Ada beberapa poin yang sudah kita bahas, salah satunya adalah sedekah akan
mendatangkan keberkahan pada harta kita walaupun nominalnya berkurang.
صدَقَ ٍة
َ ع ْب ٍد ِم ْن َ ََما نَق
َ ص َما ُل
“Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah” (HR. Tirmidzi)
Baca Juga: Perintah Meminta Karunia dan Rahmat Allah - Hadits 1543-
1546 - Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah
Kalau kita lihat dari sisi nominalnya, pasti berkurang. Akan tetapi kita lihat ini dari
sudut pandang yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melihat banyak
perkara itu dari berbagai sudut pandang. Misalnya Nabi memandang bertambahnya
harta dengan sedekah. Ini sesuatu yang yang kita katakan bertentangan dengan
hakikat dan kenyataannya. Orang yang bersedekah pasti berkurang hartanya. Harta
yang dikeluarganya ini mungkin menjadi berkah. Berubah bentuknya menjadi
bentuk rezeki-rezeki yang lain. Allah ganti itu dengan bentuk rezeki yang lain. Bisa
berupa kesehatan, keselamatan yang juga merupakan rezeki yang terkadang kita
tidak memandangnya sebagai sebuah rezeki dari Allah. Allah subhanahu wa ta’ala
mengajak kita untuk memberikan pinjaman kepada Allah.
Sehingga orang yang hendak bersedekah tiba-tiba saja tangannya menjadi kaku
seolah-oleh tidak mampu untuk mengeluarkan uang yang tidak seberapa beratnya
itu untuk disedekahkan. Seperti mengangkat beban yang berat, padahal itu hanyalah
selembar uang. Tapi begitulah setan menghalangi seorang hamba untuk bersedekah.
Pada hadits yang di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru memancing kita
untuk bersedekah. Bahwa tidak ada ruginya dengan sedekah. Bahkan sedekah itu,
kata Nabi tidak akan mengurangi harta kita. Ini adalah motivasi yang sangat besar
sekali, sangat agung sekali, sangat mulia sekali, agar manusia mau bersedekah.
LURUSKAN NIAT
Tapi tentunya, kita bersedekah bukan ingin mendapat balasan kontan di dunia.
Walaupun terkadang Allah beri balasan itu langsung di dunia. Tapi janganlah kita
bersedekah satu juta dengan harapan mendapatkan dua juta. Sehingga kita seperti
mengharapkan sesuatu dari sedekah kita itu. Ada unsur tujuan lain
selain lillah. Memang kita berharap baik dari amal shalih kita. Namun jangan
jadikan itu sebagai tujuan kita didalam beramal. Hal itu tampak ketika apa yang dia
harapkan ternyata tidak terwujud. Disitulah hatinya akan terusik. Mulai masuk
disitu riya’, ujub, dan mulai masuk disitu rasa penyesalan apabila dia tidak
mendapatkan apa yang diharapkannya itu.
Misalnya dia bersedekah dengan niat agar mendapat suatu yang lebih besar.
Ternyata tidak dapat, maka diapun menghentikan amalnya itu. Dia tidak lagi mau
bersedekah karena terbukti ternyata sedekah itu tidak menambah hartanya. Bahkan
mungkin justru sebaliknya, dia kehilangan hartanya setelah bersedekah. Sementara
yang dia harapkan dari sedekahnya itu adalah hartanya bisa bertambah. Disinilah
terlihat bahwa sebenarnya tujuan dia bersedekah bukan lillah, tapi untuk
mendapatkan balasan segera di dunia.
Maka dari itu ikhlaskanlah niat kita didalam bersedekah. Baik itu kita dapatkan
balasannya langsung di dunia ataupun Allah menangguhkannya nanti di akhirat atau
Allah subhanahu wa ta’ala mengganti sedekah kita itu dengan bentuk harta yang
lebih besar dan lebih bermanfaat bagi kita. Allah berikan kita sehat dengan sedekah,
Allah sembuhkan sakit kita dengan sedekah, Allah beri kita keselamatan karena
sedekah, Wallahu a’lam Bishawab.
HARTA YANG SESUNGGUHNYA
Harta yang disedekahkan adalah harta yang tersisa bagi orang yang bersedekah itu.
Yang tidak disedekahkan, itulah yang bukan miliknya. Suatu ketika
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada ‘Aisyah tentang apakah
yang tersisa dari seekor kambing yang disembelih untuk disedekahkan? Ada seekor
kambing yang sudah disembelih untuk disedekahkan. ‘Aisyah menjawab bahwa tidak
ada yang tersisa selain bagian bahunya. Semua babis sudah untuk dibagi-bagikan,
disedekahkan. Maka Nabi pun meluruskan perkataan ‘Aisyah itu dengan
mengatakan: