Anda di halaman 1dari 28

SPESIFIKASI TEKNIS

1. JENIS 1.1 Nama Pekerjaan :


PEKERJAAN Perencanaan Pembangunan Masjid Kampung Baru
Tahun Anggaran 2019
1.2. Masa Pekerjaan :
1.3. Pekerjaan ini meliputi, mendatangkan dan melengkapi semua bahan-
bahan, menyediakan tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan serta
membuat segala pekerjaan persiapan dan tambahan untuk kesempurnaan
pelaksanaan dan kemudian menyerahkan pekerjaan dalam keadaan
selesai dan sempurna.
1.4 Dalam pelaksaan pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan kepada
Bestek dan Gambar-gambar detail, peraturan-peraturan dan syarat-syarat,
daftar penjelasan (Anwijzing ) serta ketentuan dan keputusan Direksi yang
dibuat secara tertulis.
2. UKURAN-UKURAN 2.1 Semua ukuran-ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada
FEIL Gambar Bestek dan Gambar-gambar detail serta yang dinyatakan dalam
Bestek ini.
2.2 Untuk letak Feil ± 0.00 ditentukan dari muka tanah . Atau kalau ada
perubahanditetapkan oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan
Pengawas ditempat pekerjaan dan kemudian akan ditetapkan sebagai
permukaan lantai.
2.3 Segala biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran
( Uizetten ) menjadi tanggungan Pemborong.
3. PEKERJAAN 3.1 Lingkup Pekerjaan
PEMBONGKARAN Pekerjaan bongkaran meliputi pembongkaran bangunan exsisting yang
tertera pada gambar rencana.
3.2 Pelaksanaan Pekerjaan
- Peralatan bongkar menjadi tanggung jawab Penyedia.
- Penyedia harus memperhatikan keadaan sekeliling lokasi pekerjaan
serta keselamatan pengguna lahan tempat bongkaran
- Penyedia harus menginventarisasi komponen-komponen yang akan
digunakan kembali sebelum dibongkar dan sesudah dibongkar dan
memberi catatan tentang cacat dan rusak atas persetujuan Direksi
Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas).
- Penyedia harus mengamankan barang yang akan digunakan kembali
dan menyimpannya pada tempat yang aman.
- Penempatan hasil bongkaran/ puing-puing tidak boleh mengganggu
tahapan pekerjaan selanjutnya dan lingkungan sekitar.
- Apabila ada kerusakan maupun barang yang hilang menjadi tanggung
jawab Penyedia

4. PEKERJAAN 4.1 Lingkup Pekerjaan


PENDAHULUAN Meliputi pengerjaan seluruh bangunan, terdiri dari :
1. Pembersihan Lapangan
2. Pasangan Bowplank
4.2. Persyaratan Bahan
1. Untuk Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja Rangka kayu,
dinding papan dan atap seng BJLS 18.
2. Untuk penampungan air disiapkan drum penampungan, air harus
memenuhi kualitas yang ditentukan dalam PBI 1971.
3. Untuk papan nama proyek digunakan tiang dan kayu meranti dan
tripleks atau plat seng.
4. Bahan bouwplank dipakai kayu meranti 5/7 dan papan meranti
ukuran 2/20.
4.3. Pedoman Pelaksanaan
1. Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan namam proyek dari papan dilapis seng dengan ukuran
200 x 100 cm. Didirikan tegak diatas kayu 5/7 cm setinggi 240 cm.
Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek
memuat :
- Nama proyek
- Pemilik proyek
- Lokasi proyek
- Jumlah biaya (kontrak)
- Nama Konsultan Perencana
- Nama Konsultan Pengawas
- Nama Pelaksana (Kontraktor)
- Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun.
Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus melakukan Pembersihan,
pengukuran dari existing yang ada dan membuat patok-patok dan
pemasangan bowplank.
2. Pagar Keliling Pengaman Pekerjaan
1. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak proyek
seperti yang ditentukan dengan tinggi 2 m.
2. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang
pada tiang
3. Rangka pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan
beton setempat.
4. Pada tempat-tempat yang ditentukan dalam gambar dibuat pintu
masuk untuk kendaraan angkutan dan pintu masuk orang, pintu
terbuat dari rangka kayu dan selanjutnya ditutup dengan finish cat
dengan persetujuan direksi lapangan.
3. Membuat Gudang, bangsal kerja, dan Direksi Keet
1. Ukuran luas kantor pemborong dan los kerja serta tempat simpan
bahan bakar, disesuai dengan kebutuhan pemborong dengan tidak
mengabaikan keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran,
serta memperhatikan tempat yang tersedia sehingga tidak
mengganggu kelancaran kerja dan arus lalu lintas, harus
disediakan 3 buah penyemprot api (extinghuizer) 20 kgs/cm2,
1(satu) dipemborong, 1 (satu) diletakkan di kantor direksi
lapangan, 1 (satu) diletakkan di daerah yang strategis di los kerja.
2. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus
dibuatkan kotak simpan dipagar dengan dinding papan, sehingga
masing-masing bahan tidak tercampur dengan bahan lainnya.
3. Pemborong tidak diperkenankan :
1. Menyimpan alat-alat, bahan bangunan diluar pagar proyek,
walaupununtuk sementara.
2. Menyimpan bahan-bahan yang ditolak direksi lapangan karena
tidakmemenuhi syarat.
4. Pengadaan listrik dan air untuk pelaksanaan pekerjaan
1. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat
sumur pompa ditapak proyek atau air PAM, air harus bersih bebas
dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium.
2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3
dan senantiasa terisi penuh.
3. Listrik untuk bekerja harus disediakan pemborong ,penggunaan
diesel untuk pembangunan sementara atas persetujuan direksi
lapangan.
4.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini
serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
5. PEKERJAAN 5.1 Lingkup Pekerjaan
TANAH DAN Yang termasuk dalam pekerjaan tanah :
GALIAN 1. Penimbunan dengan tanah urug
2. Pematokan
3. Pembersihan
4. Galian tanah termasuk galian saluran
5. Urugan tanah
5.2 Penimbunan dengan tanah urug
a. Sebelum dilakukan penimbunan tanah urug, harus dilakukan
pengukuran untuk ambil 0 lantai dari as jalan.
b. Penimbunan tanah urug harus dipadatkan setiap ketebalan 20 cm.
c. Tanah yang di timbun harus padat dan datar
5.3 Pematokan
a. Sebelum bagian pekerjaan lainnya dimulai, Kontraktor melakukan
pematokan untuk menetapkan AS fan Peil rencana serta batas.
b. Dalam pematokan ini, Kontraktor harus memperhatikan titik-titik
referensi/Bench Mark yang ada.
c. Pematokan dilakukan oleh Kontraktor kemudian diperiksa kembali
bersama oleh Kontraktor dan Direksi.
d. Patok-patok tersebut dari kayu bulat diameter 8 cm dan panjang
60 cm ditancapkan sedalam 50 cm dan bagian yang muncul
diatas permukaan tanah setinggi 10 cm.
e. Patok dari titik-titik yang akan terganggu oleh pekerjaan, harus
dibuat patok-patok referensi pada tempat yang aman dan mudah
terlihat.
f. Patok referensi tersebut ditempel papan yang berisikan
tulisan/penjelasan mengenai posisi dan peil rencana dari titik yang
bersangkutan.
g. Bila Direksi meragukan hasil pekerjaan yang telah ada, Direksi
berhak melakukan pengukuran pemeriksaan ulang
5.4 Pembersihan
a. Bagian taman yang terkena terkena bangunan dibongkar, batang-
batang pohon, akar-akar dan sebagainya harus dibongkar pada
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di permukaan tanah asli
atau permukaan akhir/final grade (ditentukan oleh permukaan
yang lebih rendah) dan bersama-sama dengan seluruh sampah
dalam segala bentuknya, harus dibuang pada tempat yang tidak
tampak dari tempat pekerjaan/akan ditetapkan oleh Direksi.
b. Pohon-pohon yang ditebang, tidak diperkenankan jatuh pada
tanah milik perorangan tanpa izin khusus dari pemiliknya dan
Kontraktor atas tanggungjawabnya menyingkirkan pohon-pohon
tersebut atau membiarkan di tempat semula, asal ada persetujuan
tertulis dari pemiliknya.
c. Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat
pembersihan, harus diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggung
jawabnya sendiri.
d. Dalam hal akan dilakukan pembakaran, Kontraktor harus
memberitahukan kepada pemilik-pemilik tanah yang berbatasan
dengan pekerjaan, paling kurang 48 jam tentang maksudnya akan
melakukan pembakaran.
e. Kontraktor harus selalu bertindak sesuai dengan peraturan-
peraturan pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran di
tempat terbuka.
f. Pada pelaksanaan pembersihan, kontraktor harus berhati-hati
untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-
pipa atas tanda-tanda lainnya.
Pekerjaan pematikan dianggap selesai apabila hasilnya sudah diketahui
dan disetujui oleh Direksi.
5.5 Galian
a. Pekerjaan galian dilakukan pada daerah galian sebagai yang
tercantum dalam gambar rencana.
b. Kedalaman penggalian harus sesuai dengan ketinggian rencana
yang tertera pada gambar rencana berdiri sampai pekerjaan
selesai.
c. Tanah dan batuan hasil galian yang memenuhi persyaratan
material untuk urugan, dipakai untuk pekerjaan urugan.
d. Tanah hasil galian yang tidak dipakai/terpakai untuk urugan
dibuang ke tempat yang akan ditetapkan oleh Direksi.
5.6 Urugan
a. Material untuk urugan, harus material yang sesuai untuk itu dan
disetujui Direksi. Galian tambahan hanya boleh dikerjakan bila
tidak ada material yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan
seluruh pengurugan.
