Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia saat ini tengah menghadapi transisi epidemiologi dalam masalah

kesehatan, dimana penyakit menular belum seluruhnya dapat teratasi, sementara

tren penyakit tidak menular (PTM) cenderung terus meningkat (Kemenkes, 2016).

Penyakit tidak menular merupakan isu yang sangat penting karena menjadi

penyebab kematian utama secara global. Data WHO Global Report on

Communicable Disease (NCD) menyebutkan bahwa persentase kematian akibat

penyakit tidak menular memiliki proporsi sebesar 63% dibandingkan dengan

penyakit menular. Di Indonesia, tren kematian akibat penyakit tidak menular

meningkat dari 37% di tahun 1990 menjadi 57% di tahun 2014 (WHO, 2014).

Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan akan terus

meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara

berkembang. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal

akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung dan diabetes (WHO,

2014). Data lain menyebutkan bahwa dari 10 penyebab kematian utama untuk

segala umur berdasarkan sampel registrasi sistem (SRS), enam diantaranya adalah

penyakit tidak menular, yaitu stroke di urutan pertama, penyakit jantung koroner di

nomor kedua dan diabetes mellitus dengan komplikasi di urutan ketiga.

Diabetes mellitus (DM) yang merupakan salah satu penyakit tidak menular

penyebab kematian utama untuk segala umur merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

1
2

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa

organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah

(Purnamasari, 2014). Mengingat diabetes mellitus adalah penyakit selama hidup,

maka pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus pada

setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan diabetes

mellitus tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak tenaga kesehatan saja.

Dalam hal ini peran penderita diabetes mellitus dan keluarganya sangat diperlukan

khususnya dalam pengontrolan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus

ke dalam situasi sehat atau paling tidak mendekati normal (Putri dkk, 2013).

WHO pada tahun 2016 melaporkan bahwa 422 juta orang dewasa hidup dengan

diabetes mellitus. Dalam beberapa dekade belakangan, prevalensi diabetes mellitus

meningkat lebih cepat pada negara berkembang dibanding negara maju. Di

Indonesia proporsi diabetes mellitus pada usia 15 tahun keatas tahun 2013 sebesar

6,9%, Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan Gula Darah

PuasaTerganggu (GDPT) sebesar 36,6%. Dari hasil tersebut diperkirakan jumlah

absolut penderita diabetes mellitus di Indonesia adalah sekitar 12 juta orang. TGT

sekitar 52 juta dan GDP terganggu sekitar 64 juta. Di provinsi Kalimantan Timur,

sebanyak 63.330 orang telah didiagnosis menderita diabetes mellitus (Riskesdas,

2013). Klinik Home Care Nursing Cahaya Husada merupakan salah satu home care

di Indonesia yang beroperasi di Kalimantan Timur. HCN Cahaya Husada

memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dan komprehensif salah satunya

perawatan luka akut dan kronis (wound care) dengan tenaga tersertifikasi dari
3

Rumah Sakit Kanker Darmais Jakarta. Studi pendahuluan di Home Care Nursing

Cahaya Husada Kaltim pada tahun 2017 menyebutkan bahwa 23% dari seluruh

pasien di HCN Cahaya Husada Kaltim menderita Diabetes Mellitus.

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes mellitus akan

menyebabkan berbagai komplikasi seperti ketoasidosis diabetik, kerusakan pada

pembuluh darah jantung yang menyebabkan penyakit jantung koroner, kerusakan

pada pembuluh darah tepi terutama pada tungkai, dan kerusakan pada pembuluh

darah otak yang dapat menyebabkan stroke. Komplikasi lain yang dapat terjadi

adalah kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) yang dapat mengenai

pembuluh darah retina dan menyebabkan kebutaan. Pada penderita diabetes

mellitus, saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer. Kerusakan pada saraf

perifer ini menyebabkan perasaan kebas terutama pada kaki yang menyebabkan

penderita diabetes mellitus sering kali tidak menyadari adanya luka pada kaki dan

meningkatkan resiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus diabetikum)

(Purnamasari, 2014). WHO menyebutkan prevalensi penderita DM dengan ulkus

di dunia berkisar 4-10%, menyebabkan 40-70% kasus dengan amputasi non trauma.

