Anda di halaman 1dari 198

1

"Ia bagaikan siluman yang dapat menyelinap mendatangi korbannya


dengan berjubahkan gelapnya kesedihan tetapi kemudian menghilang
selama bertahun-tahun—lantas datang kembali dengan berjubahkan mania
yang terang-benderang tetapi berapi-api."
dr. Francis Mark Mondimore.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

2
Ucapan Terima Kasih
Izinkan saya mengucapkan terima kasih untuk orang-orang yang
telah berperan dalam penyusunan ebook ini. Walaupun kata-kata tak
akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih.

Untuk Tim Editor :

1. Prof. Dr. Ling Tan, Professor of Psychiatry di Pennsylvania


Psychiatric Institute & Pennsylvania State University

2. Yeni Rosa Damayanti, Ketua PJS (Perhimpunan Jiwa Sehat)

3. Bagus Utomo, Ketua KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia


Indonesia)

4. dr. Tika Prasetiawati, Aktivis Keswa

5. Arie Dabo (Arie Qurniawan), Penyandang Bipolar yang Tak


Pandai Menyerah

6. Aniek Wijaya, Teman Dekat Bipolar

Di tengah kesibukan dan aktifitas masing-masing, mereka telah


berkenan meluangkan waktu untuk mengoreksi naskah ebook ini,
baik dari segi isi maupun redaksional.

Untuk Dr. Andri, SpKJ, Penanggung Jawab Klinik Psikosomatik RS


OMNI, Alam Sutera, yang telah berkenan menulis kata pengantar
yang membesarkan hati untuk ebook ini.

Untuk rekan-rekan onliner, facebooker dan blogger yang tak bisa saya
sebut satu-persatu di sini. Terima kasih atas kontribusi, komentar,
saran, masukan dan kritik anda sekalian untuk tulisan-tulisan saya di
blog, facebook dan media sosial lainnya.

Untuk Linda Mulyanah, istri tercinta yang selalu memberi motivasi,


dukungan, dorongan semangat dan mengingatkan jika saya salah.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

3
Kata Pengantar
Oleh Dr. Andri, SpKJ

Gangguan Bipolar adalah gangguan suasana perasaan yang dicirikan


oleh dua karakteristik mood yang bertolak belakang, depresif dan
manik. Gangguan yang termasuk kategori mood atau suasana
perasaan ini sejak beberapa tahun belakangan menjadi pusat
perhatian di kalangan kedokteran jiwa di Indonesia.

Kondisi ini didorong oleh mulai timbulnya kesadaran masyarakat akan


adanya gangguan jiwa jenis ini yang bisa mengenai masyarakat dari
golongan manapun. Pemberitaan para tokoh publik yang mengalami
gangguan bipolar walaupun kebanyakan berasal dari luar negeri pun
menjadi hal yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya
gangguan bipolar.

Dahulu kondisi gangguan jenis ini sering disalahdiagnosis dengan


gangguan skizofrenia, kondisi yang sebenarnya masih kerap terjadi di
dalam praktek sehari-hari. Ini disebabkan karena manifestasi
penampakan klinik pasien gangguan bipolar seringkali mirip dengan
gangguan jiwa lainnya terutama gangguan skizoafektif dan gangguan
depresi.

Ebook yang anda baca ini mencoba menjelaskannya dari kacamata


penderitanya. Orang yang paling memahami gangguan jiwa
sebenarnya memang adalah penderitanya sendiri. Mereka yang tidak
mengalami seringkali sulit memahami apa yang terjadi pada diri
penderitanya. Kesulitan berempati dan kurangnya informasi terkait
gangguan jiwa yang diderita keluarga atau teman kita membuat kita
sendiri terkadang bersikap tidak responsif dan penuh stigma terhadap
pasien gangguan jiwa termasuk gangguan bipolar ini.

Ebook yang dibuat oleh saudara Tarjum ini mencoba menjawab


kesenjangan ini. Bahasa yang lugas dengan ditunjang oleh cuplikan-

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

4
cuplikan literatur terbaru berkaitan dengan gangguan bipolar
mencoba menjelaskan dengan bahasa yang sesederhana apa yang
terjadi di dalam otak pasien dengan gangguan bipolar. Walaupun
terkadang tergambar kesulitan menjelaskan maksud dari suatu hal
berkaitan dengan ini, saudara Tarjum terlihat berusaha menjelaskan
dari berbagai aspek tentang sesuatu hal terkait gangguan bipolar
agar didapatkan pemahaman yang baik oleh para pembacanya.

Testimonial dan pertanyaan-pertanyaan teman-teman yang juga


―senasib‖ menambah khasanah ebook ini. Kita para profesional di
kalangan kesehatan jiwa terkadang melupakan apa yang menjadi
impian pasien dan keluarganya di masa depan berkaitan dengan apa
yang mereka alami. Keputusasaan, frustasi, kecewa dan penasaran
tentang apa yang terjadi seringkali kita tidak bisa tangkap dalam
praktek klinis sehari-hari apalagi yang sangat sibuk sehingga kadang
kekurangan waktu untuk bersama pasien lebih lama.

Maka dari itu menurut saya, ebook ini bukan hanya penting dibaca
oleh pasien dan keluarga pasien gangguan bipolar, tetapi juga oleh
para profesional di kalangan kesehatan jiwa dan psikiatri agar lebih
memahami apa yang dialami oleh para pasien gangguan bipolar.

Saya yakin ebook ini akan sangat bermanfaat sebagai penambah


khasanah pustaka terkait gangguan jiwa khususnya gangguaan
bipolar.

Selamat sekali lagi saya ucapkan kepada saudara Tarjum. Semoga


tulisannya menjadi terang buat kita semua. Salam Sehat Jiwa.

Jakarta, 16 Desember 2011

Andri
Psikiater

Daftar Isi:
Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

5
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. 3
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. 5
PENDAHULUAN……………………………………………………………. 9

BAGIAN 1 : DEFINISI BIPOLAR

 Bagaimana Rasanya Menderita Gangguan Jiwa?........ 11


 Apa itu Gangguan Bipolar?......................................... 12
 Memahami Kepribadian Dua Kutub………………………… 15
 Bipolar, Merasa Diri Nabi……………………………………… 22

BAGIAN 2 : OPINI BIPOLAR

 Stigma Negatif Penderita Gangguan Jiwa………………. 26


 Jangan Biarkan Stigma Negatif Gangguan Jiwa
Mendikte Kita……………………………………………………… 28
 Dua Pertanyaan tentang Bipolar yang belum
Terjawab……………………………………………………………. 31
 Tanya Jawab Tentang Bipolar di Inbox Facebook……. 33
 Benarkah Skizofrenia dan Bipolar Tidak Bisa
disembuhkan?............................................................ 37
 Apakah Bisa Mengontrol Bipolar Tanpa Obat?............ 42
 Antara Atlet dengan ODB……………………………………… 47
 Arti Cinta Bagi Seorang Bipolar.................................. 51
 Hati-Hati dengan “Rasa Kasihan”yang Tak Wajar……. 58
 Gangguan Bipolar dan Skizofrenia Bisa
Sembuh Total!............................................................ 60
 Puisi Bipolar……………………………………………………….. 63

BAGIAN 3 : CURHATKU

 Kisah Bipolarku dalam Rangkain Foto……………………. 65


 Saya Tak Malu Pernah Mengidap Gangguan Jiwa…….. 79
 Seseorang Menuduh Saya Penipu dan Menyesatkan?. 83
 Apakah Sebuah „Mukjijat‟ Bisa Pulih dari Gangguan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

6
Bipolar?...................................................................... 87
 Apakah Saya Sedang Dalam Kondisi Manik?............... 90
 Luapan Semangat dan Gairah yang Saya Rasakan,
Bukanmanik!.............................................................. 94
 Berkarya dalam Lingkaran Mania dan Depresi…………101
 Sahabat, Tapi juga Musuh Dalam Selimut yang
Lambat Aku Kenali……………………………………………….104
 Harapan Mantan ODB……………………………………………108

BAGIAN 4 : CURHAT SAHABAT

 Sebuah Kisah Ditengah perjuangan...........................110


 Berdamai Dengan Depresi…………………………………….114
 The Conclusion Bipolar Symptom of Mine……………….116
 16 Tahun Hidup Tersiksa oleh Bipolar…………………….120
 Sepotong Bagian Puzzle dari Diri Gue yang Ilang…….123
 Curhat Seorang Suami yang Istrinya Divonis
Menderita Bipolar…………………………………………………127
 Cerita Tentang Pengalaman Menulisku…………………..134

BAGIAN 5 : SOLUSI BIPOLAR

 Bagaimana Meyakinkan Orang Terdekat tentang


Kondisi Psikologis yang Anda Alami?.........................136
 Bagaimana Menanggapi Sikap Negatif Orang-Orang
Terdekat Terhadap Gangguan Jiwa Anda?..................142
 Bagaimana Caranya Agar Ikhlas Menerima
Ketetapan Tuhan?......................................................144
 Bagaimana Membangkitkan Gairah dan Semangat
dengan Musik?...........................................................149
 Bagaimana Menaklukan dan Mengendalikan Jiwa
yang Liar?..................................................................151
 Saling Berbagi untuk Mencari Solusi Terbaik
Penanganan Gangguan Bipolar……………………………..155
 Sepak Bola dan Pemulihan Kondisi Psikologis…………160

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

7
 Jangan Takut untuk Mencintai, Seseorang sedang
Menunggu Kedatangan Anda…………………………………164
 Jika Orang yang Anda Cintai Mengalami Gangguan
Mental………………………………………………………………..170
 Inspirasi dari Toni Christiansen untuk Orang Dengan
Bipolar……………………………………………………………….174
 Bloging Sebagai Alternatif Terapi Psikis…………………177
 Bagaimana Saya Bisa Sembuh dari Bipolar?..............181
 3 Kunci Penyembuhan Bipolar Saya!..........................184
 Puasa dan Penyembuhan Problem Psikologis………….190
 Kekuatan Do‟a sebagai Penyembuh……………………….193
 Informasi……………………………………………………………197

Pendahuluan
Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

8
Materi ebook “Berdamai dengan Bipolar” ini merupakan artikel
pilihan tentang bipolar dari blog Curhatkita yang saya tulis selama 3
tahun, sejak Oktober 2008 sampai Oktober 2011.

Artikel pilihan tersebut diedit, diolah dan disusun ulang agar lebih
fokus dan tajam membahas gangguan bipolar. Juga untuk
memudahkan pembaca memahami bipolar dari gejala sampai solusi
penanganannya.

Selain tulisan saya sendiri, dalam ebook ini terdapat beberapa artikel
kutipan dari sumber terpercaya, tulisan teman-teman ODB, aktivis
dan profesional kesehatan jiwa.

Materi ebook ini terdiri dari 5 bagian :

 Bagian pertama, menjelaskan secara singkat pengertian


gangguan kejiwaan secara umum dan gangguan bipolar secara
khusus.
 Bagian kedua, menjelaskan beberapa opini tentang bipolar.
 Bagian ketiga, curhat saya sendiri seputar bipolar dan
permasalahannya.
 Bagian keempat, curhat para sahabat ODB.
 Bagian kelima, membahas tentang beberapa solusi
penanganan bipolar, baik solusi medis maupun alternatif.

Untuk membaca seluruh artikel tentang bipolar di blog curhatkita,


tidak akan cukup dengan beberapa jam online. Belum lagi untuk
menelusuri dan memilih artikel-artikel yang anda inginkan juga butuh
waktu.

Dengan membaca ebook ini berarti anda sudah menghemat waktu


dan biaya untuk membaca artikel-artikel tentang gangguan bipolar di
blog Curhatkita.
Ebook ini ibarat puzzle tentang bipolar yang coba saya susun menjadi
sebuah ―gambar‖ bipolar agar lebih jelas dan mudah difahami.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

9
Harapan saya, ebook ini bisa memberi pemahaman tentang bipolar
secara proporsional. Saya juga berharap anda bisa memahami
gangguan bipolar dari sudut pandang yang baru dan berbeda,
terutama dari sudut pandang penderitanya.

Tulisan tentang bipolar di ebook ini sifatnya personal dan subyektif


dari kacamata seorang pengidap bipolar. Jadi, mungkin anda tidak
sepaham atau berbeda pendapat dengan materi ebook ini.

Saran, masukan, koreksi dan kritik anda sangat saya harapkan untuk
perbaikan materi ebook ini.

Jika ada hal-hal yang janggal, keliru atau bahkan salah dari materi
ebook ini, silakan sampaikan via email: sivalintar@yahoo.com.
Dengan senang hati akan saya koreksi dan perbaiki.

Semoga materi ebook ini bermanfaat untuk anda. Selamat membaca.

BAGIAN 1 : DEFINISI BIPOLAR

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

10
Bagaimana Rasanya Menderita Gangguan Jiwa?

Tak mudah menjelaskan hal ini, bahkan bagi orang yang pernah
mengalami pedihnya menderita gangguan jiwa sekalipun. Rasa
sakitnya tak bisa diukur dan dirasakan secara fisik, karena memang
tak melukai tubuh. Perasaan sakit dan pedih itu ada dalam pikiran
dan perasaan.

Namun, Dr Andrew Slaby mencoba menjelaskan rasa sakit


menderita gangguan jiwa (depresi) itu seperti ini, "Bayangkan nyeri
fisik terhebat yang pernah anda rasakan—patah tulang, sakit gigi,
atau sakit bersalin—lipat gandakan sepuluh kali dan bayangkan anda
tidak tahu penyebabnya, barulah anda mungkin dapat mengira-ngira
seberapa menyiksanya depresi itu."

Itulah gambaran bagaimana rasanya menderita gangguan jiwa.


Betapa pedih dan beratnya menanggung beban derita jiwa. Belum
lagi harus menanggung beban mental atas pandangan negatif dari
lingkungan.
Apa itu Gangguan Bipolar?

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

11
Saya tidak akan menjelaskan definisi gangguan bipolar secara detil di
ebook ini. Saya percaya, para pembaca sekalian sudah sangat
faham apa dan bagaimana pengertian gangguan bipolar. Saya hanya
akan menjelaskan definisi gangguan bipolar sekilas saja.

Informasi pertama tentang ganggauan bipolar saya dapatkan


pertengahan September 2001, dari majalah Awake!, majalah non
komersial terbitan Watchtower Bible and Tract Society of New York
Inc.. Edisi bahasa Indonesianya terbit di Malaysia bernama
Sedarlah!. Artikel utamanya membahas tentang gangguan jiwa pada
remaja, dengan judul “Bantuan bagi Remaja yang Depresi”.

Berikut kutipan artikelnya.

Menurut Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain, gangguan


bipolar (juga dikenal sebagai ganguan manik depresif) adalah "suatu
kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan
periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu
meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang
baik".

Fase peningkatan ini disebut mania. Gejalanya mungkin mencakup


berpikir dengan sangat cepat. Cerewet, dan penurunan kebutuhan
untuk tidur. Bahkan, sipenderita dapat terjaga selama berhari-hari
tanpa tidur, tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kehabisan energi.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

12
Gejala lain dari gangguan bipolar adalah perilaku yang sangat
impulsif tanpa memikirkan konsekwensi. "Mania sering kali
mempengaruhi cara berpikir, penilaian, dan prilaku sosial dengan cara
yang menimbulkan problem serius dan hal-hal yang memalukan,"
kata laporan yang dibuat oleh Institut Kesehatan Mental Nasional AS.

Berapa lama fase mania ini berlangsung? Kadang-kadang hanya


beberapa hari; dalam kasus lain, mania terus berlangsung selama
beberapa bulan sebelum akhirnya digantikan oleh pasangannya,
depresi.

Yang paling beresiko mengalami gangguan bipolar adalah orang-


orang yang anggota keluarganya mengidap penyakit itu.

Kabar baiknya adalah bahwa ada harapan bagi para penderita. "Jika
didiagnosis lebih awal, dan ditangani sepatutnya," kata buku The
Bipolar Child," Anak-anak itu serta keluarga mereka dapat menjalani
kehidupan yang jauh lebih stabil.

Penting untuk diperhatikan bahwa satu gejala saja tidak


memperlihatkan adanya depresi atau gangguan bipolar. Seringkali
diagnosis didapat dari serentetan gejala yang terlihat selama suatu
jangka waktu Pikiran yang Tersiksa.

Di seluruh dunia, depresi dan gangguan bipolar menyerang jutaan


pria dan wanita. Bagaimana mereka dapat dibantu?

Dalam tahun-tahun belakangan ini, gangguan bipolar telah mendapat


lebih banyak perhatian publik. Gejala penyakit ini mencakup
perubahan suasana hati yang parah, yang bolak-balik antara depresi
dan mania. ―Selama fase depresi," kata sebuah buku yang diterbitkan
oleh Ikatan Dokter Amerika, "Anda mungkin dihantui oleh gagasan
untuk bunuh diri. Selama fase mania penyakit Anda, penilaian Anda
yang baik mungkin lenyap dan Anda mungkin tidak bisa melihat
bahayanya tindakan Anda."

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

13
Gangguan Bipolar—Selalu berubah-ubah

"Kestabilan adalah tempat bertamu penderita bipolar. Tak seorang


pun dari kami yang benar-benar tinggal disitu."—Gloria

Depresi klinis memang penuh tantangan. Namun, sewaktu ditambah


lagi dengan mania, hasilnya disebut gangguan bipolar. "Satu-satunya
hal yang konsisten tentang gangguan bipolar adalah bahwa itu tidak
pernah konsisten." kata seorang penderita.

Kata The Harvard Mental Health Letter, ―Pasien bipolar, selama mania
dapat sangat suka ikut campur dan mendominasi.‖

Apa penyebab gangguan bipolar?

Salah satunya adalah faktor genetis—yang lebih kuat dari pada faktor
depresi. "Menurut beberapa kajian ilmiah," kata Ikatan Dokter
Amerika, "Anggota keluarga dekat dari penderita depresi bipolar lebih
cenderung mengalami penyakit ini 8 hingga 18 kali daripada anggota
keluarga dekat dari orang yang sehat.

Kontras dengan depresi, gangguan bipolar tampaknya menyerang


pria dan wanita dalam jumlah yang sama. Sering dimulai sewaktu
seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan
bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak.

Meskipun demikian, menganalisis gejalanya dan menarik kesimpulan


yang benar dapat sangat sulit bahkan bagi seorang pakar medis.

"Gangguan bipolar adalah bunglonnya gangguan kejiwaan,


mengubah tampilan gejalanya dari satu pasien ke pasien lain,
dan dari satu episode ke episode lain bahkan pada pasien
yang sama," tulis dr. Francis Mark Mondimore dari Fakultas
Kedokteran di Jhons Hopkins University.

"Ia bagaikan siluman yang dapat menyelinap mendatangi korbannya

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

14
dengan berjubahkan gelapnya kesedihan tetapi kemudian menghilang
selama bertahun-tahun—lantas datang kembali dengan berjubahkan
mania yang terang-benderang tetapi berapi-api."

Memahami Kepribadian Dua Kutub

Informasi yang cukup lengkap dan detail mengenai bipolar saya


dapatkan dari artikel di website majalah Farmacia
(http://www.majalah-farmacia.com), ditulis oleh Andra dengan nara
sumber Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ(K).

Sebagian besar ciri-ciri gejala dan kemungkinan penyebabnya, sangat


cocok dengan yang pernah saya alami.

Silakan simak artikelnya.

"Jangan menganggap remeh gangguan bipolar!", begitulah kata Prof


dr Sasanto Wibisono SpKJ(K), Guru Besar dari Departemen Psikiatri
FKUI/RSCM, seperti dikutip dari harian Pikiran Rakyat 12 Mei 2006.
Beliau pun melanjutkan, gangguan bipolar yang tidak diterapi dengan
baik akan membahayakan jiwa penderita itu sendiri.

Gangguan jiwa bukan hanya ‗milik‘ negara-negara miskin atau


sedang berkembang seperti Indonesia. Pada kenyataannya, gangguan
jiwa menjadi salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara maju. Dan gangguan bipolar termasuk salah satu contohnya.

Boleh dibilang, insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara


0,3 - 1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis.
Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya
kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas alias bunuh
diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak
diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

15
1,3 per 1000 pasien.

Dua Kutub

Layaknya sebuah magnet, gangguan bipolar memiliki dua ‘kutub‘


yaitu manik dan depresi. Dari situ pulalah nama bipolar itu berasal.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) III, gangguan ini bersifat episode berulang yang
menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktifitasnya jelas
terganggu.

Gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana


perasaan serta peningkatan energi dan aktifitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana
perasaan serta pengurangan energi dan aktifitas (depresi).

Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode.


Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung
berlangsung lebih lama.

Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak
sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-
30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko
penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan


bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II.
Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2
episode yaitu manik dan depresi.
Gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi.

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu


hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala
psikotik.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

16
Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang
sedang dalam masa ovulasi (‘estrus‘) atau seorang laki-laki yang
dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk
beraktifitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa
contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada
manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi
sosial.

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga


mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktifitas sosial. Harga
diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah
tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Bila gejala
tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania
dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.

Bertolak belakang dengan hipomanik/manik, gejala pada depresi


terjadi sebaliknya. Suasana hati diliputi perasaan depresif, tiada
minat dan semangat, aktifitas berkurang, pesimis, dan timbul
perasaan bersalah dan tidak berguna.

Episode depresi tersebut harus berlangsung minimal selama 2


minggu, baru diagnosis dapat ditegakkan. Bila perasaan depresi
sudah menimbulkan keinginan untuk bunuh diri berarti sudah masuk
dalam depresif derajat berat.

Virus Genetik

Hingga saat ini, etiologi dan patofisiologi gangguan bipolar masih


belum dapat dijelaskan. Virus pun sempat dituding sebagai biang
kerok. Serangan virus pada otak berlangsung pada masa janin
dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran. Namun,
gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya
manifestasi itu timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar
timus dan pineal yang memproduksi hormon yang mampu mencegah
gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

17
Akhir-akhir ini, penelitian mengarah pada keterlibatan genetik.
Pemikiran tersebut muncul berawal dari ditemukannya 50% penderita
bipolar yang memiliki riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar
berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko
pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot
(40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.
Pola penurunan tersebut tidak mengikuti hukum Mendel.

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara


gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih
belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang
benar-benar terlibat.

Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom


Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar.

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala


bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter
dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah
dopamine, serotonin, dan noradrenalin.

Kandidat gen yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut


pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A
(MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-O-metiltransferase (COMT),
dan serotonin transporter (5HTT).

Tak berhenti sampai disitu, peneliti juga mempunyai ‗tersangka‘ baru


yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor
(BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi
plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak.

BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF
terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari
tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar. Dan hasilnya,
positif.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

18
Komorbid

Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita


bipolar saja tetapi juga menderita gangguan jiwa yang lain
(komorbid). Penelitian oleh Goldstein BI dkk, seperti dilansir dari
Am J Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa dari 84 penderita bipolar
berusia diatas 65 tahun ternyata sebanyak 38,1% terlibat dalam
penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5% gangguan cemas
menyeluruh, dan 19% gangguan panik.

Sementara itu, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)


menjadi komorbid yang paling sering didapatkan pada 90% anak-
anak dan 30% remaja yang bipolar.

Kelainan Otak

Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan


penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging
(MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual.

Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun
menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus.
Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari
otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin


berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui,
oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang membungkus
akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf.
Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan
komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.
Wawancara Psikiatrik

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

19
Sama seperti kebanyakan gangguan jiwa yang lain, pemeriksaan
laboratorium tidak terlalu diperlukan. Cukup dengan wawancara
psikiatri yang runut dan pemeriksaan fisik yang lengkap, diagnosis
gangguan bipolar dapat ditegakkan.

Pertama-tama, hendaknya menilai dulu kondisi medik umum guna


menyingkirkan adanya gangguan mental organic (F00-F09).
Selanjutnya, mencari tahu apakah gangguan mental yang dialami
pasien merupakan akibat dari penggunaan zat psikoaktif (F10-19).
Dan terakhir, menyingkirkan kemungkinan skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham lainnya (F20-29).

Medikamentosa

Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi


gangguan bipolar. Keefektivitasannya telah terbukti dalam
mengobati 60-80% pasien. ‗Pamornya‖ semakin berkibar karena
dapat menekan ongkos perawatan dan angka kematian akibat bunuh
diri.

Tapi bukan berarti lithium tanpa cela. Terdapat segelintir orang yang
kurang memberi respon terhadap lithium, diantaranya penderita
dengan riwayat cedera kepala, mania derajat berat (dengan gejala
psikotik), dan yang disertai dengan komorbid. Bila penggunaanya
dihentikan tiba-tiba, penderita cepat mengalami relaps. Selain itu,
indeks terapinya sempit dan perlu monitor ketat kadar lithium dalam
darah.

Gangguan ginjal menjadi kontraindikasi penggunaan lithium karena


akan menghambat proses eliminasi sehingga menghasilkan kadar
toksik. Di samping itu, pernah juga dilaporkan lithium dapat merusak
ginjal bila digunakan dalam jangka lama. Karena keterbatasan itulah,
penggunaan lithium mulai ditinggalkan.

Antipsikotik mulai digunakan sebagai antimanik sejak tahun 1950-an.


Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada penderita bipolar

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

20
dengan agitasi psikomotor. Perhatian ekstra harus dilakukan bila
hendak merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang
terutama generasi pertama (golongan tipikal) sebab dapat
menimbulkan beberapa efek samping seperti ekstrapiramidal,
neuroleptic malignant syndrome, dan tardive dyskinesia.

Valproat menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak


memberi respon terhadap lithium. Bahkan valproat mulai
menggeser dominasi lithium sebagai regimen lini pertama. Salah satu
kelebihan valproat adalah memberikan respon yang baik pada
kelompok rapid cycler.

Penderita bipolar digolongkan rapid cycler bila dalam 1 tahun


mengalami 4 atau lebih episode manik atau depresi. Efek
terapeutik tercapai pada kadar optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L.
Efek samping dapat timbul ketika kadar melebihi 125 mg/L, di
antaranya mual, berat badan meningkat, gangguan fungsi hati,
tremor, sedasi, dan rambut rontok. Dosis akselerasi valproat yang
dianjurkan adalah loading dose 30 mg/kg pada 2 hari pertama
dilanjutkan dengan 20 mg/kg pada 7 hari selanjutnya.

Pencarian obat alternatif terus diupayakan. Salah satunya adalah


lamotrigine. Lamotrigine merupakan antikonvulsan yang digunakan
untuk mengobati epilepsi. Beberapa studi acak, buta ganda telah
menyimpulkan, lamotrigine efektif sebagai terapi akut pada
gangguan bipolar episode kini depresi dan kelompok rapid
cycler. Sayangnya, lamotrigine kurang baik pada episode manik.

Gangguan bipolar harus diobati secara kontinyu, tidak boleh putus.


Bila putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan
semakin sering. Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering
mengakibatkan buruknya kepatuhan untuk berobat karena dikira
sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar
penderita dapat ditangani lebih dini.
Bipolar, Merasa Diri Nabi

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

21
Jika orang yang Anda kenal merasa diri hebat, mengaku jenderal,
bahkan malaikat, nabi, atau wakil Tuhan, waspadalah. Siapa tahu ia
mengalami gangguan bipolar (manik depresi).

Salah satu tanda bipolar yang menonjol, menurut Dr. Yul Iskandar,
Sp.KJ, Ph.D, psikiater dari RS Khusus Dharma Graha, memang
delusi kebesaran (grandiosity). Celakanya, orang bipolar juga
biasanya memiliki insting kuat dan apa yang terjadi pada dirinya
sepertinya masuk akal, sehingga orang lain mudah tersugesti.

"Karenanya tak sedikit orang yang mengaku hebat itu lalu banyak
pengikutnya, meskipun klaim bahwa dia mendapat suara atau bisikan
sulit dibuktikan," tutur Dr. Yul.

Kondisi itu tak ubahnya hidup keseharian kita yang diberondong


tayangan magis-mistik, dan lama-kelamaan membuat kita percaya
juga.

Di samping delusi kebesaran, tanda lain dari bipolar adalah


hiperaktifitas, mudah marah, murung, ide meloncat-loncat, dan
bunuh diri. Sekitar 16 persen dari pasien bipolar berkecenderungan
untuk membunuh dirinya.

"Kebut-kebutan atau ngetrek itu juga termasuk gejala bunuh diri,


tetapi sebetulnya kasus bunuh diri di Jakarta masih kecil katanya.
Saat ini di Amerika Serikat, sekitar 1 persen dari populasi orang usia
18 tahun ke atas mengalami gangguan bipolar. Jika angka itu juga
berlaku di Indonesia, berarti bisa lebih 2 juta penderitanya.

"Yang berkonsultasi ke psikiater baru kira-kira 30 sampai 50 persen


karena mereka merasa tidak terganggu," tambahnya. Dr. Yul sendiri
baru menangani sekitar 30-50 orang pasien bipolar. Akibat anggapan
salah itu, tak sedikit pasien yang baru berkonsultasi ke psikiater 6
tahun setelah gejala depresi muncul. Tentu saja kondisi penyakitnya
sudah berat.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

22
Selama kurun waktu itu banyak juga pasien yang lebih dulu dibawa
melanglang berobat ke tempat lain, bisa medis maupun alternatif,
dan tak langsung menuju dokter ahli jiwa. Tidak seperti skizofrenia,
pada bipolar ada kalanya terjadi fase baik. Mungkin itu sebabnya
proses terapi akhirnya berlangsung tidak maksimal.

Terapi Jangka Panjang

Perkembangan gangguan bipolar umumnya terjadi di akhir masa


remaja atau awal masa dewasa. Namun, pada beberapa penderita
sudah mulai terjadi di masa kanak-kanak, sementara yang lain baru
muncul menjelang akhir kehidupannya. Bipolar seringkali tidak bisa
dikenali sebagai penyakit, meski pasien mungkin sudah menderita
selama bertahun-tahun sebelum benar-benar terdiagnosis.

Seperti penyakit kronis lain, bipolar butuh perawatan jangka panjang,


bahkan bisa sepanjang hidup pasien. Namun, yang penting, penyakit
ini punya masa depan cukup cerah karena sudah ada obatnya.

Dokter biasanya akan memberikan terapi obat ini selama 5 tahun.


"Setelah itu kita coba hentikan. Kalau selama dua tahun tak pernah
muncul gejala, dinyatakan sembuh," ungkap Dr. Yul.

Kemungkinan kambuh pada pasien yang menjalani terapi dengan


obat ini sekitar 30 persen. Obat-obatan tersebut akan membantu
menyeimbangkan kondisi manik dan depresi pasien. Dengan
pengobatan yang tepat gangguan bipolar dapat dikontrol secara baik.

Sayangnya, penggunaan obat bukannya tanpa efek samping. Lithium


misalnya bisa mempengaruhi kognisi, menyebabkan tremor,
gangguan pencernaan, endokrin, menambah berat badan, gangguan
kulit. Lithium juga sangat toksik. Bila diminum tidak tepat aturan,
misalnya 3 kali dosis yang seharusnya, bisa berakibat kematian.

Intervensi terapi komplementer seperti relaksasi, meditasi, latihan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

23
pernapasan, terapi tertawa, dan terapi perilaku juga bisa dilakukan.
Semua itu dapat membuat pasien lebih tenang.

Yang terpenting, saran Dr. Yul, keluarga memberikan dukungan


penuh bila ada anggotanya yang mengalami bipolar. Caranya, dengan
mengenali gejala dan segera membawanya ke dokter ahli jiwa.

Semakin dini gangguan ini diketahui dan makin cepat diobati, tentu
akan optimal hasil yang dicapai.

Amati Gejalanya

Kalau seseorang mengemukakan sesuatu yang di luar nalar, kita bisa


melihatnya sebagai gejala bipolar (manik depresi). Pada gangguan
jenis ini terjadi dua episode atau fase (manik dan depresi) yang
saling bergantian. Gejala yang mudah diamati antara lain:

I. Fase manik:

- suasana hati gembira berlebihan


- aktifitas meningkat, ekspansif
- mudah tersinggung
- hiperaktifitas
- berbicara sangat cepat
- ide meloncat-loncat
- kebutuhan tidur berkurang
- harga diri berlebihan
- perhatian mudah teralihkan
- memiliki pertimbangan buruk
- sikap berlebihan (misalnya gila belanja dan seks tidak aman)

II. Fase depresi:

- perasaan murung atau sedih


- mudah menangis
- minat dan kegembiraan hilang

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

24
- kelelahan
- nafsu makan terganggu
- gangguan tidur (insomnia atau hipersomnia)
- putus asa
- pesimis, merasa tidak berguna
- sulit konsentrasi
- berat badan naik/turun secara bermakna
- merasa bersalah
- sering berpikir untuk bunuh diri.

Mau Mati Saja

Orang dengan gangguan bipolar cenderung melakukan bunuh diri.


Risiko besar untuk bunuh diri bisa terjadi pada awal munculnya
penyakit. Jika Anda mendapati orang yang berpikir atau berkata
tentang bunuh diri berilah perhatian.

Tanda-tanda yang berkait erat dengan kemungkinan bunuh diri


misalnya :
- Berbicara tentang perasaan untuk bunuh diri atau ingin mati.
- Merasa sangat putus asa.
- Merasa tak berdaya dan tak seorang pun mau membantunya.
- Merasa menjadi beban bagi keluarga maupun teman-teman.
- Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan (narkoba).
- Menulis suatu pesan yang menandakan ia mau bunuh diri.
- Melakukan sesuatu yang membahayakan jiwanya.

Sumber : http://newsgroups.derkeiler.com/

BAGIAN 2 : OPINI BIPOLAR

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

25
Stigma Negatif Penderita Gangguan Jiwa

Penyakit jiwa, sampai saat ini masih dianggap sebagai penyakit yang
memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya.
Masyarakat kita menyebut penyakit jiwa pada tingkat yang kronis
seperti hilang ingatan, dengan sebutan yang sangat kasar seperti:
gila, sinting atau otak miring (OTM). Istilah gila menurut seorang
psikolog sudah tidak dipakai lagi dalam dunia psikologi. serta
sebutan-sebutan kasar lainnya.

Salah kaprah pengertian dan pemahaman tentang penyakit jiwa ini,


mungkin karena ketidaktahuan masyarakat pada masalah-masalah
kejiwaan dan kesehatan mental. Ketidaktahuan ini mengakibatkan
persepsi yang keliru, bahwa penyakit mental merupakan aib bagi si
penderita maupun bagi keluarganya. Sehingga si penderita harus
disembunyikan atau dikucilkan, bahkan lebih parah lagi, ditelantarkan
oleh keluarganya.

Selain itu, ada anggapan keliru di masyarakat bahwa penderita


gangguan jiwa hanya mereka yang menghuni rumah sakit jiwa atau

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

26
orang sakit jiwa yang berkeliaran di jalanan. Padahal gangguan jiwa
bisa dialami oleh siapa saja, baik disadari ataupun tidak. Orang yang
tampaknya sehat secara fisik pun bukan tidak mungkin sebenarnya
menderita gangguan jiwa dengan kadar yang ringan.

Sebenarnya apa sih bedanya orang yang sakit jiwa dengan orang
yang sakit fisik? Sama-sama menderita sebenarnya! Bahkan derita
jiwa jauh lebih berat dan menyiksa dibanding derita fisik yang paling
berat sekalipun.

Lalu adakah alasan yang logis dan rasional untuk merasa malu
karena seseorang atau anggota keluarganya menderita kelainan jiwa?
Sama sekali tidak ada! Tidak ada alasan untuk merasa malu karena
menderita gangguan jiwa, ini hanya masalah persepsi.

Tempat terbaik bagi penderita gangguan jiwa bukan di panti


rehabilitasi mental atau di rumah sakit jiwa, apalagi ditelantarkan di
jalanan, tapi berada di tengah-tengah keluarganya, diantara orang-
orang yang dicintai dan mencintainya.

Yang mereka butuhkan selain pengobatan medis adalah perhatian,


pengertian, dukungan, cinta dan kasih sayang. Perhatian dan kasih
sayang tulus keluarga dan orang-orang terdekatnya akan sangat
membantu proses pemulihan kondisi jiwanya.

Ilustrasi : Anto SG.

Jangan Biarkan Stigma Negatif Gangguan Jiwa


Mendikte Kita

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

27
Suatu malam saat kencan, seorang gadis bercerita pada sang pacar.

―A, tadi pagi, waktu aku pulang sekolah naik angkot, aku duduk
berhadapan dengan seorang ibu, tetangga Aa.‖

―Siapa ya? Kamu tahu namanya?‖ Tanya sang pacar, sebut saja
namanya Dedi.

―Aku gak tahu namanya, tapi kenal orangnya. Rumahnya disamping


tempat kerja Aa, terhalang satu rumah, yang cat rumahnya warna
biru muda,‖ kata sang gadis, sebut saja Marni.

―Oh, ibu itu. Ya, ya, Aku kenal orangnya. Emang ada kejadian apa di
mobil angkot tadi,‖ tanya Dedi makin penasaran.

―Tapi, Aa, jangan marah. Janji ya!‖

―Ya, aku janji gak akan marah. Cepet ceritain dong kejadiannya!‖

―Dia cerita soal Aa,‖ kata Marni, merenung sejenak, mengingat


kembali kejadian di mobil angkot tadi siang. ―Dia kayaknya nggak
tahu bahwa aku pacar Aa. Dia ngobrol dengan seorang ibu yang
duduk disampingnya. Dia cerita bahwa Aa, tuh dulu pernah
mengalami gangguan jiwa. Dia menyebutnya stress, tapi sekarang
sudah sembuh katanya,‖

―Oh gitu ya. Terus perasaan kamu gimana ketika denger cerita itu?‖
Tanya Dedi. Matanya menatap tajam mata Marni.

―Nggak enak sih dengernya. Maksudku, aku nggak rela ada orang
yang ngomongin masa lalu Aa, kayak gitu ditempat umum,‖ jawab
Marni.
―Makasih ya, atas simpati kamu. Terima kasih juga kamu mau
menerima aku apa adanya dan nggak terpengaruh oleh omongan
negatif orang lain.‖

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

28
―Emang Aa, gak malu atau marah klo ada yang ngomongin kayak
gitu?‖ Tanya Marni.

―Ngapain mesti malu atau marah, apa yang dia omongin benar kok!‖
jawab Dedi tegas. ―Aku sudah membuka diri, tak ada yang
dirahasiakan dari diriku, termasuk masa laluku. Apa yang aku
ceritakan pada kamu, itulah diriku yang sebenarnya, tak ada yang
aku tutupi. Alhamdulillah klo kamu mau nerima aku apa adanya. Klo
nggak, gak masalah bagiku, aku merasa nyaman dan mencintai
diriku apa adanya.

Diriku adalah pemberian terbaik dari sang maha pencipta. Aku


bersyukur atas segala pemberian Tuhan untukku.‖ Jawab Dedi
panjang lebar, diakhiri dengan seulas senyum dan pandangan mata
yang menyejukan hati sang kekasih.

Stigma Negatif Penderita Gangguan Jiwa

Mungkin diantara anda pernah mengalami kejadian seperti cerita di


atas, dengan kisah yang berbeda tentunya. Mendengar gunjingan
atau omongan-omongan bernada negatif terhadap orang-orang yang
mengalami gangguan jiwa.

Setigma negatif terhadap penderita ganguan jiwa memang masih


melekat kuat di masyarakat, baik di pedesaan maupun di perkotaan,
di lingkungan masyarakat tradisional maupun modern.

Kita memang tak bisa menghilangkan setigma negatif itu dengan


mudah, karena sudah mengakar kuat di masyarakat. Namun kita bisa
berusaha memberikan pemahaman yang proporsional tentang
gangguan jiwa kepda mereka, dengan harapan stigma negatif itu bisa
dikikis, diminimalisir sampai akhirnya dihapus.

Namun, kita bisa mengubah cara kita menyikapi stigma negatif


tersebut dengan sikap yang positif. Jangan biarkan sikap dan
pandangan negatif mereka terhadap kita (ODMK) mempengaruhi dan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

29
mendikte kita. Kita mempunyai kekuasaan dan kendali penuh untuk
menentukan sikap dan tindakan terbaik yang akan kita lakukan.

Apa pun yang terjadi dengan diri kita dan di sekitar kita, roda
kehidupan akan terus berputar. Kita tak bisa menyia-nyiakan waktu
berharga yang kita miliki hanya untuk memikirkan sikap negatif
orang lain kepada kita. Kita tak bisa buang-buang energi hanya untuk
menanggapi perlakuan negatif mereka.

Lebih baik kita isi hari-hari kita dengan aktifitas-aktifitas kreatif yang
akan memberi nilai tambah terhadap hidup kita. Nilai tambah yang
akan membuat diri dan kehidupan kita lebih bermakna bagi diri
sendiri dan orang lain.

Jiwa yang merdeka tak lagi terpengaruh oleh pujian yang


membahagiaakan maupun kritik yang menyakitkan.

Oh, ya. Mungkin anda bertanya-tanya, dialong sang gadis dengan


pacarnya dalam cerita diatas apakah hanya fiksi atau cerita nyata?
Saya buka rahasia. Cerita di atas adalah cerita nyata. Nama kedua
tokoh disamarkan. Dialognya tidak persis sama, tapi inti topik
dialognya seperti itu.

2 Pertanyaan tentang Bipolar yang Belum Terjawab


Tuntas

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

30
Ketika sesuatu yang tak anda fahami menimpa anda, apakah anda
bertanya-tanya pada diri-sendiri? ―Apa yang terjadi dengan diri saya?
Mengapa ini terjadi pada saya? Apa penyebab semua ini?‖

Itu pula yang terjadi pada saya beberapa tahun yang lalu, ketika
gangguan jiwa mulai saya rasakan. Saya bertanya-tanya pada diri-
sendiri. Beberapa pertanyaan terjawab, beberapa yang lainnya belum
terjawab tuntas.

Semakin saya pelajari dan gali tentang gangguan bipolar, ternyata


semakin banyak yang tidak saya ketahui. Terjawab satu pertanyaan,
muncul lebih banyak pertanyaan yang lain. Beberapa pertanyaan
terjawab, namun masih rancu dan mengambang karena belum ada
bukti kuat yang mendukungnya.

Beberapa jawaban masih dalam penelitian kebenaran ilmiahnya.


Sebagian lainnya belum ditemukan jawabannya.

Ada dua pertanyaan tentang gangguan bipolar yang sampai saat ini
belum terjawab tuntas.

1. Apa sebenarnya penyebab gangguan bipolar?

Sampai saat ini saya belum menemukan jawaban yang pasti dan bisa

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

31
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor genetik adalah


salah satu penyebab gangguan bipolar. Tapi ini baru kemungkinan.

Penelitian yang lain menyebutkan factor ketidak seimbangan bio


kimiawi dalam otak yang menjadi penyebab gangguan bipolar. Ini
pun masih dalam proses penelitian lebih lanjut.

2.Terapi apa yang paling tepat untuk mengatasi gangguan


bipolar?

Apakah terapi parmakologi lebih efektif ketimbang psikoterapi atau


psikososial? Ataukah gabungan dari jenis-jenis terapi tersebut akan
lebih efektif mengatasi gangguan bipolar?

Dari pengalaman saya, terapi fisik cukup efektif mengatasi gangguan


bipolar saya. Tapi terapi yang cocok untuk saya belum tentu cocok
untuk orang lain. Dan apa yang saya alami belum saya temukan
penjelasan ilmiah yang mendukungnya.

Anda punya jawaban atas pertanyaan di atas? Atau anda juga punya
pertanyaan yang belum terjawab? Mari kita sama-sama cari
jawabannya.

Tanya Jawab Tentang Bipolar di Inbox Facebook

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

32
Dulu waktu bipolar, dideteksi dengan bipolar apa? Apakah
pernah di rawat di dokter? Apakah pernah relapse?
Bagaimana mas Tarjum, saya juga ingin sembuh seperti anda?

Itulah pertanyaan dari seorang teman facebooker yang masuk ke


inbox facebook saya beberapa waktu yang lalu.

Berawal dari pertanyaan tersebut, kami berdua terlibat obrolan


seputar gangguan bipolar yang pernah kami alami.

Nama sang teman saya samarkan untuk menjaga privasinya.


Beberapa pernyataan sang teman yang sifatnya sangat pribadi tidak
saya tampilkan.

Berikut petikan obrolannya :

AN :
Dulu waktu bipolar, dideteksi dengan bipolar apa? Apakah pernah di
rawat di dokter? Apakah pernah relapse? Bagaimana mas Tarjum,
saya juga ingin sembuh seperti anda.

Tarjum :
Segala hal tentang bipolar yang saya alami dan artikel-artikel bipolar
bisa anda baca di blog saya : curhatkita.blogspot.com.

AN :
Apakah mas Tarjum pernah sampai di rawat di rumah sakit? karena
dari tulisannya tidak pernah sampai di rawat, dan bisa dibilang
gangguan ringan? karena tanpa diagnosa dan analisis dari symptom-
sympton yang ada.

Jika memang bipolar, masuk golongan bipolar mana ya?


Bipolar I, Bipolar II, Bipolar Cyclotomania, atau Bipolar Unspecified?
Setahu saya, yang bisa menilai kita itu bipolar itu adalah orang dari
luar dengan perubahan prilaku. Kalau kita sendiri yang mengalami
dan merasa-rasa, akan sulit di jawab, karena penderita bipolar itu

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

33
sendiri tidak bisa membedakan mana fase mania dan mana fase
depresi.

Saya mengalami betul sampai 4 kali dimasukkan ke rumah sakit,


hingga paranoid tidak berani keluar rumah, menolak minum obat,
marah tidak terkendali, persepsi shifting.

Bagaimana mas? Uniknya bipolar adalah takaran dan kecocokan


kandungan kimia di otak setiap orang tidaklah sama. Bergantung
bagaimana reaksi dari tubuh dan kondisi seseorang.

Saya bukan pendukung yang minum obat. Tapi selama belum ada
alternatif yang bisa membuat kita dapat bekerja, tidak ada salahnya
meminum obat. Karena mania itu akan dasyat dampaknya.

Tarjum :
Bipolar yang saya alami mungkin tipe II, tapi ini tidak mutlak kadang
bisa berubah menjadi tipe I.

Maaf, saya kurang setuju dengan pendapat anda yang ini :

―Setahu saya, yang bisa menilai kita itu bipolar itu adalah orang dari
luar dengan perubahan prilaku. kalau kita sendiri yang mengalami
dan merasa rasa. akan sulit dijawab, karena penderita bipolar itu
sendiri tidak bisa membedakan mana fase mania dan mana fase
depressi.‖

Menurut saya justru si penderita sendiri yang paling tahu gangguan


bipolar yang dialaminya, karana dia yang merasakan perubahan
suasana hatinya. Sedangkan orang lain, keluarga, orang terdekat
atau psikiater yang merawat si penderita hanya tahu dari
pengamatan, analisa medis dan pengakuan si penderita. Kadang
diagnosa psikiater pun bisa keliru.
Namun, si penderita mungkin tidak menyadari dan tidak memahami
bahwa dirinya menderita bipolar. Pemahaman tentang bipolar bisa
didapatkan dari konsultasi dengan psikiater, buku, internet atau

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

34
komunikasi langsung dengan pengidap bipolar yang lain.

Saya sendiri memang tidak pernah dirawat secara khusus di rumah


sakit dan tidak pernah konsultasi langsung dengan psikiater, karena
waktu itu saya tidak punya akses ke sana. Lha wong kami cuma
orang desa yang nggak begitu faham apa itu psikiater.

Saya tahu bahwa saya mengalami bipolar dari buku-buku dan artikel
yang saya baca, lalu saya cocokan dengan gejala-gejala fisik dan
psikis yang saya rasakan. Dari sana saya mengambil kesimpulan
bahwa saya mengalami bipolar. Dan itu tidak saya ragukan,
berdasarkan pemahaman dan pengetahuan saya tentang bipolar.

Saya sembuh dari bipolar dengan terapi alami tanpa obat. Tentu saja
ini belum tentu cocok untuk setiap orang. Tapi ini bisa jadi alternatif
pengobatan yang bisa dicoba. Saya selalu menganjurkan mereka
yang mengalami bipolar untuk konsultasi dengan psikiater dan
mengikuti petunjuknya, terapi apa yang harus dijalani, termasuk
menggunakan obat bila perlu.

Untuk mengatasi gangguan bipolar, berbagai upaya penyembuhan


dapat dilakukan antara lain dengan terapi farmakologi dan terapi
psikososial. Kedua upaya ini harus saling melengkapi untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, demikian menurut seorang
psikiater.

―Terapi psikososial untuk gangguan bipolar bukan terapi alternatif,


melainkan suatu suplemen,‖ ujar seorang psikiater.

Bukan tak mungkin jika saya dulu konsultasi dengan psikiater dan
menggunakan obat, saya bisa pulih lebih cepat.

AN :
Mas tarjum, menurut mas obat-obatan itu fungsinya untuk apa?
Kenapa perlu obat? Apa yang sebenarnya terjadi? Maaf saya agak

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

35
kritis karena saya ingin belajar mengatasinya. Adakah orang lain
yang berhasil menerapkannya setelah membaca e-book mas Tarjum?

Tarjum :
Soal obat saya tak tahu banyak. tapi menurut beberapa penelitian
untuk menyetabilkan mood pada bipolar.

Saya belum menerima testimoni dari mereka yang telah membaca e-


book saya. Saya berharap e-book kisah bipolar saya bisa bermanfaat
dan bisa memberi sumbangan pemikiran tentang penanganan bipolar.

Benarkah Skizofrenia dan Bipolar Tidak Bisa


Disembuhkan?

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

36
Dari beberapa literatur yang saya baca dan dari pernyataan beberapa
orang teman yang mengalami dua jenis gangguan kejiwaan ini
menyatakan bahwa Skizofrenia (terutama) dan gangguan bipolar
tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikontrol.

Seorang teman menuduh saya ―penipu‖ karena saya menyatakan


sudah sembuh/pulih dari bipolar. Padahal menurut pemahaman dia
gangguan bipolar tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol.

Saya menyatakan sudah pulih dari bipolar bukan tanpa alasan.


Alasannya sudah saya jelaskan di bagian ini : “Seseorang Menuduh
Saya Penipu dan Menyesatkan”.

Benarkah skizofrenia dan bipolar tidak bisa disembuhkan?

