TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
miscarry. Menurut New Shorter Oxford Dictionary, abortus adalah persalinan kurang
bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup dan dalam hal ini kata ini
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
3.2 Klasifikasi
Dikenal berbagai macam abortus sesuai dengan gejala, tanda dan proses
1) Abortus spontan
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Abortus
11
insipien adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
ada sisa tertinggal dalam uterus dan Abortus kompletus adalah semua hasil
2) Abortus provokantus
kehamilan dimana janin belum bisa hidup di luar kandungan karena alasan
12
adalah penghentian kehamilan karena keinginan ibu. Selain itu pembagian
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
2) Abortus insipiens
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
13
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,
perdarahan bertambah.
3) Abortus inkomplit
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
trimester pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.
4) Abortus komplit
keluarkan dari kavum uteri. Seluruh isi kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah
menutup dan uterus mulai mengecil. Apabila hasil konsepsi saat diperiksa
dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap. Pada
keluarnya jaringan dari jalan lahir. Pada inspekulo, ditemukan darah segar
14
3. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
terhenti. Pada pemeriksasan tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu
didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya
tidak beraturan disertai gambar fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila
dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari
15
kanalis serviks. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian
infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500cc
dekstrose 5 % tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total
cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari kemudian
induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi
berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih
mungkin.
4. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih
kehamilan.
antigen ini rendah atau tidak ada maka akan terjadi abortus. Kelainan ini dapat
diobati dengan transfusi leukosit atau heparinisasi. Akan tetapi, dekade terakhir
16
Salah satu penyebab yang sering dijumpai adalah inkompetenensia serviks
yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetep
ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mules / kontraksi
rahim dan ahirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh
dengan anamnesa yang cermat. Dengan pemeriksaan dalam/ inspekulo kita bis
amenilai diameter kanalis servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai
menonjol pada saat mulai memasuki trisemester kedua. Diameter ini melebihi 8
periksa hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks
harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks agar dapat
sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan
Abortus Septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran
17
tubuh atau peritoneum (septicemia/peritonitis) . Kejadian ini merupakan salah
satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila
dan abortus septik perlu segera mendapatkan pengelolaan yang adekuat karena
dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain disekitar alat genitalia juga kerongga
Gejala dan tanda biasanya berupa panas tinggi, tanpa sakit dan lelah,
takikardi, perdarahan pervaginam yang bau, uterus yang membesar dan lembut,
leukositosis. Bila sampai sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas
Disamping mudigah, kantung kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Keadaan ini
18
3.3 Epidemiologi
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga
secara klinis berakhir menjadi abortus spontan, dan 80 % terjadi pada trimester
pertama dan satu dari tujuh wanita mengalami abortus sekitar minggu ke-14 usia
gestasi.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20 dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh
19
kejadian abortus sebenarnya bias mendekari 50 %. Hal ini dikarenakan tingginya
angka chemical pregnancy loss yang tidak bias diketahui pada 2-4 minggu setelah
disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Angka-angka tersebut berasal
dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada dua hal yang selalu berubah,
kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui dan pengikutsertaan
abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan.
Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan
angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.
trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang
dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20
tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia paternal
yang sama, kenaikannya adalah dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus meningkat
20
apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi
aterm.
faktor janin, faktor ibu dan factor eksternal. Abortus karena faktor janin biasanya
disebabkan oleh kelainan kromosom. Faktor ibu seperti usia, paritas, mempunyai
riwayat keguguran sebelumnya, infeksi pada daerah genital, penyakit kronis yang
diderita ibu (hipertensi, anemia, tuberkulosis paru aktif, nefritis dan diabetes yang
tidak terkontrol), bentuk rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup yang tidak
kandungan, stress atau ketakutan, hubungan sek dengan orgasme sewaktu hamil dan
kelelahan karena sering bepergian dengan kendaraan. Faktor lingkungan juga bisa
menyebabkan abortus seperti seperti trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi,
Selain faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat seperti minum kopi
juga berakibat terhadap abortus. Wanita yang minum kopi selama hamil beresiko
terhadap abortus dan melahirkan bayi yang meninggal. Semakin banyak minum kopi
semakin meningkatkan resiko kejadian abortus. Wanita yang minum kopi tiga gelas
sehari mempunyai resiko 3% abortus dan kematian bayi, sedangkan wanita yang
minum kopi rata – rata atau lebih dari delapan gelas sehari mempunyai resiko 75 %
abortus spontan dan beresiko 2.7 kali terhadap kematian janin. Selain kopi, wanita
yang menggunakan ganja juga beresiko terhadap abortus. Embrio yang terpapar zat
21
tetrahydrocannabinol (THC) yang berada dalam ganja akan mengalami kegagalan
akan mengalami abortus pada ibu hamil pengguna narkotika jenis ganja. Faktor lain
yang berpengaruh terhadap abortus adalah usia, ibu hamil yang berusia lebih dari 35
tahun dan grande multipara akan beresiko tinggi terhadap kehamilan. Pada usia 20
tahun kejadian abortus sekitar 10 %, sedangkan pada wanita yang berusia lebih dari
kandungannya atau melakukan aborsi. Wanita muda yang hamil diluar nikah,
untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena di dalam adat timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedy yang
3.4 Etiologi
tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang
terjadi secara spontan hampir selalu didahului oleh kematian embrio atau janin,
namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, seringkali sebelum ekspulsi janin
22
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot
atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan
ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21%) dan monosomi X (13%) .
2. Faktor Maternal
abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena saat
terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi
abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan
1) Infeksi
23
abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan
penyebab utama.
abortus.
minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan
faktor predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh
peneliti lainnya.
3) Pengaruh Endokrin
kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan
24
4) Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan
setiap deplesi nutrien yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus spontan.
6) Faktor-faktor Imunologis
abortus spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan
bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan
temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua
25
kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga selaras
8) Laparotomi
demikian, sering kali kista ovarii dan mioma bertangkai dapat diangkat pada
kemungkinan abortus.
kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih
yang disebabkan oleh trauma emosional bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang
cemas.
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang
timbul dalam proses perkembangan janin,defek duktus mulleri yang dapat terjadi
Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan
26
perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus yang besar dan majemuk sekalipun tidak
selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting
daripada ukurannya.
leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil pemeriksaan
jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya,
akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortion
pembuahan.
terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran
27
3. Faktor Paternal
4. Faktor Fetal
janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada
pula kelainan kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi bila
5. Faktor Plasenta
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan
28
3.5 Patofisiologi
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabakn
proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda asing
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara
in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput
ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan
masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk
yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang
bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama.Plasentasi
29
tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk ke dalam arteri spiralis. Akibatnya,
berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan di
atasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus.
Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan
dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialies belum
minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta
ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap
terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
30
3.6 Manifestasi Klinis
Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules. Perdarahan
pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai
dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus at au
jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang sudah lama
terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam,
nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan
luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati
servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya. Pada
31
pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :
3) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
4) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
32
3. Abortus Kompletus
Adalah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus)
1) Serviks menutup.
4. Abortus Inkompletus
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Gejala Klinis :
2) Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
4) Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati
servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari
seharusnya.
5. Missed Abortion
hasil konsepsi tertahan dalam uterus 8 minggu atau lebih, Gejala Klinis :
33
1) Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai
6. Abortus Infeksious
Adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital.
sebagainya.
3) tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat
Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan
7. Septic Abortion
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti
34
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis
antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut
abdomen.
1. Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam
rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20
minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil
35
konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat
malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat
Abortus
kehamilan
gestasi
Missed abortion Tidak ada Tidak ada Lebih kecil tertutup Janin telah mati tapi tidak
kehamilan konsepsi
36
2. Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen dapat
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan
serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil
konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang
vagina.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:
tanda
gestasi lunak
gestasi bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
37
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
bawah, ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
janin, keluar
jaringan seperti
anggur
38
3. Pemeriksaan Penunjang
bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan
kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.
Plano test adalah uji hormonal kehamilan yang didasarkan pada adanya
kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan
melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26
kehailan di antara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia 60-70 hari,
kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia
100-130 hari. Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar
hCG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang
tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa, atau korio
karsinoma.
Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji kepekaan
mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada infeksi) dan
39
berguna untuk mendeteksi kegagalan korpus luteum. Jika terdapat perdarahan, perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang serta panel koagulasi.
atau cairan dalam cavum dauglas. Visualisasi dari kutub janindi dalam kantonggestasi
kosong atau uterus yang membesar sedang tanpa gestasi intrauterin dihubungkan
banding
Abortus iminens - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) plate (+), fetal movement (+),
flek-flek
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih positif
insipient dari uterus pada umur kehamilan - USG : gestasional sac (+), fetal
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) plate (+), fetal movement (+/-),
40
- nyeri perut berat
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih positif
inkomplit sedang dari uterus umur kehamilan - USG : terdapat sisa hasil
eksternum
Abortus komplit - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin masih positif
- nyeri perut (-) umur kehamilan bila terjadi 7-10 hari setelah
Missed abortion - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin negatif
kehamilannya tidak
seperti yang
diharapkan. Bila
kehamilannya > 14
41
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda
kehamilan sekunder
menghilang.
Mola hidatidosa - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin masih positif
ringan
Blighted ovum - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin positif
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah, eritrosit
42
dingin. - USG : gestasional sac diluar
tegang bagian
dinding abdomen.
pergerakan servik.
teraba benjolan
disamping uterus
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
diraba
43
- Mola hidatidosa
gelembung dan jaringan mola. Dan pada pemeriksaan fisik dan USG tidak
3.9 Penatalaksanaan
1. Terapi medikasi
digunakan pada aborsi dengan masa gestasi 4-9 minggu dan lebih dari 14 minggu.
Terapi bedah cenderung digunakan pada masa gestasi 9-14 minggu. Regimen lain seperti
terapi medikasi:
1) Pilihan pasien
4) Fibroma uterus
5) Malformasi uterus
44
7) Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi medikasi lainnya
Rekomendasi WHO dan IPPF: Mifeprostone 200 mg oral diikuti misprostol 800µg 36-
48 jam setelahnya (oral, sublingual, bukal atau intravaginal) dalam satu dosis atau dibagi
menjadi dua dosis 400µg yang diberikan selang 2 jam. Rekomendasi FDA Amerika
Serikat: Hari pertama: Mifepristone 600mg per oral dalam satu kali minum, Hari kedua:
Rh-imunoglobin 50µg tidak lebih dari 48 jam sesudah terjadinya tanda-tanda aborsi pada
pasien dengan Rh -, Hari ketiga: bila proses aborsi belum selesai dan
kembali keadaan aborsi pasien dengan USG atau serum -hCG. Serum β - hCG
2. Terapi bedah
2) Pilihan pasien
3) Sterilisasi
45
5) Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi medikasi
1. Aspirasi Vakum
Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan menjadi
terapi pilihan sebelum teknik dilatasi dan kuretase. Teknik ini bisa
digunakan hingga masa gestasi 12 minggu dan 99,5% efektif. Komplikasi teknik
ini lebih rendah dibandingkan teknik dilatasi dan kuretase, dilatasi servik yang
dibutuhkan lebih kecil, harga yang lebih murah, tidak diperlukan anastesi umum.
aspirasi vakum sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi bila aspirasi dan
terapi medikasi tidak bisa diberikan. Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi 12
46
3.10 Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok.
1. Perdarahan
konsepsi dan jka perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
47
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
mungkin pula terjadi perlukaan kandung kemih atau usus. Degan adanya
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomletus dan lebih sering pada abortus
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
3.11 Prognosis
jumlah abortus sebelumnya. Wanita dengan abortus spontan tiga kali atau lebih
48
berisiko lebih besar mengalami pelahiran preterm, plasenta previa, presentasi bokong,
49