Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Ny. CMU DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:


HALUSINASI PENDENGARAN DI WISMA SEMBODRO
RSJ GHRASIA YOGYAKARTA

Disusun oleh:
Feby Kurnia
1810206004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
Pathway Halusinasi

Lesi pada daerah frontal, Perubahan Kimia Stres (Internal & Eksternal)
temporan dan limbic otak otak
limbik otak

Respon Metabolik Koping Tidak efektif Terapeutik tdk


Masalah pada Dopamin berhasil
Perilaku psikotik

Perilaku Agresif Berpikir negatif

Skizofrenia Neurokimia Semakin merasa


Halusinogenik terancam
Mudah tersinggung, Menyalahkan diri
marah sendiri

Stress meningkat

MK : RPK MK : HDR
Mengeluh ada suara
lain, takut, menutup
telinga, bicara komat-
kamit, salah persepsi HALUSINASI Menarik Diri
penglihatan

Tidak Fokus pada Isolasi Sosial


diri sendiri
Gangguan sensori
persepsi
Stimulasi lingkungan,
motivasi perawatan diri MK : Defisit
stimulasi internal
Perawatan diri
MINDMAP HALUSINASI

KLASIFIKASI PENGERTIAN ETIOLOGI


 Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Halusinasi adalah gangguan  Halusinasi dapat terjadi
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara– persepsi sensori atau suatu objek pada klien dengan
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang tanpa adanya rangsangan dari gangguan jiwa seperti
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan luar, gangguan persepsi sensori skizofren, depresi atau
untuk melakukan sesuatu. ini meliputi seluruh panca indra. keadaan delirium,
 Halusinasi penglihatan (Visual) 20 % Halusinasi merupakan suatu demensia dan kondisi
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk gelaja gangguan jiwa yang yang berhubungan dengan
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau seseorang mengalami perubahan penggunaan alcohol dan
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan sensori persepsi, serta substansi lainnya.
atau menakutkan. merupakan sensasi palsu berupa  Halusinasi juga dapat
 Halusinasi penghidung (olfactory) suara, penglihatan, perabaan dan dialami sebagai efek
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang penciuman. Seseorang samping dari berbagai
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang– kadang terhidu merasakan stimulus yang pengobatan yang meliputi
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan sebetulnya tidak ada (Yusuf, anti depresi, anti biotik,
dementia. Rizki & Hanik, 2015). sedangkan obat–obatan
 Halusinasi peraba (tactile) halusinogenik dapat
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa membuat terjadinya
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari halusinasi seperti
tanah, benda mati atau orang lain. pemberian obat diatas.
 Halusinasi pengecap (gustatory) Halusinasi juga terdapat
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis pada saat keadaan
dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau individu normal yaitu
feses. yang mengalami isolasi,
 Halusinasi sinestetik HALUSINASI perubahan sensorik seperti
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah kebutaan, kekurangan
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan pendengaran atau adanya
urine. permasalahan pada
 Halusinasi Kinesthetic pembicaraan.
 Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

MANIFESTASI KLINIS
Tahap I : Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, Gerakan mata yang cepat, Respon verbal yang lambat, Diam dan dipenuhi sesuatu
yang mengasyikan.
Tahap II : Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas, Misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah, Penyempitan kemampuan konsentrasi, Dipenuhi dengan
pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III : Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasimya daripada menolaknya, Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, Rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik,Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Tahap IV : Perilaku menyerang teror seperti panic, Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks, Tidak mampu
berespon terhadap lebih dari satu orang.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PSIKOPATOLOGI
 Faktor Predisposisi : Faktor penyebab yang mempengaruhi jenis Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh untuk mengatasi. pentingnya faktor – faktor psikologik, fisiologik, dll. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan
a Faktor perkembangan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang datang dari dalam tubuh ataupun dari
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya kealam sadar. Bila input ini
interpersional terganggu maka individu akan mengalami stress dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,
dan kecemasan. maka materi – materi yang ada dalam uneonsicius atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk
b Faktor Sosiokultular halusinasi.
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang dipersepsi
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat ke unconsicius dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas
klien dibesarkan. maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksternal.
c Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka PENATALAKSANAAN MEDIS
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat Halusinasi yang diduga dapat di atasi secara mudah dan
halusinogenik neurokimia seperti Buffenon. cepat (misalnya, halusinosis, halusinogenik atau timbul
d Faktor psikologis karena dukerta atau bergabung) dapat diobati dengan
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya benzodiazapin dan keduanya dapat mengatasi secara
peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak cepat gangguan perilakunya.
akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan HALUSINASI Antidepresiva, litium (eskalith, priadel, teralitha) dan
berakhir dengan gangguan orientasi realitas. antikonvulsiva biasanya tidak diberikan dalam UGD
e Faktor genetik tetapi harus diberikan bila klien sebelumnya memang
Gen apa yang berpengaruh dalam skizofren belum diketahui, sudah menggunakan obat tersebut, karena khasiatnya
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga baru timbul setelah penggunaan beberapa saat minimal
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada 2 – 3 minggu dan sesuai dengan kepatuhannya.
penyakit ini
 Faktor presipitasi ( pencetus )
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,  Faktor perilaku
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk partisipasi Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan
klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
di lingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba
pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan memecahkan masalah halusinasi berdasarkan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat makhluk yang dibangun atas unsure – unsure biopsikososiospritual sehingga dapat dilihat dari 5
halusinogenik dimensi yaitu : Dimensi Fisik, Dimensi Emosional, Dimensi Intelektual, Dimensi Sosial, Dimensi
Spritual.
PENGKAJIAN: Bimbing Pasien Mengungkapkan Perasaannya  Bantu dan bimbing pasien menemukan
1. Identitas klien - Beri kesempatan kepada klien untuk cara menyelesaikan masalah (koping)
2. Alasan Masuk mengungkapkan halusinasinya yang konstruktif.
3. Riwayat kesehatan sekarang - Ajarkan pertanyaan terbuka yang  Tanyakan kepada klien perasaannya
membutuhkan jawaban luas apabila terjadi halusinasi. Apa yang
4. Faktor pencetus dan pendukung
dilakukan untuk mengatasi perasaan
5. Riwayat kesehatan sebelumnya
tersebut, serta manfaat dan cara yang
6. Riwayat kesehatan keluarga telah digunakan.
7. Penilaian terhadap stressor  Ajarkan cara mengontrol halusinasi:
8. Sumber koping SP 1: menghardik halusinasi
9. Mekanisme koping SP 2: berbicara dengan orang lain
10. Pengkajian fisik SP 3: melakukan kegiatan/aktivitas
11. Pengkajian Psikososial terjadwal
PENATALAKSANAAN SP 4: kepatuhan minum obat
12. Pengkajian status mental
13. Kebutuhan persiapan pulang HALUSINASI
14. Pengetahuan kurang tentang :
15. Pemeriksaan penunjang
16. Terapi medis
17. Penilaian skor kategori pasien

Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) Pendidikan Kesehatan


- Bicara dengan klien secara jujur, singkat dan sering, - Saran kan kepada klien agar segera memberitahukan seseorang atau orang yang
jelas, mudah dimengerti paling dekat bila halusinasinya timbul
- Dengarkan pernyataan tentang halusinasi pasien tanpa - Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang manfaat obat terhadap kesehatan, serta
menentang maupun menyetujui. efek samping yang mungkin timbul serta cara – cara mengatasinya.
Kegiatan Hidup sehari – hari (ADL) - Jelaskan kepada keluarga tanda – tanda halusinasi, cara mengatasinya, serta fasilitas
- Jelaskan kepada klien bahwa makan – minum yang kesehatan yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.
cukup perlu untuk kesehatannya.
- Bimbing klien unutk mandi, gosok gigi, keramas,
berhias serta berpakaian yang rapi.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Davison, G. C., J. M. Neale, dan A. M. Kring. 2004. Abnormal Psychology. Ninth Edition.
US: John Wiley, & Sons, Inc. Terjemahan oleh N. Fajar. 2010. Psikologi
Abnormal. Edisi ke-10. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maramis, W. F. dan A. A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi
kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Yosep, H.I., Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa and Advance Mental Health
Nursing. Cetakan ke-6. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai