sebesar 31,4%. Dari 35
responden yang memiliki kualitas sputum yang baik, jenis kelamin yang
mendominasi adalah perempuan. Hal ini karena jumlah responden penelitian lebih
banyak jenis kelamin perempuan yakni 69% dari seluruh responden penelitian
adalah perempuan, persentasi seluruh responden berjenis kelamin lai-laki adalah
sebesar 31%.
Dari data jumlah responden dengan kualitas sputum yang baik didapatkan
bahwa 14 responden sehat dan sisanya sedang menderita penyakit saluran
pernapasan yaitu 21 responden. Hasil perbandingan kualitas sputum 21 responden
yang menderita penyakit saluran pernapasan sebelum dan sesudah perlakuan
menunjukkan terdapat peningkatan volume sputum menjadi > 3 ml setelah
dilakukan perlakuan, sedangkan 14 responden yang sehat juga mengalami
peningkatan volume sputum setelah dilakukan perlakuan. Batuk efektif metode
pursed lip breathing diketahui dapat meningkatkan laju geser mukus dan
pembersihan mukus sehingga dapat berpengaruh terhadap volume sputum yang
bisa dikeluarkan lewat batuk. Peningkatan volume sputum ini sangat bermanfaat
saat dilakukan pemeriksaan karena volume sputum yang sedikit dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Volume sputum yang sedikit merupakan akibat dari ketidaktahuan pasien
tentang cara batuk yang benar sehingga akan sangat sulit diperiksa oleh pihak
laboratorium. Hal ini dapat memengaruhi hasil yang diperoleh sehingga seringkali
46
hasil yang diperoleh tidak tepat. Dari penelitian yang dilakukan oleh Haryanto
(2005) yang mengaitkan pemeriksaan kualitas sputum dengan penemuan BTA
positif, didapatkan hasil bahwa pemeriksaan terhadap sputum dengan kualitas
rendah mempengaruhi hasil yang diperoleh, yaitu kemungkinan adanya kuman
BTA positif yang seharusnya ditemukan menjadi tidak ditemukan. Hal ini
membuktikan bahwa kualitas sputum sangat berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan yang didapatkan, sehingga melalui batuk efektif metode pursed lip
breathing ini diharapkan pasien menjadi tahu cara batuk yang benar agar hasil
sputum yang didapatkan berkualitas baik dan dapat diperiksa serta memberikan
hasil yang tepat untuk menunjang diagnosis sehingga pasien bisa mendapatkan
terapi yang tepat. Karena itu pemeriksaan kualitas sputum juga sangat penting dan
sebaiknya tetap dilakukan saat melakukan pemeriksaan sputum.
5.1. Simpulan
Berdasarkan uji statistik dan pembahasan pada penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa perlakuan menonton video langkah-langkah batuk efektif
metode pursed lip breathing dapat mempengaruhi volume sputum dan kualitas
makroskopis sputum. Hasil yang didapatkan berupa :
1. Peningkatan volume sputum setelah dilakukan batuk efektif metode
pursed lip breathing
2. Peningkatan sputum kualitas baik setelah dilakukan batuk efektif metode
pursed lip breathing
5.2. Saran
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek batuk
efektif metode pursed lip breathing terhadap kualitas sputum dengan
waktu pengambilan yang bervariasi.
2. Cara batuk efektif metode pursed lip breathing sebaiknya diterapkan pada
setiap pemeriksaan sputum untuk meningkatkan efektivitas pemeriksaan
guna menunjang diagnosis.
3. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan
metode batuk efektif lainnya sehingga bisa diketahui metode apa yang
paling baik dan efektif dalam menghasilkan sputum yang berkualitas baik
untuk pemeriksaan.
4. Cara memperlihatkan video disarankan dilakukan perseorangan, bukan
massal sehingga masing-masing responden lebih paham dengan isi video
yang diperlihatkan.
5. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan kualitas sputum secara lengkap
meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis sehingga hasil
pemeriksaan kualitas sputum lebih bermakna.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
5. Smeltzer, Bare. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart.
Jakarta: EGC. 2013
13. Cees P, van der Schans. Bronchial Mucus Transport. Respiratory Care
2007;52(9):1150–1156
49
15. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 7. Jakarta :
EGC. 2010. 357-362
16. Haryanto. Perbedaan Batuk Efektif Metode pursed lip breathing Terhadap
Kualitas Sputum. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2005
22. Hasani A, Pavia D, Agnew JE, Clarke SW. Regional Lung Clearance During
Cough and Forced Expiration Technique (FET): Effects of Flow and
Viscoelasticity. Thorax 1994;49(6):557–561.
24. Knowles MR, Boucher RC. Mucus Clearance As a Primary Innate Defense
Mechanism for Mammalian Airways. J Clin Invest 2002; 109(5):571–577.
30. Button, Brenda M. Structure and Function of the Mucus Clearance System of
the Lung. Cold Spring Harb Perspect Med. 2013 Aug; 3(8): a009720.
32. Yilmaz, Asli Sahin. Anatomy and Physiology of the Upper Airway.
Proceedings of the American Thoracic Society, Vol. 8, No. 1 (2011), pp. 31-
39.
33. T, Pantaleo. Central Nervous Mechanisms of Cough. Pulm Pharmacol
Ther. 2002;15(3):227-33.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 2
Hasil Uji Statistik
Statistics
Jenis Volume Konsistensi Warna Volume Konsistensi Warna
Kelamin Sebelum Sebelum Sebelum Sesudah Sesudah Sesudah
N Valid 287 287 287 287 287 287 287
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid P 198 69.0 69.0 69.0
L 89 31.0 31.0 100.0
Total 287 100.0 100.0
Volume Sebelum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 ml 75 26.1 26.1 26.1
Saliva 155 54.0 54.0 80.1
None 57 19.9 19.9 100.0
Total 287 100.0 100.0
Konsistensi Sebelum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mukoid 61 21.3 21.3 21.3
Purulen 13 4.5 4.5 25.8
Saliva 156 54.4 54.4 80.1
None 57 19.9 19.9 100.0
Total 287 100.0 100.0
53
(Lanjutan)
Warna Sebelum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Putih 61 21.3 21.3 21.3
Kuning 13 4.5 4.5 25.8
Saliva 156 54.4 54.4 80.1
None 57 19.9 19.9 100.0
Total 287 100.0 100.0
Volume Sesudah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 3 ml 40 13.9 13.9 13.9
< 3 ml 131 45.6 45.6 59.6
Saliva 104 36.2 36.2 95.8
None 12 4.2 4.2 100.0
Total 287 100.0 100.0
Konsistensi Sesudah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mukoid 161 56.1 56.1 56.1
Purulen 10 3.5 3.5 59.6
Saliva 104 36.2 36.2 95.8
None 12 4.2 4.2 100.0
Total 287 100.0 100.0
54
(Lanjutan)
Warna Sesudah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Putih 161 56.1 56.1 56.1
Kuning 10 3.5 3.5 59.6
Saliva 104 36.2 36.2 95.8
None 12 4.2 4.2 100.0
Total 287 100.0 100.0
Statistics
Volume Volume
Sebelum Sesudah
Perlakuan Perlakuan
N Valid 287 287
Missing 0 0
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Sebelum Perlakuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 287 100.0 100.0 100.0
Sesudah Perlakuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 252 87.8 87.8 87.8
2.00 35 12.2 12.2 100.0
Total 287 100.0 100.0
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 35
Missing 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid P 24 68.6 68.6 68.6
L 11 31.4 31.4 100.0
Total 35 100.0 100.0
T-Test
(Lanjutan)
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum Perlakuan & Sesudah
287 . .
Perlakuan
Crosstabs
(Lanjutan)
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 287
a. No statistics are computed because
Sebelum Perlakuan is a constant.
NPar Tests
Chi-Square Test
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
(Lanjutan)
Test Statistics
Sesudah
Perlakuan
Chi-Square 164.073a
Df 1
Asymp. Sig. .000
a. 0 cells (0.0%) have expected
frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is
143.5.
McNemar Test
Crosstabs
Test Statisticsa
Sebelum
Perlakuan &
Sesudah
Perlakuan
N 287
Chi-Squareb 33.029
Asymp. Sig. .000
a. McNemar Test
b. Continuity Corrected
60
(Lanjutan)
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
Total 287
Test Statisticsa
Sesudah
Perlakuan -
Sebelum
Perlakuan
Z -5.916b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
61
Lampiran 3
Gambar Proses Penelitian
Gambar 6.5 Pipet tetes Gambar 6.6 Pot sputum Gambar 6.7 Pot sputum
sebelum perlakuan sesudah perlakuan
62
Sampel 6.12 Sputum purulen Sampel 6.13 Sputum (-) Saliva (-)
63
Lampiran 4
Riwayat Hidup Penulis
Identitas
Nama : Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Liwa, 29 Juni 1996
Agama : Islam
Alamat Tetap : Jl. Bermula VI, Sipolu-polu, Panyabungan,
Mandailing Natal, Sumatera Utara
Alamat Baru : Roemah 35, Jl. Pisangan Barat No. 35 Cirendeu,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten
Email : afikriyahhf@yahoo.co.id
No. Telepon : 081267903321
Riwayat Pendidikan
2001 – 2006 : SD Inpres Panyabungan
2007 – 2009 : MTsN Panyabungan
20010 – 2011 : SMAN 2 Plus Panyabungan
2011 – 2013 : MAN Panyabungan
2013 – Sekarang : Program Studi Keprofesian dan Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta