Luka Bakar
Luka Bakar
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
pasien berusia kurang dari 20 tahun. Luka bakar karena api merupakan
sebesar 4,3 per 100.000 orang dan 0,4 per 100.000 orang. Kebanyakan
terjadi pada daerah dengan pendapatan tinggi, seperti Eropa dan Pasifik
Gambar 1. Frekuensi Mortalitas Akibat Luka Bakar karena Api per 100.000
anak-anak berdasarkan Tingkat Pendapatan Negara, 2004 (WHO,
2008)
2.1.3 Klasifikasi
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa
panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena
2013).
9
yakni:
Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atau
Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau
pada kepala memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa,
2009).
2.1.4 Patofisiologi
kerusakan jaringan dan perubahan pada aliran darah. Pada bagian pusat atau
tengah luka disebut sebagai zona koagulasi, yaitu zona yang paling banyak
denaturasi pada suhu diatas 410 C, sehingga panas yang berlebih pada
koagulasi terdapat zona stasis atau zona iskemik yang ditandai dengan
dapat dijelaskan secara detail, tetapi proses autofagus akan terjadi dalam 24
jam pertama luka dan apoptosis onset lambat pada 24 hingga 48 jam pasca
trauma luka bakar. Pada daerah paling luar luka yaitu zona hiperemis,
luka bakar dan morbiditas yang akan muncul mengikuti trauma awal. Pada
daerah sekitar luka, akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri
atau perubahan sensasi. Efek sistemik yang ditemukan pada luka bakar berat
Syok hipovolemik dapat terlihat pada pasien dengan luas luka bakar lebih
menyebabkan edema dan dehidrasi. Selain itu, tubuh juga telah kehilangan
Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat, hal ini
disebabkan akibat evaporasi cairan pada kulit karena suhu tinggi luka bakar
hingga 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat mencapai 38,5 0C
akibat adanya respon inflamasi sistemik terhadap luka bakar. Respon imun
pasien juga akan menurun karena adanya down regulation pada reseptor
Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber yaitu antara lain,
sumber luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian pembalut luka ataupun
Hiperalgesia primer terjadi sebagai respon terhadap nyeri pada lokasi luka,
diakibatkan adanya transmisi saraf dari kulit sekitarnya yang tidak rusak.
Pasien dengan luka bakar derajat I atau derajat II superfisial biasanya akan
luka bakar tersebut tampak berwarna merah muda atau merah, nyeri dan
2.1.6 Terapi
Non-operatif
Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk segera pasien
dingin pada luka bakar pasien untuk mencegah kerusakan lebih jauh
- Jika luka bakar terbatas, kompres dengan air dingin selama 30 menit
jaringan.
- Jika luka bakar luas, setelah dialirkan air dingin, pasang pembalut
Bersihkan semua bulla, kecuali pada luka bakar yang sangat kecil.
menempel.
Balutkan kain kasa pada luka. Gunakan kasa kering yang tebal
Ganti balutan kasa setiap hari (dua kali sehari jika memungkinkan)
cairan.
hemolyticus.
Trauma luka bakar kurang dari 20% LPTT hanya mengalami sedikit
oral kecuali pada kasus luka bakar pada wajah, tangan, area genital atau
luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Saat ini
ketika area luka lebih besar dari 20%. Salah satu rumus yang digunakan
untuk menghitung jumlah cairan yang diberikan pada trauma luka bakar
cairan Ringer Laktat 2 ml/kg BB/% area luka bagi pasien dewasa dan 3
ml/kg BB/% area luka bagi pasien anak-anak. Selanjutnya, untuk 24 jam
Operatif
pada ekstremitas atas. Hilangnya sinyal arteri dorsalis pedis atau arteri
akan meyumbat aliran vena, baru kemudian aliran kapiler arteri. Dalam
lebih besar daripada 40 mmHg, eskaratomi pada luka bakar derajat III
2.1.7 Prognosis
Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih
besar, usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya trauma
inhalasi atau trauma signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan
2010).
Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux termodifikasi untuk
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur.
Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan
darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya
waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu
(Burninjury, 2013).
secara berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar
memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan
trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma
2013).
Proses penyembuhan pada luka bakar bergantung pada kedalaman luka. Pada
secara primer. Luka derajat II superfisial sembuh dari sisa epitelium folikel
akan memakan waktu 5-7 hari dan biasanya jaringan sikatriks minim terjadi.
Pada derajat II dalam dan derajat III, proses penyembuhan luka terjadi secara
berkonstitusi dalam ketiga fase pada proses penyembuhan luka. Ketiga fase
ini sama terjadi untuk semua jenis luka, hanya terdapat perbedaan durasi pada
a. Fase Inflamasi
Setelah terjadinya luka, respon inflamasi tubuh dimulai yang terdiri dari
(Tiwari, 2012).
dan substansi yang berasal dari sel mast seperti tumour necrosis
b. Fase Proliferasi
bentuk migrasi keratinosit dari sisa kulit yang masih utuh pada dermis
beberapa jam setelah luka, biasanya proses ini akan menutup luka dalam
c. Fase Remodeling
dimana maturasi graft dan sikatriks terjadi. Pada fase akhir ini diawali
II dalam dan derajat III, fase resolusi akan memanjang hingga beberapa
Komponen aktif silver sulfadiazine terdiri atas silver nitrat dan sodium
spektrum antimikroba yang luas (Gram +, Gram -, dan ragi) dan bersifat
berdisosiasi jika dalam berbentuk garam (Anderson et al., 2012). Ion silver
dapat berikatan dengan enzim yang terdapat di dalam bakteri sehingga dapat
juga dapat terdeposit dinding sel dan membran plasma bakteri sehingga
2008).
Dosis untuk pengobatan luka bakar eksternal derajat II dan III umumnya
sebanyak satu atau dua kali sehari dengan ketebalan sekitar 1,5 mm.
pada bayi. Selain itu, obat ini tidak boleh diberikan pada luka bakar di
daerah wajah karena dapat menimbulkan iritasi mata. Efek samping obat ini
23
2.4.1 Amnion
pertumbuhan sel dan jaringan) dalam rekayasa jaringan. Sel epitel dari
kehamilan aterm terdiri atas dua lapisan utama. Lapisan terluar atau
membran amnion terdiri atas selapis sel epitel kuboid, membran basalis
yaitu tipe I dan tipe III didapatkan lebih banyak dan berfungsi menjaga
lapisan yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan tersebut mudah
terbagi menjadi lapisan amnion dan lapisan korion, yang dipisahkan oleh
bahan seperti jelly, yaitu lapisan intermediate yang akan terlihat jelas pada
pemisahan lapisan. Amnion atau selaput ketuban dilapisi oleh lapisan sel
epitel yang dapat diambil secara mudah dengan teknik simple cell scraping
Snyder, 2012).
bagian yang lainnya terdiri dari beragam lapisan yang terlihat dengan
Efek anti-inflamasi
neutrofil dan makrofag yang berperan penting dalam melawan bakteri dan
Tetapi, ROS dan RNS yang disekresi secara berlebih dapat menyebabkan
ekstraselular. Oleh karena itu, kulit yang terluka harus dilindungi secara
baik dari efek toksik ROS dan RNS. Adanya penurunan produksi ROS
27
Anti-mikroba
proteinase inhibitor (SLPI) dan elafin yang bersifat sebagai anti mikroba
spektrum luas, keadaan ini akan membantu penyembuhan luka pada fase
fibroblas akan mencegah adesi permukaan kulit luka satu sama lain dan
dibalutkan pada luka penderita., sehingga pada fase inflamasi tidak akan
Sifat analgesik
Amnion bersifat efisien dalam menutupi ujung saraf pada tepi luka,
sehingga mampu menjadi agen pereda nyeri jangka cepat terutama pada
Anti-angiogenik
klinis penyembuhan luka jangka panjang yang lebih baik (Dipietro, 2013).
diekspresikan oleh sel epitel amnion (Dua et al., 2004). Selain itu, faktor
Matriks kolagen yang intak akan mendukung migrasi dan proliferasi sel.
Kolagen tipe IV, V dan VII menyusun substrat yang tidak hanya penting
pada fase remodeling, kolagen lebih terstruktur dengan baik (Simon et al.,
2014).
Meningkatkan epitelisasi
morfogenesis
Bank Jaringan Riset Batan (BJRB) adalah Bank Jaringan pertama di Indonesia
berada di bawah Pusat Aplikasi Teknologi lsotop dan Radiasi Badan Tenaga
enzim, didapat dari plasenta bayi yang dilahirkan oleh ibu sehat, bebas dari
penyakit menular seperti HIV dan Hepatitis B/C, baik dari kelahiran normal
Agar jaringan biologi dapat disimpan dalam waktu lama, BJRB melakukan
Liofilisasi, yaitu suatu proses pengeringan dari bahan biologi dengan cara
cair. Dengan cara ini, jaringan biologi yang dikeringkan tidak mengalami
jaringan alograf agar tetap awet sebelum diproses. Disamping itu juga
pasien yang sama di kemudian hari. Penyimpanan jaringan pada suhu -800
Jaringan yang telah diproses dengan cara liofilisasi hingga kadar air 5-7%,
dikemas dalam kantong plastik polietilen, dan diiradiasi dengan dosis 25 kGy.
Jaringan tersebut dapat disimpan pada suhu 4-100 C dan terhindar dari cahaya
tahun, tergantung dari jenis jaringannya. Untuk menjaga kualitas dan sterilitas
jaringan, kemasan yang rusak atau terbuka akibat pemakaian (jaringan sisa)
Proses Penyembuhan
Sembuh
Luka Bakar Inflamasi Proliferasi Remodeling
Tidak
Sembuh
Amnion (ALS-R)
Liofilisasi Pembekuan Sterilisasi Radiasi
Fase Inflamasi
Fase Remodeling
Sembuh
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
2.7 Hipotesis
signifikan sebagai perban biologis terhadap infeksi lokal luka bakar derajat
signifikan sebagai perban biologis terhadap reaksi alergi luka bakar derajat