Anda di halaman 1dari 39

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Kata abortus (aborsi,abortion) berasal dari bahasa latin aboriri-keguguran (to

miscarry. Menurut New Shorter Oxford Dictionary, abortus adalah persalinan kurang

bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup dan dalam hal ini kata ini

bersinonim dengan keguguran. Abortus juga bearti induksi penghentian kehamilan

untuk menghancurkan janin.

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram.

3.2 Klasifikasi

Dikenal berbagai macam abortus sesuai dengan gejala, tanda dan proses

patologi yang terjadi.

1. Abortus bedasarkan kejadiannya

1) Abortus spontan

Abortus spontan terdiri dari Abortus imminen adalah peristiwa terjadinya

perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil

konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Abortus

11
insipien adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil

konsepsi masih dalam uterus. Abortus inkompletus adalah pengeluaran

sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih

ada sisa tertinggal dalam uterus dan Abortus kompletus adalah semua hasil

konsepsi sudah dikeluarkan.

2) Abortus provokantus

Abortus provokatus terdiri dari Therapeutic Abortion adalah penghentian

kehamilan dimana janin belum bisa hidup di luar kandungan karena alasan

kesehatan ibu atau karena alasan penyakit, Eugenic abortion adalah

penghentian kehamilan karena janin mengalami kecacatan, Elektive Abortion

12
adalah penghentian kehamilan karena keinginan ibu. Selain itu pembagian

abostus provokantus terdiri dari :

a. Abortus provokantus medisinalis

Abortus provokantus medisinalis adalah tindakan abortus yang dilakukan

oleh dokter, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat

membahayakan jiwa ibu.

b. Abortus provokantus kriminalis

Abortus provokantus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan

biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.

2. Abortus bedasarkan gejala klinis

1) Abortus iminens (abortus mengancam)

Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan

ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri

masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita

mengeluh mulas sedikit atau tidak

2) Abortus insipiens

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

13
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,

perdarahan bertambah.

3) Abortus inkomplit

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,

kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau

kadangkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pasien akan

mengeluhkan pendarahan berupa darah segar mengalir terutama pada

trimester pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.

4) Abortus komplit

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di

keluarkan dari kavum uteri. Seluruh isi kehamilan telah dilahirkan dengan

lengkap. Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah

menutup dan uterus mulai mengecil. Apabila hasil konsepsi saat diperiksa

dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap. Pada

penderita ini disertai anemia sebaiknya disuntikan sulfas ferrosus atau

transfusi bila anemia. Pendarahan biasanya tinggal bercak-bercak dan

anamnesis di sini berperan penting dalam menentukan ada tidaknya riwayat

keluarnya jaringan dari jalan lahir. Pada inspekulo, ditemukan darah segar

di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan.

14
3. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih

tertahan dalam kandungan.

Penderitra missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali

merakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila

kehamilan diatas 14 minggu dampai 20 minggu penderita justru merasakan

rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada

payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan

abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin

terhenti. Pada pemeriksasan tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu

minggu dan terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG

didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya

tidak beraturan disertai gambar fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila

missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan

kemungkinan terjadinya gangguan darah oleh karena hipofibrinogenemia

sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat

dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks

uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari

20 minggu dengan keadaan serviks uterus masih kaku dianjurkan untuk

melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan

15
kanalis serviks. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian

infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500cc

dekstrose 5 % tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total

oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mecegah terjadinya retensi

cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari kemudian

induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi

berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih

mungkin.

4. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih

berturut-turut. Penderita abortus habitualis umumnya tidak sulit untuk menjadi

hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran atau abortus

secara berturut-turut. Kejadian abortus habitualis mencapai 0,41 % dari seluruh

kehamilan.

Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang

mengaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap

antigen lymphocyte trophoblas cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap

antigen ini rendah atau tidak ada maka akan terjadi abortus. Kelainan ini dapat

diobati dengan transfusi leukosit atau heparinisasi. Akan tetapi, dekade terakhir

menyebutkan perlunya mencari penyebab abortus ini secara lengkap sehingga

dapat diobati sesuai dengan penyebabnya.