Sebelumnya saya mohon maaf jika teman-teman ODS, ODB dan


professional keswa tidak sependapat dengan saya. Saya tidak setuju
dengan pernyataan bahwa skizofrenia dan Gangguan bipolar tidak
bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol.

Mengapa?

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

37
Dasar keyakinan saya adalah firman Tuhan, bahwa semua penyakit
ada obatnya kecuali satu yang tak ada obatnya, mati! Ini mungkin
dianggap berlebihan, sesuatu yang ilmiah dikait-kaitkan dengan
firman Tuhan.

Firman Tuhan adalah suatu kebenaran absolut yang tak bisa dibantah,
walaupun kadang kita berpikir itu di luar jangkauan nalar. Hanya
karena keterbatasan ilmu, pengetahuan dan kemampuan yang kita
miliki, obat dari beberapa penyakit sampai saat ini belum ditemukan
termasuk obat untuk skizofrenia dan bipolar.

Belum ditemukan bukan berarti tak ada obatnya atau tidak bisa
disembuhkan. Artinya, ada harapan suatu saat nanti akan ditemukan
obat atau metode terapi yag bisa menyembuhkan skizofrenia dan
gangguan bipolar.

Jadi menurut saya skizofrenia dan bipolar bukan ―tidak bisa


disembuhkan‖ tapi lebih tepatnya ―belum bisa disembuhkan‖. Lha, ini
kan hanya soal kata ―tidak‖ dan ―belum‖?

Ya, ini mungkin hanya soal kata dan kalimat, tapi bukankah dibalik
kata dan kalimat ada makna yang terkandung. Kadang makna dari
sebuah kata atau sebaris kalimat bisa sangat luas dan dalam.

Makna kata ―tidak‖ dalam kalimat ―Tidak bisa desembuhkan‖ bisa


berarti tak ada harapan untuk sembuh. Berbeda dengan makna kata
―belum‖ dalam kalimat ―Belum bisa disembuhkan‖, disini masih ada
harapan dan optimisme untuk sembuh.

Weh, kok seperti ahli bahasa aja ya? Nggak juga, saya hanya
mencoba memahami sebuah kalimat yang selama ini memang masih
menjadi pertanyaan bagi saya pribadi.

Jadi, saya tegaskan lagi, menurut saya skizofrenia dan gangguan


bipolar bukan ―Tidak bisa disembuhkan‖ tapi ―Belum bisa
disembuhkan‖!

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

38
Berikut pendapat beberapa orang teman mengenai hal ini?

Ado :
Ini soal kebijaksanaan kita Mas Tarjum. Bukan soal penafsiran kata
saja. Setiap kata yang kita ucapkan konsekuensinya seperti pedang
bermata dua.

Yang satu bisa memberi semangat dan harapan bagi penderita untuk
sembuh. Namun memang ada kondisi penderita yang begitu
kompleks dan metabolisme tubuhnya tidak dapat merespon obat
meski pada dosis tertinggi sekalipun. Pada mereka yang kondisi
seperti ini saya kadang merasa lemas dan nggak bisa berkomentar
apa2. Bila pada penyakit lainnya ada kondisi2 stadium yg sulit
ditolong lagi, mungkin seperti itu kondisi mereka2, ODS yang kurang
beruntung. Karena itu saya tidak ingin memberikan harapan kosong,
yang saya takut malah membuat hati mereka patah suatu saat :(

Namun untuk jalan tengah, sebenarnya dunia medis sudah memilih


istilah yang tepat dengan menyebutnya "Gangguan" atau "disorder".
Jadi ini bukan sebuah "penyakit" atau "disease". Sehingga nggak ada
yg harus disembuhkan. Tapi pulih.

Contohnya mas Tarjum sendiri, saya yakin perubahan mood masih


akan ada sepanjang hidup anda. Tapi Mas Tarjum menemukan cara
unik untuk mengenali dan mengelolanya. Serta berdamai dengan diri
dan lingkungan. Sehingga kualitas hidup Mas Tarjum dan orang2
yang dicintai berada pada batas yang baik.

Begitu, hemat saya. CMIIW.

Alboin B.P, SE :
Saya setuju bahwa kalimat : Tidak bisa disembuhkan kurang tepat,
karena seolah-olah sudah menghukum si penderita. Abadi, permanen.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

39
Kadang suatu penyakit yang di katagorikan oleh Dokter "tidak bisa
sembuh" ternyata bisa sembuh di luar nalar manusia. Itulah namanya
Kehendak Tuhan yang maha kuasa, juga kadang dapat tersembuhkan
oleh pengobatan tradisional. Di sinilah perlunya kita curhat dan saling
membagi pengalaman

Tarjum :
@Ado,
Makasih atas sharing pemikiran dan pemahamannya. Derita
psikologis emang kompleks pada setiap individu. Sesuatu yang cocok
untuk seseorang belum tentu cocok untuk orang lain. Namun, sekecil
apa pun, selalu ada harapan. Harapan itulah yang bisa membuat kita
bertahan dan terus berjuang.

@Alboin,
Karena keterbatasan manusia, beberapa penyakit sampai saat ini
belum ditemukan formula penyembuhannya. Namun kuasa Tuhan
kadang diluar jangkauan nalar manusia. Saya percaya tak ada yang
tak mungkin bagi-Nya. Tugas kita hanya ikhtiar maksimal dan tak
berputus asa mengharap karunia dan kuasanya.

Anonim :
Benarkah skizofrenia belum dapat disembuhkan??
menurut psikiater skizofrenia dapat disembuhkan, asalkan minum
obat secara teratur dlm jangka waktu tertentu. benarkah itu?

saudara saya divonis mendrita skizofrenia. bulan juli dibawa paksa ke


rsj. setelah satu bulan dia mulai memperlihatkan sikap normal. dan
boleh pulang, tetapi harus minum obat terus. Namun sejak
pertengahan september, dia tidak mau minum obat lagi, dg alasan
obat itu bisa membuat otaknya tambah rusak. Dan kita tidak terlalu
memaksa dia utk minum obat dan sekaligus kita melanggar nasehat
dokter yg meminta kita utk mengawasi pasien, agar minum obat
secara teratur.

sejak 1 bulan terakhir kita melihat sikap dia mulai agak aneh. 2

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

40
minggu lalu kita meminta dia utk kembali ke dokter dan minum obat,
tp dia menolak. minggu lalu mulai kelihatan secara jelas, kalau dia
kumat lagi. dia menjawab pertanyaan kita secara kasar & emosinya
tinggi. isi pembicaraannya mulai ngawur. awal minggu ini kita mau
bawa dia secara paksa ke dokter, tp dokternya minggu depan baru
mulai praktek lagi.

Adakah yang bisa memberi nasehat, bagaimana caranya membawa


dia kembali ke dokter??

Bulan Juli dia dibawa secara paksa oleh tim dr RSJ dg cara "dikroyok"
oleh lebih dr 5 org. Kita lihatnya ga tega, saudara kita "dikroyok" di
depan mata kita.. Adakah cara lain yg lebih "manusiawi"?

mohon nasehatnya. Trims

Tarjum :
Cara persuasif memang yang terbaik untuk mengajak si penderita
menjalani pengobatan. Namun dalam kondisi tertentu mungkin hal
itu sulit dilakukan dan kadang harus menggunakan cara-cara yang
terkesan kurang manusiawi.

Saya sangat menganjurkan anda bergabung di grup facebook


Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI).

Anggota grup ini mayoritas penderita skizofrenia, keluarga penderita


dan profesional kesehatan jiwa. Anda bisa bertukar informasi di sana.

Apakah Bisa Mengontrol Bipolar Tanpa Obat?

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

41
Judul di atas dikutip dari judul topik diskusi di sebuah grup facebook
yang saya ikuti.

Tiga orang yang terlibat dalam diskusi ini adalah : saya, YR dan NA.
Nama dua orang peserta diskusi saya samarkan untuk menjaga
privasi.

Berikut materi diskusinya :

YR :
Saya pernah membaca ada penyandang bipolar yang bisa mengontrol
tanpa minum obat. Jadi saya putuskan untuk tidak meminum obat
dari psikiater saya. Pada saat saya mania saya lebih banyak
beraktifitas dan pada saat depresi saya juga mamaksakan beraktifitas.
Sangat berat pada saat depresi bila kita beraktifitas; kepala dan
tangan sakit, badan terasa lelah sekali. Tapi tetap saya paksakan.
Apa ada penyandang lain yang memilih seperti saya. Mohon infonya.

Tarjum :
Saya pengidap bipolar yang atas izin Allah bisa sembuh tanpa pernah
mengkonsumsi obat. Saya hanya mengandalkan terapi fisik
(terutama), psikis, sosial dan spiritual.

Silakan anda baca artikel di blog saya mengenai terapi alamiah


bipolar yang pernah saya jalani.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

42
Klo mau anda juga bisa mendownload e-book tentang pengalaman
saya selama bergelut dengan bipolar. semoga membantu.

YR :
Tarjum Sahmad, makasih banget infonya. Saya jadi sangat
termotivasi dengan tahu kalau mas Tarjum bisa sembuh tanpa obat-
obatan. Saya memang memutuskan untuk beraktifitas. hanya saja
saya agak kuatir, apa dengan beraktifitas yang menyenangkan itu
kita bisa sembuh dari bipolar. Tapi setelah saya tahu mas Tarjum bisa,
saya pun optimis.

NA :
Mas Tarjum tahu udah sembuh dari bipolar itu dari mana? Apakah
pernah diadakan riset atau penelitian, atau claim sepihak? Boleh tahu
tolok ukurnya apa mas Tarjum?

Tarjum :
Mas NA, berikut penjelasan saya atas pertanyaan anda :

Selama ini memang banyak yang mempertanyakan, ―Benarkah saya


sudah sembuh dari gangguan bipolar?‖ Mungkin ada juga yang ragu
benarkah saya pernah mengidap bipolar? Ini wajar saja, karena
memang selama ini diyakini bahwa bipolar dan skizofrenia tidak bisa
disembuhkan (dipulihkan) dan hanya bisa dikontrol.

Apalagi saya mengaku sudah sembuh tanpa pernah menggunakan


obat-obatan bahkan tak pernah konsultasi langsung dengan psikiater.
Ini mungkin yang oleh sebagian orang dianggap aneh. Baiklah,
berikut penjelasan saya tentang kesembuhan bipolar saya.

Saya mengidap bipolar tepatnya dimulai dari kelas 2 SMP. Awalnya


mungkin belum bipolar, hanya depresi terselubung, lalu meningkat
jadi depresi dan puncaknya bipolar. Kondisi bipolar mulai sangat jelas
saya rasakan saat saya duduk di bangku kelas 1 SMA. Perubahan
mood antara depresi dan mania bisa terjadi 1 – 2 kali dalam sebulan.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

43
Dua minggu manik seminggu depresi atau seminggu manik seminggu
depresi. Kondisi ini berlangsung sekitar dua tahun.

Saat memasuki kelas 3 SMA, siklus depresi dan mania mulai


melambat, dalam sebulan hanya sekali muncul fase depresi. Semakin
melambat sampai akhirnya saya tak merasakan lagi siklus mania dan
depresi. Proses pemulihan ini berlangsung sekitar satu tahun lebih.

Tentu saja, siklus manik dan depresi tersebut tidak hilang sama sekali.
Kadang pada saat-saat tertentu muncul gejala-gejala depresi atau
manik. Namun intensitas tekanannya tidak terlalu kuat dan bisa saya
kendalikan.

Saya berani mengatakan sudah pulih karena sudah tak merasakan


lagi perubahan mood yang ekstrem. Kalaupun ada perubahan
suasana hati, saya rasa itu perubahan suasana hati dalam batas yang
normal dan tak mengganggu aktifitas keseharian saya.

Mungkin kondisi inilah yang agak rancu, bagaimana membedakan


perubahan mood yang bipolar dengan perubahan mood yang normal.
Saya mengklaim sudah pulih karena menurut saya, siklus manik
depresif sudah tak saya rasakan lagi. Kalaupun pada saat-saat
tertentu ada perubahan suasana hati, saya anggap itu hal yang
normal.

Saya belum meneliti secara ilmiah atau medis mengenai kondisi


psikologis saya. Silakan kalau ada yang mau meneliti dan
mengadakan riset tentang kondisi psikologis saya. Untuk
membuktikan bahwa saya pernah mengidap bipolar dan saat ini
sudah pulih. Dengan senang hati saya bersedia bekerja sama dan
membantu.

YR :
2 minggu belakangan ini saya dalam periode depresi berat. takut
melihat matahari bahkan tidak beraktifitas. Tapi kemudian saya bawa
lari ke agama. Berserah pada Allah. Solat lima waktu. Bangun lebih

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

44
awal untuk solat tahajud dan solat hajat. Alhamdullillah suasana hati
saya barbeda dari yang pernah saya rasakan. Seperti tidak ada lagi
manik dan tidak ada lagi depresi. insyaallah.

Saya jadi bertanya apakah ini yang dinamakan normal? Semoga saja.
Karena ini sangat aneh buat saya, yang saya rasakan seperti datar,
mungkin tenang. Entah, saya tidak tahu apa artinya. Apa mas Tarjum
bisa jelaskan sama saya?

Tarjum :
Aktifitas Religi dan Penyembuhan Bipolar.

Semoga apa yang anda rasakan saat ini adalah tanda-tanda


pemulihan. Aktifitas spiritual, menurut pengalaman saya merupakan
salah satu alternatif terapi yang cukup efektif mengatasi bipolar.
Menstabilkan perubahan suasana hati yang ekstrem.

Kalau aktifitas religi seperti sholat tahajud dan sholat hajat membuat
mood anda stabil, lakukan itu secara kontinyu dan konsisten.
Bukankah dalam Islam ibadah yang diamalkan secara dawam ( rutin)
lebih utama dibanding yang hanya diamalkan sesekali?

Episode manik atau depresif bisa datang kapan saja tanpa bisa
diduga. Namun dengan aktifitas spiritual yang inten mungkin secara
bertahap bisa menetralisir dan menstabilkan perubahan mood. Lebih
bagus jika aktifitas spiritual diberengi dengan aktifitas fisik dan sosial.

Saya juga pernah merasakan dengan jelas pengaruh positif aktifitas


spiritual (puasa) terhadap permulihan kondisi psikologis saya.
Selengkapnya bisa anda baca pada bagian berikutnya e-book ini
berjudul: “Puasa dan Penyembuhan Problem Psikologis”

NA :
Alhamdullillah kalo yang saya rasakan ini adalah tanda tanda

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

45
pemulihan... makasih infonya mas. Bener-bener membantu saya
termotivasi untuk bisa sembuh tanpa obat...
mohon doanya juga.....

Tarjum :
Semoga Allah memberi petunjuk dan jalan kesembuhan untuk anda.
Jangan pernah ragu, tak ada yang mustahil bagi Allah atas apa yang
dikendaki-Nya. Termasuk kesembuhan anda.

Antara Atlet dan ODB

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

46
Saya tertarik dengan tulisan yang cukup menyentak di sebuah blog
populer yang ditulis seorang jurnalis dan blogger senior, Ndoro
Kakung.

Dalam posting blognya yang berjudul “Badminton Pecas Ndahe”


Ndoro Kakung mengupas sisi lain seorang atlet. Berikut kutipannya :

Seorang atlet tak lahir dalam semalam. Ia telah berjalan jauh


sebelum akhirnya tiba di puncak kejayaan. Legenda bulutangkis
Indonesia Rudy Hartono, juga ―raja smash‖ Liem Swie King, atau
Hastomo Arbi, Taufik Hidayat, misalnya, berbulan-bulan menggedor
dirinya sendiri. Mereka mengibaskan raket ribuan kali, berlari puluhan
kilometer memutari lapangan, mengangkat barbel, senam, push-up,
sit-up, dan seterusnya

Tubuh memang tak bisa dibiarkan terkulai seperti baju lusuh. Tubuh
seorang atlet ibarat busur yang direntang sebelum sebuah
performance ditembakkan.

Tubuh juga misteri. Banyak hal bisa terjadi pada saat yang
menentukan tiba. Latihan berbulan-bulan pada dasarnya adalah
untuk mengatur pelbagai hal yang mungkin itu ke dalam suatu tertib.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

47
Dan pertandingan, adalah ujian terpuncak untuk mengalahkan misteri
itu.

Seorang atlet dengan demikian, jauh di dasar dirinya, adalah seorang


yang sendirian.

Itulah yang umumnya tak terlihat oleh para penonton, ketika seorang
atlet bertanding. Memang ada lawan, tapi pada akhirnya lawan
terutama ada dalam diri sendiri. Jantung yang seperti digenjot kaki
setan itu bukan milik jutaan orang. Juga ketegangan, juga
kecemasan, sebenarnya tak dapat dibagi-bagi.

Apa Kaitan antara Atlet dengan ODB?

Lalu, apa kaitannya antara atlet seperti yang dibahas dalam tulisan di
atas dengan ODB? Biar nggak penasaran, silakan simak tulisan ini
sampai selesai.

Untuk meraih sukses sebagai seorang atlet, butuh kerja keras,


ketekunan dan disiplin dalam melatih diri untuk mencapai prestasi
terbaik. Jangan berpikir bahwa untuk mencapai prestasi puncak bisa
didapat dengan cara instant.

Begitu pula untuk keberhasilan mengelola kondisi psikologis, butuh


kerja keras, ketekunan dan disiplin menjalani terapi dan pengobatan.
Atlet butuh seorang pelatih untuk mengarahkan, mengawasi dan
memastikan apa yang dilakukannya benar, sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu prestasi puncak sang atlet.

Psikiater, ibarat seorang pelatih bagi seorang ODB. Dia akan


mengarahkan, mengawasi dan memastikan terapi dan pengobatan
yang dijalani pasiennya, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu kondisi psikologis yang lebih baik.

Saat seorang atlet melatih otot dengan mengangkat barbel, dalam


kondisi tertentu dia merasa sudah tak kuat lagi mengangkat beban

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

48
yang tarasa sangat berat, namun sang pelatih memintanya terus
mengangkat sampai hitungan tertentu kerena sang pelatih tahu dia
bisa. Sang atlet hanya merasa tidak akan kuat. Dan ternyata dia kuat.
Kadang kita berpikir, sudah tak kuat lagi dengan beban psikologis
yang terasa sangat berat. Namun ketika kita bertahan dengan segala
daya, ternyata kita bisa melewatinya.

Bukan Sekedar Perumpamaan

Aktifitas fisik seorang atlet di atas juga bukan sekedar perumpamaan


aktifitas mental seorang bipolar, tapi merupakan salah satu
‗suplemen‘ yang bisa membantu proses pemulihan bipolar.

Banyak ODB mengakui bahwa aktifitas fisik seperti olahraga yang


dilakukan secara kontinyu dan konsisten, berpengaruh positif selain
untuk kebugaran fisikjuga kebugaran mentalnya.

Pengalaman saya sendiri, latihan-latihan fisik yang saya lakukan,


tanpa saya sadari ternyata berpengaruh besar terhadap pemulihan
kondisi mental saya. Saya berani mengatakan olahraga
mempercepat proses pemulihan bipolar saya.

Seorang atlet bukan melulu melatih kekuatan fisik dan melatih teknik
permainannya, meraka juga melatih kekuatan mentalnya. Mengapa?
Karena saat bertanding seorang atlet tidak cukup hanya
mengandalkan kekuatan fisik dan penguasaan teknik semata, tapi
harus bisa mengendalikan kecemasan dan ketegangan mentalnya.
Pada situasi tertentu bahkan kekuatan mental lebih penting dibanding
kekuatan fisik.

Selain itu saat berlatih atau bertanding, seorang atlet juga


melakukan interaksi sosial dengan sesama atlet, pelatih, official dan
supporter. Jadi dalam olahraga selain aktifitas fisik juga ada aktifitas
mental dan sosial. Itulah mungkin mengapa aktifitas olahraga
berpengaruh positif terhadap kondisi mental seseorang.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

49
Apakah kerja keras kita secara fisik, mental dan sosial bisa menjamin
pemulihan problem psikologis? Belum tentu! Tapi kalaupun kita
belum mencapai pemulihan kondisi mental seperti yang diharapkan,
paling tidak kita sudah melangkah mendekati tujuan.

Sebaliknya jika kita tak pernah bergerak, hanya berdiam diri dan
meratapi nasib, mengharap datangnya keajaiban, kita tak akan
pernah mencapai apa pun.

Nah, dari penuturan di atas, saya hanya ingin menyarankan, selain


menjalani terapi dan pengobatan sesuai petunjuk psikiater, ada
baiknya anda meluangkan waktu untuk berolahraga sesuai minat
anda. Tapi, bukan olahraga yang hanya dilakukan sewaktu-waktu
atau sekedarnya. Anda harus melakukannya dengan teratur, disiplin
dan konsisten.

Olahraga tidak butuh biaya besar dan anda bisa melakukannya


dengan senang hati. Silakan coba jalani, nikmati prosesnya, monitor
dan rasakan pengaruhnya terhadap kondisi psikis anda.

Arti Cinta Bagi Seorang Bipolar

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

50
Tulisan ini dipicu oleh pernyataan unik dan menarik Robi Krucil di
status facebooknya.

“Mencintai seorang bipolar harus siap untuk memberi


memberi dan memberi. Tidak ada take and give. Dan selalu
bersiap mengoreksi hati. Saya Robi, dan saya Bipolar... :)))”

Arie Dabo, membuka obrolan dengan menulis komentar pertama,


―Tapi yo, bipolarnya harus belajar memberi juga. Saya Arie Dabo, dan
saya Bipolar.‖

Aniek Wijaya, menulis komentar yang mengejutkan, ―Saya sedang


belajar untuk tidak jatuh cinta (lagi). Karena menurut saya tidak ada
cinta yang tulus. Setiap cinta pasti membuat seorang saya (yang
kebetulan bipolar) terseret pada kondisi posesif, takut kehilangan
juga segala kekhawatiran yang berlebihan dan amat sangat
mengganggu laju perjalanan hidup saya yang sebetulnya sedang
baik-baik saja.‖

Kristi Swastiani ternyata sedang mencari cinta, ―Saya Kristi, baru


saja menginjak 27 tahun....saya bipolar dan schziofrenia.... lagi

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

51
mencari laki-laki indonesia, karena si om Denmark yang satu itu
katanya seh ga mau nikah ma saya...hahahahaha...‖

Bisa difahami kekhawatiran Aniek, karena saya dan teman-teman


bipolar yang lain mungkin juga merasakan kekhawatiran yang sama.

Islandria Gobed (caregiver yang pacarnya seorang bipolar)


memberi kuncinya, bagaimana menjaga hubungan dengan seorang
bipolar; sabar, pasrah, mau memberi dan bersedia mengoreksi hati
sewaktu-waktu.

Tapi, Islandria juga mengakui, ―Ada kalanya saya juga egois, lelah,
bingung, putus asa, atau malah ingin menyerah, tapi saya setuju
dengan mas Robi untuk bagian yang menyebutkan bahwa niat si
ODMK itu sendiri untuk sembuh sangat penting. Jangan pernah
mencintai bipolar yang menolak untuk berobat atau malah tidak ingin
sembuh... itu saja. Dan saya bersyukur, Arie Dabo sangat kooperatif
dalam menjalani pengobatannya....Lucky Me....‖

Anik, wanti-wanti kepada para bipolar lover, ―Jangan ngarep, kalo elo
emang cinta, ya beri saja segala yg dia butuhkan; cinta, perhatian
dan jangan pernah sekali-kali berharap untuk mendapatkan balasan.
Kalau tidak siap seperti itu, mending pensiun dini deh. Cari yang lain.
Nah, kalau bersedia mengoreksi hati sewaktu-waktu, artinya harus
siap dengan segala konsekwensi ketika si bipolar ini udah menya-
menye nggak jelas membagi kapling hatinya, atau tiba-tiba marah
nggak jelas padahal kesel ke siapa, tapi marahnya ke orang yang
paling dekat dengannya. Sakit pasti, tapi ya harus dimaklumi. Kan
udah tahu bipolar mempunyai kemungkinan untuk berbuat seperti
itu‖

Robi Krucil, menulis komentar yang tak kalah mengejutkan,


―Menjadi caregiver bipolar memang tugas berat. Salut untuk yang
berani mencoba apalagi yang mampu bertahan. Saya berani bilang
bahwa mencintai bipolar itu ndak ada untungnya. Tanya sama hati
kecil mbak Islandria, ada ndak untungnya mencintai mas Arie (Arie

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

52
Dabo)?‖

Robi juga wanti-wanti, ―Menjadi caregiver bipolar memang harus siap


resikonya. Tapi menjadi bipolarnya juga harus mau membenahi diri.
Jangan karena bipolar maka jadi merasa boleh marah-marah ndak
jelas. Atau menjadikan para caregiver sebagai pelampiasan emosi.
Tolong diingat, para caregiver inilah yang sekuat tenaga merawat dan
memperhatikan kita saat kita relaps. Jadi kita juga harus belajar
memberi dong. Bipolar harus mau belajar!‖

Aniek, memberi pehamanan, apa sebenarnya yang dinginan wanita


dari pasangannya. ―Wanita butuh banyak kalimat-kalimat peneguhan
dan bukti, sekedar sebaris sapaan di pagi, siang dan malam hari.
Butuh perasaan bahwa si wanita itu dibutuhkan keberadaannya, dan
jaminan bahwa ketika si wanita itu ada sesuatu yang ingin
diungkapkan atau sedang terbelit masalah, ada seseorang yang siap
dengan bahu pereda dukanya.

Oh ya, kadang perempuan cuman butuh didengarkan ketika curhat,


bukan mencari solusi (karena kalau wanita pinter, biasanya siap
dengan sejuta solusi). Buat kenyamanan aja, bahwa ada yg
memperhatikannya.

Saya tergoda nimbrung obrolan mereka yang sangat menarik.


―Obrolan ringan yang jujur dan inspiratif. Penuh canda namun
bermakna. Menurut saya yang tak sepenuhnya memahami cinta,
cinta yang tulus menyehatkan dan membahagiakan bagi yang
memberi atau menerima. Oke lah, mungkin seorang bipolar butuh
perhatian dan cinta berlebih, tapi bukan berarti bipolar tak bisa
memberi. Seorang bipolar itu peka dan sensitif, artinya perasaannya
lebih halus dan bisa lebih memahami perasaan orang lain, termasuk
perasaan orang yang dicintainya.

Seorang bipolar juga akan banyak memberi kepada orang yang


dicintainya. Labilitas moodnya yang kadang tak terduga dan
mengejutkan justru akan membuat dia tak membosankan bagi

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

53
pasangannya. Seperti kata sebuah iklan ―Perempuan mudah bosan‖
(maaf bukan memojokan perempuan..:D..). Perempuan juga suka
tantangan. Seorang bipolar akan sangat menarik dimata perempuan
karena dia beda dari pria kebanyakan. Kata seorang pakar
relationship, perempuan bukan ingin diperlakukan sepesial, tapi dia
ingin menjadi spesial. Perempuan yang menjalin hubungan dengan
seorang bipolar adalah perempuan sepesial.

Kekurangan kadang menjadi kelebihan bagi seseorang. Seorang


bipolar punya kenunikan yang tak dimiliki orang lain.‖

Heri Pureness, menyampaikan pendapatnya tentang cinta, ―Kita


pasti tanpa disadari pernah dibenturkan oleh waktu utk mencintai dan
dicintai dlm ranah cinta yg lebih universal.. t'masuk didalamnya
membangun sebuah relantionship yg tangguh di tengah keterbatasan
mnjadi cerdas tanpa batas memaknai cinta itu sendiri...

Robi Krucil, yang masih menahan diri untuk menjalin hubungan


cinta, menulis sebuah pengakuan yang berani, ―Bipolar memang
sangat tidak stabil. Untuk bipolar yang sangat ekstrem perubahan
moodnya seperti saya, sangat tidak mudah menemukan pasangan
yang cocok dan mengerti. Pada saat saya depresi, jangankan untuk
mencintai, untuk bergerak saja saya susah, apalagi mencari nafkah.‖

Robi juga membalas komentar saya, ―Bisa mas Tarjum bayangkan


apa jadinya rumah tangga saya dengan kondisi saya depresi? Lalu
dikala saya manik, saya akan menjadi orang yang pemarah, sangat
ambisius, tidak bisa diam, tidak bisa menolak godaan, dan lain
sebagainya.

Saya Bipolar ekstrem Mas, dan saya ingin sembuh. Tapi untuk
sementara, saya harus mengakui bahwa untuk diri saya, saat ini saya
tidak bisa hidup berpasangan tanpa menyakiti pasangan saya.‖

Saya mencoba memahami keengganan Robi untuk menjalin sebuah


hubungan, walaupun seperti yang dia bilang, itu hanya sementara.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

54
―Saya ngerti apa yang Mas Robi Krucil rasakan saat ini walaupun
tidak sepenuhnya. Saya aja yang kategori bipolar ringan sempat
psimis, bisakah saya menikah dan punya keluarga dengan kondisi
mental yang labil? Yang kadang untuk mengurus diri sendiri aja gak
bisa?

Saya baru berani menjalin hubungan dengan wanita sekitar 5 tahun


setelah kondisi mental saya menuju pemulihan. Ternyata selama itu,
beberapa gadis menunggu saya (maaf bukan sok ganteng…walaupun
sebenarnya lumayan ganteng..:D).

Begitu saya mendekati seorang gadis, beberapa gadis lain yang saya
kenal mencoba mendekati saya, bahkan ada yang cukup agresif,
menyatakan cintanya lebih dulu. Artinya seorang bipolar dengan
segala kekurangannya (saya lebih suka menyebutnya keunikan)
sebenarnya punya daya tarik tersendiri di mata wanita.

Saya suka dengan pernyataan mas Robi, ―untuk sementara…..‖.


Pernyataan yang positif dan optimis. Saya yakin walaupun mas Robi,
belum menyatakan cintanya kepada seorang wanita…beberapa orang
diam-diam menunjukan ketertarikannya pada Mas Robi. Bener gak
mas? Hanya mas Robi yang tahu.‖

Saya menanyakan hal yang agak sensitif kepada Islandria Gobed,


―Klo boleh tahu....apa saja hal menarik dari Arie Dabo dimata dan
hati Islandria, dari segi fisik, karakter dan kepribadian? ya...untuk
bahan pembelajaran kita-kita para pria...:) Ari Dabo, mohon jangan
geer dulu ya..:D

Islandria, dengan agak malu-malu, menjawab pertanyaan saya


tentang Arie Dabo kekasihnya dengan diplomatis, ―Hahaha.... apa ya
Mas Tarjum. cannot explaining secara detail nih kalo begini...
Saya juga kadang-kadang bingung kok kenapa bisa bertahan.
Tapi Mas Robi lagi-lagi betul bahwa hati yang ikhlas, sabar, cinta yang
penuh, segudang maaf, pengertian dan dompet yang tebel sangat
diperlukan untuk menghadapi sang bipolar.‖

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

55
Robi Krucil juga membalas komentar saya tentang keunikan dan
kelebihan seorang bipolar, ― Mas Tarjum, siapa bilang bipolar tidak
punya fans Mas? Coba tanya sama Mas Arie Dabo, dia punya deretan
fans yang bejibun sampe mbak'e Is (Islandria maksudnya) megap-
megap... :D

Saya juga begitu.... Bipolar punya daya tarik tersendiri untuk wanita
terutama pada saat mereka manik. Tapi untuk masalah bertahan...
itu lain soal. Karena itulah masalah cinta bagi seorang bipolar sangat
rumit.‖

Elma Marviani, seorang bipolar yang sudah berkeluarga dan punya


anak, berbagi pengalaman. ―Aku Bipolar. Karena bipolar aku telah
menyakiti sahabat aku yg hampir setengah hidupku bersahabat
dengan dia.

Untuk masalah perceraian seorang bipolar memang tinggi. Dulu aku


pernah mengalami hampir terpuruk dan jatuh ke perceraian.
Alhamdulilah sekarang baik-baik.

Memang gak gampang seorang bipolar untuk menjalani sebuah


komitmen. Apa lagi seorang ibu seperti saya yg kadang ada kalanya
aku pingin sendiri tanpa ada gangguan dari anak. Tapi itulah ujian
yang harus dihadapi, gimana mengendalikan mood aku yg naik turun.
Alhamdulilah sekarang dah jauh banyak berubah di banding waktu
aku baru punya anak.

Memang sih gak bisa di pungkiri, kadang rasa malas atau rasa pingin
marah-marah masih ada. Akhirnya aku sekarang berusaha pingin
menjadi seorang ibu yang baik bagi anakku. Itulah motivasi terbesar
aku pingin sembuh dari bipolar.‖

Aniek, masih dengan pendiriannya, ―Saya harus mengakui bahwa


untuk diri saya saat ini, saya tidak bisa hidup berpasangan tanpa
menyakiti pasangan saya. Tanpa menyakiti dan tersakiti. Dengan kata

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

56
lain agar tak saling melempar lara.‖

Mengakhiri rangkaian komentar di statusnya, Robi melontarkan


gurauan yang mengundang senyum namun cukup mengena, ―Laki-
laki bipolar adalah bayi yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.
Jadi tingkah lakunya seperti bayi, bisanya nangis, tertawa dan
bermain.

Membaca komentar ini saya tersenyum tapi merenung, rasanya dulu


saya pernah mengalami kondisi seperti itu.

Itulah tulisan tentang cinta seorang bipolar yang saya kutip dari
status facebook Robi Krucil. Semoga tulisan ini bermanfaat, bisa
memberi pemahaman dan inspirasi.

Mengakhiri tulisan ini saya hanya ingin mengatakan, ―Setiap orang


berhak mencintai dan dicintai, tak terkecuali seorang bipolar.‖

Hati-Hati dengan “Rasa Kasihan” yang Tak Wajar!

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

57
Suatu sore saya melihat dengan rasa kasihan yang mendalam, ibu
saya yang baru pulang dari kebun.

Ia menggendong kayu bakar dengan wajah bercucuran keringat dan


napas tesengal.

Rasa kasihan itu begitu kuatnya sampai tak terasa air mata menetes
membasahi pipi.

Rasa sayang atau kasihan kepada seseorang apalagi kepada kedua


orang tua yang telah bersusah payah membesarkan kita adalah
sangat wajar dan sepantasnya. Tapi hati-hati bila rasa kasihan itu tak
wajar atau berlebihan seperti yang saya tuturkan di atas. Rasa
kasihan itu bisa saja merupakan gejala awal gangguan kejiwaan.

Sebelum saya memahami bahwa saya mengalami gangguan kejiwaan,


hal itu saya anggap wajar. Setelah saya tahu bahwa saya menderita
gangguan bipolar, saya analisa gejala awal ketika terjadi pergantian
suasana hati dari manik ke depresi, rasa kasihan mendalam dan kuat
itu biasanya saya rasakan.

Rasa kasihan yang berbeda dari rasa kasihan yang saya rasakan
dalam kondisi normal. Sehari-hari dalam kindisi normal saya biasa
melihat ibu pulang dari kebun dengan kondisi seperti di atas, ada
rasa kasihan tapi rasa kasihan yang wajar, tidak semendalam seperti
ketika depresi datang.

Dr. Windi Dryden dan Jack Gordon dalam bukunya ―Berpikir positif
untuk kebahagiaan hidup‖, bahkan menyebut, rasa kasihan diri
atau kasihan orang lain sebagai „biang kerok‟ penyebab
gangguan kejiwaan.

Jadi hati-hati jika muncul perarasaan kasihan kepada diri-sendiri atau


rasa kasihan kepada orang lain yang sangat kuat dan tidak seperti
biasanya, bisa saja itu merupakan gejala awal gangguan kejiwaan.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

58
Jika perasaan itu muncul secepatnya buang jauh-jauh. Jika perasaan
itu tak hilang juga atau malah terasa semakin kuat, segera konsultasi
ke psikolog atau psikiater untuk mengetahui kondisi kejiwaan anda
yang sebenarnya. Nggak usah ragu atau malu, ke Psikolog atau
Psikiater kan belum tentu sakit jiwa.

Jika anda enggan ke spikolog atau psikiater karena berbagai alasan,


ada alternatif lain, anda bisa curhat online di facebook, twitter, blog,
forum atau website konsultasi. Anda tinggal memilih media mana
yang akan anda gunakan, toh tak ada yang tahu identitas anda yang
sebenarnya.

Anda cukup duduk di depan computer, tulis keluh-kesah anda lalu


kirim. Dalam waktu yang tak terlalu lama anda sudah akan menerima
tanggapan balik.

Gimana klo nggak punya computer? Cari saja warnet terdekat.


Dengan biaya 2000-4000 rupiah, anda sudah bisa nulis dan kirim
curhat anda. Curhat online lebih mudah, murah, praktis dan efisien.

Gangguan Bipolar dan Skizofrenia Bisa Sembuh Total!

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

59
Saya yakin judul artikel ini akan mengundang kontroversi.

Ada yang setuju, ada yang tidak setuju! Mengapa?

Sampai saat ini masih diyakini bahwa Gangguan Bipolar dan


Skizofrenia belum bisa disembuhkan namun bisa dikontrol.

Lalu apa dasarnya saya menulis judul yang kontroversial di atas?


Apakah hanya untuk menarik perhatian pembaca?
Ataukah hanya untuk mengundang polemic dan perdebatan?

Bukan! Bukan itu maksud saya!

Mohon dibaca artikel ini sampai selesai agar tidak salah faham. Begini
maksud saya.

Banyak pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita nikmati


saat ini, beberapa dekade yang lalu dianggap hal yang mustahil.

Demikian pula kemajuan dan penemuan-penemuan baru di dunia


medis, menunjukan pencapaian yang luar biasa.

Berpikri Positif dan Optimis

Jika saat ini kita masih menganggap bahwa Gangguan Bipolar dan
Skizofrenia belum bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol.,
bagaimana kalau kita berpikir positif dan optimis bahwa beberapa
tahun ke depan, kedua jenis gangguan jiwa yang tergolong kronis ini
bisa disembuhkan atau dipulihkan secara total.

Bukan mustahil beberapa tahun ke depan para ahli, praktisi, aktivis,


professional dan pakar kesehatan jiwa yang sekarang sedang bekerja
keras mengadakan penelitian, akan menemukan obat terbaik dan
metode terapi paling efektif yang bisa menyembuhkan kedua jenis
gangguan jiwa ini.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

60
Tujuan yang Jelas dan Spesifik

Para motivator dan pelatih sukses mengatakan, jika kita ingin sukses
di bidang apa pun, pertama-tama kita harus punya tujuan yang jelas
dan spesifik.

Setelah tujuan ditetapkan dan jalan dipetakan, selanjutnya kita harus


melangkah ke arah tujuan itu. Fokus pada tujuan yang sudah kita
tetapkan melalui jalan yang sudah kita petakan.

Dalam kaitanya dengan usaha-usaha mencari dan menemukan


metode terapi dan pengobatan terbaik untuk pemulihan Bipolar dan
Skizofrenia, kita juga harus punya tujuan yang jelas dan spesifik.

Misalnya, bagaimana kalau kita tetapkan tujuan : Penyembuhan


Total Gangguan Bipolar dan Skizofrenia.

Setelah kita tetapkan tujuan, selanjutnya kita mulai fokus melangkah


ke arah tujuan itu. Kita melangkah bersama, saling mendukung,
saling mengisi dan bahu-membahu mencari, meneliti dan
menemukan obat, metode pengobatan dan metode terapi terbaik
untuk menangani Bipolar dan Skizofrenia.

Bukan Sesuatu yang Mustahil

Apakah tujuan ini terlalu berlebihan, muluk-muluk atau bahkan


sesuatu yang mustahil?

Mungkin ya! Jika tolok ukurnya adalah situasi dan kondisi


penanganan gangguan jiwa saat ini.

Tapi, seperti yang saya jelaskan di atas, banyak hal yang dulu
dianggap mustahil, saat ini sudah terwujud menjadi kenyataan.

Nah, begitu pula dengan upaya-upaya pengobatan Bipolar dan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

61
Skizofrenia, sangat mungkin apa yang saat ini dianggap mustahil,
suatu saat nanti bisa diwujudkan menjadi kenyataan.

Seperti judul tulisan ini, sangat mungkin beberapa tahun ke depan


―Gangguan Bipolar dan Skizofrenia Bisa Sembuh Total‖.

Dunia yang Gelap Tanpa „Lampu Pijar‟

Ibaratnya, saat ini kita sedang berada di jaman kegelapan karena


lampu pijar belum ditemukan. Saat Thomas Alva Edison masih
berjibaku dengan ribuan kegagalanya menemukan formula paling
tepat untuk menciptakan bola lampu pijarnya.

Ketika bola lampu itu berhasil diciptakan, bukan hanya bisa


mengubah dunia yang gelap gulita menjadi terang benderang, namun
memicu penemuan-penemuan besar lainnya yang mengubah dunia.

Mungkin usaha-usaha kita saat ini banyak menemui kegagalan. Kita


belum berhasil menemukan formula paling tepat untuk pengobatan
Bipolar dan Skizofrenia.

Jika suatu saat formula itu ditemukan, kita berharap bukan hanya
dunia kesehatan jiwa yang akan menjadi terang benderang, namun
akan memicu penemuan-penemuan besar lain yang akan mengubah
dunia.

Karena yang sedang kita pelajari dan kita teliti saat ini bukan sebuah
alat atau benda. Tetapi sesuatu yang tak ternilai, yaitu jiwa manusia,
inti dari kehidupan di dunia ini.

Jadi, jangan pernah berhenti berharap dan berusaha untuk


menemukan formula terbaik penyembuhan Bipolar dan Skizofrenia.

Puisi Bipolar

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

62
Pria ini punya cara yang unik untuk mendefinisikan dan menceritakan
pengalaman bipolarnya.

Michael Comes Back, menuliskan pengalaman dan pemahaman


bipolarnya melalui bait-bait puisi yang unik, mengundang senyum
namun menyentuh.

Silakan simak dan renungkan bait-bait puisi bipolarnya.

Bipolar! Oh Bipolar!

Oleh Michael Comes Back

Bipolar! Oh bipolar
Setahuku kau bukan penyakit menular!
Namun ada saat kumerasa emosiku menjalar!
Dan melihat segala sesuatu yang kulihat memudar!

Apakah yang kurasakan ini seperti bintang yang berpendar?


Yang cahayanya terpancar namun terpisah lalu terpencar?
Apakah jiwaku akan selalu terbagi dan berpencar?
Hingga hidupkupun terasa sukar?

Bipolar! Oh bipolar!
memikirkanmu, dapatkah aku menggunakan nalar?
Tanpa terasa pikiranku berjalan meliuk-liuk seperti ular!
Tak pernah hidupku stabil bagai garis datar!

Di dalam hati aku selalu berujar!


Ayo mari kita selalu tegar!
Namun yang terjadi hanyalah gusar!
Gundah gulana dan berputar-putar!
Kadang ku merasa ku terjun ke dalam jurang tak berdasar!
Atau masuk ke dalam angin yang berpusar!

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

63
Bipolar! Oh bipolar!
Takkan lagi aku gemetar!
Kukan memelukmu seperti pasangan di atas altar!
Sampai ajalku mengantar!

BAGIAN 3 : CURHATKU

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

64
Kisah Bipolarku dalam Rangkaian Foto

Kita sering tidak sadar, bahwa sebenarnya kita sedang menjalani


skenario Tuhan yang luar biasa.

Kita juga sering berburuk sangka kepada-Nya karena ketidaktahuan


kita tentang rencana-Nya untuk kita.

Berikut aku tampilkan rangkaian fotoku berikut cerita dibaliknya.


Cerita ceria, bahagia, sedih, cemas, tertekan, harapan, semangat dan
impian. Ada sejuta kata dan makna dibalik foto-foto anak kampung
yang lugu dan pendiam ini.

Sambil anda membaca cerita dalam rangkaian foto-foto wajahku ini,


perhatikan baik-baik foto-foto wajahku, mungkin anda bisa melihat
dan merasakan suasana hati dan pikiranku dari foto itu.

Foto saat lulus SD.

Wajah anak-anak yang polos tanpa beban. Wajah


anak desa yang lugu namun ceria dan bahagia. Foto
ini dibuat saat aku kelas 6 SD menjelang kelulusan
Mei 1986.

Masa kanak-kanak aku jalani dengan penuh kegembiraan dan


keceriaan. Karena aku anak tunggal (waktu itu adikku belum lahir),
aku mendapat kasih sayang penuh dari kedua orang tua, paman, bibi
kakek dan nenek. Hampir segala keinginanku dipenuhi.

Waktu kecil aku tergolong anak yang sensitif dan tidak suka konflik.

Foto menjelang lulus SMP.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

65
Foto ini dibuat Mei 1989, saat usaiaku 16 tahun. Masih tampak segar,
namun terkesan dingin dan kaku.

Foto ini dibuat saat gejala-gejala gangguan bipolar sudah mulai


merasuki pikiran dan perasaanku. Bipolar sudah menggerogoti dan
mengganggu jiwaku cukup dalam.
Meski demikian, bipolar belum terlalu mempengaruhi aktifitas sehari-
hariku, baik di rumah maupun di sekolah.

Di SMP aku masih bisa menunjukan prestasi terbaikku di bidang


akademis, bahkan prestasi terbaik yang pernah aku raih.

Foto saat berada dalam kondisi depresi.

Foto ini bisa menggambarkan cukup jelas pengaruh


gangguan bipolar terhadap penampilan fisikku.
Perhatikan baik-baik foto ini! Raut wajahku
menggambarkan kesedihan yang mendalam,
murung, dan kusut dengan tatapan mata kosong.

Foto ini dibuat Juli 1989, saat aku duduk di kelas 1 (satu) SMA, tepat
saat pikiran dan perasaanku berada dalam tekanan mental berat.

Aku sedang berada dalam kondisi depresi (dari siklus manik-depresif).


Beban mental yang berat nampak jelas dalam ekspresi wajahku yang
muram.

Aku masih ingat, foto ini dibuat sepulang berobat dari seorang mantri
kesehatan langganan keluargaku. Waktu itu aku diantar oleh Bu Le,
karena Ayah dan Ibuku sedang sibuk di sawah.

Aku menderita sakit fisik yang disebabkan oleh beban pikiran yang
berat. Saat depresi (salah satu kutub bipolar) menguasai diri, aku
seperti ditindih dengan beban teramat berat yang membuatku tak
berdaya, tak bisa berbuat apa-apa. Segalanya tampak buruk, kacau

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

66
dan menakutkan.

Pikiranku tak mampu lagi mengendalikan gerak tubuhku. Jika sudah


demikian, yang bisa aku lakukan hanya termenung dan berdiam diri
dengan pikiran bergejolak tak menentu.

Bulir-bulir air mata yang sering tak tertahan--kadang tak kusadari--


mengalir membasahi wajah murungku, kadang bisa sedikit
meringankan derita jiwaku.

Foto menjelang kelulusan SMA.

Foto ini dibuat Juni 1992, saat aku kelas 3 (tiga) SMA, menjelang
kelulusan. Bandingkan dengan fotoku di atas,
walaupun tanpa senyum wajahku tampak lebih
segar dan ceria.

Foto ini dibuat saat kondisi kejiwaanku mulai pulih,


intensitas tekanan mental mulai berkurang dan
siklus manik-depressive semakin melambat/jarang.

Aku lulus SMA dengan nilai yang cukup baik. Dan


aku mengakhiri 'indahnya' masa remaja di SMA dengan cukup manis.
Namun, sebenarnya aku tak bisa sepenuhnya merasakan keindahan
itu, karena gangguan bipolar telah merenggut sebagian besar
keindahan dan keceriaan masa remajaku.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

67
Nah, ini fotoku saat ini. Fotoku dengan istri dan kedua putri kami.

Lumayan Ganteng kan?...he..he..he.. Pede banget ya! Muji sendiri aja,


daripada nggak ada yang memuji, iya nggak teman-teman?

Kata istriku sih, aku pria paling ganteng sedunia…oalaahh…

Alhamdulillah, sekarang aku sudah pulih dari gangguan bipolar dan


gangguan mental lainnya. Ke depan aku yakin, dengan ijin Tuhan,
tekanan mental seberat apa pun bisa aku hadapi dengan keteguhan
hati, kepercayaan diri dan pikiran positif.

Foto keluarga ini dibuat dalam suasana ceria dan bahagia saat kami
rekreasi ke Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, beberapa waktu yang
lalu.

Seperti terlihat di foto, aku sudah dikaruniai dua orang putri cantik,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

68
buah perkawinanku dengan Linda Mulyanah, istri tercinta yang telah
mendampingiku dengan penuh perhatian, kesetiaan dan kesabaran
menghadapi masa-masa sulit dalam perjalanan hidupku selama 10
tahun lebih.

Putri pertama kami Siti Vania Nur'aida, saat ini duduk di bangku kelas
4 SD. Sedangkan putri kedua kami Siti Khumairah Nurrahmah, yang
menggemaskan dan sedang lucu-lucunya baru berumur 3 tahun.

Saat ini, kami sekeluarga tinggal di rumah sederhana di desa


kelahiran kami.

Kebersamaan yang Menyenangkan

Ini fotoku bersama Manager dan rekan-rekan kerja di kantor (sampai saat
ini aku masih bekerja di perusahaan ini)

Sebagian dari teman-teman di tempat kerja, tahu aku pernah

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

69
mengalami gangguan kejiwaan (bipolar). Sampai saat ini tak ada
sikap negatif dari mereka kepadaku.

Ada teman yang bertanya dengan sikap hati-hati (mungkin dia


khawatir menyinggung perasaanku) tentang apa itu gangguan bipolar.
Ada juga teman yang dengan lugas dan tak ragu menjadikan kata
bipolar sebagai bahan candaan.

Bagaimanapun sikap mereka terhadapku, tak masalah bagiku. Semua


itu tak mempengaruhi sikapku pada diriku atau sikapku pada mereka.
Aku bahagia dengan diriku saat ini, ketika sendiri atau pun saat
berada diantara orang-orang.

Terima kasih ya Allah, atas semua anugerah tak ternilai yang


telah engkau berikan kepadaku dan keluargaku. Semoga
keceriaan dan kebahagiaan selalu menaungi dan menjadi
bagian dari kehidupan kita semua. Amin.

Anda bisa membaca kisah perjalanan hidup sebelum, saat dan


sesudah aku menderita gangguan bipolar lebih lengkap di buku
psikomemoarku "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah".

Tentang Aku di Media

Berikut dua tulisan tentang aku di dua media (Kompas dan


Suara Pembaruan) enam tahun yang lalu (Desember 2004),
saat aku mengikuti sebuah even di Jakarta.

Resolusi Cerdas dari Seorang Penggembala Domba

SUARA PEMBARUAN, Kamis ( 2/12/2004)

DARI suatu padang gembala bisa lahir karya yang cerdas yang tidak
saja berguna bagi penemu karya itu, tetapi juga masyarakat umum.
Tarjum telah membuktikan hal tersebut dan dia keluar sebagai
pemenang pertama Mandom Resolution Award 2004.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

70
Pria yang lahir dan tinggal di Desa Wanakerta, Kecamatan Purwadadi,
Subang, Jawa Barat, pada 4 Juli 1973, pernah mengalami depresi
berat ketika masih duduk di bangku SMP sekitar 15 tahun silam. Dia
tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi penyakitnya itu. Dia
mendapat kendala tidak saja karena tidak punya biaya, tetapi juga
tidak mengenal dunia psikologi untuk mengatasi apa yang sedang
dideritanya.

Dia membawa penderitaannya ke padang saat sedang


menggembalakan domba. "Waktu itu keluarga kami memiliki sekitar
sepuluh ekor domba. Setiap hari saya harus membantu orangtua
untuk menggembalakan domba-domba itu di padang hijau. Selain itu,
saya mencari rumput. Dalam keadaan depresi, saya melakukan tugas
itu.
Tugas menggembalakan domba itu saya lakukan sampai saya tamat
SMA untuk membantu orangtua. Untuk ongkos sekolah orangtua saya
terkadang harus menjual domba," tutur Tarjum kepada Pembaruan
melalui telepon pekan lalu.

Dalam keadaan depresi itu dia berusaha mencari jawaban penyakit


apa yang dideritanya. Dari bacaan majalah, koran, dan buku dia
berusaha mencocokkan gejala yang dideritanya dan apa yang
diuraikan dalam media massa. Akhirnya dia menyimpulkan dirinya
sedang menderita depresi berat.

Berobat ke psikolog? Tak punya duit. Berdasarkan petunjuk-petunjuk


dalam artikel psikologi dia berusaha mengatasi depresinya. Luar biasa,
tahap demi tahap depresinya hilang. "Boleh dibilang saya telah pulih
sampai 95 persen sekarang. Saya tidak pernah ke psikolog untuk
berbobat. Kalau terserang depresi lagi saya biasanya langsung tahu
gejalanya. Mengetahui itu saja sudah menjadi obat tersendiri bagi
saya," katanya.

"Mungkin saya menderita depresi karena saya suka memendam


masalah dalam hati. Kalau ada masalah saya menyimpannya sendiri.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

71
Saya orangnya tertutup. Saya tidak pernah curhat kepada orang lain.
Saya menyadari betul kurang gaul," ujarnya.

Tamat SMA pada 1992 Tarjum ingin melanjutkan pendidikan ke


perguruan tinggi negeri. Dua kali ikut ujian masuk dua kali pula gagal.
Namun, itu tidak membuatnya patah semangat. Dia akhirnya
melamar di sebuah perusahaan peternakan ayam potong di
kampungnya Di perusahaan itulah dia mulai mengenal komputer.
Dengan belajar secara otodidak dia kemudian bisa mengoperasikan
komputer.

Kemampuan itu masih belum terasa cukup baginya.

Pertengahan 2003 dia tertarik pada dunia website. Lantas terpikir


olehnya untuk merancang website sendiri. Setelah belajar selama tiga
bulan dia akhirnya bisa mewujudkan hal itu. Website-nya
menyangkut masalah kejiwaan dan kesehatan mental.

Kenapa pilih yang itu? "Saya ini 'kan menderita depresi. Dunia itulah
yang saya kenal. Hampir 50 persen artikel yang ada di sini adalah
pengalaman pribadi saya," kata suami dariLinda Mulyanah itu
menjelaskan. Website itulah yang kemudian disertakannya untuk
Mandom Resolution Award 2004.

Juri Terpesona

Dewan juri yang dipimpin Prof Dr Sarlito Wirawan dengan anggota


Tika Bisono dan Maria Hartiningsih terpesona pada karya anak
gembala tersebut. Tarjum membuat resolusi website kejiwaan dan
kesehatan mental dengan tampilan menarik, profesional serta isi
yang berbobot, lengkap, dan variatif.

Sarlito memuji Tarjum. "Kami mempelajari materi yang disajikan


Tarjum. Pemikirannya ternyata setara dengan lulusan S-2 (Strata 2).
Padahal, dia hanya tamat SMA. Ini berarti, jarak antara potensi dan
pencapaiannya jauh. Kami memutuskan untuk memilih dia sebagai

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

72
pemenang dengan angka paling tinggi," kata Sarlito.

Dewan juri memilih 10 pemenang yang diumumkan di Jakarta, pekan


lalu. Mereka mendapat uang masing-masing Rp 7 juta, trofi, dan
piagam dari Mandom Resolution Award 2004.

Apa Mandom Resolution Award? Pemberian penghargaan ini


bertujuan mendorong partisipasi masyarakat/konsumen untuk berani
menetapkan, mengejar, dan mencapai kemajuan berarti bagi dirinya,
lingkungan, dan kehidupannya. Apa yang mau diajarkan dari
penghargaan ini tidak lain adalah sikap optimistis untuk selalu
meningkatkan kualitas hidup lewat kerja keras untuk menyongsong
masa depan.

"Program Mandom Resolution Award ini juga mencerminkan salah


satu upaya perusahaan kami untuk selalu menempatkan masyarakat,
yang juga adalah konsumen kami, sebagai subjek pelaku yang
penting dalam perkembangan perusahaan kami ke masa depan," kata
Executive Vice President Mandom Indonesia TBK, Humala
Panggabean.

Sarlito Wirawan menilai resolusi yang dikirim peserta unik dan


menarik. "Kami menetapkan pemenang yang jarak potensinya
dengan pencapaiannya paling jauh. Kalau potensinya hanya lima,
namun pencapaiannya bisa lima belas dan terbanyak dari peserta lain
dia akan kami menangkan," katanya saat mengumumkan nama para
pemenang.

Pemenang lain, Solleman Betawi asal Papua yang menampilkan


resolusi karya arsitektur pedesaan yang dapat dijadikan sebagai
model desa percontohan pertama di Provinsi Papua. Dengan ilmu
arsitektur yang dipelajarinya, putra asal Papua itu mencoba
membangun permukiman yang modern, tetapi tetap
mempertahankan kekhasan budaya setempat. "Solleman setelah
menyelesaikan S-2 di Universitas Diponegoro, Semarang, malah balik
kampung untuk membangun permukiman yang lebih baik dan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

73
modern bagi orang sekampungnya," kata Sarlito.

Karya yang tidak kalah uniknya ditampilkan Hiysam Zamroni. Dia


berani melawan kebiasaan di kepulauan terpencil Karimun Jawa. Dia
menuturkan, sering begitu anak-anak laki-laki di sana duduk di
bangku akhir sekolah dasar langsung diajak orangtuanya melaut.
Sedang anak perempuan begitu tumbuh besar langsung disuruh
kawin.

Hisyam berusaha mencegah kawin muda itu lewat resolusi


mengangkat pendidikan bagi nelayan/anak-anak miskin di Karimun
Jawa dengan mendirikan SMU/Madrasah Aliyah. Hasil kerja keras
lulusan IAIN Sunan Kalijaga ini mulai tampak sekarang.

Pemenang lainnya adalah Ilham Prayudi dengan resolusi "Membuat


karya unik dengan mengumpulkan judul koran se-Indonesia dan
didaftar MURI". Slamet Sudarmadji dengan resolusi "Menanam 1.000
pohon di Pantai Krakal, Samudera Hindia" berhasil menaklukkan alam
pantai yang susah ditanami pohon. Bagyo Anggono tampil dengan
resolusi "Murid di SMK Negeri 1 Wonogiri lulus 100 persen khususnya
pelajaran bahasa Inggris", Bambang Haryanto sebagai pencetus
epistoholik Indonesia, yaitu jaringan penulis surat pembaca, hadir
dengan resolusi "Membangun jaringan epistoholik Indonesia, yakni
Komunikasi Jaringan penulis surat pembaca dengan membangun
sedikitnya 100 situs untuk memajang surat-surat pembaca karya
warga epistoholik Indonesia", Deny Wibisono dengan resolusi
"Mengumpulkan cerita rakyat untuk dijadikan buku", Dian Safitri
dengan resolusi "Mendirikan taman bacaan untuk anak kurang
beruntung bersama relawan muda", dan Haryadi dengan resolusi
"Membuat permainan mengenal bahasa asing dan matematika secara
mudah dan menyenangkan".

Bintang Iklan

Ingat Mandom, ingat Charles Bronsom. Aktor itu memang pernah


menjadi bintang iklan Mandom dan citra tersebut bertahan cukup

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

74
lama. Mandom tentu tak sekadar Tanco, minyak rambut itu. Mandom
sebenarnya singkatan dari Human & Freedom. Mandom - juga PT
Mandom Indonesia TBK - menjadikan human & freedom (manusia
dan kebebasannya) bagi karyawannya untuk bekerja dan berkarya
secara kreatif.

Berangkat dari itu, nilai yang telah tertanam selama 30 tahun, PT


Mandom Indonesia TBK telah membuka ruang yang merdeka bagi
setiap insan manusia untuk berani mengejar dan mewujudkan apa
pun impiannya bersama Mandom Resolution Award 2004. Program itu
baru digelar pertama kali, dan sambutan masyarakat ternyata luar
biasa. Tercatat 923 peserta ikut ambil bagian dalam lomba ini. Keluar
sebagai finalis 20 orang dan pemenangnya sepuluh orang.(Willy
Hangguman)

Tarjum, Situs Kejiwaan Membuang Mimpi Buruk

Kompas, Jum‘at (3/12/2004)

IMPIAN setinggi bintang adalah milik semua orang. Untuk


mencapainya tidak perlu lewat kompetisi-kompetisi dalam reality
show di berbagai stasiun televisi. Ada banyak resolusi yang
ditetapkan sendiri oleh seorang individu dan kemudian dikejar untuk
mencapai kemajuan atau manfaat yang berarti bagi dirinya dari
waktu ke waktu, bagi orang lain dan komunitas sosialnya.

Seperti Tarjum (30). Ayah satu anak ini berhasil memenuhi resolusi
yang ia tetapkan tahun ini; yakni membuat situs kejiwaan dan
kesehatan mental. Ia memulainya pada akhir tahun 2003 dengan 20
halaman, dan menjadi 75 halaman saat ini. "Saya menggunakan
nama anak dan istri saya," ujar Tarjum, menjelaskan apa arti
sivalintar dalam situs www.sivalintar.tk.

TARJUM bekerja di sebuah perusahaan peternakan yang terletak di


daerah kelahirannya dan kini menetap bersama keluarga, yaitu di

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

75
Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, setelah
dengan perjuangan keras berhasil menyelesaikan SMA-nya. "Saya
pernah menderita gangguan kejiwaan. Mungkin sekarang bisa disebut
sebagai gangguan bipolar atau manik depressive," ujarnya. Nada
suaranya tegas.

Pandangan matanya lurus menatap Tika Bisono dan Prof Sarlito


Wirawan, dua dari tiga juri Mandom Resolution Award. Program itu
dirintis oleh PT Mandom Indonesia untuk memberikan penghargaan
yang tinggi pada nilai-nilai manusia dan kemerdekaannya, termasuk
di dalamnya kreativitas berkarya.

Di hadapan juri, tidak sedikit pun terkesankan bahwa Tarjum pernah


mengalami kompleks rendah diri yang serius. "Saya menderita
depresi sejak SMP," lanjutnya.

Tarjum menolak istilah "gila" yang selalu ditujukan kepada orang


yang mengalami gangguan kejiwaan. Ujarnya, "Stigmanya menempel,
harapannya bisa habis."

Padahal, gangguan kejiwaan, dari yang ringan sampai yang berat,


dapat menimpa siapa saja. "Mereka seharusnya dibantu, bukan
dicemooh atau dijauhi," sambungnya. Selain yang berhubungan
dengannya di ruang virtual, Tarjum menjadi teman berbagi dari
beberapa teman yang sekarang mengalami gangguan kejiwaan.

Dari 10 resolusi yang terpilih dari ribuan calon yang masuk, dewan
juri menetapkan Tarjum sebagai salah satu penerima penghargaan
itu. Baik Sarlito maupun Tika Bisono menilai upaya Tarjum yang luar
biasa, dengan sumber daya yang seadanya. Keinginan Tarjum sangat
kuat untuk membantu orang lain memupuk optimisme dalam hidup.
Nilai tertinggi dalam kriteria inilah yang mengantarkan Tarjum
sebagai salah satu peraih Mandom Resolution Award 2004.

GANGGUAN kejiwaan, dalam banyak kasus, merupakan rahasia


pribadi terbesar bagi seseorang yang pernah mengalaminya. Pun

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

76
pada Tarjum.

"Semula saya hanya menceritakannya kepada orang-orang dekat


yang saya anggap bisa memegang rahasia. Lalu saya berpikir, kalau
lembaran gelap dalam ini saya simpan sendiri, itu hanya akan
menjadi mimpi buruk yang terus menghantui kehidupan saya
sekarang dan di masa depan," ungkapnya.

Obyek penelitian dan penulisan dalam situsnya adalah dirinya sendiri,


pikiran, perasaan, dan pengalaman batinnya selama bertahun-tahun
bergumul dengan depresi. Dengan demikian, pengalaman yang ia
tuangkan dalam lembar-lembar situsnya itu pertama-tama adalah
semacam terapi bagi diri sendiri.

"Saya tidak berharap apa yang saya paparkan dalam halaman-


halaman situs ini dapat menyelesaikan masalah- masalah kejiwaan
dan kesehatan mental setiap orang," ujarnya. Masalah kejiwaan
sangat kompleks dan rumit dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan
satu solusi sederhana.‖

"Tapi bukan berarti tidak dapat diatasi, hanya mungkin kita belum
menemukan jalan keluarnya. Saya berharap yang saya paparkan
dalam situs ini dapat membantu seseorang mengenali dirinya,
mengenali masalah kejiwaannya, membantu menemukan jalan keluar,
dan mudah-mudahan dapat membantu menyelesaikan masalahnya,"
lanjut Tarjum.

Sumber depresi yang dialami Tarjum bagi banyak orang mungkin


adalah hal yang "biasa". Namun, dari yang paling "biasa" itu kita
belajar banyak hal yang luar biasa. "Semuanya berawal dari rasa
rendah diri yang terus dipupuk," kenangnya. Perasaan itu
menyebabkan Tarjum yang pendiam, pemalu, dan tertutup itu
semakin kehilangan rasa percaya diri. Ia hanya melihat kelemahan
dirinya dan terus membandingkan dirinya dengan orang lain.
Orangtuanya, khususnya sang ayah, yang lulus sekolah dasar, tahu
situasi Tarjum, tetapi menganggap semuanya dapat diatasi sendiri.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

77
"Ayah saya katanya dulu juga begitu," ungkap Tarjum.

Padahal, sebenarnya Tarjum adalah murid yang pandai. Di sekolah


dasar, ia selalu mendapat peringkat tertinggi. Aktifitas di sekolahnya
cukup banyak. Namun, semua itu tidak membantu menaikkan rasa
percaya dirinya. Nasihat ayahnya agar ia "berpura-pura bodoh
walaupun kamu pintar" menjadi seperti salah satu "pupuk" karena
Tarjum "menelan" saja tanpa mengunyahnya.

AYAHNYA sangat disiplin mendidik anak-anaknya. "Pulang sekolah


langsung menggembala kambing dan menyabit rumput. Pulang sudah
magrib, langsung belajar. Minggu dan hari libur pun tidak boleh santai
di rumah atau bermain dengan teman," kenangnya.

Pernah suatu saat muncul keyakinan- keyakinan aneh dalam dirinya


menyangkut dogma agama mengenai "bersih", "kotor", serta
bayangan-bayangan bahwa kiamat akan segera tiba. Air liur anjing
seperti membuntutinya, membuat Tarjum harus terus-menerus
mencuci apa pun barang miliknya. Setiap hari ia dipenuhi kecemasan
yang pekat, tanpa ujung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Perjuangannya sangat berat untuk mengembalikan akal sehatnya dan


menemukan dirinya di rimba kecemasan. "Selalu ada harapan. Jadi
jangan putus asa," begitu nasihatnya.

Barangkali Anda ingin berkomunikasi dengan Tarjum, silakan buka


situsnya.(Maria Hartiningsih)

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

78
Saya Tak Malu Pernah Mengidap Gangguan Jiwa!

Stigma negatif terhadap penderita gangguan jiwa sampai saat ini


memang masih melekat kuat.

Itulah mungkin sebabnya mengapa sebagian besar penderita


gangguan jiwa enggan dan malu untuk mengungkapkan derita
psikologisnya kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang
terdekatnya.

Beberapa orang yang curhat via email atau telepon mengaku baru
pertama kali menceritakan masalah kejiwaanya. Mereka meminta
curhatnya dirahasiakan karena malu jika masalahnya diketahui
keluarga atau teman-teman dekatnya.

Sejak saya mengenal dunia maya, saya mencoba mengingatkan


teman-teman di dunia maya untuk tidak malu karena mengidap
gangguan kejiwaan. Untuk itu saya memulainya dari diri saya sendiri.

Di dunia maya saya tak pernah menggunakan nama samaran, saya


selalu menggunakan nama asli ―Tarjum‖ atau ―Tarjum Sahmad‖.
Saya juga menggunakan nama asli di blog, facebook, twitter dan
forum.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

79
Tulisan-tulisan saya di blog, situs pribadi, situs jurnalisme warga atau
situs komunitas juga menggunakan nama asli. Pengalaman pribadi
saya selama bergelut dengan gangguan bipolar bukan hanya saya
ceritakan secara detail di situs dan blog pribadi, tapi saya ceritakan
juga di situs lain.

Salah satunya, saya menceritakan kisah pengalaman bipolar saya


secara serial di situs jurnalisme warga wikimu.com, dengan judul
―Aku Hampir Gila‖. Cerita saya di situs ini mendapat beberapa
komentar kritis dan pedas disamping komentar yang mendukung.

Tapi bagi saya itu tak masalah, positif atau negatif pendapat mereka
itu sepenuhnya hak mereka. Yang penting saya bisa membagikan
pengalaman dan pemahaman saya tentang gangguan jiwa kepada
mereka.

Selain nama dan identitas asli. saya juga menggunakan foto-foto asli
untuk foto profil saya di situs pribadi, blog, account email, facebook,
twitter dan situs-situs member lainnya.

Di blog curhatkita, saya bahkan menampilkan rangkaian foto berikut


cerita dibaliknya (sudah saya ceritakan di bagian sebelumnya). Foto-
foto ini menceritakan kondisi psikologis saya sebelum, saat menderita
bipolar sampai sesudah sembuh dari bipolar.

Bukan hanya di dunia maya, di dunia nyata pun saya tak merasa
malu atau risih untuk menceritakan pengalaman psikologis saya
kepada keluarga, kerabat, teman, sahabat, tetangga, rekan kerja dan
kepada orang-orang yang saya kenal.

Kata-kata ―bipolar‖ kadang jadi bahan candaan rekan-rekan kerja di


kantor. Tak masalah bagi saya, tak sedikitpun saya merasa malu atau
tersinggung. Boleh dikata orang yang mengenal saya sebagian besar
tahu saya pernah mengalami gangguan jiwa.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

80
Hanya saja kebanyakan dari mereka tak begitu faham apa dan
bagaimana sebenarnya gangguan bipolar. Kalau diantara mereka ada
yang bertanya tentang bipolar, saya ceritakan sejelasnya apa yang
saya tahu tentang bipolar.

Semua itu saya lakukan sebagai ―kampanye pribadi‖ untuk mengikis


stigma negatif penderita gangguan jiwa, dengan tema kampanye
“Jangan Malu Jika Mengalami Gangguan Jiwa”

Kampanye ini saya mulai dari diri saya sendiri, orang-orang terdekat,
lingkungan terdekat, lalu melangkah ke lingkungan yang lebih luas.

Apakah teman-teman sekalian berminat dan terpanggil untuk


menjadi bagian dari kampanye ini? Mari bergabung! Mulailah dari diri
sendiri, orang-orang terdekat dan lingkungan terdekat.

Saya berharap suatu saat nanti tak ada lagi stigma negatif terhadap
penderita gangguan jiwa, sehingga orang-orang tak merasa malu lagi
mengakui dan mengatakan bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa.
Suatu hari nanti saya berharap akan sering mendengar dialog-dialog
seperti ini :

Dialog seorang anak dengan ibunya,


―Mah, aku mau konsultasi ke psikiater, perasaanku gak enak,
kayaknya aku depresi nih.‖

Dialog seorang pemuda dengan sahabatnya,


―Sob, besok antar aku ke psikolog ya! Sudah seminggu ini aku
merasa cemas tanpa alasan yang jelas, sepertinya aku mengalami
gangguan kecemasan.‖

Dialog seorang ibu dengan teman arisannya,


―Jeng, hari Minggu besok saya nggak bisa hadir di acara arisan ya,
mau nganter anak saya ke psikiater, dari tanda-tandanya sepertinya
dia mengalami depresi.‖

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

81
Alangkah indahnya hidup ini, jika suatu hari nanti tak ada lagi stigma
negatif terhadap penderita gangguan jiwa. Sehingga orang-orang
yang mengalami problem psikologis merasa nyaman berada di
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, di tengah-tengah masyarakat
dan dimana pun dia berada.

Apakah harapan-harapan ini terlalu muluk-muluk? Mungkin ya! Tapi


bukankah banyak harapan atau impian pada awalnya dianggap
muluk-muluk bahkan mustahil? Namun sejarah membuktikan banyak
impian yang dulu dianggap mustahil, saat ini sudah terwujud menjadi
kenyataan.

Mari kita bersama-sama mewujudkan harapan-harapan ini. Semoga


Tuhan memberi petunjuk dan selalu membimbing langkah-langkah
kita.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

82
Seseorang Menuduh Saya Penipu dan Menyesatkan?

Beberapa waktu yang lalu, saat membuka inbox email, saya lihat ada
seorang pengunjung blog yang memberi komentar pada artikel blog
berjudul ―E-Book Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah‖
(Sekarang sudah menjadi buku cetak).

Saya buka dan saya baca emailnya. Komentarnya cukup santun,


pertanda dia seorang yang terpelajar. Namun, saya kaget pada
kalimat berikutnya ternyata dia menuduh saya ―penipu‖!

Berikut saya kutip komentar lengkapnya :

Mas Tarjum, saya seorang penderita Bipolar Disorder (BP). Saya


kaget menemukan orang seperti anda. Dan saya harus mengatakan
bahwa anda ini adalah seorang penipu dan memberikan keterangan
yang salah tentang BP kepada orang dari cerita/blog anda ini.

Juga menjual buku anda yang menurut saya sangat mahal, tidak
berkualitas dan isinya mungkin tidak ada bobotnya dan
misleading/menyesatkan. BP adalah penyakit kelainan otak YANG
TIDAK BISA DISEMBUHKAN, TETAPI BISA DIKONTROL.

Kita teman2 yang punya BP ketika membaca site anda mempunyai


kesimpulan yang sama, anda merasa seperti orang sakti dan penipu.
Jadi teman2 yang membaca blog/site ini sebaiknya jangan percaya
tentang tulisan mas Tarjum ini mengenai BP. Untuk informasi yang
lebih reliable dan dipercaya, saya bisa dihubungi di email:
minnie_ek@yahoo.com

Saya menghargai komentar para pengunjung blog saya, seperti apa


pun komentarnya, karena itu hak mereka untuk menilai dan
menyampaikan komentar.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

83
Bukan kali ini saja saya mendapat tuduhan negatif. Saya pernah
dituduh ―cari sensasi‖ di sebuah millis dan dituduh ―narsis‖ di sebuah
situs jurnalisme warga. Saya anggap semua itu hal yang wajar dan
biasa di dunia maya.

Saya memang berharap ada komentar-komentar yang kritis dan


membangun dari para pengunjung blog saya, sebagai bahan koreksi
dan introspeksi diri. Namun tentu saja saya tak mengharapkan
komentar yang bernada tuduhan tanpa alasan yang jelas.

Tapi sekali lagi, itu hak setiap orang untuk berkomentar dan
mengemukakan pendapat dan saya tak bisa memaksa siapa pun
untuk melakukan seperti yang saya inginkan.

Inti dari tuduhan sang ―anonym‖ ini sebenarnya ada tiga poin :

Pertama, dia menuduh saya memberikan keterangan yang salah dan


menyesatkan tentang gangguan bipolar. Menurutnya apa yang saya
alami bukan bipolar, dengan alasan karena bipolar tidak bisa
disembuhkan, sedangkan saya menyatakan sudah sembuh bahkan
tanpa menjalani terapi medis dan mengkonsumsi obat-obatan.

Kedua, dia menuduh saya menjual e-book “Mengubah Mimpi


Buruk Menjadi Mimpi Indah” (sekarang sudah diterbitkan menjadi
buku cetak) yang menurutnya ―mungkin‖ tidak berbobot, tidak
berkualitas dan menyesatkan dengan harga yang sangat mahal.

Ketiga, dia menuduh saya mengaku orang sakti dan penipu.

Berikut tanggapan saya atas tiga poin tuduhan sang anonym :

Pertama, apa yang saya ceritakan di blog dan e-book adalah


pengalaman pribadi saya selama menderita bipolar. Saya tahu bahwa
saya menderita bipolar dari buku-buku, artikel di surat kabar,
majalah dan internet yang saya baca dan pelajari.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

84
Saya juga pernah berbicara dengan Prof. Sarlito Wirawan Sarwono
dalam suatu kesempatan dan beliau juga membaca cerita dan tulisan
saya di website. Beliau mengamini bahwa apa yang saya alami
memang gangguan bipolar atau manik depresif.

Kedua, standar harga e-book ukuran 100 – 200 halaman berkisar


antara Rp. 200.000,- s/d 400.000,-, bahkan ada e-book setebal 260
halaman yang dijual dengan harga Rp.750.000,-. Dengan standar
harga tersebut, e-book saya yang setebal 174 halaman dengan harga
Rp.100.000,- (dipotong diskon jadi Rp.73.000,-) tergolong murah.

Mengapa harga e-book lebih mahal dari harga buku cetak? Menurut
seorang penulis e-book terkemuka, Cosa Aranda, karena e-book lebih
rawan pembajakan dibanding buku cetak.

Lucunya, dia belum membaca e-book saya, tapi menuduh e-book


tersebut dengan kata ―mungkin‖ tidak berkualitas dan isinya tidak
ada bobotnya dan misleading/menyesatkan. Bagaimana mungkin
seseorang bisa menilai jelek sebuah e-book yang belum dibacanya?

Ketiga, saya tak merasa diri hebat, mengaku ahli apalagi ―orang
sakti‖, sama sekali tidak!

Sudah saya jelaskan di blog Curhatkita, bahwa saya hanya ingin


berbagi pengalaman pribadi, informasi dan sedikit pengetahuan
tentang gangguan jiwa, di dunia maya maupun dunia nyata.

Perlu saya tegaskan di sini, saya tidak pernah dan tidak bermaksud
menipu atau menyesatkan siapa pun! Apa yang saya tulis di blog
berdasarkan pengalaman pribadi dan dari pengetahuan yang saya
peroleh dari berbagai sumber yang terpercaya.

Apa pun pendapat sang ―Anonym‖ atau siapa pun, saya hargai dan
saya ucapkan terima kasih. Anda sekalian telah mengingatkan saya,
bahwa setiap tulisan yang lahir dari pengalaman, pemikiran,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

85
pengetahuan harus bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya
kepada publik.
Saya sadar sepenuhnya bahwa saya akan banyak berbuat salah dan
khilaf. Saya sangat membutuhkan saran, masukan, kritik dan koreksi
dari anda sekalian.

Saya mohon maaf jika diantara anda sekalian ada yang merasa
kurang berkenan dengan tulisan-tulisan saya di blog, e-book maupun
buku.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

86
Apakah Sebuah „Mukjizat‟ Bisa Pulih dari Gangguan
Bipolar?

Seperti yang saya ceritakan pada bagian sebelumnya, seorang


pengunjung blog yang membaca kisah pengalaman saya selama
bergumul dengan bipolar, meragukan bahwa saya menderita
gangguan bipolar dan bisa pulih.

Dia mengaku sebagai penderita bipolar. Menurut dia, bipolar tak bisa
disembuhkan, tapi bisa dikontrol. Benarkah bipolar tak bisa
disembuhkan?

Terlepas dari apakah bipolar bisa disembuhkan atau tidak, faktanya


saya sudah pulih dari gangguan bipolar. Bagaimana proses
penyembuhannya? Berikut penjelasan saya.

Kalau memang bipolar tak bisa dipulihkan (mungkin lebih tepat


belum bisa dipulihkan), apakah berarti kesembuhan saya adalah
sebuah ‗mukjijat‘ dari Tuhan? Saya bisa pulih dari gangguan jiwa
kronis, yang bisa mengarah pada tindakan bunuh diri si penderitanya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

87
Saya lebih suka menyebutnya ‗anugerah‘ Tuhan.

Namun, anugerah Tuhan tak turun begitu saja dari langit. Apa pun
yang terjadi di dunia ini ada sebab dan akibatnya. Kesembuhan dari
suatu panyakit adalah akibat dari sebuah usaha pengobatan yang
kontinyu dan konsisten.

Pengobatan dengan beragam cara, bukan hanya dengan satu cara


atau metode penyembuhan. Saya juga mencoba beragam metode
terapi, diantaranya adalah: terapi fisik, psikis, sosial, religi dan
spiritual.

Semua terapi itu saya jalankan dalam satu kesatuan, bukan sendiri-
sendiri. Saat melakukan terapi fisik, secara langsung atau tidak
langsung saya juga sebenarnya melakukan terapi psikis, sosial dan
spiritual sekaligus.

Terapi itu saya jalankan bukan hanya dalam satu waktu tertentu saja,
tidak juga hanya dilakukan kadang-kadang, tapi dilakukan terus-
menerus, konsisten dan kontinyu.

Kisah lengkap pengalaman saya selama menderita gangguan bipolar


bisa anda baca di buku “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi
Indah”.

Saya tak bisa menjelaskan dengan pasti berapa lama proses terapi
itu berlangsung. Tapi yang saya ingat dan rasakan, proses terapi itu
berlangsung tak kurang dari satu tahun. Selebihnya, proses
pemulihan sampai saya benar-benar pulih dari gangguan bipolar
sekitar satu tahun lebih.

Selama itukah proses penyembuhannya? Benar! Butuh waktu untuk


mengembalikan kondisi psikologis setelah mengalami tekanan yang
cukup berat selama sekitar 5 tahun lebih.

Selama menjalani terapi, saya tak merasa sedang menjalani terapi.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

88
Saya merasa seperti sedang menjalani aktifitas sehari-hari yang biasa
saya lakukan. Mengapa demikian? Karena saya senang menjalaninya.
Apa yang saya jalani adalah aktifitas yang sangat saya sukai dan saya
menjalaninya dengan penuh antusias.

Tapi bukan berarti apa yang saya jalani tanpa kendala. Kadang saya
merasakan saat-saat ketika rasa tertekan, rasa khawatir dan cemas
muncul kembali. Perasaan seperti ini biasanya muncul ketika saya
mengalami masalah cukup berat yang menekan mental.

Kadang saya berpikir, mungkin tak akan bisa benar-benar pulih dari
derita psikologis itu. Namun, banyak hal yang membuat saya terus
berusaha dengan segala cara untuk meraih pemulihan. Salah satu
diantaranya adalah karena saya punya ―Impian‖ yang ingin saya
wujudkan.

Saya juga percaya sepenuhnya, Tuhan mendengar dan melihat apa


yang saya lakukan. Saya percaya Tuhan maha penyayang dan maha
segalanya. Walaupun semua orang mengatakan bahwa saya tak
mungkin bisa benar-benar pulih, jika Tuhan menghendaki tak ada
yang tak mungkin! Itulah keyakinan saya.

Karena itu saya tak pernah berhenti untuk terus memohon


kesembuhan kepada-Nya, walaupun kadang menyelinap keraguan
dan keputusasaan di kedalaman relung jiwa.

―Terima kasih Tuhan atas anugerah kesembuhan yang telah Engkau


berikan melalui hamba-hamba-Mu yang murah hati. Hamba-Mu yang
lemah ini selalu mengharap perlindungan, petunjuk dan pertolongan-
Mu setiap saat.‖

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

89
Apakah Saya Sedang Dalam Kondisi Manik?

Saya merasakan adanya peningkatan semangat dan gairah hidup


yang cukup drastis dalam diri saya.

Saya merasa lebih percaya diri, lebih kreatif, lebih semangat, lebih
optimis, lebih berani dan lebih bahagia. Saya merasa seperti
menemukan kembali jati diri saya yang sesungguhnya.

Kondisi ini saya rasakan sejak Januari 2011 yang lalu. Luapan
semangat dan gairah yang luar biasa ini, belum pernah saya rasakan
sebelumnya.

Saya sempat berpikir negatif, apakah yang saya rasakan ini kondisi
normal atau saya sedang dalam kondisi manik?

Kondisi Psikologis Setelah Pulih dari Bipolar

Agar anda bisa memahami apa yang saya rasakan saat ini, berikut
akan saya paparkan sekilas, kronologi kondisi kejiwaan saya sejak
pulih dari gangguan bipolar.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

90
Saya memang merasa sudah pulih dari ganggaun bipolar. Itulah
keyakinan saya, sesuai dengan kondisi psikolgis yang saya rasakan
sejak 18 tahun yang lalu.

Sejak itu saya merasa kondisi kejiawaan saya cukup stabil. Kalaupun
ada perasaan tertekan atau luapan semangat berlebih, masih dalam
batas normal. Keadaan itu hanya berlangsung beberapa saat, lalu
kembali stabil.

Selama itu pula saya telah melalui beberapa episode kehidupan


dengan beragam warna dan problematika yang cukup kompleks. Dari
mulai menikmati masa lajang yang penuh gairah, lalu menikah dan
memasuki kehidupan berkeluarga dengan orang yang saya cintai.
Episode berikutnya, ketika lahir anggota keluarga baru, dua putri
kecil yang menambah semarak kehidupan keluarga kami.

Disaat-saat awal mengarungi bahtera rumah tangga inilah, saya


merasakan tekanan-tekanan yang cukup berat. Saya mengalami
pasang-surut dan jatuh-bangun dalam membina bahtera rumah
tangga agar tetap harmonis.

Saya pernah merasakan kondisi pesikologis yang mengarah pada


kondisi depresi diawal pernikahan. Masa paling sulit dalam
mengarungi bahtera rumah tangga. Dua orang yang berbeda
kepribadian, gaya hidup, pola pikir dan keinginan, berusaha saling
menyesuaikan diri.

Tak mudah ternyata untuk saling memahami, menyesuaikan diri dan


menyamakan visi. Kadang terjadi gesekan, benturan atau letupan-
letupan emosi karena faktor intern maupun faktor ekstern.

Namun Alhamdulillah, atas izin Allah saya masih bisa mengatasinya.


Saya juga masih bisa menjaga kondisi kejiwaan saya tetap stabil
sampai saat ini.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

91
Itulah sekilas kronologi kondisi kejiwaan saya sejak pulih dari bipolar
sampai saat ini. Intinya saya merasakan kondisi kejiwaan saya sangat
stabil selama waktu tersebut. Kalaupun ada tekanan-tekanan
psikologis, saya bisa mengelola dan mengatasinya.

Kronologi lebih lengkap dan detail tentang kondisi psikologis saya,


sejak muncul gejala-gejala gangguan kejiwaan sampai saya pulih,
bisa anda baca di buku psikomemoar saya “Mengubah Mimpi
Buruk Menjadi Mimpi Indah”.

Kondisi Psikologis yang Luar Biasa!

Apa yang saya rasakan saat ini, luar biasa! Belum pernah saya
rasakan sebelumnya. Terus terang ini membuat saya kaget dan
sempat berpikir negatif, jangan-jangan saya memasuki episode
manik?

Tapi saya berharap, apa yang saya rasakan saat ini bukan manik!
Saya masih mencoba mendindentifikasi dan mempelajari kondisi
psikologis yang saya rasakan saat ini.

Saya juga merasakan gairah cinta yang luar biasa!

Yang saya maksud bukan gairah cinta dalam artian vulgar. Saya
merasakan kembali gairah cinta dan sayang kepada istri tercinta,
seperti yang saya rasakan saat masa pacaran dulu. Bukankah ini luar
biasa?

Hal Ini juga mengejutkan saya! Karena belum pernah saya rasakan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

92
gairah cinta seperti ini, kecuali ketika masa pacaran. Sebelumnya
rasa sayang saya pada isteri tercinta biasa-biasa saja. Mungkin
karena kami sudah cukup lama hidup bersama dan sudah dikaruniai
dua orang puteri. Jadi kami berdua sudah merasa seperti sahabat
atau saudara. Kata orang, rasa cinta sudah berubah menjadi rasa
sayang.

Saya berusaha berpikir positif tentang apa yang saya rasakan saat ini.

Mungkin Allah sedang memberikan limpahan energi positif untuk saya


dan orang-orang yang saya cintai. Mungkin Allah sedang
mengabulkan do‘a-do‘a saya yang selalu saya panjatkan di hadapan-
Nya setiap saat, sejak saya masih dibelenggu bipolar sampai saat ini.

Mungkin Allah juga mengabulkan do‘a-do‘a keluarga, kerabat,


sahabat, teman-teman dan orang-orang yang mengenal saya. Allah
Sedang memberikan anugerah kebahagiaan untuk saya dan orang-
orang yang saya cintai.

Saya berharap, apa yang saya rasakan saat ini benar-benar hal yang
baik dan akan terus tumbuh menjadi lebih baik. Semoga hal ini
bukan sebuah episode manik atau kelainan psikologis.

Terlepas dari semua itu, saya bersyukur kepada-Nya atas apa yang
saya rasakan dan saya alami saat ini.

Saya percaya sepenuhnya, Tuhan akan mengabulkan do‘a-do‘a saya


dan akan memberikan yang terbaik untuk saya. Tak ada yang tak
mungkin jika Tuhan menghendaki.

Beberapa Kemungkinan Penyebabnya

Setiap kejadian tentu ada penyebabnya. Begitu pula apa yang terjadi
pada saya saat ini, bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul tanpa sebab.

Hal-hal atau peristiwa apa yang menjadi penyebab semua ini?

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

93
Beberapa kemungkinan penyebabnya akan saya jelaskan pada bagian
berikutnya.
Luapan Semangat dan Gairah yang Saya Rasakan,
Bukan Manik!

Berikut lanjutan tulisan sebelumnya, hasil analisa saya


terhadap kondisi psikologis yang saya rasakan.

Saya pastikan apa yang saya rasakan BUKAN MANIK!

Apa yang terjadi pada diri saya 3 bulan terakhir, merupakan


perubahan positif dalam diri saya.

Alasan apa yang mendasari keyakinan ini? Jika apa yang saya
rasakan bukan manik atau hypomanik, lalu apa?

Penjelasan lengkapnya silakan baca tulisan ini lebih lanjut.

Perubahan mood positif yang saya rasakan saat ini, mirip dengan
yang pernah saya rasakan dulu, ketika saya selesai menjalankan
ibadah puasa di bulan suci Rhamadhan. Namun perubahan positif
yang saya rasakan saat ini intensitasnya lebih kuat dari yang pernah
saya rasakan sebelumnya.

Mengapa saya yakin bahwa yang saya rasakan saat ini bukan manik?
Walaupun perubahan mood ini tidak biasa, namun masih dalam batas
yang terkendali. Mood positif yang saya rasakan saat ini bisa saya
arahkan untuk melakukan aktifitas-aktifitas kreatif, dan hasilnya luar
biasa.

Fase manik yang menyenangkan, biasanya sampai batas waktu


tertentu akan berubah dan digantikan oleh pasanganya, depresi yang
menekan.

Dari awal Januari 2011, sampai sekarang menginjak bulan keempat,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

94
April 2011, saya tidak merasakan gejala perubahan ke arah depresi.
Kondisi psikologis saya sangat stabil dengan grafik suasana hati
positif yang terus naik.

Itulah hasil analisa kondisi psikologis saya saat ini, sehingga saya
berani menyimpulkan perubahan mood positif yang saya rasakan
bukan manik.

Pertanyaanya, bagaimana saya bisa mengalami perubahan mood


positif yang tidak biasa?

Perubahan ke kondisi yang lebih baik adalah harapan setiap orang.


Perubahan bisa diawali dari dalam diri sendiri. Namun, kadang ada
faktor eksternal yang bisa membuat kita berubah atau memaksa kita
berubah.

5 Pemicu Luapan Semangat dan Gairah yang Saya Alami

Ada 5 hal yang menurut analisa saya menjadi penyebab perubahan


suasana hati positif yang saya rasakan.

1. Setelah Impian Terwujud, Saya Lebih Percaya Diri dan


Optimis

Seperti komentarnya Mas Umar Khaerudin, ―...bahagianya karena


psikomemoarnya udah terbit kali...dan itu hal yang wajar-wajar
saja...‖

Terbitnya buku psikomemoar saya, memang salah satu hal yang


membuat saya bahagia, lebih percaya diri dan lebih optimis. Sesuatu
yang saya angankan dan impikan sejak lama kini telah terwujud
menjadi kenyataan.

Menerbitkan buku, bagi orang lain mungkin merupakan hal biasa dan
bukan sesuatu yang istimewa. Tapi bagi saya, buku psikomemoar ini
bukan sekedar buku. Buku ini merupakan wujud impian saya, bukti

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

95
hasil kerja keras saya selama bertahun-tahun. Bukti bahwa saya bisa
melakukan sesuatu yang pada awalnya dianggap sangat sulit, bahkan
tidak mungkin.

Buku ini juga sebagai catatan sejarah perjalanan hidup saya yang
bisa dibaca oleh keluarga saya. Sehingga anak cucu saya nanti bisa
membaca kisah kehidupan saya yang semoga bisa menjadi inspirasi
bagi mereka.

Proses penulisan dan perjalanan panjang menembus dunia


penerbitan yang cukup melelahkan dan penuh tantangan, membuat
buku ini sangat bernilai bagi saya. Itulah alasan, mengapa saya
sangat bahagia dan bangga dengan terbitnya buku psikomemoar ini.

Maaf, bukan maksud saya membanggakan diri, sama sekali tidak!


Saya hanya ingin mengatakan bahwa keberhasilan yang kita capai
akan membuat kita lebih menghargai diri sendiri, lebih percaya diri
dan lebih optimis.

2. Suasana di Tempat Kerja yang Menyenangkan

Tak terasa, hampir 3 tahun saya bekerja sebagai Staff HRD di sebuah
perusahaan modal asing. Sejak awal saya sudah merasa nyaman
dengan suasana kerja di perusahaan ini.

Rekan kerja orang-orang Indonesianya ramah, bersahabat dan


kooperatif. Orang-orang asingnya juga tidak terkesan arogan, mereka
ramah dan cukup memahami budaya dan karakter orang-orang
Indonesia.

Suasana kerjanya pun sangat nyaman dan rileks. Saat jam kerja atau
jam istirahat, teman-teman satu departeman atau departemen lain
suka saling melempar joke-joke yang bisa mengundang senyum dan
tawa lepas. Ini mampu menjalin keakraban diantara rekan kerja.

Karena saya tergolong pendiam, awalnya saya kurang begitu akrab

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

96
dengan rekan-rekan kerja, terutama dengan rekan kerja yang beda
departemen. Namun, seiring berjalanya waktu, saya semakin dekat
dan akrab dengan meraka. Kemampuan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi pun semakin baik. Kedaan ini membuat saya merasa
nyaman saat jam kerja maupun di luar jam kerja.

Kenyamanan di tempat kerja dan kemampuan komunikasi yang


semakin baik, membuat saya lebih bahagia, lebih percaya diri dan
lebih semangat.

3. Suasana di Rumah yang Harmonis

―Rumahku surgaku‖ sebuah ungkapan yang menggambarkan bahwa


rumah tempat kita dan keluarga tinggal bisa menjadi tempat yang
sangat menyenangkan, penuh kebahagiaan, penuh cinta dan kasih
sayang.

Menjadikan suasana rumah seperti surga yang menyenangkan bagi


semua penghuninya tentu saja bukan perkara mudah. Saya sendiri
butuh waktu cukup panjang untuk membuat hubungan diantara
anggota keluarga yang harmonis, saling menyayangi dan saling
menghargai.

Proses untuk saling memahami dan menjalin keharmonisan antar


anggota keluarga merupakan proses tanpa akhir dalam kehidupan
berkeluarga.

Alhamdulillah saat ini saya merasakan hubungan yang cukup


harmonis dan saling menyayangi diantara anggota keluarga (saya,
istri dan dua puteri kami). Walaupun secara materi kami tidak
tergolong berlebih, kami cukup bahagia dan bersyukur dengan apa
yang kami miliki saat ini.

Puteri pertama kami, Vania (9 tahun), sudah bisa mengurus dirinya


sendiri dan sudah bisa membantu meringankan tugas-tugas ibunya di
rumah, seperti mengurus rumah dan mengasuh adiknya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

97
Puteri kedua kami, Rahma (3 tahun), sudah tidak terlalu merepotkan
ibu dan ayahnya. Rahma sudah tak lagi pipis di tempat tidur. Kalau
mau pipis dia sudah ngerti harus ke kamar mandi. Rahma juga sudah
bisa makan sendiri, tidak harus dikejar-kejar oleh ibunya karena tak
mau makan.

Puteri pertama kami Vania, sekarang sudah tidur terpisah di


kamarnya sendiri. Jadi saya dan istri lebih leluasa dan lebih banyak
waktu untuk berbicara dari hati ke hati dan ―bercengkrama‖ di kamar
tidur.

Tak perlu saya jelaskan terlalu detail makna kata ―bercengkrama‖,


karena bagi yang sudah menikah pasti sangat faham maksudnya.
Bagi yang belum nikah, jangan pura-pura bingung, pasti juga tahu
maksudnya kan…he..he..he..

Semua situasi dan kondisi di rumah inilah yang membuat saya lebih
bahagia, lebih tenteram dan nyaman berada di rumah. Saya pun
merasa lebih dekat dan bisa lebih memahami harapan dan keinginan
istri tercinta. Kami juga lebih perhatian satu sama lain.

Istri saya bilang, ―Sekarang papah lebih perhatian dan romantis..!‖


Ce ile...!! Saya lebih romantis! Apa benar ya, pria pendiam dan
pemalu seperti saya bisa romantis?

Sekedar saran untuk para suami, jika ingin istri anda cinta dan
sayang setengah mati kepada anda, jadilah suami yang romantis dan
penuh perhatian. Gak percaya? Silakan dicoba!

4. Sistem Bisnis Yang Membuat Saya Lebih Berani dan Percaya


Diri.

Sejak Januari 2011, saya menjalankan sebuah sistem bisnis, dengan


modal relatif kecil dan waktu yang sangat fleksibel. Karena saya
menyukai bisnis ini, saya menjalankannya dengan senang hati dan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

98
antusias.

Di bisnis ini, saya bukan hanya mendapatkan keuntungan materi,


yang terpenting saya mendapatkan keterampilan menjual yang
merupakan inti dari bisnis. Keterampilan ini nantinya bisa saya
gunakan untuk menjual produk atau jasa apa pun.

Melalui bisnis ini saya menemukan media untuk ekspresi dan


aktualisasi diri. Saya diarahkan, didorong, bahkan ‗dipaksa‘ untuk
mengalahkan rasa takut menjual. Pengalaman-pengalaman menjual
di lapangan, selain membuat saya lebih berani dan percaya diri,
kemampuan komunikasi saya juga semakin baik.

Keberanian bertindak, meningkatnya kemampuan komunikasi dan


kepercayaan diri, membuat saya lebih optimis dan lebih bahagia.

5. Kekuatan Do’a yang Luar Biasa

Selain 4 hal di atas, ada satu hal lagi yang telah membuat saya lebih
percaya diri, optimis dan antusias, yaitu kekuatan do‘a. Setiap saat
saya selalu berdo‘a, memohon ampunan, petunjuk dan perlindungan-
Nya.

Allah telah mengabulkan do‘a-do‘a saya selama ini. Karena saya


yakin, Dia mendengar do‘a-do‘a saya. Allah tahu apa yang terbaik
untuk saya dan orang-orang yang saya cintai.

Bukan hanya do‘a saya pribadi yang di dengar dan dikabulkan Allah.
Mungkin do‘a keluarga terdekat, sahabat, teman dekat dan orang-
orang yang mengenal saya juga dikabulkan.

Muhammad sang nabi pernah bersabda kurang lebih begini, ―Mintalah


dido‘akan oleh sebanyak mungkin orang, karena kamu tidak pernah
tahu do‘a siapa yang akan dikabulkan.

Terima kasih untuk teman-teman sekalian, atas do‘a, dukungan,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

99
inspirasi dan motivasinya. Semoga Allah membalas budi baik anda
sekalian dengan balasan yang berlipat.
Saya juga bersyukur atas limpahan anugerah yang telah Allah
berikan untuk saya dan orang-orang yang saya cintai saat ini.

Semoga saya bisa menjadi lebih baik dan bisa berbagi lebih banyak
kebaikan kepada orang lain.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

100
Berkarya dalam Lingkaran Mania dan Depresi

Melukis dan Membuat Patung saat Manik

Salah satu karyaku

Selama beberapa tahun aku harus bergumul dengan Gangguan


Bipolar.

Suasana hatiku berubah-ubah dari satu fase ke fase lain. Bolak-balik


antara kutub mania dan depresi.

Saat depresi aku merasa tertekan dengan kesedihan mendalam tanpa


alasan yang jelas. Sebaliknya saat mania aku merasakan suasana
hati yang meluap-luap, ceria, penuh energi dan semangat tinggi,
seakan bisa melakukan apa saja.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

101
Waktu itu, karena tidak tahu, aku menganggap fase mania yang
penuh energi dan semangat adalah suasana hati yang normal.
Saat fase mania inilah aku bisa melakukan banyak hal termasuk
mencoba beberapa metode terapi yang aku pelajari dari buku,
majalah, surat kabar dan bacaan lainnya.