Penyebab amputasi pada penderita dengan ulkus diabetik ialah faktor iskemik 50-

70%, dan infeksi 30-50%. Pravelensi ulkus diabetik para penderita DM di Indonesia

sebesar 15% dengan angka kematian 32,5% dan amputasi sebesar 23,5%, serta

merupakan penyebab terbanyak perawatan penderita DM di rumah sakit yakni 80%

(Wagiu, 2016).

Salah satu masalah keperawatan yang timbul pada penderita diabetes mellitus

dengan komplikasi ulkus diabetikum adalah gangguan integritas kulit dan jaringan.
4

Gangguan integritas kulit dan jaringan dapat diatasi dengan tindakan keperawatan

secara mandiri. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain :

melakukan pengkajian pada luka dengan Bates Jensen, mengontrol kadar gula

darah dengan melakukan manajemen diit pada penderita diabetes mellitus,

melakukan perawatan luka modern serta mengobservasi tanda dan gejala infeksi.

Tindakan perawatan luka modern, pemilihan dressing dan topical therapy yang

tepat pada perawatan ulkus juga perlu digunakan untuk menunjang kesembuhan

pada proses penyembuhan luka. Faktor penyembuhan ulkus juga dipengaruhi oleh

adanya nutrisi yang menjadikan support bagi para penderita diabetes mellitus

dengan ulkus diabetik (Gitarja, 2015).

American Diabetes Association (2014) mengatakan bahwa perencanaan

pengelolaan diabetes harus dibicarakan sebagai terapeutik antara pasien dan

keluarganya. Pasien harus menerima perawatan medis secara terkoordinasi dan

terintegrasi dari tim kesehatan, sehingga keluarga menyadari pentingnya

keikutsertaan dalam perawatan penderita diabetes mellitus agar kadar gula darah

penderita dapat terkontrol dengan baik.

Peran keluarga terdiri dari peran formal dan peran informal. Dalam peran

formal dan peran informal keluarga terdapat peran merawat keluarga dan peran

memotivasi atau pendorong keluarga. Dimana merupakan tugas setiap anggota

keluarga merawat anggota keluarga lain yang sakit sebagai fungsi pokok keluarga

secara asuh yaitu memenuhi kebutuhan, pemeliharaan dan perawatan anggota

keluarga yang sakit serta memenuhi kebutuhannya (Putri dkk, 2013).


5

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan Asuhan

Keperawatan Keluarga Pada Kasus Diabetes Mellitus dengan Masalah Gangguan

Integritas Kulit dan Jaringan di Home Care Nursing Cahaya Husada Kaltim.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga pada Kasus

Diabetes Mellitus dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan di

Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur pada Tahun 2018?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada kasus

diabetes mellitus dengan pendekatan proses keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada anggota keluarga dengan kasus diabetes mellitus.

2) Merumuskan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada anggota

keluarga dengan kasus diabetes mellitus.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada anggota keluarga dengan kasus

diabetes mellitus.

4) Melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan perencanaan

keperawatan.

5) Mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan kasus diabetes mellitus.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis


6

1) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi mengajar

serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan topik

asuhan keperawatan keluarga pada Diabetes Mellitus bagi dosen dan mahasiswa di

lingkungan Politeknik Kesehatan Kemeterian Kesehatan Kalimantan Timur.

2) Bagi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan

Timur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan yang kuat untuk

penerapan asuhan-asuhan keperawatan berikutnya, khususnya yang menyangkut

topik asuhan keperawatan keluarga diabetes mellitus dengan masalah keperawatan

gangguan integritas kulit dan jaringan.

2.3.1 Manfaat Praktis

1) Bagi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sebagai

bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada keluarga dengan kasus

diabetes mellitus.

2) Bagi Responden

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

responden dengan asuhan keperawatan dengan kasus diabetes mellitus di dalam

keluarga.
7

3) Bagi Penulis

Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup

jelas kepada penulis dan menambahkan wawasan dalam asuhan keperawatan pada

keluarga dengan diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai