SALINAN
(8) Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines, berkedudukan di Lion Air Tower,
Jalan Gajah Mada Nomor 7, Jakarta Pusat 10130, Indonesia; ------------------------(9) Terlapor IX, PT Metro Batavia, berkedudukan di Jl. Ir. H. Juanda No. 15,
Jakarta Pusat 10120, Indonesia; ----------------------------------------------------------(10) Terlapor X, PT Kartika Airlines, berkedudukan di Wisma Intra Asia, Jalan Prof.
Dr. Soepomo, S.H. Nomor 58, Jakarta Selatan 12870, Indonesia; -------------------(11) Terlapor XI, PT Linus Airways, terakhir diketahui berkedudukan di Grand
Boutique Centre, Jalan Mangga Dua Raya Blok C Nomor 4, Jakarta Utara 14430,
Indonesia; -----------------------------------------------------------------------------------(12) Terlapor XII, PT Trigana Air Service, berkedudukan di Komplek Puri Sentra
Niaga, Jalan Wiraloka Blok D 68-69-70, Kalimalang, Jakarta Timur 13620,
Indonesia;( -----------------------------------------------------------------------------------(13) Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia, berkedudukan di Office Management
Building, 2nd Floor, Soekarno-Hatta International Airport Jakarta 19110,
Indonesia; ------------------------------------------------------------------------------------telah mengambil Putusan sebagai berikut:
Majelis Komisi: -----------------------------------------------------------------------------------Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;------------------Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan (selanjutnya disebut
LHPP);-------------------------------------------------------------------------------------------Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (selanjutnya disebut LHPL);
Setelah membaca Tanggapan/Pembelaan/Pendapat para Terlapor; -------------------------Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut BAP); ---------------
1.
SALINAN
yang diduga melakukan pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 terkait
dengan pemberlakuan fuel surcharge oleh maskapai penerbangan; -----------------2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menimbang
bahwa
selanjutnya
Sekretaris
Jenderal
Sekretariat
Komisi
9.
SALINAN
10.
11.
12.
Menimbang
bahwa
selanjutnya
Sekretaris
Jenderal
Sekretariat
Komisi
14.
maka
60/KPPU/KEP/II/2010
Komisi
menerbitkan
Keputusan
08
2010
tanggal
Februari
tentang
Komisi
No.
Perpanjangan
16.
Menimbang
bahwa
selanjutnya
Sekretaris
Jenderal
Sekretariat
Komisi
SALINAN
17.
18.
19.
Menimbang bahwa identitas dan keterangan Terlapor dan para Saksi, telah dicatat
dalam BAP yang telah diakui kebenarannya serta masing-masing telah
ditandatangani oleh yang bersangkutan (vide bukti B1 s/d B35); ---------------------
20.
21.
Bahwa berikut disampaikan profil singkat para Terlapor dalam perkara ini: -------
Tabel 1
Profil PT Garuda Indonesia (Persero)
Nama perusahaan
Tahun berdiri
1950
Pemerintah RI (96%)
PT Angkasa Pura I (1,52%)
PT Angkasa Pura II (2,48%)
Direksi (2008)
Komisoaris (2008)
Jenis
dan
jumlah
pesawat
serta
kapasitas
51 pesawat
SALINAN
penumpang masing-masing
72 rute
Keterangan
Tabel 2
Profil PT Sriwijaya Air
Nama perusahaan
Tahun berdiri
2003
SALINAN
Fandy Lingga (1%)
(vide C2.1)
Direksi
Komisaris
serta
kapasitas
23 pesawat
Boeing 737-200 (125 seats)
Boeing 737-300 (141 seats)
Boeing 737-400 (166 seats)
88 rute
PGK-CGK,
TRK-BPN,
BKS-CGK,
MES-BTH,
BPN-SUB,
MLG-CGK,
PNK-CGK,
TNJ-CGK,
PKY-CGK,
BDJ-CGK,
PKU-CGK,
Tabel 3
Profil PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)
Nama perusahaan
Tahun berdiri
1962
SALINAN
Direksi
Komisaris
serta
kapasitas
268 rute
JET: DPS-AMI, AMI-DPS, KOE-MOF, TKGCGK, CGK-TKG, MOF-TMC, MOF-WGP, TMCMOF, MOF-KOE, WGP-MOF, BMU-DPS, DPSBMU, KDI-UPG, MKW-SOQ, SOQ-MKW, UPGKDI, DPS-SUB, SUB-DPS.
PROPELLER: RTG-ENE, AMI-DPS, DPS-AMI,
BIK-ZRI, DBO-LUV, LUV-DBO, ZRI-BIK, TTELAH, LAH-TTE, GTO-UOL, PSJ-PLW, UOLGTO, PLW-PSJ, ENE-KOE, EWE-TIM, KOEENE, LWE-KOE, MES-SBQ, MKQ-WNX,
MKW-NTI, SBQ-MES, TIM-EWE, WNX-MKQ,
NTI-MKW, FKQ-KNG, KOE-LWE.
JET: BPN-UPG, DJJ-BIK, DPS-TMC, PLWUPG, UPG-BPN, AMI-SUB, SUB-AMI, UPGPLW, DJJ-TIM, TMC-DPS, BIK-DJJ, TIM-DJJ,
BDO-SUB, SUB-SMQ, UPG-LUW, WGP-DPS,
DJJ-MKQ, DPS-WGP, LUW-UPG, MKQ-DJJ,
SMQ-SUB, SUB-BDO, DJJ-MKW, UPG-KOE,
MKW-DJJ, KOE-UPG, CGK-SUB, SUB-CGK,
SUB-UPG, UPG-SUB, CGK-SMQ, SMQ-CGK,
DPS-KOE, KOE-DPS, BDO-BTH, BTH-BDO,
CGK-BDJ, BDJ-CGK, UPG-MDC, DPS-CGK,
MDC-UPG, UPG, JOG, CGK-DPS, JOG-UPG,
SUB-BMU, BMU-SUB, SUB-TMC, TMC-SUB,
DIL-DPS, DPS-DIL, TTE-UPG, UPG-TTE.
PROPELLER: AMI-BMU, BMU-AMI, GNSMES, KOE-LKA, LKA-KOE, MES-GNS, MESSNX, SNX-MES, BJW-KOE, KOE-BJW, BIKNBX, FKQ-SOQ, ILA-NBX, KEI-MKQ, MKQKEI, NBX-ILA, SOQ-FKQ, GBE-TTE, NBX-BIK,
TTE-GBE, PLW-TLI, TLI-PLW, KOE-RTG,
SALINAN
PLW-UOL, MDC, TTE, TTE-MDC, MKQ-ZEG,
UOL-PLW, NTI-SOQ, DJJ-LII, LII-DJJ, SOQNTI, GTO-PSJ, MDC-WDA, NBX-LII, WDAMDC, PSJ-GTO, KNG-MKW, LII-NBX, MKQTMH, TMH-MKQ, ZEG-MKQ, KNG-SOQ,
LUW-MDC, MDC-LUW, MDC-MNA, MNAMDC, SOQ, KNG, TLI-TRK, TRK-TLI, DPSLBJ, LUW-PLW, PLW-LUW, LBJ-DPS, DJJTMH, TMH-DJJ, EWE-MKQ, KSX-KOE, MKQEWE, KOE-KSX
Rincian rute domestik (2 s/d 3 jam)
JET: BDO-DPS, DPS-BDO, SUB-WGP, WGPSUB, CGK-UPG, SOQ-UPG, UPG-CGK, UPGSOQ, SUB-KDI, KDI-SUB, SUB-KOE, KOESUB, SUB-PLW, PLW-SUB, CGK-BMU, BMUCGK, JOG-KDI, KDI-JOG, MKW-UPG, UPGMKW, DJJ-MDC, KUL-SUB, MDC-DJJ, SUBKUL, SUB-LUW, LUW-SUB, UPG-BIK, CGKTMC, TMC-CGK, JOG-PLW, PLW-JOG, SUBDIL, DIL-SUB, BIK-UPG, TIM-UPG, SUB-MOF,
MOF-SUB, JOG-LUW, LUW-JOG, CGK-WGP,
WGP-CGK, UPG-TIM.
PROPELLER: ENE-DPS, DPS-ENE, AMQLUV, LUV-AMQ, AMQ-SXK, SXK-AMQ, MDCPLW, PLW-MDC,
JET: CGK-KDI, KDI-CGK, SUB-MDC, MDCSUB, CGK-KOE, KOE-CGK, CGK-PLW, PLWCGK, JOG-MDC, MDC-JOG, SUB-TTE, TTESUB, CGK-LUW, LUW-CGK, CGK-DIL, DILCGK, JOG-TTE, TTE-JOG, UPG-DJJ, AMI-KUL,
KUL-AMI, SUB-SOQ, SOQ-SUB, CGK-MOF,
MOF-CGK, CGK-MDC, MDC-CGK, JOG-SOQ,
SOQ-JOG, SUB-MKW, MKW, SUB, CGK-TTE,
TTE-CGK, SUB-BIK, BIK-SUB, JOG-MKW,
MKW-JOG, JOG-BIK, BIK-JOG, CGK-SOQ,
SOQ-CGK, SUB-TIM, TIM-SUB, JOG-TIM,
TIM-JOG, CGK-MKW, MKW-CGK, CGK-BIK,
BIK-CGK, SUB-DJJ, DJJ-SUB, CGK-TIM, TIMCGK, JOG-DJJ, DJJ-JOG, CGK-DJJ, DJJ-CGK,
JOG-MKQ, MKQ-JOG, CGK-MKQ, MKQ-CGK.
Keterangan
Tabel 4
Profil PT Mandala Airlines
Nama perusahaan
SALINAN
Tahun berdiri
1969
Direksi
Komisaris
serta
kapasitas
11 pesawat
Airbus A320 (180 seats)
Airbus A319 (144 seats)
50 rute
JAKARTAPADANG, PADANG-JAKARTA,
JAKARTA PEKANBARU, PEKANBARUJAKARTA, JAKARTA BATAM, BATAMJAKARTA, JAKARTA SURABAYA,
SURABAYA-JAKARTA, JAKARTA
DENPASAR, DENPASAR-JAKARTA,
JAKARTA JOGJAKARTA, JOGJAKARTAJAKARTA, JAKARTA BENGKULU,
BENGKULU-JAKARTA, JAKARTA
PONTIANAK, PONTIANAK-JAKARTA,
JAKARTA JAMBI, JAMBI-JAKARTA,
JAKARTA PANGKALPINANG,
PANGKALPINANG-JAKARTA, MEDANPADANG, PADANG-MEDAN, SURABAYABALIKPAPAN, BALIKPAPAN-SURABAYA,
SURABAYA BANJARMASIN,
BANJARMASIN-SURABAYA, SURABAYA
KUPANG, KUPANG-SURABAYA,
JOGJAKARTA BALIKPAPAN,
BALIKPAPAN-JOGJAKARTA, SURABAYA
KUPANG, KUPANG-SURABAYA,
JOGJAKARTA BALIKPAPAN,
BALIKPAPAN-JOGJAKARTA, JOGJAKARTA
BANJARMASIN, BANJARMASINJOGJAKARTA, JOGJAKARTA DENPASAR,
DENPASAR-JOGJAKARTA, TARAKANBALIKPAPAN, BALIKPAPAN-TARAKAN.
10
SALINAN
Tabel 5
Profil PT Riau Airlines
Nama perusahaan
Tahun berdiri
2002
Direksi
Komisaris
serta
kapasitas
7 pesawat
Fokker 50 (50 seats): 5 pesawat
Bae AVRO RJ (111 seats): 2 pesawat
32 rute
NATUNA BATAM PP
PEKANBARU
CENGKARENG
PP,
11
SALINAN
CENGKARENG DUMAI PP, TJ. PINANG
CENGKARENG PP
Keterangan
Tabel 6
Profil PT Travel Express
Nama perusahaan
Tahun berdiri
2003
Direksi
Tommy Limbunan
Komisaris
Shirly Goenawang
serta
kapasitas
68 rute
MANOKWARI JAYAPURA PP
SORONG-MANOKWARI PP
Keterangan
12
SALINAN
Tabel 7
Profil PT Lion Mentari Airlines
Nama perusahaan
Tahun berdiri
Direksi
Rusdi Kirana
Komisaris
Kusnan Kirana
serta
kapasitas
49 pesawat
Boeing 747-400 : 2 pesawat
Boeing 737-900 ER (220 seats): 32 pesawat
Boeing 737-400 (158 seats): 9 pesawat
Boeing 737-300 (149 seats): 2 pesawat
MD-90 (161 seats): 4 pesawat
98 rute
Keterangan
PGK-CGK,
SOC-CGK,
SUB-JOG,
BTH-PKU,
DPS-SUB,
PLW-UPG,
13
SALINAN
Tabel 8
Profil PT Wings Abadi Airlines
Nama perusahaan
Tahun berdiri
Direksi
Direktur: Achmad
Komisaris
serta
kapasitas
12 pesawat
ATR72-500: 3 pesawat
MD-80: 6 pesawat
DHC8-300: 3 pesawat
74 rute
AMBON-FAK-FAK,
FAK-FAK-AMBON,
AMBON-NABIRE, NABIRE-AMBON, FAKFAK-KAIMANA,
KAIMANA-FAK-FAK,
KAIMANA-NABIRE,
NABIRE-FAK-FAK,
JOGJA-SURABAYA,
SURABAYA-JOGJA,
JOGJA-BANDUNG,
BANDUNG-JOGJA,
MAKASSAR-KENDARI,
KENDARIMAKASSAR,
MAKASSAR-PALU,
PALUMAKASSAR,
MANADO-MELONGUNANE,
MELONGUNANE-MANADO, MANOKWARIFAK-FAK,
FAK-FAK-MANOKWARI,
MANOKWARI-KAIMANA,
KAIMANAMANOKWARI,
MEDAN-PEKANBARU,
PEKANBARU-MEDAN,
MEDANGUNUNGSITOLI,
GUNINGSITOLI-MEDAN,
NABIRE-JAYAPURA,
JAYAPURA-NABIRE,
SEMARANG-SURABAYA,
SURABAYASEMARANG,
SORONG-KAIMANA,
KAIMANA-SORONG,
SURABAYAMATARAM,
MATARAM-SURABAYA,
SURABAYA-DENPASAR,
DENPASARSURABAYA, TERNATE-LABUHA, LABUHATERNATE.
MANADO-SORONG,
SORONG-MANADO,
AMBON-MANOKWARI,
MANOKWARI-
14
SALINAN
AMBON,
SEMARANG-DENPASAR,
DENPASAR-SEMARANG, SURABAYA-PALU,
PALU-SURABAYA, SURABAYA-BANDUNG,
BANDUNG-SURABAYA.
Keterangan
Tabel 9
Profil PT Metro Batavia
Nama perusahaan
Tahun berdiri
Direksi
Komisaris
serta
kapasitas
36 pesawat
Boeing 737-200 (120 seats)
Boeing 737-300 (144 seats)
Boeing 737-400 (168 seats)
Airbus A-319 (144 seats)
Airbus A-320 (180 seats)
Airbus A-330 (293 seats)
132 rute
PGK-CGK,
SRG-CGK,
MLG-CGK,
TRK-BPN,
PDG-BTH,
BPN-PLW,
JOG-SUB,
PLW-SUB,
CGK-BDJ,
CGK-BTH,
CGK-DPS,
CGK-PKU,
CGK-PNK,
CGK-PLW,
BPN-JOG,
BPN-BEJ,
BTH-PNK,
MKW-DJJ,
BKS-CGK,
DJB-CGK,
PDG-CGK,
PKY-CGK,
SUB-CGK,
SUB-BDJ,
MDC-BPN,
MES-BTH,
PNK-JOG,
PNK-SUB,
BDJ-CGK, CGK-BKS,
BTH-CGK, CGK-DJB,
DPS-CGK, CGK-PDG,
PKU-CGK, CGK-PKY,
PNK-CGK, CGK-SUB,
PLW-CGK, BDJ-SUB,
JOG-BPN, BPN-MDC,
BEJ-BPN, BTH-MES,
PNK-BTH, JOG-PNK,
DJJ-MKW, PNK-PKU,
15
SALINAN
SUB-PNK, SUB-BPN, BPN-SUB, SUB-TRK,
TRK-SUB, SUB-UPG, UPG-SUB, UPG-GTO,
GTO-UPG.
Rincian rute domestik (2 s/d 3 jam)
Tabel 10
Profil PT Kartika Airlines
Nama perusahaan
Tahun berdiri
2000
Direksi (2008)
Komisaris (2008)
serta
kapasitas
2 pesawat
Boeing 737-200 (124 seats)
16 rute
CGK-UPG, UPG-CGK
16
SALINAN
Tabel 11
Profil PT Linus Airways
Nama perusahaan
Tahun berdiri
2005
Keterangan
Tabel 12
Profil PT Trigana Air Service
Nama perusahaan
Tahun berdiri
1990
Direksi
Komisaris
serta
kapasitas
40 rute
17
SALINAN
Samarinda-Berau, Samarinda-Tarakan, SamarindaNunukan, Samarinda-Balikpapan, Samarinda-Tj.
Selor, Berau-Samarinda, Berau-Tarakan, Berau-Tj.
Selor, Berau-Nunukan, Balikpapan-Nunukan,
Balikpapan-Tarakan, Balikpapan-Tj. Selor,
Balikpapan-Kota Baru, Balikpapan-Banjarmasin,
Kota Baru-Balikpapan, Kota Baru-Banjarmasin,
Banjarmasin-Kota Baru, Banjarmasin-Balikpapan,
Tj. Selor-Berau, Tj. Selor-Balikpapan, Tj. SelorSamarinda, Tj. Selor-Tarakan, Tj. Selor-Nunukan,
Ternate-Buli, Buli-Ternate, Mataram-Denpasar,
Denpasar-Mataram.
Rincian rute domestik (1 - 2 jam)
Keterangan
Tabel 13
Profil PT Indonesia Air Asia
Nama perusahaan
Tahun berdiri
Direksi (2008)
Komisaris (2008)
serta
kapasitas
12 rute
CGK-JOG, JOG-CGK
Keterangan
18
SALINAN
(2)
Maskapai Penerbangan
PT Garuda Indonesia (Persero)
PT Sriwijaya Air
PT Merpati Nusantara Airlines
(Persero)
PT Mandala Airlines
PT Riau Airlines
PT Travel Express
PT Lion Mentari Airlines
PT Wings Abadi Airlines
PT Metro Batavia
PT Kartika Airlines
PT Trigana Air Service
PT Indonesia Air Asia
(3)
2004
2005
2006
2007
2008
20091
6,297,351
690,344
6,987,870
2,345,885
6,956,437
3,139,529
7,371,046
3,577,413
7,665,390
4,272,876
7,991,395
5,324,187
2,511,213
2,187,454
1,843,094
2,373,413
265,659
4,927,834
118,362
1,510,589
324,104
5,447,769
1,784,728
1,974,748
97,765
10,243
701,367
1,701,137
1,678,920
97,480
201,504
6,638,264
2,021,888
3,971,214
263,093
627,979
1,505,715
2,653,853
1,731,979
182,337
256,951
6,536,276
2,351,703
5,314,485
89,312
736,027
1,768,025
2,477,173
3,449,218
232,248
267,371
9,147,942
2,328,508
4,771,272
239,636
702,718
1,503,672
2,601,754
2,848,825
305,456
243,999
9,398,234
3,217,218
6,466,793
235,410
763,647
2,313,859
Bahwa berikut adalah pangsa pasar atau market share para Terlapor tersebut di
atas berdasarkan persentase jumlah penumpang: ---------------------------------------Tabel 15
Pangsa Pasar di antara Para Terlapor
Tahun 2004-2008
Maskapai Penerbangan
PT Garuda Indonesia (Persero)
PT Sriwijaya Air
PT Merpati Nusantara Airlines
(Persero)
PT Mandala Airlines
PT Riau Airlines
PT Travel Express
PT Lion Mentari Airlines
PT Wings Abadi Airlines
PT Metro Batavia
PT Kartika Airlines
2004
2005
2006
2007
2008
2009
34.00%
3.73%
29.26%
9.82%
24.15%
10.90%
22.63%
10.98%
20.68%
11.53%
19.16%
12.76%
13.56%
11.81%
0.00%
1.43%
26.61%
0.64%
8.16%
0.00%
7.72%
9.94%
0.00%
1.36%
22.81%
7.47%
8.27%
0.41%
5.91%
5.83%
0.34%
0.70%
23.05%
7.02%
13.79%
0.91%
8.15%
5.32%
0.56%
0.79%
20.07%
7.22%
16.32%
0.27%
6.68%
9.31%
0.63%
0.72%
24.69%
6.28%
12.88%
0.65%
6.24%
6.83%
0.73%
0.58%
22.53%
7.71%
15.50%
0.56%
Data jumlah penumpang tahun 2004 s/d 2008 diperoleh dari Departemen Perhubungan. Jumlah
penumpang tahun 2009 diestimasi dari trend perkembangan jumlah penumpang tahun 2004 s/d 2008.
19
SALINAN
Maskapai Penerbangan
PT Trigana Air Service
PT Indonesia Air Asia
Total
2004
0.00%
0.06%
100%
2005
0.00%
2.94%
100%
2006
2.18%
5.23%
100%
2007
2.26%
5.43%
100%
2008
1.90%
4.06%
100%
2009
1.83%
5.55%
100%
(5)
b.
(6)
Bahwa Pasal 1 ayat (3) KM 9 Tahun 2002 berbunyi: Tarif penumpang angkutan
niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi belum termasuk Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), iuran wajib dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dari
PT Jasa Raharja (Persero), asuransi tambahan lainnya yang dilaksanakan secara
sukarela dan tarif jasa pelayanan penumpang pesawat udara yang dikenakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku; -------------------------------------------------
(7)
Bahwa Pasal 1 ayat (4) KM 9 Tahun 2002 berbunyi: Setiap pungutan yang akan
dikaitkan dengan tarif angkutan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Menteri Perhubungan;---------------------------------------------------------------------
20
SALINAN
(8)
b.
c.
d.
(9)
(10) Bahwa menanggapi surat-surat dari INACA tersebut, Ditjen Perhubungan Udara
telah menyampaikan surat kepada Menteri Perhubungan yaitu Ref. Surat Nomor:
AU/6076/DAU.1705/04 perihal permohonan pengenaan fuel surcharge atas
kenaikan BBM penerbangan;--------------------------------------------------------------(11) Bahwa selanjutnya Ditjen Perhubungan Udara mengirimkan surat kepada INACA
melalui Ref. Surat Nomor: AU/5581/DAU.1952/05 tanggal 31 Oktober 2005
perihal pengenaan fuel surcharge atas kenaikan harga avtur. Dalam menyetujui
pengenaan fuel surcharge atas kenaikan harga avtur tersebut, Ditjen Perhubungan
Udara meminta INACA untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: ------------a.
b.
21
SALINAN
c.
Harga avtur yang dijadikan patokan untuk pengenaan fuel surcharge adalah
harga bulan Juni 2005 (harga avtur patokan tarif referensi); --------------------
d.
e.
f.
g.
tanggal
Mei
2006,
menyampaikan
kepada
INACA
untuk
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: --------------------------------------------a. Pengenaan fuel surcharge tersebut tidak diberlakukan kepada calon
penumpang yang sudah melakukan transaksi pembelian tiket;--------------------
22
SALINAN
b. INACA harus mempunyai patokan harga avtur sebagai dasar perhitungan
besaran fuel surcharge dan tata cara serta mekanisme penerapan fuel
surcharge; -------------------------------------------------------------------------------c. Pengenaan fuel surcharge disarankan diberlakukan pada seluruh perusahaan
angkutan udara niaga berjadwal dan sepenuhnya merupakan tanggung jawab
perusahaan yang bersangkutan;-------------------------------------------------------d. Perusahaan angkutan udara niaga berjadwal yang menerapkan fuel surcharge
agar dapat melaksanakan dengan cermat dan seksama dalam memberikan
pemahaman
kepada
calon
penumpang
supaya
tidak
menimbulkan
permasalahan di lapangan; ------------------------------------------------------------e. INACA sebagai asosiasi perusahaan angkutan udara niaga harus mampu
melakukan pengawasan terhadap pemberlakuan fuel surcharge tersebut; ------f. INACA agar melaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
setiap terjadi perubahan besaran fuel surcharge, termasuk apabila ada
perubahan lainnya yang terkait dengan fuel surcharge; ---------------------------(15) Bahwa besaran fuel surcharge sebesar Rp 20.000,- (dua puluh ribu) tersebut
dibuat dengan berpatokan pada harga avtur rata-rata yang naik ke posisi Rp
5.600/liter sejak 1 Mei 2006; --------------------------------------------------------------(16) Bahwa setelah INACA menetapkan fuel surcharge sebesar RP 20.000,- (duapuluh
ribu rupiah) yang mulai berlaku sejak 10 Mei 2006, KPPU mengadakan
pertemuan dengan INACA pada tanggal 16 Mei 2006, kemudian memberikan
masukan kepada INACA dengan mengirimkan Surat Nomor 207/K/V/2006
tanggal 30 Mei 2006, yang intinya agar INACA mencabut penetapan mengenai
fuel surcharge dan mengembalikan kewenangan penetapan fuel surcharge kepada
masing-masing maskapai penerbangan;--------------------------------------------------(17) Bahwa selanjutnya berdasarkan Notulen Rapat No. 9100/57/V/2006, INACA
mengadakan Rapat Anggota dan Pengurus INACA pada tanggal 30 Mei 2006
yang pada intinya menyimpulkan penerapan dan besaran fuel surcharge
diserahkan kembali kepada masing-masing perusahaan penerbangan nasional
Anggota INACA; ----------------------------------------------------------------------------
23
SALINAN
(18) Bahwa Pemerintah c.q. Departemen Perhubungan c.q. Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara melalui Surat Nomor: AU/830/DAU.150/08 tanggal 15
Februari 2008 perihal Surat Edaran Pemberlakuan Besaran Fuel Surcharge Pada
Penumpang Angkutan Udara Niaga Dalam Negeri Kelas Ekonomi, meminta
laporan kepada para perusahaan angkutan udara niaga berjadwal untuk
melaporkan secara tertulis setiap perubahan besaran fuel surcharge yang
diberlakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Laporan tersebut dilampiri
dasar perhitungan termasuk harga avtur yang dipergunakan sebagai referensi; ----(19) Bahwa pada tanggal 4 Agustus 2008, Departemen Perhubungan c.q. Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara mengirimkan surat kepada para perusahaan angkutan
udara niaga berjadwal melalui Surat Nomor: AU/4603/DAU.1056/08 perihal
Formula Penetapan Fuel Surcharge yang menindaklanjuti hasil pertemuan pada
tanggal 07 Juli 2008 yang membahas mengenai kesepakatan formula perhitungan
fuel surcharge dengan metode zoning yang terbagi menjadi 5 zona berdasarkan
waktu tempuh yaitu zona 1 (< 1 jam), zona 2 (1 s/d 2 jam), zona 3 (2 s/d 3 jam),
zona 4 (3 s/d 4 jam), zona 5 (> 4 jam);---------------------------------------------------(20) Bahwa pada saat perkara ini berlangsung, Pemerintah c.q. Departemen
Perhubungan sedang melakukan Revisi atas KM No. 8 Tahun 2002 dan KM No. 9
Tahun 2002.;---------------------------------------------------------------------------------(21) Bahwa berdasarkan Risalah Rapat tentang Pembahasan Tindak Lanjut Revisi KM
8 Tahun 2002 dan KM 9 Tahun 2002 tentang Mekanisme Penetapan dan
Formulasi Perhitungan Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam
Negeri Kelas Ekonomi tanggal 4 Februari 2010, diperoleh informasi antara lain
sebagai berikut:------------------------------------------------------------------------------a.
b.
Formulasi perhitungan revisi besaran tarif batas atas berdasarkan pada jenis
pesawat udara yang terbaru yaitu Boeing 737-300, Boeing 737-400, Boeing
737-500, Boeing 737-800 yang sudah dibandingkan dengan formulasi
perhitungan dari badan usaha angkutan udara; ------------------------------------
24
SALINAN
c.
d.
Kenaikan tarif batas atas sebesar 5% s/d 10% dari biaya operasi pesawat,
dimana 10% adalah beban yang dikenakan kepada masyarakat;----------------
(22) Bahwa konsekuensi jika Revisi KM No. 9 Tahun 2002 tersebut diberlakukan,
maka fuel surcharge sudah tidak ada lagi karena asumsi harga avtur sudah diubah
yaitu sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per liter yang sudah
diperhitungkan dalam perhitungan tarif batas atas tersebut; --------------------------(23) Bahwa sampai saat laporan ini dibuat, Revisi KM No. 8 Tahun 2002 dan Revisi
KM No. 9 Tahun 2002 tersebut belum ditanda-tangani oleh Menteri Perhubungan
sehingga belum berlaku secara efektif;---------------------------------------------------21.3 Tentang Formula Perhitungan Harga Tiket; ----------------------------------------(24) Bahwa berdasarkan Pasal 2 KM 8 Tahun 2002, yang dimaksud dengan Tarif
Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam negeri kelas ekonomi
merupakan tarif jarak yang didasarkan pada perkalian tarif dasar, jarak terbang
serta dengan memperhatikan faktor daya beli; ------------------------------------------(25) Bahwa berdasarkan Pasal 126, Pasal 127 dan Pasal 128 UU 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, komponen tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi terdiri dari
tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge).
Hasil perhitungan komponen-komponen tersebut merupakan batas atas tarif
penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam
negeri yang ditetapkan oleh Menteri. Namun untuk tarif penumpang pelayanan
non ekonomi angkutan udara niaga berjadwal ditentukan berdasarkan mekanisme
pasar; -----------------------------------------------------------------------------------------(26) Bahwa formula perhitungan harga tiket yang diterapkan oleh masing-masing
maskapai penerbangan yang menjadi Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------Tabel 16
25
SALINAN
Formula Perhitungan Harga Tiket Para Terlapor
Maskapai Penerbangan
PT Sriwijaya Air
PT Mandala Airlines
PT Riau Airlines
PT Travel Express
PT Metro Batavia
PT Kartika Airlines
PT Linus Airways
N/A
Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + FS (10 Mei 2006 s/d 11
November 2008)
Basic Fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + Convenience Fee
(sekarang)
(27) Bahwa dalam menetapkan basic fare, masing-masing Terlapor menerapkan pricing
strategy berdasarkan sub classes2, dimana besar kecilnya basic fare ditentukan
oleh waktu pembelian tiket. Semakin dekat waktu pembelian tiket dengan jadwal
keberangkatan, maka harga tiket yang dijual relatif semakin mahal; ----------------(28) Bahwa sub classes yang diberlakukan oleh masing-masing maskapai penerbangan
yang menjadi Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut:---------------------
Subclasses merupakan diferensiasi harga dalam suatu penerbangan yang dikelompokkan dalam
satu paket kelas tertentu.
2
26
SALINAN
Tabel 17
Kategorisasi Sub Classes oleh Para Terlapor
Maskapai Penerbangan
Y, M, L, K, N, Q, B, V
PT Sriwijaya Air
18
Y, S, W, B, H, K, L, M, N, Q,
T, V, G, E, X, R, P, E
10
PT Mandala Airlines
12
W, S, H, L, N, P, T, U, V, R, J,
A, I
PT Riau Airlines
18
Y, Z, N, A, B, C, D, E, F, G, H,
P, Q, L, R, S, T, V
PT Travel Express
21
14
Y, A, G, W, S, B, H, K, L, M,
N, Q, T, V
14
Y, A, G, W, S, B, H, K, L, M,
N, Q, T, V
PT Metro Batavia
16
Y, D, H, M, L, B, Q, V, T, S, R,
X, N, P, W, Z
PT Kartika Airlines
16
C, D, W, Z, R, I, S, M, L, H, K,
T, G, B, V, Q
PT Linus Airways
N/A
N/A
16
N/A
N/A
Y, S, W, B, H, K,
L, M, N, Vi C3.11)
(29) Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 17 dan 19 UU tentang Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), PPN yang dipungut oleh maskapai penerbangan adalah 10% (sepuluh
persen) dikali dasar pengenaan pajak (DPP) yaitu seluruh biaya yang
diminta/dibebankan oleh perusahaan penerbangan kepada konsumen; --------------(30) Bahwa berdasarkan praktek yang dilakukan oleh maskapai penerbangan selama
ini, PPN
27
SALINAN
(31) Bahwa IWJR (Iuran Wajib Jasa Raharja) adalah asuransi yang wajib dibayar oleh
penumpang melalui maskapai penerbangan untuk disetorkan kepada PT Asuransi
Jasa Raharja;---------------------------------------------------------------------------------(32) Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU No. 33 tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, tiap penumpang yang sah dari
kendaraan bermotor umum, kereta-api, pesawat terbang, perusahaan penerbangan
nasional dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar
iuran melalui pengusaha/pemilik yang bersangkutan untuk menutup akibat
keuangan disebabkan kecelakaan penumpang dalam perjalanan; --------------------(33) Bahwa Fuel Surcharge menjadi salah satu komponen tambahan dalam perhitungan
harga tiket sejak 10 Mei 2006. Pada saat pemeriksaan lanjutan berlangsung,
terdapat 2 (dua) maskapai yang sudah tidak menerapkan Fuel Surcharge, yaitu PT
Riau Airlines dan PT Indonesia Air Asia (sejak November 2007). Namun PT Riau
Airlines tidak dapat membuktikan tidak pernah menerapkan fuel surcharge; ------21.4 Tentang Formula Perhitungan Fuel SurcGharge;----------------------------------(34) Bahwa sejak mulai diberlakukannya fuel surcharge pada bulan Mei 2006,
Pemerintah c.q. Departemen Perhubungan tidak memberikan formula resmi untuk
dijadikan acuan oleh maskapai penerbangan, namun menyerahkannya kepada
INACA untuk melakukan perhitungan; --------------------------------------------------(35) Bahwa setelah INACA melakukan perhitungan sendiri dan menentukan besaran
fuel surcharge sebesar RP 20.000,- pada tanggal 10 Mei 2006, KPPU memberikan
saran kepada INACA untuk membatalkan kesepakatan tersebut karena berpotensi
melanggar hukum persaingan usaha; -----------------------------------------------------(36) Bahwa atas dasar saran KPPU tersebut, Pemerintah dan INACA kemudian
menyerahkan kebijakan perhitungan fuel surcharge kepada masing-masing
maskapai penerbangan;---------------------------------------------------------------------(37) Bahwa pada 15 Februari 2008, Departemen Perhubungan mengeluarkan Surat
Nomor : AU/830/DAU.150/08 perihal Surat Edaran Pemberlakuan Besaran Fuel
Surcharge Pada Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri
Kelas
Ekonomi
yang
kemudian
dikoreksi
melalui
Surat
Nomor:
28
SALINAN
AU/1386/DAU.260/08 tanggal 03 Maret 2008, disampaikan bahwa formula
perhitungan fuel surcharge adalah sebagai berikut: -------------------------------------
Tabel 18
Formula Perhitungan Fuel Surcharge Para Terlapor (confidential)
Maskapai
Penerbangan
PT Garuda
(Persero)
Indonesia
PT Sriwijaya Air
29
SALINAN
Maskapai
Penerbangan
PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero)
PT Mandala Airlines
PT Riau Airlines
PT Travel Express
PT
Lion
Airlines
Mentari
PT
Wings
Airlines
Abadi
PT Metro Batavia
PT Kartika Airlines
30
SALINAN
Maskapai
Penerbangan
PT Linus Airways
PT Trigana Air Service
(40) Bahwa perhitungan fuel surcharge yang diterapkan oleh masing-masing maskapai
dibagi berdasarkan zona waktu tempuh penerbangan yaitu antara 0 s/d 1 jam,
antara 1 s/d 2 jam, antara 2 s/d 3 jam, antara 3 s/d 4 jam dan antara 4 s/d 5 jam; -(41) Bahwa sebagian besar maskapai penerbangan hanya memiliki rute-rute yang
termasuk dalam 3 zona pertama yaitu antara 0 s/d 1 jam, antara 1 s/d 2 jam, dan
antara 2 s/d 3 jam;---------------------------------------------------------------------------(42) Bahwa menurut PT Garuda Indonesia (Persero), perhitungan fuel surcharge
dipengaruhi oleh asumsi tipe pesawat yang digunakan, load factor, harga avtur,
konsumsi avtur, kurs Rupiah terhadap US Dollar, PPN dan daya beli masyarakat;(43) Bahwa menurut PT Garuda Indonesia (Persero), dalam menaikkan Fuel Surcharge,
tidak pernah melebihi angka Rp 30.000,- Hal ini dilakukan karena
mempertimbangkan daya beli masyarakat dimana pasar tidak menghendaki
seringnya perubahan fuel surcharge dalam harga, dan harga yang dapat diterima
pasar adalah maksimum Rp 20.000,- s/d Rp 30.000,- untuk sekali perubahan. Jika
lebih dari angka tersebut, akan menyebabkan terjadinya penurunan trafik.1.1); ---(44) Bahwa menurut PT Sriwijaya Air, perhitungan fuel surcharge ditentukan oleh
waktu penerbangan, harga fuel, jenis pesawat, dan load factor (vide bukti B4); ---(45) Bahwa menurut PT Merpati Airlines (Persero), perhitungan fuel surcharge
dipengaruhi oleh harga avtur, tipe pesawat, umur pesawat, jarak tempuh,
alternate.(vide bukti B5);--------------------------------------------------------------------
31
SALINAN
(46) Bahwa menurut beberapa maskapai penerbangan, komponen penentu perhitungan
fuel surcharge adalah harga avtur, konsumsi avtur, kurs Rupiah terhadap US
Dollar, load factor, dan daya beli masyarakat; ------------------------------------------21.5
(47) Bahwa Aviation Turbine Fuel (AVTUR) atau secara internasional lebih dikenal
dengan nama Jet A-1 adalah bahan bakar untuk pesawat terbang jenis jet atau
turbo jet (baik tipe jet propulsion atau propeller). Avtur diproduksi sendiri di
kilang-kilang PERTAMINA;--------------------------------------------------------------(48) Bahwa di samping sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang,
bahan bakar penerbangan juga berfungsi sebagai cairan hidrolik di dalam sistem
kontrol mesin dan sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem
pembakaran. Hanya terdapat satu jenis bahan bakar jet-yakni tipe kerosene
(minyak tanah), yang digunakan untuk keperluan penerbangan sipil di seluruh
dunia. Oleh karenanya sangatlah penting bagi perusahaan penyedia bahan bakar
penerbangan untuk memastikan bahan bakar yang disediakannya bermutu tinggi
dan sesuai dengan standar internasional;-------------------------------------------------(49) Bahwa avtur adalah bahan bakar dari fraksi minyak tanah yang dirancang sebagai
bahan bakar pesawat terbang yang menggunakan mesin turbin atau mesin yang
memiliki
ruang
pembakaran
eksternal
(External
Combustion
Engine).
32
SALINAN
(52) Bahwa distribusi avtur dari PT Pertamina (Persero) ke maskapai penerbangan
secara singkat adalah sebagai berikut: avtur yang telah diproduksi dari kilang,
diangkut (shipping) ke receiving facilities, kemudian dipompa ke tangki di
bandara, lalu dialirkan melalui hidrant, dan selanjutnya dipompa ke dalam tangki
pesawat; --------------------------------------------------------------------------------------(53) Bahwa mekanisme pembelian avtur oleh maskapai penerbangan adalah dengan
menggunakan sistem deposit sebelum melakukan pembelian. Jika depositnya telah
habis, maka maskapai penerbangan harus melakukan topping up. Pada umumnya,
maskapai penerbangan memberikan deposit untuk pembelian avtur selama 3 (tiga)
hari ke depan;--------------------------------------------------------------------------------(54) Bahwa harga avtur yang dibayarkan oleh maskapai penerbangan adalah harga
yang diterima sampai avtur diisi di pesawat (sudah termasuk biaya distribusi dan
pajak); ----------------------------------------------------------------------------------------(55) Bahwa PT Pertamina (Persero) mengeluarkan posting price avtur untuk periode 2
(dua) mingguan yaitu setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulannya sejak Januari 2009.
Sebelumnya, posting price dilakukan sebulan sekali; ----------------------------------(56) Bahwa harga avtur yang diberikan oleh PT Pertamina (Persero) kepada masingmasing maskapai penerbangan tergantung harga yang berlaku pada DPPU di
bandara tempat pesawat melakukan pengisian avtur; ----------------------------------(57) Bahwa harga avtur di masing-masing DPPU Pertamina berbeda-beda, tergantung
dari supply chain. Jika DPPU lebih dekat dengan channel distribution, maka
harganya akan lebih murah; ---------------------------------------------------------------(58) Bahwa selain lokasi DPPU, faktor yang mempengaruhi harga pembelian avtur
adalah volume pembelian dan diskon kepatuhan membayar; -------------------------(59) Bahwa harga avtur yang ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero) dipengaruhi oleh
harga minyak dunia yang mengacu pada MOPS3; -------------------------------------(60) Bahwa seiring dengan peningkatan harga minyak dunia, persentase kenakan biaya
bahan bakar (fuel) semakin meningkat dibandingkan dengan total cost. Misalnya
untuk PT Garuda Indonesia, biaya fuel untuk tahun 2008 adalah 43% (empat
3
MOPS (Mid Oil Platts Singapore) merupakan harga perdagangan pada bursa minyak di
Singapura yang menjadi acuan/patokan dalam menetapkan harga bahan bakar minyak negara-negara di
Asia.
33
SALINAN
puluh tiga persen) dari total biaya, dan 30% (tiga puluh persen) dari total biaya
pada tahun 2009. (vide bukti B1); --------------------------------------------------------(61) Bahwa harga avtur rata-rata yang dipublikasikan oleh PT Pertamina (Persero)
sejak tahun 2006 s/d 2009 adalah sebagai berikut: -------------------------------------Tabel 19
Harga Avtur Rata-rata Per Bulan Periode Mei 2006 s/d Oktober 2009
Bulan/Tahun
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
34
SALINAN
Bulan/Tahun
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
(62) Bahwa pergerakan harga avtur tersebut dapat disajikan dalam bentuk Grafik
sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------------Grafik 1
Pergerakan Harga Avtur Mei 2006 sd September 2009
14,000
12,000
Rupiah
10,000
8,000
Avtur
6,000
4,000
2,000
M
e
Ag i -0
us 6
t- 0
N 6
op
-0
Fe 6
b0
M 7
ei
Ag -0
us 7
t- 0
N 7
op
-0
Fe 7
b0
M 8
ei
Ag -0
us 8
t- 0
N 8
op
-0
Fe 8
b0
M 9
ei
Ag -0 9
us
t- 0
9
Bulan
(63) Bahwa dalam menghitung konsumsi avtur yang akan digunakan, standar minimum
fuel yang perlu diperhitungkan oleh masing-masing maskapai penerbangan
berdasarkan IATA Standards and Recommended Practices adalah taxi fuel, trip
fuel (takeoff, climb, en-route, descent, approach and landing), holding fuel,
alternate fuel (take off, en-route, ETOPS, destination), contigency fuel, reserve
fuel, additional fuel (MEL required, balast, other), and tanker fuel; ----------------(64) Bahwa konsumsi avtur rata-rata per jenis pesawat untuk masing-masing maskapai
penerbangan dapat dilihat dalam tabel berikut: ------------------------------------------
35
SALINAN
Tabel 20
Konsumsi Avtur Rata-Rata Para Terlapor (confidential)
Maskapai Penerbangan
PT Mandala Airlines
PT Riau Airlines
PT Travel Express
PT Lion Mentari Airlines
PT Metro Batavia
PT Kartika Airlines
PT Linus Airways
PT Trigana Air Service
PT Indonesia Air Asia
21.6 Tentang Load Factor ; --------------------------------------------------------------------(65) Bahwa load factor merupakan tingkat isian penumpang pesawat yang digunakan
sebagai salah satu unsur dalam perhitungan fuel surcharge. Semakin tinggi load
36
SALINAN
factor, maka fuel surcharge yang dikenakan untuk masing-masing penumpang
akan semakin kecil; -------------------------------------------------------------------------(66) Bahwa asumsi load factor berdasarkan formula Pemerintah adalah sebesar 70%
(tujuh puluh persen);------------------------------------------------------------------------(67) Bahwa berikut perbandingan antara average load factor tahun 2006, 2007 dan
2008 dengan asumsi load factor yang digunakan oleh masing-masing maskapai
dalam melakukan perhitungan fuel surcharge: ------------------------------------------Tabel 21
Asumsi Perhitungan Load Factor Para Terlapor (confidential)
Maskapai Penerbangan
PT
Garuda
(Persero)
Indonesia
PT Sriwijaya Air
PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero)
PT Mandala Airlines
PT Riau Airlines
PT Travel Express
PT Lion Mentari Airlines
PT Wings Abadi Airlines
PT Metro Batavia
PT Kartika Airlines
PT Linus Airways
PT Trigana Air Service
PT Indonesia Air Asia
21.7
(68) Bahwa berikut adalah tabel perkembangan fuel surcharge yang dihitung
berdasarkan formula yang disusun oleh Departemen Perhubungan sebagaimana
diuraikan dalam paragraf (36), untuk waktu tempuh penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d
2 jam dan 2 s/d 3 jam: -----------------------------------------------------------------------
37
SALINAN
Tabel 22
Perhitungan Fuel Surcharge berdasarkan
Formula Departemen Perhubungan
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
0 s/d 1 jam
101000
101000
101000
101000
101000
101000
101000
101000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
119000
228000
228000
228000
168000
137000
123000
117000
132000
122000
119900
117800
115700
113600
111500
109400
107300
1 s/d 2 jam
132000
132000
132000
132000
132000
132000
132000
132000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
155000
232000
232000
232000
218000
179000
159000
152000
171000
157500
154400
151300
148200
145100
142000
138900
135800
2 s/d 3 jam
164000
164000
164000
164000
164000
164000
164000
164000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
194000
289000
289000
289000
272000
223000
199000
189000
214000
197000
193300
189600
185900
182200
178500
174800
171100
38
SALINAN
(69) Bahwa berikut tabel perkembangan besaran fuel surcharge masing-masing
Terlapor sejak Mei 2006 s/d Desember 2009 untuk penerbangan 0 s/d 1 jam: -----Tabel 23
Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor
untuk Penerbangan antara 0 s/d 1 jam
Bulan
GA (1)
SJ (1)
MZ (1)
RI (1)
JT (1)
7P (1)
RAL (1)4
XN (1)
IW (1)
KAE (1)
TGN (1)5
Mei-06
20,000
20000
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
Jun-06
20,000
20000
20,000
20000
20000
20000
30000
30000
20000
20000
30000
20000
QZ (1)
Jul-06
20,000
20000
20,000
20000
20000
20000
30000
30000
20000
20000
30000
20000
Agust-06
30,000
30000
30,000
30000
30000
20000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
Sep-06
30,000
30000
30,000
30000
30000
20000
30000
30000
30000
20000
30000
40000
Okt-06
40,000
40000
40,000
30000
40000
30000
40000
40000
40000
20000
40000
40000
Nop-06
40,000
40000
40,000
30000
40000
30000
40000
40000
40000
20000
40000
40000
Des-06
40,000
40000
40,000
30000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Jan-07
40,000
40000
40,000
30000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Feb-07
40,000
40000
40,000
30000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Mar-07
40,000
40000
40,000
30000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Apr-07
40,000
40000
40,000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Mei-07
40,000
40000
40,000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
65000
Jun-07
40,000
40000
40,000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
80000
Jul-07
40,000
40000
40,000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
100000
Agust-07
50,000
60000
50,000
40000
60000
30000
70000
70000
60000
40000
70000
110000
Sep-07
60,000
60000
66,000
60000
60000
30000
80000
80000
60000
80000
80000
140000
Okt-07
80,000
80000
88,000
80000
100000
30000
80000
80000
100000
80000
80000
160000
Nop-07
80,000
100000
110,000
80000
80000
100000
110000
110000
80000
80000
110000
n/a
Des-07
140,000
150000
110,000
80000
125000
140000
165000
165000
125000
150000
165000
n/a
Jan-08
160,000
150000
110,000
100000
160000
160000
165000
165000
160000
170000
165000
n/a
Feb-08
160,000
150000
150,000
130000
160000
160000
200000
200000
160000
170000
200000
n/a
Mar-08
160,000
140000
150,000
150000
190000
190000
200000
200000
190000
170000
100000
n/a
Apr-08
175,000
170000
150,000
160000
190000
190000
200000
200000
190000
170000
100000
n/a
Mei-08
190,000
190000
175,000
160000
190000
190000
225000
225000
190000
190000
100000
n/a
Jun-08
220,000
190000
225,000
185000
190000
190000
270000
270000
190000
230000
100000
n/a
Jul-08
270,000
230000
250,000
185000
190000
190000
270000
270000
190000
270000
100000
n/a
Agust-08
270,000
230000
275,000
185000
190000
190000
270000
270000
190000
270000
100000
n/a
Sep-08
240,000
190000
275,000
225000
180000
180000
270000
270000
180000
270000
100000
n/a
Okt-08
220,000
190000
280,000
225000
180000
180000
240000
240000
180000
270000
100000
n/a
Nop-08
220,000
190000
280,000
180000
180000
180000
240000
240000
180000
235000
100000
n/a
Oleh karena Terlapor tidak memberikan data, maka data fuel surcharge bulan Mei 2006 s/d
September 2008 (untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam) diasumsikan sama dengan
PT Travel Express karena size perusahaan dianggap sama.
5
Oleh karena Terlapor tidak memberikan data, maka data fuel surcharge bulan Mei 2006 s/d
Februari 2008 (untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam) diasumsikan sama dengan PT
Travel Express karena size perusahaan dianggap sama.
4
39
SALINAN
Bulan
GA (1)
SJ (1)
MZ (1)
RI (1)
JT (1)
7P (1)
RAL (1)4
XN (1)
IW (1)
KAE (1)
TGN (1)5
QZ (1)
Des-08
220,000
190000
280,000
180000
180000
180000
240000
240000
180000
220000
100000
n/a
Jan-09
200,000
170000
230,000
180000
170000
180000
240000
240000
170000
180000
150000
n/a
Feb-09
180,000
170000
230,000
180000
170000
180000
240000
240000
170000
180000
150000
n/a
Mar-09
180,000
170000
230,000
170000
170000
180000
240000
240000
170000
180000
150000
n/a
Apr-09
180,000
170000
230,000
170000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
150000
n/a
Mei-09
180,000
170000
230,000
170000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
150000
n/a
Jun-09
200,000
170000
230,000
170000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
150000
n/a
Jul-09
200,000
170000
230,000
170000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
160000
n/a
Agust-09
200,000
170000
230,000
170000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
160000
n/a
Sep-09
200,000
170000
230,000
170000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
160000
n/a
Okt-09
200,000
170000
230,000
180000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
160000
n/a
Nop-09
200,000
170000
230,000
180000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
160000
n/a
Des-09
200,000
170000
230,000
180000
160000
170000
240000
240000
160000
180000
160000
n/a
GA (2)
SJ (2)
MZ (2)
RI (2)
JT (2)
7P (2)
RAL (2)
XN (2)
IW (2)
KAE (2)
TGN (2)
QZ (2)
Mei-06
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
Jun-06
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
30000
30000
20000
20000
30000
20000
Jul-06
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
30000
30000
20000
20000
30000
20000
Agust-06
30,000
30000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
Sep-06
30,000
30000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
30000
20000
30000
40000
Okt-06
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
40000
40000
40000
20000
40000
40000
Nop-06
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
40000
40000
40000
20000
40000
40000
Des-06
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Jan-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Feb-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Mar-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Apr-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Mei-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
65000
Jun-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
80000
Jul-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
100000
Agust-07
50,000
60000
60000
60000
60000
30000
70000
70000
60000
40000
70000
90000
Sep-07
60,000
60000
60000
60000
60000
30000
80000
80000
60000
80000
80000
140000
Okt-07
80,000
80000
80000
60000
120000
30000
80000
80000
120000
80000
80000
160000
Nop-07
80,000
100000
100000
60000
120000
100000
110000
110000
120000
125000
110000
n/a
Des-07
160,000
150000
150000
130000
145000
160000
165000
165000
145000
125000
165000
n/a
40
SALINAN
Bulan
GA (2)
SJ (2)
MZ (2)
RI (2)
JT (2)
7P (2)
RAL (2)
XN (2)
IW (2)
KAE (2)
TGN (2)
QZ (2)
Jan-08
175,000
160000
160000
150000
175000
160000
165000
165000
175000
200000
165000
n/a
Feb-08
175,000
160000
160000
175000
175000
160000
200000
200000
175000
200000
200000
n/a
Mar-08
175,000
160000
160000
175000
230000
190000
200000
200000
230000
200000
200000
n/a
Apr-08
200,000
190000
190000
200000
230000
190000
200000
200000
230000
200000
200000
n/a
Mei-08
230,000
210000
210000
200000
230000
190000
225000
225000
230000
220000
200000
n/a
Jun-08
270,000
230000
230000
200000
230000
190000
270000
270000
230000
250000
200000
n/a
Jul-08
340,000
270000
270000
255000
230000
230000
270000
270000
230000
290000
200000
n/a
Agust-08
340,000
270000
270000
255000
230000
230000
270000
270000
230000
290000
200000
n/a
Sep-08
310,000
230000
230000
220000
220000
220000
240000
270000
220000
290000
200000
n/a
Okt-08
290,000
230000
230000
220000
220000
220000
240000
240000
220000
290000
200000
n/a
Nop-08
290,000
230000
230000
220000
220000
220000
240000
240000
220000
275000
200000
n/a
Des-08
290,000
230000
230000
220000
220000
220000
240000
240000
220000
255555
200000
n/a
Jan-09
270,000
230000
230000
210000
210000
220000
240000
240000
210000
220000
300000
n/a
Feb-09
250,000
230000
230000
210000
210000
220000
240000
240000
210000
220000
300000
n/a
Mar-09
250,000
230000
230000
210000
210000
220000
240000
240000
210000
220000
300000
n/a
Apr-09
250,000
230000
230000
210000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Mei-09
250,000
230000
230000
210000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Jun-09
270,000
230000
230000
210000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Jul-09
270,000
230000
230000
210000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Agust-09
270,000
230000
230000
225000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Sep-09
270,000
230000
230000
225000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Okt-09
270,000
230000
230000
225000
210000
200000
240000
240000
210000
220000
360000
n/a
Nop-09
270,000
230000
230000
225000
210000
200000
240000
240000
210000
175000
360000
n/a
Des-09
270,000
230000
230000
225000
210000
200000
240000
240000
210000
175000
360000
n/a
GA (3)
SJ (3)
MZ (3)
RI (3)
JT (3)
7P (3)
RAL (3)
XN (3)
IW (3)
KAE (3)
TGN (3)
QZ (3)
Mei-06
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
Jun-06
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
30000
30000
20000
20000
30000
20000
Jul-06
20,000
20000
20000
20000
20000
20000
30000
30000
20000
20000
30000
20000
Agust-06
30,000
30000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
Sep-06
30,000
30000
30000
30000
30000
20000
30000
30000
30000
20000
30000
40000
Okt-06
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
40000
40000
40000
20000
40000
40000
Nop-06
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
40000
40000
40000
20000
40000
40000
Des-06
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
41
SALINAN
Bulan
GA (3)
SJ (3)
MZ (3)
RI (3)
JT (3)
7P (3)
RAL (3)
XN (3)
IW (3)
KAE (3)
TGN (3)
QZ (3)
Jan-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Feb-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Mar-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Apr-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
40000
Mei-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
65000
Jun-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
80000
Jul-07
40,000
40000
40000
40000
40000
30000
50000
50000
40000
40000
50000
100000
Agust-07
50,000
60000
50000
60000
60000
30000
70000
70000
60000
40000
70000
90000
Sep-07
60,000
60000
66000
60000
60000
30000
80000
80000
60000
80000
80000
140000
Okt-07
80,000
80000
88000
60000
120000
30000
80000
80000
120000
80000
80000
160000
Nop-07
80,000
100000
110000
60000
120000
100000
110000
110000
120000
160000
110000
n/a
Des-07
180,000
150000
165000
130000
145000
180000
165000
165000
145000
160000
165000
n/a
Jan-08
200,000
180000
165000
200000
175000
180000
165000
165000
175000
220000
165000
n/a
Feb-08
200,000
180000
200000
200000
175000
270000
200000
200000
175000
220000
200000
n/a
Mar-08
200,000
180000
200000
225000
230000
270000
120000
200000
230000
220000
200000
n/a
Apr-08
225,000
210000
200000
225000
230000
270000
120000
200000
230000
220000
200000
n/a
Mei-08
270,000
230000
225000
225000
230000
270000
120000
225000
230000
240000
200000
n/a
Jun-08
320,000
270000
275000
255000
230000
270000
120000
270000
230000
270000
200000
n/a
Jul-08
410,000
310000
350000
255000
230000
270000
284000
270000
230000
310000
200000
n/a
Agust-08
410,000
310000
375000
255000
230000
260000
284000
270000
230000
310000
200000
n/a
Sep-08
380,000
270000
375000
255000
220000
260000
160000
270000
220000
310000
200000
n/a
Okt-08
360,000
270000
310000
255000
220000
260000
160000
240000
220000
310000
200000
n/a
Nop-08
360,000
270000
310000
255000
220000
260000
160000
240000
220000
300000
200000
n/a
Des-08
360,000
270000
310000
245000
220000
260000
160000
240000
220000
275000
200000
n/a
Jan-09
340,000
270000
310000
245000
210000
260000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Feb-09
320,000
270000
280000
245000
210000
260000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Mar-09
320,000
270000
280000
245000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Apr-09
320,000
270000
280000
245000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Mei-09
320,000
270000
280000
245000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Jun-09
340,000
270000
280000
245000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Jul-09
340,000
270000
280000
255000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Agust-09
340,000
270000
280000
255000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Sep-09
340,000
270000
280000
255000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Okt-09
340,000
270000
310000
255000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Nop-09
340,000
270000
310000
255000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
Des-09
340,000
270000
310000
255000
210000
250000
160000
240000
210000
250000
200000
n/a
(72) Bahwa berikut pergerakan harga fuel surcharge para Terlapor masing-masing
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam yang akan disajikan
dalam bentuk grafik;-------------------------------------------------------------------------
42
SALINAN
(73) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Garuda Indonesia (Persero)
masing-masing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah
sebagai berikut:-------------------------------------------------------------------------------
Grafik 2
Pergerakan FS Garuda untuk Penerbangan 1 Jam
300,000
Rupiah
250,000
200,000
FS Garuda untuk
Penerbangan 1 Jam
150,000
100,000
50,000
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
May-06
Bulan
Grafik 3
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
FS Garuda untuk
Penerbangan 2 Jam
May-06
Rupiah
Bulan
43
SALINAN
Grafik 4
R upia h
400,000
300,000
FS Garuda untuk
Penerbangan 3 Jam
200,000
100,000
A u g -0 9
M a y-0 9
Fe b -0 9
N o v-0 8
A u g -0 8
M a y-0 8
Fe b -0 8
N o v-0 7
A u g -0 7
M a y-0 7
Fe b -0 7
N o v-0 6
A u g -0 6
M a y-0 6
Bulan
(74) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Sriwijaya Air masing-masing
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai berikut:
Grafik 5
Pergerakan FS Sriwijaya untuk Penerbangan 1 Jam
250000
Rupiah
200000
150000
FS Sriwijaya untuk
Penerbangan 1 Jam
100000
50000
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
May-06
Bulan
-----------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 6
44
SALINAN
Grafik 6
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
ay
Au 06
g0
No 6
v0
Fe 6
bM 07
ay
Au 07
g0
No 7
vF e 07
bM 08
ay
Au 08
g0
No 8
v0
Fe 8
bM 09
ay
Au 09
g0
No 9
v09
Rupiah
Bulan
Grafik 7
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
g0
No 6
vF e 06
bM 07
ay
Au 0 7
g0
No 7
v0
Fe 7
bM 08
ay
Au 0 8
g0
No 8
v0
Fe 8
bM 09
ay
Au 0 9
g09
Au
ay
-0
Rupiah
Bulan
(75) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Merpati Nusantara Airlines
(Persero) masing-masing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3
jam adalah sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 8
45
SALINAN
Grafik 8
Pergerakan FS Merpati untuk Penerbangan 1 Jam
300,000
Rupiah
250,000
200,000
FS Kartika untuk
Penerbangan 1 Jam
150,000
100,000
50,000
Nov-09
Aug-09
May-09
Nov-08
Feb-09
Aug-08
Feb-08
May-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
May-06
Bulan
Grafik 9
Rupiah
FS Merpati untuk
Penerbangan 2 Jam
Bulan
Grafik 10
Rupiah
FS Merpati untuk
Penerbangan 3 Jam
Bulan
46
SALINAN
(76) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Mandala Airlines masingmasing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------Grafik 11
Pergerakan FS Mandala untuk Penerbangan 1 Jam
250000
Rupiah
200000
150000
FS Mandala untuk
Penerbangan 1 Jam
100000
50000
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
May-06
Bulan
Grafik 12
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
Ju
l-0
7
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
FS Mandala untuk
Penerbangan 2 Jam
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ei
-0
6
Rupiah
Bulan
Grafik 13
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ju
l-0
7
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
FS Mandala untuk
Penerbangan 3 Jam
Ju
l-0
6
M
ei
-0
6
Rupiah
Bulan
47
SALINAN
(77) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Riau Airlines masing-masing
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai berikut:
Grafik 14
Pergerakan FS RAL Air untuk Penerbangan 1 Jam
300000
Rupiah
250000
200000
FS RAL Air untuk
Penerbangan 1 Jam
150000
100000
50000
Dec-09
Nov-09
Oct-09
Sep-09
Aug-09
Jul-09
Jun-09
May-09
Apr-09
Mar-09
Feb-09
Jan-09
Dec-08
Nov-08
Oct-08
Bulan
Grafik 15
Pergerakan FS RAL untuk Penerbangan 2 Jam
Rupiah
300000
250000
200000
150000
100000
ov
-0
9
N
Ju
l-0
9
Se
p09
09
M
ay
-
09
M
ar
-
Ja
n09
Se
p08
N
ov
-0
8
50000
0
Bulan
Grafik 16
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
M
ar
-0
M 8
ay
-0
8
Ju
l-0
Se 8
p08
N
ov
-0
8
Ja
n0
M 9
ar
-0
M 9
ay
-0
9
Ju
l-0
Se 9
p0
N 9
ov
-0
9
Rupiah
Bulan
48
SALINAN
(78) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Travel Express masing-masing
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai berikut:
Grafik 17
FS Express Air untuk Penerbangan 1 Jam
300000
Rupiah
250000
200000
FS Express Air untuk
Penerbangan 1 Jam
150000
100000
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Aug-06
May-06
Nov-06
50000
Bulan
Grafik 18
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
M
ay
Au 06
g0
N 6
ov
-0
Fe 6
bM 07
ay
Au 07
g0
N 7
ov
-0
Fe 7
b0
M 8
ay
Au 08
g0
N 8
ov
-0
Fe 8
bM 09
ay
Au 09
g0
N 9
ov
-0
9
Rupiah
Bulan
Grafik 19
Grafik 19
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
M
ay
Au 06
g0
N 6
ov
-0
Fe 6
b0
M 7
ay
Au 07
g0
N 7
ov
-0
Fe 7
bM 08
ay
Au 08
g0
N 8
ov
-0
Fe 8
bM 09
ay
Au 09
g0
N 9
ov
-0
9
Rupiah
Bulan
49
SALINAN
(79) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Lion Mentari Airlines masingmasing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------Grafik 20
FS Lion Air untuk Penerbangan 1 Jam
200000
Rupiah
150000
FS Lion Air untuk
Penerbangan 1 Jam
100000
50000
Nop-09
Agust-09
Mei-09
Feb-09
Nop-08
Agust-08
Mei-08
Feb-08
Nop-07
Agust-07
Mei-07
Feb-07
Nop-06
Agust-06
Mei-06
Bulan
Grafik 21
Pergerakan FS Lion Air untuk Penerbangan 2 Jam
250000
Rupiah
200000
150000
100000
50000
M
ei
-0
6
Ju
l-0
S 6
ep
-0
N 6
op
-0
6
Ja
n0
M 7
ar
-0
M 7
ei
-0
7
Ju
l-0
S 7
ep
-0
N 7
op
-0
7
Ja
n0
M 8
ar
-0
M 8
ei
-0
8
Ju
l-0
8
Bulan
Grafik 22
Pergerakan FS Lion Air untuk Penerbangan 3 Jam
250000
150000
100000
50000
0
M
ei
-0
6
Ju
l-0
S 6
ep
-0
N 6
op
-0
Ja 6
n0
M 7
ar
-0
M 7
ei
-0
7
Ju
l-0
S 7
ep
-0
N 7
op
-0
Ja 7
n0
M 8
ar
-0
M 8
ei
-0
8
Ju
l-0
8
Rupiah
200000
Bulan
50
SALINAN
(80) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Wings Abadi Airlines masingmasing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------Grafik 23
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
Ju
l-0
7
S
ep
-0
6
N
o
p06
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
FS Wings untuk
Penerbangan 1 Jam
Ju
l-0
6
M
ei
-0
6
Rupiah
Bulan
Grafik 24
Pergerakan FS Wings untuk Penerbangan 2 Jam
200000
Rupiah
150000
FS Wings untuk
Penerbangan 2 Jam
100000
50000
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
M
ei
-0
6
Bulan
Grafik 25
Pergerakan FS Wings untuk Penerbangan 2 Jam
200000
FS Wings untuk
Penerbangan 2 Jam
100000
50000
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
M
ei
-0
6
Rupiah
150000
Bulan
51
SALINAN
(81) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Metro Batavia masing-masing
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai berikut:
Grafik 26
FS Batavia untuk Penerbangan 1 Jam
200000
Rupiah
150000
FS Batavia untuk
Penerbangan 1 Jam
100000
50000
Nop-09
Agust-09
Mei-09
Feb-09
Nop-08
Agust-08
Mei-08
Feb-08
Nop-07
Agust-07
Mei-07
Feb-07
Nop-06
Agust-06
Mei-06
Bulan
Grafik 27
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
FS Batavia untuk
Penerbangan 2 Jam
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
M
ei
-0
6
Rupiah
Bulan
Grafik 28
Pergerakan FS Batavia untuk Penerbangan 3 Jam
300000
200000
FS Batavia untuk
Penerbangan 3 Jam
150000
100000
50000
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
M
ei
-0
6
Rupiah
250000
Bulan
52
SALINAN
(82) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Kartika Airlines masing-masing
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai berikut:
Grafik 29
Pergerakan FS Kartika untuk Penerbangan 1 Jam
300000
Rupiah
250000
200000
FS Kartika untuk
Penerbangan 1 Jam
150000
100000
50000
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
May-06
Bulan
Grafik 30
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
M
ay
-0
Se 6
p06
Ja
n0
M 7
ay
-0
Se 7
p07
Ja
n0
M 8
ay
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ay
-0
Se 9
p09
Bulan
Grafik 31
Pergerakan FS Kartika untuk Penerbangan 3 Jam
400000
300000
FS Kartika untuk Penerbangan
3 Jam
200000
100000
0
M
ay
-0
Se 6
p06
Ja
n0
M 7
ay
-0
Se 7
p07
Ja
n0
M 8
ay
-0
Se 8
p08
Ja
n0
M 9
ay
-0
Se 9
p09
Rupiah
Rupiah
Bulan
53
SALINAN
(83) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Trigana Air Service masingmasing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------Grafik 32
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
FS Trigana untuk
Penerbangan 1 Jam
M
ar
-0
8
M
ay
-0
8
Ju
l-0
8
S
ep
-0
8
N
ov
-0
8
Ja
n09
M
ar
-0
9
M
ay
-0
9
Ju
l-0
9
S
ep
-0
9
N
ov
-0
9
Rupiah
Bulan
Grafik 33
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
FS Trigana untuk
Penerbangan 2 Jam
M
ar
-0
8
M
ay
-0
8
Ju
l-0
8
S
ep
-0
8
N
ov
-0
8
Ja
n09
M
ar
-0
9
M
ay
-0
9
Ju
l-0
9
S
ep
-0
9
N
ov
-0
9
Rupiah
Bulan
Grafik 34
250000
200000
150000
100000
50000
0
M
ar
-0
M 8
ay
-0
8
Ju
l-0
Se 8
p0
N 8
ov
-0
Ja 8
n0
M 9
ar
-0
M 9
ay
-0
9
Ju
l-0
Se 9
p0
N 9
ov
-0
9
Rupiah
Bulan
54
SALINAN
(84) Bahwa pergerakan harga fuel surcharge untuk PT Indonesia AirAsia masingmasing untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------Grafik 35
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
S
ep
-0
7
Ju
l-0
7
M
ei
-0
7
M
ar
-0
7
Ja
n07
N
op
-0
6
S
ep
-0
6
Ju
l-0
6
M
ei
-0
6
Rupiah
Bulan
Grafik 36
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
S
ep
-0
7
Ju
l-0
7
M
ar
-0
7
M
ay
-0
7
Ja
n07
N
ov
-0
6
S
ep
-0
6
Ju
l-0
6
M
ay
-0
6
Rupiah
Bulan
Grafik 37
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
S
ep
-0
7
Ju
l-0
7
M
ar
-0
7
M
ay
-0
7
S
ep
-0
6
N
ov
-0
6
Ja
n07
Ju
l-0
6
M
ay
-0
6
Rupiah
Bulan
55
SALINAN
(85) Bahwa kronologis kenaikan fuel surcharge seluruh maskapai penerbangan
berdasarkan laporan masing-masing maskapai penerbangan kepada Departemen
Perhubungan dapat dilihat dalam tabel berikut:-----------------------------------------Tabel 26
Perkembangan fuel surcharge para Terlapor
No
1
Tanggal
6-Aug-07
Maskapai
Garuda
0 s/d 1 jam
1 s/d 2 jam
2 s/d 3 jam
3 s/d 4 jam
4 s/d 5 jam
>5 jam
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
150000
175000
200000
---
---
---
24 Januari 2008
50000
Indonesia
2
4-Sep-07
Garuda
60000
Indonesia
3
Tanggal FS Berlaku
1 Agustus 2007
10-Sep-07
24-Jan-08
Merpati
25-Jan-08
Xpress Air
5-Feb-08
Trigana
120000
---
---
---
---
---
Februari 2008
12-Feb-08
Riau Airlines
120000
---
---
---
---
---
3 Desember 2007
18-Feb-08
Mandala
160000
175000
200000
---
---
---
15 Februari 2008
4-Mar-08
Sriwijaya Air
140000
160000
---
---
---
---
26-Mar-08
Garuda
160000
175000
200000
26 Januari 2008.
Indonesia
---
---
---
15 Februari 2008
22 Januari 2008
10
2-Apr-08
Sriwijaya Air
170000
190000
210000
---
---
---
3-Apr-08
11
17-Apr-08
Merpati
175000
200000
225000
250000
---
---
16-Apr-08
12
23-Apr-08
Lion Air
175000
200000
225000
---
---
---
28-Apr-08
13
23-May-08
Lion Air
190000
230000
270000
---
---
---
28 Mei 2008
14
26-May-08
Lion Air
190000
230000
270000
---
---
---
28 Mei 2008
15
26-May-08
Wings Air
190000
230000
270000
---
---
---
28 Mei 2008
16
28-May-08
Sriwijaya Air
190000
210000
230000
---
---
---
17
30-May-08
Batavia Air
190000
230000
270000
18
2-Jun-08
Kartika
230000
230000
250000
19
2-Jun-08
Riau Airlines
200000
---
20
5-Jun-08
Sriwijaya Air
190000
230000
21
10-Jun-08
Merpati
250000
22
30-Jun-08
Garuda
250000
27 Mei 2008
28 Mei 2008.
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
3 Juni 2008
270000
---
---
---
3 Juni 2008
300000
350000
400000
450000
---
310000
370000
430000
430000
Airlines
Indonesia
---
6 Juni 2008
9 Juni 2008
1 Juli 2008
23
30-Jun-08
Lion Air
190000
230000
270000
---
---
---
24
30-Jun-08
Wings Air
190000
230000
270000
---
---
---
25
1-Jul-08
Sriwijaya Air
230000
270000
310000
---
---
---
3 Juli 2008
26
1-Jul-08
Lion Air
190000
230000
270000
---
---
---
2 Juli 2008
230000
270000
27
Juli 2008
Wings Air
190000
28
2-Jul-08
Linus Airways
220000
---
---
---
---
---
---
28 Mei 2008
29
14-Jul-08
Merpati
275000
325000
375000
425000
475000
500000
30
15-Jul-08
Mandala
205000
225000
255000
---
---
---
1 Juli 2008
31
20-Aug-08
Riau Airlines
200000
---
---
---
---
---
Juni 2008
56
SALINAN
No
32
Tanggal
21-Aug-08
Maskapai
Riau Airlines
0 s/d 1 jam
1 s/d 2 jam
2 s/d 3 jam
3 s/d 4 jam
4 s/d 5 jam
>5 jam
Tanggal FS Berlaku
284000
---
---
---
---
---
Juli 2008
33
3-Sep-08
Sriwijaya Air
190000
230000
270000
---
---
---
5-Sep-08
34
10-Sep-08
Linus Airways
210000
---
---
---
---
---
20-Sep-08
35
11-Sep-08
Garuda
240000
310000
380000
450000
500000
---
---
---
---
---
---
---
-----
Indonesia
---
36
11-Sep-08
Riau Airlines
240000
37
12-Sep-08
Kartika
270000
270000
300000
38
15-Sep-08
Xpress Air
---
---
---
---
---
39
16-Sep-08
Mandala
---
---
---
---
---
---
15-Sep-08
40
17-Sep-08
Lion Air
180000
220000
260000
---
---
---
18-Sep-08
Airlines
12-Sep-08
15-Sep-08
5 Spetember 2008
41
17-Sep-08
Wings Air
180000
220000
260000
---
---
---
18-Sep-08
42
18-Sep-08
Mandala
180000
220000
255000
---
---
---
19-Sep-09
43
20-Sep-08
Linus Airways
190000
210000
---
---
---
---
20-Sep-08
44
5-Nov-08
Xpress Air
230000
300000
370000
440000
490000
---
10-Nov-08
45
23-Dec-08
Lion Air
180000
220000
260000
---
---
---
18-Sep-08
---
---
---
46
23-Dec-08
Wings Air
180000
220000
260000
47
6-Jan-09
Kartika
180000
220000
255000
Airlines
48
7-Jan-09
Linus Airways
180000
210000
220000
49
9-Jan-09
Kartika
180000
220000
255000
Airlines
---
---
---
---
---
---
---
---
---
18-Sep-08
6 Januari 2009
15 Januari 2009
12 Januari 2009
50
12-Jan-09
Lion Air
170000
210000
250000
---
---
---
51
12-Jan-09
Wings Air
160000
170000
210000
250000
---
---
52
14-Jan-09
Xpress Air
240000
---
---
---
53
15-Jan-09
Merpati
230000
---
---
---
54
16-Jan-09
Sriwijaya Air
170000
270000
230000
---
---
---
12 Januari 2009
55
30-Jan-09
Mandala
170000
210000
245000
---
---
---
19 Januari 2009
56
3-Feb-09
Garuda
180000
250000
320000
440000
---
3 Februari 2009
57
3-Feb-09
Lion Air
170000
210000
250000
---
---
---
15 Jan 2009
58
3-Feb-09
wings air
160000
210000
250000
---
---
---
15 Jan 2009
59
30-Jun-09
Batavia Air
190000
230000
270000
---
---
---
28 Mei 2008
60
13-Jul-09
Trigana
---
---
---
---
---
---
61
14-Jul-09
Sriwijaya Air
170000
230000
27000
---
---
---
1-Sep-09
62
29-Jul-09
Mandala
170000
210000
245000
---
---
---
19 Januari 2009
63
18-Aug-09
Mandala
180000
225000
265000
---
---
15 Agustus 2009
64
26-Aug-09
Garuda
200000
270000
340000
10000
460000
510000
26 Agustus 2009
65
2-Sep-09
Sriwijaya
170000
230000
270000
---
---
---
66
15-Sep-09
Batavia Air
170000
200000
250000
---
---
---
67
17-Sep-09
Merpati
250000
310000
410000
200000
270000
340000
280000
370000
Airlines
68
30-Dec-09
Garuda
39000
---
---
---
---
410000
460000
---
15 Januari 2009
15 Januari 2009
1 Spetember 2009.
15-Sep-09
10-Sep-09
30 Desember 2009
57
SALINAN
21.8 Tentang
Perhitungan
Pendapatan
Fuel
Surcharge
dalam
Laporan
Keuangan; ----------------------------------------------------------------------------------(86) Bahwa dalam struktur biaya, pengeluaran biaya bahan bakar/fuel dikategorikan
sebagai variable cost atau biaya variabel; -----------------------------------------------(87) Bahwa dalam perhitungan basic fare, sudah diperhitungkan biaya untuk fuel
(sesuai dengan KM 9 Tahun 2002, asumsi harga basis fuel Rp 2.700,-/liter); ------(88) Bahwa fuel surcharge ditujukan untuk menuntup selisih harga fuel terhadap harga
basis fuel yang diasumsikan pada saat membuat KM 9 Tahun 2002 yaitu sebesar
Rp 2.700,-/liter; -----------------------------------------------------------------------------(89) Bahwa dengan adanya sub classes dalam penjualan tiket, persentase pendapatan
untuk fuel menjadi bervariasi;-------------------------------------------------------------(90) Bahwa berikut perkembangan pendapatan dari fuel surcharge dibandingkan
dengan fuel cost untuk tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009: ----------------------------Tabel 27
Perbandingan Pendapatan Fuel Surcharge dan Fuel Cost
Tahun 2006-2007 (confidential)
2006
FS (Rp)
2007
FC (Rp)
FS (Rp)
2008
FC (Rp)
FS (Rp)
2009
FC (Rp)
FS (Rp)
FC (Rp)
GA
SJ
MZ
RI
RAL
XN
JT
IW
7P
KAE
TGN
QZ
58
SALINAN
Keterangan:
a.
b.
c.
Bahwa Terlapor yang menyerahkan data fuel cost untuk tahun 2006,
2007, 2008 dan 2009 adalah PT Travel Express dan PT Kartika
Airlines;-------------------------------------------------------------------------
d.
Oleh
karena
Terlapor
tidak
menyerahkan
data,
perhitungan
pendapatan fuel surcharge tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 untuk PT
Mandala Airlines, PT PT Riau Airlines, PT Travel Express, PT Lion
Mentari Airlines, PT Wings Abadi Airlines, PT Metro Batavia, PT
Kartika Airlines, dan PT Trigana Airlines dihitung berdasarkan ratarata besaran fuel surcharge dalam satu tahun dikali dengan jumlah
penumpang aktual masing-masing maskapai pada tahun yang
bersangkutan; -----------------------------------------------------------------e.
Oleh karena Terlapor tidak memberikan data, biaya fuel tahun 2006,
2007 dan 2008 untuk PT Mandala Airlines, PT PT Riau Airlines, PT
Lion Mentari Airlines, PT Wings Abadi Airlines, PT Metro Batavia,
dan PT Trigana Airlines dihitung berdasarkan rata-rata biaya fuel per
penumpang PT Sriwijaya Air dikali dengan jumlah penumpang aktual
masing-masing maskapai pada tahun yang bersangkutan. PT Sriwijaya
Air digunakan sebagai dasar perhitungan karena jumlah dan jenis
pesawat, rute penerbangan serta ukuran perusahaan dianggap dapat
mewakili maskapai yang tidak memberikan data;-------------------------
f.
59
SALINAN
Airlines digunakan sebagai dasar perhitungan karena hanya data
Merpati Nusantara Airlines yang tersedia; --------------------------------g.
21.9 Tentang Perhitungan Pajak atas Fuel Surcharge (vide bukti B23, BAP PL
Dirjen Pajak);------------------------------------------------------------------------------(91) Bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari Direktur Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan RI, yang menjadi kewajiban pajak bagi maskapai
penerbangan antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); --------------------------------------------------(92) Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 17 dan 19 UU PPN, PPN yang dipungut oleh
maskapai penerbangan adalah 10% (sepuluh persen) dikali Dasar Pengenaan Pajak
(DPP). DPP dalam hal ini adalah seluruh biaya yang diminta/dibebankan oleh
maskapai penerbangan kepada konsumen; ----------------------------------------------(93) Bahwa dalam membeli avtur dari PT Pertamina (Persero), maskapai penerbangan
sudah dikenakan PPN 10%. PPN tersebut merupakan PPN keluaran6 bagi PT
Pertamina (Persero) dan PPN masukan7 bagi maskapai penerbangan; --------------(94) Bahwa praktek yang terjadi selama ini, perhitungan DPP untuk PPN atas harga
tiket pesawat dihitung dari basic fare;----------------------------------------------------(95) Bahwa makapai penerbangan tidak mengenakan PPN atas fuel surcharge kepada
konsumen, sehingga fuel surcharge tidak diperhitungkan sebagai DPP; ------------(96) Bahwa menurut beberapa maskapai penerbangan, PPN atas fuel surcharge tersebut
ditanggung oleh maskapai penerbangan, sehingga tidak dibebankan kepada
penumpang; ----------------------------------------------------------------------------------(97) Bahwa dalam salah satu rapat internal INACA pada tanggal 7 Mei 2008, pernah
ada pembahasan perihal Justifikasi Untuk Usulan Penghapusan PPN terhadap Fuel
Surcharge;-------------------------------------------------------------------------------------
PPN Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak
pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
7
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
pada waktu pembelian Barang Kena Pajak, penerimaan Jasa Kena Pajak, atau impor Barang Kena Pajak.
60
SALINAN
(98) Bahwa sebagian besar maskapai penerbangan memasukkan fuel surcharge ke
dalam komponen pendapatan tanpa dipisahkan secara khusus;-----------------------(99) Bahwa perhitungan PPH atas fuel surcharge perlu diperhitungkan karena fuel
surcharge merupakan salah satu pendapatan maskapai penerbangan; ---------------21.10 Tentang INACA dan Komunikasi di antara Para Terlapor; -------------------(100) Bahwa INACA adalah Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia
atau disebut Indonesia National Air Carriers Association disingkat INACA
berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia, didirikan oleh para pengusaha
perusahaan penerbangan pada tanggal 19 Oktober 1970; ---------------------------(101) Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: KP5/AU.701/PHB-89 tanggal 23 Nopember 1989, INACA telah
dikukuhkan sebagai satu-satunya Wadah Usaha Penerbangan Nasional Indonesia
dan Mitra Kerja Pemerintah; ------------------------------------------------------------(102) Bahwa belum semua perusahaan penerbangan nasional menjadi Anggota
INACA. Adapun Anggota INACA saat ini ada 20 (dua puluh) anggota yang
terdiri dari 15 (lima belas) angkutan udara niaga berjadwal dan 5 (lima)
angkutan udara niaga tidak berjadwal, yaitu: -----------------------------------------(103) Angkutan Udara Niaga Berjadwal: Dirgantara Air Service, Deraya Air Service,
Garuda Indonesia, Kartika Airlines, Lion Mentari Airlines, Mandala Airlines,
Merpati Nusantara Airlines, Metro Batavia, Pelita Air Service, Sriwijaya
Airlines, Trigana Air Service, Indonesia AirAsia, Kal Star Aviation, Riau
Airlines, Travel Espress;-----------------------------------------------------------------(104) Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal: Derazona Air Service, Eastindo, Gatari
Air Service, Indonesia Ait Transport, Sabang Merauke Raya Air Charter; -------(105) Bahwa berikut daftar Anggota INACA berdasarkan tanggal masuk menjadi
Anggota: ------------------------------------------------------------------------------------
61
SALINAN
Tabel 28
Daftar Anggota INACA
No.
Maskapai Penerbangan
1.
19 Oktober 1970
2.
19 Oktober 1970
3.
19 Oktober 1970
4.
Eastindo
19 Oktober 1970
5.
Garuda Indonesia
19 Oktober 1970
6.
19 Oktober 1970
7.
19 Oktober 1970
8.
Mandala Airlines
19 Oktober 1970
9.
19 Oktober 1970
10.
19 Oktober 1970
11.
19 Oktober 1970
12.
19 Oktober 1970
13.
Metro Batavia
01 Agustus 2003
14.
Kartika Airlines
01 Agustus 2003
15.
01 Agustus 2003
16.
Sriwijaya Air
10 Desember 2004
17.
Riau Airlines
01 April 2009
18.
Indonesia AirAsia
01 April 2009
19.
01 April 2009
20.
01 April 2009
(106) Bahwa pada saat disepakatinya fuel surcharge pada tanggal 10 Mei 2006,
Anggota INACA yang menandatangani kesepakatan tersebut pada tangal 4 Mei
2006 adalah: PT Mandala Airlines, PT Merpati Nusantara Airlines, PT
Dirgantara Air Service, PT Srwijaya Air, PT Pelita Air Service, PT Lion Mentari
Air, PT Batavia Air, PT Indonesia Air Transport, PT Garuda Indonesia
(Persero);-----------------------------------------------------------------------------------(107) Bahwa INACA secara rutin mengadakan rapat-rapat internal maupun dengan
pihak Departemen Perhubungan terkait dengan permasalahan terkait dengan
penerbangan, termasuk pembahasan mengenai fuel surcharge dan tarif batas
atas; ------------------------------------------------------------------------------------------
62
SALINAN
(108) Bahwa kronologis rapat-rapat terkait dengan fuel surcharge dan pembahasan
revisi KM No. 8 dan KM No. 9 Tahun 2002 terkait dengan tarif batas atas, baik
yang dilakukan oleh INACA secara internal maupun antara INACA dengan
Pemerintah adalah sebagai berikut:-----------------------------------------------------Tabel 29
Rapat-rapat terkait dengan pembahasan fuel surcharge
No.
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Agenda
1.
Kamis, 04 Mei
2006
10.00
WIB
2.
Selasa, 30 Mei
2006
10.00
WIB
Tanggapan
terhadap
Pemberitaan yang disampaikan
KPPU dalam Mess Media
Tentang Fuel Surcharge & Extra
Cover Asuransi Penumpang
Pesawat Udara
3.
Rabu,
19
September 2007
10.00
WIB
Pembahasan
Usulan
Penambahan Surcharge dalam
menghadapi Lebaran pada H-7
dan H+7
4.
Selasa,
11
Desember 2007
10.00
WIB
5.
Selasa,
15
Januari 2008
10.00
WIB
6.
Rabu,
2008
Mei
10.00
WIB
Membahas Justifikasi
Usulan
Penghapusan
terhadap Fuel Surcharge
7.
Senin,
15
September 2008
13.00
WIB
Ruang
Rapat
Darmawanita
PT
Indonesia
IKKGA
Garuda
Membahas KM 8 dan KM 9
Tahun 2002
8.
Kamis,
30
Desember 2008
10.00
WIB
9.
Rabu, 5 Agustus
2009
10.00
WIB
Ruang Rapat
Airlines Lt. 8
Mandala
10.
Selasa,
03
November 2009
10.00
WIB
11.
Selasa,
17
November 2009
10.00
WIB
PT
Untuk
PPN
63
SALINAN
22.
22.1
(2)
Bahwa berdasarkan butir 1.5 tentang Identitas Para Terlapor dan butir 3.1
tentang Profil dan Pangsa Pasar Para Terlapor, Tim Pemeriksa menilai PT
Garuda Indonesia (Persero), PT Sriwijaya Air, PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero), PT Mandala Airlines, PT Riau Airlines, PT Travel
Express, PT Lion Mentari Airlines, PT Wings Abadi Airlines, PT Metro
Batavia, PT Kartika Airlines, PT Trigana Air Service, dan PT Indonesia
Air Asia merupakan pelaku usaha sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1
angka 5 UU No. 5 Tahun 1999, yang masing-masing merupakan badan
usaha yang berbentuk badan hukum, yang didirikan di Indonesia,
berkedudukan di Indonesia, melakukan kegiatan usaha dalam wilayah
hukum negara Indonesia antara lain berupa kegiatan Angkutan Udara
Niaga Berjadwal dengan rute-rute penerbangan domestik sebagaimana
dirinci masing-masing dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5,
Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 12 dan Tabel 13; -------
(3)
64
SALINAN
menganalisis dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5 dan Pasal 21 UU No. 5
Tahun 1999;-------------------------------------------------------------------------(4)
22.2
(6)
(7)
Pasar Produk
65
SALINAN
(8)
(9)
66
SALINAN
dengan penerbangan tidak berjadwal yang dapat digunakan setiap saat oleh
konsumen;---------------------------------------------------------------------------(13) Bahwa penerbangan penumpang dan penerbangan kargo juga memiliki
karakteristik yang berbeda. Yang pertama menerbangkan orang dari satu
tempat ke tempat lain, sedangkan yang kedua tidak menerbangkan orang
melainkan barang. Jelas bahwa penerbangan kargo bukan merupakan
substitusi bagi penerbangan penumpang; ---------------------------------------(14) Bahwa dari aspek harga, secara umum harga jasa penerbangan berjadwal
lebih mahal dibanding dengan moda transportasi lainnya meskipun di
waktu tertentu dan pada rute tertentu harga jasa penerbangan bisa sangat
mendekati moda transportasi kereta api; ----------------------------------------(15) Bahwa secara umum, harga penerbangan berjadwal lebih murah dibanding
dengan harga penerbangan tidak berjadwal;------------------------------------(16) Bahwa dengan demikian, dari sisi harga, penerbangan berjadwal
merupakan pasar tersendiri yang terpisah dibanding dengan moda
transportasi lainnya; ---------------------------------------------------------------(17) Bahwa berdasarkan analisis di atas, baik dari aspek kegunaan, aspek
karakteristik maupun aspek harga, maka pasar produk pada perkara ini
adalah layanan jasa penerbangan penumpang berjadwal dari satu titik
keberangkatan ke titik kedatangan; ------------------------------------------Pasar Geografis
(18) Bahwa pasar geografis adalah wilayah dimana suatu pelaku usaha dapat
meningkatkan harganya tanpa menarik masuknya pelaku usaha baru atau
tanpa kehilangan konsumen yang signifikan, yang berpindah ke pelaku
usaha lain di luar wilayah tersebut. Hal ini antara lain terjadi karena biaya
transportasi yang harus dikeluarkan konsumen tidak signifikan, sehingga
tidak mampu mendorong terjadinya perpindahan konsumsi produk
tersebut; -----------------------------------------------------------------------------(19) Bahwa analisis pasar geografis bertujuan untuk menjelaskan di area mana
saja pasar produk yang telah didefinisikan saling bersaing satu sama lain; -
67
SALINAN
(20) Bahwa dengan memperhatikan rute-rute penerbangan yang dimiliki oleh
masing-masing Terlapor sebagaimana diuraikan dalam Tabel 1 s/d Tabel
10, Tabel 12 dan Tabel 13, terdapat persamaan dan perbedaan rute di
antara para Terlapor. Sebagai ilustrasi, untuk suatu rute tertentu, maskapai
penerbangan A bersaing dengan maskapai penerbangan B, namun untuk
rute lainnya, maskapai penerbangan A tersebut tidak bersaing dengan
maskapai penerbangan B, namun bersaing dengan maskapai penerbangan
C; -------------------------------------------------------------------------------------(21) Bahwa di setiap titik keberangkatan atau titik kedatangan, maskapai
penerbangan melayani penumpang yang berlokasi di wilayah sekitar titik
keberangkatan ataupun titik kedatangan; ---------------------------------------(22) Bahwa dengan demikian pasar geografis setiap rute tersebar di wilayah
sekitar bandar udara berada. Secara umum, bandar udara terletak di ibu
kota provinsi untuk meliputi seluruh penumpang yang berada pada
provinsi tersebut (catchment area);----------------------------------------------(23) Bahwa dalam hal terdapat dua bandar udara yang relatif berdekatan,
konsumen memiliki dua pilihan dalam rangka menentukan bandar udara
mana yang akan digunakannya, sehingga dalam kondisi tersebut pasar
geografis suatu rute bisa mencakup rute lainnya yang berada pada bandar
udara terdekat (overlapping catchment area); ---------------------------------(24) Bahwa meskipun demikian, pertimbangan jarak tempuh, biaya, dan rute
yang tersedia akan sangat mempengaruhi bandar udara mana yang akan
dipilih oleh konsumen; ------------------------------------------------------------(25) Bahwa kondisi overlapping catchment area jarang terjadi sehingga secara
umum pasar geografis untuk setiap rute mencakup wilayah catchment area
masing-masing bandar udara.;----------------------------------------------------(26) Bahwa dengan demikian pasar geografis pada perkara ini adalah
catchment area pada setiap bandar udara;----------------------------------(27) Bahwa berdasarkan analisis pasar produk dan pasar geografis, maka dalam
perkara ini pasar bersangkutan meliputi layanan jasa penerbangan
68
SALINAN
penumpang berjadwal dari satu titik keberangkatan ke titik
kedatangan di catchment area pada setiap bandar udara; --------------22.3
Tentang Dugaan Penetapan Harga; -------------------------------------------------(28) Bahwa berdasarkan butir 3.3 Tentang Formula Perhitungan Harga Tiket,
dalam Tabel 16 terlihat bahwa Formula Perhitungan Harga Tiket para
Terlapor pada prinsipnya sama yaitu memuat basic fare, PPN, IWJR dan
Fuel Surcharge. Namun jika diperhatikan lebih lanjut, terdapat perbedaan
pada komponen IWJR, dimana ada yang menetapkan sebesar Rp 5.000,(lima ribu rupiah), Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dan Rp 11.000,- (sebelas
ribu rupiah). Selain itu terdapat perbedaan pada pengenaan administration
fee (biaya administrasi), asuransi tambahan dan convinience fee, dimana
ada Terlapor yang memberlakukan, ada yang tidak. Untuk komponen Fuel
Surcharge sendiri, terdapat 2 (dua) Terlapor yang saat pemeriksaan
perkara ini dilaksanakan, sudah tidak memberlakukan fuel surcharge yaitu
PT Riau Airlines dan PT Indonesia Air Asia; ----------------------------------(29) Bahwa dalam perhitungan komponen basic fare, masing-masing Terlapor
memiliki strategi harga (pricing strategy) yang dikenal dengan subclasses.
Dalam penerapan sub classes sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 17
tentang Kategorisasi Sub Classes oleh Para Terlapor, terlihat variasi dalam
kategorisasi sub classes yang terbagi dalam jumlah kelas yang berbedabeda; ---------------------------------------------------------------------------------(30) Bahwa perhitungan komponen PPN adalah sebesar 10% (sepuluh persen)
dari basic fare. Besar kecilnya perhitungan PPN, tergantung pada besar
kecilnya basic fare yang dikenakan sesuai dengan kategorisasi sub classes
yang dibeli oleh penumpang;-----------------------------------------------------(31) Bahwa perhitungan komponen IWJR dihitung sebagai bagian dari harga
tiket, namun tidak termasuk ke dalam perhitungan pendapatan maskapai
penerbangan. Berdasarkan Tabel 16, ternyata terdapat variasi besaran
IWJR yang diterapkan oleh masing-masing maskapai penerbangan; -------(32) Bahwa formula perhitungan fuel surcharge yang ditetapkan oleh masingmasing Terlapor berbeda-beda sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 18; -
69
SALINAN
(33) Bahwa berdasarkan berbagai pendapat dari maskapai penerbangan, Tim
Pemeriksa menilai perhitungan komponen fuel surcharge di dalam harga
tiket tergantung pada: harga avtur, konsumsi avtur dan load factor;--------(34) Bahwa harga avtur yang dibeli oleh maskapai penerbangan dari PT
Pertamina (Persero) dipengaruhi oleh MOPS untuk jet fuel atau avtur, kurs
Rupiah terhadap US Dollar, serta lokasi DPPU Pertamina; ------------------(35) Bahwa konsumsi avtur dipengaruhi oleh waktu tempuh/jarak tempuh, jenis
dan tipe serta usia pesawat; -------------------------------------------------------(36) Bahwa load factor dipengaruhi oleh rute-rute yang dipilih maskapai
penerbangan untuk diterbangi, peak season dan low season, serta daya beli
masyarakat yang menjadi konsumen maskapai penerbangan; ---------------(37) Bahwa dalam membuat formula perhitungan fuel surcharge, maskapai
penerbangan membuat asumsi tentang harga avtur, konsumsi avtur dan
load factor;--------------------------------------------------------------------------(38) Bahwa asumsi yang digunakan untuk menentukan harga avtur adalah harga
rata-rata avtur yang dijual oleh Pertamina sebagaimana diuraikan dalam
Tabel 19. Namun dalam menentukan asumsi tersebut, terdapat perbedaan
penentuan asumsi harga avtur yang digunakan karena bersifat forecasting
atau peramalan;---------------------------------------------------------------------(39) Bahwa jenis pesawat yang digunakan oleh masing-masing penerbangan
berbeda-beda sebagaimana telah diuraikan dalam profil para Terlapor
dalam butir 3.1, Tabel 1 s/d Tabel 10, Tabel 12 dan Tabel 13; --------------(40) Bahwa dalam penentuan konsumsi avtur, maskapai penerbangan
menggunakan asumsi dengan mengacu pada konsumsi avtur satu atau lebih
jenis pesawat. Namun demikian, meskipun terdapat jenis pesawat yang
sama yang dijadikan acuan dalam perhitungan fuel surcharge, terdapat
perbedaan asumsi konsumsi avtur untuk jenis pesawat tersebut
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 20; -------------------------------------(41) Bahwa dalam penentuan asumsi load factor untuk perhitungan fuel
surcharge, maskapai penerbangan menggunakan load factor rata-rata yang
berbeda-beda persentasenya sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 21;----
70
SALINAN
(42) Bahwa dengan demikian, oleh karena formula perhitungan fuel
surcharge, asumsi harga avtur, asumsi konsumsi avtur dan asumsi
load factor yang dibuat oleh masing-masing Terlapor berbeda-beda,
Tim Pemeriksa menilai seharusnya fuel surcharge yang ditetapkan
oleh masing-masing Terlapor juga berbeda-beda; ------------------------(43) Bahwa Pasal 5 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 berbunyi Pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama ----(44) Bahwa penetapan harga atau kartel harga terjadi apabila beberapa
perusahaan dalam industri sejenis membuat perjanjian untuk mengatur
harga secara bersama-sama atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen; -----------------------------------------------------------(45) Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 7 UU No. 5/1999, definisi perjanjian
adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan
diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa pun,
baik tertulis maupun tidak tertulis.---------------------------------------------(46) Bahwa untuk membuktikan ada tidaknya perjanjian tersebut, Tim
Pemeriksa terlebih dahulu menganalisis apakah terjadi komunikasi di
antara para Terlapor terkait dengan penetapan fuel surcharge baik secara
langsung melalui INACA maupun secara tidak langsung dengan cara price
signaling yang dilakukan oleh perusahaan yang dominan; -------------------(47) Bahwa berdasarkan fakta-fakta sebagaimana terurai dalam butir 3.10
Tentang INACA dan Komunikasi di antara Para Terlapor, berdasarkan
Tabel 29, Tim Pemeriksa menilai terdapat komunikasi secara internal
dalam INACA terkait dengan pembahasan fuel surcharge yaitu pada
tanggal 04 Mei 2006 sebagaimana diuraikan dalam butir 3.2 Tentang
Kronologis Pengenaan Fuel Surcharge paragraf (12); ------------------------(48) Bahwa berdasarkan butir 3.2 Tentang Kronologis Pengenaan Fuel
Surcharge paragraf (16) dan Tabel 29, KPPU memberikan masukan
kepada INACA untuk mencabut penetapan mengenai fuel surcharge dan
71
SALINAN
mengembalikan kewenangan penetapan fuel surcharge kepada masingmasing maskapai penerbangan; --------------------------------------------------(49) Bahwa setelah menerima masukan dari KPPU, berdasarkan butir 3.2
Tentang Kronologis Pengenaan Fuel Surcharge paragraf (17) dan Tabel
29, INACA mengadakan Rapat Anggota dan Pengurus INACA pada
tanggal 30 Mei 2006 yang pada intinya menyimpulkan penerapan dan
besaran fuel surcharge diserahkan kembali kepada masing-masing
perusahaan penerbangan nasional Anggota INACA;--------------------------(50) Bahwa maskapai penerbangan yang merupakan Terlapor dalam perkara
ini, yang menandatangani kesepakatan pada tanggal 04 Mei 2006 adalah:
PT Garuda Indonesia (Persero), PT Srwijaya Air, PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero), PT Mandala Airlines, PT Lion Mentari Airlines dan PT
Metro Batavia;----------------------------------------------------------------------(51) Bahwa maskapai penerbangan yang merupakan Terlapor dalam perkara
ini, namun tidak menandatangani kesepakatan pada tanggal 4 Mei 2006
adalah: PT Riau Airlines, PT Express Air, PT Wings Airlines, PT Kartika
Airlines, PT Trigana Air Service, PT Indonesia Air Asia;--------------------(52) Bahwa berdasarkan Tabel 28 Tentang Daftar Anggota INACA, maskapai
penerbangan yang merupakan Terlapor dalam perkara ini telah menjadi
anggota INACA pada tanggal 4 Mei 2006 adalah: PT Garuda Indonesia
(Persero), PT Srwijaya Air, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT
Mandala Airlines, PT Lion Mentari Airlines, PT Metro Batavia, PT
Express Air, PT Kartika Airlines, dan PT Trigana Air Service; -------------(53) Bahwa berdasarkan Tabel 28 Tentang Daftar Anggota INACA, maskapai
penerbangan yang merupakan Terlapor dalam perkara ini yang belum
menjadi anggota INACA pada tanggal 4 Mei 2006 adalah: PT Riau
Airlines, PT Wings Airlines dan PT Indonesia Air Asia;---------------------(54) Bahwa penetapan fuel surcharge sebesar Rp 20.000,- (dua puluh ribu)
pada tanggal 10 Mei 2006, meskipun telah dilakukan sesuai dengan
prosedur dan dengan sepengetahuan Menteri Perhubungan c.q. Dirjen
Perhubungan Udara, Tim Pemeriksa menilai hal tersebut merupakan suatu
72
SALINAN
bentuk kartel yang dilakukan oleh maskapai penerbangan melalui wadah
INACA sebagaimana diuraikan dalam angka 3.2. tentang Kronologis
Pemberlakukan Fuel Surcharge; -------------------------------------------------(55) Bahwa Tim Pemeriksa perlu menguji apakah benar setelah tanggal 30 Mei
2006, fuel surcharge sudah ditetapkan masing-masing oleh para Terlapor
tanpa melakukan koordinasi satu sama lainnya; -------------------------------(56) Bahwa pada butir 3.4 Tentang Formula Perhitungan Fuel Surcharge
paragraf (37), pada tanggal 15 Februari 2008, Departemen Perhubungan
mengeluarkan formula perhitungan fuel surcharge yang kemudian direvisi
pada tanggal 03 Maret 2008; -----------------------------------------------------(57) Bahwa untuk mengetahui apakah terdapat penetapan harga fuel surcharge
yang dilakukan oleh para Terlapor, Tim Pemeriksa melakukan analisis
terhadap pergerakan fuel surcharge masing-masing Terlapor; --------------(58) Bahwa berdasarkan Tabel 23, Tabel 24, Tabel 25 dan Tabel 29 serta Grafik
2 s/d Grafik 37 mengenai pergerakan fuel surcharge para Terlapor masingmasing untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam,
Tim Pemeriksa melakukan analisis pergerakan fuel surcharge seluruh
Terlapor dalam grafik sebagai berikut:----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 38
73
SALINAN
Grafik 38
Perbandingan pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam
Pergerakan Fuel Surcharge untuk Penerbangan 1 Jam dari Seluruh
Maskapai 2006 - 2009
300000
Sriw ijaya
Garuda
250000
Mandala
Ekspress Air
Rupiah
200000
RAL
Lion
150000
Batavia
Kartika
100000
Merpati
Wings
50000
Trigana
Air Asia
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
May-08
Feb-08
Nov-07
Aug-07
May-07
Feb-07
Nov-06
Aug-06
May-06
Bulan
Grafik 39
Perbandingan pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan 1 s/d 2 jam
Pergerakan Fuel Surcharge Untuk Penerbangan 2 Jam dari
Seluruh Maskapai Tahun 2006 - 2009
400000
Sriwijaya
Garuda
Bulan
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Merpati
Nov-08
0
Aug-08
Kartika
May-08
50000
Feb-08
Batavia
Nov-07
100000
Aug-07
Lion
May-07
RAL
150000
Feb-07
Ekspress Air
200000
Nov-06
Mandala
250000
Aug-06
300000
May-06
Rupiah
350000
Wings
Trigana
Air Asia
74
SALINAN
Grafik 40
Perbandingan pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan 2 s/d 3 jam
Kartika
N o v -0 9
0
A u g -0 9
Batavia
M a y -0 9
100000
N o v -0 8
F e b -0 9
Lion
A u g -0 8
200000
F e b -0 8
M a y -0 8
RAL
N o v -0 7
300000
A u g -0 7
Ekspress Air
F e b -0 7
M a y -0 7
400000
N o v -0 6
Mandala
A u g -0 6
500000
M a y -0 6
R u p iah
Garuda
Merpati
Wings
Trigana
Bulan
Air Asia
(59) Bahwa berdasarkan Grafik 38, Grafik 39 dan Grafik 40, Tim
Pemeriksa menilai terdapat trend yang sama atas pergerakan fuel
surcharge di antara para Terlapor untuk masing-masing zona waktu
penerbangan; ----------------------------------------------------------------------(60) Bahwa untuk mendukung analisis tabel dan grafik tersebut di atas, Tim
Pemeriksa melakukan perbandingan prosentase pergerakan harga fuel
surcharge yang ditetapkan oleh para Terlapor sebagai berikut: --------------
Tabel 30
Perbandingan prosentase pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan 0 s/d 1 jam
Bulan/Tahun
Mei-06
Express
Sriwijaya
Garuda
0.0
0.0
50.0
Air
Merpati
Batavia
Lion Air
RAL
0.0
0.0
0.0
n/a
Mandala
Kartika
Wings
Trigana
Air Asia
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jun-06
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jul-06
50.0
50.0
0.0
50.0
0.0
50.0
n/a
50.0
0.0
50.0
n/a
50.0
75
SALINAN
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Express
Air
Merpati
Batavia
Lion Air
RAL
Mandala
Kartika
Wings
Trigana
Air Asia
Agust-06
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
33.3
Sep-06
33.3
33.3
33.3
33.3
50.0
33.3
n/a
0.0
0.0
33.3
n/a
0.0
Okt-06
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Nop-06
0.0
0.0
25.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
100.0
0.0
n/a
0.0
Des-06
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jan-07
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Feb-07
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Mar-07
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
33.3
0.0
0.0
n/a
0.0
Apr-07
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
62.5
Mei-07
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
23.1
Jun-07
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
n/a
25.0
Jul-07
50.0
25.0
40.0
25.0
0.0
50.0
n/a
0.0
0.0
50.0
n/a
10.0
Agust-07
0.0
20.0
14.3
32.0
0.0
0.0
n/a
50.0
100.0
0.0
n/a
27.3
Sep-07
33.3
33.3
0.0
33.3
0.0
66.7
n/a
33.3
0.0
66.7
n/a
14.3
Okt-07
25.0
0.0
37.5
25.0
233.3
-20.0
n/a
0.0
0.0
-20.0
n/a
n/a
Nop-07
50.0
75.0
50.0
0.0
40.0
56.3
n/a
0.0
87.5
56.3
n/a
n/a
Des-07
0.0
14.3
0.0
0.0
14.3
28.0
n/a
25.0
13.3
28.0
n/a
n/a
Jan-08
0.0
0.0
21.2
36.4
0.0
0.0
n/a
30.0
0.0
0.0
n/a
n/a
Feb-08
-6.7
0.0
0.0
0.0
18.8
18.8
n/a
15.4
0.0
18.8
n/a
n/a
Mar-08
21.4
9.4
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
6.7
0.0
0.0
0.0
n/a
Apr-08
11.8
8.6
12.5
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
11.8
0.0
0.0
n/a
Mei-08
0.0
15.8
20.0
16.7
0.0
0.0
n/a
15.6
21.1
0.0
0.0
n/a
Jun-08
21.1
22.7
0.0
28.6
0.0
0.0
n/a
0.0
17.4
0.0
0.0
n/a
Jul-08
Agust-08
Sep-08
0.0
0.0
0.0
11.1
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
-17.4
-11.1
0.0
10.0
-5.3
-5.3
n/a
21.6
0.0
-5.3
0.0
n/a
0.0
-8.3
-11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Okt-08
0.0
0.0
0.0
-5.5
0.0
0.0
0.0
-20.0
-13.0
0.0
0.0
n/a
Nop-08
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-6.4
0.0
0.0
n/a
Des-08
-10.5
-9.1
0.0
0.0
0.0
-5.6
0.0
0.0
-18.2
-11.1
50.0
n/a
Jan-09
0.0
-10.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Feb-09
0.0
0.0
0.0
-11.5
0.0
0.0
0.0
-5.6
0.0
0.0
0.0
n/a
Mar-09
0.0
0.0
0.0
0.0
-5.6
-5.9
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Apr-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Mei-09
0.0
11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Jun-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
6.7
n/a
Jul-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Agust-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Sep-09
0.0
0.0
0.0
8.7
0.0
0.0
0.0
5.9
0.0
0.0
0.0
n/a
Okt-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
27.8
0.0
0.0
n/a
Nop-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Des-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
76
SALINAN
Tabel 31
Perbandingan prosentase pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan 1 s/d 2 jam
Bulan/Tahun
Mei-06
Sriwijaya
Garuda
0.0
0.0
Express
Merpati
Batavia
Lion Air
0.0
50.0
n/a
0.0
Air
RAL
Mandala
Kartika
Wings
Trigana
Air Asia
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jun-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jul-06
50.0
50.0
50.0
0.0
n/a
50.0
0.0
0.0
50.0
50.0
n/a
50.0
Agust-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
33.3
Sep-06
33.3
33.3
33.3
33.3
n/a
33.3
50.0
0.0
33.3
33.3
n/a
0.0
Okt-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Nop-06
0.0
0.0
0.0
25.0
n/a
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Des-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jan-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Feb-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Mar-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Apr-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
62.5
Mei-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
23.1
Jun-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
25.0
Jul-07
50.0
25.0
50.0
40.0
n/a
50.0
0.0
0.0
50.0
50.0
n/a
-10.0
Agust-07
0.0
20.0
0.0
14.3
n/a
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
n/a
55.6
Sep-07
33.3
33.3
0.0
0.0
n/a
100.0
0.0
0.0
33.3
100.0
n/a
14.3
Okt-07
25.0
0.0
0.0
37.5
n/a
0.0
233.3
56.3
25.0
0.0
n/a
n/a
Nop-07
50.0
100.0
116.7
50.0
n/a
20.8
60.0
0.0
50.0
20.8
n/a
n/a
Des-07
6.7
9.4
15.4
0.0
n/a
20.7
0.0
60.0
6.7
20.7
n/a
n/a
Jan-08
0.0
0.0
16.7
21.2
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
n/a
Feb-08
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
31.4
18.8
0.0
0.0
31.4
0.0
n/a
Mar-08
18.8
14.3
14.3
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
18.8
0.0
0.0
n/a
Apr-08
10.5
15.0
0.0
12.5
n/a
0.0
0.0
10.0
10.5
0.0
0.0
n/a
Mei-08
9.5
17.4
0.0
20.0
n/a
0.0
0.0
13.6
9.5
0.0
0.0
n/a
Jun-08
17.4
25.9
27.5
0.0
n/a
0.0
21.1
16.0
17.4
0.0
0.0
n/a
Jul-08
Agust-08
Sep-08
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
-14.8
-8.8
-13.7
0.0
n/a
-4.3
-4.3
0.0
-14.8
-4.3
0.0
n/a
0.0
-6.5
0.0
-11.1
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Okt-08
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-5.2
0.0
0.0
0.0
n/a
Nop-08
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-7.1
0.0
0.0
50.0
n/a
Des-08
0.0
-6.9
-4.5
0.0
0.0
-4.5
0.0
-13.9
0.0
-4.5
0.0
n/a
Jan-09
0.0
-7.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Feb-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
20.0
n/a
Mar-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-9.1
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Apr-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Mei-09
0.0
8.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Jun-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Jul-09
0.0
0.0
7.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
77
SALINAN
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Express
Air
Merpati
Batavia
Lion Air
RAL
Mandala
Kartika
Wings
Trigana
Air Asia
Agust-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Sep-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Okt-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-20.5
0.0
0.0
0.0
n/a
Nop-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Des-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Wings
Trigana
Air Asia
Tabel 32
Perbandingan prosentase pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan 2 s/d 3 jam
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Express
Air
Merpati
Batavia
Lion Air
RAL
Mandala
Kartika
Mei-06
0.0
0.0
0.0
50.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jun-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jul-06
50.0
50.0
50.0
0.0
n/a
50.0
0.0
0.0
50.0
50.0
n/a
50.0
Agust-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
33.3
Sep-06
33.3
33.3
33.3
33.3
n/a
33.3
50.0
0.0
33.3
33.3
n/a
0.0
Okt-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Nop-06
0.0
0.0
0.0
25.0
n/a
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Des-06
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Jan-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Feb-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Mar-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
Apr-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
62.5
Mei-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
23.1
Jun-07
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
25.0
Jul-07
50.0
25.0
50.0
40.0
n/a
50.0
0.0
0.0
25.0
50.0
n/a
-10.0
Agust-07
0.0
20.0
0.0
14.3
n/a
0.0
0.0
100.0
32.0
0.0
n/a
22.2
Sep-07
33.3
33.3
0.0
0.0
n/a
100.0
0.0
0.0
33.3
100.0
n/a
18.2
Okt-07
25.0
0.0
0.0
37.5
n/a
0.0
233.3
100.0
25.0
0.0
n/a
n/a
Nop-07
50.0
125.0
116.7
50.0
n/a
20.8
80.0
0.0
50.0
20.8
n/a
n/a
Des-07
20.0
11.1
53.8
0.0
n/a
20.7
0.0
37.5
0.0
20.7
n/a
n/a
Jan-08
0.0
0.0
0.0
21.2
n/a
0.0
50.0
0.0
21.2
31.4
n/a
n/a
Feb-08
0.0
0.0
12.5
0.0
0.0
31.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Mar-08
16.7
12.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Apr-08
9.5
20.0
0.0
12.5
0.0
0.0
0.0
9.1
12.5
0.0
0.0
n/a
Mei-08
17.4
18.5
13.3
20.0
136.7
0.0
0.0
12.5
22.2
0.0
0.0
n/a
Jun-08
14.8
28.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
14.8
27.3
0.0
0.0
n/a
Jul-08
0.0
0.0
0.0
0.0
-43.7
0.0
-3.7
0.0
7.1
-4.3
0.0
n/a
-12.9
-7.3
0.0
0.0
0.0
-4.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Sep-08
0.0
-5.3
0.0
-11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
-17.3
0.0
0.0
n/a
Okt-08
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.2
0.0
0.0
0.0
n/a
Agust-08
78
SALINAN
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Express
Air
Merpati
Batavia
Lion Air
RAL
Mandala
Kartika
Wings
Trigana
Air Asia
Nop-08
0.0
0.0
-3.9
0.0
0.0
0.0
0.0
-8.3
0.0
-4.5
0.0
n/a
Des-08
0.0
-5.6
0.0
0.0
0.0
-4.5
0.0
-9.1
0.0
0.0
0.0
n/a
Jan-09
0.0
-5.9
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-9.7
0.0
0.0
n/a
Feb-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.8
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Mar-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Apr-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Mei-09
0.0
6.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Jun-09
0.0
0.0
4.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Jul-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Agust-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Sep-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
10.7
0.0
0.0
n/a
Okt-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
n/a
Nop-09
0.0
0.0
0.0
50.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Des-09
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
79
SALINAN
(65) Bahwa Uji Varians Bartletts Test (Snedecor amd Cochran, 1983)
digunakan untuk menguji apakah sejumlah sample, memiliki varians yang
setara. Varians yang setara diantara sample disebut dengan homogenity of
variances. Bartletts test dapat juga digunakan untuk menguji apakah
varians diantara kelompok samples setara atau tidak;-------------------------(66) Bahwa Levene Test memiliki tujuan yang sama dengan Bartletts namun
Levene test cenderung lebih tidak sensitif terhadap data yang menjauhi
normal; ------------------------------------------------------------------------------(67) Bahwa pada kedua uji tersebut, hasilnya ditunjukkan dengan H0 dan H1.
H0 berarti tidak ada perbedaan di antara 2 (dua) atau lebih varians,
sedangkan H1 berarti terdapat perbedaan di antara 2 (dua) atau lebih
varians. Dapat disimpulkan hasil uji tolak H0 apabila P value kurang dari
0.005 dan sebaliknya menerima H0 apabila P value lebih dari 0.005; ------(68) Bahwa untuk memudahkan analisis, Tim Pemeriksa membagi analisis
pergerakan fuel surcharge para Terlapor menjadi 2 (dua) periode yaitu
sejak dicabutnya penetapan bersama fuel surcharge tanggal 30 Mei 2006
sampai dengan diberlakukannya formula fuel surcharge dari pemerintah
tanggal 15 Februari 2008 yang direvisi tanggal 03 Maret 2008 (Periode I:
Mei 2006 s/d Maret 2008), dan periode setelah 03 Maret 2008 sampai
dengan 31 Desember 2009 (Periode II: April 2008 s/d Desember 2009); --(69) Bahwa untuk menganalisis pergerakan fuel surcharge para Terlapor, maka
akan dilakukan uji korelasi dan Bartlett Test untuk masing-masing periode
yaitu Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) dan Periode II (April 2008 s/d
Desember 2009) yang masing-masing terbagi dalam 3 (tiga) zona, yaitu
penerbangan dengan waktu tempuh antara 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2
s/d 3 jam; ----------------------------------------------------------------------------(70) Bahwa uji korelasi akan dilakukan terhadap 9 Terlapor, tanpa memasukkan
PT Riau Airlines, PT Trigana Air Service dan PT Indonesia AirAsia; -----(71) Bahwa hasil uji korelasi terhadap pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam adalah sebagai berikut:----------------
80
SALINAN
Tabel 33
Uji Korelasi untuk penerbangan 0 s/d 1 jam
Sriwijaya
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Garuda
0.981974
Mandala
0.923059
0.955017
Ekspress Air
0.980519
0.988032
0.957373
Lion
0.963663
0.991556
0.971946
0.9755442
Batavia
0.951784
0.969924
0.919332
0.9694725
0.948066
Kartika
0.97582
0.987344
0.941961
0.9842514
0.972864
0.951313
Merpati
0.960948
0.959447
0.978034
0.9727714
0.962488
0.929439
0.948065
Wings
0.963663
0.991556
0.971946
0.9755442
0.948066
0.972864
0.962488
(72) Bahwa hasil uji korelasi terhadap pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan antara 1 s/d 2 jam adalah sebagai berikut:---------------Tabel 34
Uji Korelasi untuk penerbangan 1 s/d 2 jam
Ekspress
Sriwijaya
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Garuda
0.993046
Mandala
0.972223
0.98559
Ekspress Air
0.988475
0.985138
0.983495
Lion
0.973608
0.965744
0.952502
0.968962
Batavia
0.968435
0.969687
0.957854
0.968775
0.943493
Kartika
0.969977
0.964823
0.956135
0.974423
0.965464
0.947479
Merpati
0.988282
0.979285
0.967557
0.990912
0.982715
0.958948
0.974337
Wings
0.973608
0.965744
0.952502
0.968962
0.943493
0.965464
0.982715
(73) Bahwa hasil uji korelasi terhadap pergerakan fuel surcharge para Terlapor
untuk penerbangan antara 2 s/d 3 jam adalah sebagai berikut:--------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tabel 35
81
SALINAN
Tabel 35
Uji Korelasi untuk penerbangan 2 s/d 3 jam
Ekspress
Sriwijaya
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Garuda
0.992584
Mandala
0.971357
0.97637
Ekspress Air
0.989441
0.982045
0.962812
Lion
0.975925
0.959402
0.947762
0.968962
Batavia
0.955953
0.96049
0.962909
0.966194
0.930562
Kartika
0.980508
0.960801
0.940955
0.976508
0.963813
0.942611
Merpati
0.992604
0.986143
0.959828
0.99419
0.979271
0.96793
0.977996
Wings
0.978704
0.963876
0.955711
0.97824
0.986606
0.954725
0.966577
0.987366
250000
Garuda
Mandala
150000
Ekspress Air
100000
Lion
Kartika
ei
-0
Ju
l-0
7
Se
p07
No
p07
Ja
n08
M
ar
-0
8
Batavia
6
Ju
l-0
6
Se
p06
No
p06
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
50000
Rupiah
200000
Merpati
Wings
Trigana
Bulan
Air Asia
82
SALINAN
(77) Bahwa berikut hasil uji varians pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 0 s/d 1 jam:
Air Asia
Ekspress Air
Bartlett's Test
Test Statistic: 6.068
Garuda
P-Value
: 0.532
Kartika
Lion
Levene's Test
Mandala
: 0.983
Merpati
Sriwijaya
20000
70000
120000
170000
83
SALINAN
Grafik 42
Grafik Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor Periode I
untuk Penerbangan antara 1 s/d 2 jam
250000
Garuda
Mandala
150000
Ekspress Air
100000
Lion
Merpati
ar
-0
08
n-
Ja
p07
No
07
p-
l -0
Ju
-0
ei
Se
7
-0
M
ar
n-
Ja
06
No
p-
l -0
Se
-0
Ju
ei
07
Kartika
p06
0
6
Batavia
50000
Rupiah
200000
Wings
Trigana
Bulan
Air Asia
(80) Bahwa berikut hasil uji varians pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 1 s/d 2 jam:
Air Asia
Bartlett's Test
Ekspress Air
Test Statistic: 3.906
P-Value
: 0.689
Garuda
Kartika
Lion
Levene's Test
Test Statistic: 0.142
Merpati
P-Value
: 0.990
Sriwijaya
50000
100000
150000
84
SALINAN
(81) Bahwa berdasarkan uji pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 1 s/d 2
jam menunjukkan hasil yang signifikan dimana terdapat variasi yang
sama dari seluruh maskapai penerbangan yang diuji; -------------------(82) Bahwa berikut grafik pergerakan fuel surcharge para Terlapor pada
Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 2 s/d 3 jam: -----Grafik 43
Grafik Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor Periode I
untuk Penerbangan antara 2 s/d 3 jam
Pergerakan FS 3 Jam Setiap Maskapai Mei 2006 - Maret 2008
Sriwijaya
300000
Garuda
200000
Mandala
150000
100000
Ekspress Air
Lion
Kartika
Merpati
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
N
op
-0
7
Ja
n08
M
ar
-0
8
Batavia
0
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
50000
M
ei
-0
6
Rupiah
250000
Wings
Trigana
Bulan
Air Asia
(83) Bahwa berikut hasil uji varians pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 2 s/d 3 jam:
Homogeneity of Variance Test for C2
95% Confidence Intervals for Sigmas
Factor Levels
Air Asia
Ekspress Air
Bartlett's Test
Test Statistic: 13.670
Garuda
P-Value
: 0.057
Kartika
Lion
Levene's Test
Mandala
Merpati
Sriwijaya
100000
200000
85
: 0.924
SALINAN
(84) Bahwa berdasarkan uji pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 2 s/d 3
jam menunjukkan hasil yang signifikan dimana terdapat variasi yang
sama dari seluruh maskapai penerbangan yang diuji.;-------------------(85) Bahwa berikut grafik pergerakan fuel surcharge para Terlapor pada
Periode II (April 2008 s/d Desember 2009) untuk penerbangan 0 s/d 1 jam:
Grafik 44
Grafik Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor Periode II
untuk Penerbangan antara 0 s/d 1 jam
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Mandala
Ekspress Air
RAL
Lion
Ag
us
t- 0
9
Ok
t- 0
9
De
s-0
9
09
n-
Bulan
Ju
r- 0
09
Ap
b-
8
Fe
s-0
De
t- 0
Ok
t- 0
us
nAg
Ju
r- 0
Ap
08
Batavia
8
Ru p iah
Sriwijaya
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
(86) Bahwa berikut hasil uji varians pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode II (April 2008 s/d Desember 2009) untuk penerbangan 0 s/d 1
jam: ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Homogeneity
86
SALINAN
Homogeneity of Variance Test for C2
Factor Levels
Batavia
Ekspress Air
Garuda
Kartika
Bartlett's Test
Test Statistic: 374.417
P-Value
: 0.000
Lion
Mandala
Merpati
RAL
Levene's Test
Sriwijaya
Trigana
P-Value
: 0.000
Wings
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Mandala
Ekspress Air
RAL
Lion
8
kt
-0
8
De
s08
Fe
b09
Ap
r- 0
9
Ju
n09
Ag
us
t- 0
9
O
kt
-0
9
De
s09
O
t- 0
us
n08
Ag
Ju
Batavia
r- 0
Ap
Rupiah
Sriwijaya
Bulan
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
87
SALINAN
(89) Bahwa berikut hasil uji pergerakan fuel surcharge para Terlapor pada
Periode II (April 2008 s/d Desember 2009) untuk penerbangan 1 s/d 2 jam:
Homogeneity of Variance Test for C2
Factor Levels
Batavia
Ekspress Air
Garuda
Bartlett's Test
Test Statistic: 849.734
Kartika
P-Value
: 0.000
Lion
Mandala
Merpati
RAL
Levene's Test
Sriwijaya
Trigana
: 0.000
Wings
50000
100000
Rupiah
Sriwijaya
Garuda
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Mandala
Ekspress Air
RAL
Lion
Batavia
Kartika
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Bulan
Des-08
Merpati
Wings
Trigana
88
SALINAN
(92) Bahwa berikut hasil uji varians pergerakan fuel surcharge para Terlapor
pada Periode II (April 2008 s/d Desember 2009) untuk penerbangan 2 s/d 3
jam:
Homogeneity of Variance Test for C2
Factor Levels
Batavia
Ekspress Air
Garuda
Kartika
Bartlett's Test
Test Statistic: 331.827
P-Value
: 0.000
Lion
Mandala
Merpati
RAL
Levene's Test
Sriwijaya
Trigana
P-Value
: 0.601
Wings
100000
200000
300000
diserahkan
kembali
kepada
masing-masing
perusahaan
penerbangan nasional Anggota INACA;----------------------------------------(95) Bahwa meskipun sejak 30 Mei 2006, tidak ada kesepakatan tertulis di
antara para Terlapor dalam menetapkan fuel surcharge, namun
berdasarkan analisis pergerakan fuel surcharge di atas, baik analisis
grafik, tabel, uji korelasi dan uji varians, menunjukkan adanya trend
yang sama, korelasi positif dan variasi yang sama di antara para
Terlapor dalam menetapkan besaran fuel surcharge untuk periode
Mei 2006 s/d Maret 2008 untuk zona waktu tempuh 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2
jam dan 2 s/d 3 jam;---------------------------------------------------------------
89
SALINAN
(96) Bahwa berdasarkan uraian analisis dugaan penetapan harga di atas,
Tim Pemeriksa menyatakan hal-hal sebagai berikut:---------------------a. Oleh karena formula perhitungan fuel surcharge, asumsi harga
avtur, asumsi konsumsi avtur dan asumsi load factor yang dibuat
oleh masing-masing Terlapor berbeda-beda, maka seharusnya
pergerakan fuel surcharge yang ditetapkan oleh masing-masing
Terlapor juga berbeda-beda berdasarkan pertimbangan ekonomi
dari masing-masing perusahaan; -----------------------------------------b. Perubahan fuel surcharge di antara para Terlapor pada Periode I
(Mei 2006 Maret 2008) menunjukkan kecenderungan yang sama
namun hal tersebut tidak dapat dijustifikasi dari pertimbangan
ekonomi masing-masing Terlapor, maka Tim Pemeriksa menilai
bahwa
kecenderungan
perubahan
fuel
surcharge
tersebut
didasarkan pada suatu perjanjian di antara para Terlapor; -------c. Hal tersebut di atas pada butir b didukung dengan fakta adanya
perjanjian di antara Terlapor untuk menetapkan besaran fuel
surcharge Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) yang mulai
diberlakukan pada tanggal 10 Mei 2006 yang diwadahi oleh
INACA. Meskipun INACA kemudian menyatakan menyerahkan
besaran fuel surcharge pada masing-masing maskapai pada
tanggal 30 Mei 2006, namun secara faktual pergerakan fuel
surcharge
masing-masing
Terlapor
masih
menunjukkan
kecenderungan yang sama sampai dengan Maret 2008; -------------d. Tim Pemeriksa menilai dua fakta tersebut di atas telah cukup
sebagai bukti adanya perjanjian untuk menetapkan besaran fuel
surcharge secara bersama-sama yang dilakukan oleh para
Terlapor (PT Garuda Indonesia (Tbk), PT Sriwijaya Air, PT
Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT Mandala Airlines, PT
Riau Airlines, PT Travel Express Aviation Services, PT Lion
Mentari Airlines, PT Wings Abadi Airlines, PT Metro Batavia, PT
Kartika Airlines, PT Trigana Air Service dan PT Indonesia Air
Asia) pada Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk zona
90
SALINAN
penerbangan dengan waktu tempuh 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2
s/d 3 jamamun demikian, Tim Pemeriksa tidak menemukan
adanya kesamaan perubahan harga fuel sucharge yang ditetapkan
oleh para Terlapor (PT Garuda Indonesia (Tbk), PT Sriwijaya
Air, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT Mandala
Airlines, PT Riau Airlines, PT Travel Express Aviation Services,
PT Lion Mentari Airlines, PT Wings Abadi Airlines, PT Metro
Batavia, PT Kartika Airlines, PT Trigana Air Service dan PT
Indonesia Air Asia) pada Periode II (April 2008 s/d Desember
2009) untuk zona penerbangan dengan waktu tempuh 0 s/d 1 jam,
1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam; ------------------------------------------------22.4
Tentang dugaan kecurangan dalam menetapkan fuel surcharge;-------------(97) Bahwa Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 berbunyi Pelaku usaha dilarang
melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya
lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; ----(98) Bahwa yang dimaksud dengan biaya produksi dan biaya lainnya yang
menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa adalah biaya
fuel surcharge yang merupaklan bagian dari komponen harga layanan jasa
penerbangan penumpang berjadwal; --------------------------------------------(99) Bahwa Tim Pemeriksa menilai perhitungan fuel surcharge dipengaruhi
oleh beberapa komponen yaitu harga avtur, konsumsi avtur dan load
factor;--------------------------------------------------------------------------------(100) Bahwa untuk membuktikan apakah terjadi kecurangan dalam penetapan
fuel
surcharge,
Tim
Pemeriksa
melakukan
uji
korelasi
antara
91
SALINAN
pergerakan fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Garuda Indonesia
(Persero) untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam: ------------------------------Tabel 36
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Avtur Aktual
Selisih antara
avtur aktual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Garuda
untuk
Penerbangan
0 s/d 1 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
20,000
20,000
20,000
30,000
30,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
50,000
60,000
80,000
80,000
140,000
160,000
160,000
160,000
175,000
190,000
220,000
270,000
270,000
240,000
220,000
220,000
220,000
200,000
180,000
180,000
180,000
180,000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
Prosentase
Pergerakan
FS Garuda
0 s/d 1 Jam
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
25.0
20.0
33.3
0.0
75.0
14.3
0.0
0.0
9.4
8.6
15.8
22.7
0.0
-11.1
-8.3
0.0
0.0
-9.1
-10.0
0.0
0.0
0.0
92
SALINAN
Bulan
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Aktual
Selisih antara
avtur aktual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Garuda
untuk
Penerbangan
0 s/d 1 Jam
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
Prosentase
Pergerakan
FS Garuda
0 s/d 1 Jam
11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 47
Perbandingan Pergerakan Prosentase Selisih Avtur
dengan Pergerakan FS Garuda Indonesia Penerbangan 1
Jam
80.00
40.00
20.00
0.00
Ju
n0
Se 6
p06
D
es
-0
6
M
ar
-0
7
Ju
n0
Se 7
p07
D
es
-0
7
M
ar
-0
8
Ju
n0
Se 8
p08
D
es
-0
8
M
ar
-0
9
Ju
n0
Se 9
p09
Prosentase
60.00
-20.00
-40.00
Bulan
Selisih Avtur
Garuda
(102) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero)
untuk penerbangan antara 1 s/d 2 jam: ------------------------------------------Tabel 37
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Garuda
untuk
Penerbangan
1 s/d 2 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
20,000
20,000
20,000
30,000
30,000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
Prosentase
Pergerakan
FS Garuda
1 s/d 2 Jam
0.0
0.0
50.0
0.0
93
SALINAN
Bulan
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Garuda
untuk
Penerbangan
1 s/d 2 Jam
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
50,000
60,000
80,000
80,000
160,000
175,000
175,000
175,000
200,000
230,000
270,000
340,000
340,000
310,000
290,000
290,000
290,000
270,000
250,000
250,000
250,000
250,000
270,000
270,000
270,000
270,000
270,000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
Prosentase
Pergerakan
FS Garuda
1 s/d 2 Jam
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
25.0
20.0
33.3
0.0
100.0
9.4
0.0
0.0
14.3
15.0
17.4
25.9
0.0
-8.8
-6.5
0.0
0.0
-6.9
-7.4
0.0
0.0
0.0
8.0
0.0
0.0
0.0
0.0
94
SALINAN
Grafik 48
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Garuda untuk 2 Jam Penerbangan
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Garuda 2 Jam
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
Bulan
(103) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero)
untuk penerbangan di antara 2 s/d 3 jam: ---------------------------------------Tabel 38
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Garuda
untuk
Penerbangan
2 s/d 3 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
20,000
20,000
20,000
30,000
30,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
50,000
60,000
80,000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
Prosentase
Pergerakan
FS Garuda
2 s/d 3 Jam
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
25.0
20.0
33.3
95
SALINAN
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
80,000
180,000
200,000
200,000
200,000
225,000
270,000
320,000
410,000
410,000
380,000
360,000
360,000
360,000
340,000
320,000
320,000
320,000
320,000
340,000
340,000
340,000
340,000
340,000
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
0.0
125.0
11.1
0.0
0.0
12.5
20.0
18.5
28.1
0.0
-7.3
-5.3
0.0
0.0
-5.6
-5.9
0.0
0.0
0.0
6.3
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 49
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Garuda 3 Jam
Prosentase
Bulan
(104) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Garuda Indonesia (Persero), Tim Pemeriksa menilai hal-hal
sebagai berikut:----------------------------------------------------------------------
96
SALINAN
a. Secara keseluruhan, perubahan FS baik untuk penerbangan 0 s/d 1 jam,
1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam dari Garuda Indonesia tidak mengikuti
perubahan selisih avtur;-------------------------------------------------------b. Pada penerbangan 0 s/d 1 jam, ketika avtur mengalami penurunan
terutama periode Agustus 2008 Februari 2009, terlihat bahwa
penurunan FS Garuda cenderung lebih kecil
daripada penurunan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Sriwijaya
untuk
Penerbangan
0 s/d 1 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
20000
20000
20000
30000
30000
40000
40000
40000
40000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Sriwijaya
0 s/d 1 Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
0.00
0.00
0.00
50.00
0.00
33.33
0.00
0.00
97
SALINAN
Bulan
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Sriwijaya
untuk
Penerbangan
0 s/d 1 Jam
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
40000
40000
40000
40000
40000
40000
60000
60000
80000
100000
150000
150000
150000
140000
170000
190000
190000
230000
230000
190000
190000
190000
190000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
Prosentase
Pergerakan
FS Sriwijaya
0 s/d 1 Jam
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
50.00
0.00
33.33
25.00
50.00
0.00
0.00
-6.67
21.43
11.76
0.00
21.05
0.00
-17.39
0.00
0.00
0.00
-10.53
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
---------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 50
98
SALINAN
Grafik 50
Perbandingan Pergerakan Prosentase Selisih Avtur dengan
Pergerakan FS Sriwijaya Penerbangan 1 Jam
60.00
50.00
Prosentase
40.00
30.00
20.00
Selisih Avtur
10.00
Sriwijaya
0.00
Ju
n06
S
ep
-0
D 6
es
-0
6
M
ar
-0
7
Ju
n07
S
ep
-0
7
D
es
-0
7
M
ar
-0
8
Ju
n08
S
ep
-0
8
D
es
-0
8
M
ar
-0
9
Ju
n09
S
ep
-0
9
-10.00
-20.00
-30.00
Bulan
(106) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Sriwijaya Air untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 40
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Avtur Actual
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
Selisih antara
avtur actual
dengan avtur
basis
(Rp. 2700)
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
FS Sriwijaya
Prosentase
untuk
Pergerakan
Penerbangan Selisih Avtur
1 s/d 2 Jam Actual dengan
Avtur Basis
20000
20000
11.07
20000
6.12
30000
9.27
30000
0.96
40000
1.99
40000
-4.29
40000
-10.89
40000
-2.96
40000
9.21
40000
-14.30
40000
1.85
40000
8.21
40000
10.05
40000
-0.39
60000
2.36
60000
7.98
80000
2.49
Prosentase
Pergerakan FS
Sriwijaya
1 s/d 2 Jam
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
99
SALINAN
Bulan
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
Selisih antara
avtur actual
dengan avtur
basis
(Rp. 2700)
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
FS Sriwijaya
Prosentase
untuk
Pergerakan
Penerbangan Selisih Avtur
1 s/d 2 Jam Actual dengan
Avtur Basis
100000
7.01
150000
8.37
160000
28.24
160000
1.37
160000
-1.69
190000
-0.17
210000
5.98
230000
13.56
270000
17.48
270000
10.08
230000
1.73
230000
-18.76
230000
-8.45
230000
-19.60
230000
-3.47
230000
-18.27
230000
-13.94
230000
3.20
230000
1.00
230000
-5.15
230000
-2.69
230000
4.32
230000
10.56
230000
-9.71
230000
-3.05
230000
-3.25
Prosentase
Pergerakan FS
Sriwijaya
1 s/d 2 Jam
25.0
50.0
6.7
0.0
0.0
18.8
10.5
9.5
17.4
0.0
-14.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 51
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Sriwijaya 2 Jam
ei
M
P rosentase
Bulan
100
SALINAN
(107) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Sriwijaya Air untuk
penerbangan di antara 2 s/d 3 jam:-----------------------------------------------Tabel 41
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Sriwijaya
untuk
Penerbangan
2 s/d 3 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
20000
20000
20000
30000
30000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
60000
60000
80000
100000
150000
180000
180000
180000
210000
230000
270000
310000
310000
270000
270000
270000
270000
270000
270000
270000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Sriwijaya
2 s/d 3 Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
25.0
50.0
20.0
0.0
0.0
16.7
9.5
17.4
14.8
0.0
-12.9
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
101
SALINAN
Bulan
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Sriwijaya
untuk
Penerbangan
2 s/d 3 Jam
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
270000
270000
270000
270000
270000
270000
270000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
Prosentase
Pergerakan
FS Sriwijaya
2 s/d 3 Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 52
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
ei
-0
Se 6
p06
Ja
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p07
Ja
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p08
Ja
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Sriwijaya 3 Jam
Prosentase
Bulan
(108) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Sriwijaya Airlines, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------a. Berdasarkan grafik dan table di atas, pada penerbangan 0 s/d 1 jam, 1
s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam terlihat bahwa perubahan FS Sriwijaya tidak
mengikut pergerakan selisih avtur actual dengan avtur basis. Hal
tersebut terlihat dengan perubahan FS yang tidak berubah, atau
perubahan 0% (nol persen) meskipun pada saat yang sama selisih avtur
mengalami penurunan. Pada periode Agustus Februari 2008 saat
harga avtur turun pada dari Rp. 12.251,- menjadi Rp. 6.578,- untuk
penerbangan 0 s/d 1 jam, FS Sriwijaya pada bulan September 2008
mengalami penurunan yang relatif sama dengan penurunan avtur,
sebesar 17,39% (tujuh belas koma tiga puluh sembilan persen). Namun
102
SALINAN
setelah itu tidak lagi mengalami penurunan meskipun selisih avtur terus
turun; ----------------------------------------------------------------------------b. Hal yang serupa terjadi untuk penerbangan 1 s/d 2 dan 2 s/d 3 jam,
kecuali pada penerbangan 2 s/d 3 jam dimana penurunan FS lebih
rendah dibanding pada penerbangan 0 s/d 1 dan 1 s/d 2 jam, yaitu
hanya turun sebesar 12,9% (dua belas koma sembilan persen); ---------PT Merpati Indonesia Airlines (Persero)
(109) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Merpati Indonesia Airlines
(Persero) untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam: ------------------------------Tabel 42
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Avtur Actual
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
20,000
20,000
20,000
30,000
30,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
40,000
50,000
66,000
88,000
110,000
110,000
110,000
150,000
150,000
150,000
175,000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
Prosentase
Pergerakan
FS Merpati
0 s/d 1 Jam
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
25.0
32.0
33.3
25.0
0.0
0.0
36.4
0.0
0.0
16.7
103
SALINAN
Bulan
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
225,000
250,000
275,000
275,000
280,000
280,000
280,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
230,000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Merpati
0 s/d 1 Jam
28.6
11.1
10.0
0.0
1.8
0.0
0.0
-17.9
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 53
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Merpati 1 Jam
M
ei
-0
S 6
ep
-0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
S 7
ep
-0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
S 8
ep
-0
8
Ja
n0
M 9
ei
-0
S 9
ep
-0
9
Prosentase
Bulan
(110) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Merpati Indonesia Airlines
(Persero) untuk penerbangan antara 1 s/d 2 jam: -------------------------------
104
SALINAN
Tabel 43
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Merpati
untuk
Penerbangan
1 s/d 2 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
20000
20000
20000
30000
30000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
60000
60000
80000
100000
150000
160000
160000
160000
190000
210000
230000
270000
270000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Merpati 1
s/d 2 Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
25.0
50.0
6.7
0.0
0.0
18.8
10.5
9.5
17.4
0.0
-14.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
105
SALINAN
Bulan
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Merpati
untuk
Penerbangan
1 s/d 2 Jam
6,632
6,966
3,932
4,266
230000
230000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Merpati 1
s/d 2 Jam
0.0
0.0
Grafik 54
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Merpati 2 Jam
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p08
Ja
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase
Bulan
(111) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Merpati Indonesia Airlines
(Persero) untuk penerbangan antara 2 s/d 3 jam: ------------------------------Tabel 44
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Merpati
untuk
Penerbangan
3 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
20000
20000
20000
30000
30000
40000
40000
40000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Merpati 3
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
0.0
0.0
50.0
0.0
33.3
0.0
0.0
106
SALINAN
Bulan
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Merpati
untuk
Penerbangan
3 Jam
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
50000
66000
88000
110000
165000
165000
200000
200000
200000
225000
275000
350000
375000
375000
310000
310000
310000
310000
280000
280000
280000
280000
280000
280000
280000
280000
310000
310000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
Prosentase
Pergerakan
FS Merpati 3
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
25.0
32.0
33.3
25.0
50.0
0.0
21.2
0.0
0.0
12.5
22.2
27.3
7.1
0.0
-17.3
0.0
0.0
0.0
-9.7
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
10.7
0.0
---------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 55
107
SALINAN
Grafik 55
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Merpati 3 Jam
Prosentase
Bulan
(112) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), Tim Pemeriksa
menilai hal-hal sebagai berikut: --------------------------------------------------a. Seperti halnya maskapai lain, pergerakan FS Merpati Nusantara tidak
mengikuti pergerakan selisih avtur actual dan basis, sebagaimana
ditunjukkan melalui grafik dan tabel di atas. Mayoritas FS Merpati
tidak berubah (perubahan 0%) terlepas perubahan yang terjadi pada
avtur; ----------------------------------------------------------------------------b. Perubahan FS Merpati terbanyak terjadi pada penerbangan 1 jam. Pada
bulan Januari 2009, di saat selisih avtur turun sebesar 18,27% FS
Merpati mengalami penurunan yang serupa sebesar 17,9 %. Namun di
bulan selanjutnya, FS Merpati tidak lagi mengalami perubahan; -------c. Pada penerbangan 2 dan 3 jam, perubahan FS Merpati juga tidak
terjadi secara terus menerus. Tercatat hanya 5 perubahan yang terjadi
untuk penerbangan 2 jam dan 7 perubahan untuk penerbangan 3 jam
selama periode Maret 2008 sampai dengan November 2009. Besaran
perubahan yang terjadi pada penerbangan 2 dan 3 jam tersebut juga
tidak searah dan sebesar perubahan yang terjadi pada selisih avtur
actual dan basis; ----------------------------------------------------------------
108
SALINAN
PT Mandala Airlines
(113) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Mandala Airlines untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:--------------------------------------------------Tabel 45
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Mandala
untuk
Penerbangan
1 Jam
5,921
3,221
20000
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
20000
20000
30000
30000
30000
30000
30000
30000
30000
30000
40000
40000
40000
40000
40000
60000
80000
80000
80000
100000
130000
150000
160000
160000
185000
185000
185000
225000
225000
180000
180000
180000
180000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Mandala 1
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
0.0
0.0
50.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
50.0
33.3
0.0
0.0
25.0
30.0
15.4
6.7
0.0
15.6
0.0
0.0
21.6
0.0
-20.0
0.0
0.0
0.0
109
SALINAN
Bulan
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Mandala
untuk
Penerbangan
1 Jam
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
180000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
Prosentase
Pergerakan
FS Mandala 1
Jam
-5.6
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
5.9
Grafik 56
Perbandingan Prosentase Selisih Avtr Basis dan Aktual
dengan Prosentase FS Mandala untuk 1 Jam
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Se 6
p06
Ja
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p07
Ja
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p08
Ja
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Mandala 1 Jam
ei
-0
Prosentase
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
-10.00
-20.00
-30.00
Bulan
(114) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Mandala Airlines untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:---------------------------------------------------
Tabel 46
Bulan
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Mandala
untuk
Penerbangan
2 Jam
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
8,742
8,732
9,093
6,042
6,032
6,393
175000
175000
200000
1.37
-1.69
-0.17
Prosentase
Pergerakan
FS Mandala 2
Jam
0.0
14.3
110
SALINAN
Bulan
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Mandala
untuk
Penerbangan
2 Jam
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Mandala 2
Jam
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
200000
200000
255000
255000
220000
220000
220000
220000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
225000
225000
225000
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
0.0
0.0
27.5
0.0
-13.7
0.0
0.0
0.0
-4.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
7.1
0.0
0.0
Grafik 57
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Mandala untuk 2 Jam Penerbangan
30.00
10.00
0.00
Fe
b08
A
pr
-0
8
Ju
n0
A
gu 8
st
-0
8
O
kt
-0
8
D
es
-0
8
Fe
b09
A
pr
-0
9
Ju
n0
A
gu 9
st
-0
9
O
kt
-0
9
Prosentase
20.00
-10.00
-20.00
-30.00
Bulan
(115) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
111
SALINAN
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Mandala Airlines untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:--------------------------------------------------Tabel 47
Bulan
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Mandala
untuk
Penerbangan
3 Jam
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
200000
200000
225000
225000
225000
255000
255000
255000
255000
255000
255000
245000
245000
245000
245000
245000
245000
245000
255000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
Prosentase
Pergerakan
FS Mandala 3
Jam
0.0
12.5
0.0
0.0
13.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.9
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
4.1
Grafik 58
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Mandala untuk 3 Jam Penerbangan
20.00
15.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
5.00
0.00
-5.00
Fe
b08
Ap
r-0
8
Ju
n08
Au
g08
O
ct
-0
8
D
ec
-0
8
Fe
b09
Ap
r-0
9
Ju
n09
Au
g09
Prosentase
10.00
-10.00
Prosentase Pergerakan FS
Mandala 3 Jam
-15.00
-20.00
-25.00
Bulan
112
SALINAN
(116) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Mandala Airlines, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------a. Secara keseluruhan, pergerrakan FS Mandala tidak selaras dengan
pergerakan selisih avtur actual dan basis, baik pada penerbangan 1, 2
dan 3 jam. Pada penerbangan 1 jam terlihat bahwa mayoritas FS
Mandala tidak mengalami perubahan (prosentase perubahan 0%),
meskipun avtur mengalami perubahan yang bervariasi. Pada periode
Agustus 2008 hingga Februari 2009, di saat terjadi penurunan avtur FS
Mandala yang cukup siginifikan terjadi pada bulan Nopember 2008
yaitu sebesar 20% hamper sama dengan penurunan avtur yang
mencapai 19,60%. Namun selanjutnya tidak lagi terjadi penurunan
meskipun selisih avtur terus turun hingga mencapai 18.27% pada
Januari 2009; -------------------------------------------------------------------b. Pola yang sama juga terjadi pada penerbangan 2 dan 3 jam, pola yang
serupa juga terjadi. Untuk penerbangan 2 jam, pada periode Agustus
2008 Februari 2009 tercatat hanya 1 kali Mandala mengalami
penurunan FS yaitu di bukan Januari 2009 dengan besaran 4,5% lebih
kecil dibandingkan penurunan selisih avtur yang mencapai 18.27%.
Sedangkan pada penerbangan 3 jam, FS Mandala hanya berubah di
Bulan Januari sebesar 3,9% dan bulan yang lain tetap;-------------------PT Riau Airlines
(117) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Riau Airlines untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tabel 48
113
SALINAN
Tabel 48
Bulan
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS RAL
untuk
Penerbangan
1 Jam
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS RAL Air 1
Jam
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-1.67
2.93
8.49
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Grafik 59
Perbandingan Prosentase Se lisih Avtur Aktual dan Basis
de ngan Prose ntase FS Riau Airlines 1 Jam
15.00
5.00
-15.00
O
kt
-0
9
-0
9
A
gu
st
Ju
n09
A
pr
-0
9
-10.00
Fe
b09
-5.00
D
es
-0
8
0.00
O
kt
-0
8
Prosentase
10.00
-20.00
-25.00
Bulan
(118) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Riau Airlines untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:---------------------------------------------------
114
SALINAN
Tabel 49
Bulan
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS RAL
untuk
Penerbangan
2 Jam
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual dengan
Avtur Basis
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Prosentase
Pergerakan FS
RAL 2 Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 60
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS RAL untuk 2 Jam Penerbangan
15.00
10.00
9
Ju
l-0
9
Se
p09
N
op
-0
9
M
ei
-0
M
ar
-
-5.00
-10.00
09
0.00
Se
p08
N
op
-0
8
Ja
n09
Prosentase
5.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual
dengan Avtur Basis
Prosentase Pergerakan
FS RAL 2 Jam
-15.00
-20.00
-25.00
Bulan
(119) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Riau Airlines untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:---------------------------------------------------
115
SALINAN
Tabel 50
Bulan
Avtur
Actual
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
Selisih
antara
avtur atual
dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS RAL
untuk
Penerbangan
3 Jam
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
120000
120000
120000
120000
284000
284000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih
Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS RAL 3
Jam
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
1.45
2.25
3.05
3.85
4.65
5.45
0.0
0.0
0.0
136.7
0.0
-43.7
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 61
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan FS RAL untuk 3 Jam Penerbangan
150.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
50.00
Prosentase Pergerakan FS
RAL 3 Jam
0.00
Ap
r- 0
8
Ju
nAg 0 8
us
t- 0
O 8
kt
-0
De 8
s0
Fe 8
b0
Ap 9
r- 0
Ju 9
n
Ag -0 9
us
t- 0
O 9
kt
-0
De 9
s09
Prosentase
100.00
-50.00
-100.00
Bulan
116
SALINAN
(120) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Riau Airlines, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------a. Tabel dan grafik di atas menunjukkan perbandingan antara pergerakan
selisih avtur basis dan actual dengan pergerakan FS Riau Airlines.
Berdasarkan table dan grafik tersebut secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa pergerakan FS RAL tidak selaras dengan
perubahan avtur; ---------------------------------------------------------------b. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan FS RAL sama
sekali untuk penerbangan 1 dan 2 jam. Sedangkan untuk penerbangan 3
jam, perubahan yang terjadi tercatat pada bulan Juli 2008 dan
September 2008 dimana terjadi kenaikan dan penurunan yang cukup
drastis. Namun di bulan yang lain kembali tidak terdapat perubahan
sama sekali;---------------------------------------------------------------------PT Travel Express
(121) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Travel Express untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:--------------------------------------------------Tabel 51
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Express
Air untuk
Penerbangan
1 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
20000
30000
30000
30000
30000
40000
40000
50000
50000
50000
50000
50000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
Prosentase
Pergerakan
FS Express
Air 1 Jam
50.0
0.0
0.0
0.0
33.3
0.0
25.0
0.0
0.0
0.0
0.0
117
SALINAN
Bulan
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Express
Air untuk
Penerbangan
1 Jam
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
50000
50000
50000
70000
80000
80000
110000
165000
165000
200000
200000
200000
225000
270000
270000
270000
270000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Express
Air 1 Jam
0.0
0.0
0.0
40.0
14.3
0.0
37.5
50.0
0.0
21.2
0.0
0.0
12.5
20.0
0.0
0.0
0.0
-11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
----------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 62
118
SALINAN
Grafik 62
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Express Air untuk 1 Jam Penerbangan
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Express Air 1 Jam
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Bulan
(122) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Travel Express untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 52
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Express
Air untuk
Penerbangan
2 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
20000
30000
30000
30000
30000
40000
40000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
70000
80000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
Prosentase
Pergerakan
FS Express
Air 2 Jam
50.0
0.0
0.0
0.0
33.3
0.0
25.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
40.0
14.3
119
SALINAN
Bulan
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Express
Air untuk
Penerbangan
2 Jam
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
80000
110000
165000
165000
200000
200000
200000
225000
270000
270000
270000
270000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Express
Air 2 Jam
0.0
37.5
50.0
0.0
21.2
0.0
0.0
12.5
20.0
0.0
0.0
0.0
-11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 63
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Express Air 2 Jam
M
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p08
Ja
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase
Bulan
120
SALINAN
(123) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Travel Express untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:--------------------------------------------------Tabel 53
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Express
Air untuk
Penerbangan
3Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
20000
30000
30000
30000
30000
40000
40000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
70000
80000
80000
110000
165000
165000
200000
200000
200000
225000
270000
270000
270000
270000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
Prosentase
Pergerakan
FS Express
Air 3 Jam
50.0
0.0
0.0
0.0
33.3
0.0
25.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
40.0
14.3
0.0
37.5
50.0
0.0
21.2
0.0
0.0
12.5
20.0
0.0
0.0
0.0
-11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
121
SALINAN
Bulan
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Express
Air untuk
Penerbangan
3Jam
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
240000
240000
240000
240000
240000
240000
240000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Express
Air 3 Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 64
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Express Air 3 Jam
Prosentase
Bulan
(124) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Express Air, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan table dan grafik di atas terlihat bahwa FS Express Air tidak
mengikuti perubahan selisih avtur actual dengan avtur basis, baik pada
penerbangan 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Mayoritas FS Express Air tidak
berubah yang ditunjukkan dengan perubahan 0% terlepas perubahan yang
terjadi pada selisih avtur. Untuk penerbangan 1, 2 dan 3 jam dari bulan
Maret sd Desember 2009, tercatat bahwa perubahan FS Express Air hanya
terjadi sebanyak 3 kali. FS Express Air cenderung merubah FS ketika avtur
naik tetapi ketika avtur turun FS tidak diturunkan; -----------------------------
122
SALINAN
PT Lion Mentari Airlines
(125) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Lion Mentari Airlines untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:--------------------------------------------------Tabel 54
Bulan
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur
Actual
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
Selisih
antara avtur
atual
dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Lion AIr
untuk
Penerbanga
n 1 Jam
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
100000
80000
125000
160000
160000
190000
190000
190000
190000
190000
190000
180000
180000
180000
180000
170000
170000
170000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih
Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Lion Air
untuk
Penerbanga
n 1 Jam
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-1.67
2.93
8.49
-20.00
56.25
28.00
0.00
18.75
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
-5.26
0.00
0.00
0.00
-5.56
0.00
0.00
-5.88
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
123
SALINAN
Grafik 65
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Avtur Basis
dengan FS Lion Air untuk Penerbangan 1 Jam
70.00
60.00
50.00
Prosentase
40.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
30.00
20.00
Prosentase Pergerakan FS
Lion Air untuk Penerbangan
1 Jam
10.00
Nop-09
Sep-09
Jul-09
Mei-09
Mar-09
Jan-09
Nop-08
Sep-08
Jul-08
Mei-08
Mar-08
-20.00
Jan-08
-10.00
Nop-07
0.00
-30.00
Bulan
(126) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Lion Mentari Airlines untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 55
Bulan
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Lion Air
untuk
Penerbangan
2 Jam
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
120000
120000
145000
175000
175000
230000
230000
230000
230000
230000
230000
220000
220000
220000
220000
210000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
Prosentase
Pergerakan
FS Lion Air 2
Jam
0.0
20.8
20.7
0.0
31.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-4.3
0.0
0.0
0.0
-4.5
124
SALINAN
Bulan
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Lion Air
untuk
Penerbangan
2 Jam
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Lion Air 2
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 66
20.00
10.00
-20.00
Prosentase Pergerakan FS
Lion Air 2 Jam
Ja
07
-10.00
n08
Ap
r- 0
8
Ju
l -0
8
O
k t08
Ja
n09
Ap
r- 0
9
Ju
l -0
9
O
k t09
0.00
k t-
P rosentase
30.00
-30.00
Bulan
(127) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Lion Mentari Airlines untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tabel 56
125
SALINAN
Tabel 56
Bulan
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Lion Air
untuk
Penerbangan
3 Jam
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
150000
150000
165000
200000
200000
270000
270000
270000
270000
270000
270000
260000
260000
260000
260000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Lion Air
3 Jam
0.0
10.0
21.2
0.0
35.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.7
0.0
0.0
0.0
-3.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 67
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis dengan
Prosentase FS Lion Air untuk 2 Jam Penerbangan
40.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
20.00
10.00
-10.00
-20.00
Ju
l-0
9
O
kt
-0
9
0.00
O
kt
-0
7
Ja
n08
Ap
r- 0
8
Ju
l-0
8
O
kt
-0
8
Ja
n09
Ap
r- 0
9
Prosentase
30.00
Prosentase Pergerakan FS
Lion Air 3 Jam
-30.00
Bulan
126
SALINAN
(128) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Lion Mentari Airlines, Tim Pemeriksa menilai hal-hal
sebagai berikut:---------------------------------------------------------------------a. Sebagaimana dengan maskapai lain, FS Lion Air berdasarkan table dan
grafik di atas tidak berubah mengikuti perubahan selisih avtur actual
dengan basis. Tercatat pada penerbangan 1 jam, 2 jam dan 3 jam untuk
periode Maret 2008 hingga Desember 2009 perubahan FS Lion Air
sebanyak 4 kali (penerbangan 1 jam) dan 5 kali (penerbangan 2 dan 3
jam). Sedangkan selisih avtur actual dan basis terjadi setiap bulan; ----b. Pada saat avtur mengalami penurunan pada Agustus 2008 sd Februari
2009, FS yang diterapkan Lion Air juga tidak berubah. Pada
penerbangan 1jam penurunan FS tercatat terjadi pada bulan Oktober
2008 dan Februari 2009 dengan prosentase sebesar 5,56%. Sedangkan
pada penerbangan 2 jam, penurunan FS terjadi pada bulan September
2008 dan Januari 2009 dengan penurunan sebesar 4,5%, dan pada
penerbangan 3 jam penurunan FS terjadi pada bulan September 2008
dan Januari 2009 dengan penurunan sebesar 3,7 dan 3,8%.
Keseluruhan penurunan tersebyt jauh lebih kecil dari penurunan avtur
yang mencapao kisaran 13,95% hingga 18,76%;--------------------------PT Wings Abadi Airlines
(129) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Wings Air untuk penerbangan
antara 0 s/d 1 jam:------------------------------------------------------------------Tabel 57
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Wings
untuk
Penerbangan
1 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
190000
190000
190000
190000
190000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
Prosentase
Pergerakan
FS Wings 1
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
127
SALINAN
Bulan
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Wings
untuk
Penerbangan
1 Jam
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
190000
180000
180000
180000
180000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Wings 1
Jam
0.0
-5.3
0.0
0.0
0.0
-11.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 68
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Aktual dan Basis
dengan Prosentase FS Wings untuk 1 Jam
20.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
ar
-0
8
ei
-0
8
Ju
l-0
Se 8
p0
No 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ar
-0
M 9
ei
-0
9
Ju
l-0
Se 9
p0
No 9
p09
0.00
-10.00
M
Prosentase
10.00
Prosentase Pergerakan FS
Wings 1 Jam
-20.00
-30.00
Bulan
(130) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Wings Air untuk penerbangan
antara 1 s/d 2 jam:-------------------------------------------------------------------
128
SALINAN
Tabel 58
Bulan
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Wings
untuk
Penerbangan
2 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
230000
230000
230000
230000
230000
230000
220000
220000
220000
220000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
210000
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Wings 2
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-4.3
0.0
0.0
0.0
-4.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 69
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Wings Air untuk 2 Jam Penerbangan
20.00
Nov-09
Sep-09
Jul-09
Mar-09
Jan-09
Nov-08
Sep-08
May-09
-20.00
Jul-08
-10.00
May-08
0.00
Mar-08
Prosentase
10.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual
dengan Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Wings 2 Jam
-30.00
Bulan
129
SALINAN
(131) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Wings Air untuk penerbangan
antara 2 s/d 3 jam:------------------------------------------------------------------Tabel 59
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Wings
untuk
Penerbangan
3 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
270000
270000
270000
270000
270000
270000
260000
260000
260000
260000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Wings 3
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.7
0.0
0.0
0.0
-3.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
---------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 70
130
SALINAN
Grafik 70
Nov-09
Sep-09
Jul-09
Mar-09
Jan-09
Nov-08
Sep-08
May-09
-20.00
Jul-08
-10.00
May-08
0.00
Mar-08
Prosentase
10.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual
dengan Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Wings 3 Jam
-30.00
Bulan
(132) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Wings Abadi Airlines, Tim Pemeriksa menilai hal-hal
sebagai berikut:---------------------------------------------------------------------FS Wings Air mengalami fenomena yang mirip dengan seluruh maskapai
yang telah dianalisa sebelumnya. Pergerakan FS Wings Air tidak
mengikuti pergerakan selisih avtur actual dengan basis yang ditunjukkan
dengan nyaris tidak adanya perubahan FS Wings Air sama sekali pada
periode Maret 2008 sampai dengan November 2009. Tercatat untuk
penerbangan 1, 2 dan 3 jam, FS Wings hanya berubah 2 kali dengan
besaran cukup jauh berbeda dengan besaran perubahan selisih avtur. Pada
bulan yang lain, FS Wings sama atau tidak berubah sama sekali; -----------PT Metro Batavia
(133) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Metro Batavia untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tabel 60
131
SALINAN
Tabel 60
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Batavia
untuk
Penerbangan
1 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
190000
190000
190000
190000
190000
190000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
170000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Batavia
untuk
Penerbangan
1 Jam
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-1.67
2.93
8.49
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
-5.26
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
-5.56
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Grafik 71
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Aktual dan Basis
dengan Prosentase FS Batavia untuk 1 Jam Penerbangan
20.00
15.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
5.00
0.00
M
ar
-0
8
M
ei
-0
8
Ju
l-0
8
S
ep
-0
8
N
op
-0
8
Ja
n09
M
ar
-0
9
M
ei
-0
9
Ju
l-0
9
S
ep
-0
9
N
op
-0
9
Prosentase
10.00
-5.00
-10.00
Prosentase Pergerakan FS
Batavia untuk Penerbangan
1 Jam
-15.00
-20.00
-25.00
Bulan
(134) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
132
SALINAN
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Metro Batavia untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 61
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Batavia
untuk
Penerbangan
2 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
190000
190000
190000
190000
230000
230000
220000
220000
220000
220000
220000
220000
220000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Batavia 2
Jam
0.0
0.0
0.0
21.1
0.0
-4.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-9.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 72
Pe rbandingan Prose ntase Se lisih Av tur Actual dan Basis
de ngan Prose ntase FS Batav ia untuk 2 Jam Pe ne rbangan
25.00
20.00
15.00
Pros entas e Pergerakan
Selis ih Avtur Actual
dengan Avtur Bas is
5.00
0.00
M
ar
-0
8
M
ei
-0
8
Ju
l-0
8
S
ep
-0
N 8
op
-0
8
Ja
n09
M
ar
-0
9
M
ei
-0
9
Ju
l-0
9
S
ep
-0
N 9
op
-0
9
Prosentase
10.00
-5.00
-10.00
-15.00
-20.00
-25.00
Bulan
133
SALINAN
(135) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Metro Batavia untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:--------------------------------------------------Tabel 62
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Batavia
untuk
Penerbangan
3 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
270000
270000
270000
270000
270000
270000
260000
260000
260000
260000
260000
260000
260000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Batavia 3
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.7
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-3.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-------------------------------------------------------------------------------------Grafik 73
134
SALINAN
Grafik 73
Pe rbandingan Prose ntase Se lisih Av tur Actual dan Basis
de ngan Prose ntase FS Batav ia untuk 3 Jam Pe ne rbangan
20.00
15.00
0.00
M
ar
-0
8
M
ei
-0
8
Ju
l-0
8
S
ep
-0
8
N
op
-0
8
Ja
n09
M
ar
-0
9
M
ei
-0
9
Ju
l-0
9
S
ep
-0
9
N
op
-0
9
Prosentase
10.00
5.00
-5.00
-10.00
-15.00
-20.00
-25.00
Bulan
(136) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Metro Batavia, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------a.
b.
Pada bulan Agustus 2008 hingga Februari 2009 saat avtur mulai
turun FS Batavia Air hanya turun sebanyak 1 kali pada bulan
September 2008, dengan prosentase yang jauh lebih rendah
dibanding prosentase penurunan selisih avtur actual terhadap basis;
PT Kartika Airlines
(137) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Kartika Airlines untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:---------------------------------------------------
135
SALINAN
Tabel 63
Bulan
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp. 2700)
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
FS Kartika
untuk
Penerbangan 1
Jam
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
80000
80000
80000
150000
170000
170000
170000
170000
190000
230000
270000
270000
270000
270000
235000
220000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
180000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Kartika 1
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
87.5
13.3
0.0
0.0
0.0
11.8
21.1
17.4
0.0
0.0
0.0
-13.0
-6.4
-18.2
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
136
SALINAN
Grafik 74
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Kartika 1 Jam
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase
Bulan
(138) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Kartika Airlines untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 64
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Kartika
untuk
Penerbangan
2 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
7,428
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
4,728
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
80000
80000
125000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Kartika 2
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
7.01
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
0.0
56.3
137
SALINAN
Bulan
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Kartika
untuk
Penerbangan
2 Jam
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
125000
200000
200000
200000
200000
220000
250000
290000
290000
290000
290000
275000
255555
220000
220000
220000
220000
220000
220000
220000
220000
220000
220000
175000
175000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Kartika 2
Jam
0.0
60.0
0.0
0.0
0.0
10.0
13.6
16.0
0.0
0.0
0.0
-5.2
-7.1
-13.9
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-20.5
0.0
---------------------------------------------------------------------------------------Grafik 75
138
SALINAN
Grafik 75
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Kartika 2 Jam
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase
Bulan
(139) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Kartika Airlines untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:--------------------------------------------------Tabel 65
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Kartika
untuk
Penerbangan
3 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
20000
20000
20000
20000
20000
20000
20000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
80000
80000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Kartika 3
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
0.0
139
SALINAN
Bulan
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Kartika
untuk
Penerbangan
3 Jam
7,428
8,763
8,846
8,742
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
4,728
6,063
6,146
6,042
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
160000
160000
220000
220000
220000
220000
240000
270000
310000
310000
310000
310000
300000
275000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
250000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
7.01
8.37
28.24
1.37
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
Prosentase
Pergerakan
FS Kartika 3
Jam
100.0
0.0
37.5
0.0
0.0
0.0
9.1
12.5
14.8
0.0
0.0
0.0
-3.2
-8.3
-9.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 76
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
ei
-0
Se 6
p0
Ja 6
n0
M 7
ei
-0
Se 7
p0
Ja 7
n0
M 8
ei
-0
Se 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ei
-0
Se 9
p09
Prosentase Pergerakan FS
Kartika 3 Jam
Prosentase
Bulan
140
SALINAN
(140) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Kartika Airlines, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------Berdasarkan table dan grafik di atas terlihat bahwa FS Kartika tidak
mengikuti perubahan selisih avtur actual dengan avtur basis, baik pada
penerbangan 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Mayoritas FS Kartika tidak berubah
yang ditunjukkan dengan perubahan 0% terlepas perubahan yang terjadi
pada selisih avtur. Untuk penerbangan 1, 2 dan 3 jam dari bulan Maret sd
Desember 2009, tercatat bahwa perubahan FS Kartika hanya terjadi
sebanyak 3 kali. FS Kartika cenderung merubah FS ketika avtur naik tetapi
ketika avtur turun FS tidak diturunkan; -----------------------------------------PT Trigana Air Service
(141) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Trigana Air Service untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:--------------------------------------------------Tabel 66
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Trigana
untuk
Penerbangan
1 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
100000
100000
100000
100000
100000
100000
100000
100000
100000
100000
150000
150000
150000
150000
150000
150000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
Prosentase
Pergerakan
FS Trigana 1
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
50.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
6.7
141
SALINAN
Bulan
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Trigana
untuk
Penerbangan
1 Jam
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
160000
160000
160000
160000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Trigana 1
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 77
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
-10.00
-20.00
-30.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase Pergerakan FS
Trigana 1 Jam
ar
-0
8
ei
-0
8
Ju
l-0
Se 8
p0
No 8
p0
Ja 8
n0
M 9
ar
-0
M 9
ei
-0
9
Ju
l-0
Se 9
p0
No 9
p09
Prosentase
Bulan
(142) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Trigana Air Service untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 67
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Trigana
untuk
Penerbangan
2 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
200000
200000
200000
200000
200000
200000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
Prosentase
Pergerakan
FS Trigana 2
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
142
SALINAN
Bulan
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Trigana
untuk
Penerbangan
2 Jam
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
200000
200000
200000
200000
300000
300000
300000
360000
360000
360000
360000
360000
360000
360000
360000
360000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Trigana 2
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
50.0
0.0
0.0
20.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 78
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Trigana untuk 2 Jam Penerbangan
60.00
50.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
30.00
20.00
Prosentase Pergerakan FS
Trigana 2 Jam
10.00
0.00
-20.00
ar
-0
8
ay
-0
8
Ju
l-0
Se 8
p0
No 8
v0
Ja 8
n0
M 9
ar
-0
M 9
ay
-0
9
Ju
l-0
Se 9
p0
No 9
v09
-10.00
M
Prosentase
40.00
-30.00
Bulan
(143) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Trigana Air Service untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:---------------------------------------------------
143
SALINAN
Tabel 68
Bulan
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Trigana
untuk
Penerbangan
3 Jam
8,732
9,093
9,960
11,229
12,089
12,251
10,459
9,803
8,411
8,213
7,206
6,578
6,702
6,742
6,534
6,431
6,592
7,003
6,585
6,520
6,632
6,966
6,032
6,393
7,260
8,529
9,389
9,551
7,759
7,103
5,711
5,513
4,506
3,878
4,002
4,042
3,834
3,731
3,892
4,303
3,885
3,820
3,932
4,266
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
200000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
-1.69
-0.17
5.98
13.56
17.48
10.08
1.73
-18.76
-8.45
-19.60
-3.47
-18.27
-13.94
3.20
1.00
-5.15
-2.69
4.32
10.56
-9.71
-3.05
-3.25
Prosentase
Pergerakan
FS Trigana 3
Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
Grafik 79
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Trigana untuk 3 Jam Penerbangan
20.00
15.00
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
5.00
0.00
ar
-0
8
ay
-0
8
Ju
l-0
Se 8
p0
No 8
v0
Ja 8
n0
M 9
ar
-0
M 9
ay
-0
9
Ju
l-0
Se 9
p0
No 9
v09
-5.00
-10.00
M
Prosentase
10.00
Prosentase Pergerakan FS
Trigana 3 Jam
-15.00
-20.00
-25.00
Bulan
144
SALINAN
(144) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Trigana Air Service, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------Berdasarkan grafik dan table di atas, terlihat bahwa FS Tigana untuk
penerbangan 1 jam, 2 jam dan 3 jam tidak selaras dengan perubahan selisih
avtur actual dan basis. Hampir seluruh FS Trigana tidak berubah untuk
ketiga jenis penerbangan tersebut. Tercatat bahwa perubahan FS untuk
penerbangan 1 jam terjadi hanya pada bulan Januari 2009 yang meningkat
50% sedangkan selisih avtur justru turn 18,27%. Pada penerbangan 2 jam
peningkatan 50% kembali terjadi di saat terjadi penurunan avtur 18.,27%
di bulan Januari ditambah dengan peningkatan pada bulan April 2009
sebesar 20% meskipun selisih avtur actual dan basis hanya meningkat
sebesar 20%. Adapun pada penerbangan 3 jam, sama sekali tidak terjadi
perubahan FS sepanjang periode Maret 2008 sampai dengan Desember
2009, terlepas dari berapun perubahan avtur yang terjadi; -------------------PT Indonesia Air Asia
(145) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Indonesia Air Asia untuk
penerbangan antara 0 s/d 1 jam:--------------------------------------------------Tabel 69
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Air Asia
untuk
Penerbangan
1 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
20000
20000
20000
30000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Air Asia 1
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
0.0
0.0
50.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
145
SALINAN
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
40000
65000
80000
100000
110000
140000
160000
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
0.0
62.5
23.1
25.0
10.0
27.3
14.3
Grafik 80
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Aktual dan Basis
dengan Prosentase FS Air Asia untuk 1 Jam
80
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
Prosentase
60
40
Prosentase Pergerakan FS
Air Asia 1 Jam
20
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
-20
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
M
ei
-0
6
Bulan
(146) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Indonesia Air Asia untuk
penerbangan antara 1 s/d 2 jam:--------------------------------------------------Tabel 70
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Air Asia
untuk
Penerbangan
2 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
20000
20000
20000
30000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
Prosentase
Pergerakan
FS Air Asia 2
Jam
11.07
6.12
9.27
0.96
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
0.0
0.0
50.0
33.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
146
SALINAN
Bulan
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Avtur Actual
Selisih antara
avtur atual
dengan avtur
basis (Rp.
