Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DEMOKRASI
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen : Dr. H. Buhori, M.Ag

Disusun oleh:

Irfan Irfani (1172050047)

Novita Erwinda (1172050074)

Naviatusiva (1172050066)

KELAS/SEMESTER B/I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017
BAB I PENDAHULUAN
Kata demokrasi terkesan sangat akrab dan seakan sudah dimengerti begitu saja.
Dalam banyak perbincangan mulai dari yang serius sampai yang santai di meja makan kata
demokrasi sering terlontar. Namun apa dan bagaimana sebenarnya makna dan hakikat
substansi demokrasi mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan di hayati, sehingga
perbincangan tentang demokrasi bias saja tidak menyentuh makna dan hakikat substansi serta
dilakukan secara tidak demokratis. Untuk itu makalah ini akan menjelaskan tentang apa
sebenarnya makna dan hakikat demokrasi.

Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan
aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa Negara. Seperti diakui oleh Moh. Mahfud
MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebgai system bermasyarakat dan bernegara.
Pertama, hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asa yang
fundamental ; Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan
arah bagi perana masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai orientasi tertingginya.
Demokrasi adalah prinsip dasar tata kehidupan masyarakat sipil (civil society), baik dalam
interaksi sesame komponen masyarakat maupun antara masyarakat dengan negara. Dalam
rangka mewujudkan masyarakat sipil atau masyarakat madani, demokrasi adalah prasyarat
mutlak. Dalam makalah ini akan dibahas secara singkat tentang pengertian dan hakikat
demokrasi; karakteristik nefara yang demokrasi; pilar-pilar penegak; tantangan demokrasi
dan sebagainya.

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Hakikat Demokrasi
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etimologis)
dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara
dimana dalam system pemerintahannya kedaulata berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemrintahan
rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan
para ahlisebagai berikut :
a. Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana indiidu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat.

b. Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana


keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa.

c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu
sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawabatas tindakan-
tindakan mereka di wilayah public oleh warganegara, yang bertindak secara tidak
langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang
terpilih

d. Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai system politik merupakan suatu


sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsipkesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa hakikat
demokrasi sebagai suatu sitem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam
penyelenggaraan Negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada
di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal :pertama, pemerintah dari rakyat
(government of the people) ; kedua, pemerintahan oleh rakyat (government by
people); ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government for people).

2. Karakteristik Negara yang Demokrasi

a. Persamaan kedudukan di muka hukum


Hukum itu mengatur bagaimana seharusnyapenguasa bertindak, bagaimana
hak dankewajiban dari penguasa dan juga rakyatnya.Semua rakyat memiliki
kedudukan yang sama didepan hukum. Artinya, hukum harus dijalankansecara adil
dan benar. Hukum tidak bolehpandang bulu. Siapa saja yang bersalah
dihukumsesuai ketentuan yang berlaku. Untukmenciptakan hal itu harus ditunjang
denganadanya aparat penegak hukum yang tegas danbijaksana, bebas dari
pengaruh pemerintahanyang berkuasa dan berani menghukum siapasaja yang
bersalah.
b. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi, kekuasaan
tertinggiberada di tangan rakyat dan pemerintahan dijalankan berdasarkan
kehendakrakyat. Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi dan
pemerintahandijalankan berdasarkan konstitusi yang merupakan arah dan pedoman
dalammelaksanakan hidup bernegara. Para pembuat kebijakan
memperhatikanseluruh aspirasi rakyat yang berkembang. Kebijakan yang
dikeluarkan harusdapat mewakili berbagai keinginan masyarakat yang beragam.
Sebagai contohketika rakyat berkeinginan kuat untuk menyampaikan pendapat di
muka umum,maka pemerintah dan DPR menetap undang-undang yang
mengaturpenyampaian pendapat di muka umum.
c. Distribusi pendapatan secara adil
Dalam negara demokrasi, semua bidang dijalankan dengan berdasarkan
prinsipkeadilan termasuk di dalam bidang ekonomi. Semua warga negara
berhakmemperoleh pendapatan yang layak. Pemerintah wajib memberikan
bantuankepada fakir dan miskin yang berpendapatan rendah. Akhir-akhir ini
pemerintahmenjalankan program pemberian bantuan tunai langsung, hal tersebut
dilakukandalam upaya membantu langsung para fakir miskin. Pada kesempatan
lain,Pemerintah terus giat membuka lapangan kerja agar masyarakat
biasmemperoleh penghasilan. Denganprogram-program tersebut diharapkan
terjadidistribusi pendapatan yang adil di antara warga negara Indonesia.
d. Kebebasan yang bertanggungjawab
Dalam sebuah negara yang demokratis, terdapat empat kebebasan yang
sangatpenting, yaitu kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan
mengeluarkanpendapat, dan kebebasan berkumpul. Empat kebebasan ini
merupakan HakAsasi Manusia yang harus dijamin keberadaannya oleh negara.
Akan tetapidalam pelaksanaanya mesti bertanggung jawab, artinya kebebasan yang
dimilikioleh setiap warga negara tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
yangberlaku. Dengan kata lain kebebasan yang dikembangkan adalah
kebebasanyang tidak tak terbatas, yaitu kebebasan yang dibatasi oleh aturan
dankebebasan yang dimiliki orang lain.

3. Pilar – Pilar Penegak Demokrasi


a. Negara hukum (Rechtsstaat atau The Rule of Law)
Negara hukum (Rechtsstaat atau The Rule of Law) memiliki pengertian
bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan Hak
Asasi Manusia (HAM). Secara garis besar negara hukum adalah sebuah negara
dengan gabungan konsep yang Rechtsstaat atau The Rule of Law. Konsep
Rechtsstaat mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: (1) adanya perlindungan
terhadap HAM; (2) adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga
negara untuk menjamin perlindungan HAM; (3) pemerintahan berdasarkan
peraturan; (4) adnya peradilan administrasi. Sedangkan The Rule of Law dicirikan
oleh adanya: (1) supremasi adanya aturan hukum; (2) kesamaan kedudukan di
depan hukum (equality before the law); (3) jaminan perloindungan HAM.
Lebih luas dari ciri – ciri sebagaimana dinyatakan oleh moh.mahfud
M.D.,ciri negara hukum adalah sebagai berikut: (1) adanya perlindungan
konstitusional ,artinya selain menjamin hak individu ,konstitusi harus pula
menentukan cara perosudural untuk memperoleh atas hak-hak yang menjamin
(due procss of law); (2) adanya badan kehakiman yang bebas dan memihak;
(3)adanya pemilih yang bebas; (4) adanya kebebasan menyatakan pendapat; (5)
adanya kebebasan berserikat dan beroffosisi; (6) adanya pendidikan
kewarganegaraan.
Istilah negara hukum di indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945:
“Indonesia negara berdasar atas hukum (Rechtsstaat) dan bukan berdasar atas
kekuasaan belaka (machtsstaat) “. Penjelasan tersebut sekaligus merupakan
gambaran sistem pemerintahan negara Indonesia.
b. Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,
egaliter, bebas dari dominasi dan tekana negara. Masyarakat madani merupakan
elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Posisi penting
masyarakat madani da;lam pembangunan demokrasi adalah adanya partisipasi
masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintah.
Masyarakat madani (civil society) mensyaratkan adanya keterlibatan
warga negara (civis engagement) melaui asosiasi-asosiasi sosial. Keterlibatan
warga negara memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antar
individu dan kelompok yang berbeda. Sikap-sikap ini sangat penting bagi
bangunan politik demokrasi.
c. Aliansi Kelompok Strategis
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah
adanya aliansi kelompok strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok
gerakan, dank kelompok penekan atau kelompok kepentingan termasuk di
dalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab.
partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang angota-anggotanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kekuasaan dan kedudukan
politik untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan politiknya. Sedangkan, kelompok
gerakan yang diperankan oleh organisasi masyarakat merupakan sekumpulan
orang-orang yang berhimpun dalam satu wadah organisasi yang berorientasi pada
pemberdayaan warganya, seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU),
Persatuan Islam (Persis), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Pergerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa
Nasionalis Indonesia (GMNI), dan organisasi masyarakat lainnya.
Sejenis dengan kelompok ini adalah kelompok penekan atau kelompok
kepentingan (pressure/interest group). Kelompok ketiga ini adalah sekelompok
orang dalam wadah oragnisasi yang didasarkan pada kriteria keahlian, seperti
Ikatan Dokter Indonesi (IDI), Asosiasi Ilmuan Politik Indonesia (AIPI),
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI), Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI), dan sebagainya.