16
Salah satu penyebab yang sering dijumpai adalah inkompetenensia serviks

yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetep

bertahan menutup setelah kehamilan melewati trisemester pertama, dimana

ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mules / kontraksi

rahim dan ahirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh

trauma serviks pada kehamilan sebelumnya, misanya pada tindakan usaha

pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas sehingga

diameter kanalis servikalis sudah melebar. Diagnosis inkompetensia serviks sulit

dengan anamnesa yang cermat. Dengan pemeriksaan dalam/ inspekulo kita bis

amenilai diameter kanalis servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai

menonjol pada saat mulai memasuki trisemester kedua. Diameter ini melebihi 8

mm. Untuk itu, pengelolaan penderita inkompetensia serviks dianjurkan untuk

periksa hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks

harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks agar dapat

menerima beban dengan berkembangnya umur kehamilan. Ooperasi dilakukan

pada umur kehamilan 12-14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau

Mc.DONALD dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang

sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan

aterm dan bayi siap dilahirkan.

5. Abortus infeksious, Abortus Septik

Abortus infeksious adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.

Abortus Septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran

17
tubuh atau peritoneum (septicemia/peritonitis) . Kejadian ini merupakan salah

satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila

dilakukan kurang memeperhatikan asepsis dan antisepsis. Abortus infeksious

dan abortus septik perlu segera mendapatkan pengelolaan yang adekuat karena

dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain disekitar alat genitalia juga kerongga

peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis/septikemia) dan dapat jatuh

dalam keadaan syok septik.

Gejala dan tanda biasanya berupa panas tinggi, tanpa sakit dan lelah,

takikardi, perdarahan pervaginam yang bau, uterus yang membesar dan lembut,

serta nyeri tekan. Pada laboratorium didapatkan tanda infeksi dengan

leukositosis. Bila sampai sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas

tinggi, menginggil dan tekanan darah turun.

6. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)

Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah

tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tentang terbentuk.

Disamping mudigah, kantung kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Keadaan ini

merupakan suatu kelainan kehamilan yang baru terdeteksi setelah

berkembangnya ultrasonografi. Bila tidak dilakukan, kehamilan akan

berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya sampai

sekitar 14 sampai 16 minggu akan terjadi abortus spontan. Pengelolaan

kehamilan anembironik dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan

kuretase secara efektif.

18
3.3 Epidemiologi

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena bortus provokantus banyak

yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan

tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga

biasanya ibu tidak melapor atau berobat.

Angka abortus sulit ditetapkan, sekitar 15 – 20 % kehamilan yang diketahui

secara klinis berakhir menjadi abortus spontan, dan 80 % terjadi pada trimester

pertama dan satu dari tujuh wanita mengalami abortus sekitar minggu ke-14 usia

gestasi.

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan

kejadian abortus spontan antara 15-20 dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh

19
kejadian abortus sebenarnya bias mendekari 50 %. Hal ini dikarenakan tingginya

angka chemical pregnancy loss yang tidak bias diketahui pada 2-4 minggu setelah

konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet

(misalnya sperma dan disfungsi oosit).

Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian

disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan

perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Insiden abortus spontan secara

umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Angka-angka tersebut berasal

dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada dua hal yang selalu berubah,

kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui dan pengikutsertaan

abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan.

Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan

angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.

Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada

trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-

10 % pada trimester ketiga.

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di

samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang

dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20

tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia paternal

yang sama, kenaikannya adalah dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus meningkat

20
apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi

aterm.

Berbagai faktor diduga sebagai penyebab abortus spontan, diantaranya adalah

faktor janin, faktor ibu dan factor eksternal. Abortus karena faktor janin biasanya

disebabkan oleh kelainan kromosom. Faktor ibu seperti usia, paritas, mempunyai

riwayat keguguran sebelumnya, infeksi pada daerah genital, penyakit kronis yang

diderita ibu (hipertensi, anemia, tuberkulosis paru aktif, nefritis dan diabetes yang

tidak terkontrol), bentuk rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup yang tidak

sehat seperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, minum kopi,

pengguna ganja dan kokain, minum obat-obatan yang dapat membahayakan

kandungan, stress atau ketakutan, hubungan sek dengan orgasme sewaktu hamil dan

kelelahan karena sering bepergian dengan kendaraan. Faktor lingkungan juga bisa

menyebabkan abortus seperti seperti trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi,

pestisida dan berada dalam medan magnet di atas batas normal.

Selain faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat seperti minum kopi

juga berakibat terhadap abortus. Wanita yang minum kopi selama hamil beresiko

terhadap abortus dan melahirkan bayi yang meninggal. Semakin banyak minum kopi

semakin meningkatkan resiko kejadian abortus. Wanita yang minum kopi tiga gelas

sehari mempunyai resiko 3% abortus dan kematian bayi, sedangkan wanita yang

minum kopi rata – rata atau lebih dari delapan gelas sehari mempunyai resiko 75 %

abortus spontan dan beresiko 2.7 kali terhadap kematian janin. Selain kopi, wanita

yang menggunakan ganja juga beresiko terhadap abortus. Embrio yang terpapar zat

21
tetrahydrocannabinol (THC) yang berada dalam ganja akan mengalami kegagalan

dalam berimplantasi sehingga mengakibatkan keguguran. Sekitar 30% kehamilan

akan mengalami abortus pada ibu hamil pengguna narkotika jenis ganja. Faktor lain

yang berpengaruh terhadap abortus adalah usia, ibu hamil yang berusia lebih dari 35

tahun dan grande multipara akan beresiko tinggi terhadap kehamilan. Pada usia 20

tahun kejadian abortus sekitar 10 %, sedangkan pada wanita yang berusia lebih dari

45 tahun atau lebih kejadian abortus meningkat lebih dari 90 %.

Selain faktor usia, status pernikahan juga berpengaruh terhadap kejadian

abortus, Di Amerika 82 % wanita yang hamil diluar nikah akan menggugurkan

kandungannya atau melakukan aborsi. Wanita muda yang hamil diluar nikah,

cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Sedangkan

untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena di dalam adat timur,

kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedy yang

sangat tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungan dan keluarga.

3.4 Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu

tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang

terjadi secara spontan hampir selalu didahului oleh kematian embrio atau janin,

namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, seringkali sebelum ekspulsi janin

masih hidup dalam uterus.

22
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot

atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan

oleh penyakit dari ayahnya.

1. Perkembangan Zigot yang Abnormal

Abnormalitas kromosom merupakan penyebab dari abortus spontan. Sebuah

penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas kromosom sekitar 49% dari

abortus spontan. Trisomi autosomal merupakan anomali yang paling sering

ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21%) dan monosomi X (13%) .

2. Faktor Maternal

Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa

abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena saat

terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi

abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan

perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus euploidi.

1) Infeksi

Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria

gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simplek, cytomegalovirus

Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus.

Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma

hominis dan Ureaplasma urealyticum dari traktus genetalia sebagaian wanita

yang mengalami abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa

infeksi mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan

23
abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan

penyebab utama.

2) Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan

ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan

abortus.

Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20

minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan

prematur. Diabetes maternal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai

faktor predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh

peneliti lainnya.

3) Pengaruh Endokrin

Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes

mellitus, dan defisiensi progesteron5'9. Diabetes tidak menyebabkan abortus jika

kadar gula dapat dikendalikan dengan baik. Defisiensi progesteron karena

kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai

hubungan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi

mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan

mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan

dalam peristiwa kematiannya

24
4) Nutrisi

Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar

kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.

Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan

setiap deplesi nutrien yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus spontan.

Sebagaian besar mikronutrien pernah dilaporkan sebagai unsur yang penting

untuk mengurangi abortus spontan.

5) Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan

Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden

abortus. Namun ternyata tidak semua laporan ini mudah dikonfirmasikan.

6) Faktor-faktor Imunologis

Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan

abortus spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan

antibodi anti cardiolipin (ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler,

trombosis, abortus serta destruksi plasenta.

7) Gamet yang Menua

Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden

abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil

bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan

temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua

di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat menaikkan

25
kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga selaras

dengan hasil observasi tersebut.

8) Laparotomi

Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya

abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan

organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus. Meskipun

demikian, sering kali kista ovarii dan mioma bertangkai dapat diangkat pada

waktu kehamilan apabila mengganggu gestasi. Peritonitis dapat menambah besar

kemungkinan abortus.

9) Trauma Fisik dan Trauma Emosional

Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio

atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma,

kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih

merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus. Abortus

yang disebabkan oleh trauma emosional bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang

mendukung konsep abortus dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun

cemas.

10) Kelainan Uterus

Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang

timbul dalam proses perkembangan janin,defek duktus mulleri yang dapat terjadi

secara spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian dietilstilbestrol (DES).

Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan

26
perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus yang besar dan majemuk sekalipun tidak

selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting

daripada ukurannya.

Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih

besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun demikian,

leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil pemeriksaan

klinis lainnya ternyata negatif dan histerogram menunjukkan adanya defek

pengisian dalam kavum endometrium. Miomektomi sering mengakibatkan

jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya,

sebelum atau selama persalinan.

Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Asherman) paling sering terjadi

akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortion

atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan

oleh destruksi endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini

mengakibatkan amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat

endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil

pembuahan.

11) Inkompetensi serviks

Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya

terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran

plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang disertai dengan balloning

membran plasenta ke dalam vagina.

27
3. Faktor Paternal

Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam

proses timbulnya abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom sperma

dapat menimbulkan zigot yang mengandung bahan kromosom terlalu sedikit

atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus5,7.

4. Faktor Fetal

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian

janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada

hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan

janin antara lain kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna dan

pengaruh dari luar. Kelainan kromosom merupakan kelainan yang sering

ditemukan pada abortus spotan seperti trisomi, poliploidi dan kemungkinan

pula kelainan kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi bila

lingkungan endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna

sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Pengaruh

dari luar seperti radiasi,virus, obat-obat yang sifatnya teratogenik.

5. Faktor Plasenta

Seperti endarteritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan

oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan

muda misalnya karena hipertensi yang menahun.

28
3.5 Patofisiologi

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh

bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabakn

nekrosis jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan

subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya

proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda asing

dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi dan mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih

terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara

in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau

di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil

konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput

ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih

tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam

banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan

diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta

masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan

terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih

sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.

Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk

yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang

bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama.Plasentasi

29
tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk ke dalam arteri spiralis. Akibatnya,

terjadi peredaran darah prematur dari ibu ke anak.

Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai

komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya

berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan di

atasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus.

Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan

dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada kehamilan kurang dari 8

minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialies belum

menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14

minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta

tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada

kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah

ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap

terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.

30
3.6 Manifestasi Klinis

Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules. Perdarahan

pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai

dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus at au

jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang sudah lama

terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam,

nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan

luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati

serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis

servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya. Pada

31
pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada

tanda-tanda kehidupan dari janin.

1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )

Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya

dilatasi serviks. Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :

1) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan

janin masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama

2) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.

3) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai

perdarahan.

4) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup

2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum

20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil

konsepsi masih dalam uterus.

Ditandai dengan adanya :

1) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks

2) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi

3) perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.

4) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

32
3. Abortus Kompletus

Adalah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus)

telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong.

Tanda dan Gejala

1) Serviks menutup.

2) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.

3) Gejala kehamilan tidak ada.

4) Uji kehamilan negatif.

4. Abortus Inkompletus

Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Gejala Klinis :

1) Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas

2) Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).

3) Sudah ada keluar fetus atau jaringan

4) Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati

serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis

servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari

seharusnya.

5. Missed Abortion

Adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan

hasil konsepsi tertahan dalam uterus 8 minggu atau lebih, Gejala Klinis :

33
1) Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai

mual dan muntah

2) Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi.

3) Mamae menjadi mengecil

4) Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi

negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.

5) Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit

6) Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.

6. Abortus Infeksious

Adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital.

1) Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di

luar rumah sakit.

2) Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan

sebagainya.

3) tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat

Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan

lembek disertai nyeri tekan.

7. Septic Abortion

Adalah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke

dalam peredaran darah atau peritoneum.

Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti

nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.

34
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis

antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan

dan uji kepekaan kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut

abdomen.

3.7 Diagnosa dan Pemeriksaan

1. Anamnesis

Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian

bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong

dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. Gejala ini

terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam

rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20

minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil

35
konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang

lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah

perut biasanya di daerah atas simpisis.

Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah

tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat

infeksi traktus genitalis harus diperhatikan. Riwayat kepergian ke tempat endemik

malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat

menambah curiga abortus akibat infeksi.

Diagnosis Perdarahan Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Khas

Abortus

Iminens Sedikit Sedang Sesuai usia tertutup Tidak ada ekspulsi

kehamilan jaringan konsepsi

Insipiens Sedang- Sedang- Sesuai usia Terbuka Tidak ada ekspulsi

banyak hebat kehamilan jaringan konsepsi

Inkomplit Sedang- Sedang- Sesuai terbuka Ekspulsi sebagian

banyak hebat dengan usia jaringan konsepsi

kehamilan

Komplit sedikit Tanpa/sedikit Lebih kecil Terbuka Ekspulsi seluruh jaringan

dari usia /tertutup konsepsi

gestasi

Missed abortion Tidak ada Tidak ada Lebih kecil tertutup Janin telah mati tapi tidak

dari usia ada ekspulsi jaringan

kehamilan konsepsi

Tabel 4.1 Kriteria diagnosis abortus Sumber: Sinopsis Obstetri, edisi 2

36
2. Pemeriksaan Fisik

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen dapat

memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan

bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan

konsistensinya. Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan

serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil

konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang

vagina.

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:

Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis

tanda

Bercak sedikit Tertutup Sesuai Kram perut Abortus

hingga sedang dengan usia bawah, uterus immines

gestasi lunak

Tertutup/terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus

dari usia nyeri perut komplit

gestasi bawah,riwayat

ekspulsi hasil

konsepsi

37
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus

sehingga dengan usia nyeri perut insipien

massif kehamilan bawah, belum

terjadi ekspulsi

hasil konsepsi

Kram atau Abortus

nyeri perut incomplit

bawah, ekspulsi

sebahagian

hasil konsepsi

Terbuka Lunak dan Mual/muntah, Abortus mola

lebih besar kram perut

dari usia bawah,

gestasi sindroma mirip

PEB, tidak ada

janin, keluar

jaringan seperti

anggur

38
3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu

bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan

kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.

Plano test adalah uji hormonal kehamilan yang didasarkan pada adanya

produksi korionik gonadotropin (hCG) oleh sel-sel sinsiotrofoblas pada awal

kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan

melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26

hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia

kehailan di antara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia 60-70 hari,

kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia

100-130 hari. Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar

hCG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang

tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa, atau korio

karsinoma.

Pada banyak kasus, pemeriksaan serum untuk kehamilan sangat berguna.

Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji kepekaan

mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada infeksi) dan

pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus, penentuan kadar progesteron

39
berguna untuk mendeteksi kegagalan korpus luteum. Jika terdapat perdarahan, perlu

dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang serta panel koagulasi.