2700)
FS Air Asia
untuk
Penerbangan
2 Jam
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
40000
65000
80000
100000
90000
140000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan Avtur
Basis
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
Prosentase
Pergerakan
FS Air Asia 2
Jam
0.0
62.5
23.1
25.0
-10.0
55.6
14.3
Grafik 81
Pe rbandingan Prose ntase Selisih Av tur Actual dan Basis
de ngan Prose ntase FS Air Asia untuk 2 Jam Pe nerbangan
70
60
Prosentase
50
Prosentase Pergerakan
Selis ih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
40
30
20
Prosentase Pergerakan
FS Air Asia 2 Jam
10
Ju
l-0
7
S
ep
-0
7
M
ei
-0
6
-20
Ju
l-0
6
S
ep
-0
6
N
op
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ei
-0
7
0
-10
Bulan
(147) Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan persentase pergerakan selisih
harga avtur aktual dengan harga avtur basis dengan persentase pergerakan
fuel surcharge yang diberlakukan oleh PT Indonesia Air Asia untuk
penerbangan antara 2 s/d 3 jam:--------------------------------------------------Tabel 71
Bulan
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Air Asia
untuk
Penerbangan
3 Jam
5,921
6,118
6,435
6,471
6,546
3,221
3,418
3,735
3,771
3,846
20000
20000
20000
30000
40000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
11.07
6.12
9.27
0.96
Prosentase
Pergerakan
FS Air Asia
3 Jam
0.0
0.0
50.0
33.3
147
SALINAN
Bulan
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Avtur Actual
Selisih
antara avtur
atual dengan
avtur basis
(Rp. 2700)
FS Air Asia
untuk
Penerbangan
3 Jam
6,381
5,980
5,883
6,176
5,679
5,734
5,983
6,313
6,299
6,384
6,678
6,777
7,063
3,681
3,280
3,183
3,476
2,979
3,034
3,283
3,613
3,599
3,684
3,978
4,077
4,363
40000
40000
40000
40000
40000
40000
40000
65000
80000
100000
90000
140000
160000
Prosentase
Pergerakan
Selisih Avtur
Actual
dengan
Avtur Basis
1.99
-4.29
-10.89
-2.96
9.21
-14.30
1.85
8.21
10.05
-0.39
2.36
7.98
2.49
Prosentase
Pergerakan
FS Air Asia
3 Jam
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
62.5
23.1
25.0
-10.0
55.6
14.3
Grafik 82
Perbandingan Prosentase Selisih Avtur Actual dan Basis
dengan Prosentase FS Air Asia untuk 3 Jam Penerbangan
Prosentase Pergerakan
Selisih Avtur Actual dengan
Avtur Basis
60
40
Prosentase Pergerakan FS
Air Asia 3 Jam
20
0
-20
M
ay
-0
6
Ju
l-0
6
Se
p06
N
ov
-0
6
Ja
n07
M
ar
-0
7
M
ay
-0
7
Ju
l-0
7
Se
p07
Prosentase
80
Bulan
(148) Bahwa terhadap pergerakan selisih harga avtur dan pergerakan fuel
surcharge PT Indonesia Air Asia, Tim Pemeriksa menilai hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------Air Asia menetapkan FS hanya pada Mei 2006 sd Oktober 2007. Pada saat
itu, masih terdapat kartel yang disepakati anggota INACA dan Dephub
belum menetapkan acuan FS. Dengan demikian, maka sudah dapat
dipastikan bahwa FS yang ditetapkan Air Asia saat itu belum
menggunakan formula khusus dan tidak mengacu kepada pergerakan avtur
148
SALINAN
sebagaimana semestinya. Dan hal tersebut tercermin dalam tabel dan
grafik di atas yang menunjukkan ketidakselarasan pergerakan FS Air Asia
dengan pergerakan selisih avtur actual dengan avtur basis; ------------------(149) Bahwa untuk memperkuat analisis terhadap masing-masing Terlapor di
atas, Tim Pemeriksa juga melakukan analisis perbandingan pergerakan fuel
surcharge antara formula perhitungan Departemen Perhubungan dan fuel
surcharge yang diterapkan secara aktual oleh masing-masing Terlapor
untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam; --------(150) Bahwa berikut perbandingan pergerakan fuel surcharge antara formula
perhitungan Departemen Perhubungan dan fuel surcharge yang diterapkan
secara aktual oleh masing-masing Terlapor untuk penerbangan antara 0 s/d
1 jam: --------------------------------------------------------------------------------Tabel 72
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress
RAL
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
Air Asia
-81000
-81000
-81000
n/a
-81000
Air
May-06
-81000
-81000
-81000
-81000
n/a
-81000
-81000
Jun-06
-81000
-81000
-81000
-71000
n/a
-81000
-81000
-81000
-81000
-81000
n/a
-81000
Jul-06
-81000
-81000
-81000
-71000
n/a
-81000
-81000
-81000
-81000
-81000
n/a
-81000
Aug-06
-71000
-71000
-71000
-71000
n/a
-71000
-81000
-81000
-71000
-71000
n/a
-71000
Sep-06
-71000
-71000
-71000
-71000
n/a
-71000
-81000
-81000
-71000
-71000
n/a
-61000
Oct-06
-61000
-61000
-71000
-61000
n/a
-61000
-71000
-81000
-61000
-61000
n/a
-61000
Nov-06
-61000
-61000
-71000
-61000
n/a
-61000
-71000
-81000
-61000
-61000
n/a
-61000
Dec-06
-61000
-61000
-71000
-51000
n/a
-61000
-71000
-61000
-61000
-61000
n/a
-61000
Jan-07
-79000
-79000
-89000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-79000
Feb-07
-79000
-79000
-89000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-79000
Mar-07
-79000
-79000
-89000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-79000
Apr-07
-79000
-79000
-79000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-79000
May-07
-79000
-79000
-79000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-54000
Jun-07
-79000
-79000
-79000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-39000
Jul-07
-79000
-79000
-79000
-69000
n/a
-79000
-89000
-79000
-79000
-79000
n/a
-19000
Aug-07
-59000
-69000
-79000
-49000
n/a
-59000
-89000
-79000
-69000
-59000
n/a
-9000
Sep-07
-59000
-59000
-59000
-39000
n/a
-59000
-89000
-39000
-53000
-59000
n/a
21000
Oct-07
-39000
-39000
-39000
-39000
n/a
-19000
-89000
-39000
-31000
-19000
n/a
41000
Nov-07
-19000
-39000
-39000
-9000
n/a
-39000
-19000
-39000
-9000
-39000
n/a
n/a
Dec-07
31000
21000
-39000
46000
n/a
6000
21000
31000
-9000
6000
n/a
n/a
Jan-08
31000
41000
-19000
46000
n/a
41000
41000
51000
-9000
41000
n/a
n/a
Feb-08
31000
41000
11000
81000
n/a
41000
41000
51000
31000
41000
n/a
n/a
Mar-08
21000
56000
31000
81000
n/a
71000
71000
51000
31000
71000
-19000
n/a
Apr-08
51000
71000
41000
81000
n/a
71000
71000
51000
31000
71000
-19000
n/a
May-08
71000
101000
41000
106000
n/a
71000
71000
71000
31000
71000
-19000
n/a
149
SALINAN
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress
RAL
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
Air Asia
Air
Jun-08
71000
151000
66000
151000
n/a
71000
71000
111000
56000
71000
-19000
n/a
Jul-08
111000
151000
66000
151000
n/a
71000
71000
151000
106000
71000
-19000
n/a
Aug-08
111000
101000
66000
151000
n/a
71000
71000
151000
131000
71000
-19000
n/a
Sep-08
-38000
-8000
-3000
42000
12000
-48000
-48000
42000
47000
-48000
-128000
n/a
Oct-08
-38000
-8000
-3000
12000
12000
-48000
-48000
42000
47000
-48000
-128000
n/a
Nov-08
-38000
-8000
-48000
12000
12000
-48000
-48000
7000
32000
-48000
-128000
n/a
Dec-08
22000
52000
12000
72000
72000
12000
12000
52000
92000
12000
-68000
n/a
Jan-09
33000
63000
43000
103000
103000
33000
43000
43000
123000
23000
13000
n/a
Feb-09
47000
57000
57000
117000
117000
47000
57000
57000
137000
37000
27000
n/a
Mar-09
53000
63000
53000
123000
123000
53000
63000
63000
113000
43000
33000
n/a
Apr-09
38000
48000
38000
108000
108000
28000
38000
48000
98000
28000
18000
n/a
May-09
48000
58000
48000
118000
118000
38000
48000
58000
108000
38000
28000
n/a
Jun-09
50100
80100
50100
120100
120100
40100
50100
60100
110100
40100
30100
n/a
Jul-09
52200
82200
52200
122200
122200
42200
52200
62200
112200
42200
42200
n/a
Aug-09
54300
84300
54300
124300
124300
44300
54300
64300
114300
44300
44300
n/a
Sep-09
56400
86400
56400
126400
126400
46400
56400
66400
116400
46400
46400
n/a
Grafik 83
300000
Garuda
250000
Mandala
Ekspress Air
RAL
150000
Lion
Batavia
100000
Kartika
50000
Merpati
Bulan
N o v-0 9
Au g -0 9
M a y-0 9
F e b -0 9
N o v-0 8
Au g -0 8
M a y-0 8
F e b -0 8
N o v-0 7
Au g -0 7
M a y-0 7
F e b -0 7
N o v-0 6
Au g -0 6
Wings
M a y-0 6
R u p ia h
200000
Trigana
Air Asia
FS Acuan
150
SALINAN
(151) Bahwa berikut perbandingan pergerakan fuel surcharge antara formula
perhitungan Departemen Perhubungan dan fuel surcharge yang diterapkan
secara aktual oleh masing-masing Terlapor untuk penerbangan antara 1 s/d
2 jam: --------------------------------------------------------------------------------Tabel 73
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
Air Asia
RAL
May-06
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
n/a
-112000
n/a
Jun-06
-112000
-112000
-112000
-102000
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
n/a
-112000
n/a
Jul-06
-112000
-112000
-112000
-102000
-112000
-112000
-112000
-112000
-112000
n/a
-112000
n/a
Aug-06
-102000
-102000
-102000
-102000
-102000
-112000
-112000
-102000
-102000
n/a
-102000
n/a
Sep-06
-102000
-102000
-102000
-102000
-102000
-112000
-112000
-102000
-102000
n/a
-92000
n/a
Oct-06
-92000
-92000
-92000
-92000
-92000
-102000
-112000
-92000
-92000
n/a
-92000
n/a
Nov-06
-92000
-92000
-92000
-92000
-92000
-102000
-112000
-92000
-92000
n/a
-92000
n/a
Dec-06
-92000
-92000
-92000
-82000
-92000
-102000
-92000
-92000
-92000
n/a
-92000
n/a
Jan-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-115000
n/a
Feb-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-115000
n/a
Mar-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-115000
n/a
Apr-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-115000
n/a
May-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-90000
n/a
Jun-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-75000
n/a
Jul-07
-115000
-115000
-115000
-105000
-115000
-125000
-115000
-115000
-115000
n/a
-55000
n/a
Aug-07
-95000
-105000
-95000
-85000
-95000
-125000
-115000
-105000
-95000
n/a
-65000
n/a
Sep-07
-95000
-95000
-95000
-75000
-95000
-125000
-75000
-89000
-95000
n/a
-15000
n/a
Oct-07
-75000
-75000
-95000
-75000
-35000
-125000
-75000
-67000
-35000
n/a
5000
n/a
Nov-07
-55000
-75000
-95000
-45000
-35000
-55000
-30000
-45000
-35000
n/a
n/a
n/a
Dec-07
-5000
5000
-25000
10000
-10000
5000
-30000
-15000
-10000
n/a
n/a
n/a
Jan-08
5000
20000
-5000
10000
20000
5000
45000
-15000
20000
n/a
n/a
n/a
Feb-08
5000
20000
20000
45000
20000
5000
45000
20000
20000
n/a
n/a
n/a
Mar-08
5000
20000
20000
45000
75000
35000
45000
20000
75000
45000
n/a
n/a
Apr-08
35000
45000
45000
45000
75000
35000
45000
20000
75000
45000
n/a
n/a
May-08
55000
75000
45000
70000
75000
35000
65000
45000
75000
45000
n/a
n/a
Jun-08
75000
115000
45000
115000
75000
35000
95000
95000
75000
45000
n/a
n/a
Jul-08
115000
185000
100000
115000
75000
75000
135000
145000
75000
45000
n/a
n/a
Aug-08
115000
185000
100000
115000
75000
75000
135000
170000
75000
45000
n/a
n/a
Sep-08
-2000
78000
-12000
38000
-12000
-12000
58000
93000
-12000
-32000
n/a
8000
Oct-08
-2000
58000
-12000
8000
-12000
-12000
58000
78000
-12000
-32000
n/a
8000
Nov-08
-2000
58000
-12000
8000
-12000
-12000
43000
78000
-12000
-32000
n/a
8000
Dec-08
12000
72000
2000
22000
2000
2000
37555
92000
2000
-18000
n/a
22000
Jan-09
51000
91000
31000
61000
31000
41000
41000
131000
31000
121000
n/a
61000
Feb-09
71000
91000
51000
81000
51000
61000
61000
121000
51000
141000
n/a
81000
Mar-09
78000
98000
58000
88000
58000
68000
68000
128000
58000
148000
n/a
88000
Apr-09
59000
79000
39000
69000
39000
29000
49000
109000
39000
189000
n/a
69000
May-09
72500
92500
52500
82500
52500
42500
62500
122500
52500
202500
n/a
82500
Jun-09
75600
115600
55600
85600
55600
45600
65600
125600
55600
205600
n/a
85600
151
SALINAN
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
Air Asia
RAL
Jul-09
78700
118700
58700
88700
58700
48700
68700
128700
58700
208700
n/a
88700
Aug-09
81800
121800
76800
91800
61800
51800
71800
131800
61800
211800
n/a
91800
Grafik 84
400000
Garuda
350000
Mandala
R u p ia h
300000
Ekspress Air
250000
RAL
200000
Lion
150000
Batavia
100000
Kartika
50000
Merpati
S e p -0 9
M a y -0 9
J a n -0 9
S e p -0 8
M a y -0 8
J a n -0 8
S e p -0 7
M a y -0 7
J a n -0 7
S e p -0 6
M a y -0 6
Bulan
Wings
Trigana
Air Asia
FS Acuan Dephub 2 Jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
RAL
Air Asia
Air
May-06
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
n/a
Jun-06
-144000
-144000
-144000
-134000
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
n/a
n/a
-144000
Jul-06
-144000
-144000
-144000
-134000
-144000
-144000
-144000
-144000
-144000
n/a
n/a
-144000
Aug-06
-134000
-134000
-134000
-134000
-134000
-144000
-144000
-134000
-134000
n/a
n/a
-134000
Sep-06
-134000
-134000
-134000
-134000
-134000
-144000
-144000
-134000
-134000
n/a
n/a
-124000
152
n/a
-144000
SALINAN
Bulan/Tahun
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Trigana
RAL
Air Asia
Air
Oct-06
-124000
-124000
-124000
-124000
-124000
-134000
-144000
-124000
-124000
n/a
n/a
-124000
Nov-06
-124000
-124000
-124000
-124000
-124000
-134000
-144000
-124000
-124000
n/a
n/a
-124000
Dec-06
-124000
-124000
-124000
-114000
-124000
-134000
-124000
-124000
-124000
n/a
n/a
-124000
Jan-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-154000
Feb-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-154000
Mar-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-154000
Apr-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-154000
May-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-129000
Jun-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-114000
Jul-07
-154000
-154000
-154000
-144000
-154000
-164000
-154000
-154000
-154000
n/a
n/a
-94000
Aug-07
-134000
-144000
-134000
-124000
-134000
-164000
-154000
-144000
-134000
n/a
n/a
-104000
Sep-07
-134000
-134000
-134000
-114000
-134000
-164000
-114000
-128000
-134000
n/a
n/a
-84000
Oct-07
-114000
-114000
-134000
-114000
-74000
-164000
-114000
-106000
-74000
n/a
n/a
-64000
Nov-07
-94000
-114000
-134000
-84000
-74000
-94000
-34000
-84000
-74000
n/a
n/a
n/a
Dec-07
-44000
-14000
-64000
-29000
-49000
-14000
-34000
-29000
-49000
n/a
n/a
n/a
Jan-08
-14000
6000
6000
-29000
-19000
-14000
26000
-29000
-19000
n/a
n/a
n/a
Feb-08
-14000
6000
6000
6000
-19000
76000
26000
6000
36000
6000
n/a
n/a
Mar-08
-14000
6000
31000
6000
36000
76000
26000
6000
36000
6000
n/a
n/a
Apr-08
16000
31000
31000
6000
36000
76000
26000
6000
36000
6000
n/a
n/a
May-08
36000
76000
31000
31000
36000
76000
46000
31000
36000
6000
n/a
n/a
Jun-08
76000
126000
61000
76000
36000
76000
76000
81000
36000
6000
n/a
n/a
Jul-08
116000
216000
61000
76000
36000
76000
116000
156000
36000
6000
n/a
n/a
Aug-08
116000
216000
61000
76000
36000
66000
116000
181000
26000
6000
46000
n/a
Sep-08
-19000
91000
-34000
-19000
-69000
-29000
21000
86000
-69000
-89000
-49000
n/a
Oct-08
-19000
71000
-34000
-49000
-69000
-29000
21000
21000
-69000
-89000
-49000
n/a
Nov-08
-19000
71000
-34000
-49000
-69000
-29000
11000
21000
-69000
-89000
-49000
n/a
Dec-08
-2000
88000
-27000
-32000
-52000
-12000
3000
38000
-62000
-72000
-32000
n/a
Jan-09
47000
117000
22000
17000
-13000
37000
27000
87000
-13000
-23000
17000
n/a
Feb-09
71000
121000
46000
41000
11000
61000
51000
81000
11000
1000
41000
n/a
Mar-09
81000
131000
56000
51000
21000
61000
61000
91000
21000
11000
51000
n/a
Apr-09
56000
106000
31000
26000
-4000
36000
36000
66000
-4000
-14000
26000
n/a
May-09
73000
123000
48000
43000
13000
53000
53000
83000
13000
3000
43000
n/a
Jun-09
76700
146700
51700
46700
16700
56700
56700
86700
16700
6700
46700
n/a
Jul-09
80400
150400
65400
50400
20400
60400
60400
90400
20400
10400
50400
n/a
----------------------------------------------------------------------------------------Grafik 85
153
SALINAN
Grafik 85
Sriwijaya
400000
Garuda
Mandala
350000
Ekspress Air
RAL
250000
Lion
200000
Batavia
150000
Kartika
100000
Merpati
50000
Wings
Bulan
A ug-09
N ov -09
A ug-08
N ov -08
Feb-09
M ay -09
A ug-07
N ov -07
Feb-08
M ay -08
A ug-06
N ov -06
Feb-07
M ay -07
0
M ay -06
R upiah
300000
Trigana
Air Asia
FS 3 Jam Acuan
Dephub
(153) Bahwa berdasarkan Tabel 71, Tabel 72 dan Tabel 73, Tim Pemeriksa
menilai bahwa secara rata-rata, harga fuel surcharge yang ditetapkan oleh
masing-masing Terlapor untuk Periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008),
masih berada di bawah harga fuel surcharge yang dihitung berdasarkan
formula Departemen Perhubungan, namun untuk Periode II (April 2008 s/d
September 2009), harga fuel surcharge yang ditetapkan oleh masingmasing Terlapor berada di atas harga fuel surcharge yang dihitung
berdasarkan formula Departemen Perhubungan; ------------------------------(154) Bahwa Tim Pemeriksa menilai setidaknya pada Periode II (April 2008 s/d
September 2009), para Terlapor telah memperoleh keuntungan dari fuel
surcharge;---------------------------------------------------------------------------(155) Bahwa berdasarkan uraian analisis terhadap dugaan penetapan biaya
curang oleh masing-masing Terlapor, Tim Pemeriksa menyatakan hal-hal
sebagai berikut:----------------------------------------------------------------------
154
SALINAN
a.
b.
Fuel surcharge bertujuan untuk menutup selisih biaya bahan bakar avtur
maskapai penerbangan yang diakibatkan oleh kenaikan harga avtur yang
melebihi asumsi harga avtur yang digunakan dalam perhitungan tarif batas
atas sebagaimana dimaksud dalam KM 9 Tahun 2002;------------------------
c.
d.
e.
Hal tersebut dalam butir d didukung dengan fakta bahwa sejak Departemen
Perhubungan mengeluarkan acuan perhitungan fuel surcharge pada Maret
2008 seluruh Terlapor menerapkan besaran fuel surcharge di atas formula
acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan;----------------------
f.
Oleh karena itu Tim Pemeriksa menilai penerapan fuel surcharge oleh
setiap Terlapor telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengakibatkan konsumen harus membayar lebih tinggi dari yang
seharusnya;---------------------------------------------------------------------------
g.
155
SALINAN
h.
(2)
Fuel surcharge bertujuan untuk menutup selisih biaya bahan bakar avtur
maskapai penerbangan yang diakibatkan oleh kenaikan harga avtur yang
melebihi asumsi harga avtur yang digunakan dalam perhitungan tarif batas
atas sebagaimana dimaksud dalam KM 9 Tahun 2002;------------------------
(3)
(4)
Para Terlapor telah menetapkan biaya fuel surcharge secara curang yang
dibuktikan dengan perubahan nilai fuel surcharge para Terlapor yang tidak
sama dengan perubahan nilai harga avtur pada sejak Mei 2006 sampai
dengan Desember 2009 dan nilai fuel surcharge sejak Maret 2008 telah
melampaui tarif batas atas sebagaimana ditetapkan dalam KM No. 9 Tahun
2002; ----------------------------------------------------------------------------------
156
SALINAN
(5)
24.
25.
26.
27.
Menimbang
bahwa
selanjutnya
Sekretaris
Jenderal
Sekretariat
Komisi
29.
30.
Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 21 April 2010,
Majelis Komisi telah mendengar dan menerima Pembelaan dan Tanggapan lisan
dan tertulis dari para Terlapor terhadap LHPL serta menyerahkan bukti tambahan
(vide bukti B42, C14.1 s/d C14.11); -------------------------------------------------------
157
SALINAN
31.
Bahwa dalil-dalil dan data yang dikemukakan oleh Tim Pemeriksa KPPU
tidak benar, tidak akurat dan tidak konsisten; ----------------------------------31.1.1
31.1.2
menyatakan
bahwa
Garuda/Terlapor
hanya
yang
tidak
lengkap
dan
tidak
akurat,
sehingga
158
SALINAN
Pemeriksa KPPU menyangkut 12 maskapai penerbangan,
padahal dalam Tabel 36 Tabel 71 Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan
tersebut,
terlihat
bahwa
hanya
maskapai
Lanjutan
menyatakan
bahwa
Keterangan
Tim Pemeriksa KPPU tidak mengangkat sumpah atas saksisaksi yang diperiksa dalam tahap Pemeriksaan Lanjutan Perkara
ini, sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 67 Perkom No.
1/2006. Tim Pemeriksa KPPU telah memeriksa beberapa pihak
untuk dimintai keterangan sebagai saksi, yaitu Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), PT Pertamina
(Persero) (Pertamina), Direktur Jenderal Pajak Departemen
Keuangan RI (Dirjen Pajak), Indonesian National Air
Carriers Association (INACA), dan Direktur Jenderal
Perhubungan
Udara
Departemen
Perhubungan
(Dirjen
159
SALINAN
oleh Garuda/Terlapor I diwujudkan dengan melayani rute-rute penerbangan
sesuai kebutuhan masyarakat umum, meskipun tidak selalu menguntungkan
secara komersial; --------------------------------------------------------------------31.4 Definisi pasar bersangkutan kabur dan tidak jelas; -----------------------------31.4.1
Kesimpulan
Tim
Pemeriksa
KPPU
mengenai
pasar
ke
titik
kedatangan
sebagaimana
Pemeriksaan
Lanjutan,
Tim
Pemeriksa
KPPU
160
SALINAN
31.5.1
31.5.1.2
forward
Faktor
booking
(pembelian
tiket
dengan
harga
avtur
pada
tanggal
keberangkatan;-------------------------------------------31.5.1.3
31.5.2
ke
masing-masing
maskapai
penerbangan.
Menerapkan
dan
Menghitung
Fuel
kelas
ekonomi
belum
termasuk
PPN,
iuran
wajib
dana
161
SALINAN
pesawat udara sesuai ketentuan yang berlaku. Sampai dengan saat ini, tidak
ada suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang formula
fuel surcharge. Departemen Perhubungan hanya mengeluarkan himbauan
kepada maskapai penerbangan mengenai formula perhitungan fuel
surcharge; ----------------------------------------------------------------------------31.7 Fuel surcharge bukan merupakan komponen keuntungan Garuda/
Terlapor I; ----------------------------------------------------------------------------31.7.1
31.7.2
maskapai
penerbangan
lain,
walaupun
31.8 Dalil dalil dan data yang dikemukakan Tim Pemeriksa KPPU adalah
keliru, tidak akurat
pemeriksa KPPU terkait INACA tidak akurat dan keliru karena tidak sesuai
dengan fakta sesungguhnya; --------------------------------------------------------
162
SALINAN
31.8.1
31.8.2
31.8.3
yang
membahas
fuel
surcharge.
Untuk
itu
163
SALINAN
31.9 Dalil-dalil Tim Pemeriksa KPPU tentang fungsi fuel surcharge tidak
konsisten; -----------------------------------------------------------------------------31.9.1
khususnya
mengenai
Fungsi
Fuel
ke
dalam
komponen
tariff
tiket
pesawat
Pemeriksaan
Lanjutan,
Tim
Pemeriksa
KPPU
164
SALINAN
dibantah sendiri oleh Tim Pemeriksa KPPU setidak-tidaknya
sebanyak 5 (lima) kali dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan, antara lain pada butir (2.2) halaman 5, butir (98) dan
(99) halaman 58, butir (154) halaman 147, butir (155d) halaman
148, dimana Tim Pemeriksa KPPU pada intinya menyatakan
bahwa fuel surcharge merupakan komponen pendapatan bagi
maskapai penerbangan; ----------------------------------------------31.9.5
Hasil
Pemeriksaan
Lanjutan.
Dengan
adanya
31.10.2
31.10.3
165
SALINAN
keliru dan mengada-ada menyajikan data pendapatan fuel
surcharge dan fuel cost Garuda/Terlapor I untuk tahun 2009.
Pada faktanya Garuda/Terlapor I tidak pernah memberikan
kepada Tim Pemeriksa KPPU data fuel surcharge dan fuel cost
untuk tahun 2009, karena masih dalam proses audit oleh
akuntan publik, sebagaimana dinyatakan pula oleh Tim
Pemeriksa KPPU dalam butir 3.8 angka (90) huruf (a) dan (b)
halaman 56 Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan;----------31.10.4
31.10.5
31.11 Uji Korelasi antara pergerakan harga avtur dengan harga fuel surcharge
yang dilakukan Tim Pemeriksa KPPU tidak benar dan tidak akurat karena
didasarkan pada data yang tidak lengkap;----------------------------------------31.11.1
166
SALINAN
Tabel 71 dan Grafik 47 Grafik 82 Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan tersebut, terlihat bahwa hanya 2
maskapai penerbangan yang menyediakan data fuel surcharge
untuk periode Mei 2006 Desember 2009; -----------------------Periode I
Periode II
Analisa Data
Kesimpulan
Menyangkut
Data Tersedia
0-1 Jam Terbang 6 Perusahaan
9 Perusa haa n
12 Perusahaan
9 Perusahaan
9 Perusa haa n
9 Perusahaan
9 Perusa haa n
9 Perusahaan
12 Perusahaan
12 Perusahaan
12 Perusahaan
12 Perusahaan
12 Perusahaan
Gambar 1. Sumber: data dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan KPPU, diolah
31.11.2
Maskapai
Garuda
Sriwijava
Merpati
Mandala
RAL
Expres Air
Lion Air
167
SALINAN
Maskapai
Wings
Batavia
Kartika
Trigana
Air Asia
Gambar 2. Sumber: data dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan KPPU, diolah
31.11.3
31.12 Tim Pemeriksa KPPU tidak konsisten dan salah dalam menerapkan hukum
acara sesuai Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006 (Perkom 1/2006); --------31.12.1
31.12.1.2
168
SALINAN
e. Keterangan Pelaku Usaha (Terlapor); -------31.12.1.3
Bahwa, berdasarkan Perkom No.1/2006, alatalat bukti yang sah adalah sebagai berikut:------a. Keterangan Saksi; ------------------------------b. Keterangan Ahli; -------------------------------c. Surat dan/atau dokunen; -----------------------d. Petunjuk; ----------------------------------------e. Keterangan Terlapor; ---------------------------
31.12.1.4
31.12.1.5
Keuangan
RI
sebagaimana
diuraikan
dalam
Risalah
dengan
demikian
haruslah
dikesampingkan; ------------------------------------31.12.2
PT
Pertamina
(Persero)
169
SALINAN
(Pertamina),
Direktur
Jenderal
Pajak
Departemen
Perhubungan
(Dirjen
Hubud); ---------------------------------------------31.12.2.2
dalam kapasitas
sebagai
Saksi
terkait
dengan
dugaan
170
SALINAN
d. Mengangkat sumpah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya;---------------------------e. Menandatangani Berita Acara Pemeriksaan; -31.12.2.4
mengangkat
sumpah,
sebagaimana
Tidak
diangkatnya
sumpah
dalam
31.12.3
PT
Pertamina
Direktur
Jenderal
(Persero)
Pajak
Departemen
Perhubungan
("Dirjen
Hubud"); ----------------------------------------------
171
SALINAN
31.12.3.2
dalam kapasitas
sebagai
Saksi
b.
terkait
dengan
dugaan
pelanggaran; ---------------------------------c.
d.
e.
31.12.3.4
mengangkat
sumpah,
sebagaimana
172
SALINAN
YLKI.
Tidak
diangkatnya
sumpah
dalam
Tentang Pelaku Usaha;----------------------------------------------------------31.13.1 Tim Pemeriksa KPPU dalam butir (4) halaman 61 Laporan
Hasil Pemeriksaan Lanjutan menyatakan sebagai berikut: -----"Bahwa Tim Pemeriksa menilai PT Garuda Indonesia
(Persero) ... merupakan para pelaku usaha yang sama-sama
melakukan kegiatan Angkutan Udara Niaga Berjadwal yang
merupakan pesaing antara satu dengan lainnya." --------------31.13.2 Bahwa Garuda/Terlapor I merupakan Badan Usaha Milik
Negara ("BUMN") berbentuk Persero berdasarkan Undangundang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
("UU BUMN"), yang didirikan dengan maksud dan tujuan
antara lain untuk: -----------------------------------------------------31.13.2.1
31.13.2.2
31.13.2.3
173
SALINAN
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup
orang banyak; ---------------------------------------31.13.3 Lebih lanjut, kewajiban Garuda/Terlapor I untuk melakukan
fungsi pelayanan umum (public service obligation) sesuai
dengan Pasal 66 ayat (1) UU BUMN, yaitu: "(1) Pemerintah
dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk
menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap
memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN;----------31.13.4 Bahwa fungsi pelayanan umum (public service obligation)
tersebut diwujudkan oleh Garuda/Terlapor I dengan tetap
melayani
rute
penerbangan
sesuai
dengan
kebutuhan
Rahasia
fluktuasi
harga
minyak
dunia
yang
otomatis
174
SALINAN
dimilikinya selaku BUMN, Garuda/Terlapor I juga harus
bertahan untuk menghadapi persaingan yang ketat di industri
jasa penerbangan domestik, agar dapat terus memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat sesuai dengan fungsi
dan kewajibannya untuk melaksanakan pelayanan umum serta
sesuai
dengan
fungsinya
memberikan
kontribusi
bagi
penerimaan Negara dan mencari keuntungan; --------------------31.13.7 Disamping itu sebagaimana telah disampaikan dalam tahap
Pemeriksaan
Pendahuluan
Garuda/Terlapor
penerbangan
di
dan
merupakan
Indonesia
Pemeriksaan
satu-
yang
satunya
Lanjutan,
maskapai
memberikan
layanan
pesawat
Garuda/Terlapor
dalam
setiap
175
SALINAN
Garuda Indonesia
Pendapatan Fuel Surcharge Tahun 2008
Jumlah Penumpang Domestik Tahun 2008
Konfigurasi tempat duduk 737 Classic
Fuel Surcharge per Pax Tahun 2008
IDR 1,514,934,141,782
7,591,810
134
IDR 199, 548
Maskapai A
Konfigurasi tempat duduk 737 Classic
FS per pax yang selayaknya dikenakan dengan
asumsi yang sama dengan GA (LF 65%)
160
IDR 162,058
Maskapai B
Konfigurasi tempat duduk 737 Classic
FS per pax yang selayaknya dikenakan dengan
asumsi yang sama dengan GA (LF 65%)
170
IDR 157,291
B.
Tentang Pasar Bersangkutan; --------------------------------------------------31.13.10 Tim Pemeriksa KPPU telah mendalilkan dalam butir (17)
halaman 63 Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, bahwa pasar
produk dalam Perkara ini adalah layanan jasa penerbangan
penumpang berjadwal dari satu titik keberangkatan ke titik
kedatangan. Padahal yang menjadi objek permasalahan dalam
Perkara ini sebenarnya adalah kesepakatan penetapan harga dan
perhitungan yang curang dari fuel surcharge. Dengan demikian,
Tim Pemeriksa KPPU tidak jelas dan kabur (obscuur libel)
dalam menjelaskan tuduhan kepada para Terlapor dalam
Perkara ini; ------------------------------------------------------------31.13.11 Pada kenyataannya, bagi Garuda/Terlapor I fuel surcharge
merupakan komponen biaya dan bukan merupakan komponen
pendapatan. Hal ini adalah logis karena pada dasarnya
Garuda/Terlapor
tidak
memperdagangkan
atau
menjual
Pendahuluan
dan
Pemeriksaan
Lanjutan,
176
SALINAN
31.13.12 Di samping itu, bukti kabur dan tidak jelasnya Tim Pemeriksa
KPPU dalam menetapkan pasar bersangkutan dapat dilihat dari
analisa dari segi produk dan segi geografis dalam butir (27)
halaman 64 Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, di mana Tim
Pemeriksa KPPU mendalilkan bahwa pasar bersangkutan dalam
Perkara ini adalah layanan jasa penerbangan penumpang
berjadwal dari satu titik keberangkatan ke titik kedatangan di
catchment area pada setiap bandar udara. Padahal dalam butir
(37) halaman 16 Laporan Dugaan Pelanggaran dan dalam butir
V angka (7) halaman 7 Laporan Hasil Pemeriksaan
Pendahuluan, Tim Pemeriksa KPPU menyatakan bahwa pasar
bersangkutan dalam Perkara ini adalah jasa penerbangan
domestik di seluruh Indonesia;--------------------------------------31.13.13 Hal ini jelas menunjukkan bahwa Tim Pemeriksa KPPU tidak
konsisten dan secara semena-mena menetapkan definisi pasar
bersangkutan
dalam
Perkara
ini,
yang
semula
dalam
penumpang
berjadwal
dari
satu
titik
dilayani
oleh
masing-masing
maskapai
dalam
penerbangan domestik; ----------------------------------------------31.13.15 Pada kenyataannya terdapat banyak rute penerbangan domestik
di Indonesia, berdasarkan KM No. 9/2002 setidak-tidaknya ada
416 rute namun pada kenyataannya tidak semua rute
penerbangan
tersebut
dilayani
oleh
semua
maskapai
177
SALINAN
penerbangan yang ada di Indonesia, yang menjadi Terlapor
dalam perkara ini;-----------------------------------------------------31.13.16 Sebagaimana dapat dilihat dari tabel di bawah ini yang
membandingkan
beberapa
rute
yang
dilayani
oleh
RUTE
Cengkareng -
BATAVIA
GARUDA
WINGS
LION
KARTIKA
AIR
INDONESIA
AIR
AIRUNES
AIRliNES
49
94
77
11
35
35
28
56
14
74
14
42
MERPATI
TRIGANA
INDONESIA
MANDALA
SRIWIJAYA
AIR ASIA
AIRLINES
AIR
14
22
21
284
14
102
84
14
14
198
49
28
11
190
63
14
140
INDONESIA
MANDALA
SRIWIJAYA
AIR ASIA
AIRLINES
AIR
MJSANTARA
AIRLINES
AIR
TOTAL
SIRVICE
Surabaya
Cengkareng Balikpapan
Cengkareng Medan
Cengkareng Denpasar
Cengkareng Ujungpandang
RUTE PERINTIS
RUTE
Denpasar-
MERPATI
TRIGANA
BATAVIA
GARUDA
WINGS
LION
KARTIKA
AIR
INDONESIA
AIR
AIRUNES
AIRliNES
14
14
13
14
MJSANTARA
AIRLINES
AIR
TOTAL
SIRVICE
Timika
UjungpandangBiak
BiakJayapura
Banda AcehCengkareng
JayapuraTimika
178
SALINAN
dilayani oleh Garuda/Terlapor I dengan seluruh maskapai
penerbangan di Indonesia;-------------------------------------------31.13.18 Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka definisi "pasar
bersangkutan" yang ditentukan oleh Tim Pemeriksa KPPU
(yakni seluruh rute jasa penerbangan domestik di Indonesia)
adalah keliru atau setidak-tidaknya tidak jelas dan kabur
(obscuur libel), karena terbukti bahwa (i) bagi Garuda/Terlapor
I fuel surcharge merupakan komponen biaya dan bukan
merupakan komponen pendapatan; dan (ii) tidak seluruh rute
domestik yang tersedia dapat dilayani oleh seluruh maskapai
penerbangan yang ada di Indonesia, sehingga persaingan yang
terjadi di antara maskapai penerbangan tidak terjadi dalam
semua rute; ------------------------------------------------------------C. Tentang Dugaan Penetapan Harga (Pasal 5 UU No. 5/1999)
31.13.19 Tim Pemeriksa KPPU dalam butir (96) huruf (a) halaman 82
Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, menyatakan sebagai
berikut: ----------------------------------------------------------------"Oleh karena formula perhitungan fuel surcharge, asumsi harga
avtur, asumsi konsumsi avtur dan asumsi load factor yang
dibuat oleh masingmasing Terlapor berbeda-beda, maka
seharusnya pergerakan fuel surcharge yang ditetapkan oleh
masing-masing
Terlapor
juga
berbeda-beda
berdasarkan
pertimbangan ekonomi dari masing-masing perusahaan." -----Selain itu, dalam butir (54) halaman 68, butir (61) halaman 74,
dan butir (96) huruf (b) dan (c) halaman 83 Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa KPPU menyatakan
bahwa dalam periode bulan Mei 2006 - Maret 2008 (Periode I),
terdapat kecenderungan pergerakan besaran fuel surcharge
yang sama antara para Terlapor, yang didukung dengan adanya
fakta bahwa: (i) terdapat perjanjian di antara Terlapor untuk
menetapkan besaran fuel surcharge pada bulan Mei 2006
sebesar Rp 20.000,00; dan (ii) sampai dengan bulan Maret 2008
179
SALINAN
pergerakan fuel surcharge para Terlapor masih menunjukkan
kecenderungan yang sama; ------------------------------------------31.13.20 Bahwa sebagaimana telah Garuda/Terlapor I sampaikan
sebelumnya dalam tahap Pemeriksaan Pendahuluan dan
Pemeriksaan Lanjutan, besaran fuel surcharge sebesar Rp
20.000,00 pada bulan Mei 2006 adalah didasarkan pada Berita
Acara
Pembahasan
Fuel
Surcharge
INACA
No.
fuel
surcharge
dan
menyerahkan
kembali
INACA
No.
238/2006")
menyatakan
bahwa
180
SALINAN
Mei 2006, baik untuk penerbangan 0 - 1 jam, 1 - 2 jam, maupun
2 - 3 jam yaitu sebesar Rp 20.000,00. Sedangkan setelah bulan
Mei 2006, besaran tuel sordtsrqe Garuda/Terlapor I sama sekali
tidak sama dengan besaran fuel surcharge dari maskapai
lainnya;-----------------------------------------------------------------31.13.23 Dengan demikian terbukti secara jelas dan nyata bahwa tidak
mungkin sama sekali ada perjanjian atau kesepakatan dalam
bentuk apapun yang dilakukan oleh Garuda/Terlapor I dengan
maskapai lain terkait dengan penghitungan besaran fuel
surcharge, karena pada faktanya antara Mei 2006 - Maret 2008
besaran fuel surcharge Garuda/Terlapor I selalu berbeda dengan
maskapai lainnya;-----------------------------------------------------31.13.24 Selain itu, berdasarkan data yang disajikan oleh Tim Pemeriksa
KPPU sendiri dalam Tabel 23 - Tabel 25 halaman 37 - 40
Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, bahkan besaran fuel
surcharge Garuda/Terlapor I bukan merupakan yang terbesar
dibandingkan
maskapai
penerbangan
lain,
walaupun
181
SALINAN
182
SALINAN
31.13.25 Di samping itu, berdasarkan analisa dan uji statistik dengan
metode Bartlett-Levene dan Brown-Forhyte (sebagaimana
dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan butir 59
- 96, Grafik 38 - 46, Tabel 30 -35, halaman 69 - 83), Tim
Pemeriksa KPPU menyimpulkan bahwa terdapat suatu tren
yang sama, korelasi positif dan variasi yang sama diantara
maskapai penerbangan dalam menetapkan fuel surcharge
khususnya untuk periode Mei 2006 - Maret 2008. Tim
Pemeriksa KPPU menyatakan bahwa hal tersebut merupakan
bukti adanya kerjasama antara maskapai penerbangan untuk
menetapkan fuel surcharge; -----------------------------------------31.13.26 Bahwa sebagaimana terbukti dengan Gambar 1 dan 2 di atas,
analisa dan uji statistik yang dilakukan Tim Pemeriksa KPPU
dalam menyimpulkan adanya pergerakan perubahan fuel
surdierqe yang sama dari 12 maskapai, hanya didasarkan pada
data dan informasi dari 9 maskapai. Dari 9 maskapai itu pun
hanya 2 maskapai yang menyerahkan data dan informasi fuel
surcharge secara lengkap untuk periode sejak Mei 2006 Desember 2009. Dengan demikian terbukti bahwa analisa yang
dilakukan Tim Pemeriksa KPPU tidak dapat dibenarkan dan
tidak sesuai dengan kaidah ilmu statistik, karena telah terjadi
kesalahan mendasar dalam penerapan ilmu statistik oleh Tim
Pemeriksa KPPU;-----------------------------------------------------31.13.27 Kesalahan dan ketidakakuratan atas hasil analisa dan uji
statistik yang dilakukan Tim Pemeriksa KPPU tersebut terjadi
karena Tim Pemeriksa KPPU terlihat berusaha untuk
melengkapi dan memperkirakan sendiri data besaran fuel
surcharge dari beberapa maskapai penerbangan yang tidak
tersedia. Disamping itu, untuk membuktikan kebenaran analisa
dan uji statistik yang dilakukan Tim Pemeriksa KPPU tersebut,
Garuda/Terlapor I telah melakukan uji statistik dengan
menggunakan metode Granger Causality Test (Lampiran -1);--
183
SALINAN
31.13.28 Dari hasil uji statistik yang dilakukan oleh Garuda/Terlapor I
tersebut, terbukti secara jelas bahwa seandainya pun terdapat
gerakan yang sama dalam periode tertentu terkait dengan
besaran fuel surcharge, namun gerakan tersebut bukanlah
merupakan gerakan sebab-akibat. Bahkan seandainyapun
terdapat gerakan perubahan fuel surcharge yang seragam dari
semua maskapai penerbangan, tidak lantas dapat disimpulkan
bahwa harga yang dibebankan kepada harga tiket adalah setara.
Hal ini dikarenakan setiap maskapai penerbangan memiliki
struktur biaya yang berbeda-beda;----------------------------------31.13.29 Disamping hal-hal sebagaimana dimaksud di atas, dugaan Tim
Pemeriksa KPPU bahwa adanya perjanjian penetapan harga
adalah tidak berdasar sama sekali, karena pada faktanya
persaingan dalam industri penerbangan semakin tajam dalam
beberapa tahun belakangan ini. Semakin tajamnya persaingan
dalam industri penerbangan, tentunya tidak mungkin terjadi
apabila terdapat kerjasama atau kesepakatan penetapan besaran
fuel surcharge antara para maskapai penerbangan sebagaimana
dituduhkan oleh Tim Pemeriksa KPPU dalam butir 96 halaman
82-83 Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan; ---------------------31.13.30 Dari grafik di bawah ini terbukti secara jelas dan nyata bahwa
HHI Index industri penerbangan turun secara drastis dari sekitar
2.271 pada tahun 2004 menjadi 1.575 pada tahun 2006. Di
samping itu, grafik di bawah ini juga menunjukkan pergerakan
pangsa pasar Garuda/Terlapor I yang justru mengalami
penurunan di tahun 2004 - 2006 walaupun jumlah penumpang
Garuda/Terlapor I mengalami peningkatan pada periode yang
sama. Tentunya kondisi ini tidak mungkin terjadi jika memang
ada kerjasama atau kesepakatan antara Garuda/Terlapor I
dengan para Terlapor dalam Perkara ini; ---------------------------
184
SALINAN
185
SALINAN
31.13.31 Bahwa, sebagaimana telah Garuda/Terlapor I sampaikan juga
dalam tahap Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan
Lanjutan, tidak adanya suatu kesepakatan apapun antara
Garuda/Terlapor
dengan
maskapai
penerbangan
lain
186
SALINAN
(penawaran dan penerimaan) antara Garuda/Terlapor I dengan
maskapai penerbangan domestik lainnya; -------------------------31.13.35 Dengan demikian, dari segi yuridis pun tidak dapat dibuktikan
ada perjanjian atau kesepakatan antara Garuda/Terlapor I
dengan maskapai penerbangan lain sehubungan dengan besaran
fuel surcharge baik secara lisan maupun tertulis, secara
langsung maupun tidak langsung; ----------------------------------31.13.36 Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan penjelasan tersebut di atas,
dengan demikian secara material unsur "perjanjian untuk
menetapkan harga" dalam Pasal 5 UU No. 5/1999 tidak
terpenuhi; --------------------------------------------------------------D. Tentang dugaan kecurangan dalam menetapkan besaran fuel surcharge
(Pasal 21 UU No. 5/1999); -----------------------------------------------------31.13.37 Dalil Tim Pemeriksa KPPU tentang keterkaitan antara fuel
surcharge dengan batas atas tarif dasar penumpang angkutan
niaga berjadwal dalam negeri adalah tidak benar;----------------31.13.38 Dalam Kesimpulan angka (4) halaman 149 Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa KPPU menyatakan
sebagai berikut: "... dan nilai fuel surcharge sejak Maret 2008
telah melampaui tariff batas atas sebagaimana diterapkan dalam
KM No. 9 Tahun 2002"; ---------------------------------------------31.13.39 Pada faktanya, Pasal 1 ayat (3) KM No. 9/2002 secara jelas
menyatakan bahwa tarif penumpang angkutan niaga berjadwal
dalam negeri kelas ekonomi belum termasukPPN, iuran wajib
dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dari PT Jasa
Raharja, asuransi tambahan lainnya secara sukarela, dan tarif
jasa pelayanan penumpang pesawat udara sesuai ketentuan
yang berlaku; ----------------------------------------------------------31.13.40 Dengan demikian, Tim Pemeriksa KPPU dalam hal ini telah
keliru dalam membuat kesimpulan bahwa nilai fuel surcharge
sejak Maret 2008 telah melampaui batas atas sebagaimana
ditetapkan dalam KM No. 9/2002, mengingat pada faktanya
187
SALINAN
bahwa KM No. 9/2002 sama sekali tidak mengatur batas atas
fuel surcharge; --------------------------------------------------------31.13.41 Tidak termasuknya fuel surcharge dalam komponen tarif dasar
ini juga sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang
Penerbangan
("UU
Penerbangan"),
berdasarkan
188
SALINAN
dijadikan
komponen
dalam
menghitung
tarif
dasar
Garuda/Terlapor I;----------------------------------------------------31.13.44 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terbukti secara jelas dan
nyata bahwa Tim Pemeriksa KPPU tidak memahami fungsi fuel
surcharge dikaitkan dengan batas atas tarif dasar sebagaimana
diatur dalam KM No. 9/2002 tentang tarif dasar penumpang
angkutan niaga berjadwal dalam negeri; --------------------------31.14 Fuel
surcharge
bukan
merupakan
komponen
keuntungan
bagi
2006
2007
2008
189
SALINAN
Komponen Biaya
2006
2007
2008
jumlah
fuel
surcharge
yang
diperoleh
demikian
terbukti
secara
jelas
bahwa
190
SALINAN
dari fluktuasi harga avtur yang telah jauh melebihi asumsi
harga avtur yang digunakan dalam KM No. 9 /2002; ---------31.14.1.5 Disamping itu, pada faktanya keuntungan usaha yang
diperoleh oleh Garuda/Terlapor I adalah merupakan hasil dari
upaya-upaya
Garuda/Terlapor
dalam
memperbaiki
faktanya
tingkat
keuntungan
yang
diperoleh
Rahasia
191
SALINAN
BEBERAPA INDIKATOR KINERJA PT GARUDA 2003-2008
Rahasia
31.14.1.7 Disamping
keuntungan
yang
mulai
diperoleh
SEMESTER I
JULY
AUG
SEPT
OCT
NOV
DEC
TOTAL
31.14.1.8 Dalam periode 2006 - 2008, terbukti secara jelas dan nyata
bahwa besaran fuel surcharge Garuda/Terlapor I juga selalu
lebih kecil dari besaran fuel cost;----------------------------------
192
SALINAN
Rahasia
nyata
avtur
yang
harus
dibayarkan
oleh
termasuk
pemenuhan
kewajiban
Pajak
193
SALINAN
31.14.2.2 Bahwa Pasal 21 UU No. 5/1999 harus diinterpretasikan dalam
kerangka
melarang
pelaku
usaha
untuk
melakukan
sebagai
komponen
harga,
perundang-undangan,
yang
dengan
melanggar
bertujuan
untuk
10
tahun
2004
tentang
Pembentukan
Peraturan
194
SALINAN
tafsiran resmi dari pembentuk UU No. 5/1999 khusus
mengenai arti kata "kecurangan" dalam ketentuan Pasal 21
UU No. 5/1999 haruslah ditafsirkan sebagaimana penjelasan
pasal 21 tersebut diatas, yakni bahwa kecurangan dimaksud
harus dikaitkan tindakan untuk memperoleh biaya faktorfaktor produksi yang lebih rendah dari seharusnya, bukannya
ditafsirkan lain, apalagi jika di tafsirkan untuk mengenakan
biaya faktor-faktor produksi yang lebih tinggi;-----------------31.14.2.6 Faktanya, Garuda/Terlapor I tidak menetapkan harga jual
rendah atas jasa penerbangan dan tidak memiliki maksud
untuk melakukan transfer pricing atau untuk mematikan
pelaku usaha lain atau untuk menguasai pasar. Berdasarkan
Laporan Pemeriksaan Pendahuluan, Garuda/Terlapor I justru
dituduh menetapkan besaran fuel surcharge yang terlalu
tinggi; ----------------------------------------------------------------31.14.2.7 Berdasarkan hal diatas maka secara yuridis Pasal 21 UU No.