4. Demokrasi dan Negara Hukum


1. Negara Hukum Formal (Demokrasi Abad XIX)

Jika terkena dengan Trias Politika dalam konsep Montesquieu maka tugas
pemerintah dalam konstitusionalisme ini hanya terbatas pada tugas eksekutif,
yaitu menjalankan undang-undang yang telah dibuat oleh parlemen atas nama
rakyat. Dengan demikian Pemerintahan dalam demokrasi yang demikian
mempunyai peranan yang terbatas pada tugas eksekutif. Dalam kaitannya dengan
hukum konsep konstitusionalisme atau demokrasi konstitusional abad ke-19 yang
memberi peranan sangat terbatas pada negara ini disebut negara hukum yang
formal (klasik) Dalam klasifikasi yang oleh Arief Budiman didasarkan kriteria
kenetralan dan kemandirian negara konsep demokrasi konstitusional abad ke-19
atau negara hukum formal ini bisa disebut sebagai negara pluralisme, yaitu negara
yang tidak mandiri yang hanya bertindak sebagai penyaring i berbagai keinginan
dari dalam masyarakatnya. Dalam negara pluralis yang berlanggam libertarian ini
setiap kebijaksanaan yang dikeluarkan bukan atas inisiatif yang timbul dari
kemandirian negara melainkan lahir dari proses penyerapan aspirasi masyarakat
secara penuh melalui parlemen (Arif Budiman, “Negara, Kelas dan Formasi
Sosial”, (wawancara) dalam majalah keadilan, No. 1 tahun XII/1985, halaman 39)

Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Barat Kontinental
memberikan ciri-ciri rechtsstaat sebagai berikut.

a. Hak-hak asasi manusia.


b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa dikenal sebagai Trias Politika.
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur)
Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Sedangkan AV Dicey dari kalangan ahli Anglo Saxon memberikan ciri
rule of law sebagai berikut.

a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan,


sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan keputusan-
keputusan pengadilan.
2. Negara Hukum Material (Demokrasi Abad XX)

Konsep negara hukum formal (klasik) yang mempunyai ciri-ciri


Pemerintahan seperti tersebut di muka, mulai digugat menjelang pertengahan
abad ke-20, tepatnya sesudah perang dunia. Beberapa faktor yang mendorong
lahirnya kecaman atas negara hukum formal yang pluralis liberal ini, seperti
dikemukakan oleh Miriam Budiardjo, antara lain adalah ekses-ekses dalam
industrialisasi dan sistem kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang
menginginkan pembagian kekuasaan secara merata serta kemenangan beberapa
partai sosialis di Eropa. Gagasan bahwa Pemerintah dilarang campur tangan
dalam urusan warga negara baik di bidang sosial maupun bidang ekonomi
bergeser ke arah gagasan baru bahwa Pemerintah harus bertanggung jawab atas
kesejahteraan rakyat. Untuk itu Pemerintah tidak boleh bersifat pasif atau berlaku
sebagai penjaga malam melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk
membangun kesejahteraan masyarakatnya dengan cara mengatur kehidupan
ekonomi dan sosial (South-East asian and Pasific Conference, Bangkok, February
15-19, 1965, The Dynamic Aspects of The Rule of Law in The Modern Age,
International Commission of Jurist, 1965, halaman 39-50, dalam ibid)

