OLEH
M. ZUNUZA
06701105 / MKn
K O L A
E
H
S
PA
A
N
C
A S A R JA
S
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
TESIS
OLEH
M. ZUNUZA
06701105 / MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Mengetahui:
Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Telah Diuji Pada
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
SEMINAR HASIL PENELITIAN
(TESIS)
PEMRASARAN : M. ZUNUZA
NIM : 06701105
HARI / TANGGAL :
PUKUL :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN
BERITA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG
SAHAM PERSEROAN TERBATAS
M. Zunuza 1)
Bismar Nasution 2)
Chairani Bustami 2)
Syahril Sofyan 2)
INTISARI
1)
Mahasiswa Strata-2 Program Magister Kenotariatan (M.Kn), Sekolah Pascasarjana USU, Medan.
2)
Dosen Program Magister Kenotariatan (M.Kn), Sekolah Pascasarjana USU, Medan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
solusi yang mudah dapat ditempuh, dengan melakukan penundaan rapat umum
pemegang saham tersebut untuk 14 belas hari (2 minggu) ke depan, mencari sumber
konflik agar dapat menyelesaikan perdamaian, atau jika sangat perlu menghadirkan
orang-orang yang disegani atau oleh pihak atau badan arbitrase pengacara dan
sebagainya. Namun notaris bukanlah pelaku rapat hanya pembuat akta dari apa yang
dibicarakan dalam rapat itu. Tanggung Jawab Notaris dalam pembuatan Akta Berita
Acara RUPS dalam ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun
2004, adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, yang
mempunyai tanggung jawab atas kebenaran isi berita acara rapat yang dibuat dan
menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum bagi para pemegang
saham sendiri ataupun kepada pihak ketiga demi kelanjutan perseroan terbatas
tersebut tanpa berpihak kepada siapapun.
Disarankan untuk Notaris agar dapat bersifat bijaksana, arif, seimbang dan
tidak memperburuk suasana konflik, dengan berusaha mendinginkan dan
mendamaikan konflik yang sedang terjadi pada rapat umum pemegang saham
perseroan terbatas, jika tidak tercapai kata sepakat mungkin dapat dilimpahkan ke
Pengadilan Negeri.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
RESPONSIBILITY NOTARY IN MAKING MINUTES OF MEETING OF
DECISION PUBLIC MEETING SHAREHOLDER OF
LIMITED LIABILITY COMPANY
M. Zunuza 1)
Bismar Nasution 2)
Chairani Bustami 2)
Syahril Sofyan 2)
ABSTRACT
1)
Student of Magistrate of Notary, Postgraduate Study, Sumatera Utara University, Medan.
2)
Lecturer of Magistrate of Notary, Postgraduate Study, Sumatera Utara University, Medan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
happening of meeting moment conflict performed: giving easy solution can be gone
through, by conducting postponement of the shareholder meeting for 14 days
compassion (two weeks) forwards, searching the source of conflict so that can finish
peace, or if very require to attend people who respected or by party or body of
arbitrate lawyer etcetera. In this case, notary is not perpetrator of meeting, but only
maker of act from what discussed in that meeting. Responsibility Notary in making
Minutes of RUPS in occupation Notary Law Number 30 Year 2004, is common
functionary in charge to make minutes and other authority as referred to in this law,
which take charge of to the truth of minutes of meeting and guarantee rule of law,
orderliness and protection of law to all shareholder and or to third party for the shake
of the limited liability company continuation without standing up for whoever.
Its suggested for Notary so that have the character of wisdom, wise, well-
balanced and do not make worse conflict condition, by trying to pacify conflict which
is happened at public meeting shareholder of limited liability company, if agreement
cannot be taken, hence can be brought to the General Court.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan anugrah-
Nya, dapat diselesaikan tesis yang berjudul “Tanggung Jawab Notaris Dalam
mana ini semua bukan karena kepintaran ataupun kemampuan tetapi dengan segala
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan moril, masukan dan saran, sehingga dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada yang
terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.,
Ibu Chairani Bustami, S.H., Sp.N., M.Kn., dan Bapak Syahril Sofyan, S.H., M.Kn.,
penulisan ini.
Kemudian juga, penulis tujukan kepada para dosen penguji di luar komisi
pembimbing, yaitu yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad
Yamin, S.H., M.S., C.N., dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.,
yang telah berkenan memberi masukan, petunjuk dan arahan yang konstruktif
terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna
dan terarah.
1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktris Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, dan para Asisten Direktris serta seluruh Staf atas
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program
beserta seluruh Staf atas bantuan dalam memberikan kesempatan dan fasilitas
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu dengan
sepenuh hati dan memberi senyuman yang terbaik kepada penulis, terutama saran
Notaris Teti Adriani, S.H., dan Notaris/PPAT Syafnil Gani, S.H., M.Hum., yang
telah banyak memberikan bantuan informasi dan data yang diperlukan demi
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
6. Kepada teman-teman terutama Trisna Yunarsih, S.H., M.Kn., yang sangat
angkatan pertama kelas khusus, Rustam Aji, S.H., M.Kn., Tawil, S.H., M.Kn.,
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang
tercinta Bapak H. Zulkarnain, ZA., S.H., MM., MBA., dan Ibu Hj. Mardiana, yang
telah memberikan dorongan moril maupun materil terutama dukungan doa kepada
saya, tak lupa juga adik-adik dan kakak yang tersayang Rahmawati, S.E., M. Habibil
Tidak lupa juga saya ucapakan kepada yang tersayang Chitra Ariani, S.H.,
yang selalu memberikan dorongan kepada saya serta doanya sehingga penulisan tesis
Akhir kata diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penulisan tesis ini. Semoga tesis dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
M. Zunuza
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
B. Permasalahan ....................................................................... 11
b. Konsepsi ......................................................................... 19
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB III UPAYA NOTARIS MENGATASI KONFLIK DALAM
PEMBUATAN BERITA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG
SAHAM ..................................................................................... 68
BAB I
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbatas, yang dalam tatanan hukum Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang
Undang-Undang nomor 1 tahun 1995 merupakan suatu tindakan pertama keluar dari
lingkungan salah satu kodifikasi, yaitu: Wetboek van Koophandel yang lazim dikenal
Perseroan Terbatas yang diatur dalam KUHD sudah tidak lagi dapat mengikuti dan
Tahun 2007 yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007 oleh DPR RI dan telah
diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2007. Selanjutnya dalam tulisan ini disingkat
menjadi UUPT No. 1 Tahun 1995 atau UUPT No. 40 Tahun 2007.
Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum, dimana
badan hukum ini disebut dengan “perseroan”. Istilah perseroan pada perseroan
terbatas menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri
dari sero-sero atau saham-saham dan istilah terbatas menunjuk pada batas
tanggungjawab para persero atau pemegang saham, yaitu hanya terbatas pada
jumlah nilai nominal dari semua saham-saham yang dimiliki. 1
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
pendukung hak dan kewajiban yang dapat melakukan perbuatan hukum baik di dalam
maupun di luar pengadilan serta mempunyai harta yang terpisah dari pengurusnya
maupun para pendirinya. Para pendiri yang juga pemegang saham tidak dapat
dibebani tanggung jawab yang melebihi nilai nominal saham yang dimilikinya. Di
samping itu perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri perseroan sebelum
perseroan didirikan yaitu pada saat pendiri melakukan persiapan untuk mendirikan
setelah perseroan berdiri terbentuk dengan akta pendirian yang dibuat oleh notaris,
disahkan sebagaimana badan hukum. Dengan demikian, hak dan kewajiban yang
timbul akibat perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri beralih menjadi hak dan
kewajiban dari perseroan. Pendiri sudah terlepas dari hak dan kewajibannya yang
timbul akibat perbuatan hukum yang dilakukannya terhadap pihak ketiga. Inilah
kelebihan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang tidak dimiliki oleh
1
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996),
hal. 31
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
badan usaha dalam bentuk lainnya, 2 seperti persekutuan perdata (maatschap), CV
dan Firma.
merupakan subyek hukum mandiri, adalah suatu artificial person, yang tidak dapat
dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007, bahwa Organ
Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang
yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. RUPS mempunyai segala
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang
2
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas),
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 16.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
ditentukan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan atau Anggaran Dasar. RUPS
dari direksi dan komisaris. RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya yang
sewaktu-waktu diperlukan yang disebut Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham
(RULBPS). RUPS tahunan, diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku, dan atau dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
Pasal 1 butir 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan Rapat umum pemegang
saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
Akan tetapi, jika melihat pada bunyi kalimat memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris, maka apa dimaksud di dalam
Pasal 1 butir 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 tersebut di atas sebenarnya kekuasaan
RUPS adalah tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-
undang kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan
wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi
dan komisaris. Kekuasaan yang tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai
wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris. Dengan demikian
dapat dipahami pula bahwa direksi atau komisaris mempunyai wewenang yang tidak
dapat dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban, wewenang dari setiap organ
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
termasuk RUPS sudah diatur secara mandiri (otonom) di dalam undang-undang
perseroan terbatas. Setiap organ diberi kebebasan bergerak asal semuanya dilakukan
demi tujuan dan kepentingan perseroan. Instruksi dari organ lain, misalnya RUPS,
dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi meskipun direksi diangkat oleh RUPS sebab
pengangkatan direksi oleh RUPS tidak berarti bahwa wewenang yang dimiliki direksi
merupakan pemberian kuasa atau bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada
direksi melainkan wewenang yang ada pada direksi adalah bersumber dari undang-
undang dan anggaran dasar. Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencapuri tindakan
semata-mata adalah untuk kepentingan perseroan, bukan untuk RUPS. Paham klasik
terbatas, dalam arti segala kekuasaan yang ada dalam suatu perseroan terbatas tidak
lain bersumber dari RUPS, kiranya sudah ditinggalkan oleh UUPT No. 1 Tahun 1995
berdasarkan mandat atau kuasa dari RUPS sehingga apabila RUPS menghendakinya
kewajiban dan wewenang dari organ perseroan yang oleh UUPT telah diatur secara
3
Emmy Pangaribuan, Interaksi Fungsi Organ Perseroan Terbatas dan Perlindungannya
Kepada Pemegang Saham dan Kreditur Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Makalah
Seminar Nasional, (Yogyakarta: UGM, 1995), hal. 32.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
institusional. 4 Paham ini menurut Rudhi Prasetya, 5 berpandangan bahwa ketiga organ
undang dan anggaran dasar tanpa wewenang organ yang satu boleh dikerjakan oleh
organ yang lain. Dengan undang-undang dan anggaran dasar, maka pengurus tersebut
lainnya, baik dari komisaris maupun RUPS. Dengan perkataan lain, menurut paham
tersebut wewenang yang ada pada organ-organ dimaksud bukan bersumber dari
limpahan atau kuasa dari RUPS melainkan bersumber dari ketentuan undang-undang
atas, sesuai dengan Pasal 65 UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi
menjadi Pasal 78 UUPT No. 40 Tahun 2007, bahwa RUPS dapat diselenggarakan
dengan dua macam, yaitu RUPS tahunan yang diselenggarakan dalam waktu paling
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku, serta RUPS lainnya yang dapat
4
Mengenai faham institusional ini juga pernah dikemukakan oleh Munir Fuady, dalam
http://www.Hukumonline.com, yang menyatakan Kalau saya bilang, KUHD untuk masalah pemegang
saham ini lebih bagus, KUHD bilang bahwa memang waktu didirikan itu harus dua orang. Tetapi
ketika telah menjadi badan hukum, satu orang nggak ada masalah. Nggak ada larangan. Tapi dalam
UUPT No.1 Tahun 1995, satu orang dikasih waktu enam bulan. Dia harus carai orang lainkan. Di
mana-mana, teori perjanjian sudah mulai ditinggalkan. Yang banyak sekarang ini adalah teori yang
namanya teori institusionalitas. PT itukan bukan perjanjian, PT itu institusi. Berapapun orang di
dalamnya, ya terserah dialah. Bukan perjanjiannya yang dilihat, tetapi institusinya. Jadi sebagai PT, dia
punya kekayaan sendiri, dia punya pengurus.
5
Rudhi Prasetyo, Kedudukan, Peran dan Pertanggungjawaban Pengurus Perseroan
Terbatas. Makalah Seminar Hukum Dagang (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman, 1987), hal. 11.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Penyelenggaraan RUPS secara tahunan dan secara sewaktu-waktu pada
berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, maka
Pasal 79 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu)
orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu
persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran
dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, atau Dewan Komisaris. Jadi
menurut Pasal 80 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa dalam hal Direksi atau
Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang
Ketentuan ini merupakan kontrol dari pemegang saham yang diberikan oleh
undang-undang atas pengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh direksi dan
komisaris melalui ketua pengadilan negeri yang berwenang memberi izin. Ketua
pengadilan negeri dapat memerintahkan direksi dan atau komisaris untuk hadir dalam
RUPS tersebut bahkan dapat juga menentukan bentuk, isi, dan jangka waktu
pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan undang-
6
Agus Budiarto, op. cit., hal. 59.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Selanjutnya dengan mengacu pada Pasal 82 UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa
pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling 14 (empat belas) hari
Tercatat dan/atau dengan iklan dalam Surat Kabar. Dalam pemanggilan RUPS
dicantumkan tanggal, waktu, tempat dan mata acara rapat disertai pemberitahuan
bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor perseroan sejak
Perseroan wajib memberikan salinan bahan (materi) kepada pemegang saham secara
cuma-cuma jika diminta. Dalam hal pemanggilan dan panggilan tidak sesuai dengan
ketentuan dimaksud, keputusan RUPS tetapi sah jika semua pemegang saham dengan
hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan
suara bulat.
perseroan, sehingga sesuai dengan Pasal 77 ayat (4) UUPT No. 40 Tahun 2007 setiap
yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS. Dalam prakteknya
RUPS dituangkan dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan notaris.
akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diperintahkan
oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat akta. 7
7
Sudikno Mertokusumo, Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris, Renvoi, (Nomor 12, tanggal 3
Mei 2004), hal. 49.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Lebih lanjut dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30
perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan
keseluruhan.
terkandung maksud tertentu yaitu mengharapkan terjadinya suatu akibat hukum yang
dikehendaki. Dahulu orang dalam melakukan perbuatan hukum cukup dengan adanya
kata sepakat dari kedua belah pihak secara lisan, dengan dilandasi atas saling percaya
merealisasikannya dalam bentuk perjanjian secara tertulis atau lebih dikenal dengan
8
Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (Yogyakarta:
Penerbit Liberty, 1984), hal. 42.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan
penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai
hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-
lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat
hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global.
Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, namun dalam proses penyelesaian
sengketa tersebut, akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan
Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa
kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-
sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara
membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris, serta memberikan akses
terkait bagi para pihak penandatangan akta. Dengan demikian, para pihak dapat
menentukan dengan bebas untuk menyetujui, atau tidak menyetujui isi Akta Otentik
tanggung jawab Notaris dalam pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
9
Lihat penjelasan umum UUJN.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Saham perseroan terbatas. Karena dalam hal pembuatan berita acara rapat umum
pemegang saham yang dibuat oleh Notaris, bahwa notaris hanya menguraikan secara
otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau
setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuat berita acara rapat dan dibubuhi tanda
tangan ketua rapat dan paling sedikit satu orang pemegang saham yang ditunjuk dari
dan oleh peserta RUPS yang maksudnya untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi
keputusan rapat tersebut, namun apabila RUPS tersebut dibuat oleh notaris, maka
dalam pembuatan berita acara rapat para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat
sebelum akta itu ditandatangani, sehingga notaris harus menerangkan di dalam akta,
bahwa para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani
akta itu.
B. Permasalahan
1. Bagaimanakah potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara RUPS
perseroan terbatas?
2. Bagaimana upaya Notaris mengatasi konflik yang terjadi dalam pembuatan berita
perseroan terbatas?
C. Tujuan Penelitian
10
Lihat, I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Khusus Pemahaman
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, edisi revisi, (Jakarta: Kesain Blanc, 2006), hal. 62-63
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Untuk mengetahui potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara
3. Untuk mengetahui tanggung jawab Notaris dalam pembuatan berita acara RUPS
perseroan terbatas.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis
yang diteliti dan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dan
masyarakat luas pengguna jasa notaris, pelaku dunia usaha serta khususnya
E. Keaslian Penelitian
dengan judul “Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya. Namun demikian ada
Kota Medan)”.
1. Kerangka Teori
Pengertian mengenai hukum banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Satu
sama lain memiliki perbedaan dan sampai sekarang tidak ada satu pengertian hukum
yang disepakati oleh semua pihak, karena masing-masing mempunyai perspektif yang
berbeda. Secara garis besar pengertian hukum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
yaitu:
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
kaitannya dengan hal-hal di luar peraturan tersebut. Cara pandang ini akan
menggunakan metode normatif analitis.
c. Hukum dipahami sebagai alat untuk mengatur masyarakat, maka metode yang
digunakan adalah sosiologis. Metode ini akan mengkaitkan hukum kepada
usaha-usaha untuk mencapai tujuan dan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kongkrit masyarakat. Pusat perhatiannya tertuju pada efektifitas
dari hukum. 11
Jadi, dari uraian tersebut nampak bahwa cara pandang mengenai hukum
hukum harus dilihat dari dua sisi yaitu secara normatif (law in books) dan sosiologis
(law in actions).
dilakukan atau harus terjadi. Hukum bukan sesuatu yang sekedar untuk menjadi
peraturan hukum merupakan suatu kegiatan yang tidak berdiri sendiri, melainkan
mempunyai hubungan timbal balik dengan masyarakat. Oleh karena itulah, dalam
menentukan pola perilakunya sendiri di dalam batas-batas hukum yang telah ada.
11
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 6.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Antonie A.G. Peters, berpendapat bahwa terdapat 3 (tiga) perspektif dari
fungsi hukum di dalam masyarakat, yaitu yang pertama adalah perspektif kontrol
sosial daripada hukum. Tinjauan yang demikian dapat disebut sebagai tinjauan dari
sudut pandangan seorang polisi terhadap hukum (the policemen view of the law).
Perspektif kedua dari fungsi hukum di dalam masyarakat adalah perspektif social
engineering tinjauan yang digunakan oleh para pejabat (the official’s perspective of
the law) dan oleh karena pusat perhatiannya adalah apa yang dibuat oleh
pejabat/penguasa dengan hukum, maka tinjauan ini kerap kali disebut juga (the
technocrat’s view of the law). Yang dipelajari adalah sumber-sumber kekuasaan apa
Perspektif ini merupakan tinjauan dari bawah terhadap hukum (the bottom’s up view
of the law) dan dapat pula disebut sebagai perspektif konsumen (the consumer’s
12
Antonie A.G. Peters, Koesrini Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial, Buku III
Teks Sosiologi Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), hal. 18-19.
13
Goerge Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (terjemahan)
Alimandan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), hal. 100. Lihat juga Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa
Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hal. 103. Istilah atau kata
“paradigma” itu sendiri diintrodusir oleh Thomas S.Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific
Revolutions”. Makna dari kata itu adalah pola, berasal dari paradeigma (bahasa Latin). Mengenai
istilah “paradigma” ini selanjutnya Lili Rasjidi menulis sebagai berikut, oleh Kuhn istilah ini
dipergunakan untuk menunjuk dua pengertian utama, pertama, sebagai totalitas konstelasi pemikiran,
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu
dipelajari, persoalan-persoalan apa yang harus dijawab, dari aturan-aturan apa yang
Paradigma adalah kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan dan yang membantu membedakan antara satu komunitas ilmuwan (atau
sosialnya sendiri, tidak memandang manusia sebagai individu yang statis dan yang
terpaksa dalam bertindak. Fokus perhatian paradigma ini terletak pada bagaimana
Sedangkan teori yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teori interaksi
simbolik yang mempunyai pandangan bahwa manusia merupakan aktor yang kreatif
dari realitas sosialnya. Tokoh teori interaksi simbolik ini adalah Herbert Blumer.
keyakinan, nilai, persepsi, dan teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu
tertentu yang mempengaruhi cara pandang realitas mereka. Kedua, sebagai upaya manusia untuk
memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikkan semua asumsi maupun
aturan yang ada.
14
Goerge Ritzer op. cit., hal. 105.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam proses interaksi tersebut bukan
yang datang dari lingkungannya atau dari luar dirinya. Tindakan tersebut merupakan
hasil dari proses interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar,
pengaturan hukum juga harus mengikuti perkembangan yang demikian itu. Hampir
setiap bidang kehidupan sekarang ini kita jumpai dalam peraturan hukum. Melalui
penormaan terhadap tingkah laku manusia, hukum menelusuri hampir semua bidang
15
Ibid, hal. 69.
16
Satjipto Rahardjo, Op. cit, hal. 26.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
perseroan terbatas, para pelaku ekonomi diharapkan dapat mampu berpartisipasi lebih
dan persaingan bebas dalam perekonomian internasional. Dilihat dari ilmu hukum,
yang mandiri sebagaimana halnya manusia dewasa yang cakap melakukan perbuatan
hukum. Perseroan Terbatas dikatakan sebagai subjek hukum yang mandiri karena
tidak terkait dengan urusan pemegang saham dan pengurus. Pemegang saham
diperkenankan untuk berganti, akan tetapi badan hukum tetap berdiri. Perseroan
pengadilan. UUPT No.40 Tahun 2007 menentukan bahwa organ perseroan terdiri dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris (Pasal 1 angka 2).
Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. RUPS mempunyai segala wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan UU No. 1
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Tahun 1995 dan atau Anggaran Dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan
yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris. Eksistensi
melalui mekanisme RUPS. Oleh karena itu pelaksanaan RUPS harus memenuhi
segala sesuatu ketentuan yang termaktub dalam anggaran dasar perseroan dan
Terbatas.
Dibuatnya hasil RUPS dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan notaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1870 KUH Perdata, yang memberikan diantara
para pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari para
pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuat/dinyatakan dalam
akta ini. Ini berarti mempunyai kekuatan bukti sedemikian rupa karena dianggap
melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan bagi
2. Konsepsi
a. Perseroan Terbatas
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
oleh 2 (dua) orang dan selamanya paling sedikit harus memiliki 2 (dua) pemegang
saham, karena perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Maksud dan tujuan dari
badan hukum perseroan terbatas tidak bersifat sosial, karena badan usaha perseroan
modal sehingga dalam hal ini modal memegang peranan yang penting. Modal badan
hukum perseroan terbatas yang disebut sebagai modal dasar seluruhnya terdiri atas
saham-saham.
bahwa sekalipun semua saham dimiliki oleh satu orang, konsep persekutuan modal
tetap valid karena perseroan tidak menjadi bubar melainkan tetap berlangsung
sebagai subjek hukum. Kebenaran ini dipertegas oleh ketentuan Pasal 7 ayat (7) yang
mengatur bahwa 100% saham persero (BUMN berbentuk perseroan terbatas) dapat
dimiliki oleh negara dan perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan
17
Lihat, Pasal 1 angka 1 UUPT No.40 Tahun 2007.
18
Fred B.G. Tumbuan, “Tugas dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang-
Undang Tentang Perseroan Terbatas”, Disampaikan pada Acara “Sosialisasi Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas” yang diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 22
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan UU No.
perseroan atau kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar tetapi harus
3. Macam-macam RUPS
Agustus 2007 di Jakarta. Lihat juga Pasal 1 angka 1 jo Pasal 7 ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), Pasal 57
UUPT No.40 Tahun 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. RUPS tahunan, diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku, dan dalam RUPS tahunan tersebut harus diajukan semua dokumen
perseroan;
4. Penyelenggaraan RUPS
lainnya, atau dapat juga dilakukan atas permintaan satu pemegang saham atau lebih
yang bersama-sama mewakili 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam
Direksi atau Komisaris dengan surat tercatat disertai alasannya. RUPS seperti itu
hanya dapat membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan yang diajukan
tersebut.
c. Pengertian Notaris
kebutuhan dalam pergaulan antara manusia yang menghendaki adanya alat bukti
19
Kita telah mempunyai perundang-undangan di bidang notariat, yakni “Peraturan Jabatan
Notaris” (Notaris Reglement – Stbl.1860-3), yang sekarang ini telah berumur kurang lebih 120 tahun,
sebagai pengganti dari “Instructie voor notarissen in Indonesia” (Stbl.1822-11) dan bahkan jauh
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris termasuk
Jabatan Notaris. Materi yang diatur dalamnya termasuk dalam hukum publik,
merupakan satu-satunya pejabat umum yang diangkat serta diperintahkan oleh suatu
peraturan yang umum atau yang dikehendaki oleh orang-orang yang berkepentingan
Lembaga notariat di kenal mulai pada abad ke-11 atau ke-12 dengan nama
Latijnse Notariaat yang berasal dari Italia Utara. Perkembangan notariat di negara
ini meluas ke negara Perancis, notariat ini di kenal sebagai suatu pengabdian
sebelumnya, yakni dalam tahun 1620 telah diangkat notaris pertama di Indonesia. Tobing, G.H.S.
Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), hal. 1
20
Ibid., hal. 31.
21
Engelbrecht De Wetboeken wetten en Veroordeningen, Benevens de Grondwet van de
Republiek Indonesie, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Voeve, 1998), hal. 882.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Di dalam perkembangannya, nama-nama lain selain notariat antara lain digunakan
sebagai :
2. Notarii, yang artinya orang-orang yang mencatat atau menuliskan pidato yang
diucapkan dahulu oleh cato dalam senat Romawi dengan mempergunakan tanda-
tanda kependekan. 23
masyarakat untuk membuat akta-akta dan lain-lain surat walaupun jabatan atau
kedudukan mereka itu tidak mempunyai sifat kepegawaian dan juga tidak
4. Tabularii, yang artinya pegawai negeri yang mempunyai tugas mengadakan dan
melakukan pengawasan atas arsip dari magistrat kota-kota, di bawah resort mana
mereka berada. 25
Otensitas dari akta notaris bersumber dari Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004, yaitu notaris dijadikan sebagai pejabat umum,
sehingga akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh
22
G. H.S. Lumban Tobing, op. cit, hal. 5.
23
Ibid., hal. 6.
24
Ibid., hal. 7.
25
Ibid., hal. 8.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
sifat akta otentik. Akta yang dibuat oleh notaris mempunyai sifat otentik, bukan oleh
karena undang-undang menerapkan demikian, tetapi karena akta itu dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868
KUHPerdata yang menyatakan: “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam
bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-
pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya”.
Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan satu akta yang memuat
“relaas” atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau
suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni notaris
sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Akta yang dibuat
sedemikian dan memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan dan yang
dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat “oleh” (door) notaris (sebagai pejabat
umum). Akan tetapi akta notaris dapat juga berisikan suatu “cerita” dari apa yang
terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di hadapan notaris,
artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada notaris dalam
menjalankannya jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja
datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan
perbuatan itu di hadapan notaris, agar keterangan atau perbuatan itu dikonstatir
oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Akta sedemikian dinamakan akta yang
dibuat “dihadapan” (ten overstaan) notaris. 26
Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa ada 2 golongan akta notaris, yakni: 27
1. akta yang dibuat “oleh” (door) notaris atau yang dinamakan “akta relaas” atau
2. akta yang dibuat “di hadapan” (ten overstan) notaris atau yang dinamakan “akta
partij (partij-akten).
26
Ibid., hal. 51.
27
Ibid., hal. 51,52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Contoh, akta yang memuat perjanjian hibah, jual beli (tidak termasuk penjualan di
Perbedaan di antara kedua golongan akta itu, dapat di lihat dari bentuk akta-akta
itu. Dalam akta partij, dengan diancam akan kehilangan otensitasnya atau
dikenakan denda, harus ditandatangani oleh para pihak atau para pihak yang
bersangkutan, misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf atau
oleh notaris dalam akta itu dan keterangan itu dalam hal ini berlaku sebagai
Pada umumnya akta itu adalah suatu surat yang ditandatangani, memuat
keterangan tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari suatu
perjanjian, dapat dikatakan bahwa akta itu adalah suatu tulisan dengan mana
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua macam akta yaitu
akta yang sifalnya otentik dan ada yang sifatnya di bawah tangan. Dalam Pasal 1868
KUHPerdata yang dimaksud dengan akta otentik adalah: 30 Suatu akta otentik ialah
suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh
atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana
akta dibuatnya.
28
Ibid., hal. 53.
29
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIV, (Jakarta: PT. Intermasa, 1986),
hal. 475.
30
Ibid. 475.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pegawai umum yang dimaksud di sini ialah pegawai-pegawai yang
otentik, misalnya notaris, panitera juru sita, pegawai pencatat sipil, Hakim dan
sebagainya.
Akta yang dibuat dengan tidak memenuhi Pasal 1868 KUHPerdata bukanlah
akta otentik atau disebut juga akta di bawah tangan. Perbedaan terbesar antara akta
a. Akta otentik
Pasal 1870 KUH Perdata. Ia memberikan diantara para pihak termasuk para
ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti
yang sempurna tentang apa yang diperbuat /dinyatakan dalam akta ini. Ini
melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan
Dengan demikian barang siapa yang menyatakan bahwa Akta otentik itu palsu,
maka ia harus membuktikan tentang kepalsuan akta itu. Oleh karena itulah
31
N.G Yudara, Pokok-pokok Pemikiran Diseputar Kedudukan dan Fungsi Notaris serta Akta
Notaris Menurut Sistim Hukum Indonesia“, (Renvoi, Nomor 10.34.III, tanggal 3 Maret 2006), hal 74.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Akta di bawah tangan bagi Hakim merupakan “Bukti Bebas” (VRIJ
Bewijs) karena akta di bawah tangan ini baru mempunyai kekuatan bukti
kebenaran isi dan cara pembuatan akta itu. Dengan demikian akta di bawah
tangan berlainan dengan akta otentik, sebab bilamana satu akta di bawah
tangan dinyatakan palsu, maka yang menggunakan akta di bawah tangan itu
otentik dengan akta yang dibuat secara di bawah tangan, mempunyai nilai
untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik; Mengingat sejak awal yaitu
sejak adanya niat dari pihak (pihak-pihak) yang berkepentingan untuk membuat atau
melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 (atau dahulu Stbl 1860 Nomor 3 Reglement
tidak ada pada akta/surat di bawah tangan (Vide Pasal 1875 KUHPerdata).
32
Ibid, hal 74.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu Dibuktikan bahwa
apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian
kehendak pihak-pihak; itulah kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu
oleh atau dihadapan Pejabat yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam
1) tanggal ;
2) tanda tangan ;
3) komparan, dan ;
Dalam arti formil pula akta Notaris membuktikan kebenaran dari apa yang
disaksikan yaitu yang dilihat, didengar dan dialami sendiri oleh Notaris
Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum (yuridis) isi dari
akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,
yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap
dirinya (termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya); inilah
yang dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee“ artinya akta itu benar mempunyai
Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah, maka akta otentik itu
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak (pihak-pihak) yang
membuat akta itu. 33 Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta
tugasnya seorang notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan notaris.
Dalam kode etik Notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa kaidah yang harus
dipegang oleh notaris (selain memegang teguh kepada peraturan jabatan notaris), di
antaranya adalah: 34
33
G.H. S Lumban Tobing, op. cit., hal. 59.
34
Supriadi, op. cit., hal. 51-52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
d. Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah:
1. hormat-menghormati dalam suasana kekeluargaan;
2. tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama;
3. saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atau dasar
solidaritas dan sifat tolong-menolong secara konstruktif.
G. Metode Penelitian
masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas
penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk
data yang telah teruji kebenaran ilmiahnya. Namun untuk mencapai kebenaran ilmiah
tersebut ada dua pola pikir menurut sejarahnya, yaitu berfikir secara rasional dan
berfikir secara empiris. Oleh karena itu untuk menemukan metode ilmiah maka
kebenaran. 37
35
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 6.
36
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: ANDI, 2000), hal. 4.
37
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990), hal. 36.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Sifat Penelitian
yang sifatnya normatif, juga dilihat sebagai suatu gejala sosial yang bersentuhan
langsung dengan variabel lain dalam bermasyarakat. Hukum didekati dari dua sudut
pandang, yaitu hukum dipelajari dan diteliti secara normative (law in books) dan
secara empiris (law in actions). Studi ini ingin melihat pelaksanaan hukum mengenai
tanggung jawab Notaris dalam pembuatan berita acara rapat umum pemegang
dengan aspek-aspek di luar hukum, seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Strategi
berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya (natural setting).
38
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20,
(Bandung: Alumni, 1994), hal. 142.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan manafsirkan dunia dari
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan terhadap perseroan terbatas dan notaris yang
b. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh objek atau seluruh gejala atau seluruh unit yang akan
diteliti. Oleh karena populasi biasanya sangat besar dan luas, maka kerapkali tidak
mungkin untuk meneliti seluruh populasi itu tetapi cukup diambil sebagian saja untuk
diteliti sebagai sampel yang memberikan gambaran tentang objek penelitian secara
Adapun mengenai jumlah sampel yang akan diambil pada prinsipnya tidak
ada peraturan yang tetap secara mutlak menentukan berapa persen untuk diambil dari
populasi. 41
Populasi dalam penelitian ini adalah notaris di Kota Medan dan perseroan
39
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hal. 10.
40
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. cit, hal. 44.
41
Lihat, Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: PT.Raja
Granfindo Persada, 1993), hal. 96. yang menyatakan, tidak ada jawaban yang pasti untuk menjawab persoalan
berapa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi. Demikian pula Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 1996), hal. 147, mengatakan
tidak ada aturan yang pasti berapa banyak agar sampel dapat mewakili populasi.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
dalam penelitian ini maka tidak semua populasi akan diteliti secara keseluruhan.
Untuk itu akan diambil sampel dari populasi secara purposive sampling.
c. Sampel Penelitian
atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri utama dari obyek yang diteliti dan
pendahuluan. 42 Berdasarkan dari data survei penelitian awal jumlah Notaris di Kota
Medan sebanyak 237 orang Notaris, diambil atau yang akan dijadikan sampel
Jabatan Notaris bahwa setiap Notaris adalah pejabat pembuat akta otentik.
42
Ibid, hal. 196.
43
Lihat, Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: PT.Raja
Granfindo Persada, 1993), hal. 96, menyatakan tidak ada jawaban yang pasti untuk menjawab
persoalan berapa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi. Lihat juga Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 1996),
hal. 147, yang menyatakan tidak ada aturan yang pasti berapa banyak agar sampel dapat mewakili
populasi.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
terhadap permasalahan yang diteliti, dengan menggunakan pedoman
4. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua
antara lain :
a. Data primer, berupa data yang langsung didapatkan dalam penelitian di lapangan.
Data yang diperoleh dari wawancara secara mendalam (deft interview) terhadap 5
b. Data sekunder, data yang diperlukan untuk melengkapi data primer. Adapun data
44
Di dalam penelitian dikenal ada tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau
bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara. Lihat, Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal.66
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa bahan hukum primer
yaitu :
a) Buku-buku ilmiah
b) Makalah-makalah
5. Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis kualitatif. Maka dari data yang telah dikumpulkan secara lengkap dan telah di
cek keabsahannya dan dinyatakan valid, lalu diproses melalui langkah-langkah yang
a. Reduksi data adalah data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk
uraian atau laporan yang terinci. Laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih
hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.
b. Mengambil kesimpulan dan verifikasi, yaitu data yang telah terkumpul telah
45
Nasution, op. cit., hal 52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB II
pemegang saham utama perusahaan. Untuk itu perlu suatu pedoman yang dijadikan
acuan dalam hal benturan kepentingan. Hal ini dapat terwujud dalam suatu Code of
profesi.
Corporate Governance. Pemahaman ini dapat diartikan sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada
yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan untuk kepentingan dan atas
beban perusahaan, yang mana Direktur adalah anggota Direksi yang tidak terafiliasi
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pertimbangan independen adalah cara pandang atau penyelesaian masalah
dalam penguasaan tugas atau pekerjaan yang didasarkan kepada keahlian dan
keterampilan yang teruji serta didukung oleh dedikasi dan etika profesi.
sebagamana telah diubah dengan Pasal 92 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 UUPT
No.40 Tahun 2007 menetapkan bahwa peraturan tentang pembagian tugas dan
wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi ditetapkan
oleh RUPS. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS
dilakukan oleh komisaris atas nama RUPS. Lebih jelasnya dinyatakan, bahwa Direksi
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Atas
pengurusan Direksi ini dapat memberi kesimpulan bahwa Direksi ditugaskan dan
46
Bismar Nasution, Good Corporate Governance, Perilndungan Lingkungan Hidup dan
Insider Trading, Diktat Hukum Pasar Modal, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2002), hal. 17..
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
berwenang untuk hal-hal sebagai berikut mengatur atau mengelola kegiatan-kegiatan
luar Pengadilan.
perseroan, diatas tidak dapat dipisahkan karena pengurusan kekayaan perseroan harus
menunjang terlaksananya kegiatan usaha perseroan tersebut. Oleh karena itu direksi
mempunyai 2 (dua) tugas yaitu, pengelolaan dan perwakilan PT, Untuk pelaksanaan
kedua tugas Direksi itu perlu menjadi perhatian bahwa pengelolaan PT pada
hakekatnya adalah tugas dari semua anggota Direksi tanpa kecuali. Hal ini dapat
diartikan dari ketentuan hukum Perseroan. Tugas dan wewenang Direksi ini dapat
dilihat dari ketentuan pasal 85 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah
Direksi bertanggung jawab secara pribadi. Dalam hal. ini PT tidak ikut bertanggung
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dicantumkannya tujuan perseroan di dalam anggaran dasar terutama adalah
untuk melindungi investor atau para pemegang saham. Dalam hal Direksi bukan
pemegang saham, maka yang dilindungi adalah seluruh pemegang saham, tetapi bila
Direksi adalah juga pemegang saham mayoritas, yang dimaksudkan untuk dilindungi
adalah pemegang saham minoritas. Dengan demikian, seorang pemegang saham yang
uangnya digunakan. 47
Pada umumnya suatu perbuatan dikatakan ultra vires bila dilakukan tanpa
wewenang (authority) untuk melakukan perbuatan tersebut. Bagi perseroan
perbuatan tersebut adalah ultra vires bila dilakukan di luar/melampaui wewenang
Direksi atau perseroan sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar dan hukum
perusahaan. Suatu kontrak yang dibuat oleh perseroan dan melampaui batas
wewenangnya adalah tidak sah (unlawful). 48
Direksi secara juridis wajib mengikuti ketentuan yang diatur dalam anggaran
tersebut adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum serta tidak mengikat badan
jawab secara pribadi terhadap perbuatan hukum yang dilakukannya dan tidak dapat
dilimpahkan kepada badan hukum bersangkutan. Hal ini sesuai dengan ajaran ultra
47
Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum
Perusahaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 40.
48
Ibid., hal. 40.
49
Ibid., hal. 41-42.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
UUPT secara detail juga mengatur Direksi dalam melaksanakan tugas dan
bahwa Direksi menyampaikan laporan tahuna kepada RUPS setelah ditelaah oleh
Dewan Komisaris dalam jangka waktu lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku
akuntansi keuangan. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan
bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 66 ayat (3) dan ayat (4) UU No.40
Tahun 2007).
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan
tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam
laporan tahunan.
(3) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak
menandatangani laporan tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak
memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui
isi laporan tahunan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
(4) Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari tanggung
jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila terbukti bahwa keadaan
tersebut bukan karena kesalahannya.
Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam hal anggota Direksi
terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap
anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Kewenangan Direksi
untuk mewakili Perseroan adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan
dengan Perseroan.
(2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
berhak mewakili Perseroan adalah:
a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan
dengan Perseroan;
b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan
kepentingan dengan Perseroan; atau
c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi
atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan.
Pasal 101 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan, bahwa Anggota Direksi wajib
peralihan dan penjamin kekayaan perseroan, sebagaimana diatur dalam Pasal 102 UU
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
(1) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:
a. Mengalihkan kekayaan Perseroan, atau
b. Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;
yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama
lain maupun tidak.
(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah transaksi
pengalihan kekayaan bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1
(satu) tahun buku atau jangka waktu yang lebih lama sebagaimana diatur
dalam anggaran dasar Perseroan.
(3) Ketetnuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku terhadap
tindakan pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang dilakukan
oleh Direksi sebagai pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan
anggaran dasarnya.
(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa persetujuan
RUPS, tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan
hukum tersebut beritikad baik.
(5) Ketentuan kourum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan
keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 mutatis mutandis
berlaku bagi keputusan RUPS untuk menyetujui tindakan Direksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
perseroan atau lebih atau orang lain untuk dan atas nama porseroan melakukan
perbuatan hukum tertentu (Pasal 103). Sedangkan Pasal 104 mengatur tanggung
jawab Direksi sehubungan dengan kepailitan akibat kesalahan atau kelalaian Direksi,
sebagai berikut:
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan.
(4) Anggota Direksi tidak bertanggungjawab atas kepailitan Perseroan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:
a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian dan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berlaku
juga bagi Direksi dari Perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan
pihak ketiga.
Direksi (Direktur) dari suatu Perseroan yang mengalami kerugian pada dasarnya tidak
asas bahwa suatu Perseroan debitor adalah suatu subjek hukum yang terpisah dari
pada pengurusnya. Semua utang-utang Perseroan dilunasi dari hasil penjualan harta
pengurus tidak dapat dijangkau secara hukum oleh para Kreditor untuk dijadikan
tanpa pengecualian. Dalam hal-hal tertentu anggota Direksi (Direktur) dan Komisaris
suatu Perseroan dapat harus bertanggung jawab secara pribadi apabila karena
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
kewajiban, yaitu kewajiban yang secara tegas ditentukan oleh undang-undang
(statutory duties) dan fiduciary duties. Di samping memiliki fiduciary duties, dalam
comman law seorang Direktur juga “owes a duty of care to the company not to act
di tangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Direksi yang menerima
mengendalikan lebih dari ½ (satu perdua) suara pemegang saham dalam Rapat
50
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, (Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2002),
hal. 425
51
Ibid, hal. 428
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
RUPS, dengan demikian juga menentukan direksi, memiliki suatu kekuasaan yang
nyata dalam mengendalikan perseroan. Mungkin juga jumlah saham yang dimiliki
tidak sampai 50% (lima puluh persen), tetapi dapat mengendalikan RUPS, maka
berarti ia menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil oleh perseroan. Hal ini
UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UUPT No. 40
Tahun 2007 melakukan beberapa terobosan, yang sebenarnya telah dilakukan oleh
tersebut adalah konsep piercing the corporate veil dan Perlindungan terhadap
Pasal 61 ayat (1) UUPT No.40 Tahun 2007 menyatakan setiap pemegang
dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar
52
Chatamarrasjid Ais, op. cit., hal. 24.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak
yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan;
Pasal 97 ayat (6) menyatakan atas nama Perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap
pada Perseroan.
Pasal 114 ayat (6) menyatakan atas nama perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan
53
Lihat, Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, (St. Paul Minn: West
Publishing Co., 1990), hal. 309 menyatakan: An action a derivative action when the action is based
upon a primary right of the corporation’s failure, deliberate or otherwise, to act upon the primary
right.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Walaupun undang-undang telah memberikan perlindungan kepada pemegang
saham berdasarkan hak perseorangan dan hak derivatif, tidaklah mudah di dalam
pada diri organ tersebut maupun perseroan. Kesukaran ini terutama disebabkan
semua data perseroan berada di tangan organ perusahaan dan biasanya mereka
perseroan maupun pribadi organ tersebut, maupun karena prinsip fiduciary duty, di
mana mereka harus bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Adalah
suatu kenyataan bahwa pemegang saham minoritas yang hanya memiliki sedikit
saham itu tidak mengendalikan manajemen perseroan dan juga tidak menentukan
Direksi perseroan. 54
haknya. Hal ini terutama disebabkan sering kali pemegang saham mayoritas identik
dengan Direksi, baik secara fisik maupun kepentingannya. Jadi, tidaklah mudah bagi
kemungkinan hal itu merugikan perseroan secara keseluruhan, tetapi juga mungkin
merugikan pribadi pemegang saham tertentu yang dapat pula menggugat perseroan
54
Chatamarrasjid Ais., op. cit., hal. 26.
55
Ibid., hal. 26.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
untuk kepentingan pribadinya. Jadi, seorang pemegang saham dapat menuntut atas
nama dirinya sendiri dan atau beserta pemegang saham lain, kecuali pemegang saham
Hak perseorangan adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham (minoritas)
untuk menuntut perseroan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat
tindakan/perbuatan perseroan. Dengan demikian, pemegang saham minoritas
dapat bertindak atas namanya sendiri untuk membela kepentingannya bila ada
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham tersebut. 56
Menurut C. Asser’s, hak perorangan merupakan hak yang lahir dari perikatan
1. Hak atas suatu hubungan, jadi secara langsung ditujukan kepada suatu barang.
2. Terdapat suatu hubungan antara seorang dengan orang lain.
3. Selaku seorang yang berpiutang berhadapan dengan seorang si berutang
4. Suatu barang memegang peranan, meskipun demikian barang tersebut tidak
merupakan objek langsung dari hak melainkan merupakan penunaian prestasi
dari orang terhadap siapa hak itu ditujukan.
5. Memberikan kekuasaan atas seseorang
6. Dari segi pasif, pada hak perseorangan adalah orang yang dikuasai, dibebani
dan terikat.
Hak perseorangan merupakan hak yang lahir dari perikatan. Dalam hubungan
dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas, hak ini timbul dari ketentuan Pasal 1
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
56
Ibid.,hal. 27.
57
Bismar Nasution, Hukum Perusahaan, Diktat, Program Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2003), hal.33.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Kemudian Pasal 7 ayat (1)
menyatakan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris
hukum dibentuk berdasarkan perjanjian dan karena itu memiliki lebih dari 1 (satu)
orang pemegang saham. Perjanjian adalah sumber dari hak dan kewajiban. Dengan
demikian, hubungan antara pemegang saham dan perseroan lebih didasarkan pada
hubungan perikatan yang bersumber pada hak dan kewajiban yang diatur dalam
Hak yang dilahirkan dari perikatan ialah hak untuk memperoleh suatu
kekuasaan langsung atas suatu barang yang ditujukan kepada suatu barang. Pada hak
perseorangan terdapat suatu hubungan antara seseorang dan orang lain, pada hak
demikian, barang tersebut bukan merupakan objek langsung dari hak; melainkan,
merupakan penunaian prestasi dari orang terhadap siapa hak itu ditujukan. Bahwa
pemegang saham memiliki pula hak kebendaan, jelas terlihat dari ketentuan dalam
Pasal 54 ayat (1) UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan Pasal 60
ayat (1) UUPT No.40 Tahun 2007 yang menyatakan saham merupakan benda
58
Chatamarrasjid Ais.,op. cit., hal. 28.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dalam memori penjelasan pasal di atas dijelaskan bahwa soal kepemilikan
atas saham sebagai benda yang bergerak memberikan suatu hak kebendaan kepada
pemegangnya hak kebendaan berarti “zakelijk recht” berbeda dari suatu persoonlijik
recht. Hak kebendaan ini berlaku terhadap semua orang, dan semua orang harus
Selanjutnya Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 97 ayat (1) menyatakan Direksi
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa
Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan dan usaha perseroan (fiduciary duty). Akan tetapi, dalam praktek
merugikan perseroan dan atau pemegang saham. Bila yang dirugikan adalah
kelompok pemegang saham mayoritas, kelompok ini dengan mudah dapat meminta
(bila pemegang saham mayoritas dapat memenuhi kuorum Rapat Umum Pemegang
adalah transaksi self dealing dan ajaran corporate opportunity. Transaksi self dealing
59
Sudargo Gautama, Komentar Atas Undang-Undang Perseroan Terbatas Dalam Hukum
Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 75.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
mengandung unsur conflict of interest, yaitu antara kepentingan pribadi Direksi dan
kemungkinan (bila tidak fair), akan merugikan perseroan, dan dengan sendirinya
sesama anak perusahaan, pemegang saham minoritas perlu dilindungi dari tindakan-
tindakan pemegang saham mayoritas yang merugikan mereka, antara lain melalui
transfer keuntungan yang diperoleh oleh 1 (satu) anak perusahaan ke anak perusahaan
merugikan perseroan atau pemegang saham, yaitu bila dalam melakukan pengawasan
60
Chatamarrasjid Ais., op. cit., hal. 29.
61
Ibid., hal. 29-30.
62
Lihat Pasal 98 UUPT No.1 Tahun 1995.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Hak Derivatif (Derivative Right)
yang telah dikutip di atas, dapat disimpulkan bahwa pemegang saham minoritas tidak
dapat mengontrol perseroan dan tidak dapat memilih Direksi. Rapat Umum
maupun di luar pengadilan dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
yang dikuasai oleh pemegang saham mayoritas. Dengan demikian, pemegang saham
prinsip mayoritas dan kedua oleh konsep locus standi atau hak untuk mewakili
perseroan di muka badan peradilan. 63 Hal ini terlihat jelas dari pasal-pasal Undang-
Pasal 86 ayat (1) UUPT No. 40 Tahun 2007 menyatakan RUPS dapat
dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ (satu perdua) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang dan
atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Kemudian Pasal
97 ayat (1) dan Pasal 98 ayat (1) menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas
Untuk mengatasi kendala di atas, diciptakanlah apa yang disebut sebagai hak
derivatif, yaitu hak yang dibebankan atau dimiliki oleh pemegang saham minoritas
agar dapat melakukan tindakan tertentu dalam menjaga atau mewakili perseroan
63
Chatamarrasjid Ais. op. cit., hal. 30-31.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
terhadap tindakan organ lainnya dalam perseroan bila kepentingan perseroan
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
Hak derivatif ini dalam UUPT No.40 Tahun 2007 diwujudkan antara lain
Pasal 80:
(1) Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan
RUPS dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (5)
dan ayat (7), pemegang saham yang meminta penyelengaraan RUPS dapat
mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan
pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS
tersebut.
(2) Ketua pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon, Direksi
dan/atau Dewan Komisaris, menetapkan pemberian izin untuk
menyelenggarakan RUPS apabila pemohon secara sumir telah membuktikan
bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang
wajar untuk diselenggarakan RUPS.
64
Ibid., hal. 31.
65
Lihat juga, Pasal 79 ayat (1) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) dan RUPS lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (4)
dengan didahului pemanggilan RUPS.
Pasal 78 ayat (2) RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku berakhir.
Pasal 78 ayat (4) RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk
kepentingan Perseroan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
(3) Penetapan ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat juga ketentuan mengenai:
a. bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang
saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, kuorum kehadiran, dan/atau
ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS, serta
penunjukan ketua rapat, sesuai dengan atau tanpa terikat pada ketentuan
Undang-Undang ini atau anggaran dasar; dan/atau
b. perintah yang mewajibkan Direksi dan/atau Dewan Komisaris untuk hadir
dalam RUPS.
(4) Ketua pengadilan negeri menolak permohonan dalam hal pemohon tidak
dapat membuktikan secara sumir bahwa persyaratan telah dipenuhi dan
pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk diselenggarakan RUPS.
(5) RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh membicarakan mata
acara rapat sebagaimana ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri.
(6) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
(7) Dalam hal penetapan ketua pengadilan negeri menolak permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), upaya hukum yang dapat diajukan
hanya kasasi.
(8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi Perseroan
Terbuka dengan memperhatikan persyaratan pengumuman akan diadakannya
RUPS dan persyaratan lainnya untuk penyelenggaraan RUPS sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Ketentuan di dalam ayat (2) dan ayat (3) di atas dimaksudkan agar
pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tidak tertunda. Dari pasal-pasal
ini terlihat bahwa Ketua Pengadilan Negeri diberi kewenangan untuk menetapkan
mewajibkan Direksi dan/atau Dewan Komisaris untuk hadir dalam RUPS tersebut.
Penetapan ketua pengadilan negeri pemberian izin tersebut bersifat final dan
(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat
mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi
yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
Perseroan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan Pasal 97 ayat (6) di atas, dalam hal Direksi melakukan tindakan
dalam ayat ini dapat mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan
terhadap Direksi melalui pengadilan. Hal yang sama juga dapat dilakukan terhadap
komisaris, sebagaimana diatur dalam Pasal 114 ayat (6) bahwa atas nama Perseroan,
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris
yang karena kesalahan atau atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan
ke pengadilan negeri.
Perseorangan di atas, maka perbuatan seperti self dealing dan dalam kaitan dengan
saja dapat merugikan pemegang saham secara pribadi, melainkan juga dapat
Saham (RUPS), yang tidak dapat dilakukan oleh pemegang saham minoritas, karena
itu pemegang saham minoritas dapat menggunakan hak derivatif. Perlu ditegaskan
pemegang saham minoritas, ganti rugi yang diperoleh dari Direksi dan atau
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Komisaris secara pribadi, diberikan kepada perseroan dan bukan kepada pemegang
kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dibubarkan berdasarkan (Pasal 142). Hal
ini terutama bila perseroan tidak mencerminkan mekanisme sebagai badan hukum
Pelaksanaan hak perseorangan dan hak derivatif ini tidaklah mudah karena
untuk mendapatkan jumlah minimum 1/10 (satu persepuluh) dari jumlah seluruh
saham sangat sulit. Pada umumnya Perseroan Terbatas Terbuka di Indonesia, hanya
menjual sahamnya untuk diperdagangkan sekitar 20% (dua puluh persen) saja. Jadi,
Dari sisi lain, ketentuan memiliki minimum jumlah saham 1/10 (sepuluh
persen) ini dapat dipergunakan untuk menghambat jalannya perseroan. Atau lebih
ekstrem apakah hak perseorangan dan hak derivatif ini dapat menimbulkan tirani
minoritas. Kiranya dalam hal ini Pengadilan Negeri harus menetapkan apakah
pemegang saham minoritas dapat membuktikan bahwa tindakan Direksi dan atau
66
Chatamarrasjid Ais. op. cit., hal. 34.
67
Ibid., hal. 34
68
Ibid., hal. 35
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pertanyaan lain yang menarik adalah mengapa pemegang saham mayoritas,
secara keseluruhan. Hal ini mungkin disebabkan ada keterkaitan antara Direksi dan
atau Komisaris dengan pemegang saham mayoritas, di mana sering kali Direksi
sekaliagus juga adalah pemegang saham mayoritas. Hal yang sama juga terlihat
transaksi antara induk dan anak perusahaan atau antara anak perusahaan dan anak
lama dan memerlukan biaya yang cukup banyak. Hal ini menimbulkan persoalan bila
pemegang saham minoritas tidak memiliki cukup dana untuk berperkara. Di sini
itikad baik dan cukup beralasan, agar seluruh biaya ditanggung oleh perseroan,
perseroan berdasarkan hak perseorangan dan atau hak derivatif. Namun demikian
secara teoretis seluruh kekuasaan dan wewenang suatu perseroan terbatas di tangan
69
Ibid., hal. 35
70
Ibid., hal. 35
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Direksi yang menerima pendelegasian
wewenang dari RUPS. Kedua organ perseroan ini mengambil keputusan berdasarkan
suara terbanyak atau dengan prinsip mayoritas. Prinsip mayoritas ini adalah pihak
yang menguasai atau mengendalikan lebih dari ½ (satu perdua) suara pemegang
saham dalam RUPS, demikian juga menentukan direksi, memiliki suatu kekuasaan
yang nyata dalam mengendalikan perseroan. Mungkin juga jumlah saham yang
dimiliki tidak sampai 50% (lima puluh persen), tetapi dapat mengendalikan RUPS,
Hal ini akan menimbulkan persoalan bagi pemegang saham minoritas, seandainya
sering kali pemegang saham mayoritas identik dengan direksi, baik secara fisik
maupun kepentingannya. Jadi, tidaklah mudah bagi pemegang saham minoritas untuk
(RUPS).
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
C. Potensi Konflik Yang Timbul Dalam Pembuatan Berita Acara RUPS
Perseroan Terbatas
tentang Perseroan Terbatas sebagamana telah diubah dengan Pasal 92 ayat (1) UU
Kemudian Pasal 93 UUPT No.40 Tahun 2007 menetapkan bahwa peraturan tentang
pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis
penghasilan direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan
Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang
yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. RUPS mempunyai segala
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang
ditentukan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan atau Anggaran Dasar. RUPS
dari direksi dan komisaris. RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya yang
sewaktu-waktu diperlukan yang disebut Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham
bulan setelah tahun buku, dan atau dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan
kebutuhan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pasal 1 butir 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan Rapat umum pemegang
saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada direksi atau komisaris. Dalam setiap penyelenggaraan RUPS harus
dibuatkan Berita Acara RUPS yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta
dituangkan dalam suatu akta otentik yang dibuat di hadapan Notaris, mengingat
Notaris adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh
peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat akta.
Namun, dalam pembuatan Berita Acara RUPS tidak jarang berita acara rapat
tersebut tidak segera dapat dilaksanakan, karena terjadi konflik kepentingan di antara
perseroan.
menemukan konflik dalam pembuatan berita acara rapat itu. Adapun konflik yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Tidak dipenuhi kourum, sehingga setiap berita acara rapat umum pemegang
saham perseroan, maka terlebih dahulu diteliti anggaran dasar dan perubahan terakhir
melihat cacat/tidak berita acara rapat tersebut, sehingga jika terdapat kesalahan dalam
notulen rapat, maka dapat menolak untuk Berita Acara RUPS tersebut. 71
Anggaran dasar suatu perseroan merupakan hukum positif bagi perseroan, dan
apabila dilanggar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat menjadi batal. Dalam
sempurna maka hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan perundang-
hal-hal yang masih dianggap perlu, namun tidak hal-hal yang diatur tersebut tidak
bahwa hal-hal yang diatur dalam anggaran dasar perseroan terdapat suatu keleluasaan
bagi perseroan untuk menetapkan hal-hal yang dianggap perlu dan yang belum diatur
dalam peraturan yang ada. Oleh karena itu, dalam menyusun akta pendirian atau
sehingga hal-hal yang dianggap mendasar dapat dituangkan secara jelas dan lengkap
71
Hasil wawancara dengan Bapak Maulidin Shati, S.H., selaku Notaris di kota Medan,
tanggal 4 Desember 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dalam prakteknya apabila hendak mendirikan sebuah perseroan para pendiri
dalam akta. Sehubungan dengan hal ini, biasanya notaris telah menyiapkan suatu
konsep yang sebahagian sudah baku dan kemudian ditambah serta diubah sesuai
dengan kebutuhan yang dihadapi, baik mengenai hal-hal khusus yang merupakan
kehendak para pendiri yang juga ingin dimasukkan di dalam anggaran dasar
perseroan. Hal-hal yang dikehendaki oleh para pendiri yang masih dimungkinkan
dirumuskan oleh notaris suatu naskah yang secara hukum adalah benar dan salah.
Sehingga dalam setiap RUPS keberadaan anggaran dasar menjadi sangat penting.
dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ (satu perdua) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali undang-undang dan/atau
anggaran dasar menentukan jumlah kourum yang lebih besar. Dengan kata lain
penyimpangan atas ketentuan ini hanya dimungkinkan dalam hal yang ditentukan
undang-undang, maka anggaran dasar tidak boleh menentukan kuorum yang lebih
Dalam hal kuorum RUPS pertama tidak tercapai, rapat harus tetapi dibuka dan
kemudian ditutup dengan membuat notulen rapat yang menerangkan bahwa RUPS
pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan selanjutnya dapat
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Selanjutnya konflik yang terjadi dalam pembuatan Berita Acara RUPS yang
dihadapkan kepada notaris yang keabsahan notulen rapat di bawah tangan yang
sering direkayasa, yang terlihat dari daftar hadir yang tidak sesuai. 72
Memang untuk Berita Acara Rapat tidak menjadi soal, apakah orang-orang
yang hadir itu menolak untuk menanda tangani akta itu. Apabila pada pembuatan akta
tersebut pada pemegang saham telah meningggalkan rapat sebelum akta itu ditanda
tangani, maka cukup Notaris menerangkan di dalam akta, bahwa para yang hadir
telah meninggalkan rapat sebelum menanda tangani akta itu dan dalam hal ini tetap
pemberian pembuktian sebaliknya terhadap isi akta itu. Terhadap kebenaran isi dari
akta berita acara rapat tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta itu
adalah palsu. Pada akta partij dapat digugat isinya, tanpa menuduh akan
kepalsuannya, dengan jalan menyatakan bahwa keterangan dari para pihak yang
bersangkutan ada diuraikan menurut sesungguhnya dalam akta itu, akan tetapi
keterangan itu adalah tidak benar. Artinya terhadap keterangan yang diberikan itu
dan menandatangani minuta akta Berita Acara Rapat di hadapan Notaris adalah
72
Hasil wawancara dengan Bapak Marwansyah Nasution, S.H., M.Kn., selaku Notaris di
Kota Medan, tanggal 26 Nopember 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
penerima kuasa/yang ditunjuk secara tegas di dalam notulen rapat yang disampaikan
kepada Notaris untuk membuat akta Berita Acara Rapat. Jadi salah satu hasil
keputusan rapat yang tertuang dalam notulen rapat internal/di bawah tangan tersebut
menghadap Notaris membuat akta berita acara rapat dan sekaligus memohon
pengesahan atau melaporkan hasil rapat kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi
Dengan demikian, dalam suatu rapat umum pemegang saham perseroan dapat
terjadi konflik, sehingga Notaris yang diberi kewenangan dalam mengesahkan akta
Berita Acara Rapat tersebut mendapat kendala, dalam bentuk kourum yang tidak
memenuhi jumlah suara yang ditentukan, notulen rapat yang yang diperhadapkan
tidak sesuai dengan anggaran dasar, serta keabsahan notulen rapat di bawah tangan
yang sering direkayasa, daftar hadir yang tidak sesuai. Maka pembuatan akta Berita
Acara RUPS tidak langsung dapat disahkan oleh Notaris, sehingga harus menunda
selama 14 belas hari (2 minggu) ke depan. Walaupun tetap membuat berita acara
rapat yang isinya adalah sama dengan apa yang dihadapinya saat itu yaitu kegagalan
73
Hasil wawancara dengan Teti Adriani, S.H., selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 2
Desember 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB III
A. Profesi Hukum
sebagainya) tertentu. 74
adalah pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mana pencarian. 75 Sementara itu
menurut Komaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya
1. pengetahuan;
2. penerapan keahlian (competence of application);
3. tanggung jawab sosial (social responsibility);
4. self control;
5. pengakuan oleh masyarakat (social sanction);
oleh A. Pattern Jr., untuk dapat disebut sebagai profesi, pekerjaan itu sendiri harus
74
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), hal. 789.
75
Habeyb, Kamus Populer, dalam Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris dalam
Penegakan Hukum Pidana, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1995), hal. 32.
76
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, dalam Liliana Tedjosaputro, Ibid.,hal. 32.
77
Ibid., hal. 32.
78
Brandels, dalam Liliana Tedjosaputro, Ibid., hal. 33.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. ciri-ciri pengetahuan (intellectual characters);
2. diabdikan untuk kepentingan orang lain;
3. keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial;
4. keberhasilan tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang
merupakan kode etik, serta pula bertanggung jawab dalam memajukan dan
penyebaran profesi yang bersangkutan;
5. ditentukan adanya standar kualifikasi profesi.
bahwa meskipun kriteria untuk menentukan siapa yang memenuhi syarat sebagai
profesional amat beragam, ada lima ciri yang kerap disebut kaun profesional sebagai
berikut:
oleh pertemuan para advokat tanggal 27 Juni 1971, telah dirumuskan tentang unsur-
79
Daryl Koehn, The Ground of Professional Ethics, terjemahan oleh Agus M. Hardjana,
Landasan Etika Profesi, (Jakarta: Kanisius, cetakan ke-5, 2004), hal. 74-75.
80
Ibid., hal. 34.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
c. mengabdi kepada kepentingan umum, mencari nafkah tidak boleh menjadi
tujuan;
d. ada clienten-verhouding, yaitu hubungan kepercayaan di antara advokat dan
clien;
e. ada kewajiban merahasiakan informasi dari clien dan perlindungan dengan
hak merahasiakan itu oleh undang-undang;
f. ada immuniteit terhadap penuntutan tentang hak yang dilakukan di dalam
tugas pembelaan;
g. ada kode etik dan peradilan kode etik (tuchtechtspraak);
h. ada honorarium yang tidak perlu seimbang dengan hasil pekerjaan atau
banyaknya usaha atau pekerjaan yang dicurahkan (orang tidak mampu harus
ditolong tanpa biaya dan dengan usaha yang sama).
Pembinaan Profesi Hukum Tahun 1977 memberikan batasan tentang istilah profesi,
yaitu: 81
a. suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus-menerus dan
berkembang dan diperluas;
81
Ibid., hal. 34-35.
82
Budi Susanto, dalam C.S.T. Kansil, dkk., Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1995), hal. 4.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. suatu teknis intelektual;
c. penerapan praktis dari teknis intelektual pada urusan praktis;
d. suatu periode jenjang untuk pelatihan dan sertifikasi;
e. beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan;
f. kemampuan memberi kepemimpinan pada profesi sendiri;
g. asosiasi dari anggota-anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang
akrab dengan kualitas komunikasi yang tinggi antara anggota;
h. pengakuan sebagai profesi;
i. perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari
pekerjaan profesi;
j. hubungan erat dengan profesi lain.
Tedjosaputro mengatakan bahwa profesi itu harus dibedakan dalam dua jenis yaitu
profesi pada umumnya dan profesi luhur. Dalam profesi pada umumnya, paling tidak
terdapat dua prinsip yang wajib ditegakkan, yaitu : 83 (1) prinsip agar menjalankan
profesinya secara bertanggung jawab, dan (2) hormat terhadap hak-hak orang lain.
Sementara itu, Magnis Suseno mengatakan bahwa dalam profesi yang luhur (officium
noble), motivasi utamanya bukan untuk memperoleh nafkah dari pekerjaan yang
dilakukannya, di samping itu juga terdapat dua prinsip yang penting, yaitu
(1) mendahulukan kepentingan orang yang dibantu, dan (2) mengabdi pada tuntutan
luhur profesi. Untuk melaksanakan profesi yang luhur secara baik, dituntut moralitas
yang tinggi dari pelakunya. Tiga ciri moralitas yang tinggi adalah (1) berani berbuat
dengan tekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi; (2) sadar akan
Selanjutnya, profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain,
misalnya profesi dokter, profesi akuntan, profesi teknik, dan lain-lain. Profesi hukum
83
Liliana Tedjosaputro, op. cit., hal. 35.
84
Ibid., hal. 36..
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
mempunyai ciri tersendiri, karena profesi ini sangat bersentuhan langsung dengan
kepentingan manusia/orang yang lazim disebut “klien”. Profesi hukum dewasa ini
memiliki daya tarik tersendiri, akibat terjadinya suatu paradigma baru dalam dunia
hukum, yang mengarah kepada peningkatan penegakan hukum. Apalagi dewasa ini
isu pelanggaran hak asasi manusia semakin marak diperbincangkan dan telah menjadi
Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai
memiliki nilai moral yang kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria
nilai moral yang kuat mendasari kepribadian profesional hukum. Kelima kriteria
85
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), hal. 19.
86
Ibid., hal. 20-21.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b) Autentik. Autentik artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan
keasliannya, kepribadian yang sebenarnya. Autentik pribadi profesional
hukum antara lain: (1) tidak menyalahkan wewenang; (2) tidak melakukan
perbuatan yang merendahkan martabat (perbuatan tercela); (3) mendahulukan
kepentingan klien; (4) berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan
bijaksana, tidak semata-mata menunggu perintah atasan; (5) tidak mengisolasi
diri dari pergaulan.
c) Bertanggung Jawab. Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib
bertanggung jawab, artinya (1) kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin
tugas apa saja yang termasuk lingkup profesionya; (2) bertindak secara
proporsional tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma
(prodeo).
d) Kemandirian Moral. Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau
tidak mudah mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya melainkan
membentuk penilaian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli
oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi
(pamrih), menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan agama.
e) Keberanian Moral. Keberanian modal adalah kesetiaan terhadap suatu hati
nurani yang menyatakan kesediaan untuk menanggung risiko konflik.
Kesetiaan tersebut antara lain: (1) menolak segala bentuk korupsi, kolusi,
suap, pungli; (2) menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena
pelanggaran lalu lintas jalan raya; (3) menolak segala bentuk cara
penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.
Bertitik tolak dari pemikiran Magnis Suseno mengenai kriteria moral profesi
hukum di atas, terdapat suatu gambaran bahwa seorang yang ingin menekuni profesi
hukum secara baik, sangat perlu merenungkan kriteria di atas. Sebab suatu kenyataan
87
Ibid., hal. 20.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Etika Profesi Hukum
berpatokan pada norma atau tatanan hukum yang berada dalam masyarakat tersebut.
atau tatanan yang ada, maka akan terjadi bias dalam proses interaksi itu. Sebab tidak
norma atau tatanan yang ada, karena terpengaruh oleh adanya hawa nafsu yang tidak
terkendali. Hal yang sama juga akan berlaku bagi yang namanya profesi, khususnya
tersebut.
menjalankan profesi, khususnya profesi hukum, dibentuklah suatu norma yang wajib
dipatuhi oleh orang yang tergantung dalam sebuah profesi yang lazim disebut “Etika
Profesi”. Dengan harapan bahwa para profesional tersebut tunduk dan patuh terhadap
88
Notohamidjojo, dalam Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (BAndung: Citra
Aditya Bakti, 1991), hal. 66.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
B. Kode Etik Profesi Notaris
Menurut Abdul Kadir Muhammad, kode etik profesi merupakan produk etika
terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.
Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu
ketinggalan zaman. 89
menyatakan bahwa etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamn mutu moral profesi itu di mata
kekuasaannya sendiri. 90
Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan,
dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode
etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang
hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik merupakan rumusan norma
moral manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik profesi menjadi tolok ukur
perbuatan anggota kelompok profesi dan merupakan upaya pencegahan berbuat yang
89
Abdul Kadir Muhammad, op. cit., hal. 77.
90
Bartens, dalam Abdul Kadir Muhammad, Ibid., hal. 77.
91
Ibid., hal. 77.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur,
rapi, lengkap, tanpa cacat, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian yang
dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-
berikut: 92
1. Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta
yang terjadi di sekitar para profesional sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada
kenyataan dan menggambarkan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi
tidak lebih dari pajangan lukisan berbingkai.
2. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi
dengan sanksi yang keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan
kesadaran profesional. Rupanya kekurangan ini memberi peluang kepada
profesional yang lemah iman untuk berbuat menyimpang dari kode etik
profesinya.
Semua kode etik profesi dibuat dalam bentuk tertulis dengan maksud agar
dapat dipahami secara konkret oleh para anggota profesi tersebut. Dengan tertulisnya
setiap kode etik, tidak ada alasan bagi anggota profesi tersebut untuk tidak
membacanya dan sekaligus merupakan pegangan yang sangat berarti bagi dirinya.
Menurut Sumaryono, fungsi kode etik profesi memiliki tiga makna, yaitu: 93
92
Ibid., hal. 78.
93
Ibid., hal. 78.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota
kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat.
Anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat dapat melakukan kontrol
melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi telah
memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi. 94
Lebih jauh Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa kode etik profesi
Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu lagi campur tangan untuk
kewajiban profesionalnya. Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku
yang sudah diangap benar atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi
bagi anggota yang tergabung dalam profesi tersebut, maka dapat pula dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara etika dengan profesi hukum.
Menurut Liliana, 96 etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa
masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
94
Ibid., hal. 79.
95
Ibid., hal. 79. lihat juga Supriadi, op. cit., hal. 24-25.
96
Liliana Tedjosaputra, op. cit., hal. 50.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pelayanan hukum dengan disertai refleksi yang seksama, dan oleh karena itulah di
dalam melaksanakan profesi terapat kaidah-kaidah pokok berupa etika profesi yaitu
sebagai berikut: 97
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, terdapat beberapa tujuan pokok dari
97
Ibid., hal. 50.
98
Ibid., hal. 50.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dengan berpatokan pada hubungan etika dan profesi di atas, maka organisasi
profesi memiliki tujuan agar menjalankan profesinya dengan cara profesional. Hal ini
sesuai pendapat yang dinyatakan Wawan Setiawan bahwa ciri-ciri profesional dapat
mempertahankan hubungan antara etika, norma profesi dan kriteria umum sebagai
berikut: 99
99
Wawan Setiawan, dalam Liliana Tedjasaputra, Ibid., hal. 53.
100
Ibid., hal. 54.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
11. mampu menghindari desas-desus;
12. merasa bangga pada profesinya;
13. memiliki motivasi penuh untuk lebih mengutamakan kepentingan masyarakat
yang dilayainya;
14. jujur, tahu akan kewajiban dan menghormati hak pihak/orang lain;
15. segala pengalamannya senantiasa diniati dengan niat dan itikad yang baik,
tujuan yang dicapai hanya tujuan yang baik, demikian pula tata cara mencapai
tujuan itu juga dengan cara yang baik.
Selanjutnya pembahasan kode etik profesi hukum ini akan berkisar pada
Jabatan Notaris Indonesia berasal dari Notaris Reglement (Stbl. 1660-3) bahkan jauh
sebelumnya yakni dalam tahun 1620. Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen
Kerchem dan tugasnya adalah melayani semua surat, surat wasiat di bawah tangan
wasiat (testament), dan akta-akta lainnya dan ketentuan-ketentuan yang perlu dari
kota praja dan sebagainya. Melchior Kerchem pada waktu menjabat sebagai
sebagai secretaris van den gereclite dan notaris publiek. Baru lima tahun kemudian
jabatan-jabatan tersebut dipisahkan dan jumlah notaris pada waktu itu bertambah
kandidat yang telah pernah menjalani masa magang pada seorang notaris. 101
perkembangan negara dan bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan berhasilnya
101
Liliana Tedjosaputra, Etika Profesi dan Profesi Hukum, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hal. 86.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pemerintah orde Reformasi mengundangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
merupakan pengganti Peraturan Jabatan Notariat (Stb. 1660-3) dan Reglement op Het
Kolonial Belanda.
menentukan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum.
menuntut antara lain, bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan masyarakat
memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting
dalam setiap setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai
hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-
lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat
hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global.
Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
tersebut, akan otentik yang merupakan alat bukti tertulis dan terpenuh memberi
berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak
dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik tertentu tidak ada
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh
atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk
memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan
secara keseluruhan.
menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani
kepentingan umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara mufakat meminta
jasa notaris. Menurut Ismail Saleh, Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut
102
Ismail Saleh, dalam Liliana Tedjasaputra, Op. Cit., hal. 86.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Lebih jauh Ismail Saleh mengatakan bahwa empat pokok yang harus
teguh kepada kode etik jabatan notaris. Dalam kode etik Notaris Indonesia telah
ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang oleh notaris (selain memegang teguh
103
Ibid., hal. 87.
104
Supriadi, op. cit., hal. 51-52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada:
4. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada
hukum peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan
berbahasa Indonesia yang baik.
5. Memiliki perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan
nasional, terutama sekali dalam bidang hukum.
6. Berkepribadian dan baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan
notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya.
b. Dalam menjalankan tugas, notaris harus:
4. menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan
dengan penuh rasa tanggung jawab;
5. menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang-
undang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak
menggunakan peratara;
6. tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi
c. Hubungan notaris dengan klien harus berlandaskan:
4. notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan
jasanya dengan sebaik-baiknya;
5. notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum
yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya;
6. notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yanag
kurang mampu;
d. Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah:
4. hormat-menghormati dalam suasana kekeluargaan;
5. tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama;
6. saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atau dasar
solidaritas dan sifat tolong-menolong secara konstruktif.
Dalam salah satu rumusan mengenai kode etik notaris, dicantumkan larangan-
larangan yang tidak boleh dilakukan oleh anggota notaris sebagai berikut: 105
105
Ibid., hal. 53-54.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Mengirim karangan bunga atas kejadian apa pun kepada siapa pun yang
dengan itu nama anggota terpampang kepada umum, baik umum terbatas
maupun tak terbatas;
c. Mengirim orang-orang selaku salesman ke berbagai tempat/lokasi untuk
mengumpulkan klien atau akta.
2. Memasang papan nama yang besarnya/ukurannya melewati batas kewajaran
atau memasang papan nama di beberapa tempat di luar lingkungan kantor
anggota yang bersangkutan.
3. Mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada instansi-instansi,
perusahaan-perusahaan, lembaga-lembaga untuk ditetapkan menjadi notaris
dari instansi, perusahaan, atau lembaga tersebut, baik tanpa apalagi disertai
penurunan tarif yang jumlahnya/besarnya tidak rendah dari tarif yang dibayar
oleh instansi tersebut kepada notarisnya.
4. Menerima/memenuhi permintaan dari seseorang untuk membuat akta
rancangan yang rancangannya telah disiapkan oleh notaris lain. Dalam hal
demikian anggota yang bersangkutan wajib menolak permintaan atau, anggota
boleh memenuhi permintaan itu setelah mendapat izin dari notaris pembuat
rancangan.
5. Dengan jalan apapun berusaha atau berupaya agar seseorang berpindah dari
notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditunjuk langsung kepada klien yang
bersangkutan, maupun melalui perantaraan orang lain.
6. Menempatkan pegawai atau pegawai-pegawai/asisten di satu atau di cabang
yang tempat di luar kantor anggota yang bersangkutan, baik di kantor cabang
yang sengaja dan khusus dibuka untuk keperluan itu, maupun di dalam kantor
atau instansi lembaga/klien anggota yang bersangkutan, di mana
pegawai/asisten tersebut membuat akta-akte itu, membacakannya atau tidak
membacakannya kepada klien, dan menyuruh klien yang bersangkutan
menandatanganinya di tempat pegawai/asisten itu di kantor di instansi atu
lembaga tersebut. Akte-akte yang dibuat oleh (para) pegawai/asisten tersebut
kemudian dikumpulkan untuk ditandatangani oleh anggota (notaris majikan)
dikantornya atau di rumahnya.
7. Mengirim minta kepada klien atau klien untuk ditandatangani oleh klien-klien.
8. Menjelek-jelekkan rekan notaris atau menjelek-jelekkan atau mempersalahkan
akta yang dibuat oleh rekan notaris;
a. Apabila seorang anggota menghadapi suatu akte buatan rekannya yang
ternyata terdapat kesalahan-kesalahan yang serius atau yang
membahayakan klien, maka ia wajib memberitahukan rekan yang
membuat kesalahan itu akan kesalahan ulang dibuatnya, tidak dengan
nada/suara untuk menggurui rekan itu, melainkan untuk menjaga agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa rekan tersebut.
b. Apabila dijumpai keadaan termaksud dalam ayat (8) di atas, maka setelah
berhubungan dengan rekan notaris yang bersangkutan, kepada klien yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
bersangkutan dapat dan hendaknya dijelaskan apa yang merupakan
kesalahan dan bagaimana memperbaikinya.
9. Menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu agar membuat
akta pada notaris yang menahan berkas tersebut.
10. Membiarkan orang lain membuat atau menyuruh orang lain membuat akte dan
menandatangani akte itu sebagai aktenya sendiri, tanpa ia
mengetahui/memahami isi akte itu, apalagi kalau ia menuruti permintaan
orang lain itu untuk tidak mengadakan perubahan sedikit pun pada akte yang
dibuat orang lain tetapi ditandatangani anggota tersebut, dengan lain
perkataan anggota ini dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk
semata-mata menandatangani akte buatan orang lain sebagai akte anggota itu.
11. Membujuk-bujuk atau dengan cara lain apapun memaksa klien membuat akte
padanya atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari notaris lain.
12. Dilarang membentuk kelompok di dalam Ikatan Notaris Indonesia (yang tidak
merupakan salah satu seksi dari organisasi INI) dengan tujuan untuk melayani
kepentingan suatu instansi atau lembaga secara khusus/eksekutif, apalagi
menutup kemungkinan bagi anggota lain untuk berpartisipasi.
yang tidak termasuk dalam larangan sebagaimana disebut di atas adalah sebagai
berikut: 106
suatu kewajiban yang merupakan tanggung jawab anggota tersebut. Kewajiban harus
106
Ibid., hal. 54-55.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
dilaksanakan, karena merupakan tolok ukur dalam menilai kinerja anggota tersebut.
a. Memberi penyuluhan kepada klien, sejauh mungkin sehingga klien itu dapat
menangkap/memahami penyuluhan tersebut walaupun dengan diberikannya
penyuluhan, orang itu urung membuat akta atau urung menjadi klien dari
anggota yang bersangkutan.
b. Memberi isyarat kepada rekan yang membuat kesalahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8)
c. Menjaga agar kliennya tidak makin terjerumus dalam kesalahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8)
d. Menyelesaikan akta PT, CV, Firma, Yayasan, Perkumpulan, sampai tahap
pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan Pengumuman dalam Berita Negara,
apabila klien yang bersangkutan dengan tegas-tegas menyatakan akan
menyerahkan pengurusannya kepada anggota yang bersangkutan dan klien
telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.
e. Kalau pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan Pengumuman dalam Berita
Negara itu telah selesai, anggota wajib memberitahu kepada klien perihal
selesainya pendaftaran/pengumuman itu dan/atau mengirim kepada atau
menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau Berita Negara yang sudah
selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan.
pelanggaran yang dapat dilakukan oleh anggota, selain yang disebut dalam Pasal 1,
dan yang pada umumnya dapat dikenakan sanksi, pelanggaran yang secara umum
disebut pelanggaran terhadap kode etik notaris, yang antara lain meliputi pelanggaran
terhadap:
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Sejalan dengan uraian di atas, maka dalam Pasal 5 kode etik dinyatakan
bahwa tanpa mengurangi tata cara maupun pengertian tingkatan sanksi-sanksi berupa
secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian sementara sebagai anggota INI,
disertai usul Pengurus Pusat kepada kongres untuk memecat anggota yang
dalam:
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5 di atas, maka dalam Pasal 6 kode etik
anggota Ikatan Notaris Indonesia (INI) terhadap pelanggaran termaksud dalam Pasal
5 di atas ini, oleh Pengurus Pusat wajib diberitahukan kepada Menteri Kehakiman
Sebagaimana telah dijelaskan sebelum bahwa dalam dalam suatu rapat umum
pemegang saham perseroan dapat terjadi konflik sehingga, Notaris yang diberi
kewenangan dalam mengesahkan akta berita acara rapat tersebut mendapat kendala,
dalam bentuk kourum yang tidak memenuhi jumlah suara yang ditentukan, notulen
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
rapat yang yang diperhadapkan tidak sesuai dengan anggaran dasar, serta keabsahan
notulen rapat di bawah tangan yang sering direkayasa, daftar hadir yang tidak sesuai.
Maka pembuatan akta berita acara rapat pemegang saham tidak langsung dapat
Pada dasar kedudukan notaris dalam pembuatan akta berita acara rapat dapat
dilihat dari pendapat umum yang dianut, pada setiap akta otentik, dengan demikian
itu sendiri untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Kemampuan ini menurut
Pasal 1875 KUH Perdata tidak dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah
tangan; akta yang dibuat di bawah tangan baru berlaku sah, yakni sebagai yang benar-
benar berasal dari orang, terhadap siapa akta itu dipergunakan, apabila yang menanda
tanganinya mengakui kebenaran dari tanda tangannya itu atau apabila itu dengan cara
yang sah menurut hukum dapat diangap sebagai telah diakui oleh yang bersangkutan.
keabsahannya atau seperti yang lazim disebut dalam bahasa Latin: “acta publica
probant sese ipsa”. Apabila suatu akta kelihatannya sebagai akta otentik, artinya
107
Ibid., hal. 55-63
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
menandakan dirinya dari luar, dari kata-katanya sebagai yang berasal dari seorang
pejabat umum, maka akta itu terhadap setiap orang dianggap sebagai akta otentik,
sampai dapat dibuktikan bahwa akta itu adalah tidak otentik. 108
partij” dan “akta pejabat” dalam hal in adalah sama. Sesuatu akta yang dari luar
kelihatannya sebagai akta otentik, berlaku sebagai akta otentik terhadap setiap orang;
tanda tangan dari pejabat yang bersangkutan (notaris) diterima sebagai sah.
Pembuktian sebaliknya, artinya bukti bahwa tanda tangan itu tidak sah, hanya dapat
saksi-saksi (getuigen) dan ahli-ahli (deskundigen). Jadi dalam hal ini (yakni
“valsheidsprocedure”), yang menjadi persoalan bukan isi dari akta itu ataupun
wewenang dari pejabat itu, akan tetapi semata-mata mengenai tanda tangan dari
pejabat itu. Siapa yang tidak menggugat sahnya tanda tangan dari pejabat itu, akan
tetapi menggugat kompetensinya (misalnya yang membuat itu bukan notaris atau
membuat akta itu di luar daerah jabatannya), bukan menuduh akta itu palsu, sehingga
108
G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit., hal. 55.
109
Ibid., hal. 55
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Seperti dikatakan di atas, kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada akta
yang dibuat di bawah tangan. Sepanjang mengenai pembuktian hal ini merupakan
satu-satunya perbedaan antara akta otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan.
Kalaupun ada perbedaan-perbedaan lain yang membedakan akta otentik dari akta
keharusan berupa akta otentik untuk beberapa perbuatan hukum tertentu dan lain-lain
Dengan kekuatan pembuktian formal ini oleh akta otentik dibuktikan, bahwa
pejabat yang bersangkutan telah menyatakan dalam tulisan ini, sebagaimana yang
tercantum dalam akta itu dan selain dari itu kebenaran dari apa yang diuraikan oleh
pejabat dalam akta itu sebagai yang dikabulkan dan disaksikannya di dalam
menjalankan jabatannya itu. Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta pejabat
(ambtelijke akte), akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni
yang dilihat, didengar dan juga dilakukan sendiri oleh notaris sebagai pejabat umum
Pada akta yang dibuat di bawah tangan kekuatan pembuktian ini hanya
meliputi kenyataan, bahwa keterangan itu diberikan, apabila tanda tangan itu diakui
oleh yang menanda tanganinya atau dianggap sebagai telah diakui sedemikian
menurut hukum.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dalam arti formal, maka terjamin kebenaran/kepastian tanggal dari akta itu,
kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam akta itu, identitas dari orang-orang yang
hadir (comparanten), demikian juga tempat di mana akta itu dibuat dan sepanjang
mengenai akta partij, bahwa para pihak ada menerangkan seperti yang diuraikan
dalam akta itu, sedang kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri hanya pasti
leer). 110
akta partij dan akta pejabat dalam hal ini adalah sama, dengan pengertian bahwa
keterangan pejabat yang terdapat di dalam kedua golongan akta itu ataupun
keterangan dari para pihak dalam akta, baik yang ada di dalam akta partij maupun di
dalam akta pejabat, mempunyai kekuatan pembuktian formal dan berlaku terhadap
setiap orang, yakni apa yang ada, dan terdapat di atas tanda tangan mereka.
membuat keterangan yang kelihatannya tidak berasal dari notaris itu, berarti menuduh
bahwa terjadi pemalsuan dalam materi dari akta itu (materieel geknoel), misalnya
adanya perkataan-perkataan yang dihapus atau diganti dengan yang lain ataupun
ditambahkan. Hal ini berarti menuduh keterangan dari pejabat itu palsu (materiele
110
Ibid., hal. 57
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
valsheid) dan untuk itu harus ditempuh “valsheidsprocedure” (Pasal 148 sub 3 KUA
Perdata).
Dalam pada itu siapa menuduh bahwa akta itu memuat “keterangannya”
(pertijverklaring) yang tidak ada diberikannya, maka dalam hal itu ada dua
kemungkinan. Pertama ia dapat langsung untuk tidak mengakui, bahwa tanda tangan
yang terdapat di bagian bawah dari akta itu adalah tanda tangannya; ia dapat
mengatakan, bahwa tanda tangan yang kelihatannya itu sebagai dibubuhkan olehnya,
adalah dibubuhkan oleh orang lain dan karenanya dalam hal ini ada pemalsuan dan
(ten onrechte) dengan menyatakan dalam akta itu, bahwa tanda tangan itu adalah
tanda tangan yang berasal daripadanya; dalam hal ini ia tidak menuduh tanda tangan
itu palsu, akan tetapi menuduh, bahwa keterangan dari notaris itu adalah tidak benar
(intelectuele valsheid), suatu pengertian yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
suatu kekhilafan, yang mungkin tidak disengaja, sehingga dalam hal ini tuduhan itu
pembuktian material dari keterangan notaris itu, untuk pembuktian dari yang terakhir
hukum.
otentik, terdapat perbedaan keterangan dari notaris yang dicantumkan dalam akta itu
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
dan keterangan dari para pihak yang tercantum di dalamnya. Tidak hanya kenyataan,
bahwa adanya dinyatakan sesuatu yang dibuktikan oleh akta itu, akan tetapi juga isi
dari akta itu dianggap dibuktikan sebagai yang benar terhadap setiap orang, yang
menyuruh adakan/buatkan akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya atau yang
material. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam pasal-pasal 1870, 1871
dan 1875 KUH Perdata; antara para pihak yang bersangkutan dan para ahli waris
serta penerima hak mereka akta itu memberikan pembuktian yang lengkap tentang
kebenaran dari apa yang tercantum dalam akta itu, dengan pengecualian dari apa
mededeling) dan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan yang menjadi
Dalam berbagai arrest dari H.R (Hoge Raad) diakui tentang kekuatan
pembuktian material itu. Dalam arrestnya tanggal 19 Desember 1921 (N.J. 1922, 272,
bahwa akta notaris mengenai jual beli adalah untuk membuktikan dan memang
membuktikan, berdasarkan pasal 1907 N. Bw. (Pasal 1870 KUH Perdata), tidak
hanya bahwa apra pihak ada menerangkan sesuatu mengenai itu di hadapan notaris,
akan tetapi juga membuktikan bahwa para pihak telah mencapai persetujuan
mengenai perjanjian yang dimuat dalam akta itu, jadi dengan demikian telah
mengadakan perjanjian itu, sehingga akta itu juga adalah untuk membuktikan tentang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
harga penjualan dan pembelian dan kebenaran dari apa yang diterangkan oleh para
Dalam perkara yang serupa itu juga H.R. memutuskan dalam arrestnya
tanggal 26 Nopember 1934 (N.J. 1934, 1608; W. 12839) bahwa keterangan yang
terdapat dalam akta pendirian perseroan terbatas mengenai jumlah yang telah disetor,
dengan tidak dapat disangsikan merupakan kenyataan, terhadap mana akta itu
mempunyai kekuatan pembuktian yang lengkap, terhadap mana akta dapat dikatakan
Karena akta itu, isi keterangan yang dimuat dalam akta itu berlaku sebagai
yang benar, isinya itu mempunyai kepastian sebagai yang sebenarnya, menjadi
terbukti dengan sah di antara pihak dan para ahli waris serta para penerima hak
a. bahwa akta itu, apabila dipergunakan di muka pengadilan adalah cukup dan
samping itu;
pengadilan, adalah cukup dan hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda
dinamakan “vrije bewijstheorie”, yang berarti bahwa kesaksian para saksi misalnya
111
Ibid., hal. 60.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
tidak mengikat hakim pada alat bukti itu, akan tetapi lain halnya dengan akta otentik,
di mana undang-undang mengikat hakim pada alat bukti itu. Sebab jika tidak
demikian, apa gunanya undang-undang menunjuk para pejabat yang ditugaskan untuk
membuat akta otentik sebagai alat bukti, jika hakim begitu saja dapat
mengenyampingkannya. 112
Dalam hal berita acara rapat tersebut orang dapat mengemukakan pendapat,
bahwa sulit untuk mengatakan adanya pembuatan akta secara palsu (valselijk
opgemaakt), oleh karena akta notaris hanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa
ada diberikan sesuatu keterangan dan bukan juga dimaksudkan untuk membuktikan
kebenaran dari keterangan itu, dengan perkataan lain, akta itu dalam hal ini tidak
dimaksudkan untuk membuktikan sesuatu yang lain daripada keterangan dari para
pihak (Pasal 263 ayat 1). Demikian halnya dalam akta berita acara rapat umum
pemegang saham.
memang notaris terlindungi penuntutan dari akta berita acara rapat yang disahkannya.
Namun demikian, hal ini merupakan konsekuensi dari kewajiban Notaris itu dalam
pembuatan akta berita acara rapat itu. Dengan kata lain setiap Notaris harus berupaya
menyelesaikan konflik yang ditemui dalam pembuatan berita acara rapat. Di mana
dalam hal terjadinya konflik saat rapat umum pemegang saham, maka Notaris
112
Ibid., hal. 60-61.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
penundaan rapat umum pemegang saham tersebut untuk 14 belas hari (2 minggu) ke
depan, mencari sumber konflik agar dapat menyelesaikan perdamaian, atau jika
sangat perlu menghadirkan orang-orang yang disegani atau oleh pihak atau badan
arbitrase pengacara tersebut, walaupun pada dasarnya Notaris bukanlah pelaku rapat
hanya pembuat akta dari apa yang dibicarakan dalam rapat itu.
yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani
kepentingan masing-masing pihak dalam rapat umum pemegang saham dan inti tugas
notaris adalah mengatur secara mufakat para pihak yang di dalam rapat tersebut.
Sehingga Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi
yang:mempunyai integritas moral yang mantap, harus jujur terhadap klien maupun
diri sendiri (kejujuran intelektual), sadar akan batas-batas kewenangannya, serta tidak
moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus melandasi
pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi,
namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan. Notaris
harus jujur tidak hanya pada kliennya, juga pada dirinya sendiri. Ia harus mengetahui
menyenangkan kliennya, atau agar si klien tetap mau memakai jasanya dalam
pembuatan berita acara rapat tersebut. Kesemuanya itu merupakan suatu ukuran
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Notaris harus menaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang
seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh
tetapi tempat tinggalnya di lain tempat. Seorang notaris juga dilarang untuk
dilanggar, maka akta berita acara rapat dari perseroan tersebut akan kehilangan daya
autentiknya.
selektif dalam pembuatan berita acara rapat umum pemegang saham suatu perseroan
tidak semata-mata didorong oleh pertimbangan itu. Notaris harus tetap berpegang
teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, artinya tidak semata-mata hanya
menciptakan alat bukti formal mengejar adanya kepastian hukum, tapi mengabaikan
kode etik jabatan notaris, yang telah menetapkan kaidah yang harus dipegang oleh
113
Hasil wawancara dengan Bapak Syafnil Gani, S.H, M.Hum., selaku Notaris/PPAT di Kota
Medan, tanggal 10 Desember 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
notaris, selain yang telah diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30
Tahun 2004.
melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada hukum peraturan
jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa Indonesia yang baik.
Memiliki perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan nasional, terutama
sekali dalam bidang hukum. Berkepribadian dan baik dan menjunjung tinggi martabat
jujur tidak berpihak dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Hubungan notaris
mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan
kewajibannya. Selain itu Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah hormat-
persaingan yang merugikan sesama, serta saling menjaga dan membela kehormatan
dan korps notaris atau dasar solidaritas dan sifat tolong-menolong secara konstruktif.
Menteri Hukum dan HAM R.I, bahwa masih ada resistensi dari suatu instansi
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pemerintah. Semua warga negara dan instansi pemerintah atau bahkan semua
harus tunduk dan patuh kepada hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk harus tunduk dan patuh kepada semua materi Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Pra Kongres ini mengusung
pantas dan sesuai dengan tantangan kebutuhan masyarakat saat ini karena Ikatan
untuk selalu meningkatkan kualitas, baik kualitas ilmu, kualitas amal, maupun
Menteri Hukum dan HAM juga berharap kepada Organisasi Ikatan Notaris
konsolidasi dan menegakkan Kode Etik Notaris dalam upaya pembinaan terhadap
114
Demikian disampaikan Menteri Hukum dan HAM dalam sambutan yang dibacakan oleh
Drs. Hasanuddin, Bc.IP, SH, Sekretaris Jenderal Departemen Hukum dan HAM, pada acara
pembukaan Pra Kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar, Sulawesi
Selatan.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
kepada masyarakat, 115 demikian halnya dalam pembuatan berita acara rapat umum
BAB IV
115
Ibid.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN
BERITA ACARA RUPS PERSEROAN TERBATAS
A. Perseroan Terbatas
usaha. Sedangkan “perseroan terbatas” adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau
badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia. 116
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau
utang”. 117
menurut Sutantya dan Sumantono, dari Pasal 36, 40, 42 dan Pasal 45 KUHD dapat
116
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006),
hal. 1. Bentuk-bentuk badan usaha yang dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia adalah
Perseroan Firma (Fa), Perseroan Komanditer (CV yaitu Commanditaire Vennootschap), dan Perseroan
Terbatas (PT). Bentuk-bentuk ini diatur dalam Buku Kesatu Bab III Bagian 1 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Selain itu, masih ada bentuk usaha lain yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang disebut Maatschap atau persekutuan (perdata).
117
M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, (Jakarta: Badan Penerbit
IBLAM, 2005), hal. 7.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
disimpulkan bahwa suatu Perseroan Terbatas mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut: 118
Demikian pula setelah berlakunya UUPT No.1 Tahun 1995 yang telah direvisi
dengan UUPT No.40 Tahun 2007, juga tidak ditemukan secara tegas di dalam pasal-
pasalnya dengan klasifikasi yang bagaimana sehingga suatu badan usaha itu dapat
bahwa perseroan terbatas adalah merupakan badan hukum. Untuk mendapat status
badan hukum inipun masih harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu setelah akta
pendiriannya mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT No.40 Tahun 2007 yang
118
Sutantyo R. Hadikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Bentuk-
Bentuk Perusahaan Yang Berlaku di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal. 40.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Jadi, untuk sampai pada suatu hal yang disebut sebagai badan hukum, maka
badan usaha tersebut lebih dahulu harus berbentuk perseroan terbatas. Akan tetapi
apa dan bagaimana bentuk perseroan terbatas itu tidak dengan jelas disebutkan di
dalam pasal-pasal UUPT No.1 Tahun 1995. Oleh karena itu, UUPT No.1 Tahun
1995 hanya menekankan bahwa merupakan badan hukum bukan saja badan usaha
yang berbentuk perseroan terbatas, melainkan juga yayasan dan koperasi. Boleh
jadi perseroan terbatas adalah pasti merupakan badan hukum sebagaimana
dinyatakan di dalam Pasal 1 ayat (1) UUPT No.1 Tahun 1995 tersebut di atas,
walaupun masih bergantung pada syarat tertentu, yaitu setelah akta pendiriannya
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman (Pasal 7 ayat (6) UUPT No.1
Tahun 1995), tetapi badan hukum belum tentu merupakan perseroan terbatas.
Menurut Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, dari pernyataan Pasal 1 angka 1
UUPT No.1 Tahun 1995 tersebut di atas terdapat 5 hal pokok yang dapat
Pasal 1 angka 2 UUPT No.1 Tahun 1995 yang telah direvisi dengan UUPT
No.40 Tahun 2007 menyatakan “organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang
Saham, Direksi, dan Komisaris”. Berkaitan dengan organ perusahaan tersebut dapat
119
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, Anggota IKAPI, 2002), hal. 25.
120
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta:
Rajawali Press, 1999), hal. 7.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
memang dimatikan atau diakhiri keberadaannya oleh hukum atau undang-
undang. 121
wewenang dan kewajiban sesuai dengan ketetapan dalam anggaran dasarnya. Oleh
karena itu perseroan terbatas adalah suatu badan usaha yang mempunyai
unsur-unsur adanya kekayaan yang terpisah, adanya pemegang saham, dan adanya
pengurus. 122
dan jumlah pemegang saham serta perolehan sahamnya, yaitu PT Tertutup (private)
1. PT Tertutup adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995, sebagai “PT Biasa” karena dalam kaitannya
untuk membedakan dengan PT PMDN, PT PMA dan PT PERSERO.
Modal dasar Perseroan Terbatas (PT) ditetapkan besarnya paling sedikit Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta) rupiah. 124 Namun undang-undang atau
peraturan pelaksanaan yang mengatur bidang usaha tertentu dapat
menentukan jumlah minimum modal dasar PT yang berbeda dari ketentuan
minimum yang telah ditetapkan tersebut.
2. PT Terbuka menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 adalah perseroan
terbatas yang modal dan pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu, atau
perseroan terbatas yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Selanjutnya PT Terbuka atau
Perusahaan Publik didasarkan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut memberikan batas dalam
Pasal 1 ayat (22) bahwa:
121
I.G. Rai Widjaya, 2006, op. cit., hal. 7.
122
Agus Budiarto, op. cit., hal. 25-26.
123
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2005), hal.140-141.
124
Setelah berlakunya UUPT No. 40 Tahun 2007, terjadi perubahan besar modal dasar
perseroan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 32 Modal Dasar Perseroan paling sedikit
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta).
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Perusahaan Publik adalah perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki
modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah)
atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Bentuk PT adalah salah satu bentuk usaha yang paling banyak dipergunakan
dalam dunia usaha, karena mempunyai sifat atau ciri yang khas yang mampu
memberikan manfaat yang optimal kepada usaha itu sendiri dengan sebagai asosiasi
hukum “mandiri” (persona standi in judicio) yang memiliki sifat dan ciri kualitas
yang berbeda dari bentuk usaha lain, yang dikenal sebagai karakteristik suatu
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
perseroan, dan pemegang saham tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan
125
I.G. Rai Widjaya, 2005, op. cit., hal. 142.
126
Ibid., hal. 142-143.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
melebihi nilai saham yang telah diambilnya, dan tidak meliputi harta kekayaan
pribadinya. Dengan perkataan lain bahwa suatu perseroan merupakan badan hukum
2) Kekayaan dan utang perseroan adalah terpisah dari kekayaan dan utang pemegang
saham;
pada saat masih berlakunya peraturan lama mengenai PT yaitu KUHD, Buku Kesatu
Bab III Bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan Terbatas.
Seharusnya ada dua pasal lagi, namun Pasal 57 dan 58 telah dihapuskan dengan
perusahaan yang berbentuk PT, diperlukan suatu proses atau tahap-tahap yang harus
ditempuh. 128
Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi sesuai
dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu perusahaan berdiri
dan memperoleh status sebagai badan hukum yang sah. Bila dianologkan misalnya
127
I.G. Rai Widjaja, 2006, op. cit., hal. 3.