b. Material yang dalam keadaan basah, dimana kalau dalam
keadaan kering dinyatakan dapat dipakai, harus dikeringkan lebih
dahulu sebelum digunakan untuk timbunan.
c. Bila Direksi menghendaki, Kontraktor harus menggali tanah tufa
atau material tanah yang kurang baik mutunya sampai kedalaman
yang dianggap cukup oleh Direksi.
d. Pada daerah-daerah basah/ tergenang air/rawa, Kontraktor harus
membuat saluran-saluran pembuangan sementara atau
memompa air untuk mengeringkan daerah tersebut. Lapisan
lumpur yang ada harus dibuang ke tempat yang akan ditunjuk
oleh Direksi sebelum pengurugan kembali.
e. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pada daerah yang telah
selesai dibabat dan dibersihkan, Kontraktor harus mengerjakan
pengisian lubang-lubang yang disebabkan karena pencabutan
akar-akar pohon, bekas- bekas sumur, saluran dan sebagainya
dengan menggunakan material yang baik sesuai dengan petunjuk
Direksi dan harus segera dilakukan perataan dan pemadatan
pada permukaan tanah tersebut.
f. Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada
persetujuan Direksi.
g. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapisan harus
dipadatkan sampai mancapai kepadatan yang disyaratkan.
Lapisan dari material lepas selain dari material batu- batuan, tebal
tiap lapisannya tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali kalau tersedia
alat pemadat (Compaction Equipment) yang dapat memadatkan
lebih dari 20 cm sampai mencapai kepadatan yang merata untuk
seluruh tebalnya. Setelah kadar air diatur agar dapat dicapai
kepadatan yang maksimum, material lepas harus segera
dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang disyaratkan.
h. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya,
Kontraktor harus melakukan percobaan pemadatan atas petunjuk
Direksi, pada jalur dengan panjang dan lebar tertentu, dengan
alat-alat dan material seperti yang sama yang akan digunakan
pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang
akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dan
kepadatan yang dapat dicapai untuk rencana material urugan
tertentu. Seluruh pembiayaan untuk percobaan ini ditanggung
oleh Kontraktor.
i. Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan adalah
sebagai berikut :
j. Lapisan tanah lebih dari 30 cm di bawah peil permukaan sub
grade, harus dipadatkan sampai 90% dari kepadatan (kering)
maksimum yang dapat dicapai dengan test (AASHO T.99-70.
Untuk mencapai kepadatan CBR 4% lapisan berikutnya tidak
boleh dihampar sebelum lapisan yang terdahulu disetujui oleh
Direksi.
k. Lapisan dibawah permukaan sub grade kurang dari 30 cm harus
dipadatkan hingga mencapai 100% dari kepadatan (kering)
maksimum menurut AASHO T.99-70 untuk mencapai kepadatan
CBR 4%.
l. Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup
untuk dapat mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus
ditambah air dengan alat penyemprot (sprinker) dan
dicampur/diaduk sampai merata (homogen). Material urugan yang
mempunyai kadar air lebih tinggi dari seharusnya tidak boleh
dipadatkan sebelum cukup di keringkan dan disetujui oleh Direksi
untuk dipakai. Pekerjaan pemadatan tanah urugan tadi harus
dilakukan pada kadar air optimum sesuai dengan sifat alat-alat
pemadatan yang tersedia. Pada pelaksanaan, Kontraktor harus
mengambil langkah-langkah yang perlu agar pada pekerjaan
tersebut air hujan dapat mengalir dengan lancar.
m. Apabila Direksi meragukan hasil pemadatan, maka Kontraktor
wajib membuktikan hasil pemadatan lapis per lapis dengan test
langsung di lapangan dan dilaboratorium atas biaya Kontraktor.
n. Laboratorium yang dipakai adalah laboratorium mekanika tanah
yang mempunyai izin usaha dan izin operasi resmi pada
bidangnya.
o. Semua hasil pekerjaan akan dicek kembali terhadap patok-patok
referensi.
Pekerjaan pengurugan dianggap selesai setelah mendapat persetujuan
dari Direksi.
5.7 Pekerjaan Untuk Pondasi
a. Galian tanah pondasi harus sesuai dengan gambar pelaksanaan,
baik kedalaman, lebar maupun tingginya.
b. Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau humus yang
cukup dalam, maka jenis tanah tersebut harus dibuang/dibongkar
dan diadakan perbaikan struktur tanah pondasi.
c. Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi tanah
masih diragukan, Pemborong wajib melaporkan kepada
PENGAWAS/Pemberi Tugas.
6. PEKERJAAN 6.1 Lingkup Pekerjaan
PONDASI Meliputi pengerjaan seluruh bangunan, terdiri dari :
1. Pondasi pasangan batu kali/batu belah
2. pondasi plat setempat beton bertulang.
3. Pondasi Sumuran
6.2 Persyaratan Bahan
1. Untuk pekerjaan batu kali/belah digunakan Batu kali/belah yang
berukuran maksimum 10 cm – 15 cm, berwarna abu-abu hitam
dan tidak berpori.
2. Untuk pondasi plat beton bertulang digunakan bahan yang
memenuhi persyaratan yang diuraikan dalam pasal beton
bertulang
6.3 Pedoman Pelaksanaan
Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-
pengukuran untuk as-as pondasisesuai dengan gambar konstruksi. Setiap
pentahapan pekerjaan Pondasi ini kontraktor harus membuat Shop
Drawing dan persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
Pemborong wajib melaporkan kepada Direksi bila ada perbedaan gambar
konstruksi dengan gambar arsitektur atau bila ada hal-hal yang kurang
jelas. Dibawah dasar pondasi didasari dengan pasir pasang setebal ±10
cm dan dipadatkan.
1. Pondasi pasangan batu kali/batu belah
Sebagai lantai kerja untuk pasangan pondasi ini dipasang
aanstampang, terdiri dari batu kali dan pasir pasang (pasangan batu
kosong). Lapisan ini juga harus dipadatkan, dengan menyiram air
diatasnya, sehingga pasir akan mengisi rongga-rongga batu kali
tersebut. Diatasnya dipasang Pondasi batu kali/belah dipasang dengan
perekat 1 Pc : 4 Ps. Dibagian samping dirapikan (diplester) Pondasi
batu bata dipasang dengan perekat 1 Pc : 4 Ps dan pada bagian sisi
diplester kasar/brappen.
2. Pondasi Plat Setempat.
Setelah pasir urug diberi lantai kerja dengan adukan 1 PC : 3 PS : 5
KR dibuat sesuai dengan gambar detail pondasi Plat Setempat.
Kemudian dilanjut dengan pemasangan pondasi plat setempat beton
bertulang dengan mengunakan mutu beton K-250 bentuk dan
pembesian sesuai dengan gambar dan petunjuk pengawas.
3. Pondasi Sumuran
Setelah Galian, selanjutnya dilakukan penurunan Cincin sumuran
dilanjutkan dengan pengecoran beton Kedap Air K 225, Pengecoran
Cyclopan dengan campur batu belah, dilanjutkan dengan beton spiral
menggunakan besi Ulir jarak 1,25 cm. Dibawah sloff dipasang Poer
beton bertulang dengan mengunakan mutu beton K-250 bentuk dan
pembesian sesuai dengan gambar dan petunjuk pengawas.
6.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini
serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
7. PEKERJAAN 7.1 Struktur Bawah
BETON 1. Lingkup Pekerjaan
BERTULANG Yang termasuk dalam pekerjaan struktur bawah :
- Sloof Beton Bertulang
- Poer Sumuran

2. Syarat-syarat umum
- Mutu beton yang dipakai K-250 dan baja tulangan yang
dipakai BJTD 320 MPa dan BJTP 240 MPa untuk
pekerjaan sloof, seperti dijelaskan pada pasal mengenai
pekerjaan beton.
- Bekisting harus dipasang dengan kuat dan tepat pada
posisi sesuai dengan gambar rencana. Dibawah beton
sloof harus dibuat lantai kerja dari beton tumbuk tebal 5 cm.
- Stek-stek kolom, harus distek setepat-tepatnya sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.
- Harus diperhatikan selebum memasang bekisting dan
tulangan sloof, pipa-pipa pembuangan air-kotor dan supply
air bersih yang lewat dibawah sloof harus sudah terpasang
pada posisi yang tepat.
7.2 Pekerjaan Struktur Atas
1. Lingkup pekerjaan
Meliputi pembuatan kerangka bangunan dari beton bertulang dari
dasar lantai sampai dengan atap termasuk segala bagian strukturnya,
yang terdiri dari Kolom-kolom, balok-balok, pelat-pelat lantai dengan
struktur beton, sirip-sirip beton, dak-dak beton, tangga beton serta
konstruksi beton lainnya seperti yang tertera dalam gambar.
Termasuk dalam pekerjaan ini pada :
Penyediaan dan pemasangan bahan lapisan kedap air pada daerah
basah, serta penyediaan dan pemasangan talang-talang air dari pipa
PVC berikut klem-klemnya.
2. Bahan dan syarat pelaksanaannya
- Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
harus mempunyai mutu karakteristik minimal K-250 menurut PBI-
1971. Kecuali kolom praktis dan ring balok praktis menggunakan
K.175
- Baja yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
harus mempunyai mutu baja minimal BJTP 240 MPa dan BJTD
320 MPa.
- Bahan-bahan lainnyadan syarat-syarat
3. Bahan Beton dan Syarat-syarat pelaksanaannya
A. Bahan-bahan
1. Semen Portland (PC)
1. Persyaratan
- Digunakan Portland Cement Tipe I menurut NI - 8 tahun 1972
dan memenuhi S - 400 menurut Standar Cement Portland yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
- Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam
satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannnya sebagai
bahan campuran.
- Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan
paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
2. Penyimpanan
Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air dan
berventilasi baik, diatas lantai 30 cm. Kantong-kantong berisi
semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis, atau ditumpuk
langsung diatas lantai. Penyimpanan semen harus selalu terpisah
untuk setiap pengiriman.
3. Pemeriksaan
- Kantraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas
kapan dan dimana semen itu dihasilkan. Konsultan Pengawas
mengadakan pemeriksaan di tempat penimbunan dan mengambil
contoh-contoh semen timbunan tersebut untuk keperluan
pemeriksaan di Laboratorium, jika kualitasnya diragukan.
Semen yang dinyatakan afkir oleh Konsultan Pengawas, tidak
boleh dipergunakan dan harus disingkir keluar proyek. Apabila
Kontraktor masih mempergunakan semen yang diafkir tersebut
untuk pekerjaan beton maka kepada Kontraktor dapat
diperintahkan untuk membongkar beton tersebut dan harus
menggantinya dengan semen yang disetujui atas biaya
Kontraktor.
- Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama sesudah
penerimaan, kontraktor hendaknya memakai semen menurut
urutan kronologis yang diterima dalam gudang penyimpanan.
2. Agregat (Pasir, kerikil atau batu pecah)
- Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan
dalam PBI 1971.
- Untuk Beton mutu fc’= 19.3 Mpa (K- 225), fc’= 21.7 Mpa (K-250)
dan fc’= 26.04 Mpa (K-300) mengunakan material kerikil beton
batu pecah (Split)
- Penumpukan material kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar
kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin
adukan beton dengan komposisi material yang tepat.
- Untuk bahan agregat (halus dan kasar) dapat dipakai agregat
alami atau buatan asal memenuhi syarat menurut PBI-1971
- Bila dianggap perlu, dapa dilakukan pengujian butiran dengan
memperhatikan persyaratan PUBI-1982.
- Agregat halus harus bersih, keras dan berbutir tajam, bebas
dari lumpur, gumpalan tanah/lumpur, bahan organik lainnya yang
dapat mengurangi atau merusakkan mutu beton.
- Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang
halus, mudah pecah, keropos, tipis atau panjang-panjang, bebas
dari bahan-bahan organik atau dari substansi yang merusak.
3. A i r
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak,
asam alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
4. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah
- U-32 tegangan Leleh karakteristik minimum 3200 kg/cm2).
Untuk Besi Diameter diatas 12 mm (Besi Ulir) (BJTD)
- U- 24 tegangan Leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2).
Untuk besi Diameter 8 mm s/d Diameter 19 mm (Besi Ulir) (BJTD)
Daya lekat besi tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat
lepas dan bahan lainnya.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan
meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin.
Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus
diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan
diameter yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan Direksi
- Jumlah besi persatuan panjangatau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini
yang dimaksud adalah jumla luas). Biaya tambahan yang
diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung
jawab pemborong.
5. Bahan campuran tambahan (additive)
1. Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture), kecuali
yang disebutkan tegas di dalam RKS dan gambar harus
mendapat izin tertulis dari Konsultan Pengawas. Untuk itu
Kontraktor diharuskan mengajukan permohonan tertulis dengan
menyertakan analisa kimiawinya dan bukti pemakaian di
Indonesia selama 5 tahun terakhir. Bahan campuran tambahan
beton yang dipakai harus sesuai dengan iklim tropis dan
memenuhi persyaratan ASTM C-494 jenis B dan D sekaligus
sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.
2. Penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
Pemakaian additive ini tidak boleh menyebabkan dikuranginya
volume semen dalam adukan.
3. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal sama
sekali tidak boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air
dibawah tanahtidak boleh mempergunakan waterproofer yang
mengandung garam.
6. Bekisting, Cetakan atau Acuan
1. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup
kering dengan tebal minumum 3 cm atau multiplek tebal 18 mm,
diperkuat dengan rangka-rangka penyangga, penyokong dll,
sehingga mampu mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Bekisting harus mampu pula untuk menahan
getaran- getaran vibrator dan kejutan gaya-gaya lain tanpa
berubah bentuk.
2. Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan
sama disemua tempat untuk bentuk dan ukuran yang dikehendaki
sama.
3. Steiger cetakan beton harus dari kayu dolken diameter 8 cm atau
pipa-pipa baja dan tidak diperkenankan mempergunakan bambu.
7. Selimut beton
Penepatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap
untuk setiap bagian-bagian konstruksi, apabila tidak ditentukan
didalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi
pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
- Kepala tiang (poer)
- Balok sloof 4 cm
- Balok 3 cm
- Kolom 4 cm
- Pelat beton 1,5 cm
8. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan struktur adalah, fc’ =
21,7 Mpa dan untuk beton praktis dipakai Beton Mutu fc’ = 14,5 Mpa
(K-175). Sebelum dilaksanakanya pekerjaan beton harus ada
perhitungan mix disain untuk komposisi campuran Mutu beton yang
akan dipakai sebagai pedoman untuk pekerjaan beton tersebut.
9. Dan lai-lain
Pada Bagian beton yang ada pekerjaan lanjutannya harus dibuatkan
stek besi sepanjang 1m’ atau menurut petunjuk direksi (pengawas
Lapangan).
B. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Shop drawing : Perhitungan Konstruksi
Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor diharuskan :
- Membuat shop drawingsuntuk mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
- Memeriksa gambar yang dibuat oleh Konsultan Perencana, jika
terdapat kesalahan yangmembahayakan, kontraktor harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan
meneruskan kepada Konsultan Perencana. Sebelumada
kepastian mengenai kebenaran gambar tersebut, Kontraktor tidak
diijinkan melaksanakan bagian pekerjaan tersebut.
2. Campuran beton
1. Dibuat dengan perbandingan volume sbb:

Campuran Penggunaan
Untuk semua beton bertulang kedap air
B1 1:1
spt. plat atap, luifel dan bak-bak air.
Untuk semua beton bertulang spt. Sloof,
B2 1:2:3 pondasi, beton per, plat lantai, kolom
balok-balok, dll.
Untuk semua beton tak bertulang, rabat,
B3 1:3:5
neut, beton angker dan batu tepi.

2. Beton harus dibentuk daricampurkan semen Portland, pasir beton,


kerikil dan air seperti ditentukan sebelumnya dengan
perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada
kekentalan yang tepat.
3. Penakaran semen dan agregat (halus dan kasar), harus dengan
kotak-kotak takaran yang sama volumenya. Banyaknya air untuk
campuran beton ditentukan sedemikian rupa, sehingga mudah
dikerjakan sesuai penggunaanya dan akan menghasilkan
kepadatan beton yang tepat, kekedapan serta kekuatan yang
dikehendaki.
4. Semua pengadukan jenis beton harus menggunakan mesin
pengaduk (beton molen) yang berkapasitas tidak kurang dari 350
liter. Pengaduk harus rata, sehingga warna dan kekentalannya
sama setiap kali membuat adukan
3. Penulangan
1. Besi tulangan sebelum dipasang harus dibersihkan dari kotoran,
karat lepas, serpih-serpih, minyak gemuk atau lapisan lainnya
yang akan merusa k atau mengurangi daya lekat pada beton.
2. Besi tulangan harus dipotong dan dibentuk dengan teliti sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang tertera dalam gambar. Baja
tulangan tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali
dengan cara yang dapat merusak bahannya.
3. Besi tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat sesuai
gambar rencana. Harus diusahakan, agar posisinya tidak berubah
atau bergeser pada saat beton dipadatkan.
4. Pada umumnya pengujian untuk besi tulangan dilakukan sesuai
PBI-1971 yaitu mempunyai kekuatan leleh minimum 3600
kg/cm2. Jika besi tulangan tersebut tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan, maka kelompok yang tidak memenuhi syarat
tersebut harus disingkirkan dan tidak boleh digunakan.
4. Pengecoran
1. Sebelum dilakukan pengecoran, kontraktor harus mempersiapkan
dengan sebaik-baiknya segala sesuatu yang berhubungan
dengan pengecoran antara lain ; Meneliti kembali tulangan yang
telah dikerjakan dan menyesuaikannya dengan gambar apabila
terdapat kesalahan Tulangan yang bengkok, ikatan-ikatan yang
lepas atau berobah posisinya harus dibetulkan. Meneliti semua
instalasi yang akan tertanam dalam beton, apakah sudah
tertanam dengan baik. Memberitahukan dahulukepada konsultan
Pengawas tentang pengecoran yang akan dilakukan. Jika
tidak ada pemberitahua tertulis atau persiapan pengecoran tidak
disetujui, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang akan dicorkan tersebut.
2. Beton harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan. Untuk
pengecoran suatu unit atau bagian pekerjaan harus dilanjutkan
tanpa berhenti, dan tidak boleh terputus tanpa persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3. Pengecoran harus diselesaikan sebelum adukan mulai mengental
yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit.
Tidak diijinkan mengecor pada waktu hujan turun, kecuali jika
Kontraktor mengambil tindakan yang bisa mencegah kerusakan
beton dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Adukan beton harus dipadatkan secara seksama, dengan
menggunakan alat penggetar. Penggetaran harus dimulai pada
saat adukan dituangkan dan dilanjutkan sampai adukan
berikutnya.
5. Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari,
hujan atau angin sampai beton tersebut mengeras dengan baik
dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat, harus
dilakukan perawatan beton sbb :
- Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton, dibasahi sampai
cetakan tersebut dibongkar.
- Membasahi selama 14 hari terus menerus segera sesudah
permukaan beton cukup keras.
5. Angkutan Beton
1. Cara dan alat-alat yang digunakan untuk mengangkut beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan
kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan,
tanpa adanya kehilangan bahan yang bisa menyebabkan
perobahan nilai slump.
2. Dalam hal ini, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ketempat pengecoran sependek mungkin,
sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan
pemisahan antara kerikil dan spesinya.
3. Beton lift digunakan untuk angkutan vertikal, sedang untuk alat
angkut horizontal bisa menggunakan kereta dorong. Tidak
diizinkan menggunakan ember-ember secara beranting.
6. Pengujian Beton
1. Semua pengujian beton harus sesuai dengan PBI – 1971.
Kekuatan tekan dari beton ditetapkan konsultan Pengawas
dengan silinder berukuran 15 x 30 cm atau kubus berukuran 15 x
15 cm.
2. Kontraktor harus menyediakan fasilitas guna keperluan guna
pengujian yang representative, frekwensi pengujian ditetapkan
konsultan Pengawas berdasarkan tingkat pengecoran dan
struktur.
3. Meskipun hasil pengujian kubus- kubus beton seperti diuraikan
diatas memuaskan, konsultan Pengawas berhak menolak
konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
- Konstruksi beton yang sangat keropos.
- Bentuk dan posisi beton tidak sesuai dengan yang tidak
ditunjukkan dalam gambar.
- Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata, seperti yang
direncanakan.
4. Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump) tidak boleh
kurang dari 8 cm dan tidak melampaui 12 cm.
7. Lobang-Lobang, Klos-klos dan angker dinding
1. Kontraktor harus menentukan letak lobang-lobang, klos-klos
angker dinding dan sebagainya yang diperlukan untuk memasang
rangka-rangka pekerjaan kayu atau pipa-pipa air, listrik dan
sebagainya.
2. Pada sambungan dari kolom beton dengan pasangan dinding
harus diberi angker dari baja lunak diameter 10 mm sepanjang 40
cm dan dibengkokkan ujung yang satu dimasukkan ke dalam
beton sedang sisanya dimasukkkan ke dalam pasangan dinding
tembok. Angker tersebut dipasang setiap jarak 75 cm.
8. Pembuatan dan pembongkaran cetakan
1. Cetakan harus dibuat rapi, kuat dan kaku, sehingga setelah
dibongkar menghasilkan bidang yang rata dan hanya memerlukan
sedikit penghalusan. Celah-celah harus rapat sehingga air
adukan tidak merembes keluar.
2. Cetakan harus betul-betul aman pada kedudukannya sehingga
dapat dicegah adanya pengembangan, lengkungan/lenturan atau
lain gerakan pada waktu beton dituangkan. Penyangga cetakan
harus bertumpu pada dasar yang keras sehingga tidak ada
kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
3. Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan
mengikuti petunjuk konsultan Pengawas. Beton yang masih muda
tidak diizinkan untuk dibebani. Segera setelah cetakan dibongkar,
permukaan beton diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang
cacat, harus segera diperbaiki, diplester dengan campuran
sedemikian rupa hingga sesuai dengan warna, tekstur dan
rupanya dengan permukaan beton yang berdekatan. Hal ini perlu
diperhatikan, terutama untuk beton exposed.
4. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan
dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-
cetakan disamping lainnnya,7 hari untuk dinding-dinding pemikul,
dan 21 hari untuk balok-balok dan plat atap.
5. Bahan-bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus
dikumpulkan dan disingkirkan keluar lapangan agar tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
6. Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran bekisting ini
harus sesuai dengan P91 – 1971.
C. Pedoman Pelaksanaan :
1. Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini,
maka sebagai pedoman tetap dipakai PBI 1971.
2. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila
ada perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan
gambar arsitektur.
3. Adukan beton dan Pengangkutan Pengadukan harus dilakukan
dengan mesin pengaduk (Mixer). Komposisi campuran dari
masing masing material seperti Semen, Pasir Kerikil dan Air harus
sesuai dengan takaran yang susdah disetujui pengawas/direksi
serta berdasarkan Job Mix. Pengangkutan adukan beton dari
tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu
- Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
- Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara
beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump
untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi table 4.4.1 PBI
1971.
4. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang
berdiri dan berjalan-jalan diatas penulangan. Untuk dapat sampai
ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan
berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus
sudah dapat dicabut pada saat beton dicor. Apabila pengecoran
beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus
disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang
diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus
dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang
memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran
kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih
tinggi dari 1,5 m.
5. Perawatan beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan
kelembaban untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk
keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai berikut:
- Dipergunakan karung-karung yang senantiasa basah sebagai
penutup beton.
- Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil,
permukaan tidak mengikuti bentuk yang diinginkan,
munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang
tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau
seluruhnya menurut perintah Direksi. Untuk selanjutnya diganti
atau diperbaiki segera atas resiko pemborong.
7.3 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi
ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan
8. PEKERJAAN 8.1 Lingkup Pekerjaan
DINDING 1. Dinding bata
Pemasangan dinding bata tela setebal 1/2 bata dilakukan untuk
seluruh pembatas ruangan yang tertera dalam gambar dan