Komisi ini dalam konferensi tersebut juga merumuskan syarat-syarat (ciri-


ciri) Pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law (yang dinamis, baru)
sebagai berikut.

a. Perlindungan konstitusional, artinya, selain menjamin hak-hak individu,


konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Pemilihan umum yang bebas.
d. Kebebasan menyatakan pendapat.
e. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi. 6. Pendidikan
kewarganegaraan.
f. Pendidikan Kewarganegaraan
5. Demokrasi di Indonesia
Sejarah demokrasi di Indonesia dapat dibagi kedalam empat periode:
a. Periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan Demokrasi Parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan sesudah d\kemerdekaan
diproklamirkan. Namun demikian demokrasi ini dianggap kurang cocok
untuk indonesia. Lemahnya budaya demokrasi untuk mempraktikan
demokrasi model barat ini telah memberi peluang sangat besar kepada
partai-partai politik untuk mendominasi kehidupan sosial politik.
Ketiadaan budaya demokrasi yang sesuai dengan sistem demokrasi
parlementer ini akhirnya melahirkan prakmentasi politik berdasarkan
afiliasi kesukuan dan agama. Akibatnya, pemerintahan yang berbasis pada
koalisi politik pada masa ini jarang dapat bertahan lama. Koalisi yang
dibangun dengan sangat mudah pecah. Hal mengakibatkan destabilisasi
politik nasionalyang mengancam integrasi nasional yang sedang dibangun.
Persaingan tidak sehat antara praksi-praksi politik dan pemberontakan
daerah terhadap pemerintah pusat telah mengancam berjalannya demokrasi
itu sendiri.
b. Periode 1959-1965

Periode ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin (Guided


Democracy). Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan
berkembangnya pengaruh komunis dan peranan antara abri dalam
panggung politik nasional. Hal ini disebabkan oleh lahirnya dekrit
presiden 5 juli 1959 sebagai usaha mencari jalan keluar dari kebuntuan
politik melalui pembentukan kepemimpinan personal yang kuat.
Sekalipun UUD 1945 memberi peluang seorang presiden untuk
memimpin pemerintahan selama 5 tahun, ketetapan MPRS No. III/1963
mengangkat IR sebagai presiden seumur hidup. Dengan lahirnya
ketetapan MPRS ini secara otomatis telah membatalkan pembatasan
waktu 5 tahun sebagaimana ketetapan UUD 1945.

c. Periode 1965-1998
Periode ini merupakan pemerintahan presiden suharto dengan Orde
Barunya. Sebutan Orde Baru merupakan keritik terhadap periode
sebelumnya, orde lama. Orde baru, sebagaimana dinyatakan oleh
pendukungnya adalah upaya untuk meluruskan kembali penyelewengan
terhadap UUD 1945 yang terjadi dalam masa demokrasi terpimpin. Seiring
penggantian kepemimpinan nasional. Demokrasi terpimpin ala presiden
Soekarno telah diganti oleh elite orde baru dengan Demokrasi Pancasila.
Demokrasi pancasila secara garis besar menawarkan 3 komponen
demokrasi. Pertama, demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya
adlah menegakkan kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum.
Kedua, demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah
kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Ketiga,demokrasi dalam
bidang hukum pada hakikatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM,
peradilan yang bebas dan tidak memihak.
d. Periode Pasca Orde Baru
Periode pasca orde baru sering disebut dengan era reformasi. Periode
ini adalah erat hubungannya dengan gerakan reformasi rakyat yang
menuntut pelaksanaan demokrasi dan HAM secara konsekuen tuntutan ini
ditandai oleh lengsernya presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan orde
baru pada Mei 1998, setelah lebih dari 30 tahun berkuas dengan demokrasi
pancasilanya. Penyelewengan atas dasar negara pancasila oleh penguasa
orde baru berdampak pada sikap antipati sebagian masyarakat terhadap
dasar negara tersebut.
6. Tantangan dan Harapan Demokrasi

Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan bahwa demokrasi


dapat.Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat
kesejahteraanekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah,
demokrasi belummemberikan dampak ekonomi yang positif buat mereka. Inilah
tantangan yang harusdihadapi dalam masa transisi. Demokrasi masih terkesan isu
kaum elit, sementaraekonomi adalah masalah riil kaum ekonomi bawah yang belum
diakomodasi dalamproses demokratisasi. Ini adalah salah satu tantangan terberat yang
dihadapi bangsaIndonesia saat ini.Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan
pemenuhan hak asasi manusia. Dengandemikian ia merupakan fitrah yang harus
dikelola agar menghasilkan output yang baik.Setiap manusia memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat, berkumpul, berserikat danbermasyarakat. Dengan demikian,
demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main.Aturan main tersebut sesuai
dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalamundang-undang maupun
peraturan pemerintah.
Di masa transisi, sebagian besar orang hanya tahu mereka bebas berbicara,
beraspirasi,berdemonstrasi. Namun aspirasi yang tidak sampai akan menimbulkan
kerusakan. Tidaksedikit fakta yang memperlihatkan adanya pengrusakan ketika
terjadinya demonstrasimenyampaikan pendapat. Untuk itu orang memerlukan
pemahaman yang utuh agarmereka bisa menikmati demokrasi.Demokrasi di masa
transisi tanpa adanya sumber daya manusia yang kuat akanmengakibatkan masuknya
pengaruh asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Iniadalah tantangan yang
cukup berat juga dalam demokrasi yang tengah menapak.Pengaruh asing tersebut
jelas akan menguntungkan mereka dan belum tentumenguntungkan Indonesia.
Dominannya pengaruh asing justru mematikan demokrasi itusendiri karena tidak
diperbolehkannya perbedaan pendapat yang seharusnyamenguntungkan Indonesia.
Standar ganda pihak asing juga akan menjadi penyebabmandulnya demokrasi di
Indonesia.Anarkisme yang juga menggejala pasca kejatuhan Soeharto juga menjadi
tantangan bagidemokrasi di Indonesia. Anarkisme ini merupakan bom waktu era Orde
Baru yangmeledak pada saat ini. Anarkisme pada saat ini seolah-olah merupakan
bagian daridemonstrasi yang sulit dielakkan, dan bahkan kehidupan sehari-hari.
Padahal anarkismejustru bertolak belakang dengan hak asasi manusia dan nilai-nilai
Islam.
Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan
manfaatsebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa. Misalnya saja,
demokrasibisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya
mampumengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa
menghasilkanpemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti
masalahkesehatan dan pendidikan.Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu
menjadikan negara kuat. Demokrasi dinegara yang tidak kuat akan mengalami masa
transisi yang panjang. Dan ini sangatmerugikan bangsa dan negara. Demokrasi di
negara kuat (seperti Amerika) akanberdampak positif bagi rakyat. Sedangkan
demokrasi di negara berkembang sepertiIndonesia tanpa menghasilkan negara yang
kuat justru tidak akan mampumensejahterakan rakyatnya. Negara yang kuat tidak
identik dengan otoritarianisme maupun militerisme.
Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi
mereka sertabidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka celah berkuasanya para
pemimpin yangpeduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin yang
buruk. Harapanrakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini
adalah harapan dariimplementasi demokrasi itu sendiri.Di masa transisi ini,
implementasi demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan
masalah ekonomi masih terpinggirkan. Maka muncul kepincangan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Politik dan ekonomi adalah dua sisi yangberbeda dalam
sekeping mata uang, maka masalah ekonomi pun harus mendapatperhatian yang
serius dalam implementasi demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi.Semakin
rendahnya tingkat kehidupan ekonomi rakyat akan berdampak buruk bagidemokrasi
karena kuatnya bidang politik ternyata belum bisa mengarahkan kepadaperbaikan
ekonomi. Melemahnya ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain,seperti
masalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang lemah jelas tidak
biasmemperkuat demokrasi, bahkan justru bisa memperlemah demokrasi.Demokrasi
di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru yangmemiliki
kebebasan berpendapat, berserikat, berumpul, berpolitik dimana
masyarakatmengharap adanya iklim ekonomi yang kondusif. Untuk menghadapi
tantangan danmengelola harapan ini agar menjadi kenyataan dibutuhkan kerjasama
antar kelompok danpartai politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan di negara
demokrasi mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,
berserikat setiap warga negara, menegakkan Rule of Law, adanya pemerintahan
menghormati hak-hak kelompok minoritas, dan masyarakat warga negara memberi
peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Pengertian demokrasi
adalah bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan
dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Demokrasi dapat memberi manfaat dalam
kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu kesetaran sebagai warga negara,
memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum, plurealisme, dan kompromi, menjamin hak-
hak dasar, dan pembaruankehidupan sosial. Dalam perjalan sejarah bangsa, ada 4
macam demokrasi dibidang politik yang pernah diterapan dalam kehidupan
ketatanegaraan indonesia, yaitu demorasi parlementer (liberal), demokrasi terpimpin,
demokrasi pancaasila (era orde baru), demokrasi pancasila (orde reformasi).
2. SARAN
Di indonesia, demokrasi bukan hanya sebagai sistem pemerintahan namun
kini telah menjadi salah satu sistem politik. Salah satu pemilu yang krusial atau
penting dalam ketatanegaraan negar adalah pemuli untuk memilih wakil rakyat yang
akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita kenal dengan sebutan pemilihan umum
anggota DPR, DPD, dan DPRD. Setelah terpilih menjadi anggota parlemen, para
konstituen tersebut pada hakikatnyaa adalah bekerja untuk rakyat secara menyeluruh.
Itulah yang dinamakan dengan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Demokrasi,Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. 2000.
Jakarta: The Asia Foundation & PRENADA MEDIA
Abdillah, Masykuri. Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim
Indonesia terhadap Konsep Demokrasi. 1999. Yogyakarta : Tiara Wacana
Amin, M. Masyhur dan Mohammad Nadjib. Agama, Demokrasi dan Transformasi
Sosial. 1993. Yogyakarta: LKPSM
Azra, Azyumardi. Membangun Keadaban Demokratis. 2000. Jakarta: Kompas
Haynes, Jeff. Demokrasi & Masyarakat Sipil di Dunia Ketiga. 2000. Jakarta :
Yayasan, Obor Indonesia
Rozak, Abdul dkk. Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. 2004.
Jakarta: PRENADA MEDIA
Ubaedilah A, dkk. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyrakat Madani. 2000.
Jakarta: PRENADA MEDIA
Prof. Dr. Mahfud MD, Moh, S.H, S.U. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesi. 2003.
Jakarta: PT ASDI MAHASATYA
Moh. Mahfud MD. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. 1999.
Yogyakarta-Jakarta: GEMA MEDIA-FORD FOUNDATION
http://pkn-ips.blogspot.co.id/2014/10/ciri-ciri-negara-yang-
demokratis.html?m=1.09.10 19 september 2017 pukul: 09.35
http://ebooks.unair.ac.id/data/bahan_kuliah/fkh/SEMESTER%20%20ham/Perkemban
ganDemokrasi_di_Indonesia_Cabaran_DAN_Pengharapan.pdf. 19 september 2017
pukul: 09.35

Anda mungkin juga menyukai