Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil O2 dari
udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar. Bilamana paru berfungsi secara
normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan
laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis,
terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk
menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit
setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan
pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu pengetahuan,
terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2 serta pH darah dapat
diukur dengan mudah.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasian
penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga pemeriksaan
ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah
arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan
basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan
dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan
gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan,
tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penelitian analisa gas darah dan
keseimbangan asam-basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Hematokrit (HT) sangat diperlukan untuk menilai atau memberikan gambran tentang
kekentalan darah. Dimana semakin rendah nilai HT yang normalnya 45% maka akan terjadi
semakin haemodilusi (pengenceran), dan jika HT semakin tinggi maka darah semakin
meningkat visikositasnya (mengental).Pemantauan pertukaran gas dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu :
1. Pemantauan invasive (kateter arteri,punksi arteri,punksi vena,dan punksi kapiler).
2. Pemantauan non invasive (pulse oximetry,monitor transkutaneus,monitor karbondioksida
end-tidal).
Gas darah memberikan informasi tentang oksigenasi,homeostasis CO2,dan keseimbangan
asam basa,dank arena itu merupakan alat terpenting yang digunakan dalam mengevaluasi
adekuasi fungsi paru.
Meskipun tekanan parsial O2 arteri (PaO2) merupakan pengukuran standar oksigenasi
darah,saturasi O2 dengan pulse oxmetry (SapO2) merupakan penilaian non invasive oksigen
darah yang dapat mendeteksi hipoksemia.Pemantauan pulse oximetri yang kontinyu dapat
membantu mengobservasi keadaan kritis ataupun stabilitas penderita setiap saat.
Analis gas darah sering digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam –basa
spesifik pada tingkat kompensasi yang telah terjadi.meskipun biasanya pemeriksaan ini
menggunakan spesimen dari darah arterial,jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh
suatu sampel vena campuran dapat juga digunakan.
Di Indonesia hampir 50% penyakit dalam dilakukan AGD (Analisa Gas Darah) untuk
mendapatkan data penunjang, pada tahun 2007 banyaknya penderita demam berdarah
menambah catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD (Analisa Gas Darah).
Dari keadaan di atas sangat dibutuhkan peran analis dalam AGD yaitu Observasi tempat
penusukan dari pendarahan, hematom, atau pucat pada bagian distal. Dengan meningkatnya
catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD, maka penulis tertarik untuk
mengangkat “Analisa Gas Darah”.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun Rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu analisis gas darah ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pemeriksaan gas darah ?
3. Apa itu gangguan asam basa sederhana?
4. Bagaimana Teknik Pengambilan Gas Darah ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD?
6. Bagaimana Indikasi dari analisa gas darah

I.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari analisa gas darah
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari pemeriksaan gas darah
3. Untuk mengetahui tentang gangguan asam basa sederhana
4. Untuk mengetahui teknik pengambilan gas darah
5. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
6. Unutk mengetahui indikasi dari analisa gas darah
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Defenisi Analisa Gas Darah


Pemeriksaan Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri.
Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi dalam mengkaji dan memantau respirasi
klien dan metabolism asam-basa, serta homeostatis elektrolit. . Pemeriksaan gas darah arteri
dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan
spesimen dari darah arteri,jika sampel darah arteri tida dapat diperoleh suatu sampel vena
campuran dapat digunakan. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis)
biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan
oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik.
AGD juga digunakan untuk mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah penting yang harus
diketahui dalam pemeriksaan gas darah arteri antara lain, pH, PCO2, HCO3-, PO2, dan
SaO2 Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida
dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.
Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis, brakhialis,
atau femoralis.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang
yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian
analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH
atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan
dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
2. Mekansime pernafasan
3. Mekanisme ginjal .
Ø Analisa Gas Darah
1. Pengukuran pH Darah
pH adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen, dan juga keasaman dan
kebasaan darah. Akumulasi ion H+ menjadikan pH turun dan terjadi asidemia (status asam
dalam darah). Ion H+ turun berakibat pH meningkat sehingga terjadi alkalemia (status alkali
dalam darah). Kondisi yang menjadikan asidemia dan alkalemia dipengaruhi banyak proses
fisiologi:
a. Fungsi pernapasan
b. Fungsi ginjal
c. Oksigenasi jaringan
d. Sirkulasi
e. Mencerna substansi
f. Kehilangan elektrolit dari gastrointestinal (karena muntah atau diare).

