Anda di halaman 1dari 12

HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

( HPLC )

I. TUJUAN
- Dapat menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi.
- Dapat mengoperasikan alat kromatografi cair kinerja tinggi dengan baik dan benar.
- Dapat menganalisa suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif
menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang Digunakan :
- Serangkat alat HPLC yang dilengkapi dengan injector dan pencetak kromatografi.
- Kolom Linchosphere.
- Syringe
- Penyaring milipone.
Bahan yang Digunakan :
- Cairan blanko yang mengandung caffeine.

III. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

IV. DASAR TEORI


Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi, campuran
tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu ujung media porus seperti
adsorben, yang disebut alas atau landasan kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan
dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus
tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga
akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi)
secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat
selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang
berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas
tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara
komponen-komponen yang ada. (Bahti, Husein H. 2011: 4).
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara
dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa
gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi).
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik
HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode
pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya
melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan
teknik kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan manusia
untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk memandu
pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang modern bahwa LC
(Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk
komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan kecepatannya,
diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang
beberapa jam (Underwood, Day. 2002 : 553).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan
bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 μm (1μm = 10 -6

m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000 Kpa ( 200

atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.


Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah
memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah menghasilkan
suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan- kelemahan yang
diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu pengalaman. Untuk beberapa
jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a) Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah
kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang
dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam
campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar
dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa
diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase
normal.

b) Fase Balik HPLC


Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi
non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus
ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar
dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi
antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan
molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar
akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar
akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.

Komponen instrumentasi penyusun Kromatografi Cair Kinerja Tinggi :


a) Reservoir Pelarut
Jumlah reservoir pelarut : (1) bisa salah satu atau lebih; berisi pelarut organik seperti
heksana, atau air, atau campuran air dan pelarut organik seperti metanol,tergantung kepada
apakah kita bekerja menggunakan fasa normal atau fasa terbalik atau metode
kromatografilainnya.
Bila sistem KCKT dilengkapi dengan alat pencampuran (2) (atau mempunyai lebih
dari satu pompa) yang memungkinkan membuat campuran-campuran pelarut dengan
komposisi yang diatur dengan bantuan suatu programener, maka diperlukan lebih dari satu
reservoir, sistem ini diperlukan untuk melakukan elusi bergradien dimana komposisi pelarut
diubah-ubah selama pengelusian.
Pelarut fasa gerak dipompa dari reservoir oleh sistem pompa, demikian sehingga
campuran pelarut dengan komposisi tertentu dapat mengalir tanpa denyutan (pulseless).
Kecepatan aliran dapat diatur antara 0,1 – 10 mL/menit. Gas yang terlarut dalam pelarut fasa
gerak yang digunakan harus dibuang terlebih dahulu (de-gassing), selain itu, pelarut harus di
saring dahulu agar bebas dari partikel-partikel kecil yang tidak larut.
Pada saluran-saluran pelarut biasanya dipasang saringan (berukuran 2-10 mμ) untuk
mencegah partikel-partikel kecil yang tidak larut tadi, masuk kedalam kolom. Saringan ini
harus diganti atau dibersihkan bila terjadi penyumbatan. Diantara jenis-jenis pompa yang
paling umum digunakan untuk sistem HPLC adalah jenis pompa “isap dan tekan ”
(reciprocating).
Pompa “isap dan tekan” yang sederhana mempunyai kecepatan isap yang tetap.
Artinya, waktu yang diperlukan untuk langkah mengisis sama dengan waktu untuk langkah
memompa. Pompa seperti ini memerlukan perendam denyutan yang baik. Oleh karena itu,
pompa jenis ini umumnya menggunakan dua pengisap yang masing-masing bekerja
kebalikan satu dari yang lainnya. Setiap pengisap memppunyai dua katup pengendali.
Pelarut diisap ke dalam ruang pengisap melalui katup pemasukkan dan kemudian
ditekan ke luar melalui katup pengeluaran. Untuk melakukan elusi bergradien diperlukan dua
sistem pompa yang masing-masing mempunyai satu atau dua penghisap. Ada dua macam
rancangan utama pompa gradien yaitu pecampuran tekana tinggi yang mempunyai hantaran
dua pompa dan pencampuran tekana rendah dengan hantaran satu pompa.
Rancangan pompa gradien yang pertama, yakni sistem pencampuran tekanan tinggi,
mempunyai dua pompa dan satu pengendali, masing-masing pompa menghantarkan satu
sistem pelarut. Fungsi pengendali adalah mengatur kecepatan aliran masing-masing pelarut
sesuai dengan komposisi yang diinginkan dan juga berfungsi untuk menjamin terjadinya
pengadukan yang baik oleh suatu pengaduk dinamik. Setiap pompa mempunyai dua
penghisap dan setiap penghisap mempunyai dua katup. Jenis yang kedua, pompa pembagi
bertekanan rendah hanya mempunyai satu penghisap. Untuk melakukan elusi gradien hanya
diperlukan satu pompa. Pompa ini mempunyai katup pembagi, tidak mempunyai pengendali
gradien.
Dengan katup-katup pembagi dimungkinkan untuk membuat suatu campuran terner
(tiga jenis pelarut) dengan perbandingan yang diinginkan. Jadi untuk melakukan gradien
gradien tidak diperlukan lebih dari satu pompa. Katup-katup pembagi ini dikendalikan oleh
suatu microprocessor dan terbuka selama langkah pemasukan pelarut. (Bahti, Husein. H .
2011 : 34-40)

b) Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang terbuat dari gelas
berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat terjadinya pemisahan campuran
menjadi komponen-komponen. Bergantung keperluannya kolom utama dapat digunakan
untuk analisis atau preparatif setiap komponen yang keluar kolom ditampung pada tabung
yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector selain kolom utama
dikenal pula kolom pengaman.
Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada keperluan,
misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom utama untuk HPLC
biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter dalam berkisar 4,5–10 mm.
Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom karena letaknya sebelum
sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5 cm dengan diameter 4,6 mm
biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran besar dari ukuran partikel kolom utama.
Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu: menyaring kotoran yang terbawa oleh fasa
gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa
diam oleh aliran pelarut.
Kolom merupakan jantung kromatograf, keberhasilan atau kegagalan analisis
bergantung pada pilhan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok :
- Kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan
pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori
biasanya 10-30 cm.
- Kolom preparative
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.
c) Pompa
Pada HPLC, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom
yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi dalam metode ini sebagai
akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan sukar mengalir dalam kolom
yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair dapat melewati kolom
secara tepat maka dibutuhkan bantuan pompa yang bertekana tinggi. Pompa yang digunakan
dalam HPLC harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Menghasilkan tekanan sampai 5000 psi
 Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
 Bahan tahan korosi
 Keluaran bebas pulse
d) Injector Sample
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari
tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal.
Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi
bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan
ketergantungan presisi tersebut kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik.
Perlu diingat, bahwa penyuntik tidak boleh dicabut sebelum pegangan (handle)
penyuntik diputar dari posisi load (“pengisap”) ke posisi inject (“suntik”). Karena sampel
akan mengalir ke saluran pembuangan. Hal yang terakhir ini tentunya tidak diinginkan,
pegangan penyuntik harus diputar cepat agar pemutusan aliran ke dalam diinginkan.
Pegangan penyuntik harus diputar cepat agar pemutusan aliran ke dalam kolom, antara posisi
pengisian (load) dan posisi penyuntikan (inject) berlangsung cepat.
Yang menjadi faktor ketidak tepatan pengukuran HPLC salah satunya terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan kedalam paking kolom. Masalahnya kebanyakan
memasukan cuplikan kedalam kolom dapat menyebabkan band broadening. Oleh karen itu
cuplikan yang dimasukkan harus sekecil beberapa puluh mikroliter. Beberapa teknik
pemasukan cuplikan kedalam sistem dapat diuraikan sebagai berikut :
 Injeksi Syringe
Syringe disuntikan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang
tahan tekanan sampai 1500 psi. Akan tetapi keterulangan injeksi stringe ini sedikit
lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
 Injeksi Stop Flow
Aliran pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan
cuplikan disuntikan langsung kedalam ujung kolom. Setelah menyambung kembali
kolom maka pelarut dialirkan kembali. Untuk memasukkan cuplikan kedalam fasa
gerak perlu dua langkah : sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dan
posisi ‘load’. Cuplikan masih berada dalam loop ; kran diputar untuk mengubah posisi
‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’ dan fasa gerak membawa cuplikan kedalam kolom
(kran cuplikan)
 Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan. Untuk
memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu 2 langkah, yaitu: sejumlah
volume cuplikan disuntikan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih berada
dalam loop; kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi injeksi dan fasa
gerak membawa cuplikan ke dalam kolom.
e) Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap
golongan senyawa tertentu saja. Dan detektor universal, yaitu detektor yang peka
terhadap golongan senyawa apapun kecuali pelarutnya. Diantara detektor yang digunakan
dalam KCKT adalah :
Detektor Ultra Violet – Visible (Sinar Tampak)
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-senyawa organik.
Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang, sehingga panjang
gelombang UV yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan jenis cuplikan yang diukur.
Detektor UV-Visible (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena
sensitivitasnya yang baik mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa yang di
analisis, dan memungkinkan untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang pada
panjang gelombang tetap yaitu pada panjang gelombang 254 nm, dan ada yang panjang
gelombangnya dapat dipilih sesuai dengan diinginkan antara 190-600 nm. Detektor
dengan panjang gelombang variabel ini ada yang dilengkapi alat untuk memilih panjang
gelombang secara otomatis dan dapat me-nol-kan sendiri (allto zero). Detektor jenis ini
juga ada yang menggunakan drode erray (sebagai pengganti photo tube), sehingga dapat
melakukan pembacaan absorban yang kontinyu pada berbagai panjang gelombang.
Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias memberi respons terhadap senyawa yang dianalisis apapun,
termasuk pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor ini adalah perubahan indeks bias
karena adanya komponen sampel dalam pelarut. Detektor ini bersifat tidak merusak (non-
destruktif), sensitivitasnya cukup tinggi (minimum 10-6 g) dan umumnya digunakan dalam
pekerjaan preparatif. Dengan detektor ini tidak dapat dilakukan elusi bergradien. Detektor ini
digunakan dalam kromatografi eklusi dan dalam analisis karbohidrat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan detektor indeks bias :
1. Bila digunakan lebih dari satu pelarut, maka campuran dahulu hingga homogen dan
bebaskan dari gas terlarutnya.
2. Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan sampai detektor
stabil.
3. Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah
detektor indeks bias pada urutan terakhir.
4. Untuk saluran pembuangan, gunakanlah selang teflon berdiameter dalam (inner diameter)
yang besar tapi pendek.
5. Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang dipelihara tetap.
6. Jaga agar sel indeks bias selalu bersih.
6. Rekorder
Rekorder adalah alat untuk mencetak hasil percobaan pada lembar berupa kumpulan
puncak (kromatogram) kromatogram HPLC yang didapat berguna untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran dan jumlah
peak menyatakan jumlah komponen. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan cara
membandingkan waktu retensi (rt) analit atau sampel dengan waktu retensi standar.
Sedangkan analisis kuantitatif depat dilakukan dengan didasarkan pada luas peak atau tinggi
peak dengan metode standar kalibrasi.
Prinsip kerja instumentasi HPLC
HPLC menggunakan fasa gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah
campuran komponen (analit). Prinsip keja HPLC adalah pemisahan setiaap komponen dalam
sampel berdasarkan kepolarannya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi
lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam
yang biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah RMe 2SiCl, dimana R
adalah rantai alkana C-18 atau C8. Sementara fasa geraknya berupa larutan yang diatur
komposisinya (gradien elusi), misalnya : air:asetonitril (80:20), hal ini bergantung pada
kepolaran analit yang akan dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan
kepolarannya, dan waktu retensinya akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang
punsak-puncaknya terpisah.
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan komponen-komponen terjadi karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Keunggulan
menggunakan HPLC dibandingkan kromatografi gas yaitu terletak pada kemampuannya
untuk menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak
terbatas pada senyawa organik tapi mampu menganalisis senyawa anorganik, mampu
menganalisis cuplikan yang mempunyai molekul tinggi (beratnya), mampu menganalisis
cuplik yang mempunyai titik didih yang sangat tinggi seperti polimer.
Cara kerja instumentasi HPLC
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom
kedetektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak
dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran
karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang
kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu.
Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih
lama. Setiap komponen yang campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian
direkam dalam bentuk kromatogram.
Gambar Skema Instrumentasi HPLC

VII. ANALISIS PERCOBAAN

Praktikum kali ini yang dilakukan adalah menganalisa sample caffeine menggunkana
alat penyerap yang bernama High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau yang
lebih dikenal dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kerja HPLC pada prinsipnya
adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya, alat yang terdiri dari kolom
(sebagai fase diam) dan larutan tertentu sebagai fase geraknya. Yang paling membedakan
HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk
mendorong fase geraknya. Campuran analit akan terpisah berdasarkan teramati pada
spectrum yang puncak-puncaknya terpisah. Untuk skala polaritas : golongan fluorocarbon <
golongan hidrokarbon < senyawa terhelogenasi < golongan eter ~ golongan ester < golongan
keton ~ golongan aldehida < golongan alkohol < golongan asam.

HPLC dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses kualitatif cara
yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah melihat Retention Time (RT). Peak yang
mempunyai RT yang sama dengan standard umumnya adalah sebagai peak milik analit.
Selain melihat RT hal lain yang perlu dilihat adalah spectrum 3D dari signal kromatogram.
Zat yang sama akan mempunyai spectrum 3D yang juga sama. Sehingga jika spectrum 3D
antara dua zat berbed, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan
meskipun memiliki RT yang sama.

Kemudian melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen yang dianalisis
didalam sample. Adapaun yang berperan dalam proses separasi pada systm HPLC adalah
kolom. Setelah itu hasil analisa HPLC berupa kromatogram akan terdapat peak-peak yang
menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sampel seperti sampel Panadol dan
Bodrex. Hal ini yang menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh
karena itu sampel harus dilakukan separasi yang cukup rumit..

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
 HPLC atau High Performance Liquid Chromatography merupakan teknik pemisahan
yang dilakukan berdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam analit
terhadap fase geraknya.
 Kegunaan umum HPLC untuk pemisahan sejumlah senyawa organic, anorganik,
maupun senyawa biologis, analisis ketidakmakmuran, analisis senyawa-senyawa
mudah menguap, penentuan molekul-molekul netral, amupun zwitter ion, dan lainnya.
 Analisa caffeine yang dilakukan harus terhindar dari adanya gelembung-gelembung
atau gas udara dalam penganalisaan dari awal hingga akhir agar pembacaan detector
tidak terganggu dan hasilnya tidak kacau.
 Sampel yang memiliki Red Time (RT) yang sama dengan standar adalah sampel
panadol dengan RT sebesar 3,56. Sedangkan sampel yang memiliki RT lebih rendah
adalah sampel oskadon dan RT lebih tinggi dari standar adalah sampel Bodrex yang
masing-masing RT sebesar 3,55 dan 3,58.
DAFTAR PUSTAKA

Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrumen. Penuntun Praktikum KAI :


High Performance Liquid Chromatography (HPLC). 2018. Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Ir. Muhammad Taufik, M.Si, dkk. Modul Kimia Analitik Instrumen. 2018.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
GAMBAR ALAT

High Pressure Liquid Cromatography (HPLC) Neraca Analitik

Gelas Kimia, Ultrasonic Cleaner, Labu ukur Spatula, Kaca Arloji, Mortar

Anda mungkin juga menyukai