dijelaskan dalam gambar detail.
8.2 Persyaratan Bahan
1. B a t a
Bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang,
bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak
menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. P a s i r harus
terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi 5 % berat
2. Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan
yang telah digariskan pada pasal beton bertulang.
8.3 Pedoman Pelaksanaan
1. Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan, yaitu :
a. Pasangan kedap air ( 1 PC : 2 PS )
- Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai
setinggi 30 cm diatas lantai
b. Pasangan dinding saluran keliling bangunan
- Pasangan dinding WC setinggi 150 cm diatas permukaan
lantai
- Pasangan dinding septicktank
c. Pasangan adukan 1 PC : 4 PS berada diatas pasangan
kedap air tersebut.
2. Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam
bak kayu yang memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir
harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai
didapat campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering
akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi
dengan adukan yang baru.
3. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti
dan sesuai gambar, dengan syarat :
a. Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan
pengukuran harus dilakukan dengan benang.
b. Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan
benang tidak boleh melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang
telah selesai.
4. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus
berbeda setengah panjang bata. Bata tidak dibenarkan digunakan
ditengah pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
5. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat
bertangga menurun dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retak
dikemudian hari. Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar diberi
kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan dengan tebal
dinding.
6. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam
dinding, harus dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata
(sebelum diplester).Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus
ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara
sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh
bidang tembok.
8.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi
ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan
9. PEKERJAAN 9.1 Lingkup Pekerjaan
PLESTERAN Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, atau
yang tertera dalam gambar bestek
9.2 Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah
digariskan dalam pasal beton bertulang.
Pedoman Pelaksanaan
1. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
- Dinding dibersihkan dari semua kotoran
- Dinding dibasahi dengan air
- Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam
0.5 cm
- Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar
bahan plesteran dapat merekat dengan baik.
- Dinding Harus dilot.
2. Adukan plesteran pasangan bata kedap air
dipakai campuran 1 PC : 2 PS, sedangkan plesteran
bata lainnya dipergunakan campuran 1 PC : 4 PS
3. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama
tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan
terlalu tebal. Ketebalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm
sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya
diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar
kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
4. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus
diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang
yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata
dengan sekitarnya.
5. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesteran.
6. Pekerjaan plesteran baru dilaksanaka setelah pekerjaan penutup atap
selesai dipasang
9.3 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini
serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
10. PEKERJAN 10.1 Lingkup Pekerjaan
KUSEN, PINTU 1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
DAN JENDELA bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan kosen, daun pintu dan daun jendela
seperti yang dinyatakan/ditunjukan dalam gambar:
- Kusen Pintu dan Jendela
- Daun pintu panel
- Daun pintu kaca
- Daun jendela kaca
- Dll
10.2 Persyaratan Bahan
1. Bahan Rangka Kayu
a. Harus benar - benar kayu mutu terbaik dari jenisnya masing -
masing.
b. Dihindarkan adanya cacat - cacat kayu antara lain yang berupa
putih kayu, pecah - pecah, melengkung, melintir, urat kapur
,basah dan lapuk, melebihi yang diperkenankan sesuai dengan
PUBI- 1982. Pasal 37.tabel 2.
c. Syarat - syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi
syarat PKKI. Pasal 37. Dengan kadar air maksimal 24%.( clean
and dry )
d. Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah kayu Kamper
Samarinda (Drybalanops lanceolata) Kelas kuat I – II atau yang
disetujui oleh Pengawas.
e. Penimbunan kayu ditempat pekerjaan sebelum pemasangan,
harus diletakkan di tempat/ruangan yang kering dengan sirkulasi
udara yang baik. tidak terkena cuaca langsung dan harus
dilindungi dari kerusakan.
f. Seluruh kayu harus dianti rayap, lihat Pasal 05 Spesifikasi ini.
g. Ukuran kusen adalah 50 x 150 atau sesuai dengan gambar detail
h. Tebal rangka kayu daun atau sesuai dengan gambar /
Door Schedule.
2. Bahan perekat
a. Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik.
b. Semua permukaan rangka kayu harus diserut, harus rata, lurus
dan siku.
3. Bahan Panil Daun Pintu.
Daun pintu dengan konstruksi teak plywood/plastic laminated dengan
bahan - bahan :
a. Plastic laminated ketebalan 0.5 (nol koma lima) mm, mutu terbaik
buatan merk Formica atau setara.
b. Kayu yang dipakai adalah kayu Kamper samarinda seperti telah
disebutkan terdahulu, yang telah disetujui oleh Perencana
Pengawas.
c. Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus rata, lurus
dan siku.
d. List akhiran daun pintu, lis kaca digunakan kayu Kamper
samarinda, Sesuai dengan gambar detail.
4. Bahan finishing :
Finishing untuk permukaan kusen dan daun pintu/jendela lihat Door
Schedule,
10.3 Pedoman Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk
meneliti gambar-gambar yang ada kondisi di lapangan (ukuran dan
lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
cara pemasangan, mekanisme dan detail sesuai dengan gambar
detail dari perencana.
2. Seluruh pekerjaan kusen dan daun pintu/ jendela harus dikerjakan
diworkshop, penyimpanan kusen, pintu/ jendela di workshop atau
ditempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/ tempat dengan
sirkulasi yang baik, tidak terkena suaca langsung dan terlindung dari
kerusakan dan kelembaban.
3. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu
dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya
dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-
bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas
penyetelan.
4. Semua kayu tampak harus diserut rata, halus, lurus dan siku-siku satu
sama lain sisi-sisinya, dan di lapangan sudah dalam keadaan siap
untuk penyetelan/pemasangan.
5. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
6. Daun Pintu :
a. Daun pintu sesuai door dan window schedule yang
dipasang pada rangka kayu adalah dengan cara lem, tanpa
pemakuan, jika diperlukan, harus digunakan skrup
galvanized atas persetujuan Perencana dan Pengawas.
tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan yang
tampak. Khususnya untuk formica direkatkan dengan lem
pada permukaan bidang plywood (9 mm) yang telah
dipasang pada kerangka daun pintu, perekatan ini harus
dilakukan dengan press di work shop.
b. Pada bagian daun pintu lapis teak plywood, harus dipasang
rata, tidak bergelombang, dan merekat dengan sempurna
dengan dipress di workshop.
7. Permukaan teak plywood tidak boleh didempul.
8. Setelah pemasangan kusen atau daun pintu Kontraktor diwajibkan
memberikan perlindungan sedemkian rupa sehingga terhindar dari
kerusakan – kerusakan oleh benturan-benturan benda – benda lain
dan dari kelembaban ataupun terkena cuaca langsung.
9. Apabila terjadi cacat atau kerusakan-kerusakan baik yang terlihat
maupun yang tersembunyi, Kontraktor wajib memperbaiki ataupun
mengganti dengan yang baru sampai dengan disetujui
oleh Perencana atau Pengawas dengan seluruh biaya ditanggung
oleh Kontraktor.
9.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
11. PEKERJAAN 11.1 Lingkup Pekerjaan
RANGKA ATAP DAN 1. Lingkup Pekerjaan meliputi :
PENUTUP ATAP - pengadaan bahan baja ringan canal C 75-100 untuk rangka kuda-
kuda , dan Reng U 0.45 sebagai pengikat, beserta perlengkapan
lainnnya seperti dinabol , boor, gurinda ,gunting pemotong dll.
- Pekerjaan Penutup Atap
Semua bahan-bahan harus terlebih dahulu diperiksa dan diterima
Direksi / Pengawas. Pemasangan seng tidak boleh menggunakan
bahan yang retak, pecah
11.2 Metode Pelaksanan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan rangka atap (Fabrikasi),
Kontraktor harus membuat shop drawing terlebih dahulu yang
mencakup tentang dimensi batang, ukuran batang, elevasi, detail
dudukkan lengkap dengan anker, detail sambungan antar komponen
lainnya seperti penutup atap maupun detail dan informasi lainnya
untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas.
2. Pemasangan atap langsung pada reng dengan menggunakan
baut/screwp
3. Tiap sambungan pemasangan atap diberi tindisan sesuai dengan
spesifikasi pabrik atau petunjuk pengawas dan direksi, sehingga
hasil akhir pasangan akan rapi dan tidak bocor.
4. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga
tidak mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah
pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar
dan dipasang baru.
11.3 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapanga.

