Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau suara
keras yang tidak menyenangkan atau tidak terduga. Kebisingan bersumber dari
kegiatan manusia seperti penggunaan alat transportasi dan aktifitas industri.
Dampak dari kebisingan ini bukan hanya pada kota-kota besar tetapi kota kecil
dan desa yang lokasinya di dekat tempat industri juga dapat terpengaruh.
Kebisingan dapat memengaruhi kesehatan manusia seperti menyebabkan
hipertensi, mengganggu tidur dan dapat menghambat kemampuan kognitif pada
anak-anak (Anonim,2012)
Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana
transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat.
Peningkatan pendapatan/kapita membuat masyarakat mampu untuk membeli
kendaraan seperti sepeda motor maupun mobil sebagai sarana transportasi
pribadi. Peningkatan perekonomian daerah juga menyebabkan kebutuhan akan
sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat. Akibatnya,semakin hari
jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan
semakin bertambah. Hal ini menimbulkan masalah di bidang transportasi, salah
satunya adalah masalah polusi suara (kebisingan) yang ditimbulkan oleh lalu
lintas terhadap lingkungan sekitarnya, yang salah satunya adalah kawasan
pendidikan.

Pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara


sederhana dan cara langsung. Pengukuran dengan cara sederhana yaitu dengan
menggunakan alat Sound Level Meter (SLM). Mekanisme kerja SLM apabila ada
benda yang bergetar, maka akan menyebabkan perubahan tekanan udara yang
ditangkap oleh alat ini, selanjutnya menggerakkan meter petunjuk. Pengukuran
dengan SLM dilakukan selama 10 menit dan pembacaan dilakukan setiap lima
detik. Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan standar Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat
Kebisingan, untuk pemerintahan dan fasilitas umum sebesar 60 dB.
Kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI
No.48 Tahun 1996 adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan (Feidihal, 2007). Kebisingan akibat lalu
lintas adalah salah satu bunyi yang tidak dapat dihindari dari kehidupan modern
dan juga salah satu bunyi yang tidak dikehendaki (Wardika et al, 2012)
.

Berdasarkan hal di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan


perhitungan tingkat kebisingan di jalan raya guna mengetahuai apakah tingkat
kebisingan yang terjadi belum atau sudah melampaui standar yang berlaku
sehingga dapat dilakukan suatu upaya perancangan sistem proteksi yang baik dan
benar.
Jl. H. Mistar cukrokusumo simpang 3 gunung kupang, Banjarbaru merupakan
pertemuan jalan yang mengarah menuju cempaka , jalur yang diperuntukan untuk
truk-truk besar yang menuju kegunung kupang , keadaan yang terjadi disimpang 3
gunung kupang ramai banyak truk- truk keluar masuk dari arah gunung kupang ,
cempaka .
Maka dari itu dilakukan praktik pengukuran kebisingan sesaat di Jl. H.
Mistar cokrokusumo simpang 3 gunungkupang banjarbaru , Agar dapat diketahuai
tingkat kebisingan karena ditempat tersebut terdapat kendaraan roda 2, roda 4 dan dll.
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan cara pengukuran kebisingan dengan
Sound Level Meter.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
dalam melakukan pengukuran kebisingan.
b. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kebisingan dengan menggunakan
Sound Level Meter sesuai dengan prosedur pengukuran.
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengukuran kebisingan.
d. Mahasiswa dapat menyusun laporan pengukuran kebisingan.

Anda mungkin juga menyukai