2. Pengukuran Oksigen Darah


Ada tiga cara mengukur O2 darah:
a. Kandungan O2 merupakan jumlah O2 yang terbawa oleh 100 ml darah
b. PO2 atau tekanan yang diciptakan oleh O2 yang terlarut dalam plasma
c. Saturasi oksigen hemoglobin yang merupakan pengukuran persentase O2 yang dibawa Hb
yang berhubungsn dengan jumlah total yang dapat dibawa Hb. Mayoritas O2 dalam darah
dibawa oleh Hb, dan jumlah sangat sedikit dilarutkan dalam plasma. Persentase saturasi Hb
dengan O2 memberikan perkiraan mendekati jumlah total O2 yang dibawa oleh darah.

Ø Petunjuk Pengambilan : Tempat pengambilan darah arteri :


1. Arteri Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test) merupakan
pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas
tusukan atau haematoem juga apabila
Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi
obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak
dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke
seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat
menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga
dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
5. Arteri tibialis posterior, dan Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme
atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena
adanya risiko emboli otak

Cara allen’s test:


Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada
arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam
15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap
pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut
dan periksa tangan yang lain.
Komplikasi
Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
Perdarahan
Cidera syaraf
Spasme arteri
a.Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
b.Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu tubuh pasien,
Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen catat jumlah O2 yang digunakan
serta cara pemberiannya dan Jenis permintaan.

II.2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Gas Darah ?


Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan
oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang
berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini
biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang
dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi
pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi
tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas
darah,yaitu :

1) Menilai fungsi respirasi (ventilasi).


2) Menilai kapasitas oksigenasi
3) Menilai keseimbangan asam-basa
4) Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5) Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6) Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7) Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk menegakkan
diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat
terapi,sertamengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan
pernafasan dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh.
1. Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :
• Penyakit pernafasan
• Pemberian oksigen
• Kadar oksigenasi dalam darah
• Kadar CO2
• Keseimbangan asam-basa
2. Pemilihan bagian analisa gas darah :
a. Kriteria tergantung pada :
• Ada tidaknya sirkulasi koleteral
• Seberapa besar arteri
• Jenis jaringan yang mengelilingnya
b. Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih :
• Adanya peradangan
• Adanya iritas .
• Adanya edema
• Dekat dengan luka
• Percabangan arteri dengan fistula
c. AGD tidak perlu dilakukan apabila:
1. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya.
2. Mengikuti prosedurpemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
3. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan
4. Komplikasi yang timbul daripada hasil AGD yang diharapkan

II.3. Gangguan Asam Basa Sederhana


Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai
persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa
adalah sebagai berikut:
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH
dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal
untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk
mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal
pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan
pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis,
sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa
terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis
respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut
asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya
melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan
keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.

Keseimbangan Asam Basa


pH adalah derajat keasaman yang merupakan log negatif dari konsentrasi ion H+.
Konsentrasi ion H+ ini diatur dengan sangat ketat, karena perubahan pada konsentrasinya
akan mempengaruhi hampir semua proses biokimia, termasuk struktur dan fungsi protein,
dissosiasi dan pergerakan ion, serta reaksi kimia obat. Berbeda dengan ion-ion lain, kadar ion
H+ dijaga dalam nanomolar (36-43 nmol/l ~ pH 7,35-7,45).
Sebagian besar asam yang masuk dalam tubuh berasal dari proses respirasi, yaitu CO2 yang
membentuk asam karbonat, sedangkan sisanya berasal dari metabolisme lemak dan protein.
Mekanisme tubuh untuk menjaga pH tetap dalam rentang normalnya diketahui melalui tiga
mekanisme :
Kontrol respirasi terhadap PaCO2 oleh pusat pernafasan yang mengatur ventilasi
alveolar. Semakin banyak ion H+ dalam darah, semakin banyak CO2 yang dibuang melalui
paru-paru. Mekanisme ini cepat dan sangat efektif untuk mengkompensasi kelebihan ion H+.
Pengontrolan ginjal terhadap bikarbonat dan ekskresi asam-asam non-volatil. Mekanisme ini
relatif lebih lama (jam sampai hari) jika dibandingkan dengan kontrol respirasi.