128
I.G. Rai Widjaja, 2005, op. cit., hal. 148.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal, dia dibuatkan akta kelahiran sebagai
bukti tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk menentukan bahwa di kemudian
hari setelah berusia tertentu, bisa dinyatakan dewasa dalam pengertian hukum dan
perbuatan hukum. Demikian juga dengan perseroan terbatas yang baru didirikan atau
baru “lahir”, maka sebagai “artificial person” atau “person in law” yang merupakan
“orang” dalam pengertian hukum, diperlukan Akta Pendirian yang dibuat oleh
Notaris. 129
Perseroan Terbatas, maka sekaligus menggantikan Buku Kesatu Bab III Bagian
Ketiga tentang Perseroan Terbatas, Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 KUHD, kecuali
129
Ibid., hal. 148-149.
130
Ibid., hal. 149.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Menurut Pasal 7 ayat (1) UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi
dengan UUPT No.40 Tahun 2007 disebutkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya
perorangan atau badan hukum. Ketentuan ini menegaskan prinsip yang berlaku
dibentuk berdasarkan perjanjian, dan karena itu mempunyai lebih dari 1 (satu) orang
pemegang saham.
Dalam UUPT berlaku prinsip bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum,
perseroan dibentuk berdasarkan perjanjian, dan karena itu mempunyai lebih dari satu
orang pemegang saham. Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham
pada saat perseroan didirikan. Apabila setelah perseroan disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, kemudian jumlah pemegang saham menjadi kurang
dari dua orang (perseorangan/badan hukum), maka dalam waktu enam bulan
mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain (yang tidak merupakan kesatuan
harta). 131
dua orang atau lebih dan kewajiban untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada
orang lain, tidak berlaku bagi perseroan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang mempunyai status dan karakteristik yang khusus, sehingga persyaratan
131
I.G. Rai Widjaja, 2005, op. cit., hal. 14.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
jumlah pendiri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur dalam peraturan
Pasal 7 ayat (6) UUPT No.40 Tahun 2007 menyatakan dalam hal jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap
kurang dari 2 orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala
perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan,
Persyaratan jumlah pemegang saham dan waktu enam bulan tersebut, juga
sama dengan yang dikenal di Singapura. Hanya saja di sana dimungkinkan bahwa
mereka yang bertindak sebagai nominee (lembaga) bisa isteri, anak, atau teman.
mencantumkan dua nama pendiri pada saat pendaftaran. 133 Perseroan memperoleh
status badan hukum setelah Akta Pendirian perseroan disahkan oleh Menteri Hukum
dan HAM. Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
a. Akta pendirian
Pasal 8 UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UUPT
(1) Akta Pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan
dengan pendirian perseroan.
(2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 membuat sekurang-
kurangnya:
132
Ibid., hal. 15.
133
Ibid., hal. 15.
134
Lihat, Pasal 7 ayat (6) dan (7) UUPT No.1 Tahun 1995.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum dari pendiri perseroan;
b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama
kali diangkat;
c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian
jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor.
(3) Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa:
oleh warga negara Indonesia, namun demikian kepada warga negara asing diberi
Terbatas adalah:
dimohonkan kepada Menteri Hukum dan HAM di Jakarta (sekarang pada Kanwil
Propinsi). 136
135
I.G.Widjaya, 2006, op. cit., hal. 16.
136
Lihat, Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor: M.837-KP.04.11
Tahun 2006 tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Hukum dan Asasi Manusia Republik Indonesia
Dalam Memberikan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas Kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di Seluruh Indonesia.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dalam prakteknya penandatanganan Akte Pendirian PT dilaksanakan dengan
terlebih dahulu Notaris yang bersangkutan mengecek nama PT yang diajukan melalui
b. Pengesahan
Juni 2002.
resmi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Administrasi Badan Hukum Umum
(AHU) Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pelayanan pemerintah dalam bidang jasa hukum yaitu terutama dalam hal pengesahan
pengesahan badan hukum yang cepat dan akurat. Selama ini proses pengesahan atau
perubahan badan hukum dilakukan secara manual yang tentunya memerlukan waktu
yang lama. Dari sisi notaris, proses pengesahan yang semuanya berpusat di Jakarta,
menimbulkan jarak serta memakan waktu. Dari sisi pegawai Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia, dapat menimbulkan banyaknya permohonan yang tertunda
membutuhkan waktu dan kecermatan yang tinggi sedangkan dokumen yang masuk
tidak sebanding dengan jumlah pegawai yang ada. Dalam hal ini seringkali human
error tidak dapat dihindari sehingga dapat terjadi data yang ada tidaklah akurat. 138
137
“Penggunaan SISMINBAKUM, diresmikan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri (Presiden
Republik Indonesia) yang saat itu menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31
Januari 2001, yang pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1 Maret 2001. “Pedoman Penggunaan Sistem
Administrasi Badan Hukum (SISMINBAKUM)”, Yayasan Kesejahteraan Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, hal. 1.
138
Pelaksanaan secara manual juga ini menimbulkan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di
kalangan pegawai. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia terutama bila pihak notaris
membutuhkan cepatnya pengesahan atas badan hukum yang sedang diurusnya. Ibid., hal.1.
139
Pasal 1 Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M-05 HT.01.01 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum di
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia,
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pengguna jasa SISMINBAKUM adalah: Notaris, Konsutan Hukum, dan
pihak lain yang telah memiliki kode password tertentu dan telah memenuhi syarat
Selanjutnya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor
M.01.HT.01.10 Th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan
memenuhi ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Wewenang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Dalam
Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia R.I., melalui Direktur Jenderal Admnistrasi
140
Lihat, Pasal 2 Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M-05 HT.01.01 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum di
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
141
Lihat, Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor
M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta Pendirian
Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
2) Permohonan diajukan secara elektronis dengan mengisi Format Isian Akta
Notaris (FIAN) Model I atau II, dan dilengkapi dokumen pendukung secara
3) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pernyataan
tidak keberatan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia R.I atau Notaris
akta pendirian atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan beserta
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dari Kantor Percetakan Negara R.I
Dokumen fisik Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama perseroan terbatas, bukti
dasar perseroan terbatas dalam Berita Negara R.I dari Kantor Percetakan Negara
R.I, tidak berlaku bagi permohonan persetujuan akta perubahan anggaran dasar
142
Lihat, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
Nomor M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta
Pendirian Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas.
143
Lihat, Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor
M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta Pendirian
Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
perseroan terbatas yang tidak mengubah tempat kedudukan dan tidak
4) Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I setelah
jangka waktu 3 (tiga) hari atau paling lama dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
pernyataan tidak keberatan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
5) Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
perubahan anggaran dasar perseroan terbatas dalam waktu paling lama 60 (enam
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I langsung memberitahukan kepada Notaris
yang bersangkutan secara elektronis, 146 dan pernyataan tidak keberatan menjadi batal
dan dicabut kembali. Pernyataan tidak keberatan batal dan dicabut kembali, pendiri
144
Lihat, Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor
M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta Pendirian
Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas.
145
Lihat, Pasal 7 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor
M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta Pendirian
Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas.
146
Hal ini dapat dilaksanakan mengingat seluruh proses pembuatan dilakukan secara on line
melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh setiap Notaris yang mengikuti SISMINBAKUM.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan
alamat lengkap perseroan terbatas, jangka waktu, maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha, dan modal perseroan terbatas menjadi kewenangan dan tanggung jawab
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. Sedangkan terhadap materi akta
pendirian dan akta perubahan anggaran dasar yang telah dibuat dihadapan Notaris
c. Penyertaan modal
Perbuatan hukum yang berkaitan dengan susunan dan penyertaan modal serta
susunan saham perseroan, yang dilakukan oleh pendiri sebelum perseroan didirikan,
UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan Pasal 12 UUPT No.40
147
Lihat, Pasal 6 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
Nomor M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta
Pendirian Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas.
148
Lihat, Pasal 8 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor
M.01.HT.01.10 th. 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta Pendirian
Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
kedudukan Notaris yang membuat akta otentik tersebut disebutkan dalam
akta pendirian perseoan.
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) tidak dipenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan
kewajiban serta tidak mengikat perseroan.
Naskah asli atau salinan resmi akta otentik mengenai perbuatan hukum
tersebut di atas dilekatkan pada Akta Pendirian. Justru semua dokumen yang memuat
perbuatan hukum yang terkait dengan pendirian perseroan yang bersangkutan harus
ditempatkan sebagai satu kesatuan dengan Akta Pendirian, dengan cara melekatkan
atau menjahitkan dokumen tersebut sebagai satu kesatuan dengan Akta Pendirian.
tidak terpenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban
bagi perseroan kecuali apabila dikukuhkan menurut cara sebagai berikut: 149
d. Anggaran Dasar
1) Persyaratan
Pasal 12 UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan Pasal 15
149
Ibid., hal. 17-18. lihat juga Pasal 11 UUPT No.1 Tahun 1995.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
c. jangka waktu berdirinya perseroan;
d. besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang
disetor;
e. jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham.
f. susunan, jumlah, dan nama anggota Direksi dan Komisaris;
g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Direksi dan Komisaris;
i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen; dan
dan usul adanya perubahan Anggaran Dasar dicantumkan dalam surat panggilan atau
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Perubahan atas Anggaran Dasar dibagi menjadi dua yaitu perubahan yang
berikut:
a) Perubahan Mendasar
Pasal 15 ayat (2) UUPT No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi
dengan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) UUPT No.40 Tahun 2007 yang
menyatakan:
b) Perubahan lain
tertentu Anggaran Dasar) cukup dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM RI
dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak keputusan
persetujuan maupun yang hanya cukup dilaporkan kepada Menteri Hukum dan
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
HAM RI, dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan
bahwa hal ini berbeda dengan yang biasa dilakukan selama ini bahwa tidak setiap
perubahan Anggaran Dasar perlu dibuat dengan akta notaris, melainkan hanya
hal-hal yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut UUPT No.1 Tahun 1995,
yang hanya cukup dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM mulai berlaku sejak
Dasar dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM. Perubahan Anggaran Dasar
tidak dapat dilakukan pada saat perseroan dinyatakan pailit kecuali dengan
dengan penambahan modal, pergantian Direksi dan atau Komisaris, atau perubahan
sesuai dengan prinsip-prinsip kepailitan, antara lain semua perbuatan hukum dalam
keadaan pailit hanya dapat dilakukan oleh atau dengan persetujuan kurator.
Pasal 1 butir 3 UUPT yang menyatakan Rapat umum pemegang saham yang
150
I.G.Widjaya, 2006, op. cit., hal. 21.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan
tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah
Kekuasaan yang tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang yang
pengertian bahwa direksi atau komisaris mempunyai wewenang yang tidak dapat
dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban, wewenang dari setiap organ termasuk
RUPS sudah diatur secara mandiri (otonom) di dalam UUPT. Setiap organ diberi
kebebasan bergerak asal semuanya dilakukan demi tujuan dan kepentingan perseroan.
Instruksi dari organ lain, misalnya RUPS, dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi
meskipun direksi diangkat oleh RUPS sebab pengangkatan direksi oleh RUPS tidak
berarti bahwa wewenang yang dimiliki direksi merupakan pemberian kuasa atau
bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada direksi melainkan wewenang
yang ada pada direksi adalah bersumber dari undang-undang dan anggaran dasar.
Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencampuri tindakan pengurusan perseroan
sehari-hari yang dilakukan direksi sebab tindakan direksi semata-mata adalah untuk
kepentingan perseroan, bukan untuk RUPS. Paham klasik yang berpendapat bahwa
lembaga RUPS merupakan kekuasaan tertinggi PT, dalam arti segala kekuasaan yang
ada dalam suatu PT tidak lain bersumber dari RUPS, kiranya sudah ditinggalkan oleh
UUPT No1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UUPT No.40 Tahun 2007
tersebut.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan paham tersebut, komisaris dan direksi mempunyai kekuasaan
berdasarkan mandat atau kuasa dari RUPS sehingga apabila RUPS menghendakinya
kewajiban dan wewenang dari organ perseroan yang oleh UUPT telah diatur secara
mandiri (otonom) bagi tiap-tiap organ tersebut, menurut Emmy Panggaribuan, 151
sudah menggambarkan adanya paham baru yang dikenal sebagai paham institusional.
Paham ini menurut Rudhi Prasetya, 152 berpandangan bahwa ketiga organ PT masing-
sebagaimana yang diberikan dan menurut undang-undang dan anggaran dasar tanpa
wewenang organ yang satu boleh dikerjakan oleh organ yang lain. Dengan demikian,
undang-undang dan anggaran dasar, maka pengurus tersebut berhak untuk tidak
komisaris maupun RUPS. Dengan perkataan lain, menurut paham tersebut wewenang
yang ada pada organ-organ dimaksud bukan bersumber dari limpahan atau kuasa dari
151
Emmy Pangaribuan, Interaksi Fungsi Organ Perseroan Terbatas dan Perlindungannya
Kepada Pemegang Saham dan Kreditur Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Makalah
Seminar Nasional, (Yogyakarta: UGM, 1995), hal. 32.
152
Rudhi Prasetyo, Kedudukan, Peran dan Pertanggungjawaban Pengurus Perseroan
Terbatas. Makalah Seminar Hukum Dagang Badan Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta:
Departemen Kehakiman, 1987), hal. 11.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. RUPS Tahunan, yang diselenggarakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan
kebutuhan.
berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, maka
Pasal 79 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu)
orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu
persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran
dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, atau Dewan Komisaris. Jadi
menurut Pasal 80 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa dalam hal Direksi atau
Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang
Ketentuan ini merupakan kontrol dari pemegang saham yang diberikan oleh
undang-undang atas pengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh direksi dan
komisaris melalui ketua pengadilan negeri yang berwenang memberi izin. Ketua
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
pengadilan negeri dapat memerintahkan direksi dan atau komisaris untuk hadir dalam
RUPS tersebut bahkan dapat juga menentukan bentuk, isi, dan jangka waktu
pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan Undang-
Selanjutnya dengan mengacu pada Pasal 82 UUPT No.40 Tahun 2007, guna
(1) Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan
tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.
(2) Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan iklan
dalam Surat Kabar.
(3) Dalam pemanggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata
acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam
RUPS tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan
RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.
(4) Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta.
(5) Dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), dan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan
ayat (3), keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak
suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui
dengan suara bulat.
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemanggilan RUPS.
153
Agus Budiarto, op. cit., hal. 59.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
3. Wewenang RUPS
atau asosiasi modal, yang oleh undang-undang diberi status sebagai badan hukum.
Dengan demikian pada hakikatnya perseroan terbatas itu adalah wadah kerja sama
dari pada pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Artinya bahwa RUPS sebagai organ perseroan terbatas
memiliki kekuasaan dan kewenangan yang tertinggi yang tidak dimiliki atau
diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan dalam
ditiadakan selama tidak ada perubahan UUPT. Sedangkan wewenang eksklusif dalam
disetujui oleh Menteri Hukum dan HAM yang dapat diubah melalui perubahan
UUPT No.1 Tahun 1995 memberi batasan terhadap wewenang RUPS, yaitu
sejauh yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris. Dengan demikian, dapat
mengatur tentang RUPS dan Bab VI yang mengatur tentang Direksi dan Komisaris,
154
Racmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni,
2004), hal. 128
155
Ibid., hal. 130
156
Agus Budiarto, op. cit., hal. 60-61. Lihat juga Bab V dan Bab VI UUPT No.1 Tahun 1995
sebagaimana telah direvisi menjadi Bab VI dan Bab VII UUPT No.40 Tahun 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Pengangkatan direksi dan komisaris adalah menjadi wewenang RUPS
demikian juga dengan pemberhentian direksi dan komisaris.
2. RUPS mempunyai wewenang mengambil keputusan untuk mengubah
anggaran dasar.
3. Wewenang RUPS juga dapat dilihat pada perbuatan penggabungan/merger
dan akuisisi di antara perusahaan.
Walaupun rencana merger dan akuisisi merupakan pekerjaan direksi dari
perseroan-perseroan yang bersangkutan, namun penggabungan dan akuisisi
hanya dapat dilakukan jika disetujui RUPS masing-masing perseroan.
Persetujuan itu adalah hak dan wewenang dari RUPS.
Hal ini berarti bahwa tidak ada perusahaan yang akan melakukan merger
ataupun akuisisi dengan sah tanpa persetujuan dari RUPS masing-masing
perusahaan tersebut.
4. RUPS berwenang membuat peraturan tentang pembagian tugas dan
wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi.
Tugas tersebut dapat dilimpahkan kepada komisaris jika ditentukan demikian
dalam anggaran dasar.
5. RUPS berwenang mengangkat satu pemegang saham atau lebih untuk
mewakili perseroan dalam keadaan direksi tidak berwenang, mewakili
perseroan karena terjadi perselisihan/perkara antara direksi dengan perseroan
atau terjadi pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan.
6. RUPS berwenang mengambil keputusan jika diminta oleh direksi untuk
memberikan persetujuan guna mengalihkan atau menjadikan jaminan utang
seluruh atau sebagian harta kekayaan perseroan.
7. RUPS mempunyai wewenang mengambil keputusan atas permohonan
kepailitan perseroan yang akan dimajukan direksi kepada pengadilan negeri.
8. RUPS berwenang dan berhak meminta segala keterangan yang berkaitan
dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau komisaris. Sebaliknya, hal
ini merupakan kewajiban bagi direksi atau komisaris untuk memberikan
keterangan yang diperlukan oleh RUPS.
dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain. Hak
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pemegang saham baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa
berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah
saham yang dimilikinya, tetapi tidak berlaku bagi pemegang saham dari saham tanpa
hak suara. Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham
berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan pemegang saham tidak berhak
memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk sebagian dari jumlah
saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda (Pasal 85 ayat (1), (2) dan (3)).
pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa
yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut. Ketua rapat berhak
menentukan siapa yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan
UUPT dan Anggaran Dasar Perseroan (Pasal 85 ayat (4), (5), dan (6)).
5. Kuorum RUPS
Korum yang harus dicapai bagi sahnya suatu RUPS berdasarkan UUPT ini
berbeda-beda, tergantung kepada materi atau masalah yang akan diputuskan. Begitu
juga besarnya pemegang saham yang harus memberikan persetujuan agar putusan
rapat menjadi sah berbeda-beda menurut materi atau masalah yang diputuskan.
Secara umum menurut Pasal 86 UUPT No.40 Tahun 2007 dan Anggaran
(1) RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ (satu suara) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali
Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang
lebih besar.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
(2) Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat
diadakan pemanggilan RUPS kedua.
(3) Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama
telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum.
(4) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil
keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu pertiga) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran
dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.
(5) Dalam hal kuorum RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak
tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan atas permohonan
Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.
(6) Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah
dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan
dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan
negeri.
(7) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
(8) Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan.
(9) RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10
(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang
mendahuluinya dilangsungkan.
tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali UUPT dan Anggaran Dasar menentukan
bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar
(Pasal 87).
RUPS untuk mengubah anggaran dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling
sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
keputusan RUPS yang lebih besar. Dalam hal kuorum tidak tercapai, maka dapat
dilaksanakan RUPS kedua bahkan RUPS ketiga yang dilakukan dengan permohonan
dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan
adalah sah jika disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara
(Pasal 89).
Dalam hal setiap kuorum tidak tercapai, maka dapat dilakukan RUPS kedua
berlaku ketentuan-ketentuan dalam Pasal 86 ayat (5), (6), (7), (8) dan ayat (9) pada
tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
C. Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara RUPS Perseroan
Terbatas
Pasal 7 ayat (1) UUPT No.40 Tahun 2007 menyatakan “Perseroan didirikan
oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa
Indonesia”. Sejalan dengan itu dalam Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris No.30
Tahun 2004 dinyatakan, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
yang cukup sentral di dalam bidang hukum perusahaan. Peran Notaris tersebut mulai
terlihat pada proses pendirian PT dalam pembuatan akta pendirian perseroan sampai
dengan proses permohonan pengesahan badan hukum PT kepada Menteri Hukum dan
Notaris, sedangkan Menteri Hukum dan HAM adalah lembaga negara penentu status
badan hukum PT yang didirikan tersebut. Setelah PT diberi roh kehidupan oleh
jawab hukum sama sekali belum ada. Kemandirian tanggung jawab hukum baru
Dalam suatu PT sesuai yang dinyatakan dalam Pasal 1 butir 4 dan Pasal 75
UUPT No.40 Tahun 2007 dinyatakan, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
157
Anisitus Amanat, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas, 1995 dan
Penerapannya Dalam Akta Notaris, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), hal. 172.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
adalah organ PT yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.
RUPS mempunyai segala kewenangan yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT dan atau Anggaran Dasar.
Dalam setiap pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham wajib dibuat akta
risalah RUPS, beserta hal-hal yang diputuskan oleh RUPS. Isi dan bentuk akta risalah
harus bisa menggambarkan jalannya acara pelaksanaan RUPS. Hal ini dikarenakan
akta tersebut bersifat verbal akta atau dinamakan akta berita acara RUPS. Artinya
jenis akta yang dibuat oleh Notaris berisi gambaran suatu kejadian yang disaksikan
bertugas untuk membuat Berita Acara RUPS dalam kedudukannya sebagai pejabat
No. 30 Tahun 2004 (UUJN) bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini.
pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai
semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan
158
H. Rustam Effendi Rasyid, Notaris dan Akta, Bahan Diktat Kuliah, tt., hal. 11.
mengatakan, akta relaas: akta yang dibuat Notaris sebagai pejabat umum, yang menguraikan secara
otentik suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat
akta dalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris antara lain: berita acara rapat pemegang saham
dalam perseroan terbatas, akta pencatatan budel.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta
grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu
peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecuali kepada pejabat atau orang lain.
termaksud dapat berupa, antara lain sebagai syarat untuk menyatakan adanya suatu
fungsi, akan tetapi fungsi akta yang paling penting di dalam hukum adalah sebagai
alat pembuktian. Juga dapat diketahui bahwa suatu akta itu dapat merupakan
beberapa fungsi yang tergabung menjadi satu di dalamnya, yaitu satu akta di samping
menyatakan adanya suatu perbuatan hukum juga sekaligus mempunyai fungsi sebagai
Suatu akta yang dimaksudkan dengan mempunyai fungsi sebagai syarat untuk
menyatakan adanya suatu perbuatan hukum adalah bahwa dengan tidak adanya atau
tidak dibuatnya akta, maka berarti perbuatan hukum itu tidak terjadi. Dalam hal ini
dapat diambilkan contoh sebagaimana ditentukan dalam pasal-pasal 1681, 1682, 1683
KUH Perdata (tentang cara menghibahkan), Pasal 1945 KUH Perdata (tentang
sumpah di muka hakim) untuk akta otentik; sedangkan untuk akta di bawah tangan
seperti halnya dalam pasal-pasal 1610 KUH Perdata (tentang pemborongan kerja),
1776 KUH Perdata (tentang meminjamkan uang dengan bunga), 1851 KUH Perdata
159
Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, (Bandung: Alumni, 1992),
hal. 46-47
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
(tentang perdamaian). Jadi akta di sini maksudnya digunakan untuk lengkapnya suatu
perbuatan hukum.
Fungsi suatu akta sebagai alat pembuktian dimaksudkan bahwa dengan tidak
adanya atau tidak dibuatnya akta, maka berarti perbuatan hukum tersebut tidak dapat
terbukti adanya. Dalam hal ini dapat diambilkan contoh sebagaimana yang ditentukan
dalam pasal 150 KUH Perdata (tentang perjanjian kawin) dan pasal 258 KUH
Dagang (tentang asuransi). Jadi di sini akta memang dengan sengaja sejak semula
Menurut Pasal 165 HIR/285 RBg akta otentik ialah suatu surat yang dibuat
berkuasa untuk membuat surat itu, memberikan bukti yang cukup bagi kedua belah
pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak dari padanya, tentang
segala hal yang tersebut dalam surat itu dan juga segala hal yang tercantum dalam
surat itu sebagai pemberitahuan saja, tetapi yang tersebut kemudian itu hanya sekedar
diberitahukan itu langsung berhubungan dengan pokok yang disebut dalam akta itu.
UUJN memberikan hak istimewa kepada Notaris sebagai Pejabat Umum yang
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta. Semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Dengan demikian terlihat bahwa Notaris adalah pejabat umum yang
pejabat lain, demikian juga halnya dalam pembuatan Berita Acara RUPS dari suatu
jabatannya.
Sebagai pejabat umum, maka Berita Acara RUPS yang dibuat Notaris itu
memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada
Notaris. Namun, Notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang
termuat dalam akta notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan
kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi
akta notaris itu, serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap
Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui, atau
Sebagai pejabat umum, maka Berita Acara RUPS yang dibuat Notaris itu
saham yang hadir dalam rapat tidak menandatanganinya. Namun, hal itu tidak berarti
bahwa para pemegang saham yang telah hadir dalam rapat mutlak tidak perlu
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
menandatangani Akta Pernyataan Keputusan RUPS yang dibuat oleh Notaris.
Penandatangan Berita Acara RUPS tetap perlu, kecuali ada alasan-alasan tertentu
yang menyebabkan para pemegang saham tidak dapat menandatangani Berita Acara
RUPS tersebut. Akan tetapi, alasan-alasan tersebut tetap harus dijelaskan oleh Notaris
di dalam Berita Acara RUPS, dan hal itu tidak berarti mengurangi otentisitas Akta
oleh para pihak yang bersangkutan atau setidak-tidaknya di dalam akta itu
diterangkan apa yang menjadi alasan tidak ditandatanganinya akta itu oleh pihak atau
para pihak yang bersangkutan, misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf
atau tangannya lumpuh dan lain sebagainya, dan keterangan itu dalam hal ini berlaku
sebagai ganti tanda tangan (surrogaat tanda tangan). Dengan demikian untuk akta
partij penanda tanganan oleh para pihak merupakan suatu keharusan (Pasal 18
Sedangkan untuk akta relaas tidak menjadi soal, apakah orang-orang yang
hadir itu menolak untuk menandatangani akta itu. Apabila misalnya pada pembuatan
Berita Acara RUPS dalam perseroan terbatas orang-orang yang hadir telah
menerangkan di dalam akta, bahwa para yang hadir telah meninggalkan rapat
160
G.H.S. Lumbantobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, 1983), hal. 52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
sebelum menandatangani akta itu dan dalam hal ini akta itu tetap merupakan akta
otentik. 161
pembuktian sebaliknya (tegenbewijs) terhadap isi akta itu. Terhadap kebenaran isi
dari akta pejabat (ambtelijke akte) tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh
bahwa akta itu adalah palsu. Pada akta partij dapat digugat isinya, tanpa menuduh
akan kepalsuannya, dengan jalan menyatakan bahwa keterangan dari para pihak yang
bersangkutan ada diuraikan menurut sesungguhnya dalam akta itu, akan tetapi
keterangan itu adalah tidak benar. Artinya terhadap keterangan yang diberikan itu
Kekuatan pembuktian akta otentik, dengan demikian juga akta notaris, adalah
bahwa harus ada akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang
terletak pemberian tanda kepercayaan kepada Notaris itu dan pemberian kekuatan
pembuktian pada akta-akta yang mereka buat. Sebab jika tidak demikian untuk apa
menegaskan kepada mereka untuk “memberi keterangan dari semua apa yang mereka
saksikan di dalam menjalankan jabatan mereka” atau untuk “merelatir secara otentik
semua apa yang diterangkan oleh para penghadap kepada notaris, dengan permintaan
161
Ibid., hal. 53
162
Ibid., hal. 53.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
menugaskan para Notaris untuk membuat akta mengenai itu. 163 Demikian halnya
berwenang dan wajib memeriksa notulen rapat umum pemegang saham, tentang
perseroan, apabila notulen rapat tersebut ternyata tidak memenuhi ketentuan dalam
anggaran dasar perseroan dan undang-undang, maka notaris berhak untuk menolak
pembuatan berita acara rapat. Notaris bertanggung jawab sebatas tentang adanya
notulen rapat dan penghadap yang memohon dibuat akta berita acara rapat tersebut.
sendiri. 164
Notaris yang bersangkutan telah menyatakan dalam tulisan ini, sebagaimana yang
tercantum dalam akta itu dan selain dari itu kebenaran dari apa yang diuraikan oleh
Notaris dalam akta itu sebagai yang dikabulkan dan disaksikannya di dalam
menjalankan jabatannya. Dalam arti formal, sepanjang mengenai Akta Berita Acara
RUPS, akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni yang dilihat,
didengar dan juga dilakukan sendiri oleh Notaris sebagai pejabat umum di dalam
163
Ibid., hal. 54
164
Hasil wawancara dengan Teti Adriani, S.H., selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 2
Desember 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
UUJN mengatur secara rinci tentang jabatan umum yang dijabat oleh
Notaris, sehingga Akta Berita Acara RUPS sebagai akta otentik yang dibuat
oleh atau di hadapan Notaris harus mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum bagi para pemegang saham sendiri ataupun kepada pihak
ketiga dari perseroan terbatas tersebut. Karena kedudukan akta Berita Acara
RUPS sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, sehingga apa yang
dinyatakan dalam Akta Berita Acara RUPS yang dibuat di hadapan Notaris
tersebut harus diterima. Namun Notaris harus bertanggung jawab dalam hal
dari Pasal 16 ayat (1) UUJN yang menyatakan dalam menjalankan jabatannya,
setiap penyelenggaraan RUPS harus dibuatkan berita acara rapat yang disetujui
dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS (Pasal 77 UUPT No.40 Tahun
sehingga penandatangan oleh semua peserta RUPS tidak menjadi mutlak tetapi
cukup hanya ditandatangani ketua atau salah seorang peserta rapat dan Notaris
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
menandatangani akta itu.
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
mempunyai tanggung jawab atas kebenaran isi berita acara rapat yang dibuatnya
dan menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum bagi para
pemegang saham sendiri ataupun kepada pihak ketiga demi kelanjutan perseroan
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB V
D. Kesimpulan
1. Dalam suatu rapat umum pemegang saham perseroan dapat terjadi konflik, karena
tidak ada kata sepakat, penerima kuasa dalam notulen rapat tidak sesuai dengan
dibawah tangan sering direkayasa, serta daftar hadir yang tidak sesuai, sehingga
dalam pengambilan keputusan tidak mendapat suara yang sama, oleh karenanya
notaris harus mengatasi hal ini dengan memberikan solusi yang dapat diterima
ditempuh, musyawarah kembali. Jika segala usaha ini ternyata gagal, notaris tidak
wajib melanjutkan rapat tersebut, dan pimpinan rapat (Dirut) harus menutup rapat
karena konflik tidak dapat dihentikan. Notaris tetap membuat berita acara rapat
yang isinya adalah sama dengan apa yang dihadapinya saat itu yaitu kegagalan
2. Upaya Notaris dalam terjadinya konflik saat rapat diadakan: memberikan solusi
sumber konflik agar dapat menyelesaikan perdamaian, atau jika sangat perlu
menghadirkan orang-orang yang disegani atau oleh pihak atau badan arbitrase
pengacara dan sebagainya. Namun notaris bukanlah pelaku rapat, notaris hanya
pembuat akta berita acara rapat dari apa yang dibicarakan dalam rapat itu.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
3. Tanggung Jawab Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara RUPS dalam
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
jawab atas kebenaran isi berita acara rapat yang dibuat dan menjamin kepastian
hukum, ketertiban dan perlindungan hukum bagi para pemegang saham sendiri
ataupun kepada pihak ketiga demi kelanjutan perseroan terbatas tersebut tanpa
E. Saran
1. Disarankan kepada notaris jika terjadi konflik, RUPS perseroan terbatas tidak
dapat diteruskan, namun notaris harus tetap membuat berita acara RUPS
2. Notaris dapat bersifat bijaksana, arif, seimbang dan tidak memperburuk suasana
konflik yang sedang terjadi, jika tidak tercapai kata sepakat mungkin dapat
3. Disarankan kepada organ perseroan terbatas yang akan mengadakan rapat harus
mengetahui konflik apa yang akan timbul dalam rapat tersebut, karena Notaris
hanya pembuat akta bukan anggota rapat, yang hanya berwenang membuat segala
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Habeyb, Kamus Populer, dalam Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris dalam
Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1995.
Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, PT. Raja
Granfindo Persada, Jakarta. 1996.
Hartono, C.F.G. Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20,
Alumni Bandung, 1994.
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, West Publishing Co.,
St. Paull Minn, 1990.
http://www.Hukumonline.com,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta, 1991.
Kansil, C.S.T., dkk., Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita,
1995.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, PT.Raja Granfindo
Persada, Jakarta, 1993.
Menteri Hukum dan HAM, “Pra Kongres Ikatan Notaris Indonesia”, pada tanggal 13-
16 Juli 2005 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Mertokusumo, Sudikno, Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris, Renvoi, Nomor 12,
tanggal 3 Mei 2004.
Muhammad, Abdul Kadir, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.
Peters, Antonie A.G, dan Koesrini Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial,
Buku III Teks Sosiologi Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1990.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
Rasjidi, Lili dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Mandar Maju,
Bandung, 2003.
Rasyid, H. Rustam Effendi, Notaris dan Akta, Bahan Diktat Kuliah, tt.
Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Kepailitan, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2002.
Subekti, R., Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIV, PT. Intermasa, Jakarta,
1986.
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2006.
Tedjosaputra, Liliana, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2003.
Tumbuan, Fred B.G, “Tugas dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut
Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas”, Disampaikan pada Acara
“Sosialisasi Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas” yang
diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 22 Agustus
2007 di Jakarta.
Widjaya, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Kesaint Blanc, Jakarta,
2006.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008
Widjaya, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Khusus Pemahaman
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, edisi revisi, Kesain Blanc, 2006.
Yani, Ahmad & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Rajawali
Press, Jakarta, 1999.
Peraturan Perundang-Undangan:
Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M-05 HT.01.01 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi
Badan Hukum di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor M.01.HT.01.10 th.
2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta
Pendirian Persetujuan, Penyampaian Laporan, Dan Pemberitahuan Akta
Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008
USU e-Repository © 2008