Aku bisa melakukan aktifitas di sekolah maupun di rumah dengan


baik seperti layaknnya orang normal secara psikis.

Melukis dan Membuat Patung

Sejak kecil sampai setelah lulus SMA aku punya hobi menggambar
dan melukis. Saat berada dalam fase mania itulah biasanya aku suka
menyalurkan hobiku, melukis dan membuat patung.

Dalam suasana hati dan energi yang meluap itu aku bisa membuat
lukisan atau patung yang cukup bagus (menurut penilaianku tentu
saja). Aku bisa duduk berjam-jam dengan penuh konsentrasi tanpa
merasa lelah saat melukis atau membuat patung.

Lukisan yang aku buat biasanya lukisan wajah atau tema-tema


naturalis. Untuk menyelesaikan satu lukisan aku butuh waktu antara
3 sampai 7 hari (3 sampai 5 jam perhari).

Beberapa lukisan karyaku sampai sekarang masih terpajang di


rumahku dan rumah saudaraku.

Sedangkan patung yang kumaksud adalah patung kera yang sedang


duduk dengan tangan dan kaki terlipat. Patung ini aku buat dari buah
kelapa kering tanpa isi (buah kelapa dengan batok kecil). Jadi
sabutnya tebal dan mudah dibentuk.

Ide membuat patung dari buah kelapa ini aku dapat ketika melihat
pameran kerajinan di kota kabupaten. Alat yang aku gunakan sebuah
pisau lipat kecil dan garpu yang dimodifikasi untuk membuat efek
bulu kera pada sabut kelapa.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

102
Berkarya di Padang Gembala

Sambil menggembala domba biasanya selain membawa buku, radio


dan cucian aku juga membawa bahan dan peralatan untuk membuat
patung. Satu buah patung kera bisa aku selesaikan dalam 2 hari.

Ada kepuasan batin, kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri saat


membuat dan setelah selesai membuat patung atau lukisan.
Kepuasan batin, kebanggaan dan kebahagiaan inilah yang mungkin
menjadi salah satu obat mujarab untuk pemulihan derita jiwaku.

Tapi, jika fase depresi sudah datang, jangankan membuat patung


atau lukisan yang bagus, berpikir saja aku seperti tak bisa.

Pikiranku kacau dan kadang tak terkendali. Pikiran dan perasaanku


seperti beku. Jari-jemariku seperti kaku, tak mampu kugerakan
bahkan untuk sekedar membuat goresan-goresan kuas di atas kertas.

Aku hanya ingin berdiam diri atau berbaring di tempat tidur. Berharap
waktu berhenti dan hari-hari tak pernah berlalu sampai masa
depresiku berakhir.

Aku hanya bisa menunggu dan menunggu fase depresi berakhir


sampai fase mania yang penuh semangat dan gairah datang
menghampiri.

Saat mania itulah aku bisa merasakan gairah kehidupan, walaupun


sebenarnya itu juga semu.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

103
Sahabat, Tapi juga Musuh Dalam Selimut yang
Lambat Aku Kenali

Mohon tidak salah faham dengan judul dan isi artikel ini yang
mungkin terkesan nyeleneh.

Tulisan ini tidak bermaksud menganggap bipolar sebagai musuh.


Saya hanya mencoba melihat gangguan bipolar yang saya alami dari
sudut pandang yang berbeda. Karena sejatinya bipolar merupakan
bagian dari diri saya dan telah memberi warna dalam kehidupan saya.

Aku pertama kali kenal dia saat aku baru beranjak remaja.

Masa transisi yang rentan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Dia seperti sahabat dekat yang sangat perhatian. Memberiku saran,


masukan, kadang kritik yang awalnya sangat masuk akal. Aku
mendapat beberapa pemahaman baru tentang beberapa hal dari dia.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

104
Setelah aku mengenal dia lebih dekat, dia mulai mempengaruhiku
lebih kuat. Saran-sarannya lebih bernada kritikan. Kadang kritikan
negatif yang melemahkanku. Kritikan-kritikan dia semakin tajam.
Tanpa aku sadari, kritikan-kritikan negatifnya mulai mempengaruhiku.
Aku mulai berpikir negatif terhadap diri sendiri. Beberapa pikiran
negatif mulai tertanam di alam bawah sadarku.

Sampai di sini, aku masih belum sadar, siapa dia sebenarnya? Dari
mana dan kapan dia datang dalam kehidupanku? Mengapa dia
mendekati dan mempengaruhiku? Apakah karena aku memang cocok
menjadi temannya dan menjadi bagian dari dirinya? Aku masih belum
menemukan jawabannya.

Aku memasuki masa remaja, masa transisi menjelang dewasa. Saat


paling rentan dalam perkembangan psikisku. Saat itulah dia semakin
kuat mempengaruhiku. Dia mempengaruhi pola pikirku, keyakinan-
keyakinanku, sikap dan tindakanku. Yang mulai tak kusuka, dia
semakin tajam mengkritiku dengan kritikan negatif yang membuatku
semakin tak percaya diri.

Aku masih belum mengenali siapa dia sesungguhnya?

Pemikiran dan saran-sarannya semakin negatif dan tak masuk akal.


Aku baru sadar bahwa sebenarnya dia bukan sahabat tapi musuh
dalam selimut.

Dia berusaha menggiringku berpikir negatif terhadap diriku dan


orang-orang disekitarku. Dia membuatku sangat sensitif dan
emosional. Namun pengaruhnya sudah sangat kuat menguasai alam
sadar dan alam bawah sadarku. Aku seakan tak berdaya melawan
pemikiran dan kritik-kritik negatifnya.

Dengan kesadaran yang masih tersisa, aku berusaha melepaskan diri


dari jeratan pola pikirnya. Aku berusaha memahami dan melawan
kritik-kritiknya. Aku berusaha membuang pengaruh-pengaruh

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

105
negatifnya dari pikiranku.

Tapi, ternyata tak semudah itu. Pengaruh negatifnya yang sudah


merasuk ke alam bawah sadarku tak mudah dihilangkan begitu saja.
Perlu usaha keras dan kegigihan untuk mengikis sedikit demi sedikit
pengaruh negatifnya di pikiranku.

Sampai di sini, aku masih belum tahu, siapa sebenarnya musuh


dalam selimut ini?

Aku mencoba mencari tahu tentang dia dari berbagai sumber yang
bisa kugali. Aku cari informasi tentang dia dari beberapa media cetak
ternama. Barangkali ada berita atau tulisan yang bisa memberi
penjelasan yang memadai tentang siapa dia sesungguhnya.

Aku mulai menemui titik terang, ketika aku menemukan beberapa


cerita sepintas tentang dia. Namun aku baru tahu sedikit tentang dia,
karena dia tergabung dalam suatu kelompok. Informasi tentang dia di
kelompoknya juga masih sangat terbatas.

Walaupun aku belum tahu persis siapa dia, aku tahu, aku harus
melepaskan diri dari pengaruhnya. Aku akui tidak semua
pengaruhnya negatif, ada juga pengaruh positifnya. Namun pengaruh
negatifnya terlampau besar dan membuatku tak nyaman bahkan
sering sangat menyiksa.

Aku mencoba dengan berbagai cara, yang aku tahu dari cerita-cerita
di kelompoknya, untuk melepaskan diri dari belenggunya. Sangat
sulit memang, tapi aku tak mau menyerah kerana aku ingin hidup
tenang tanpa pengaruh negatifnya. Aku percaya ada cara yang belum
kutemukan untuk melepaskan diri darinya.

Aku mencoba untuk tidak terlalu fokus padanya. Namun aku


berusaha fokus pada hal-hal yang aku sukai. Aktifitas yang
membuatku gembira dan bisa mengalihkanku perhatianku darinya.
Aku semakin larut dan fokus dengan aktifitas yang semakin

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

106
kusenangi. Aku mendapatkan banyak hal positif dari aktivias yang
aku jalani. Aku mulai bisa mengalihkan pikiranku dari pengaruh
negatifnya.

Sementara aku terus fokus pada aktifitas yang semakin


menggairahkan, perlahan tapi pasti pengaruh dia mulai memudar dari
alam pikiranku. Aku mulai bisa menjauhi dan mengikis pengaruh-
pengaruh negatifnya, walaupun belum sepenuhnya. Kadang tanpa
aku sadari aku bisa melupakannya. Aku mulai jarang dan semakin
jarang bertemu dengannya.

Sampai akhirnya pada suatu waktu aku benar-benar bisa menjauhi


dan melepaskan diri darinya. Aku semakin memahami dia, walaupun
belum tahu persis siapa dia sebenarnya. Aku terus mencari tahu
tentang dia. Jika suatu saat dia datang lagi, aku sudah tahu siapa dia,
apa yang akan dia lakukan dan bagaimana cara menghindarinya. Aku
tak mau lagi bersahabat dengannya.

Aku tak membencinya karena ada nilai-nilai positif yang telah dia
berikan padaku. Berkat dia aku bisa lebih mengenal diriku. Berkat dia
juga aku bisa melakukan sesuatu untuk orang lain yang pernah atau
masih berteman dengannya.

Aku tahu, tuhan mengirimkan dia kepadaku bukan tanpa maksud.


Aku bersyukur pernah mengenalnya. Dengan bersahabat dengannya,
tanpa aku sadari aku telah mendapatkan banyak hal darinya.

Uniknya, aku baru tahu siapa dia sebenarnya, setelah bertahun-tahun


lamanya aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Dia sahabat tapi
juga musuh dalam selimut yang lambat aku kenali.

Tahukah anda siapa dia? Dia bernama ―BIPOLAR‖.

Ilustrasi : stoppingthehate.com

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

107
Harapan „Mantan‟ ODB

Saya punya sebuah keinginan, harapan atau bisa disebut impian:


suatu saat nanti orang tak malu lagi jika mengalami gangguan
kejiwaan.

Suatu saat nanti orang tak malu lagi mengakui jika dirinya,
keluarganya atau orang-orang terdekatnya mengalami gangguan
kejiwaan. Karena saya pernah merasakan betul setigma negatif itu.
Sampai saat ini pun setigma negatif terhadap penderita gangguan
jiwa itu masih sangat kuat.

Saya pertama kali menyampaikan harapan ini saat presentasi di


hadapan Prof. Sarlito Wirawan Sarwono (psikolog), Tika Bisono
(psikolog), Maria Hartiningsih (wartawan senior Kompas). Waktu itu
saya menjadi finalis “Mandom Resolution Award 2004” di Jakarta.
Beliau bertiga menjadi dewan juri pada ajang itu.

Ternyata beliau-beliau sangat menghargai dan mendukung harapan


saya itu. Saya sadar, hal itu tak mudah. Namun paling tidak saya bisa
melakukan semampu saya untuk mewujudkan harapan itu, walaupun
hanya dengan langkah-langkah kecil. Salah satunya dengan berbagi
pengalaman dan informasi melalui internet.

Salah satu bagian dari upaya mewujudkan harapan itu adalah


‗mengkampanyekan‘ (bukan kampanye pilpres ya,..he..he..) ―Jangan
Malu ke Psikiater dan Psikolog‖.

Mereka yang mengalami problem kejiwaan enggan ke


psikiater/psikolog mungkin karena ketidak-tahuan atau pemahaman
yang keliru terhadap profesi psikiater/psikolog.

Ketika memberi saran (via email, blog, facebook atau telepon)

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

108
kepada mereka yang curhat, saya selalu menganjurkan agar mereka
konsultasi kepada psikiater atau psikolog. Terutama kepada mereka
yang problem psikologisnya tergolong berat. Saya sendiri hanya
sekedar memberi saran-saran non-medis dan motivasi.

Karena itu, melalui media blog, facebook, twitter, email dan media on
line lainnya, saya ingin menyebarkan informasi yang lebih jelas dan
proporsional tentang gangguan jiwa termasuk didalamnya profesi
psikiater dan psikolog.

Demikian keinginan dan harapan saya sebagai orang yang pernah


mengalami pedihnya derita jiwa. Mungkin harapan ini juga mewakili
harapan orang-orang yang sedang mengalami problem kejiwaan yang
membutuhkan dukungan dan bantuan dari para ahli di bidangnya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

109
Bagian 4 : Curhat Sahabat

Sebuah Kisah Ditengah Perjuangan

Oleh Inilah Diriku

Saya perempuan usia 19 tahun.

Selama 17 tahun saya hidup, banyak kisah suka duka saya alami.

Mulai dari sekarat saat baru lahir, pindah-pindah sekolah semasa TK


dan SD, masalah saat SMA, masalah pergaulan, menghadapi
kegagalan, dan banyak lainnya.

Tapi saya boleh bangga dengan diri saya karena saya berhasil melalui
masa itu. Saat ini saya kuliah di Fakultas Kedokteran.

Kehidupan saya berubah saat saya berusia 18 tahun. Saat itu


keluarga saya melihat bahwa saya sudah dewasa dan matang secara
psikologi. Atas dasar itu, ibu saya mulai percaya untuk curhat tentang
masalahnya kepada saya. Semua ia ceritakan mulai dari masa lalu,
keuangan, keinginan dan impiannya, deritanya, hubungannya dengan
ayah saya, masalah adik saya, dll.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

110
Saya tidak menyangka ibu saya menyimpan kisah dukanya sendirian
selama ini. Pada awalnya saya ingin membantu ibu saya meringankan
bebannya. Saya berusaha mengihbur dan mencoba menggali lebih
dalam agar bisa memberi solusi.

Tapi semakin saya mencoba berusaha, semakin saya merasa kaget


dan tidak menerima kenyataan yang selama ini tersimpan. Itulah
awal saya mengalami depresi. Saat itu bulan Desember tahun 2009.

Selama 2 bulan saya mengalami depresi. Ditengah depresi itu saya


berusaha keras untuk bertahan sendirian dan berusaha terlihat tegar
di depan ibu saya. Dampaknya, depresi saya semakin berat.

Semua gejala depresi saya alami, saya tak mampu lagi untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Ibu saya melihat perubahan pada
diri saya. Bulan Februari 2010 saya berobat ke psikiater. Saya minum
antidepresan selama kurang lebih 4 bulan.

Karena merasa depresi sudah teratasi dan sudah bisa kembali


berfungsi normal, saya berhenti minum obat tanpa konsultasi terlebih
dahulu ke psikiater. Saat itu saya berada dalam fase hidup yang
sangat bahagia.

Senang rasanya bisa bangkit dari depresi dan kembali melakukan


aktifitas sehari-hari. Bahkan aktifitas saya meningkat. Saya mencoba
banyak hal baru, berbagi cerita ke teman-teman saya yang sedang
ada masalah, dan hal positif lainnya. Saat itu saya merasa percaya
diri dan sangat yakin saya akan menjadi orang sukses nantinya.

Tapi sebulan setelah saya berhenti minum obat, saya merasa diri saya
aneh sekali. Kadang depresi saya muncul begitu saja tanpa sebab di
waktu yang tidak terduga. Depresi itu saya rasakan selama 3-4 hari.
Lalu saya kembali normal. Kadang malah menjadi sangat ingin marah
dan bingung harus melakukan apa untuk menyalurkan tenaga yang
saya rasa berlebihan.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

111
Selama 2 bulan saya mengalami mood yang berubah-ubah. Aneh
sekali. Saya merasa ini bukan diri saya. Semakin lama juga
gangguannya bertambah parah. Muncul keinginan untuk menyakiti
diri dan merusak barang-barang.

Pada puncaknya yaitu bulan lalu, saya meminum banyak obat yang
disimpan di rumah. Saat itu saya meminum 10 lebih tablet obat.
Lucunya, saya masih sempat memilih obat yang kira-kira tidak
membuat saya mati dengan pengetahuan saya di bidang kedokteran.
Setelah minum obat itu saya merasa puas dan tenang lalu tidur, dan
6 jam kemudian saya muntah-muntah hebat.

Melihat tindakan bodoh seperti itu, ibu membawa saya ke psikiater


lagi. Mendengar cerita saya, beliau memberikan saya mood stabilizer
ditambah antipsikotik. Saat ini saya masih meminum obat itu dan
rutin berkonsultasi. Dengan bantuan obat, saya merasa lebih
terkontrol. Walaupun mood masih berubah-ubah, tapi disaat depresi
gejalanya tidak seberat saya sebelum minum obat. Begitu juga saat
manik. Saya masih bisa menahan amarah.

Psikiater saya tidak menyebutkan langsung bahwa saya memiliki


gangguan bipolar. Tapi di saat normal seperti saat saya menulis ini,
saya mencari tahu sendiri tentang kondisi saya dan obat-obatan yang
saya minum. Dan memang benar ternyata saya memiliki gangguan
bipolar tipe campuran dengan siklus yang sangat cepat.

Kadang memang aneh melihat diri kita menjadi tidak terkontrol dan
merasa kehilangan diri kita yang dulu sebelum mengalami gangguan
bipolar. Saya sendiri baru sadar juga bahwa dulu setelah saya
memutuskan berhenti minum antidepresan, yang saya alami
bukanlah keadaan bahagia yang sebenarnya. Tapi lebih seperti gejala
manik walaupun tidak sepenuhnya begitu.

Saya senang bisa menemukan blog ini dan berbagi cerita dengan
ODB lainnya. Dengan bercerita di dunia maya saya merasa lebih lega

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

112
dan saya dapat merahasiakan identitas saya.

Menjadi seorang dokter adalah cita-cita saya dari kecil. Saat ini saya
berusaha keras untuk tetap melanjutkan kuliah saya. Tak lama lagi
jika semuanya lancar, saya akan mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran. Setelah itu masuk ke tahapan pendidikan di rumah sakit
untuk mendapatkan gelar dokter.

Jika saya memikirkan bagaimana diri saya nanti, mungkin tidak akan
mungkin bisa menjalaninya. Anda bisa bayangkan. Menjadi dokter
dengan jiwa yang sehat saja tanggung jawabnya sudah besar dan
berat. Bagaimana dengan saya yang memiliki gangguan bipolar ?
Jujur, sebenarnya saya takut untuk menjadi dokter dengan kondisi
saya sekarang.

Tapi saya tidak ingin melepaskan cita-cita saya begitu saja. Apalagi
saya sudah setengah jalan. Jadi saya menjalankan saja apa yang ada
di depan saya satu-persatu tanpa memikirkan masa depan.

Semoga saja gangguan bipolar yang saya alami tidak menghalangi


saya mencapai cita-cita saya. Setahu saya, gangguan bipolar
memang tidak bisa disembuhkan. Walaupun sudah terkontrol dan
stabil tanpa obat-obatan, ODB bisa mengalami kekambuhan. Tetapi,
perlu diingat, semua itu terjadi atas kuasa Tuhan dan mukjizat itu
benar adanya. Jadi, berusahalah untuk tetap optimis.

Inilah kisah saya dengan bipolar ditengah perjuangan saya mencapai


cita-cita. Mungkin ada yang mengalami hal yang sama dengan saya
atau mengetahui apakah pernah ada ODB yang sukses menjadi
dokter? Saya harap, anda bisa berbagi dengan saya melalui email
hypomania.depression@gmail.com. Terima kasih sebelumnya.

Anda bisa membaca tulisan-tulisan Inilah Diriku di blognya


http://hypomaniadepression.blogspot.com.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

113
Berdamai Dengan Depresi

Oleh Juminten Larasati

Tidak semua hal di dunia ini berjalan sesuai dengan apa yang kita
inginkan. Seringkali kita harus berdamai dengan kenyataan yang
berbeda jauh dengan apa yang kita cita-citakan. (miza, 2011)

Bagi ODS (Orang Dengan Skizofrenia) atau ODB (Orang Dengan


Bipoalar), masa-masa depresif adalah saat terberat yang mereka
rasakan. Pada saat manik, mereka yang biasanya aktif dalam
berbagai keggiatan, menjadi sangat lesu, lemah bahkan kelihatan..
maaf sedikit pandir.

Begitu pula yang saya rasakan pada saat-saat depresif. Saya bisa
tidur selama berjam-jam. Tidak mau mengerjakan tugas. Tidak
memikirkan apa pun. Ingin rasanya hanya berbaring di kamar dan
menikmati kesendirian. Ditambah lagi kepala terasa sakit, badan
susah digerakkan, dan seringkali kehilangan kata-kata.

Jika kondisi saya tidak terikat pada institusi apa pun. Saya hanya
bertanggungjawab pada diri saya sendiri. Tidak menjadi beban bagi
orang lain, hal itu tidak akan menjadi masalah besar. Namun
kenyataannya, saya punya pekerjaan yang harus saya selesaikan.
Dan saya bertanggung jawab atas tugas-tugas yang dibebankan
kepada saya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

114
Sempat saya berpikir, apakah saya harus menyerah dengan keadaan.
Berhenti di tengah jalan. Dan tidak melakukan apa-apa.

Tetapi itu bukan pilihan yang tepat. Menganggur sama halnya dengan
merusak aspek kognisi otak secara perlahan-lahan.

Sementara dunia terus berputar dan jam terus berdetak, saya ingin
berhenti di satu titik, dan itu adalah hal yang mustahil.

Maka saya merenung berkontemplasi, mencoba berpikir jernih


dengan akal sehat se rasional mungkin dan dalam titik nadhir saya
menemukan jawaban. Saya harus berdamai dengan kenyataan.

Saya harus memahami dan memaklumi keadaan diri saya. Tidak


perlu berhenti total, hanya perlu memperlambat langkah. Biarlah
yang lain berjalan cepat. Tapi saya adalah siput yang cerdik. Yang
bisa mendahului kancil.

Saya mencoba menyederhanakan pemikiran. Mereduksikan tuntutan.


Bahwa saya melakukan segala hal bukan untuk siapa-siapa dan
bukan untuk mendapatkan apa pun. Hanya untuk ridho Illahi
semuanya terasa ringan. Seperti bulu-bulu kapas yang beterbangan.

Kita tidak perlu menjadi pemenang setiap hari. Tapi setidaknya kita
telah memberikan usaha kita yang terbaik.

Marilah kita senantiasa berbenah diri hingga menjadi pribadi yang


lebih baik dari hari ke hari.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

115
The Conclusion Bipolar Symptom of Mine

Oleh Dian Nugraha

Tulisan ini sebenarnya merupakan tanggapan pemulisnya terhadap


catatan facebook teman onlinenya yang berjudul “Bipolariah dan
Tuhan”. Catatan itu mengundang beragam reaksi antara yang pro
dan kontra tentang ―perlu tidaknya penggunaan obat untuk ODB
(orang dengan bipolar).

Tanggapan itu oleh penulisnya diposting di catatan fb-nya. Atas izin


penulisnya, catatan yang sangat menarik dan berbobot itu saya
posting di blog Curhatkita. Silakan simak tulisannya.

Sampai saat ini saya sudah melewati tiga siklus bipolar "tanpa obat"
dan saya melewatinya dengan sempurna. Tidak pernah sampai
mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Mencermati kisah Cevi yang menurut mas Dabo harus saya jadikan
bahan renungan untuk Feasibility Study yang lebih mumpuni,
alhamdulillah saya juga sudah mengalaminya, banyak hal penting
terlepas dari hidup saya akibat fase depres yang melahap semuanya.
Pencapaian luar biasa saat hipomanik juga diikuti ketidakberdayaan
luar biasa saat fase depresi.

Mencermati alur genetis dan riwayat kelahiran saya terkait ayah yang
Skizo dan lahir prematur, dengan penuh kesadaran saya berkata Ya,
saya bipolar dan inilah saya. Tapi bipolar ini bukan kutukan yang
menjadikan saya berbahaya dan tidak berguna.

Sampai saat ini saya selalu bisa menjelaskan stressor-stressor yang


menyebabkan saya masuk fase depresi dan faktor penerimaan diri
dan keikhlasan yang mendorong saya memasuki fase recovery. Jika
beberapa rekan ada yang tidak mampu menjelaskan keduanya maka
dapat disimpulkan itulah bedanya saya dengan saudara.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

116
Saudara tidak bisa menyamakan saya dengan saudara jika jelas-jelas
gejala yang kita alami berbeda. Pengobatan saudara hanya berlaku
buat saudara dan orang-orang yang sepaham dengan saudara, begitu
pula sebaliknya.

Dengan penuh kesadaran berdasar pertimbangan yang matang saya


tidak membutuhkan obat-obat penenang syaraf, moodstab, anti
cemas, dan lain sebagainya, karena bipolar yang saya alami bersifat
neurotik dan bukan psikotik.

Yang saya butuhkan adalah support, pengertian, perhatian dan kasih


sayang dari orang-orang di sekeliling saya untuk mengingatkan saya
jika suatu saat nanti cenderung mengalami siklus yang sama.

Sebab utama gangguan yang saya alami adalah ketidakseimbangan


dalam pola hidup, ketidakseimbangan tujuan hidup, dan
ketidakseimbangan antara hubungan kepentingan diri (termasuk
hubungan vertikal) dengan kepentingan sosial dan horizontal.
Bagaimanapun akumulasi ketidakseimbangan ini sendiri pada
ujungnya akan menimbulkan kejenuhan yang memicu puncak depresi
atau kondisi hipomania itu sendiri.

Terimakasih untuk mas Eky Kusyak, Adly Yulfiansyah, Vera Lani,


Juminten Larasati, dan Cevi Oktobeary yang telah mendukung
keputusan saya ini. Luv u Cevi buat pembelaannya. Semoga sehat
selalu dan harinya selalu menyenangkan.