Ultrasonografi dapat memperlihatkan massa adnexa, kehamilan intrauterin

atau cairan dalam cavum dauglas. Visualisasi dari kutub janindi dalam kantonggestasi

intrauterin benar-benar menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik. Uterus yang

kosong atau uterus yang membesar sedang tanpa gestasi intrauterin dihubungkan

dengan tes kehamilan positif merupakan petunjuk dugaan gestasi ektopik.

3.8 Diagnosa Banding

Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

banding

Abortus iminens - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih positif

uterus pada umur kehamilan - USG : gestasional sac (+), fetal

kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) plate (+), fetal movement (+),

20 minggu berupa fetal heart movement (+)

flek-flek

- nyeri perut ringan

- keluar jaringan (-)

Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih positif

insipient dari uterus pada umur kehamilan - USG : gestasional sac (+), fetal

kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) plate (+), fetal movement (+/-),

20 minggu fetal heart movement (+/-)

40
- nyeri perut berat

- keluar jaringan (-)

Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih positif

inkomplit sedang dari uterus umur kehamilan - USG : terdapat sisa hasil

pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) konsepsi (+)

sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari

- nyeri perut ringan cavum uteri atau

- keluar jaringan masih menonjol pada

sebagian (+) osteum uteri

eksternum

Abortus komplit - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih positif

- nyeri perut (-) umur kehamilan bila terjadi 7-10 hari setelah

- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) abortus.

USG : sisa hasil konsepsi (-)

Missed abortion - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin negatif

- nyeri perut (-) umur kehamilan setelah 1 minggu dari

- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan

merasakan keluhan kehamilan.

apapun kecuali - USG : gestasional sac (+), fetal

merasakan plate (+), fetal movement (-),

pertumbuhan fetal heart movement (-)

kehamilannya tidak

seperti yang

diharapkan. Bila

kehamilannya > 14

41
minggu sampai 20

minggu penderita

merasakan rahimnya

semakin mengecil,

tanda-tanda

kehamilan sekunder

pada payudara mulai

menghilang.

Mola hidatidosa - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin masih positif

- Terdapat banyak atau kehamilan (Kadar HCG lebih dari 100,000

sedikit gelembung - Terdapat banyak atau mIU/mL)

mola sedikit gelembung - USG : adanya pola badai salju

- Perdarahan banyak / mola (Snowstorm).

sedikit - DJJ (-)

- Nyeri perut (+)

ringan

- Mual - muntah (+)

Blighted ovum - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin positif

flek-flek kehamilan - USG : gestasional sac (+),

- Nyeri perut ringan - OUE menutup namun kosong (tidak terisi

- Tanda kehamilan (+) janin).

KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah, eritrosit

- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok dapat meningkat, leukosit dapat

- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat.

pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas - Tes kehamilan positif

42
dingin. - USG : gestasional sac diluar

- Tanda-tanda akut cavum uteri.

abdomen (+) : perut

tegang bagian

bawah, nyeri tekan

dan nyeri lepas

dinding abdomen.

- Rasa nyeri pada

pergerakan servik.

- Uterus dapat teraba

agak membesar dan

teraba benjolan

disamping uterus

yang batasnya sukar

ditentukan.

- Cavum douglas

menonjol berisi

darah dan nyeri bila

diraba

- Kehamilan ektopik tuba

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ovum yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak normal, termasuk kehamilan

servikal dan kehamilan kornual.

43
- Mola hidatidosa

Perdarahan pervaginam, yang muncul pada 20 minggu kehamilan

biasanya berulang dari bentuk spotting sampai dengan perdarahan banyak.

Pada kasus dengan perdarahan banyak sering disertai dengan pengeluaran

gelembung dan jaringan mola. Dan pada pemeriksaan fisik dan USG tidak

ditemukan ballotement dan detak jantung janin.

3.9 Penatalaksanaan

Secara umum tatalaksana aborsi dibagi dua, yaitu:

1. Terapi medikasi

Terapi medikasi menggunakan mifepristone yang disusul dengan penggunaan

misoprostol atau mungkin hanya misoprostol saja. Terapi medikasi ini

digunakan pada aborsi dengan masa gestasi 4-9 minggu dan lebih dari 14 minggu.

Terapi bedah cenderung digunakan pada masa gestasi 9-14 minggu. Regimen lain seperti

methotrexate disusul dengan misroprostol juga sering digunakan. Indikasi penggunaan

terapi medikasi:

1) Pilihan pasien

2) Masa gestasi yang kecil

3) Obesitas (BMI > 30) tanpa kelainan kardiovaskular

4) Fibroma uterus

5) Malformasi uterus

6) Riwayat bedah sevik sebelumnyaKontraindikasi terapi medikasi;

44
7) Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi medikasi lainnya

8) Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang

9) Gagal ginjal kronik

10) Kelainan pembekuan darah

11) IUD yang masih terpasang

12) Infeksi daerah panggul yang berat

Rekomendasi WHO dan IPPF: Mifeprostone 200 mg oral diikuti misprostol 800µg 36-

48 jam setelahnya (oral, sublingual, bukal atau intravaginal) dalam satu dosis atau dibagi

menjadi dua dosis 400µg yang diberikan selang 2 jam. Rekomendasi FDA Amerika

Serikat: Hari pertama: Mifepristone 600mg per oral dalam satu kali minum, Hari kedua:

Rh-imunoglobin 50µg tidak lebih dari 48 jam sesudah terjadinya tanda-tanda aborsi pada

pasien dengan Rh -, Hari ketiga: bila proses aborsi belum selesai dan

dikonfirmasi dengan USG, berikanmisoprostol 400µg. Hari keempat belas: cek

kembali keadaan aborsi pasien dengan USG atau serum -hCG. Serum β - hCG

seharusnya berada di bawah 1.000IU/L setelah 2 minggu pemberian mifepristone. Bila

proses aborsi belum selesai, dilanjutkan dengan aspirasi vakum.

2. Terapi bedah

1) Indikasi terapi bedah:

2) Pilihan pasien

3) Sterilisasi

4) Terdapat kontraindikasi pada pemakaian terapi medikasi

45
5) Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi medikasi

Pendekatan terapi bedah yang umum dilakukan yaitu:

1. Aspirasi Vakum

Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan menjadi

terapi pilihan sebelum teknik dilatasi dan kuretase. Teknik ini bisa

digunakan hingga masa gestasi 12 minggu dan 99,5% efektif. Komplikasi teknik

ini lebih rendah dibandingkan teknik dilatasi dan kuretase, dilatasi servik yang

dibutuhkan lebih kecil, harga yang lebih murah, tidak diperlukan anastesi umum.

2. Dilatasi dan Kuretase

Teknik ini lebih berbahaya dan lebih sakit dibandingkan teknik

aspirasi vakum sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi bila aspirasi dan

terapi medikasi tidak bisa diberikan. Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi 12

mingguan 99% efektif.

46
3.10 Komplikasi Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan

syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jka perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan

dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati

dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu

47
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam

menimbulkan persoalaan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,

mungkin pula terjadi perlukaan kandung kemih atau usus. Degan adanya

dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan

untuk menentukan luasnya cidera, untuk selanjutnya mengambil tindakan

seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi

biasanya ditemukan pada abortus inkomletus dan lebih sering pada abortus

buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis. Umumnya pada abortus

infeksius infeksi terbatas pada desidua.

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik).

3.11 Prognosis

Selain pada kasus antibodi antifosfolipid dan serviks inkompeten, angka

kesembuhan setelah tiga kali abortus berturut-turut berkisar antara 70 dan 85 %,

apapun terapinya. Bahkan, kemungkinan abortus rekuren adalah 25-30% berapapun

jumlah abortus sebelumnya. Wanita dengan abortus spontan tiga kali atau lebih

48
berisiko lebih besar mengalami pelahiran preterm, plasenta previa, presentasi bokong,

dan malformasi janin pada kehamilan berikutnya.

Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi

memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.

49

Anda mungkin juga menyukai