5/1999 beserta penjelasannya tentu tidak relevan untuk
diterapkan dalam penetapan fuel surcharge oleh maskapai
penerbangan, di mana fuel surcharge ditetapkan untuk
menutupi fluktuasi kenaikan harga avtur sejak tahun 2006; --31.14.2.8 Dari fakta-fakta dan dalil-dalil sebagaimana telah diuraikan di
atas, menjadi fakta yang tidak terbantahkan lagi bahwa
Garuda/Terlapor I tidak terbukti melanggar Pasal 5 dan Pasal
21 UU No. 5/1999; -------------------------------------------------31.14.2.9 Oleh karenanya, Garuda/Terlapor I dengan ini memohon
kepada Majelis Komisi yang terhormat untuk: -----------------(1) Menolak dan mengesampingkan dalil-dalil dan buktibukti
Tim
Pemeriksa
KPPU
dalam
Pemeriksaan
Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan; -------------------(2) Mempertimbangkan dan menerima setiap dan seluruh
fakta-fakta dan dalil-dalil yang telah disampaikan oleh
Garuda/Terlapor I di atas;--------------------------------------
195
SALINAN
(3) Mengesampingkan alat-alat bukti yang tidak sah atau
tidak memiliki nilai pembuktian yang sempurna serta
kesimpulan dari Tim Pemeriksa KPPU; --------------------(4) Menjatuhkan
Garuda/Terlapor
putusan
I
tidak
dengan
terbukti
menyatakan
secara
sah
dan
putusan
I
tidak
dengan
terbukti
menyatakan
secara
sah
dan
32.1.2
32.1.3
196
SALINAN
INACA. Tim Pemeriksa meyimpulkan kedua hal tersebut
merupakan bukti adanya perjanjian penetapan harga; -------------32.1.4
32.1.5
32.1.6
perusahaan
penerbangan
yang
lain
baik
untuk
197
SALINAN
sebenarnya persamaan besaran FS itu sendiri tidak terjadi dalam
kenyataannya; -----------------------------------------------------------32.1.7
32.1.8
32.1.9
sebagai
indikasi
pelanggaran
terhadap
hukum
persaingan usaha; ------------------------------------------------------32.1.10 Draft pedoman kartel tersebut konsisten dengan pendapat dari
European Court of Justice (ECJ) dalam kasus landmark
hukum persaingan di Uni Eropa, Suiker Unie and Zuchner
(dimana keputusan komisi Eropa dibatalkan) yang menyatakan:
Parallel
pricing
behavior
in
an
oligopoly
producing
198
SALINAN
the market conditions, for example, an increase in the price of the
main raw material) would not be sufficient evidence of a
concerted practice;----------------------------------------------------32.1.11 Dengan demikian jelas bahwa apabila diasumsikan pergerakan
FS menunjukkan adanya trend yang sama, korelasi positif dan
variasi yang sama di antara para Terlapor bukan merupakan bukti
yang memadai untuk menentukan adanya penetapan harga; ------32.1.12 Ahli Ekonomi dari LPEM-UI Chatib Basri menegaskan dalam
pernyataannya bahwa pergerakan secara statistik sama tidak serta
merta disimpulkan telah terjadinya penetapan harga atau kartel
(lihat terlampir);---------------------------------------------------------32.1.13 Karenanya kami berpendapat bukti-bukti yang disampaikan oleh
Tim Pemeriksa untuk menyimpulkan telah terjadinya penetapan
FS tidak memadai dan seharusnyalah ditolak oleh Majelis
Komisi; -------------------------------------------------------------------32.1.14 Bahwa unsur penting yang harus dipenuhi dalam Pasal 5 UU
Persaingan adalah adanya penerapan harga yang eksesif yang
merugikan konsumen atau pelanggan; -------------------------------32.1.15 Menurut padangan kami, FS bukanlah merupakan harga
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 5 UU Persaingan. FS bukan
merupakan pendapatan (income atau revenue) dari perusahaan
penerbangan melainkan biaya karena aplikasinya ditujukan
untuk menopang biaya produksi yang melonjak pada perusahaan
penerbangan dikarenakan adanya lonjakan harga avtur. Karena
FS bukan harga besaran FS justru lebih baik diatur oleh
Pemerintah
dengan
rumusan
yang
dapat
mengakomodir
Dengan
199
SALINAN
demikian unsur harga justru tidak terpenuhi dalam penerapan
Pasal 5 UU Persaingan pada perkara a quo;-------------------------32.1.16 Secara logis, apabila FS dikategorikan sebagai harga dalam
perkara a quo, Tim Pemeriksa Lanjutan memperbolehkan FS
dipakai
untuk
mencari
keuntungan
asal
tidak
eksesif.
dalam
LHPL
secara
sederhana
seperti
yang
disampaikan di atas FS bukanlah harga melainkan biaya;---------32.1.19 Namun demikian, perlu dicermati apakah FS yang diterapkan
oleh SJ eksesif yang dipakai untuk mendapatkan keuntungan,
bukan penopang biaya. Bahwa, SJ telah memberikan Bukti
Entries Jurnal Pembukuan (vide Bukti C2.9; Bukti C2.10; Bukti
C2.11)
yang
menunjukkan
dari
FS
yang
dikumpulkan
200
SALINAN
2008
dilakukan
dengan
formula
yang
ditetapkan
oleh
Departemen Perhubungan.; --------------------------------------------Rumusannya adalah: FS = [(B-A) x D]/C ---------------------------A: Harga avtur referensi Rp. 2700/liter; -----------------------------B: Harga avtur berlaku perliter; ---------------------------------------C: Total penumpang (load factor) 70%; -----------------------------D: Rata-rata pemakaian avtur per jam per pesawat;----------------32.1.20 SJ merujuk pada formula tersebut untuk penentuan FS dengan
asumsi load factor 85%. Harga avtur berlaku per liter
diasumsikan Rp. 7500 per liter berdasarkan harga empiris yang
berlaku. Perlu diketahui tidak mungkin variable B (harga avtur
berlaku per liter) ditetapkan secara aktual karena daftar harga
dikeluarkan oleh Pertamina per dua minggu serta kewajiban
pemenuhan deposito harus dilakukan dimuka melalui penerapan
system topping up. Load factor 85% dengan sendirinya akan
memperkecil besaran FS. Begitu pula SJ mempunyai beban
resiko usaha yang besar dengan asumsi harga avtur sebesar Rp.
7500 per liter karena dapat saja terjadi harga avtur melebihi harga
asumsi tersebut. SJ tidak menggandakan FS-nya berdasarkan
rumusan tersebut untuk penerbangan berdurasi 2-3 jam.; --------32.1.21 Penentuan FS oleh SJ tersebut di atas sama sekali tidak
menyebabkan adanya penyalahgunaan FS untuk mencari
keuntungan yang eksesif sebagaimana dibuktikan melalui
dokumen pembukuan SJ yang disampaikan ke pada Tim
Pemeriksa Lanjutan; ----------------------------------------------------32.1.22
201
SALINAN
beroperasi secara efisien dan inovatif untuk memenangi
persaingan, bukan melalui tindakan illegal penetapan harga;-----32.1.24 Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, SJ berpendapat bahwa
unsur-unsur pada Pasal 5 UU Persaingan tidak dapat dipenuhi
dalam perkara a quo yaitu: FS bukanlah harga dalam pengertian
Pasal 5 UU Persaingan; tidak pernah ada suatu perjanjian dalam
bentuk apapun dilakukan SJ; tidak ada keuntungan yang didapat
oleh SJ dari FS; sehingga Majelis Komisi harus menolak LHPL
dan membebaskan SJ dari segala tuntutannya;----------------------32.2
32.2.2
harga
yang
rendah
terlebih
dengan
melakukan
audit
tersebut
dan
karenanya
tidak
dalam
202
SALINAN
produksi dan biaya lainnya adalah pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk memperoleh
biaya faktor-faktor produksi yang lebih rendah dari seharusnya; 32.2.5
32.2.6
32.2.7
32.2.8
32.2.9
203
SALINAN
Persaingan dengan jelas hanya berhubungan dengan persaingan
antara pelaku usaha, dalam hal ini, berkenaan dengan penguasaan
pasar dengan merendahkan biaya produksi atau biaya lainnya dari
yang seharusnya untuk menetapkan harga jual yang juga lebih
rendah dari seharusnya. Tujuan dari kesemuanya adalah untuk
menguasai pasar. Tidak mungkin penguasaan pasar dilakukan
dengan menerapkan harga yang eksesif;-----------------------------32.2.10 Unsur pada Pasal 21 UU Persaingan ini dengan demikian sama
sekali tidak terpenuhi dan karenanya Majelis Komisi harus
menolak LHPL serta membebaskan SJ dari segala tuduhan
pelanggaran; -------------------------------------------------------------32.2.11 Bahwa terlepas dari apapun sebagaimana disampaikan di atas, SJ
sama sekali tidak melakukan kecurangan dalam membuat dasar
kalkulasi biaya FS. SJ telah membuktikan melalui submisi data
pembukuannya bahwa tidak ada keuntungan yang didapat dari
FS. Sebaliknya SJ masih merugi dengan penerapan FS tersebut; 32.2.12 Kekeliruan Tim Pemeriksa dalam menerapkan Pasal 21 UU
Persaingan tersebut sekaligus menginvalidasi semua modelmodel ekonomi yang diterapkan oleh Tim Pemeriksa Lanjutan
untuk membuktikan telah terjadinya pelanggaran Pasal 21 UU
Persaingan. Bahkan model-model teori ekonomi tersebut tidak
dapat membuktikan telah terjadinya pelanggaran pada Pasal 5 UU
Persaingan;---------------------------------------------------------------32.2.13 Berdasarkan fakta-fakta di atas, unsur-unsur pelanggaran pada
Pasal 5 dan 21 UU Persaingan sama sekali tidak terbukti.
Karenanya SJ harus dibebaskan dari segala tuduhan pelanggaran;
33.
204
SALINAN
33.1.1
33.1.2
33.1.3
Bahwa
selanjutnya
berdasarkan
Notulen
Rapat
No.
kepada
masing-masing
perusahaan
penerbangan
33.1.5
33.2 Bahwa dari fakta-fakta tersebut di atas terungkap bahwa saat perkara ini
berlangsung,
Pemerintah
c.q.
Departemen
Perhubungan
sedang
205
SALINAN
2002, dimana komponen fuel surcharge akan hilang dan masuk dalam
komponen harga setelah penetapan harga avtur Rp 10.000,- . Hal ini
membuktikan bahwa perkara ini masih prematur karena dalam waktu
yang tidak terlalu lama, pemerintah akan segera menetapkan tarif batas
atas dengan komponen fuel surcharge di dalamnya sehingga fuel
surcharge bukan lagi isu yang perlu diperdebatkan;------------------------33.3 Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, KPPU sendiri telah
memberikan masukan kepada INACA agar mengembalikan kewenangan
penetapan fuel surcharge kepada masing-masing maskapai penerbangan,
artinya masing-masing maskapai penerbangan boleh membuat formula
perhitungan sendiri untuk fuel surcharge. INACA telah menindaklanjuti
masukan tersebut dengan mengadakan Rapat Anggota dan Pengurus
INACA pada tanggat 30 Mei 2006 yang pada intinya menyimpulkan
penerapan dan besaran fuel surcharge diserahkan kembali kepada masingmasing perusahaan penerbangan nasional Anggota INACA, sesuai dengan
Notulen Rapat No. 9100/57 /V /2006; --------------------------------------------33.4 Bahwa
apabila
dibandingkan
dengan
formula
yang
ditetapkan
206
SALINAN
tersebut, diperoleh fakta bahwa Terlapor III mengalami kekurangan biaya
avtur dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, sebagai berikut: ----------REKAPITULASI KEKURANGAN BIAYA AVTUR
Tahun 2006 s.d 2009
KEKURANGAN BIAYA AVTUR
2006
2007
2008
2009
(242,427,513,179)
(354,533,461,932)
(333,4 73,537,852)
29,329,464,275
TOTAL
(901,105,048,687)
33.7 Bahwa selanjutnya dapat dilihat dari Laporan Keuangan Terlapor III yang
telah diserahkan kepada KPPU, walaupun Terlapor III telah menerapkan
fuel surcharge, namun masih tidak dapat menutupi kerugian akibat
kenaikan avtur. Bahkan di saat turunnya harga avtur, Terlapor III juga
menurunkan fuel surcharge dan masih tidak juga mendapatkan keuntungan
yang tidak dapat menutupi kenaikan harga avtur di tahun-tahun sebelumnya.
Kesimpulannya, Terlapor III tidak pernah memperoleh keuntungan dari
selisih harga avtur; ------------------------------------------------------------------33.8 Bahwa Terlapor III akan menanggapi beberapa hal dalam analisis yaitu
mengenai dugaan penetapan harga pada butir 4.3 LHPL yang dimulai dari
halaman 65, dan dugaan kecurangan dalam menetapkan fuel surcharge
sebagaimana diuraikan Tim Pemeriksa pada butir 4.4 yang dimulai dari
halaman 84; --------------------------------------------------------------------------33.9 Mengenai dugaan penetapan harga sebagaimana diuraikan Tim Pemeriksa
pada
butir 4.3 LHPL yang dimulai dari halaman 65, Terlapor III
menanggapi sebagai berikut;-------------------------------------------------------33.9.1 Bahwa perhitungan fuel surcharge yang dilakukan oleh Terlapor III
didasarkan pada rumusan yang merujuk pada komponen-komponen
sebagai berikut : -------------------------------------------------------------a.
207
SALINAN
b.
c.
d.
harus
mendarat
di
Denpasar,
maka
avtur
yang
208
SALINAN
33.10.2 Penentuan fuel surcharge tiap pesawat berbeda karena konsumsi
avtur juga berbeda; -----------------------------------------------------33.10.3 Harga avtur dapat mencapai 50% dari operating cost; ------------33.10.4 Operating cost Terlapor III lebih tinggi dari maskapai lain karena
menggunakan
pesawat-pesawat
lama.
Untuk
memperoleh
diserahkan
kembali
kepada
masing-masing
perusahaan
209
SALINAN
maka perbandingan harus dengan harga avtur tahun 2002 bukan tahun
2008; ---------------------------------------------------------------------------------33.15 Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa diberlakukannya fuel surcharge
tujuannya adalah untuk menutupi kerugian dari kenaikan harga fuel.
Bahkan di akhir BAP, beliau menyatakan bahwa perkara ini memang tidak
dimanipulasi oleh maskapai penerbangan kemudian penyesuaian tarif juga
akan dibenahi oleh pemerintah dalam waktu dekat ini dan supaya perkara
ini dapat diselesaikan dengan baik bersama-sama; ----------------------------33.16 Bahwa kalaupun ada komunikasi antara anggota INACA yang terjadi pada
tanggal 10 Mei 2006 sebagaimana diuraikan oleh Tim Pemeriksa dalam
butir 3.10 halaman 58-60 dan butir 4.3 (47) halaman 67, maka komunikasi
tersebut sudah tidak berlaku lagi dan sudah dicabut berdasarkan saran
KPPU sendiri dengan adanya rapat INACA yang pada intinya
menyimpulkan penerapan dan besaran fuel surcharge diserahkan kembali
kepada masingmasing perusahaan penerbangan nasional Anggota INACA;
33.17 Bahwa pendapat atau penilaian Tim Pemeriksa sendiri mengenai
penetapan harga bertentangan satu sama lain dan memperlihatkan
ambiguitas. Di satu sisi Tim Pemeriksa mengakui bahwa KPPU telah
memberikan saran mengenai pengenaan fuel surcharge setelah tanggal 10
Mei 2006, telah ada tindak lanjut dari INACA yang mengembalikan
penerapan dan besaran fuel surcharge kepada masing-masing maskapai
penerbangan. Di sisi lain Tim Pemeriksa masih menyatakan bahwa
penetapan fuel surcharge sebesar Rp 20.000,- pada tanggal 10 Mei 2006
merupakan suatu bentuk kartel; --------------------------------------------------33.18 Bahwa yang dimaksud dengan "kartel" adalah "pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud
untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat".
Kartel diatur dalam Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999. Tuduhan "kartel"
oleh Tim Pemeriksa merupakan tuduhan yang berbeda dengan pasal
dugaan pelanggaran yaitu Pasal 5 ayat (1) mengenai penetapan harga yang
210
SALINAN
ditetapkan sebagai dugaan pelanggaran oleh Tim Pemeriksa sendiri. Hal
ini jelas menunjukkan ambiguitas, keraguraguan, bahkan ketidakjelasan
dugaan pelanggaran yang akhirnya menyebabkan ketidakpastian hukum; 33.19 Bahwa Tim Pemeriksa juga berpendapat bahwa perubahan fuel surcharge
yang cenderung sama pada bulan Mei 2006-Maret 2008 merupakan bukti
adanya perjanjian untuk menetapkan besaran fuel surcharge secara
bersama-sama, padahal di sisi lain Tim Pemeriksa mengakui bahwa
INACA telah menyerahkan besaran fuel surcharge kepada masing-masing
maskapai penerbangan;------------------------------------------------------------33.20 Bahwa kesimpulan yang tidak didukung oleh bukti yang sah mengenai
adanya perjanjian penetapan harga adalah kesimpulan yang keliru, karena:
33.20.1
33.20.2
33.20.3
karena
masing-masing
maskapai
mempunyai
211
SALINAN
terlepas dari perubahan harga avtur. Hal ini sangat bertentangan
dengan grafik yang menunjukkan pergerakan fluktuatif;--------33.21.2
33.21.2.2
33.21.2.3
keuntungan
apapun
dari
fuel
surcharge; ---------------------------------------------33.21.3
212
SALINAN
menunjukkan bahwa pendapatan fuel surcharge (FS) di tahun
2006-2008 sama sekali tidak dapat menutupi kerugian atas
biaya avtur atau fuel cost (FC) pada tahun-tahun tersebut,
dengan kata lain justru FC Terlapor III lebih besar dari
pendapatan FS. Hal ini berarti Terlapor III sama sekali tidak
memperoleh keuntungan apapun dari pendapatan FS;-----------33.22 Tanggapan Mengenai Kesimpulan; ----------------------------------------33.22.1 Bahwa pada intinya sesuai butir 5 Kesimpulan halaman 149,
Tim Pemeriksa menyimpulkan adanya bukti pelanggaran
terhadap Pasal 5 dan Pasal 21 UU Nomor 5 tahun 1999 yang
diakukan oleh Para Terlapor, termasuk di dalamnya Terlapor
III; ----------------------------------------------------------------------33.22.2 Bahwa butir 3 Kesimpulan menyatakan ada perjanjian di antara
beberapa Terlapor dan kecenderungan kesamaan perubahan fuel
surcharge yang ditetapkan oleh para Terlapor pada periode I; -33.22.3 Bahwa pada butir 4, Tim Pemeriksa menyimpulkan bahwa para
Terlapor telah menetapkan biaya fuel surcharge secara curang
dengan tidak adanya perubahan dari harga avtur sejak Mei 2006
sampai Desember 2009 dan nilai fuel surcharge sejak Maret
2008 telah melampaui tarif batas atas sesuai KM No.9 Tahun
2002; -------------------------------------------------------------------33.23 Bahwa Terlapor III menanggapi pokok-pokok kesimpulan Tim
Pemeriksa di atas, sebagai berikut: --------------------------------------------33.23.1 Bahwa Tim Pemeriksa harus dapat membuktikan adanya
perjanjian penetapan fuel surcharge di antara beberapa
Terlapor. Namun faktanya dalam LHPL, tidak ada bukti
mengenai perjanjian di antara beberapa Terlapor tersebut, dan
juga tidak jelas siapa saja Terlapor dimaksud yang telah
membuat perjanjian tersebut; ---------------------------------------33.23.2 Bahwa kecenderungan kesamaan perubahan fuel surcharge
juga tidak dapat dijadikan bukti atau indikator adanya
perjanjian
penetapan fuel
surcharge
karena
faktanya
213
SALINAN
penetapan fuel surcharge di antara masing-masing maskapai
berbeda karena formula dan komponen-komponen yang juga
berbeda. Salah satu faktor yang hampir sama hanya harga
avtur yang justru sangat berpengaruh terhadap penentuan
fuel surcharge. Oleh karena itu persamaan maupun
perbedaan mengenai besaran fuel surcharge pada masingmasing maskapai sama sekali tidak dapat disimpulkan
sebagai adanya suatu perjanjian penetapan harga.;------------33.23.3 Bahwa Terlapor III sama sekali tidak melakukan kecurangan
apapun dalam penetapan fuel surcharge dan juga tidak
mengambil keuntungan apapun dari fuel surcharge. Hal ini
dapat dibuktikan dari Laporan Keuangan Terlapor III
periode 2006-2008; ------------------------------------------------33.23.4 Bahwa nilai fuel surcharge tidak dapat dikatakan melampaui
tarif batas atas dalam KM No.9 Tahun 2002 karena
komponen fuel surcharge tidak ada dalam KM No.9 Tahun
2002. Maskapai justru menerapkan fuel surcharge karena
tarif batas atas tidak dapat mengatasi harga avtur yang
malambung dan fluktuatif yang bukan merupakan komponen
dalam tarif batas atas tersebut; -----------------------------------33.23.5 Bahwa Terlapor III menolak tegas kesimpulan yang
menyatakan bahwa ada bukti pelanggaran terhadap Pasal 5
dan 21 UU Nomor 5 tahun 1999 yang dilakukan oleh
Terlapor III beserta Para Terlapor lainnya karena seluruh
fakta-fakta yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa
Terlapor III sama sekali tidak melakukan pelanggaran;------33.24 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Terlapor III berpendapat bahwa
dugaan pelangagaran Pasal 5 dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 adalah dugaan yang tidak didasarkan atas fakta-fakta dan
tidak beralasan hukum;-----------------------------------------------------------
214
SALINAN
34.
dan
memutuskan
perkara,
berikut
disampaikan
perjanjian
untuk
menetapkan
harga
Fuel
215
SALINAN
34.2 Pendapat atau Pembelaan Terlapor IV atas Tuduhan Pelanggaran Ketentuan
Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999:------------------------------------34.2.1 Pasal 5 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berbunyi:------------------"(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang
dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau
pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. " -----------(2)
b.
216
SALINAN
sebagaimana diuraikan dalam angka 3.2. tentang Kronologis
Pemberlakuan Fuel Surcharge"; ---------------------------------------34.2.5 Bahwa selama ini telah dilakukan serangkaian rapat bersama INACA
dengan perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia dan juga
diikuti oleh unsur dari Departemen Perhubungan dimana INACA
(Indonesia National Air Carriers Association) sebagai Asosiasi
Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia merupakan satusatunya wadah usaha dalam industri penerbangan nasional dan
sebagai mitra kerja pemerintah; ----------------------------------------34.2.6 Bahwa adapun kehadiran Terlapor IV dalam rapat yang diadakan
oleh INACA adalah semata sebagai anggota dari INACA, yang
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai salah satu maskapai
yang tergabung sebagai anggota INACA, sebagai satu-satunya
wadah organisasi penerbangan nasional;-------------------------------34.2.7 Bahwa rangkaian rapat tersebut bukan merupakan perbuatan yang
mengindikasikan suatu bentuk kartel yang dilakukan oleh maskapai
penerbangan melalui wadah INACA sebagaimana disebutkan
dalam Laporan KPPU di atas, melainkan merupakan rapat biasa
yang dilakukan sebagai bentuk koordinasi atas berbagai hal antara
maskapai penerbangan Anggota INACA dengan INACA; ---------34.2.8 Bahwa dalam salah satu rapat pada tanggal 5 Februari 2008 tentang
Pengenaan Fuel Surcharge, tercatat dalam notulensi bahwa INACA
menyatakan bahwa Fuel Surcharge diterapkan untuk mengatasi
melonjaknya harga avtur dunia. Dalam beberapa rapat mengenai
Fuel Surcharge, disampaikan bahwa untuk penerapan dan besaran
Fuel Surcharge diserahkan kembali kepada masing-masing
perusahaan penerbangan nasional Anggota INACA; ----------------34.2.9 Bahwa dengan demikian jelas, rapat-rapat yang dilakukan bersama
INACA merupakan rapat biasa yang dilakukan terhadap semua hal
dan permasalahan dalam penerbangan yang di dalamnnya juga
membahas mengenai Fuel Surcharge, namun bukan merupakan
bentuk kartel untuk menetapkan besaran Fuel Surcharge; -----------
217
SALINAN
34.2.10 Bahwa lebih jauh sebagaimana dinyatakan oleh KPPU, serangkaian
rapat tersebut telah dilakukan sesuai prosedur dan dengan
sepengetahuan Menteri Perhubungan c.q. Dirjen Perhubungan
Udara, sehingga dengan demikian rapat yang bersifat terbuka dan
diketahui oleh unsur pemerintah jelas menunjukkan bahwa tidak
ada dan tidak pernah terjadi kartel ataupun tindakan melanggar
hukum lainnya yang dilakukan oleh maskapai penerbangan secara
bersama-sama; ------------------------------------------------------------34.2.11 Tidak ada perjanjian yang dibuat oleh Terlapor IV bersama
maskapai penerbangan lainnya untuk menetapkan besaran Fuel
Surcharge; -----------------------------------------------------------------34.2.12 Bahwa sebelum diserahkan kepada masing-masing maskapai
penerbangan, penetapan besaran Fuel Surcharge didasarkan atas
surat izin yang dikeluarkan Departemen Perhubungan atas
permohonan dari INACA sehingga kemudian dimunculkan angka
Rp. 20.000,- pada tanggal 10 Mei 2006; -------------------------------34.2.13 Bahwa alasan-alasan munculnya usulan mengenai pengenaan Fuel
Surcharge telah sesuai dengan bukti surat permohonan yaitu (i)
Surat No. INC-1001/A/16/X/2004 tentang Permohonan Pengenaan
Surcharge Atas Kenaikan Harga BBM Penerbangan tertanggal 22
Oktober 2004; (ii). Surat No. INC-1001/A/28/V/2005 tentang
Kelangsungan Usaha Perusahaan Penerbangan Nasional tertanggal
12 Mei 2005; Surat No. INC-1001/A/31/VI/2005 tentang Usulan
Pengenaan Fuel Surcharge tertanggal 7 Juni 2005; Surat No.INC1001/A/39/X/2005 tentang Permohon.an !zin Pengenaan Fuel
Surcharge atas Kenaikan Harga BBM tertanggal 11 Oktober 2005;
34.2.14 Bahwa dengan demikian hal ini telah sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 1 ayat (3) Kepmenhub KM No.9 Tahun 2002 tentang
Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri
Kelas Ekonomi; -----------------------------------------------------------34.2.15 Bahwa kemudian, berdasarkan usul KPPU kepada INACA dan
Departemen Perhubungan, akhirnya penetapan besaran Fuel
218
SALINAN
Surcharge diserahkan kembali kepada masing-masing maskapai
penerbangan; --------------------------------------------------------------34.2.16 Bahwa dalam Bab Kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) tentang Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari
kontrak atau perjanjian, dinyatakan dengan tegas tentang
pengertian perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu:
"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih." (KUHPerdata, Prof R. Subeki, S.H., cetakan ke-38, 2007)
34.2.17 Bahwa berdasarkan Pasal 1 Angka 7 UU Monopoli, yang dimaksud
dengan "perjanjian" adalah: "Perjanjian adalah suatu perbuatan
satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu
atau lebih usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun
tidak tertulis. " ------------------------------------------------------------34.2.18 Bahwa berdasarkan pengertian-pengertian dari perjanjian tersebut
di atas, tidak ada perjanjian ataupun kesepakatan atau tindakan
mengikatkan diri dalam bentuk apapu yang dibuat dari pelaksanaan
rapat-rapat tersebut, termasuk price signalling ataupun cara-cara
maupun bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan suatu
perjanjian antara Terlapor IV bersama maskapai penerbangan
lainnya dalam menetapkan besaran Fuel Surcharge; ---------------------34.3 Pendapat atau Pembelaan atas Tuduhan Pelanggaran Ketentuan Pasal 21
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999: ----------------------------------------------34.3.1 Bahwa Pasal 21 Undang-undang No 5 Tahun 1999 berbunyi: -------"Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan
biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari
komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat."-----------------------------34.3.2 Bahwa terhadap Pasal 21 ini, Terlapor IV diduga melakukan
kecurangan dalam menetapkan biaya produksi, dengan asumsi
pergerakan selisih avtur aktual dan basis tidak selaras dengan
perubahan harga Fuel Surcharge yang diterapkan sebagai
219
SALINAN
komponen tiket perjalanan pesawat yang harus dibayar oleh
penumpang; ----------------------------------------------------------------34.3.3 Penetapan besaran Fuel Surcharge oleh Terlapor IV adalah untuk
mengantisipasi fluktuasi instan kenaikan harga avtur; ---------------34.3.4 Bahwa Fuel Surcharge adalah tambahan biaya yang dikenakan oleh
perusahaan penerbangan karena harga avtur di lapangan melebihi
harga avtur pada perhitungan pokok; --------------------------------34.3.5 Bahwa berdasarkan pada Risalah Rapat tentang Pengenaan Fuel
Surcharge tanggal 5 Februari 2008, yang menjadi alasan
perusahaan menerapkan Fuel Surcharge adalah sebagai berikut:
a.
b.
ApabiIa
harga
jual
tiket
dinaikkan,
berdampak
d.
Angkutan
Udara
dalam
Sidang
Pemeriksaan
kembali
kepada
masing-masing
perusahaan
penerbangan nasional anggota INACA; -------------------------34.3.7 Bahwa pergeseran harga avtur tidak mampu diantisipasi oleh
Pemerintah, sehingga pada akhirnya menyerahkan kepada
masing-masing maskapai domestik perihal penerapan Fuel
Surcharge. Oleh karena itu berdasarkan kesimpulan dalam
220
SALINAN
rapat tersebut di atas, sebagai maskapai yang menjalankan
bisnis dalam industri penerbangan, Terlapor IV perlu
melakukan upaya yang cukup untuk mengatasi sendiri
kesulitan akibat perubahan harga avtur yang tidak menentu
tersebut, sambil menghindari potensi kerugian (potential
loss) yang lebih besar lagi pada perusahaan; -------------------34.3.8 Bahwa dalam bukti Tabel Pergeseran Avtur (Tabel 47 Laporan
Hasil Pemeriksaan Lanjutan), KPPU telah melihat bahwa
Terlapor IV pun melakukan upaya penurunan harga Fuel
Surcharge, seiring ketika terjadi penurunan avtur pada
periode Agustus 2008 sampai Februari 2009. Hal ini menjadi
bukti bahwa Terlapor memang bertindak secara hati-hati
dalain menerapkan ketentuan harga Fuel Surcharge, serta
dilakukan dengan pertimbangan dan perhitungan bisnis,
supaya akhirnya tidak menyebabkan kerugian; ----------------34.3.9 Pergeseran harga avtur seiring dengan harga minyak dunia
mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak pasti,
sedangkan harga tiket pesawat seringkali sudah dijual jauhjauh hari sebelum hari keberangkatan atau jam penerbangan,
sehingga apabila harga Fuel Surcharge, yang menjadi
komponen harga tiket disesuaikan dengan kenaikan ataupun
penurunan harga avtur setiap waktu, maka selain dapat
berakibat
melemahkan
efisiensi
produk
usaha
dalam
221
SALINAN
minggu sekali. Sehingga, apabila terjadi kenaikan atau
penurunan harga avtur, secara tidak langsung sulit pula untuk
diketahui secara cepat, tepat, dan pasti oleh pihak maskapai
sebagai
konsumen
avtur.
Dengan
demikian,
strategi
Hasil
Pemeriksaan
Lanjutan),
KPPU
telah
satu
perhitungan
jenis
fuel
perhitungan
surcharge
Fuel
yang
Surcharge.
dikenakan
Jadi,
kepada
jauh
lebih
rendah
dari
pada
yang
harus
222
SALINAN
dikeluarkan
airlines).
mempertimbangkan
Maskapai
Fuel
dalam
Surcharge
hal
yang
ini
harus
dikenakan
berdasarkan pada daya beli masyarakat yang ada pada saat itu,
dan pertimbangan harga supaya lebih kompetitif. Bahwa
setelah diberlakukan metode zoning, terdapat perbedaan varian
yang telah dibuktikan sendiri oleh KPPU dengan uji yang
sama pada periode II (April 2008 - Desember 2009);-----------34.3.14 Mandala secara jelas menolak atas tuduhan telah melakukan
kartel dikarenakan kartel dalam hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan tertentu; ---------------------------------34.3.15 Dengan demikian, tidak terdapat hal yang membuktikan
bahwa Terlapor IV mengambil keuntungan dari penetapan
harga Fuel Surcharge ini, melainkan penetapan adanya Fuel
Surcharge dalam hal ini hanyalah sebagai komponen yang
ditambahkan ke dalam harga tiket, dengan sepengetahuan dari
INACA
dan
Pemerintah,
dalam
hal
ini
Departemen
menetapkan
biaya
tiket
sehingga
menyebabkan
mengingat
Pemerintah
sendiri
yang
menyerahkan
223
SALINAN
dalam mengatasi perubahan dan pergeseran harga avtur yang
tidak dapat diprediksi; -----------------------------------------------34.4 Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, mohon agar
Majelis Komisi yang terhormat memutuskan bahwa Terlapor IV; ------34.4.1 Tidak terbukti melakukan kartel dengan cara menetapkan harga
produksi (price fixing); ---------------------------------------------------------34.4.2 Tidak terbukti melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lain yang mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat; ---------------------------------------35.
224
SALINAN
Oktober; Dirjen Perhubungan Udara mengeluarkan tanggapan sesuai
dengan permintaan INACA untuk memberlakukan Fuel Surcharge dengan
syarat Fuel Surcharge tidak berlaku surut;---------------------------------------35.5 Perhitungan harga tiket batas atas yang diatur oleh KM 9 tahun 2002 masih
menggunakan perkiraan harga fuel (avtur) sebesar rp.2.700,- per liter;
sedangkan kenaikan harga avtur nyatanya telah mencapai kurang lebih
500%. Penurunan harga avtur yang terjadi masih jauh jauh dari harga batas
atas menurut KM 9 Tahun 2002; --------------------------------------------------35.6 Dengan penjelasan kami tersebut di atas, kami, Manajemen PT. Riau
Airlines mengharapkan Majelis Sidang KPPU dapat mempertimbangkan
beberapa hal di bawah ini:----------------------------------------------------------35.6.1 PT. Riau Airlines adalah perusahaan daerah yang didanai oleh
masyarakat khususnya Pulau Sumatera;----------------------------------35.6.2 Dampak kenaikan avtur sangat merugikan Riau Airlines, apalagi
RAL menerbangi rute-rute yang harga avturnya jauh lebih tinggi
daripada kota-kota besar. Perlu diketahui penerbangan RAL lebih
banyak menerbangi rute-rute perintis dimana kepentingan mobilitas
masyarakat baik barang maupun jasa sangat perlu dibantu; -----------35.6.3 Dengan kondisi ketidaksediaan avtur di daerah-daerah yang
diterbangi RAL, mengakibatkan RAL harus melaksanakan refueling
'double uplift' yang mengakibatkan daya angkut penumpang menjadi
berkurang dan pendapatan atas kargo berkurang drastis. Hal ini oleh
karena limitasi penumpang yang mau tidak mau harus dilaksanakan
oleh
RAL
oleh
karena
komitmennya
dalam
keselamatan
penerbangan; -----------------------------------------------------------------35.7 Kami mohon kepada Majelis Sidang KPPU dapat dengan bijaksana melihat
dan membuat kesimpulan dari keputusan atas tuduhan dugaan pelanggaran
terhadap Pasal 5 dan Pasal 21 UU.No.5 Tahun 1999 yang dialamatkan
kepada PT. Riau Airlines; ----------------------------------------------------------35.8 Kami menolak semua tuduhan dugaan pelanggaran sebagaimana disebutkan
dalam Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 pelanggaran Pasal 5 dan Pasal 21
UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
225
SALINAN
Usaha Tidak Sehat terkait Penetapan Harga Fuel Surcharge dalam industri
jasa penerbangan domestik; --------------------------------------------------------36.
36.1.3.2
36.1.3.3
36.2 Bahwa sebagai contoh perbedaan harga avtur April 2009; --------------------36.2.1 Untuk periode 1-14 April 2010 harga Jakarta Rp 6.325,- Surabaya Rp
6.633, Makassar Rp 7.161, Papua Rp 7.920, dimana rata-rata
perbedaan harga Jakarta dan Surabaya 4%, Jakarta dan Makassar
13%, Jakarta dan Papua 25%; ---------------------------------------------36.2.2 Untuk periode 15-31 April 2010 harga Jakarta Rp 6.490, Surabaya
Rp 6.787, Makassar Rp 7.315, Papua Rp 8.063 dimana rata-rata
perbedaan harga Jakarta dan Surabaya 4%, Jakarta dan Makassar
12%, Jakarta dan Papua 24%; ---------------------------------------------36.3 Dugaan pelanggaran Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999; --------------------------
226
SALINAN
36.3.1 Mengacu kepada Tabel 15 hal 19 mengenai tabel pangsa pasar
Terlapor tahun 2004-2008 dapat terlihat PT Travel Express sebagai
Terlapor 6 mengalami penurunan dalam pangsa pasarnya dari 1,43%
menjadi 0,72% yang berarti selama kurun waktu 4 (empat) tahun
justru mengalami penurunan pangsa pasar sebesar 0,71% akibat dari
persaingan yangada;---------------------------------------------------------36.3.2 Mempertimbangkan
bahwa
PT
Travel
Express
hanya
aktual
penumpang
sebagai
dasar
perhitungan
227
SALINAN
tidak benar karena fuel surcharge merupakan biaya tambahan diluar
tarif yang harus dibayarkan oleh konsumen seperti halnya dengan
PPN dan IWJR; --------------------------------------------------------------36.4 Sesuai tanggapan PT Travel Express sebagai Terlapor 6 seperti tersebut di
atas, dapat kami simpulkan bahwa; -----------------------------------------------36.4.1 PT Travel Express sebagai Terlapor 6 tidak pernah melakukan
perjanjian dengan operator penerbangan lainnya dalam kaitan
penetapan fuel surcharge; --------------------------------------------------36.4.2 Bahwa penerapan fuel surcharge sebagai upaya untuk mengatasi
kenaikan harga avtur yang sudah tidak sesuai harga fuel dalam
perhitungan tarif sesuai KM 9 Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi;---37.
228
SALINAN
37.4 Bahwa jika dicermati Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, ternyata Tim
Pemeriksa tidak dapat membuktikan adanya dugaan pelanggaran terhadap
Pasal 5 dan Pasal 21 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan
oleh Terlapor VII dan Terlapor VIII; ---------------------------------------------37.5 Bahwa untuk lebih jelas Pembelaan Terlapor VII dan VIII maka mohon
Majelis KPPU membaca dengan teliti dan cermat pasal yang diduga Tim
Pemeriksa dilanggar oleh Terlapor VII dan VIII serta menghubungkan
dengan Laporan dimaksud;---------------------------------------------------------37.6 Bahwa Pasal 5 ayat (1) Undang Undang No.5 Tahun 1999 menyatakan:
"Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang
sama; --------------------------------------------------------------------------------37.7 Bahwa yang dimaksud dengan "perjanjian" menurut Pasal 1 angka 7
Undang Undang No. 5 Tahun 1999 adalah: "suatu perbuatan satu atau
lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku
usaha lain dengan nama apa pun, baik tertulis mau pun tidak tertulis;----37.8 Bahwa setelah Terlapor VII dan Terlapor VIII membaca dan mempelajari
dengan cermat dan teliti ternyata Tim Pemeriksa tidak dapat membuktikan
adanya perjanjian yang dimaksud. Tm Pemeriksa hanya menduga dan
membuat analisa hanya berdasar tren pergerakan prosentase kenaikan fuel
surcharge (vide Laporan Hasil Pemeriksan Lanjutan angka 61 halaman 74)
yang patut diragukan kebenarannya. Sebab Tim Pemeriksa tidak dapat
membuktikan Terlapor VII dan Terlapor VIII membuat perjanjian dengan
siapa atau Terlapor berapa? Laporan tersebut tidak menyebut secara jelas
dan rinci;------------------------------------------------------------------------------37.9 Bahwa Terlapor VII dan Terlapor VIII menolak keras dalil Tim Pemeriksa
yang menyatakan intinya kecenderungan yang sama pada perubahan fuel
surcharge dinilai berdasarkan perjanjian di antara Para Terlapor (vide
Laporan Hasil Pemeriksan Lanjutan huruf b halaman 83). Sebab Tim
Pemeriksa hanya "menilai" dan penilaian itu hanya berdasarkan pada
"kecenderungan yang sarna" , bukan pada "perbuatan saling mengikatkan
229
SALINAN
diri" sebagaimana definisi tentang 'perjanjian' berdasarkan UU No.5 Tahun
1999; ----------------------------------------------------------------------------------37.10 Bahwa Tim Pemeriksa sendiri mengakui tidak adanya perjanjian atau
kesepakatan secara tertulis diantara Para Terlapor (vide Laporan Hasil
Pemeriksan Lanjutan angka 95 halaman 82,) termasuk Terlapor VII dan
VIII. Kalau Tim Pemeriksa tidak dapat membuktikan adanya kesepakatan
tertulis di antara Para Terlapor, apa lagi yang tidak tertulis.;------------------37.11 Bahwa dengan demikian Terlapor VII dan VIII secara sah dan sempurna
tidak terbukti melanggar Pasal 5 UU No.5 Tahun 1999; ---------------------37.12 Bahwa oleh karena salah satu dugaan pelanggaran yang ditujukan pada
Terlapor VII dan VIII tidak terbukti dan karenanya salah satu unsur dugaan
tidak terbukti maka dugaan pelanggaran terhadap Pasal 21 UU No.5 Tahun
1999 tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya dan konsekuensi yuridisnya
adalah dugaan dimaksud menjadi tidak terbukti dan gugur;-------------------37.13 Bahwa oleh karena itu dugaan pelanggaran oleh Terlapor VII dan VIII
terhadap Pasal 5 dan 21 Undang Undang No.5 Tahun 1999 tidak terbukti
dan gugur; ----------------------------------------------------------------------------38.
230
SALINAN
adanya perjanjian penetapan besaran fuel surcharge di antara para Terlapor
pada periode tersebut;---------------------------------------------------------------38.4 Para Terlapor telah menetapkan biaya fuel surcharge secara curang yang
dibuktikan dengan perubahan nilai fuel surcharge para Terlapor yang tidak
sama dengan perubahan nilai harga avtur pada sejak Mei 2006 sampai
dengan Desember 2009 dan nilai fuel surcharge sejak Maret 2008 telah
melampaui tarif batas atas sebagaimana ditetapkan dalam KM No.9 Tahun
2002; ----------------------------------------------------------------------------------38.5 Bahwa Tim Pemeriksa menyimpulkan ada bukti pelanggaran terhadap Pasal
5 dan Pasal 21 UU No.5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT. Garuda
Indonesia (Tbk), PT. Sriwijaya Air, PT. Merpati Nusantara Airlines
(Persero), PT. Mandala Airlines, PT. Riau Airlines, PT. Travel Express
Aviation Services, PT. Lion Mentari Airlines, PT. Wings Abadi Airlines,
PT. Metro Batavia, PT. Kartika Airlines, PT. Trigana Air Service dan PT.
Indonesia AirAsia;-------------------------------------------------------------------38.6 Bahwa Terlapor IX dengan ini menyatakan secara tegas keberatan dan
menolak seluruh dalil-dalil dalam Salinan Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan Perkara Nomor :25/KPPU-I/2009, tentang Penetapan Harga Fuel
Surcharge dalam Industri Jasa Penerbangan Domestik. Hal mana dalam
Laporan tersebut kami, Terlapor IX dalam hal ini PT. Metro Batavia
dilaporkan melanggar pasal 5 dan pasal 21 UU No.5 Tahun 1999; ----------Pasal 5, berbunyi : ------------------------------------------------------------------"(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa
yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama. " --------------------------------------------------(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:
a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku."
38.7 Adapun rumusan dugaan pelanggaran Pasal 5 dalam perkara ini adalah
sebagai berikut : Para Terlapor membuat kesepakatan untuk menetapkan
231
SALINAN
harga fuel surcharge yang harus dibayar oleh Konsumen pada pasar
bersangkutan yang sama; ----------------------------------------------------------38.8 Pasal 21 berbunyi: "Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari
komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha hdak sehat." ---------------------------------------38.9 Adapun rumusan dugaan pelanggaran pasal 21 dalam perkara ini adalah
sebagai berikut: Fuel Surcharge merupakan salah satu komponen harga
tiket yang digunakan untuk menutup selisih kenaikan harga avtur dari harga
basis pada tahun 2002. Para Terlapor diduga menggunakan pendapatan dari
fuel surcharge bukan hanya untuk menutup selisih kenaikan harga avtur
dari harga basis pada tahun 2002, melainkan menggunakan fuel surcharge
sebagai pendapatan untuk menutupi biaya operasional selain avtur; --------38.10
38.11
38.12
232
SALINAN
2008, hal mana terbukti dan dicatatkan dalam laporan a quo halaman 29.
Dan setiap surat dari Pemerintah tersebut Terlapor IX selalu memberikan
jawaban dan laporan. Sampai sejauh ini pihak Pemerintah i.e. Dirjen
Perhubungan Udara Departemen Perhubungan tidak memberikan keberatan
terhadap hal tersebut; ---------------------------------------------------------------38.13
38.14
38.15
233
SALINAN
dalam menentukan fuel surcharge sebagai komponen harga tiket pesawat,
Terlapor IX selalu mengikuti apa yang diinstruksikan oleh Pemerintah i.e.
Dirjen Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Republik Indonesia; 38.16
Selain itu jika KPPU menganggap bahwa persekongkolan itu terjadi karena
ada beberapa pertemuan para Air Lines termasuk Terlapor IX yang
difasilitasi oleh INACA untuk menentukan formulasi menentukan harga
tiket yang memasukan formula perhitungan fuel surcharge (Iihat Laporan a
quo halaman 83), adalah sangat tidak benar dan tidak mendasar. Karena
pertemuan INACA tersebut juga merupakan pelaksanaan dari Surat Ditjen
Perhubungan Udara Ref. Nomor : AU/2563IDAU-0857/06, tanggal 9 Mei
2006, dimana pemerintah menyampaikan hal-hal sebagai berikut : ---------38.16.1
38.16.2
38.16.3
38.16.4
dalam
penumpang
memberikan
supaya
tidak
pemahaman
menimbulkan
kepada
calon
permasalahan
di
lapangan; -----------------------------------------------------------------38.16.5
38.17
234
SALINAN
tanggal 9 Mei 2006, dimana INACA memiliki fungsi pengawasan terhadap
para Air Lines dalam menentukan harga avtur; ---------------------------------38.18
38.19
38.20
38.21
39.
235
SALINAN
39.1 Bahwa terkait dugaan pelanggaran Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999, PT
Kartika Airlines yang terindikasi melakukan kesepakatan untuk menetapkan
harga fuel surcharge yang harus dibayar oleh konsumen pada pasar
bersangkutan yang sama. Dengan ini menyatakan bahwa PT Kartika
Airlines tidak pernah melakukan kesepakatan dengan airlines lain;----------39.2 Bahwa terkait dugaan pelanggaran Pasal 21 UU Nomor 5 Tahun 1999, PT
Kartika Airlines yang terindikasi melakukan penggunaan pendapatan fuel
surcharge tidak hanya untuk menutup selisih kenaikan harga avtur akan
tetapi digunakan juga untuk menutupi biaya operasional selain avtur.
Dengan ini menyatakan bahwa PT Kartika Airlines tidak pernah
menggunakan fuel surcharge untuk kepentingan lain selain untuk biaya
avtur; ----------------------------------------------------------------------------------39.3 PT Kartika Airlines menolak tuduhan melanggar pasal tersebut di atas, dan
memohon pada majelis hakim untuk membebaskan PT Kartika Airlines dari
segala tuntutan berkenaan dengan pasal di atas;---------------------------------40.
Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999; -----------------------------------------------Bahwa dalam beberapa kali pemeriksaan tidak terdapat ataupun terbukti
bahwa kami telah membuat perjanjian dengan pesaing kami dalam
menentukan besaran harga tiket pesawat. Bila terdapat adanya kemiripan
harga tiket pada rute yang sama dengan pesaing, maka hal tersebut
dikarenakan semua komponen biaya operasi dari type pesawat yang sama
serta menerbangi rute yang sama, dipastikan total biaya operasi juga
hampir sama. Sebagai contoh kami sajikan komponen biaya terbesar dari
pengoperasian pesawat; -----------------------------------------------------------No
Komponen Biaya
Keterangan
1.
Perawatan
Pesawat
236
SALINAN
tersebut dioperasikan.
Dapat dipastikan biaya perawatan pesawat yang
satu type dari pabrik yang sama maka besaran
biayanya adalah sama atau hampir sama
tergantung dari tingkat efisiensi serta permodalan
dari setiap operatornya.
2.
Asuransi
3.
Bahan Bakar
40.2 Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999;---------------------------------------------------40.2.1 Seperti yang telah kami sampaikan dalam beberapa kali pemeriksaan
terdahulu, bahwa semua komponen biaya produksi atau
pengoperasian pesawat sudah tercantum secara resmi dalam
Keputusan Menteri Perhubungan KM 8/2001;-----------------------
237
SALINAN
40.2.2 Dalam KM 8/2001 tersebut tercantum secara detail semua komponen
biaya operasional pesawat terbang yang terdiri dari kategori
pesawat Jet dan Non Jet; -----------------------------------------------40.2.3 Departemen Perhubungan telah mengeluarkan KM 9/2002 yang
menentukan maksimum besaran harga tiket untuk setiap rute
berdasarkan jarak tempuh. Hal ini adalah untuk mencegah
terjadinya kecurangan dalam menetapkan biaya produksi oleh
operator pesawat yang dapat merugikan masyarakat;--------------40.2.4 Untuk menghindari persaingan tidak sehat antar operator maka
Departemen Perhubungan telah mengeluarkan KM 36/2005 yang
menentukan tarif referensi atau Batas Bawah; ----------------------40.2.5 Bila ada operator yang menjual tiket dibawah tarif referensi, maka
kepada operator tersebut akan dilakukan Audit oleh Departemen
Perhubungan untuk menjamin tidak ada biaya yang terkurangi
dalam hal keselamatan penerbangan seperti perawatan pesawat,
training pilot dan teknisi; ----------------------------------------------40.2.6 Dengan penjelasan di atas, tidak mungkin kami sebagai operator
pesawat melakukan penggelembungan biaya produksi, karena
tarif batas atas sudah ditentukan oleh Menteri Perhubungan, serta
tidak mungkin pula kami melakukan reduksi pada biaya
operasional karena tarif referensi batas bawah juga sudah
ditentukan oleh Menteri Perhubungan; ------------------------------40.2.7 Jadi tidak ada pembuktian adanya pelanggaran dalam Pasal 21 UU
No.5/1999; ---------------------------------------------------------------40.3 Penetapan Harga Tiket Trigana Air; ----------------------------------------------40.3.1 Dalam KM 9/2002 serta KM 36/2005 maka perhitungan biaya
produksi oleh Departemen Perhubungan sebagai landasan
ketetapan tarif batas atas dan tarif referensi adalah dengan
menggunakan formula kategori pesawat jet; ------------------------40.3.2 Kami sudah menjelaskan kepada Tim Pemeriksa bahwa Trigana Air
sebagai perusahaan penerbangan yang hanya mengoperasikan
pesawat propeller (Non Jet) sangat dirugikan dengan KM 9/2002
238
SALINAN
dan KM 36/2005 tersebut. Karena pada dasarnya biaya
pengoperasian pesawat propeller lebih tinggi daripada pesawat
jet. Secara detail juga telah kami jelaskan kepada Tim Pemeriksa
mengenai kekhususan pengoperasian dari pesawat propeller; ----40.3.3 Kenyataan yang terjadi ini telah beberapa kali kami sampaikan
kepada Departemen Perhubungan melalui Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara; ----------------------------------------------------40.3.4 Mulai tahun 2008, Departemen Perhubungan telah melakukan
evaluasi kembali terhadap ketentuan tarif yang diberlakukan
dalam KM 9/2002 dan KM 36/2005;---------------------------------40.3.5 Terakhir telah keluar Keputusan Menteri Perhubungan KM 26/2010
tanggal 14 April 2010 yang merevisi KM sebelumnya tentang
tarif pesawat terbang;---------------------------------------------------40.3.6 Di dalam KM 26/2010 ini sudah digunakan 2 kategori yaitu untuk
pesawat jet dan pesawat propeller (non jet); ------------------------40.3.7 Kami lampirkan KM 26/2010 sebagai bahan analisa yang baru,
karena untuk KM 8/2002 ; KM 9/2002 dan KM 36/2005, kami
yakin Tim Pemeriksa telah memilikinya;----------------------------40.3.8 Sebagai gambaran bahwa dengan keluarnya KM 26/2010 ini, maka
hambatan operasional kami untuk mendapatkan peraturan harga
tiket yang tidak merugikan sebagai operator pesawat propeller
telah terakomodir. ------------------------------------------------------Rute
Tarif Dalam
KM 9/2002
KM 36/2005
KM 26/2010
Ambon - Langgur
Rp 653.000,-
Rp 256.000,-
Rp 1.447.000,-
Nabire - Enarotali
Rp 190.000,-
Rp 126.000,-
Rp
Jayapura - Nabire
Rp 611.000,-
Rp 246.000,-
Rp 1.347.000,-
Nunukan - Tarakan
Rp 183.000,-
Rp 121.000,-
Rp
419.000,-
403.000,-
239
SALINAN
seperti yang diatur dalam KM 9/2002, masih tidak dapat
menutupi biaya operasional pesawat propeller yang kami
operasikan. Keluhan yang telah kami sampaikan sejak keluarnya
KM 9/2002, baru dapat terjawab oleh Menteri Perhubungan pada
tahun 2010 melalui KM 26/2010;-------------------------------------40.3.10Pengenaan Fuel Surcharge yang oleh setiap perusahaan baik di
Indonesia maupun di Luar Negeri karena terjadinya fluktuasi
harga bahan bakar, ternyata juga telah memberikan kesulitan
kepada kami seperti apa yang dituduhkan kepada kami dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan Perkara No. 25/KPPUI/2009; --------------------------------------------------------------------40.3.11Dengan segala kendala yang kami hadapi di atas, kami masih harus
menghadapi persaingan yang sangat keras dengan pesaing kami
baik perusahaan asing karena sudah berlakunya Open Sky Policy
perdagangan bebas maupun perusahaan domestik lainnya;
40.3.12Dari penjelasan dan tanggapan kami di atas, yang kami sampaikan
dalam bahasa yang mudah dimengerti tanpa grafik, teori, atau
tabel yang ilmiah, maka dengan segala kerendahan hati, kami
memohon kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha agar
membebaskan kami PT. Trigana AirService sebagai pihak
Terlapor 12 dari segala tuduhan ataupun tuntutan pelanggaran
atas Pasal 5 dan 21 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 -----------41.
240
SALINAN
41.2 Susunan Pemegang Saham PT. Indonesia AirAsia berdasarkan perubahan
Anggaran Dasar No. 24 tanggal 20 Agustus 2008; -----------------------------41.2.1
41.2.2
41.2.3
41.2.4
Merupakan koreksi untuk halaman 4 dan 18 dalam LHPL; --------------------41.3 PT. Indonesia AirAsia tidak melanggar Pasal 5 UU No. 5 tahun 1999;------41.3.1
Bahwa
PT.
Indonesia
AirAsia
TIDAK
ikut
dalam
41.3.3
41.4 PT. Indonesia AirAsia tidak melanggar Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999; ---41.4.1
41.4.2
41.4.3
dan
Tabel
25
(halaman
39-40
LHPL)
sehingga
241
SALINAN
sebenarnya yang diterapkan oleh PT. Indonesia AirAsia masingmasing untuk Tabel 23, 24 dan 25 beserta pergerakan FS dalam
grafiknya; ------------------------------------------------------------------Tabel 23 (0 s/d 1 Jam)
Bulan
Harga FS (QZ)
20.000
Agustus 2006
30.000
40.000
50.000
80.000
90.000
110.000
130.000
NIL
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
-0
6
g0
N 6
ov
-0
Fe 6
b0
M 7
ay
-0
Au 7
g0
N 7
ov
-0
Fe 7
b0
M 8
ay
-0
Au 8
g0
N 8
ov
-0
Fe 8
b0
M 9
ay
-0
Au 9
g0
N 9
ov
-0
9
FS QZ PRICE
Au
M
ay
Amount (IDR)
Month
242
SALINAN
Tabel 24 (1 s/d 2 Jam)
Bulan
Harga FS (QZ)
20.000
Agustus 2006
30.000
40.000
50.000
80.000
90.000
140.000
160.000
NIL
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
FS QZ PRICE
M
ay
-0
Au 6
g0
N 6
ov
F e 06
b0
M 7
ay
-0
Au 7
g0
N 7
ov
-0
Fe 7
b0
M 8
ay
-0
Au 8
g0
N 8
ov
-0
Fe 8
b0
M 9
ay
-0
Au 9
g0
N 9
ov
-0
9
Amount (IDR)
Month
243
SALINAN
Tabel 25 (2 s/d 3 Jam)
Bulan
Harga FS (QZ)
20.000
Agustus 2006
30.000
40.000
65.000
80.000
100.000
110.000
140.000
160.000
NIL
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
FS QZ PRICE
M
ay
-0
Au 6
g0
N 6
ov
F e 06
b0
M 7
ay
-0
Au 7
g0
N 7
ov
F e 07
b0
M 8
ay
-0
Au 8
g0
N 8
ov
-0
Fe 8
b0
M 9
ay
-0
Au 9
g0
N 9
ov
-0
9
Amount (IDR)
Month
41.4.4
244
SALINAN
untuk bulan Mei 2006 s/d Oktober 2009 (halaman 32 LHPL),
formula FS yang dirumuskan oleh Departemen Perhubungan
(halaman 36 LHPL), dan formula FS yang dirumuskan oleh KPPU
(Halaman 28 LHPL) yang dapat dibuktikan dengan grafik pada
halaman berikut. Grafik dibagi berdasarkan lamanya penerbangan;
250000
200000
FS PRICE
150000
FS KPPU
100000
FS DEPHUB
50000
Ju
ay
-0
6
l- 0
Se 6
p0
N 6
ov
-0
Ja 6
n0
M 7
ar
M 07
ay
-0
7
Ju
l- 0
Se 7
p0
N 7
ov
-0
Ja 7
n0
M 8
ar
-0
8
Month
FS Price
FS KPPU
FS Dephub
300000
FS KPPU
200000
FS DEPHUB
100000
ay
-0
6
Ju
l- 0
Se 6
p0
N 6
ov
-0
Ja 6
n0
M 7
ar
-0
M 7
ay
-0
7
Ju
lS e 07
p0
N 7
ov
-0
Ja 7
n0
M 8
ar
-0
8
A mount (ID R 0
Month
245
SALINAN
FS Price
FS KPPU
FS Dephub
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
FS PRICE
FS KPPU
-0
Ju 6
lS e 06
p0
No 6
v0
Ja 6
n0
M 7
ar
M 07
ay
-0
Ju 7
lS e 07
p0
No 7
v0
Ja 7
n0
M 8
ar
-0
8
FS DEPHUB
ay
A m o u n t (ID R )
Month
FS Price
FS KPPU
FS Dephub
41.4.5
AirAsia
dan
kecenderungan
untuk
mengambil
246
SALINAN
menerapkan
FS
untuk
mendapatkan
keuntungan/pendapatan
41.4.8
41.5 Bahwa kesimpulan yang disampaikan oleh KPPU pada butir 2 5 (halaman
149) tidak dapat dibuktikan; -------------------------------------------------------41.6 Dari bukti dan fakta yang ada, maka PT. Indonesia AirAsia dengan ini
menyampaikan kepada Majelis Hakim KPPU untuk: --------------------------(1)
(2)
(3)
(4)
42.
-----------------------------------------------------------------------------TENTANG HUKUM
247
SALINAN
TENTANG HUKUM
bahwa
Tim
Pemeriksa
dalam
LHPL
pada
pokoknya
248
SALINAN
1.1.1. Fuel surcharge merupakan kompensasi dari kenaikan harga avtur
(aviation turbin) yang dimasukkan ke dalam komponen tarif tiket
pesawat penerbangan yang dibebankan kepada konsumen; --------------1.1.2. Fuel surcharge bertujuan untuk menutup selisih biaya bahan bakar
avtur maskapai penerbangan yang diakibatkan oleh kenaikan harga
avtur yang melebihi asumsi harga avtur yang digunakan dalam
perhitungan tarif batas atas sebagaimana dimaksud dalam KM No. 9
Tahun 2002.;--------------------------------------------------------------------1.1.3. Fakta bahwa perjanjian di antara beberapa Terlapor dan kecenderungan
kesamaan perubahan fuel surcharge yang ditetapkan oleh para Terlapor
pada Periode I (Mei 2006 sampai dengan Maret 2008) untuk zona
penerbangan dengan waktu tempuh 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3
jam, tanpa adanya justifikasi ekonomi dari masing-masing Terlapor,
menunjukkan adanya perjanjian penetapan besaran fuel surcharge di
antara para Terlapor pada periode tersebut; --------------------------------1.1.4. Para Terlapor telah menetapkan biaya fuel surcharge secara curang
yang dibuktikan dengan perubahan nilai fuel surcharge para Terlapor
yang tidak sama dengan perubahan nilai harga avtur sejak Mei 2006
sampai dengan Desember 2009 dan nilai fuel surcharge sejak Maret
2008 telah melampaui tarif batas atas sebagaimana ditetapkan dalam
KM No. 9 Tahun 2002; -------------------------------------------------------1.1.5. Bahwa Tim Pemeriksa menyimpulkan ada bukti pelanggaran terhadap
Pasal 5 dan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT
Garuda Indonesia (Persero), PT Sriwijaya Air, PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero), PT Mandala Airlines, PT Riau Airlines, PT Travel
Express Aviation Services, PT Lion Mentari Airlines, PT Wings Abadi
Airlines, PT Metro Batavia, PT Kartika Airlines, PT Trigana Air
Service dan PT Indonesia AirAsia; ------------------------------------------1.2. Menimbang bahwa berdasarkan Pembelaan dan Tanggapan lisan dan tertulis
Para Terlapor, pada pokoknya disampaikan hal-hal sebagai berikut: -------------
249
SALINAN
1.2.1. Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero) menyampaikan bahwa
Terlapor I tidak terbukti melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999
karena Terlapor I menerapkan dan menghitung fuel surcharge secara
independen serta tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku; dan Terlapor I tidak terbukti melanggar Pasal 21 UU No. 5
Tahun 1999 karena fuel surcharge bukan merupakan komponen
keuntungan Terlapor I (vide bukti C14.1); ---------------------------------1.2.2. Terlapor II, PT Sriwijaya Air menyampaikan bahwa unsur-unsur pada
Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 tidak dapat dipenuhi dalam perkara a
quo karena fuel surcharge bukanlah harga dalam pengertian Pasal 5
UU No. 5 Tahun 1999, tidak pernah ada suatu perjanjian dalam bentuk
apapun dilakukan oleh Terlapor II, dan tidak ada keuntungan yang
didapat oleh Terlapor II dari fuel surcharge; dan unsur Pasal 21 UU
No. 5 Tahun 1999 tidak terpenuhi karena Tim Pemeriksa keliru dalam
menerapkan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 tersebut sehingga
menginvalidasi semua model-model ekonomi yang diterapkan oleh Tim
Pemeriksa (vide bukti C14.2);------------------------------------------------1.2.3. Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) menyampaikan
bahwa Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun
1999 karena tidak ada bukti perjanjian di antara beberapa Terlapor; dan
Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999
karena Terlapor III tidak melakukan kecurangan apapun dalam
penetapan fuel surcharge dan juga tidak mengambil keuntungan
apapun dari fuel surcharge (vide bukti C14.3); ----------------------------1.2.4. Terlapor IV, PT Mandala Airlines menyampaikan bahwa dugaan yang
menyatakan Terlapor IV telah melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun
1999 dengan cara membuat perjanjian untuk menetapkan harga fuel
surcharge adalah tidak benar karena kebijakan Terlapor IV dalam
melakukan perubahan komponen harga fuel surcharge sesuai dengan
harga avtur bukan merupakan hasil perjanjian dengan maskapai
penerbangan lainnya, melainkan merupakan hal yang telah diakui oleh
Pemerintah (dalam hal ini Departemen Perhubungan), serta telah sesuai
250
SALINAN
dengan ketentuan yang berlaku; dan dugaan yang menyatakan Terlapor
IV telah melanggar Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 dengan melakukan
perbuatan curang dalam menetapkan biaya produksi adalah tidak benar
karena Terlapor IV menetapkan fuel surcharge berdasarkan pergeseran
harga avtur, baik kenaikan maupun penurunan seiring perubahan harga
minyak dunia (vide bukti C14.4); --------------------------------------------1.2.5. Terlapor V, PT Riau Airlines menyatakan menolak semua tuduhan
sebagaimana disebutkan dalam Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 yaitu
pelanggaran Pasal 5 dan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat terkait
penetapan harga fuel surcharge dalam industri jasa penerbangan
domestik (vide bukti C14.5); -------------------------------------------------1.2.6. Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Services menyatakan bahwa
Terlapor VI tidak melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 karena
Terlapor VI tidak pernah melakukan perjanjian dengan operator
penerbangan lainnya dalam kaitan penetapan fuel surcharge; dan
Terlapor VI tidak melanggar Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 karena
penerapan fuel surcharge merupakan upaya untuk mengatasi kenaikan
harga avtur yang sudah tidak sesuai harga fuel dalam perhitungan tarif
sesuai KM No. 9 Tahun 2002 tentang tarif Penumpang Angkutan Udara
Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi (vide bukti C14.6); ---1.2.7. Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines dan Terlapor VIII, PT Wings
Abadi Airlines menyatakan menolak keras dan keberatan atas Laporan
Hasil Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 yang
intinya menyatakan Terlapor VII dan Terlapor VIII diduga melanggar
Pasal 5 dan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 (vide bukti C14.7); --------1.2.8. Terlapor IX, PT Metro Batavia menyatakan dengan tegas keberatan dan
menolak seluruh dalil-dalil dalam Salinan Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan Perkara Nomor: 25/KPPU-I/2009 tentang Penetapan Harga
Fuel Surcharge dalam Industri Jasa Penerbangan Domestik yang
menyatakan Terlapor IX melanggar Pasal 5 dan Pasal 21 UU No. 5
Tahun 1999 (vide bukti C14.8); -----------------------------------------------
251
SALINAN
1.2.9. Terlapor X, PT Kartika Airlines menyatakan bahwa Terlapor X tidak
melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 karena Terlapor X tidak
pernah melakukan kesepakatan dengan airlines lain; dan Terlapor X
tidak melanggar Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 karena Terlapor X
tidak pernah menggunakan fuel surcharge untuk kepentingan lain
selain untuk biaya avtur (vide bukti C14.9);--------------------------------1.2.10. Terlapor XI, PT Trigana Air Service menyatakan tidak melanggar Pasal
5 UU No. 5 Tahun 1999 karena tidak terdapat ataupun terbukti bahwa
Terlapor XI telah membuat perjanjian dengan pesaing dalam
menentukan besaran harga tiket pesawat; dan tidak ada pembuktian
adanya pelanggaran Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 karena Terlapor XI
sebagai operator pesawat tidak mungkin melakukan penggelembungan
biaya produksi karena tarif batas atas sudah ditentukan oleh Menteri
Perhubungan, serta tidak mungkin pula kami melakukan reduksi pada
biaya operasional karena tarif referensi batas bawah juga sudah
ditentukan oleh Menteri Perhubungan (vide bukti C14.10); -------------1.2.11. Terlapor XII, PT Indonesia AirAsia menyatakan bahwa jelas
berdasarkan bukti dan fakta yang ada, Terlapor XII dapat dibuktikan
tidak pernah mengadakan kesepakatan/perjanjian dengan maskapai lain
untuk menetapkan harga fuel surcharge, sehingga tidak dapat dikatakan
memenuhi unsur yang terkandung dalam Pasal 5 UU No. 5 Tahun
1999; dan bahwa jelas berdasarkan bukti dan fakta yang ada, Terlapor
XII tidak dapat dibuktikan melakukan kecurangan dalam menerapkan
fuel surcharge untuk mendapatkan keuntungan/pendapatan tambahan
bagi perusahaan, sehingga Terlapor XII dapat dinyatakan tidak
memenuhi unsur Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 (vide bukti C14.11); 1.3. Menimbang bahwa sebelum Majelis Komisi menyimpulkan ada tidaknya bukti
dugaan pelanggaran Pasal 5 dan Pasal 21 yang dilakukan oleh para Terlapor,
Majelis Komisi melakukan penilaian terhadap hal-hal pokok sebagaimana
diuraikan pada butir 2 sampai dengan butir 12 sebagai berikut; -------------------
252
SALINAN
2. Tentang Identitas Para Terlapor; --------------------------------------------------------Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta terkait dengan identitas masing-masing
Terlapor dalam LHPL, dan fakta-fakta tersebut tidak dibantah oleh Para Terlapor,
kecuali koreksi dari Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia, sehingga Majelis Komisi
menilai Identitas Para Terlapor adalah sebagai berikut:----------------------------------2.1
2.2
2.3
253
SALINAN
negeri dan luar negeri, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan
perintis, angkutan udara charter, perawatan pesawat (MMF), Pendidikan dan
Pelatihan Kedirgantaraan (MTC) dan Ground Handling (PTN); ----------------2.4
2.5
2.6
angkutan
udara
niaga
antara
lain
menjalankan
usaha
254
SALINAN
penerbangan berjadwal (regular dan charter baik dalam negeri maupun ke luar
negeri); ----------------------------------------------------------------------------------2.8
2.9
255
SALINAN
2009 dan telah dicabut ijin operasinya oleh Departemen Perhubungan pada
tanggal 1 Juni 2009; -------------------------------------------------------------------2.12 Terlapor XII, PT Trigana Air Service, adalah badan usaha yang berbentuk
perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Haji Saidus
Sjahar, S.H., Nomor 55 tanggal 11 September 1991 dengan akta perubahan
terakhir yang diterbitkan oleh Notaris Agus Madjid, S.H., Nomor 31 tanggal
28 April 2009, berkedudukan di Komplek Puri Sentra Niaga, Jalan Wiraloka
Blok D 68-69-70, Kalimalang, Jakarta Timur 13620, Indonesia dan
melakukan kegiatan usaha jasa angkutan udara yaitu menjalankan usahausaha di bidang jasa angkutan (transportasi) udara berjadwal; ------------------2.13 Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia, adalah badan usaha yang berbentuk
perseroan terbatas yang pada awal didirikan bernama PT Awair Internasional
berdasarkan Akta Notaris Budiono, S.H., Nomor 15 tanggal 28 September
1999 dan dengan Akta Notaris Anne Djoenardi, S.H., MBA., Nomor 9
tanggal 23 Agustus 2005 berubah nama menjadi PT Indonesia AirAsia
dengan perubahan terakhir melalui Akta Notaris Anne Djoenardi, S.H., MBA
No. 24 tanggal 20 Agustus 2008, berkedudukan di Office Management
Building, 2nd Floor, Soekarno-Hatta International Airport Jakarta 19110,
Indonesia dan melakukan kegiatan usaha jasa angkutan udara niaga antara
lain yaitu menjalankan usaha-usaha di bidang jasa angkutan udara,
menjalankan usaha sebagai agen kapal perusahaan penerbangan lain,
menjalankan usaha lain meliputi kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
jasa angkutan udara dan/atau usaha penerbangan.;--------------------------------3. Tentang Hal Formil; ------------------------------------------------------------------------3.1
256
SALINAN
3.2
3.3
Surat
dan/atau
dokumen,
Petunjuk
dan
Keterangan
Pelaku
Usaha/Terlapor; ------------------------------------------------------------------------3.4
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 64 ayat (2) Perkom No. 1 Tahun 2006,
Majelis Komisi menentukan sah atau tidak sahnya suatu alat bukti dan
menentukan nilai pembuktian berdasarkan kesesuaian sekurang-kurangnya 2
(dua) alat bukti yang sah; --------------------------------------------------------------
3.5
3.6
3.7
3.8
257
SALINAN
3.9
258
SALINAN
didalilkan Tim Pemeriksa salah dan tidak sesuai dengan fakta yang
terjadi ; ----------------------------------------------------------------------4.1.2.
4.1.3.
membaca
LHPL
dan
berdampak
pada
kesalahan
4.2
259
SALINAN
4.2.1.
4.2.2.
4.3
4.3.2.
XIII
dan
kecenderungan
untuk
mengambil
260
SALINAN
keuntungan/pendapatan tambahan bagi perusahaan atas penerapan
fuel surcharge tidak dapat dibuktikan;----------------------------------4.4
Berdasarkan
dokumen
Berita
Acara
INACA
Nomor
4.4.3.
4.4.4.
4.4.5.
Terkait dengan perkara ini yang dinilai prematur oleh Terlapor III,
Majelis Komisi menilai perkara ini tidak prematur karena Revisi
KM No. 8 Tahun 2002 dan KM No. 9 Tahun 2002 yaitu KM No. 26
Tahun 2010 baru terbit dan berlaku pada tanggal 14 April 2010
dimana perkara a quo sudah berjalan dan telah memasuki tahap
Sidang Majelis Komisi serta terbitnya KM No. 26 Tahun 2010 tidak
261
SALINAN
menghapus adanya pelanggaran yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Para Terlapor; -------------------------------------------------------4.4.6.
Terkait dengan kesalahan input data Fuel Cost Terlapor III pada
Tabel 57 LHPL, maka Majelis Komisi meneliti kembali data terkait
dan melakukan perhitungan kembali berdasarkan data tersebut
sebagaimana diuraikan pada butir 8 Tentang Penetapan Harga; -----
4.4.7.
5.2.
5.3.
262
SALINAN
menimbulkan konsekuensi jumlah beban yang diangkut lebih berat sehingga
jumlah bahan bakar yang dikonsumsi lebih besar untuk jenis pesawat dan
jarak tempuh yang sama dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya
(low cost carrier) (vide bukti C14.1);-----------------------------------------------5.4.
5.5.
6.2.
263
SALINAN
menerapkan definisi pasar bersangkutan dalam LHPP dan LHPL (vide bukti
C14.1); ----------------------------------------------------------------------------------6.3.
6.4.
6.5.
6.6.
264
SALINAN
7.1.2. Adanya perjanjian di antara Terlapor untuk menetapkan besaran fuel
surcharge Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) yang mulai
diberlakukan pada tanggal 10 Mei 2006 yang diwadahi oleh INACA.
Meskipun INACA kemudian menyatakan menyerahkan besaran fuel
surcharge pada masing-masing maskapai pada tanggal 30 Mei 2006,
namun secara faktual pergerakan fuel surcharge masing-masing
Terlapor masih menunjukkan kecenderungan yang sama sampai
dengan Maret 2008; ---------------------------------------------------------7.2.
265
SALINAN
7.2.4. Terlapor IV, PT Mandala Airlines menyatakan tidak pernah membuat
perjanjian dalam bentuk apapun dengan maskapai penerbangan
lainnya untuk menetapkan fuel surcharge, dan rapat-rapat maskapai
penerbangan dengan INACA merupakan rapat biasa yang dilakukan
sebagai bentuk koordinasi Anggota INACA, dan bukan merupakan
bentuk kartel dan tidak menghasilkan perjanjian apapun (vide bukti
C14.4); ------------------------------------------------------------------------7.2.5. Terlapor V, PT Riau Airlines menyatakan bahwa dugaan kesepakatan
tertulis Para Terlapor adalah oleh karena keterkaitannya dengan
keanggotaan Terlapor di INACA, maka disampaikan bahwa Terlapor
V resmi menjadi anggota INACA adalah sejak 1 April 2009 sehingga
dengan demikian tuduhan akan dugaan pelanggaran terhadap UU No.
5 Tahun 1999, khususnya Pasal 5, adalah tidak benar (vide bukti
C14.5); ------------------------------------------------------------------------7.2.6. Terlapor VI, PT Travel Express menyatakan tidak pernah membuat
suatu perjanjian apapun berkaitan dengan penetapan fuel surcharge,
dan baru bergabung sebagai anggota INACA pada tanggal 1 April
2009 (vide bukti C14.6); ----------------------------------------------------7.2.7. Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines dan Terlapor VIII, PT Wings
Abadi Airlines menyatakan Tim Pemeriksa tidak dapat membuktikan
adanya perjanjian yang dimaksud. Tim Pemeriksa hanya menduga
dan membuat analisa hanya berdasar tren pergerakan prosentase
kenaikan fuel surcharge yang patut diragukan kebenarannya, sebab
Tim Pemeriksa tidak dapat membuktkan Terlapor VII dan Terlapor
VIII membuat perjanjian dengan siapa atau Terlapor berapa (vide
bukti C14.7); -----------------------------------------------------------------7.2.8. Terlapor IX, PT Metro Batavia menyatakan sangat keberatan dengan
dugaan Tim Pemeriksa yang menduga Terlapor IX melakukan kartel
(kesepakatan) secara tidak langsung dengan armada lainnya berkaitan
dengan menentukan fuel surcharge sebagai komponen untuk
menentukan harga tiket, dan pertemuan-pertemuan INACA dengan
266
SALINAN
para Airlines bukan dalam rangka membuat suatu perjanjian yang
menurut KPPU adalah kartel (vide bukti C14.8);------------------------7.2.9. Terlapor X, PT Kartika Airlines menyatakan tidak pernah melakukan
kesepakatan dengan airlines lain (vide bukti C14.9); -------------------7.2.10. Terlapor XII, PT Trigana Air Service menyatakan tidak terdapat
ataupun terbukti bahwa Terlapor XII telah membuat perjanjian
dengan pesaing dalam menentukan besaran harga tiket pesawat (vide
bukti C14.10); ----------------------------------------------------------------7.2.11. Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia menyatakan tidak ikut dalam
penanda-tanganan Persetujuan Pelaksanaan Fuel Surcharge tanggal 4
Mei 2006 yang dihadiri oleh anggota INACA, dan Terlapor XII baru
bergabung menjadi anggota INACA pada tanggal 1 April 2009 (vide
bukti C14.11); ----------------------------------------------------------------7.3. Menimbang bahwa Majelis Komisi menilai terdapat perjanjian tertulis terkait
dengan penetapan fuel surcharge pada tanggal 4 Mei 2006 yaitu berdasarkan
Berita Acara Persetujuan Pelaksanaan Fuel Surcharge (Ref. Berita Acara
Nomor 9100/53/V/2006) yang ditandatangani oleh Ketua Dewan INACA,
Sekretaris Jenderal INACA dan 9 (sembilan) perusahaan angkutan udara
niaga yaitu PT Mandala Airlines, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero),
PT Dirgantara Air Service, PT Sriwijaya Air, PT Pelita Air Service, PT Lion
Mentari Air, PT Batavia Air, PT Indonesia Air Transport, PT Garuda
Indonesia (Persero), yang menyepakati pelaksanaan fuel surcharge mulai
diterapkan pada tanggal 10 Mei 2006 dengan besaran yang diberlakukan pada
setiap penerbangan dikenakan rata-rata Rp 20.000,- (duapuluh ribu rupiah)
per penumpang (vide bukti D2.3); ---------------------------------------------------7.4. Menimbang bahwa perjanjian tersebut secara formal dibatalkan dengan
terbitnya Notulen Rapat INACA No. 9100/57/V/2006 pada tanggal 30 Mei
2006 yang pada intinya menyimpulkan penerapan dan besaran fuel surcharge
diserahkan kembali kepada masing-masing perusahaan penerbangan nasional
Anggota INACA; -----------------------------------------------------------------------
267
SALINAN
7.5.
7.6.
268
SALINAN
ditunjukkan pada paragraf (77), (80) dan (83) dalam LHPL Bagian
Analisis, menunjukkan hasil yang signifikan dimana terdapat variasi
yang sama dari seluruh maskapai penerbangan yang diuji; ------------8.1.6. Bahwa meskipun sejak 30 Mei 2006, tidak ada kesepakatan tertulis di
antara para Terlapor dalam menetapkan fuel surcharge, namun
berdasarkan analisis pergerakan fuel surcharge di atas, baik analisis
grafik, tabel, uji korelasi dan uji varians, menunjukkan adanya trend
yang sama, korelasi positif dan variasi yang sama di antara para
Terlapor dalam menetapkan besaran fuel surcharge untuk periode
Mei 2006 s/d Maret 2008 untuk zona waktu tempuh 0 s/d 1 jam, 1 s/d
2 jam dan 2 s/d 3 jam;-------------------------------------------------------8.1.7. Bahwa berdasarkan LHPL, Tim Pemeriksa menilai formula
perhitungan fuel surcharge, asumsi harga avtur, asumsi konsumsi
avtur dan asumsi load factor yang dibuat oleh masing-masing
Terlapor berbeda-beda, maka seharusnya pergerakan fuel surcharge
yang ditetapkan oleh masing-masing Terlapor juga berbeda-beda
berdasarkan pertimbangan ekonomi dari masing-masing perusahaan.
Namun perubahan fuel surcharge di antara para Terlapor pada
Periode I (Mei 2006 Maret 2008) menunjukkan kecenderungan
yang sama, sehingga Tim Pemeriksa menilai bahwa kecenderungan
perubahan fuel surcharge tersebut didasarkan pada suatu perjanjian di
antara para Terlapor; --------------------------------------------------------8.2. Menimbang bahwa terkait dengan hal penetapan harga, Para Terlapor
memberikan Pembelaan dan Tanggapan sebagai berikut; ------------------------8.2.1.
Sejak
INACA
menyerahkan
kembali
perhitungan
269
SALINAN
antara Terlapor I dengan maskapai penerbangan lainnya
yang menjadi Terlapor dalam perkara ini hanya terjadi
pada bulan Mei 2006, baik untuk penerbangan 0 1 jam,
1 2 jam, maupun 2 3 jam yaitu sebesar Rp 20.000,00.
Sedangkan setelah bulan Mei 2006 sampai Maret 2008,
besaran fuel surcharge Terlapor I sama sekali tidak sama
atau selalu berbeda dengan besaran fuel surcharge dari
maskapai lainnya; --------------------------------------------8.2.1.2.
8.2.1.3.
fuel surcharge,
namun
gerakan
tersebut
yang
seragam
dari
semua
maskapai
270
SALINAN
8.2.1.4.
besaran
surcharge
antara
para
maskapai
fuel
surcharge
secara
ekonomi
dapat
penerbangan,
terlebih
apabila
jenis
dipasok
oleh
pemasok
tunggal
Pertamina.
271
SALINAN
persamaan fuel surcharge secara keseluruhan dalam
Tabel 23 LHPL, sehingga sebenarnya persamaan
besaran fuel surcharge itu sendiri tidak terjadi dalam
kenyataannya;-------------------------------------------------8.2.2.3.
8.2.2.4.
Apabila
diasumsikan
pergerakan
fuel
surcharge
1999.
Fuel
surcharge
bukan
merupakan
untuk
menopang
biaya
produksi
yang
dari
pelaku
usaha.
Berdasarkan
jurnal
272
SALINAN
dibandingkan dengan fuel surcharge, membuktikan
Terlapor II masih mengalami kerugian; -------------------8.2.2.7.
8.2.2.8.
kehendak
untuk
berkoordinasi
dengan
8.2.3.2.
8.2.3.3.
273
SALINAN
maskapai dari Pertamina dengan cara deposit sesuai
kebutuhan. Harga avtur juga dipengaruhi oleh supply
chain. Harga avtur pada bulan November 2007
November 2008 juga menunjukkan kenaikan tajam
sejalan dengan kenaikan fuel surcharge dalam tabel dan
grafik pergerakan fuel surcharge.; (iii) pergerakan fuel
surcharge masing-masing maskapai juga berbeda karena
masing-masinsg
maskapai
mempunyai
komponen-
8.2.4.2.
dan
dengan
sepengetahuan
Menteri
lainnya
yang
dilakukan
oleh
maskapai
274
SALINAN
8.2.4.3.
Berdasarkan
pengertian
perjanjian
baik
dalam
ataupun
kesepakatan
atau
tindakan
rapat-rapat
tersebut,
termasuk
price
8.2.6.
8.2.6.2.
8.2.7.
275
SALINAN
berdasarkan perjanjian di antara Para Terlapor. Sebab
Tim Pemeriksa hanya menilai dan penilaian itu hanya
berdasarkan pada kecenderungan yang sama, bukan
pada perbuatan saling mengikatkan diri sebagaimana
definisi perjanjian berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999;
8.2.7.2.
8.2.8.
8.2.8.2.
8.2.8.3.
suatu
pelaksanaan
dari
Surat
Dirjen
276
SALINAN
Perhubungan Udara Ref. Nomor: AU/2563/DAU0857/06, tanggal 9 Mei 2006;-------------------------------8.2.9.
277
SALINAN
8.2.11. Terlapor
XIII,
PT
Indonesia
AirAsia
menyatakan
bahwa
tidak
pernah
mengadakan
kesepakatan/perjanjian
Bahwa
Terlapor
yang
merupakan
anggota
INACA
yang
8.3.3.
8.3.4.
278
SALINAN
Express Aviation Services; Terlapor VIII, PT Wings Abadi
Airlines; Terlapor X, PT Kartika Airlines; -----------------------------8.4.
Granger, C.W.J., 1969. "Investigating causal relations by econometric models and crossspectral methods". Econometrica 37 (3), 424438.
279
SALINAN
The researcher is often looking for a clear story, such
as X granger-causes Y but not the other way around. In practice,
however results are often hard-to-interpret. For instance no
variable granger-causes the other, or that each of the two variables
granger-causes the second.
Despite its name, Granger causality does not imply true causality.
If both X and Y are driven by a common third process with different
lags, their measure of Granger causality could still be statistically
significant. Yet, manipulation of one process would not change the
other. Indeed, the Granger test is designed to handle pairs of
variables, and may produce misleading results when the true
relationship involves three or more variables. A similar test
involving more variables can be applied with vector
autoregression. A new method for Granger causality that is not
sensitive to the normal distribution of the error term has been
developed by Hacker and Hatemi-J (2006). This new method is
especially useful in financial economics since many financial
variables are non-normal.This technique has been adapted to
neural science.
8.4.2.
8.4.3.
8.4.4.
8.4.4.2.
280
SALINAN
8.4.4.3.
8.4.5.
Grafik 1
Grafik Pergerakan Fuel Surcharge 0 s/d 1 Jam
Sriwijaya, Garuda, Mandala, Lion, Batavia, Kartika, Merpati dan Wings Air
Mei 2006 Oktober 2009
300000
Sriwijaya
250000
Garuda
Mandala
Lion
150000
Batavia
Kartika
100000
Merpati
50000
Wings
e
A g i -0 6
us
tNo 06
p0
Fe 6
b0
M 7
e iAg 07
us
tNo 07
pF e 07
b0
M 8
e iAg 08
us
tNo 08
p0
Fe 8
b0
M 9
e iAg 09
us
t- 0
9
R u p iah
200000
Bulan
281
SALINAN
Grafik 2
Grafik Pergerakan Fuel Surcharge 1 s/d 2 Jam
Sriwijaya, Garuda, Mandala, Lion, Batavia, Kartika,
Merpati, Ekspress Air dan Wings Air
Mei 2006 Oktober 2009
400000
350000
Sriwijaya
Garuda
300000
Mandala
R u p ia h
250000
Ekspress Air
200000
Lion
Batavia
150000
Kartika
100000
Merpati
Wings
50000
M
e
A g i -0 6
us
tNo 06
pF e 06
bM 07
e
A g i -0 7
us
tNo 07
pF e 07
bM 08
e
A g i -0 8
us
tNo 08
pF e 08
bM 09
e
A g i -0 9
us
t- 0
9
Bulan
------------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 3
282
SALINAN
Grafik 3
Grafik Pergerakan Fuel Surcharge 2 s/d 3 Jam
Sriwijaya, Garuda, Mandala, Lion, Batavia, Kartika, Merpati dan Wings Air
Mei 2006 Oktober 2009
450000
400000
Sriwijaya
350000
Garuda
Mandala
250000
Lion
200000
Batavia
Kartika
150000
Merpati
100000
Wings
50000
e
A g i -0 6
us
tNo 06
pF e 06
bM 07
e
A g i -0 7
us
tNo 07
pF e 07
bM 08
e
A g i -0 8
us
tNo 08
pF e 08
bM 09
e
A g i -0 9
us
t- 0
9
R u p iah
300000
Bulan
8.4.6.
8.4.7.
283
SALINAN
Tabel 1
Uji Korelasi untuk Fuel Surcharge 0 s/d 1 Jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Sriwijaya
1
0.991514
0.98475
0.982568
0.97611
0.980229
0.957886
0.982551
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
1
0.980592
0.968657
0.965165
0.987941
0.969467
0.969029
1
0.985123
0.976791
0.965569
0.956829
0.984585
1
0.98871
0.961236
0.927624
0.999272
1
0.950396
0.940649
0.986676
1
0.951322
0.962694
1
0.924955
Wings
Tabel 2
Uji Korelasi untuk Fuel Surcharge 1 s/d 2 Jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Ekspress
Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Sriwijaya
1
0.992693
0.989996
Garuda
Mandala
1
0.986825
0.994297
0.978951
0.986332
0.979082
0.99252
0.978951
0.986897
0.962314
0.977024
0.981862
0.993912
0.962314
0.987938
0.975193
0.978689
0.978452
0.98508
0.975193
Ekspress
Air
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
1
0.985273
0.986828
0.983574
0.986821
0.985273
1
0.98693
0.975012
0.961837
1
1
0.977229
0.974431
0.98693
1
0.977473
0.975012
1
0.961837
Wings
Tabel 3
Uji Korelasi untuk Fuel Surcharge 2 s/d 3 Jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
Wings
Sriwijaya
1
0.994117
0.987254
0.97481
0.975282
0.981903
0.989212
0.97481
8.4.8.
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
Kartika
Merpati
1
0.976472
0.955565
0.960473
0.975344
0.994779
0.955565
1
0.983369
0.985573
0.978665
0.972165
0.983369
1
0.994511
0.982284
0.957691
1
1
0.973985
0.957615
0.994511
1
0.980562
0.982284
1
0.957691
284
Wings
SALINAN
2009 menunjukkan bahwa variasi dari fuel surcharge masingmasing maskapai yang diuji adalah sama. Hal tersebut ditunjukkan
oleh P value dari seluruh uji homogenity of variance yang nilainya
di atas 0,05 sebagaimana ditunjukkan dalam hasil uji berikut; ------8.4.8.1. Uji Homogenity of Variance untuk fuel surcharge pada
penerbangan 0 s/d 1 Jam:
Batavia
Garuda
Bartlett's Test
Test Statistic: 10.520
Kartika
P-Value
: 0.161
Lion
Mandala
Levene's Test
Merpati
: 0.107
Sriwijaya
Wings
50000
70000
90000
110000
130000
-------------------------------------------------------------------------------------------------8.4.8.2
285
SALINAN
8.4.8.2. Uji Homogenity of Variance untuk fuel surcharge pada
penerbangan 1 s/d 2 Jam:
Batavia
Ekspress Air
Bartlett's Test
Garuda
: 0.220
Kartika
Lion
Mandala
Levene's Test
Merpati
Test Statistic: 2.377
Sriwijaya
P-Value
: 0.017
Wings
60000
110000
160000
------------------------------------------------------------------------------------------------8.4.8.3.
286
SALINAN
8.4.8.3. Uji Homogenity of Variance untuk fuel surcharge pada
penerbangan 2 s/d 3 Jam:
Batavia
Garuda
Bartlett's Test
Test Statistic: 8.350
Kartika
P-Value
: 0.303
Lion
Mandala
Levene's Test
Merpati
: 0.034
Sriwijaya
Wings
100000
8.4.9.
150000
200000
8.5.
287
SALINAN
jam dan 2 s/d 3 jam. Untuk penerbangan 1 s/d 2 jam, Majelis Komisi
menambahkan Terlapor IX karena Terlapor IX hanya melayani
penerbangan antara 1 s/d 2 jam; -------------------------------------------8.5.2. Bahwa fuel surcharge acuan estimasi dihitung berdasarkan acuan fuel
surcharge yang pertama kali diberlakukan pada bulan Mei 2006 yaitu
sebesar Rp 20.000,- (duapuluh ribu rupiah) dengan tingkat harga
avtur sebesar Rp 5.921,- (lima ribu sembilan ratus dua puluh satu
rupiah). Dengan demikian fuel surcharge acuan estimasi bergerak
sesuai dengan fluktuasi harga avtur; --------------------------------------8.5.3. Bahwa perbandingan antara fuel surcharge aktual dengan fuel
surcharge acuan estimasi menunjukkan bahwa fuel surcharge yang
diterapkan oleh para Terlapor sebagaimana tersebut dalam butir 8.5.1
memiliki kecenderungan melampaui pergerakan fuel surcharge acuan
estimasi sebagaimana terlihat pada grafik berikut: -----------------------
Grafik 4
Perbandingan Fuel Surcharge Aktual v.s Fuel Surcharge Acuan Estimasi
Mei 2006 s/d Oktober 2009 (Penerbangan 0 s/d 1 jam)
300000
250000
FS Estimasi
Sriwijaya
Garuda
Mandala
150000
Lion
Batavia
Kartika
100000
Merpati
Wings
50000
0
M
e
Ag i-0 6
us
t- 0
No 6
p0
Fe 6
b0
M 7
ei
Ag -0 7
us
t- 0
No 7
p0
Fe 7
b0
M 8
ei
Ag -0 8
us
t- 0
No 8
p0
Fe 8
b0
M 9
ei
Ag -0 9
us
t- 0
9
Rupiah
200000
Bulan
288
SALINAN
Grafik 5
Perbandingan Fuel Surcharge Aktual v.s Fuel Surcharge Acuan Estimasi
Mei 2006 s/d Oktober 2009 (Penerbangan 1 s/d 2 jam)
R u p ia h
400000
350000
FS Estimasi
300000
Sriwijaya
250000
Garuda
200000
150000
Mandala
Ekspress Air
100000
Lion
50000
Batavia
0
M
e
A g i -0 6
us
tNo 06
pF e 06
bM 07
e
A g i -0 7
us
tNo 07
pF e 07
bM 08
e
A g i -0 8
us
tNo 08
pF e 08
bM 09
e
A g i -0 9
us
t- 0
9
Kartika
Merpati
Wings
Bulan
Grafik 6
Perbandingan Fuel Surcharge Aktual v.s Fuel Surcharge Acuan Estimasi
Mei 2006 s/d Oktober 2009 (Penerbangan 2 s/d 3 jam)
400000
FS Estimasi
350000
Sriwijaya
300000
Garuda
Mandala
250000
Lion
200000
Batavia
150000
Kartika
100000
Merpati
50000
Wings
M
e
Ag i-0 6
us
t- 0
No 6
p0
Fe 6
b0
M 7
ei
Ag -0 7
us
t- 0
No 7
p0
Fe 7
b0
M 8
ei
Ag -0 8
us
t- 0
No 8
p0
Fe 8
b0
M 9
ei
Ag -0 9
us
t- 0
9
Rupiah
450000
Bulan
289
SALINAN
8.5.4. Selain melakukan perbandingan antara fuel surcharge aktual dengan
fuel surcharge acuan estimasi, Majelis Komisi juga melakukan
perbandingan antara fuel surcharge aktual dengan fuel surcharge
acuan Departemen Perhubungan (Dephub) untuk Terlapor I, Terlapor
II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII
dan Terlapor X untuk tahun 2008 s/d 2009 pada penerbangan 0 s/d 1
jam dan 2 s/d 3 jam. Untuk penerbangan 1 s/d 2 jam, Majelis Komisi
menambahkan Terlapor IX karena Terlapor IX hanya melayani
penerbangan antara 1 s/d 2 jam ;-------------------------------------------8.5.5. Majelis Komisi tidak melakukan perbandingan tersebut dari tahun
2006 karena Formula Fuel Surcharge dari Dephub baru dikeluarkan
pada bulan Maret 2008, sehingga tidak bisa digunakan sebagai
perbandingan untuk fuel surcharge yang telah ditetapkan oleh Para
Terlapor sebagaimana dimaksud dalam butir 8.5.4. sejak 2006 s/d
2007;---------------------------------------------------------------------------8.5.6. Bahwa perbandingan antara fuel surcharge aktual dengan fuel
surcharge acuan Dephub juga menunjukkan bahwa fuel surcharge
yang diterapkan oleh para Terlapor sebagaimana tersebut dalam butir
8.5.4 memiliki kecenderungan melampaui pergerakan fuel surcharge
acuan Dephub sebagaimana terlihat pada grafik berikut:----------------
------------------------------------------------------------------------------------------------Grafik 7
290
SALINAN
Grafik 7
Perbandingan Fuel Surcharge Aktual v.s Fuel Surcharge Acuan Dephub
Rupiah
300000
FS Acuan Departemen
Perhubungan
250000
Sriwijaya
200000
Garuda
150000
Mandala
100000
50000
Lion
0
No 8
p08
Ja
n09
M
ar
-0
9
M
ei
-0
9
Ju
l-0
9
Se
p09
Batavia
p-
l-0
Se
-0
8
Ju
ei
M
ar
-0
Kartika
Bulan
Merpati
Grafik 8
Perbandingan Fuel Surcharge Aktual v.s Fuel Surcharge Acuan Dephub
Maret 2008 s/d Oktober 2009 (Penerbangan 1 s/d 2 jam)
350000
FS Acuan DepHub
300000
Sriwijaya
250000
Garuda
200000
150000
Mandala
Ekspress Air
100000
Lion
50000
Batavia
p-
09
9
Se
09
l -0
Ju
e iM
ar
-0
n09
Ja
p08
No
Se
p-
08
8
l -0
Ju
e i-
08
Kartika
ar
-0
M
Ru p iah
400000
Merpati
Wings
Bulan
291
SALINAN
Grafik 9
Perbandingan Fuel Surcharge Aktual v.s Fuel Surcharge Acuan Dephub
450000
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
FS Acuan DepHub
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
09
p-
9
l -0
Se
Ju
09
ei-
ar
-0
09
M
n-
08
Ja
p-
08
No
p-
l -0
Se
Ju
08
-0
eiM
ar
M
Kartika
8
R u p iah
Merpati
Wings
Bulan
-------------------------------------------------------------------------------------------------Tabel 4
292
SALINAN
Tabel 4
Persentase Kelebihan FS di atas FS Acuan Estimasi
Periode Mei 2006 s/d Desember 2006
Lama
Jam
Terbang
1 jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
39%
39%
21%
39%
10%
2 jam
44%
44%
44%
44%
11%
Express
Air
Kartika
Merpati
Wings
5%
39%
39%
64%
5%
44%
44%
3 jam
44%
44%
44%
44%
11%
5%
44%
44%
Total
127%
127%
109%
127%
33%
64%
15%
127%
127%
Ratarata
42%
42%
36%
42%
11%
64%
5%
42%
42%
Tabel 5
Persentase Kelebihan FS di atas FS Acuan Estimasi
Periode Januari 2007 s/d Desember 2007
Lama
Jam
Terbang
1 jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
138%
127%
120%
136%
72%
2 jam
138%
131%
116%
146%
77%
Express
Air
Kartika
Merpati
Wings
132%
133%
136%
182%
139%
140%
146%
3 jam
138%
136%
123%
159%
81%
157%
145%
159%
Total
414%
394%
358%
441%
231%
182%
429%
418%
441%
Ratarata
138%
131%
119%
147%
77%
182%
143%
139%
147%
Tabel 6
Persentase Kelebihan FS di atas FS Acuan Estimasi
Periode Januari 2008 s/d Desember 2008
Lama
Jam
Terbang
1 jam
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
323%
377%
315%
323%
314%
2 jam
391%
487%
378%
405%
368%
3 jam
463%
602%
451%
492%
482%
Total
1177%
1466%
1145%
1220%
1164%
Rata-rata
392%
489%
382%
407%
388%
Express
Air
Kartika
Merpati
Wings
403%
383%
323%
434%
469%
504%
405%
912%
526%
912%
434%
1784%
1413%
1640%
434%
595%
471%
547%
293
SALINAN
Tabel 7
Persentase Kelebihan FS di atas FS Acuan Estimasi
Periode Januari 2009 s/d Oktober 2009
Lama
Sriwijaya
Jam
Terbang
1 jam
588%
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
Express
Air
Kartika
Merpati
Wings
629%
848%
548%
872%
791%
1059%
750%
912%
1059%
912%
669%
601%
560%
600%
2 jam
831%
961%
769%
750%
733%
3 jam
993%
1244%
904%
912%
920%
Total
2413%
2873%
2273%
2222%
2254%
872%
2332%
2966%
2211%
Ratarata
804%
958%
758%
741%
751%
872%
777%
989%
737%
Sriwijaya
Garuda
Mandala
Lion
Batavia
1 jam
33%
51%
29%
30%
30%
2 jam
3 jam
Total
Ratarata
26%
16%
75%
25%
52%
46%
149%
50%
21%
10%
60%
20%
28%
20%
78%
26%
17%
20%
67%
22%
Express
Air
36%
36%
36%
Kartika
Merpati
Wings
56%
53%
30%
42%
23%
121%
40%
56%
30%
138%
46%
28%
20%
78%
26%
294
SALINAN
Tabel 9
Persentase Kelebihan FS di atas FS Acuan Dephub
Periode Januari 2009 s/d Oktober 2009
Lama
Jam
Terbang
Sriwijaya
Garuda
Mandala
1 jam
31%
46%
33%
26%
33%
2 jam
3 jam
Total
Ratarata
34%
28%
93%
31%
55%
58%
159%
53%
27%
18%
78%
26%
25%
19%
69%
23%
22%
20%
76%
25%
8.6.
Lion
Batavia
Express
Air
43%
43%
43%
Kartika
Merpati
Wings
39%
80%
23%
31%
19%
88%
29%
70%
36%
186%
62%
25%
19%
67%
22%
8.6.2.
Tabel 10
Excessive fuel surcharge berdasarkan fuel surcharge Acuan Estimasi
Maskapai
37,856,177,134
PT Sriwijaya Air
PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero)
PT Mandala Airlines
PT Garuda Indonesia
(Persero)
Total
257,328,685,217
1,638,193,517,661
1,575,388,749,083
3,508,767,129,096
17,084,976,970
130,852,497,290
728,604,657,296
880,987,744,243
1,757,529,875,800
7,839,789,243
97,587,092,709
508,760,972,963
528,798,041,591
1,142,985,896,506
7,737,400,900
52,766,987,584
565,639,953,611
444,090,901,694
1,070,235,243,789
295
SALINAN
Maskapai
Total
PT Travel Express
533,440,985
4,025,058,217
16,781,659,932
14,587,712,817
35,927,871,953
36,124,714,109
257,236,360,669
1,590,387,025,494
1,432,416,942,983
3,316,165,043,255
11,002,895,631
92,551,710,040
404,815,521,563
497,496,556,907
1,005,866,684,141
PT Metro Batavia
5,064,191,712
119,101,552,228
792,384,771,576
999,996,659,142
1,916,547,174,658
PT Kartika Airlines
TOTAL
DAMPAK/TAHUN
116,258,627
3,390,845,968
47,988,594,181
37,645,217,127
89,140,915,902
123,359,845,312
1,014,840,789,923
6,293,556,674,277
6,411,408,525,588
13,843,165,835,099
8.6.3.
Tabel 11
Excessive fuel surcharge berdasarkan fuel surcharge Acuan Dephub
Excessive FS berdasarkan Acuan Dephub (Rp)
Maskapai
2006 (8 bulan)
37,856,177,134
257,328,685,217
712,235,017,519
608,899,902,361
1,616,319,782,232
PT Sriwijaya Air
PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero)
17,084,976,970
130,852,497,290
212,452,726,050
237,074,215,583
597,464,415,894
9,257,403,409
97,587,092,709
209,525,135,559
214,138,808,389
530,508,440,067
PT Mandala Airlines
7,737,400,900
52,766,987,584
148,983,693,989
99,550,606,944
309,038,689,417
PT Travel Express
533,440,985
4,025,058,217
19,391,563,917
14,497,607,250
38,447,670,370
36,124,714,109
257,236,360,669
485,340,230,261
295,783,308,944
1,074,484,613,984
11,002,895,631
92,551,710,040
123,538,016,407
98,571,984,833
325,664,606,911
PT Metro Batavia
5,064,191,712
119,101,552,228
216,027,943,693
217,894,997,472
558,088,685,105
PT Kartika Airlines
116,258,627
3,390,845,968
19,041,209,750
9,174,450,833
31,722,765,178
124,777,459,478
1,014,840,789,923
2,146,535,537,146
1,795,585,882,611
5,081,739,669,158
PT Garuda Indonesia
(Persero)
Total
296
SALINAN
pergerakan fuel surcharge antara formula perhitungan Departemen
Perhubungan dan fuel surcharge yang diterapkan secara aktual oleh masingmasing Terlapor untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d
3 jam;-----------------------------------------------------------------------------------9.2.
9.3.
fuel
surcharge
antara
formula
perhitungan
Departemen
Perhubungan dan fuel surcharge yang diterapkan secara aktual oleh masingmasing Terlapor untuk penerbangan antara 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3
jam sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 83, Grafik 84 dan Grafik 85 dalam
LHPL; -----------------------------------------------------------------------------------9.4.
9.5.
297
SALINAN
9.6.
avtur
sebagaimana
telah
disetujui
oleh
Departemen
298
SALINAN
undangan yang mengakibatkan konsumen harus membayar lebih
tinggi dari yang seharusnya;------------------------------------------------9.6.7. Selanjutnya, sejak Maret 2008, penerapan fuel surcharge sudah tidak
sesuai lagi dengan peruntukannya sehingga harga tiket yang dibayar
oleh konsumen pada beberapa subclasses termahal telah melampaui
ketentuan tarif batas atas yang ditetapkan dalam KM No. 9 Tahun
2002;---------------------------------------------------------------------------9.6.8. Tim Pemeriksa menilai fuel surcharge tersebut tidak diperuntukkan
untuk mengkompensasi selisih harga avtur sehingga melanggar KM
No. 9 Tahun 2002;-----------------------------------------------------------9.7. Menimbang bahwa terkait dengan hal penetapan biaya secara curang, Para
Terlapor memberikan Pembelaan dan Tanggapan sebagai berikut;-------------9.7.1.
9.7.1.2.
konsekuensi
Terlapor
langsung
yang
full
dari
kategori
service
yang
Dengan
diperhitungkannya
fuel
surcharge
dalam
299
SALINAN
9.7.1.4.
9.7.1.5.
9.7.1.6.
dengan
Revenue
Management
System,
diperoleh
maskapai
penerbangan
lainnya
300
SALINAN
9.7.1.8.
9.7.1.9.
untuk
mengenakan
biaya
faktor-faktor
301
SALINAN
atau jasa yang terdiri dari beberapa bagian, dimana
bentuk penjualan dengan harga yang rendah terlebih
dengan melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya tidak diperbolehkan; --------9.7.2.2.
Untuk
membuktikan
kecurangan
tersebut,
Tim
penerbangan
dengan
melakukan
audit
kewenangannya
untuk
menentukan
telah
memperoleh
faktor-faktor
produksi
yang
dimana
Penguasaan
9.7.3.
302
SALINAN
9.7.3.1.
Kesimpulan
Tim
Pemeriksa
yang
menyatakan
yang
Departemen
dihitung
Perhubungan
berdasarkan
formula
bertentangan
dengan
III
telah
memberikan
bukti
mengenai
yang
menunjukkan
bahwa
pendapatan
fuel
303
SALINAN
9.7.3.4.
9.7.4.
9.7.4.2.
9.7.4.3.
9.7.4.4.
oleh
Pemerintah,
Terlapor
IV
perlu
304
SALINAN
menentu,
sambil
menghindari
potensi
kerugian
9.7.4.6.
9.7.4.7.
sebagai
antisipasi
terhadap
fluktuasi
9.7.4.9.
Pada uji Bartlett dan Levene Test seperti pada Grafik 41,
42, dan 43 LHPL pada Periode I (Mei 2006 Maret
2008) terdapat variasi yang sama dari seluruh maskapai
yang diuji. Hal ini dikarenakan belum adanya metode
305
SALINAN
zoning yang diberlakukan sampai bulan Februari 2008.
Dengan
demikian
fuel
surcharge
yang
bisa
maskapai).
Maskapai
harus
bisnis
semata,
untuk
menghindari
9.7.5.2.
9.7.5.3.
306
SALINAN
Penurunan harga avtur yang terjadi masih jah dari harga
batas atas menurut KM No. 9/2002; -----------------------9.7.5.4.
9.7.5.5.
daya
angkut
penumpang
menjadi
9.7.6.2.
9.7.6.3.
berdasarkan
perhitungan
Departemen
Perhubungan; -------------------------------------------------9.7.6.4.
Fuel
Surcharge
bukanlah
merupakan
pendapatan
307
SALINAN
9.7.6.5.
9.7.6.6.
9.7.7.
9.7.7.2.
yuridisnya
adalah
dugaan
dimaksud
308
SALINAN
diinstruksikan oleh Pemerintah dalam hal ini Dirjen Perhubungan
Udara Departemen Perhubungan RI. Sehingga hal tersebut tidak
patut secara hukum dinyatakan sebagai suatu kegiatan melakukan
kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya
yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
(vide bukti C14.8) ---------------------------------------------------------9.7.9.
mencegah
terjadinya
kecurangan
dalam
maka
Departemen
Perhubungan
telah
pesawat
tidak
mungkin
melakukan
309
SALINAN
penggelembungan biaya produksi, karena tarif batas atas
sudah ditentukan oleh Menteri Perhubungan, serta tidak
mungkin pula melakukan reduksi pada biaya operasional
karena tarif referensi batas bawah juga sudah ditentukan
oleh Menteri Perhubungan; ---------------------------------9.7.11. Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia menyatakan bahwa bahwa
(vide bukti C14.11); -------------------------------------------------------9.7.11.1. Fuel surcharge yang diberlakukan Terlapor XIII adalah
akibat dari kenaikan harga minyak dunia. Oleh karena
itu fuel surcharge yang diterapkan Terlapor XIII pada
tanggal 10 Mei 2006 adalah bukan untuk mencari
keuntungan / pendapatan tambahan bagi perusahaan; ---9.7.11.2. Terlapor XIII tidak pernah melakukan kecurangan untuk
mendapatkan keuntungan/pendapatan tambahan untuk
perusahaan dalam menetapkan harga fuel surcharge
yang dibuktikan dengan harga fuel surcharge yang
diterapkan oleh Terlapor XIII selalu lebih kecil
dibanding dengan harga fuel cost untuk bulan Mei 2006
s/d Oktober 2009, formula fuel surcharge yang
dirumuskan Departemen Perhubungan dan formula fuel
surcharge yang dirumuskan KPPU, yang dibuktikan
dengan grafik dalam Pembelaan Terlapor XIII;----------9.7.11.3. Mengingat
bahwa
Tim
Pemeriksa
telah
keliru
keuntungan/pendapatan
tambahan
bagi
310
SALINAN
9.7.11.4. Seiring dengan menurunnya harga minyak dunia,
Terlapor XIII mencabut fuel surcharge sejak bulan
November 2008 hingga sekarang;--------------------------9.8.
9.8.2.
9.8.3.
9.8.4.
10. Tentang Dampak;----------------------------------------------------------------------------10.1. Menimbang bahwa Majelis Komisi selanjutnya memperhitungkan kerugian
yang dialami oleh konsumen penerbangan ketika membayar fuel surcharge
sebagai akibat adanya penetapan harga yang dilakukan oleh para Terlapor; --10.2. Menimbang bahwa kerugian konsumen adalah sama dengan excessive fuel
surcharge yang dinikmati oleh para Terlapor; -------------------------------------10.3. Menimbang bahwa kerugian tersebut timbul karena fuel surcharge yang
diterapkan oleh maskapai secara bersama-sama telah melampaui fuel
surcharge Acuan Estimasi dan Acuan Dephub; -----------------------------------10.4. Menimbang bahwa Majelis Komisi menggunakan fuel surcharge sebesar Rp
20.000,- (duapuluh ribu rupiah) pada tingkat harga avtur Rp 5.921,- (lima ribu
311
SALINAN
sembilan ratus dua puluh satu rupiah) sebagai fuel surcharge Acuan Estimasi
dalam menetapkan kerugian konsumen penerbangan. Perubahan-perubahan
besaran fuel surcharge yang diterapkan oleh maskapai penerbangan karena itu
diharapkan
mengikuti
perubahan
harga
avtur
secara
proporsional.
menetapkan
kerugian
konsumen
penerbangan.
Berdasarkan
(lima triliun
delapan puluh satu miliar tujuh ratus tiga puluh sembilan juta enam ratus
enam puluh sembilan ribu seratus lima puluh delapan rupiah) sampai dengan
Rp 13.843.165.835.099,- (tiga belas triliun delapan ratus empat puluh tiga
miliar seratus enam puluh lima juta delapan ratus tiga puluh lima ribu
sembilan puluh sembilan rupiah) selama periode 2006 s/d 2009; ---------------11. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 5 UU No. 5/1999;----------------------------------11.1. Menimbang bahwa Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 berbunyi sebagai
berikut: ----------------------------------------------------------------------------------(1)
312
SALINAN
yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama.
(2)
313
SALINAN
sebagaimana dimaksud dalam Bagian Tentang Hukum butir 5
Tentang Pelaku Usaha dan Pelaku Usaha Pesaing di atas; -------------11.3.4. Bahwa dengan demikian, Unsur Pelaku Usaha dan Pelaku Usaha
Pesaing terpenuhi; ----------------------------------------------------------11.4. Unsur Perjanjian; ---------------------------------------------------------------------11.4.1
11.4.2
11.4.3
11.4.4
11.5. Unsur Penetapan Harga; ------------------------------------------------------------11.5.1. Bahwa yang dimaksud dengan harga yang ditetapkan atas suatu
barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau
pelanggan dalam perkara a quo adalah fuel surcharge; ----------------11.5.2. Bahwa formula perhitungan fuel surcharge, asumsi harga avtur,
asumsi konsumsi avtur dan asumsi load factor yang dibuat oleh
314
SALINAN
masing-masing Terlapor berbeda-beda, maka seharusnya pergerakan
fuel surcharge yang ditetapkan oleh masing-masing Terlapor juga
berbeda-beda berdasarkan pertimbangan ekonomi dari masingmasing perusahaan;----------------------------------------------------------11.5.3. Bahwa berdasarkan analisis pergerakan fuel surcharge, yang
dilakukan oleh Majelis Komisi yaitu uji korelasi dan homogenity
variance test, menunjukkan adanya trend yang sama, korelasi positif
dan variasi yang sama di antara para Terlapor yaitu Terlapor I, PT
Garuda Indonesia (Persero); Terlapor II, PT Sriwijaya Air; Terlapor
III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), Terlapor IV, PT
Mandala Airlines; Terlapor VI, PT Travel Express; Terlapor VII, PT
Lion Mentari Airlines; Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines;
Terlapor IX, PT Metro Batavia; Terlapor X, PT Kartika Airlines;
dalam menetapkan besaran fuel surcharge untuk periode Mei 2006
s/d Maret 2008 untuk zona waktu tempuh 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan
2 s/d 3 jam, meskipun formula perhitungan fuel surcharge, asumsi
harga avtur, asumsi konsumsi avtur dan asumsi load factor yang
dibuat oleh masing-masing Terlapor berbeda-beda; --------------------11.5.4. Bahwa adanya trend yang sama, korelasi positif dan variasi yang
sama dalam pergerakan fuel surcharge di antara para Terlapor
membuktikan adanya penetapan harga fuel surcharge oleh para
Terlapor tersebut sebagaimana diuraikan dalam Bagian Tentang
Hukum butir 8 Tentang Penetapan Harga di atas; -----------------------11.5.5. Bahwa dengan demikian Unsur Penetapan Harga terpenuhi;---------11.6. Unsur Pasar Bersangkutan;---------------------------------------------------------11.6.1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 UU No 5 Tahun
1999, definisi pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan
dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku
usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau
substitusi dari barang dan atau jasa tersebut; -------------------------11.6.2. Bahwa yang dimaksud dengan pasar bersangkutan yang sama dalam
perkara a quo adalah layanan jasa penerbangan penumpang berjadwal
315
SALINAN
dari satu titik keberangkatan ke titik kedatangan di catchment area
pada setiap bandar udara sebagaimana diuraikan dalam Bagian
Tentang Hukum butir 6 Tentang Pasar Bersangkutan di atas; ---------11.6.3. Bahwa dengan demikian Unsur Pasar Bersangkutan terpenuhi; -----12. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 21 UU No. 5/1999; --------------------------------12.1
12.2
12.3
Unsur Pelaku Usaha; ---------------------------------------------------------------12.3.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 5
Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
dalam bidang ekonomi; -----------------------------------------------------12.3.2. Bahwa Terlapor XI, PT Linus Airways tidak memenuhi Unsur Pelaku
Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 5
Tahun 1999 karena secara de facto sudah dicabut seluruh Ijin
Operasinya oleh Departemen Perhubungan dan sudah tidak
menjalankan kegiatan usaha di bidang Angkutan Udara Niaga
Berjadwal, sehingga pemenuhan unsur-unsur Pasal 21 untuk Terlapor
XI, PT Linus Airways tidak perlu dibuktikan lebih lanjut;-------------12.3.3. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam perkara a quo adalah
Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero); Terlapor II, PT Sriwijaya
Air; Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), Terlapor
IV, PT Mandala Airlines; Terlapor V, PT Riau Airlines; Terlapor VI,
316
SALINAN
PT Travel Express; Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines; Terlapor
VIII, PT Wings Abadi Airlines; Terlapor IX, PT Metro Batavia;
Terlapor X, PT Kartika Airlines; Terlapor XII, PT Trigana Air
Service, dan Terlapor XIII, PT Indonesia Air Asia sebagaimana
dimaksud dalam Bagian Tentang Hukum butir 5 Tentang Pelaku
Usaha dan Pelaku Usaha Pesaing di atas; --------------------------------12.3.4. Bahwa dengan demikian, Unsur Pelaku Usaha terpenuhi; ------------12.4
Unsur Penetapan Biaya Secara Curang; ---------------------------------------12.4.1 Bahwa yang dimaksud dengan biaya yang ditetapkan secara curang
dalam perkara a quo adalah fuel surcharge yang ditetapkan oleh para
Terlapor; ----------------------------------------------------------------------12.4.2 Bahwa fuel surcharge merupakan kompensasi dari kenaikan harga
avtur (aviation turbin) yang dimasukkan ke dalam komponen tarif
tiket pesawat penerbangan yang dibebankan kepada konsumen;------12.4.3 Bahwa berdasarkan analisis sebagaimana diuraikan dalam bagian
Tentang Hukum butir 9 Tentang Penetapan Biaya Secara Curang,
tidak terbukti adanya penetapan biaya secara curang dalam penerapan
fuel surcharge oleh masing-masing Terlapor; ---------------------------12.4.4 Bahwa dengan demikian, Unsur Penetapan Biaya Secara Curang
tidak terpenuhi;-------------------------------------------------------------12.4.5 Bahwa oleh karena salah satu unsur Pasal tidak terpenuhi, maka
unsur-unsur lainnya tidak perlu dipertimbangkan; -----------------------
13. Tentang Kesimpulan; -----------------------------------------------------------------------Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan dan uraian di atas, Majelis Komisi
sampai pada kesimpulan sebagai berikut:--------------------------------------------------13.1 Bahwa telah terbukti terjadi penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor I,
PT Garuda Indonesia (Persero); Terlapor II, PT Sriwijaya Air; Terlapor III,
PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), Terlapor IV, PT Mandala Airlines;
Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Service; Terlapor VII, PT Lion
Mentari Airlines; Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines; Terlapor IX, PT
Metro Batavia; Terlapor X, PT Kartika Airlines; yang terbukti dengan: --------
317
SALINAN
13.1.1
13.1.2
13.1.3
Adanya hubungan positif dengan korelasi yang tinggi (nilai r ratarata di atas 0,95) antara fuel surcharge yang diterapkan para
Terlapor; ---------------------------------------------------------------------
13.1.4
13.1.5
13.1.6
13.2 Bahwa tidak terbukti terjadi penetapan biaya secara curang dalam penerapan
fuel surcharge oleh para Terlapor yaitu Terlapor I, PT Garuda Indonesia
(Persero); Terlapor II, PT Sriwijaya Air; Terlapor III, PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero), Terlapor IV, PT Mandala Airlines; Terlapor V, PT Riau
Airlines; Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Services; Terlapor VII, PT
318
SALINAN
Lion Mentari Airlines; Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines; Terlapor IX,
PT Metro Batavia; Terlapor X, PT Kartika Airlines; Terlapor XII, PT Trigana
Air Service, dan Terlapor XIII, PT Indonesia Air Asia; --------------------------14. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus;------------------------Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan halhal sebagai berikut:----------------------------------------------------------------------------14.1 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan bagi
para Terlapor sebagai berikut: -------------------------------------------------------14.1.1
14.1.2
14.1.3
319
SALINAN
Airlines, Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Service,
Terlapor X, PT Kartika Airlines, Terlapor XII, PT Trigana Air
Service dan Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia yang telah
kooperatif karena memberikan keterangan dan dokumen yang
memadai selama proses pemeriksaan; ----------------------------------14.2.2
15. Tentang Perhitungan Denda;--------------------------------------------------------------Menimbang bahwa dalam mengenakan sanksi denda bagi para Terlapor, Majelis
Komisi memperhitungkan hal-hal sebagai berikut: ---------------------------------------15.1 Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l jo. Pasal 47 ayat (1) UU No. 5 Tahun
1999, Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU No. 5 Tahun 1999; ----15.2 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (2) huruf g, UU No. 5 Tahun
1999, Komisi berwenang menjatuhkan sanksi tindakan administratif berupa
pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,- (satu
miliar
320
SALINAN
16.2 Menimbang bahwa Majelis Komisi menetapkan adanya kerugian di pihak
masyarakat dan menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif penetapan
pembayaran ganti rugi kepada masyarakat melalui pemerintah sebesar 10%
(sepuluh persen) dari excessive fuel surcharge masing-masing Terlapor
dengan perkecualian kepada Terlapor VI (PT. Travel Express Aviation) dan
Terlapor X (PT. Kartika Airlines) yang ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
dengan mempertimbangkan bahwa kedua Terlapor tersebut merupakan
perusahaan yang masih akan berkembang, skala usaha kecil dengan jumlah
armada pesawat yang terbatas, dan beroperasi pada jalur perintis di luar kotakota besar; ------------------------------------------------------------------------------17. Tentang Saran dan Pertimbangan kepada Pemerintah;-----------------------------Menimbang bahwa sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi memandang perlu
untuk memberikan rekomendasi kepada Komisi untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan kepada Pemerintah sebagai berikut: ---------------------------------------17.1 Pemerintah c.q. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia agar tidak
memberikan kewenangan kepada asosiasi atau perhimpunan pelaku usaha
untuk menetapkan harga atau tarif;--------------------------------------------------17.2 Bahwa pembayaran ganti rugi dari Terlapor yang disetor ke APBN agar
digunakan sebesar-besarnya untuk meningkatkan fasilitas bandara dan
pelayanan umum kepada masyarakat;-----------------------------------------------18. Tentang Diktum Putusan dan Penutup;-------------------------------------------------Menimbang bahwa berdasarkan fakta dan kesimpulan di atas, serta dengan
mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-undang
Komisi: ------------------------------------------------------------------------------------------
MEMUTUSKAN
321
SALINAN
Airlines terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU No. 5
Tahun 1999;-----------------------------------------------------------------------------------2. Menyatakan bahwa Terlapor V, PT Riau Airlines; Terlapor XI, PT Linus
Airways; Terlapor XII, PT Trigana Air Service; dan Terlapor XIII, PT
Indonesia AirAsia tidak terbukti melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999; ---3. Menyatakan bahwa Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero); Terlapor II,
PT Sriwijaya Air; Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero);
Terlapor IV, PT Mandala Airlines; Terlapor V, PT Riau Airlines; Terlapor VI,
PT Travel Express Aviation Services; Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines,;
Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines; Terlapor IX, PT Metro Batavia;
Terlapor X, PT Kartika Airlines; Terlapor XI, PT Linus Airways; Terlapor
XII, PT Trigana Air Service; dan Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia tidak
terbukti melanggar Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999; ---------------------------------4. Menetapkan adanya kerugian masyarakat setidak-tidaknya sebesar Rp
5.081.739.669.158,- (lima triliun delapan puluh satu miliar tujuh ratus tiga
puluh sembilan juta enam ratus enam puluh sembilan ribu seratus lima puluh
delapan rupiah) sampai dengan Rp 13.843.165.835.099,- (tiga belas triliun
delapan ratus empat puluh tiga miliar seratus enam puluh lima juta delapan
ratus tiga puluh lima ribu sembilan puluh sembilan rupiah) selama periode
2006 s/d 2009;---------------------------------------------------------------------------------5. Memerintahkan pembatalan perjanjian penetapan fuel surcharge baik secara
tertulis maupun tidak tertulis yang dilakukan oleh Terlapor I, PT Garuda
Indonesia (Persero); Terlapor II, PT Sriwijaya Air; Terlapor III, PT Merpati
Nusantara Airlines (Persero); Terlapor IV, PT Mandala Airlines; Terlapor VI,
PT Travel Express Aviation Services; Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines;
Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines; Terlapor IX, PT Metro Batavia; dan
Terlapor X, PT Kartika Airlines;---------------------------------------------------------6. Menghukum Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero) membayar denda
sebesar Rp. 25.000.000.000,- (duapuluh lima milyar rupiah) yang harus disetor
ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
322
SALINAN
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------7. Menghukum Terlapor II, PT Sriwijaya Air membayar denda sebesar
Rp. 9.000.000.000,- (sembilan milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------8. Menghukum Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)
membayar denda sebesar Rp. 8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------9. Menghukum Terlapor IV, PT Mandala Airlines membayar denda sebesar Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------10. Menghukum Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Service membayar
denda sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) yang harus disetor ke
Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------11. Menghukum Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines membayar denda sebesar
Rp. 17.000.000.000,- (tujuhbelas milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------
323
SALINAN
12. Menghukum Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines membayar denda
sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); -------------------------------------------------------------13. Menghukum Terlapor IX, PT Metro Batavia membayar denda sebesar Rp.
9.000.000.000,- (sembilan milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------14. Menghukum Terlapor X, PT Kartika Airlines membayar denda sebesar Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------15. Menghukum Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero) membayar ganti rugi
sebesar Rp. 162.000.000.000,- (seratus enam puluh dua milyar rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755;
16. Menghukum Terlapor II, PT Sriwijaya Air membayar ganti rugi sebesar
Rp. 60.000.000.000,- (enam puluh milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755; ---------------------------------17. Menghukum Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)
membayar ganti rugi sebesar Rp. 53.000.000.000,- (lima puluh tiga milyar
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan ganti
324
SALINAN
rugi pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755;
18. Menghukum Terlapor IV, PT Mandala Airlines membayar ganti rugi sebesar
Rp. 31.000.000.000,- (tiga puluh satu milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755; ---------------------------------19. Menghukum Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Service membayar
ganti rugi sebesar Rp.1.900.000.000,- (satu miliar sembilan ratus juta rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755;
20. Menghukum Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines membayar ganti rugi
sebesar Rp. 107.000.000.000,- (seratus tujuh milyar rupiah) yang harus disetor
ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755; ---------------------------------21. Menghukum Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines membayar ganti rugi
sebesar Rp. 32.500.000.000,- (tiga puluh dua milyar lima ratus juta rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755;
22. Menghukum Terlapor IX, PT Metro Batavia membayar ganti rugi sebesar Rp.
56.000.000.000,- (lima puluh enam milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755; ---------------------------------23. Menghukum Terlapor X, PT Kartika Airlines membayar ganti rugi sebesar Rp
1.600.000.000,- (satu miliar enam ratus juta rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan ganti rugi pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755; ----------------------------------
325
SALINAN
Bahwa setelah Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor VI, Terlapor
VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X melakukan pembayaran denda dan ganti
rugi, maka salinan bukti pembayaran denda dan ganti rugi tersebut dilaporkan dan
diserahkan ke KPPU.
Bahwa sebelum Putusan ini ditetapkan, salah satu anggota Majelis Komisi
menyampaikan dissenting opinion sebagai berikut:
Bahwa saya, Dr. A.M. Tri Anggraini, S.H., M.H. sebagai salah satu Majelis
Komisi Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 menyatakan berbeda pendapat dengan
pertimbangan Majelis Komisi dalam hal perintah pembayaran ganti rugi. Hal ini
didasarkan pertimbanganpertimbangan yang terdapat dalam beberapa aturan hukum,
antara lain Pasal 36 huruf j UU No. 5 Tahun 1999 yang menyatakan, bahwa wewenang
Komisi meliputi memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di
pihak pelaku usaha lain atau masyarakat. Disamping itu, Pasal 47 ayat (2) huruf f UU
No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa tindakan administratif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat berupa penetapan pembayaran ganti rugi. Meskipun Komisi
memiliki kewenangan untuk memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kerugian di pihak lain atau masyarakat, tetapi tidak dapat diartikan bahwa Komisi dapat
membebankan tindakan administratif berupa penetapan pembayaran ganti rugi terhadap
Terlapor yang melanggar UU No. 5 Tahun 1999 dan mengakibatkan kerugian
masyarakat, dengan cara menetapkan pembayaran ganti rugi tersebut kepada Negara.
Penetapan ganti rugi berdasarkan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999 yang
ditentukan dalam Pedoman Pasal 47 tentang Tindakan Adminstratif oleh KPPU adalah
jenis ganti rugi aktual (actual damages) dengan menerapkan prinsip-prinsip penetapan
ganti rugi sesuai konteks Hukum Perdata, dimana beban pembuktian berada pada pelaku
usaha yang meminta ganti kerugian.9
Selain itu, prosedur mengenai ganti rugi kepada pihak yang dirugikan sebagai
akibat terjadinya pelanggaran terhadap UU diatur dalam Pasal 38 ayat (2) UU No. 5
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pihak yang dirugikan sebagai akibat terjadinya
9
326
SALINAN
pelanggaran terhadap UU ini dapat melaporkan secara tertulis kepada Komisi dengan
keterangan yang lengkap dan jelas tentang telah terjadinya pelanggaran serta kerugian
yang ditimbulkan, dengan menyertakan identitas Terlapor. Ketentuan ini menunjukkan
bahwa penetapan ganti rugi yang diakui dalam UU tersebut adalah ganti rugi terhadap
pihak yang dirugikan sebagai akibat pelanggaran atas UU No. 5 Tahun 1999. Oleh
karena itu, penetapan dan pembayaran ganti rugi adalah ditujukan kepada pihak yang
dirugikan, bukan kepada Negara.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, saya menyatakan tidak
sependapat dengan Amar Putusan KPPU Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 Nomor 15
sampai dengan 23.
Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi
pada hari Selasa tanggal 04 Mei 2010 dan dibacakan di muka persidangan
yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari dan tanggal yang sama oleh Majelis
Komisi yang terdiri dari Dr. A.M. Tri Anggraini, S.H., M.H, sebagai Ketua Majelis, Ir.
M. Nawir Messi, M.Sc. dan Benny Pasaribu, Ph.D masing-masing sebagai Anggota
Majelis, dengan dibantu oleh Firman Budiana Nugraha, S.E. dan Rosanna Sarita, S.H.
masing-masing sebagai Panitera.
Ketua Majelis,
Anggota Majelis,
Anggota Majelis,
327
SALINAN
Panitera,
Mokhamad Syuhadhak
328