Sistem buffer oleh bikarbonat, sulfat, dan hemoglobin yang meminimalkan perubahan asam-
basa akut.

- Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


- Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
- Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebabnya
- Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
- Koreksi keadaan asidosis metabolik:
- Pemberian Bicarbonat IV / oral
- Terapi penyebab
- Koreksi keadaan alkalosis 7etabolic dengan cara: memberi KCl dan mengobati
penyebab gangguan Keseimbangan asam basa.

Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:


- Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
- Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi
ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess
dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik
pada anak sakit kritis.
- Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila
ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
- Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH
di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
- Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40.
Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
- Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH
lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
- Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.
- Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat
- Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga
normal.
- Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.

II.4. Tekhnik Pengambilan :

1. Bentangkan handuk pengalas.


2. Letakkan botol infus
3. Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan sendi melipat kebelakang.
4. Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin hanya membasahi
dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam disposible, kecuali yang ada didalam
jarum.
5. Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
6. Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7. Desinfeksi daerah tersebut
8. Desinfeksi kedua jari
9. Pegang disposible seperti memegang pensil.
10. Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah didesinfeksi
11. Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45 0 mengarah ke jantung.
12. Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan diaspirasi.
13. Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14. Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama 5 menit
15. Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.

Interpretasi Hasil AGD


Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
- pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis.
Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
- PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan
hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg
mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah
80-100 mmHg
- PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal,
PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarkan
hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, PCO2
dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2
adalah 35-45 mmHg
- HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti
ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula
sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi
gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO3-
normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l
- Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus
ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi
PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0. BE bernilai positif
menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negatif
menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l
- Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Nilai
normalnya adalah 95-98 %.

Dari komponen-komponen tersebut dapat disimpulkan menjadi empat keadaan yang


menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam darah yaitu:
1. Asidosis respiratorik
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar HCO3- juga
tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut. Ventilasi alveolar yang
inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat
pernafasan, atau intoksikasi obat. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah
keadaan hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+
dan retensi bikarbonat.dan K+ jika proses sudah kronik.
2. Alkalosis metabolic
Adalah keadaan pH yang meningkat dengan HCO3- yang meningkat pula. Adanya
peningkatan PCO2 menunjukkan terjadinya kompensasi dari paru-paru. Penyebab yang
paling sering adalah iatrogenik akibat pemberian siuretik (terutama furosemid), hipokalemia,
atau hipovolemia kronik dimana ginjal mereabsorpsi sodium dan mengekskresikan H+,
kehilangan asam melalui GIT bagian atas, dan pemberian HCO3- atau prekursornya (laktat
atau asetat) secara berlebihan. Persisten metabolik alkalosis biasanya berkaitan dengan
gangguan ginjal, karena biasanya ginjal dapat mengkompensasi kondisi alkalosis metabolik.

II.5. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD


 Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka
ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari
158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
 Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena
efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
 Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.
 Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut
asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau
hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting
pada nilai oksigenasi darah.

II.6. Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)


Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
1. penyakit paru obstruktif kronis
yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat
progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu
bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes
keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat
menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida),
berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini
dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-
pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat
dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan
pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distresssindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn
jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-
akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps
alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada dapat disimpilkan bahwa, Pemeriksaan Analisa Gas
Darah (Astrup) adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika
dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph), jumlah
oksigen, dan karbondioksida dalam darah pasien. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi darah dan
mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph, HCO3, dan
seturasi O2. Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA)
merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui
atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa
dalam darah arteri.

III.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang analisa gas darah.
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Gas Darah dan Manajemen Asam Basa. Diakses dari


http://hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan-managemen-asam-basa.html
Base Exess. Diakses dari wikipedia, the free encyclopedia.

Anda mungkin juga menyukai