12. PEKERJAAN 12.1 Lingkup Pekerjaan


LANTAI Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, dan
dinyatakan dalam gambar bestek. Finishing lantai dipakai keramik
yang ukuran disesuai kan dengan gambar bestek atau ditentukan
lain oleh direksi/pengawas lapangan.
12.2 Bahan yang digunakan
- Pasir Urug
- Coran dasar lantai dengan mutu beton K-175 setebal 7- 8 cm
- G r a n i t 60 x 60 cm Granito
- G r a n i t 40 x 40 cm Granito
- G r a n i t 30 x 30 cm Granito
- K e r a m i k 30 x 30 cm Platinum untuk WC/ KM
- K e r a m i k 30 x 60 cm Platinum untuk dinding WC/KM
- U n t u k penempatan/pemasangan material tersebut diatas
disesuaikan dengan gambar bestek serta petunjuk direksi dan
pengawas lapangan.
12.3 Pedoman Pelaksanaan
1. Pada lantai baru dihampar Pasir urug setebal
10 cm disiram dengan air dan dipadatkan pakai stamper
pemadat.
2. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus Memeriksa semua
pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang
harus sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan lantai
dimulai.
3. Adukan
Untuk perataan lantai lantai Dicor dengan beton mutu K-175 setebal
7 – 8 cm. Adukan untuk Granit 1 PC : 3 Ps Adukan untuk
pemasangan Granit yaitu semen dicampur air, sehingga didapat
campuran yang plastis.
4. Pemasangan
Adukan perekat untuk Granit harus betul-betul padat/penuh agar
tidak terdapat rongga-ronggA dibawahkeramik/granit tersebut yang
dapat melemahkan konstruksi. Sambungan antara keramik/granit
dengan keramik lainnya harus sama lebarnya, lurus dan harus
diisi dengan air semen (tepung AFA) yang warnanya
disesuaikan dengan warna keramik atau ditentukan kemudian
oleh direksi teknis. Hasil pasangan akhir harus rata dan waterpass
dan tidak bergelombang
5. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan
cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian
cacat tersebut harus dibongkar sampai berbetuk bujur sangkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
6. Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass.
12.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
13.PEKERJAAN 13.1 Lingkup Pekerjaan
PLAFOND Pekerjaan yang dilaksanakan untuk menutup rangka loteng pada
ruang dan luar ruangan (sesuai gambar).
13.2 Persyaratan Bahan
- Rangka loteng induk atau yang menempel pada dinding bata
dipakai kayu klas II ukuran 5/10 cm berkualitas baik. Rangka
pembagi digunakan kayu klas II kualitas baik ukuran 5/7 cm dan
dan di ketamlicin pada bagian bawah kayu yang akan dipasang
triplek, rangka loteng ditutup dengan Triplek tebal 6 mm, 5 mm, 3
3mm, yang berkualitas baik dengan ukuran sesuai gambar.
Produksi dalam negeri kualitas terbaik.
13.3 Pedoman Pelaksanaan
- Rangka loteng induk dipasang dengan urutan pertama, yang
dipakukan pada gapit kuda – kuda(balok tarik). Rangka ini
kemudian dipakai penggantung dari papan kualitas terbaik ke kiri
kuda –kuda dan gording. Setelah rangka induk terpasang 5/10,
dilanjutkan pemasangan rangka pembagidari kayu meranti ukuran
5/7 cm.
- Pemasangan rangka ini harus rapi dan waterpass Kontraktor
harus bertanggung jawab ataskerapian pemasangan rangka ini.
- Pada bagian bawah kayu rangka sebelum dipasang diketam licin
terlebih dahulu
- Ukuran pemasangan rangka plafon dilaksanakan
dengan pola atau ukuran 60 x 120 cm
- Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-
klos, baut, angkur dan penguatlainnya diperlukan hingga terjamin
kekuatannya dengan memperhatikan kerapian terutama
untukbidang yang tampak, tidak ada boleh ada lubang atau cacat
bekas penyetelan.
- Untuk pemasangan triplek pada rangka plafon digunakan
paku triplek
- Pemasangan plafon triplek dipasang dengan ukuran 60 x 120 cm
- Pada bagian bawah rangka plafon yang menempel pada triplek di
cat dengan meni kayu.
- Naad pada pasangan plafon triplek maksimal 5 mm
- Bidang permukaan penutup plafon harus rata, lurus dan
waterpass serta tidak bergelombang.
- Pertemuan antara plafond dengan dinding ditutup dengan lest
profil
13.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
14. PEKERJAAN 14.1 Lingkup pekerjaan
PENGECATAN 1. Meni kayu untuk bidang kozen yang melekat ketembok dan lain-
lain.
2. Meni besi untuk baut-baut dan besi strip.
3. Cat kayu untuk bidang-bidang kayu kozen yang nampak, daun
pintu panel dan ventilasi kayu, serta list plafond.
4. Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton
dan plafond.
5. Cat Impra Melamin untuk bidang-bidang kayu kozen yang
nampak, daun pintu panel dan ventilasi kayu, list dan partisi
kayu.
14.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
1. Meni kayu dan besi sekualitas Nippon Pain.
2. Plamur
3. Cat Bagian Luar Dinding Bata Menggunakan cat type
Weatershield
4. Cat tembok sekualitas Catylac
5. Residu kualitas baik tidak luntur.
14.3 Pedoman pelaksanaan
1. Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan
plafond.
2. Pekerjaan meni, residu harus betul-betul rata, berwarna sama,
pengecatan minimal 2 (dua) kali.
3. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
4. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai
berikut :
- Penggosokan dinding deangan batu gosok sampai
rata dan halus, setelah itu dilap dengan kain basah
hingga bersih.
- Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai
rata. Setelah betul-betul kering digosok dengan amplas
halus dan dilap dengan kain kering yang bersih.
- Pengecatan dengan cat tembok emulsion sampai rata,
minimal 2 (dua) kali.
- Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna
merata dan sama.
5. Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :
- Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.
- Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan
bidang pengecatan yang merata sama dan tidak
terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas.
6. Warna yang digunakan
- Ditentukan oleh pemberi tugas atau pemilik dari bangunan
tersebut
14.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
15. PEKERJAAN 15.1 Umum
INSTALASI LISTRIK 1. Maksud dan tujuan dari spesifikasi ini adalah merupakan
pedoman pelaksanaan pekerjaan instalasi penerangan listrik yang
lengkap dan siap pakai, termasuk penyedian material,
pemasangan, testing, dan pemeliharaan selama masa
pemeliharaan.
2. Keterangan kecil yang tidak diterangkan dalam spesifikasi ini
maupun dalam gambar akan tetapi perlu untuk dilaksanakan
untuk kesempurnaan pekerjaan secara menyeluruh berdasarkan
peraturan yang berlaku, maka hal ini dianggap sudah termasuk
dalam spesifikasi ini.
3. Pemborong harus memiliki Surat Pengesahan Instalasi (SPI) dan
Surat Izin Kerja (SIKA) yang dikeluarkan oleh PT. PLN masih
berlaku, minimal kelas A.
4. Pemborong harus menyediakan seluruh material dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan sesuai standard sehingga
seluruh instalasi dapat beroprasi dengan sempurna.
5. Pemborong harus menyediakan tenaga ahli di lapangan yang
setiap saat dapat dihubungi oleh Pengawas Proyek.
6. Pemborong harus mengganti material yang rusak atau yang tidak
disetujui oleh pemberi tugas/pengawas proyek, selama proyek
belum diserahkan terimakan.
7. Pemborong harus dapat bekerja sama dengan pemborong lainnya
yang bekerja pada preoyek ini.
8. Pemborong harus mengganti atau memperbaiki bangunan yang
rusak akibat pekerjaan instalasi.
9. Segala sesuatu yang meragukan harus ditanyakan kepada
pemberi tugas atau pengawas lapangan.
15.2 Standar Pelaksanaan
Standard dan referensi yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan ini adalah :
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977 (PUIL).
2. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
02/P/M/Pertamben/1983, tanggal 3 Nopember 1983; tetang
Standard Listrik Indonesia.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.
023/PRT/1978; tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik
(SPL).
4. Juga dijadikan Standard pegangan antara lain adalah:
5. AVE Belanda
6. VDE Jerman
7. British Standard Associates
8. USA Standard
9. JIS
15.2 Lingkup Pekerjaan
Pengadaan dan pemasangan serta pengujian seluruh material listrik
sesuai dengan gambar dan spesifikasi ini.
15.3 Bahan
- Spesifikasi dan jenis lampu yang digunakan seperti tertera dalam
gambar.
- Lampu dan Ballast menggunakan merk Phillips.
- Saklar, stop kontak menggunakan merek Clipsal jenis inbow.
- Saklar dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai. Sedangkan
stop kontak dipasang pada ketinggain 40 cm dari lantai.
- Kabel lampu jenis NYM ukuran sesuai dengan gambar atau
minimum luas penampang 2x2,5 mm2 untuk lampu warning light
dan 3x4 mm2 untuk lampu sorot, standard SII merk Suprime atau
Kabelindo atau Tranka atau Jembo atau setaranya.
- Kabel pentanahan yang terpisah dari untaian kabel power harus
berwarna hijau dari jenis NYA.
- Kabel tray menggunakan type heavy duty lengkap dengan support
dan asesoris pendukung lainnya.
- Kabel power jenis NYFGbY 4x50 mm2, standard SII merk suprime
atau Kabelindo atau Tranka atau setaranya.
- Panel jenis otdoor dan outbow yang dilengkapi dengan kunci serta
papan nama.
- Breaker jenis 1 phasa 1 pole dan 3 phasa 3 pole setara GAE,
AEG, BBC, Mitsubishi.
- Junction box minimal mempunyai diameter outlet 0,5 inch dan
dilengkapi dengan tutup.
- Isolasi memakai jenis PVC setara 3M.
- Material consumable lainnya disesuaikan dengan standard dalam
15.4 Pedoman Pelaksanaan
- Kabel power adalah kabel antar panel yang dipasang di bawah
tanah atau dibawah lantai atau di atas plafon.
- Untuk pemasangan dibawah tanah harus ditanam dengan
kedalaman minimal 80 cm dengan konstruksi lebar galian paling
bawah minimal 30 cm dan di atas kabel harus ditimbun pasir
setebal 15 cm dan dilanjutkan pelapisan dengan batu bata dan
tanah timbunan. Pemasangan batu bata melintang atau 10 buah
permeter lari.
- Pada rute tertentu harus diberi tanda AWAS KABEL untuk
keamanan.
- Untuk pemasangan di bawah lantai atau jalan, kabel harus
dimasukkan kedalam pipa sparing yang sesuai, sedangkan untuk
diatas plafon dapat diklem pada rangka plafon atau rak.
- Jika terjadi persilangan dengan pipa air atau parit atau kabel
lainnya, maka kabel juga harus dimasukkan ke dalam pipa sparing
yang sesuai.
- Jari-jari belokan pada kabel minimal 10 kali diameter terluar dari
kabel dan koneksi dibuat sekokoh mungkin.
- Panel dipasang menempel pada dinding dengan tower dengan
tinggi maksimum bagian atas panel adalah 200 cm dari lantai.
- Out put panel pada tower dari atas dan input dari bawah panel.
- Penyusunan breaker dan konponen lainnya di dalam panel harus
mudah dioperasikan dan mudah dalam pemeriksaan serta semua
komponen dapat diganti dari arah depan panel.
- Setiap breaker harus diberi tanda nomor atau group untuk
memudahkan dalam pengoperasian.
- Pada setiap panel ditempelkan wiring diagram panel serta wiring
diagram yang berhubungan dengan input power.
- Setiap peralatan yang terbuat dari bahan metal atau yang bersifat
konduktor harus dihubungkan sistem-sistem pentanahan, begitu
juga konstruksi baja tower harus ditanahkan yang disatukan
dengan pentanahan penangkal petir.
- Armor kabel harus dihubungkan dengan sistem pentanahan.
- Tahanan tanah untuk sistem pentanahan instalasi listrik maksimal
5 ohm.
- Seluruh sistem pentanahan harus terhubung satu sama lainnya.
- Elektroda pentanahan ditanam minimal sampai kedalaman 6 M.
15.5 Pengujiandan Pemeriksaan
Kontraktor harus mengadakan pengujian dan pemeriksaan terhadap
seluruh pekerjaan dan menjamin akan bekerja dengan sempurna yang
disaksikan oleh pengawas proyek yang ditunjuk. Pengujian dan
pemeriksaan meliputi :
- Pengujian Tahanan Isolasi
Pengujian tahanan isolasi terhadap kabel instalasi minimal 2
Mega ohm dengan menggunakan magger 500 volt.
- Continuty Test
Dilakukan setelah pengujian tahanan isolasi, hal ini dimaksud
untuk meyakinkan dan memastikan bahwa koneksi kabel sudah
benar.
- Power Receiving Test
Dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan pada peralatan
yang telah dipasang sehingga siap untuk dioperasikan.
- Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sebelum pelaksanaan, sedang
pelaksanaan dan setelah pelaksanaan dilakukan.
15.6 Lain-Lain
Kontraktor harus berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan guna
menghindari terjadinya kecelakaan baik terhadap orang, peralatan
maupun material. Jika pada suatu saat peralatan atau material
ditempatkan pada suatu tempat yang bersifat sementara, maka
tempatnya harus jauh dari lalu lintas, jauh dari sumber-sumber yang
dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan dan cacat pada peralatan
maupun material tersebut.
15.7 Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan
16. PENUTUP 16.1 Seluruh pekerjaan dipedomani Dokumen (Bestek)
16.2 Sebelum dilaksanakan seluruh pekerjaan terlebih dahulu dikonsultasikan
dengan pengawas Lapangan.
16.3 Sebelum pekerjaan ditimbang terimakan, Pemborong harus membersihkan
sisa-sisa bangunan dan kotoran lainnya keluar lokasi.
16.3 Walaupun dalam Bestek ini tidak lengkap tercantum satu per satu baik
mengenai keur bahan-bahan dan lain-lain sebagainya, tetapi
tercantum dalam Perpres No.70 tahun 2012 tetang Penyelenggaraan
Jasa Kontruksi, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan dan bukan
merupakan pekerjaan tambah kurang.

Ternate, Maret 2019


Konsultan perencana

Andi Muh. Ihsan, ST.


Team Leader

Anda mungkin juga menyukai