Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

A. Pengertian dan Istilah Hak Asasi Manusia


Menurut Mustafa Kamal Fasha (2002), yang dimaksud hak asasi manusia adalah hak-hak
dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah
Allah swt.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir dan melekat
denganpotensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan (Gazali, 2004).
Hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia hidup (Winarto,2913).

Pengertian hak asasi manusia menurut pakar hokum Indonesia, Ketetapan MPR-RI No.
XVII/MPR/1998 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia :
1. Darji Darmogiharjo
“Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.” Hak-hak asasi ini
menjadi dasar daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.
2. Padmo Wahjono
“Hak-hak Asasi Manusia adalah hak yang memungkinkan orang hidup berdasarkan
suatu harkat dan martabat tertentu (beradab).”
3. Ketetapan MPR-RI No. XVII/MPR/1989 tentang Hak Asasi Manusia yang diuraikan
dalamlampiran ketetapan ini padang angka 1 huruf D butir satu :
“Hak Asasi Manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan
harkat dan martabat manusia.”
4. Undang-Undang No. 39 tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 1 :
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.”

Di Timur Tengah Hak Asasi Manusia dikenal dengan istilah “Huquuqul Insan”, di Barat
dikenal dengan “human rights” dan di Perancis dikenal dengan istilah “droit de I home”
dan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “mensen rechten”.

B. Macam-macam Hak Asasi Manusia


Bila dilihat dari objek dan kepentingannya, hak asasi manusia dapat dibagi menjadi 7
tujuan macam sebagai berikut :
1. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights yaitu hak bagi setiap orang untuk bebas
menyampaikan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan lain
sebagainya selama tidak melanggar hak-hak orang lain.
2. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memperoleh sesuatu,
membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau rights of legal equality.
4. Hak-hak asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih, hak mendirikan parpol, ormas, dsb.
5. Hak-hak asasi social dan kebudayaan atau social and cultural rights yaitu hak bagi
setiap orang untuk mengikuti kegiatan social, memilih pendidikan dan memajukannya
serta mengembangkan kebudayaan.
6. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
atau procedural rights.
7. Hak-hak asasi untuk membangun suatu Negara atau rights to development yaitu hak
untuk membangun negaranya tanpa campur tangan Negara lain.

Isi “Bill of Rights” yaitu :

1. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.


2. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
3. Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizing parlemen.
4. Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaannya masing-masing.
5. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
Piagam PBB tentang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 meliputi :
1. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat
2. Hak memiliki sesuatu
3. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran
4. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama
5. Hak untuk hidup
6. Hak untuk kemerdekaan hidup
7. Hak untuk memperoleh nama baik
8. Hak untuk memperoleh pekerjaan
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hokum.

Macam-macam HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999 :

1. Hak untuk hidup (Pasal 4)


2. Hak berkeluarga (Pasal 19)
3. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
4. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
5. Hak untuk kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
6. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
7. Ha katas kesejahteraan (Pasal 36-42)
8. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43,44)
9. Hak wanita (Pasal 45-51)
10. Hak anak (Pasal 52-66).

C. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia


Perjuangan perlindungan terhadap HAM sudah ada sejak manusia ada di bumi ini. Hal ini
dapat diketahui melalui sejarah para Nabi dan Rasul Allah swt. Dan di dalam Al-Qur’an
sudah diatur perlindungan terhadap HAM.
Dalam sejarah dunia, Negara Eropa yang pertama kali memperjuangkan HAM adalah
Inggris dengan lahirnya “magna charta” tahun 1215 pada masa pemerintahan Raja Jhon
yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan para bangsawan. Tahun 1628
muncul piagam “Petitin of Righs” yang mengatur hak-hak rakyat, jaminan perpajakan,
dan hubungan dengan aparatur Negara. Tahun 1689 lahirlah “Bill of Rights”.
Di Amerika Serikat perjuangan HAM didasari oleh pemikiran Jhon Loke tentang hak-hak
alam dan tercantum dalam United States Declaration of Independence.
Di Perancis dirumuskan dalam suatu naskah yang dikenal dengan Declaration des Droits
de L’homme et Du Citoyen (perrnyataan mengenai HAM dan warga Negara) pada tahun
1789. Dan muncul semboyan Liberty, Egality, dan Fraternity (Kebebasan, Persamaan,
dan Persaudaraan).
Pada 10 Desember 1948, PBB merumuskan Universal Declaration of Human Rights
yaitu pernyataan Negara-negara di dunia tentang HAM.

D. Hak-hak Asasi dalam Pancasila


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Hak bagi setiap orang untuk bebas menganut agama menurut kepercayaan masing-
masing, setiap agama mempunyai hak dan kedudukan yang sama terhadap Negara.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia di bumi ini sama tinggi rendahnya, setiap bangsa berhak hidup merdeka,
bebas dari kolonialisme dan imperialisme. Sebagai individu, manusia berhak untuk
bebas dari gangguan yang datang. Sebagai makhluk social, penggunaan hak asasi
tidak melanggar hak orang lain.
HAM pada Sila ke-2 telah diakui dunia, yaitu :
a. Hak untuk tidak diperbudak
b. Hak untuk tidak dianiaya
c. Hak memperoleh tata cara peradilan dan perlindungan
d. Hak dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya menurut undang-
undang.
3. Persatuan Indonesia
Setiap suku, golongan, partai, dan organisasi social lainnya yang ada di Indonesia
punya hak dan kedudukan yang sama dalam NKRI.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (Kedaulatan Rakyat)
Kedaulatan rakyat berisikan pengakuan harkat dan martabat manusia yang berarti
menghormati dan menjunjung tinggi segala hak-hak yang melekat pada setiap
individu, hak-hak individu tidak hilang dan harus dihormati dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Bertujuan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, berarti setiap
orang berhak memiliki kehidupan yang layak sebagai manusia yang terhormat.
Dijamin bagi setiap orang untuk hidup layak, adanya hak milik dan lain-lain.

E. Hak-hak Asasi Manusia dalam UUD 1945


HAM telah diatur pada UUD 1945 dalam Pasal 27 sampai Pasal 34 dan secara tegas
kalimat HAM dalam Bab XA diatur dalam Pasal 28A-28J.
HAM dalam Pasal 27-34 yaitu :
a. Hak mendapatkan kedudukan yang sama di dalam hokum dan pemerintahan (Pasal 27
ayat 1)
b. Hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2)
c. Hak warga Negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan Negara (Pasal 27 ayat 3)
d. Hak untuk berserikat dan berkumpul (Pasal 28)
e. Hak untuk menyampaikan pendapat (Pasal 28)
f. Hak kebebasan beragama (Pasal 29)
g. Hak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamana Negara (Pasal 30 ayat 1)
h. Hak mendapat pendidikan (Pasal 31 ayat 1
i. Hak memajukan kebudayaan nasional (Pasal 32 ayat 1)
j. Hak-hak ekonomi (Pasal 33 ayat 3)
k. Hak fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (Pasal 34 ayat 1)
HAM dalam Pasal 28A-28J :
1. Hak hidup bagi setiap orang (Pasal 28A)
2. Hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Pasal 28A)
3. Hak membentuk keluarga (Pasal 28B ayat 1)
4. Hak melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah (Pasal 28B ayat 1)
5. Hak kelangsungan hidup anak (Pasal 28B ayat 2)
6. Hak pertumbuhan anak (Pasal 28B ayat 2)
7. Hak perkembangan anak (Pasal 28B ayat 2)
8. Hak perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B ayat 2)
9. Hak setiap orang untuk mengembangkan dirinya melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya (Pasal 28C ayat 1)
10. Hak untuk mendapatkan pendidikan (Pasal 28C ayat 1)

dst.

F. Rangkuman
HAM adalah hak dasar yang secara konkret melekat pada diri manusia, bersifat universal
dan abadi. Oleh karena itu, HAM harus dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi dan
dipertahankan oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang, dan tidak boleh
diabaikan atau dirampas oleh siapapun demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Indonesia sebagai anggota PBB mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk
menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang HAM yang ditetapkan
oleh PBB 10 Desember 1948. Indonesia sebagai Negara hukum telah menetapkan dasar
ketentuan perlindungan HAM dalam Pancasila dan UUD 1945.
Setelah UUD 1945 diamandemen, ketentuan perlindungan HAM telah berkembang
bahkan hampir meyentuh seluruh aspek kehidupan manusia secara individu maupun
masyarakat.
BAB 6
PANCASILA DAN SISTEM FILSAFAT

A. Pancasila Adalah Suatu Filsafat


Pancasila sebagai dasar filsafat dasar negara (Philosophische Grondslag) yang nilai-
nilainya terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku
di Indonesia. Sistem biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu satu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974).

A. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Dikatakan sebagai sistem filsafat karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Adanya kesatuan dari kelima sila Pancasila.
2. Adanya keteraturan daripada sila-sila Pancasila.
3. Adanya keterkaitan antara sila yang satu dengan sila yang lain.
4. Adanya kerja sama antar sila.
5. Adanya tujuan bersama yang terkandung sebagai dasar filsafat negara
Ada beberapa alasan perlunya kajian Pancasila:
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objektif dan Genetivus Subjektif
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
4. Landasan Aksiologis Filsafat Pancasila

B. Sumber Historis Sosiologis dan Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Masyarakat Nusantara tekah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal,
yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hundu dan Buddha, 7 abad pengaruh Islam, dan 4 abad
pengaruh Kristen.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Berdasarkan jejak perjalanan bangsa Indonesia, sila tersebut memiliki akar yang kuat
dalam historisitas kebangsaan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia menghadirkan suatu
bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki komitmen pada
penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, pedamaian, dan keadilan sosial.
c. Sila Persatuan Indonesia
Merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta kebaruan dan kesilaman.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagiaan yang telah berkobar ratusan
tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia.

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sumber sosiologis dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama,
masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal
masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, way of life, yang terdapat dalam agama,
adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat
ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagi sistem filsafat dengan teori-teori yang
bersifat akademis.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sumber politik dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama meliputi
wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI,
dan kuliah umum Soekarno, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok
kedua, mencakup berbagai argument politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang
disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.
C. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Pada era pemerintahan Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai
sistem filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis (weltanschauung). Pada era
reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya.

2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Kapitalisme
Yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik modal untuk
mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya adalah
upaya untuk menyejahterakan masyarakat.
Komunisme
Sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan kapitalisme sebagai
produk masyarakat liberal.

Anda mungkin juga menyukai