Disusun oleh:
Feby Kurnia
1810206004
Lesi pada daerah frontal, Perubahan Kimia Stres (Internal & Eksternal)
temporan dan limbic otak otak
limbik otak
Stress meningkat
MK : RPK MK : HDR
Mengeluh ada suara
lain, takut, menutup
telinga, bicara komat-
kamit, salah persepsi HALUSINASI Menarik Diri
penglihatan
MANIFESTASI KLINIS
Tahap I : Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, Gerakan mata yang cepat, Respon verbal yang lambat, Diam dan dipenuhi sesuatu
yang mengasyikan.
Tahap II : Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas, Misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah, Penyempitan kemampuan konsentrasi, Dipenuhi dengan
pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III : Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasimya daripada menolaknya, Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, Rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik,Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Tahap IV : Perilaku menyerang teror seperti panic, Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks, Tidak mampu
berespon terhadap lebih dari satu orang.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PSIKOPATOLOGI
Faktor Predisposisi : Faktor penyebab yang mempengaruhi jenis Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh untuk mengatasi. pentingnya faktor – faktor psikologik, fisiologik, dll. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan
a Faktor perkembangan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang datang dari dalam tubuh ataupun dari
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya kealam sadar. Bila input ini
interpersional terganggu maka individu akan mengalami stress dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,
dan kecemasan. maka materi – materi yang ada dalam uneonsicius atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk
b Faktor Sosiokultular halusinasi.
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang dipersepsi
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat ke unconsicius dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas
klien dibesarkan. maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksternal.
c Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka PENATALAKSANAAN MEDIS
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat Halusinasi yang diduga dapat di atasi secara mudah dan
halusinogenik neurokimia seperti Buffenon. cepat (misalnya, halusinosis, halusinogenik atau timbul
d Faktor psikologis karena dukerta atau bergabung) dapat diobati dengan
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya benzodiazapin dan keduanya dapat mengatasi secara
peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak cepat gangguan perilakunya.
akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan HALUSINASI Antidepresiva, litium (eskalith, priadel, teralitha) dan
berakhir dengan gangguan orientasi realitas. antikonvulsiva biasanya tidak diberikan dalam UGD
e Faktor genetik tetapi harus diberikan bila klien sebelumnya memang
Gen apa yang berpengaruh dalam skizofren belum diketahui, sudah menggunakan obat tersebut, karena khasiatnya
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga baru timbul setelah penggunaan beberapa saat minimal
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada 2 – 3 minggu dan sesuai dengan kepatuhannya.
penyakit ini
Faktor presipitasi ( pencetus )
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, Faktor perilaku
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk partisipasi Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan
klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
di lingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba
pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan memecahkan masalah halusinasi berdasarkan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat makhluk yang dibangun atas unsure – unsure biopsikososiospritual sehingga dapat dilihat dari 5
halusinogenik dimensi yaitu : Dimensi Fisik, Dimensi Emosional, Dimensi Intelektual, Dimensi Sosial, Dimensi
Spritual.
PENGKAJIAN: Bimbing Pasien Mengungkapkan Perasaannya Bantu dan bimbing pasien menemukan
1. Identitas klien - Beri kesempatan kepada klien untuk cara menyelesaikan masalah (koping)
2. Alasan Masuk mengungkapkan halusinasinya yang konstruktif.
3. Riwayat kesehatan sekarang - Ajarkan pertanyaan terbuka yang Tanyakan kepada klien perasaannya
membutuhkan jawaban luas apabila terjadi halusinasi. Apa yang
4. Faktor pencetus dan pendukung
dilakukan untuk mengatasi perasaan
5. Riwayat kesehatan sebelumnya
tersebut, serta manfaat dan cara yang
6. Riwayat kesehatan keluarga telah digunakan.
7. Penilaian terhadap stressor Ajarkan cara mengontrol halusinasi:
8. Sumber koping SP 1: menghardik halusinasi
9. Mekanisme koping SP 2: berbicara dengan orang lain
10. Pengkajian fisik SP 3: melakukan kegiatan/aktivitas
11. Pengkajian Psikososial terjadwal
PENATALAKSANAAN SP 4: kepatuhan minum obat
12. Pengkajian status mental
13. Kebutuhan persiapan pulang HALUSINASI
14. Pengetahuan kurang tentang :
15. Pemeriksaan penunjang
16. Terapi medis
17. Penilaian skor kategori pasien
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Davison, G. C., J. M. Neale, dan A. M. Kring. 2004. Abnormal Psychology. Ninth Edition.
US: John Wiley, & Sons, Inc. Terjemahan oleh N. Fajar. 2010. Psikologi
Abnormal. Edisi ke-10. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maramis, W. F. dan A. A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi
kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Yosep, H.I., Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa and Advance Mental Health
Nursing. Cetakan ke-6. Bandung: PT Refika Aditama.