PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini sebagai
berikut :
a. Mengetahui tentang penyakit malaria, seperti definisi, etiologi, manifestasi
klinik, patofisiologi dan pemeriksaan penunjang
b. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat yang harus diberikan pada
penderita malaria.
3. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan:
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis :
Tinjauan teori meliputi konsep dasar Malaria
BAB III Askep :
Aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan Malaria
BAB IV Penutup
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2. Etiologi
2
menyebabkan malaria kuartana dan plasmodium ovale yang menyebabkan
malaria ovale (Soedarmo, dkk., 2008).
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopheles betina yang
sebelumnya terinfeksi. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca-
penularan transplasenta atau sesudah transfusi darah yang terinfeksi. Masa
inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya parasit dalam
darah) bervariasi sesuai dengan spesies; pada P. falciparum masa
inkubasinya 10 – 13; pada P.vivaks dan P. ovale, 12 – 16 hari; dan pada P.
malariae 27 – 37 hari, tergantung pada ukuran inokulum. Malaria yang
ditularkan melalui tranfusi darah yang terinfeksi nampak nyata pada waktu
yang lebih pendek (Nelson, 2000)
Dalam daur hidupnya plasmodium mempunyai hospes yaitu
vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal
sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di
dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke
dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk kemudian menempati
jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon (stadium ekso-
eritrositer atau stadium pra-eritrositer). Sebagian sporozoit tidak tumbuh
dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit (Soedarmo, dkk., 2008).
Plasmodium falciparum hanya terjadi satu kali stadium pra-eritrositer
sedangkan spesies lain mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga
pada suatu saat dapat aktif dan terjadilah relaps. Sel hati yang berisi parasit
akan pecah dan terjadilah merozoit.
Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit (stadium eritrositer), tampak
sebagai kromatin kecil dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai
bentuk cincin, disebut tropozoit. Tropozoit membentuk skizon muda dan
setelah matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses pembelahan
eritrosit akan hancur; merozoit, pigmen dan sel sisa akan keluar dan berada
di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh RES. Plasmodium yang
dapat meghindar akan masuk kembali ke dalam eritrosit lain untuk
mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk
skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni yaitu membentuk mikro
dan makro gametosit (stadium seksual). Siklus tersebut disebut masa tunas
intrinsik (Soedarmo, dkk., 2008).
3
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual
(sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8-12 hari. Dalam lambung
nyamuk, makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan
mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet, yang
selanjutnya menembus dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang
membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan
masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas
ektrinsik. Secara umum, pada dasarnya semua orang dapat terkena malaria
(Soedarmo, dkk., 2008).
3. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai
macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi
pada malaria terutama berhubungan dengan gangguan aliran darah
setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit
pada endotelium kapiler.
Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup
(survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi
mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan.
Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaski leukosit dan
fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan
patofisiologik.
4. Manifestasi Klinik
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun
terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu
(paroksisme), yang diselilingi oleh suatu periode (periode laten) bebas
demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa lemas, nyeri kepala,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.
Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran (lebih dari satu jenis
plasmodium tetapi infeksi berulang dalam waktu berbeda), maka serangan
demam terus-menerus (tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang imun
gejala klinis minimal.
4
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara
umum menurut Mansjoer dkk. (2001) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodik.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat
bertambah.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena falcifarum. Anemia di sebabkan oleh
penghancuran eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal tidak dapat
hidup lama (reduced survival time), dan gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.
Pemeriksaanzserologis
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b. Pemeriksaan khusus
PCR (polymerase chain reaction)
ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)
Radiommunoassay (RIA)
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
Hb dan Ht
hitung jumlah lekosit dan trombosit
5
Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium,
anaIisis gas darah
EKG
Foto toraks
Analisa cairan cerebrospinal.
Biakan darah dan uji serologi
Urinalisis
Darahzrutin
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut
perifer kuat dan cepat (fase demam). Kulit hangat, dieresis
(diaphoresis) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab
(vasokontriksi), hipovolemia penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen.
e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau
koma.
f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
7
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal,
keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja
menjalani operasi/prosedur invasif, luka traumatik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini :
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa
diatas adalah :
Tindakan/ Intervensi :
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan
catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan
konsumsi makanan.
8
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan
terlalu cepat setelah periode anoreksia
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas
nitervensi nutrisi
Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa
berpartisipasi/ kontrol
Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada
organ
Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Tindakan/ Intervensi :
Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada
hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang
merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi
jaringan.
Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu
pada infeksi umum.
Memantau tanda – tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk
memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau
pertumbuhan dari organisme.
9
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk
infeksi umum.
Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.
Tindakan/ intervensi :
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut.
Pola demam menunjukkan diagnosis.
Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan
es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol
dapat mengeringkan kulit.
Kolabirasi : Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.
Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
Tindakan/intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat
laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
10
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat
respons terhadap aktivitas (mis: peningkatan denyut jantung/TD,
disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya).
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan
berulang tindakan yang tak direncanakan.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi dengan duduk,
duduk untuk melakukan tugas-tugas.
Rasional : Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi
penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri
dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stress dapat
menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
Tindakan/ intervensi:
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan.
Berikan informasi mengenai terapi obat – obatan, interaksi obat, efek
samping dan ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama
dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan
seimbang.
11
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan
umum.
Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan.
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan
mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR KEPUSTAKAAN
14