Bagi saya pribadi, perjalanan hidup itu ibarat sebuah hari. Dini hari
adalah masa dimana lembar baru tercipta. Pagi hari adalah masa
kanak kanak dimana mimpi digantungkan. Siang hari adalah masa
dewasa dimana mimpi dikejar dan diraih. Senja hari adalah masa tua
dimana mimpi dinikmati. Sedangkan malam adalah masa untuk
mengakhirinya dengan istirahat panjang.

Sahabat semoga hidup ini sebaik perjalanan hari-harimu.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

117
Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang
disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba.
Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-
orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

Don't be afraid. Everything is running well, berjalan sempurna


sebagaimana mestinya. Demi Alloh yang jiwaku ini berada dalam
genggaman-Nya, seseorang tidak dikatakan beriman hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
(Hadist Rasulullah SAW).

Hidup itu seperti air, ada siklusnya. Ada masanya dalam posisi yang
tinggi, ada masanya dalam posisi yang rendah. Hati-hatilah ketika
sedang dalam fase tertinggi dalam hidupmu, karena kamu akan
kehilangan detail kehidupan, cenderung sombong dan meremehkan
orang dan nantinya akan banyak yang akan kau sakiti hatinya.

Hati manusia itu seperti bola kaca, bening tapi rapuh. sekali retak
maka tidak bisa kembali utuh.

Seandainya saja aku bisa melihat lauhul mahfuz-Nya sedikit saja


tentang satu hal, mungkin tak akan serumit ini hatiku berkelit.

Bersabarlah, apa yang ditakdirkan untukmu pastilah akan sampai


kepadamu walaupun seluruh isi dunia berupaya menghalanginya.
Itulah indahnya hidup, indah pada waktunya.

Jika ada yang bilang kesempatan itu tidak datang dua kali. Bilang
padanya dia salah. Kesempatan itu datang setiap saat kepada semua
orang tanpa kecuali. Hanya orang orang dengan kemampuan paling
besarlah yang mampu memanfaatkan kesempatan itu.

Kekuatan terbesar itu adalah 3B, kemauan untuk Belajar,


kemampuan untuk Berubah, dan kemampuan untuk Bertumbuh dan
Berkembang.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

118
Seorang sahabat pernah berkata, kebaikan tuhan itu melebihi seluruh
kebaikan yang ada di langit dan bumi. Prasangkanya mengikuti
prasangka hambanya dan kasih sayangnya mendahului murkanya.

Jadi sahabat ketika kita berfikir bahwa hidup ini sulit, rumit,
dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang cenderung
menyakitkan dan menyengsarakan, maka kenyataan itu yang sedang
kita ciptakan dan akan kita terima bersama orang-orang atau
golongan yang mempunyai pandangan yang sama dengan kita. Dan
tentunya hal ini juga berlaku sebaliknya.

Ketahuilah, engkau sempurna sebagai manusia dalam fikiranmu,


maka engkau akan sempurna dalam pandangan tuhan. Lalu apalagi
yang engkau keluhkan tentang dunia, ketika jaminan rabbmu telah
pasti ketika kamu mengikhlaskan semuanya.

Belajarlah menerima ketetapan allah yang tidak bisa engkau ubah,


dan berusaha maksimallah terhadap ketetapan allah yang bisa
engkau ubah dan serahkan sisanya kepada rabbmu, lalu berjalanlah
di muka bumi dengan kepala tegak, maka yang di langit akan
mencintaimu, dan dibumi akan menghormatimu.

Ingatlah bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur, bekerja keraslah
tapi jangan melanggar kehendak tuhan. Seperti air dalam sumur
yang setiap hari kita timba, toh airnya tidak pernah kering. Tapi
sebaliknya jika kita tidak mengambilnya, airnya tidak tumpah juga.

Ketika amalan dan ilmu berpadu, apalah lagi yang menghalangimu


menjalankan tugas kekhalifahanmu, sehingga kloplah ayat pembuka
kunci-kunci rizki dan ilmu. Arrahman.. fabiayyi ala i robbikuma
Tukazziban. wallahualam bishob.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

119
16 Tahun Hidup Tersiksa oleh Bipolar

Curhat Seorang Pria Penderita Bipolar (Manik Depresif)

Mr. X, seorang pria yang sudah menikah, curhat via email. Dia
bercerita tentang gangguan bipolar yang nyaris menghancurkan
hidupnya selama 16 tahun sampai sekarang.

Berikut curhatnya.

Saya ingin berbagi, saya adalah pengidap Bipolar (Manik Depresif)


yang sudah hidup tersiksa selama 16 tahun (1993 - sekarang)
dengan penyakit ini. Yang paling parah, pada saat saya dalam fase
depresi saya bisa mengurung diri dalam satu ruangan dan tidak
mau/malu (takut) ketemu orang selama berbulan-bulan.

Dan hal inilah yang menghancurkan dan menyiksa hidup saya sampai
sekarang. Kuliah saya hancur (2 perguruan tinggi), karir kerja saya
yang gemilang (karena pada fase mania) juga hancur.

Saya merantau di Jakarta dari kampung halaman sejak tahun 2000.


Sejak saya di Jakarta, penyakit ini (pada fase depresi) sudah
menghancurkan hidup saya dan karir kerja saya berkali-kali (5 kali,
saya sempat menyembunyikan diri di Medan tahun 2002, Cilegon
tahun 2003 dan 2005).

Yang paling parah saat ini, kehidupan saya dengan seorang istri
(nikah tahun 2006, belum dikaruniai anak) dalam proses kehancuran.
Tiga bulan lalu (Juli 2009) saya dipecat dari kantor tempat bekerja
dengan posisi akhir lumayan : Project Manager. Saat itu saya sudah
dalam fase depresi setelah melewati fase mania (mendapatkan
project prestisius di awal tahun 2009), jarang masuk kantor karena
hanya bisa terbaring lunglai di tempat tidur dari pagi sampai malam
hari, selama-lama berhari-hari.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

120
Istri saya sampai bingung dan menangis melihat kondisi saya. Saya
juga telah berusaha berobat ke psikiater di Jalan Casablanca dan di
Rumah Sakit Grogol, Jakarta, tetapi tidak membantu karena saya
hanya datang sekali untuk ambil obat.

Saat ini saya dalam keadaan Depresi berat, tidak ada pekerjaan dan
ditinggalkan istri yang pulang ke kampung sejak Agustus 2009. Hari
ini saya baru keluar dari kontrakkan setelah kembali mengurung diri
di kontrakan (17 Hari). Oh Tuhan betapa tersiksanya diri hamba ini..
Depresi datang pada saat saya memiliki tanggung jawab seorang istri.

Niat bunuh diri sudah mulai muncul lagi, dan ini lebih berat saya
lawan, karena saya sudah capek, lelah, tersiksa, perih, pedih dan
sangat trauma oleh depresi yang sudah berulang kali saya alami ini.

Haruskah Saya mengakhiri semua siksaan ini dengan Bunuh Diri ?


Haruskah saya meninggalkan istri saya, ibu saya di kampung dan
keluarga-keluarga lain yang saya cintai dengan cara tragis seperti ini?

Tolong saya, ...............saya tidak kuat lagi..............

Saran saya via email

Mr. X, betapa berat derita jiwa yang anda alami. Sepertinya lebih
berat dari yang saya alami. Tapi seberat apa pun derita anda, bunuh
diri bukan jalan terbaik.

Jika itu yang anda lakukan berarti anda menyerah! Jangan pernah
menyerah sobat!

Saya mengalami apa yang anda alami. Saya juga pernah ingin bunuh
diri. Satu hal yang menghalangi saya, TUHAN! Dia tak membolehkan
kita melakukan itu.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

121
Saya percaya apa yang terjadi pada saya waktu itu adalah atas
kehendaknya. Saya hanya tidak tahu apa kehendak-Nya pada saya.

Apa yang terjadi bukan nasib buruk atau kutukan, tapi sebuah ujian
agar kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Yakinlah sobat!

Tuhan tahu batas kemampuan kita. Namun, kadang kita menganggap


diri terlalu lemah, padahal sebenarnya kita lebih kuat. Buktinya
sampai saat ini, setelah 16 tahun dalam belenggu bipolar anda masih
bisa bertahan! Benar kan?

Petarung tangguh yang jadi pemenang bukan yang lebih hebat, tapi
yang mampu bertahan lebih lama.

Penambang emas yang gagal tak menyadari hanya butuh beberapa


meter lagi menggali untuk menemukan butir-butir batu berharga,
tapi dia menyerah dan tak mendapat apa-apa.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

122
“Sepotong Bagian Puzzle dari Diri Gue yang Ilang”

Curhat Seorang Gadis yang Pernah Mengalami Gangguan


Bipolar

Saat aku mencari-cari foto dan gambar yang cocok untuk ilustrasi
tulisan tentang bipolar di blogku, tanpa sengaja aku membuka
sebuah blog seorang gadis bernama Deewardani. Blog simple
namun cantik itu bernama “the diary of ms. dee”.

Di halaman yang aku buka itu, sang gadis bercerita tentang


pengalamannya saat mengalami gangguan bipolar. Dia bercerita
tentang masa-masa sekolah dan masa kuliah ketika dia mengalami
gejolak jiwa yang tak dia fahami.

Dia bercerita dengan bahasa gaul khas gadis metropolitan. Gaya


bertuturnya santai, cool (bahkan di selingi tawa) dan mengalir begitu
saja hingga mudah dicerna.

Dia memandang gangguan bipolar dengan sudut pandang yang unik


dan berbeda. Sudut pandang seorang gadis kota yang modern dan
cuek. Dia menilai gangguan jiwa sebagai hal biasa, bagian dari
kehidupan dan jati dirinya.

Aku kagum pada keberanian, keterus-terangan dan cara dia


menyikapi problem psikis yang di alaminya. Berikut kutipan curhat
dee di blognya :

Udah lama sebenernya gue pgn nulis soal ini. Bipolar Disorder…udh
prnah denger? Sebuah gejala kelainan yang dialami beberapa
manusia, tingkatan nya sedikit di atas Depresi dan jauh di atas Stres,
dengan gejala yang disebut Manik. Kenapa gue nulis soal ini? Well,
here‘s the story…

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

123
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu pada masa sekolah gue pernah
didiagnosa memiliki gejala depresi. Di saat itu gue cuma tersenyum
dan bilang, ―that‘s bullshit‖. Dan akhirnya menolak pemeriksaan lebih
lanjut.

Depresi itu akhirnya ga terlalu gue rasain, sampai akhirnya beberapa


tahun kemudian – di masa kuliah gue – gue akhirnya memeriksakan
diri atas saran seorang teman kuliah gue. Lagi-lagi, gue dibilang
mengalami depresi. Tapi kali ini, gue akhirnya mau duduk di satu
ruang bersama seorang ahli yang pada saat itu malah jadi ikut
mengalami gejala gangguan jiwa setelah ngobrol sama gue, dengan
jadwal sesi 2-3 kali seminggu masing-masing 2-3 jam. Sang ahli ini
terus-terusan bilang gue depresi, tapi ga bisa bilang apakah gue
bener-bener sakit ato ―sakit‖.

Yang pasti ga ada seorang pun diantara kami yang bisa benar-benar
menjelaskan apa penyebab sikap gue yang ga bisa tenang tapi juga
terkadang justru terlalu tenang, apa penyebab ke‘gelisah‘an gue, apa
penyebab pikiran gue yang sering tiba-tiba melayang ke tempat-
tempat ga penting yang mengakibatkan gue ga bisa konsentrasi, apa
penyebab kebiasaan gue yang meracau tiba-tiba tapi kemudian bisa
diam sampai berhari-hari, apa penyebab gue yang seakan punya
gejala schizophrenia tapi sadar sepenuhnya untuk bisa membedakan
mana yang imajinasi dan mana yang kehidupan nyata….dan terutama
adalah, apa penyebab kekacauan emosional gue.

Sang ahli ini akhirnya cuma bisa menggantikan minuman-minuman


beralkohol yang gue konsumsi sejak masa sekolah dengan obat-obat
dengan nama-nama keren – dari Vallium, Prozac, hingga Lithium –
untuk bisa menenangkan gue. Terutama supaya gue bisa tidur di
malam hari, karena di masa-masa depresi gue (termasuk ketika
masa kuliah), gue nyaris ga pernah bisa menutup mata di malam hari.

Walaupun….yah, namanya juga mahasiswa arsitektur. Klo malam ya


ga gue minum dunk, bisa ga kelar atuh tugas2 gue…ya ga? Tapi tetep,
obat-obat ini selalu ada di kantong gue ato at least ada di dalam tas.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

124
Siapa tau tiba-tiba gue dapet serangan adrenalin rush yang membuat
gue tiba-tiba punya rage yang begitu tinggi seperti ketika satu kali
gue pernah mengejar orang habis-habisan gara2 dia nyipratin air
genangan ke mobil yang gue naikin bareng temen sekontrakan gue.

Atau ketika gue tiba-tiba memukul cermin di hadapan gue tanpa


alasan yang jelas, bahkan sampe sekarang pun gue ga bisa inget
sebenernya gue kenapa waktu itu. Atau seperti ketika satu kali gue
ngelempar stick drum gue dari atas panggung ke muka salah satu
penonton yang teriak-teriak manggil-manggil gue dengan bahasa
yang bikin emosi banget, bahkan nyaris lompat dari atas panggung
untuk nerkam tu orang…tapi dunia beruntung punya seorang Aryo
yang badannya cukup kuat untuk nahan gue waktu itu, heuheuheu

Bertahun-tahun gue dan sang ahli, beserta teman-teman gue yang


tau soal ini, ga bisa nemuin jawaban soal apa sebenernya yang salah
sama gue. Karena itu mulai beberapa waktu yang lalu, gue
melepaskan diri dari obat-obatan ga penting yang ga terlalu ngebantu
itu (terakhir gue mengkonsumsi Vallium), dan kembali beralih ke
alkohol, untuk menenangkan diri.

Sampai akhirnya satu ketika….di satu hari ketika gue dan keempat
temen kontrakan gue di Solo duduk bareng di depan TV, nonton The
Oprah Show dimana jawaban itu ada. Tema saat itu membahas
seorang wanita yang membunuh anaknya dan dihukum penjara entah
berapa puluh tahun (maaf, gue lupa), dan didiagnosa memiliki
kelainan jiwa.

Ketika di penjara dan seorang psikiater diberi kesempatan dan waktu


khusus untuk meneliti dan mengamati wanita ini, si psikiater
menyebut istilah Bipolar Disorder untuk mendefinisikan apa yang
dialami si wanita, yang ngakunya sering gelisah dan panik tanpa
sebab, emosi-emosi yang tiba-tiba berubah, halusinasi-halusinasi
yang nyaris nyata, bahkan amnesia singkat.

Dan kemudian, keempat teman gue tersebut spontan menoleh ke

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

125
arah gue. Bahkan Leny, salah satunya bilang, ―hey, that‘s you,
honey….‖, smentara gue cuma tersenyum dan bilang, ―…damn. Thank
you, Oprah‖.

Sehari setelah itu, gue dan keempat teman gue menemui sang ahli
yang udah bertahun-tahun berusaha meneliti sekaligus menemani
gue menghadapi kegelisahan gue. Dengan membawa laptop Amey,
dan mengajak beliau untuk browsing bareng di internet untuk
mempelajari hal ini.

Sedikit bersyukur juga sih, karena salah satu teman gue tadi adalah
mahasiswi Psikologi di salah satu kampus di Solo, jadi dia bisa
berkomunikasi dengan lebih baik ke sang ahli yang waktu itu shock
berat karena baru kali itu gue dateng bawa teman, dan langsung satu
rumah pula gue bawa, heuheuheuh….

Anyway, kami berenam pun akhirnya menyimpulkan, bahwa memang


apa yang gue alami adalah sesuai dengan definisi di atas. Bipolar
disorder. hal ini sebenarnya belum gue komunikasikan dengan orang
tua gue. Gak penting, mereka juga sama sekali ga tau soal segala
kegiatan dan proses gue menemui ahli jiwa juga kok, hohohohoh.

Setidaknya kami tahu apa yang salah ma gue dan gimana cara
memperbaikinya, walopun gue masih menolak obat-obatan macam
apapun untuk menenangkan diri gue. Sementara ini masih aman kok,
daripada gue kelak jadi punya kecenderungan untuk menenggak
habis obat yang gue kantongin ketika mengalami panik dan emosi
berlebihan, jadi ya ntar aja kali ye berobatnya. Hahahaha…

Dengan mendapat jawab ini aja gue udah merasakan kebebasan kok.
Seakan baru aja menemukan sepotong bagian puzzle dari diri gue
yang ilang. Sekarang tinggal nyari potongan-potongan lainnya.
Karena mungkin dengan begitu, gue justru ga akan butuh
mengkonsumsi minuman atau obat apapun. Siapa tau, ya kan??

Jika mau, anda bisa membaca coretan dan curhat dee dengan bahasa

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

126
gaulnya di : http://deewardani.blogspot.com
Curhat Seorang Suami yang Istrinya Divonis
Mengalami Gangguan Bipolar

Curhat ini dikirim Bapak, AS (nama samaran) via email.

Berikut curhatnya :

Salah satu anggota keluarga kami (istri) dinyatakan oleh dr.


mendapat gangguan Mania-Bipolar pada 1 januari yang lalu. Saat ini
telah diresepkan obat rawat jalan setelah 2 minggu rawat inap di RS
di Bogor.

Saya telah membaca hampir seluruh tulisan di blog curhatkita


maupun sivalintar.com, beberapa artikel saya download. Saya juga
menonton beberapa video tentang mania-depresi di youtube. Tapi
saya masih belum faham tentang penyakit tersebut dan bagaimana
‗merawat pasien‘ agar sembuh.

Kami menaruh harapan besar pada mas Tarjum sudi kiranya


menolong kami, memberi bantuan, saran atau pengalamnya
mengatasi gangguan ini antara lain dalam hal-hal sebagai berikut:

Episode mania-depresi yang saat ini sedang dialami oleh istri, kapan
periodesasinya, dan bagaimana mengetahui tanda-tanda/kondisi
detail pasien pada masing-masing episode dan perubahannya?
Bagaimana pula bila ternyata dalam keadaan campuran?. Bukankah
setiap perubahan episode akan melewati episode normalnya?

Dari tulisan yang telah saya baca, disebutkan bahwa dalam kondisi
depresi wanita lebih sedikit berhasil bunuh diri dari pada pria, apakah
ini berarti tetap ada potensi atau keinginan bunuh diri?

Bisakah kami mengetahui tanda-tanda atau rencana sebelum bunuh


diri? Semisal peristiwa di Palembang baru-baru ini, perempuan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

127
pegawai telpon seluler yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari
lantai atas dan ditampung oleh banyak orang dengan kasur.

Bagaimana menyadarkan agar pasien tidak melakukannya (bunuh


diri), sementara pasien dalam pikiran yang kosong (jika diajak bicara
seakan masuk telinga kanan-keluar telinga kiri)?.

Di sisi lain pada kondisi mania, kami telah merasakan dan


mananggung beban dari akibat perilakunya. Upaya perawatan
(‗pencegahan/antisipasi‘) apa yang mesti kami lakukan pada setiap
keadaan tersebut?

Bagaimana atau apa saja yang sebaiknya dilatihkan untuk


memberinya pemahaman ‗kebenaran‘ perasaan, cara berpikir dan
perilaku pasien yang selama ini ‗salah‘?

Bukankah dengan menjelaskan kesalahan-kesalahan masa lalu


berarti melukai hati dan perasaan pasien?

Pasien bukannya tahu kesalahan yang dilakukannya, tahu juga kalau


dibantu dan diupayakan penyembuhannya?

Bagaimana pula caranya agar pasien mau membuka diri, tidak


berbohong/mengacaukan dan menyampaikan hal-hal yang telah
dilakukannya? Terutama untuk ini kami sangat perlu mendapatkan
bantuan psikoterapi dari yang ahli.

Kami berusaha sekuat tenaga, segenap daya dan upaya. Suatu saat
seakan kami ingin diam dan pasrah, tapi suatu saat kami juga ingin
maju terus (termasuk oleh dorongan semangat dari mas Tarjum).

Obat-obatan demikian mahalnya, dan untuk mendapatkannya kami


sering harus mengorbankan kebutuhan pokok. Sementara kami
masih harus menyelesaikan persoalan-persoalan yang begitu
mengerikan, yang harus kami tanggung sebagai akibat perilaku
pasien, setelah hampir seluruh harta seakan musnah dalam sekejap.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

128
Kami seakan telah tidak memiliki apa-apa lagi, kecuali tanggungan-
tanggungan beban yang masih harus terselesaikan.

Kami ingin melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, mengujikan


diagnosa ke lab, atau ke psikiater, tapi kandas, belum mendapatkan
alamat konsultasi yang terjangkau biayanya.

Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI memberi kesempatan pada kami


untuk berkonsultasi, tapi masih harus menunggu jadwal yang masih
lama lagi dan entah kapan. Kami juga mengirim email ke beberapa
situs konsultasi psikologi, tetapi yang gratis masih terbatas
memberikan sarannya. Kami mohon Mas Tarjum dapat memberikan
saran dan alamat yang mungkin dapat kami jangkau dari kota Depok,
Bogor.

Kami sering cemas jika meninggalkan pasien sendirian di rumah,


sehingga sering pula tidak bekerja beberapa hari dalam minggu-
minggu terakhir. Sementara ini kami lakukan pengawasan terhadap
kegiatan pasien di rumah dan memberikan dorongan untuk
melakukan aktifitas. Kami melakukan dzikir, berdoa dan sholat
bersama, berlatih membaca ruqyah syariyah secara mandiri.

Mas Tarjum kami bersyukur, kami masih memiliki harta-harta yang


lain yang bahkan tidak ternilai harganya.. Fisik kami sehat wal afiat,
3 anak perempuan kami bersekolah, kami juga masih tinggal di suatu
rumah dan masih bekerja. Kami juga merasa tidak sendirian. Masih
banyak orang lain yang lebih berat menanggung beban agar tetap
bisa bertahan dan sebagainya.

Dan yang paling berharga, Insya Allah kami masih tetap meyakini
bahwa Allah-Tuhan yang Maha Agung, Allah Maha Kuasa, Maha
Pengampun, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah Maha
Mengetahui dan kami diberi petunjuk untuk dapat memetik hikmah
dari cobaan ini.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

129
Saran saya untuk Bapak AS, via email :

Pak AS, saya turut prihatin atas apa yang dialami istri anda. Terima
kasih atas kepercayaannya untuk curhat via email saya.

Sebelumnya saya jelaskan, bahwa saya bukan ahli kejiwaan, saya


cuma belajar dari pengalaman saya sendiri selama menderita bipolar.
Saya belajar secara otodidak dari buku-buku dan artikel di surat
kabar, majalah dan internet.

Jadi, tentu saja pengetahuan saya sangat terbatas soal kejiwaan. Tapi,
insya allah saya akan membantu semampu saya. Kita hanya bisa
berikhtiar, Allah lah yang akan menentukan segalanya.

Berat memang mendampingi istri yang menderita bipolar, tapi siapa


lagi yang bisa mendukung dan membantunya jika bukan orang
terdekatnya. Dukungan, perhatian dan kasih sayang anda akan
sangat berarti baginya.

Untuk membedakan kondisi mania dan depresi bisa dilihat dari


kondisi psikis yang tercermin dari perilaku sehari-harinya. kalau dia
tampak bahagia, bersemangat (kadang berlebihan) atau aktif
melakukan bermacam aktifitas berarti ia dalam kondisi mania.

Saat kondisi mania inilah sebenarnya anda bisa lebih efektif


memberinya pengertian dan mendorongnya untuk melakukan
aktifitas fisik, psikis dan spiritual untuk mengatasi kondisi kejiwaanya
yang labil. Pada kondisi mania ini penderita tampak seperti normal,
padahal sebenarnya tidak, kondisi kejiwaannya labil.

Kondisi depresi sebaliknya, dia akan tampak murung, sedih, tak ada
semangat, malas beraktifitas dan lebih banyak berdiam diri. Dalam
kondisi ini memang si penderita seperti tak berdaya, tak bisa berpikir
normal dan seakan tak ada apa pun yang bisa membuatnya bahagia.
Dalam kondisi inilah mungkin keinginan bunuh diri itu muncul.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

130
Lamanya masing-masing fase relatif, tergantung kondisi psikologisnya,
bisa dalam hitungan bulan, minggu atau bahkan hari. semakin cepat
siklusnya berarti semakin kronis kondisi psikologisnya.

Yang pernah saya alami adalah siklus mingguan. dua minggu mania,
dua minggu depresi atau seminggu mania dua minggu depresi.

Dalam kondisi mania inilah biasanya saya bisa melakukan aktifitas-


aktifitas fisik dan psikis sebagai terapi pengobatan. Saat mania, saya
bisa melukis atau membuat patung dengan hasil yang sangat baik
(saya hoby melukis dan membuat patung). Saya juga bisa melakukan
aktifitas fisik dengan baik (bekerja atau berolahraga dengan
semangat).

Saat mania inilah anda bisa mengarahkan istri untuk lebih intensif
menjalani terapi. Terapi sepiritual juga sangat baik, memberinya
pemahaman keagamaan, melakukan ibadah bersama, mempelajari
buku-buku keagamaan dll.

Terapi spiritual inilah yang cukup efektif mencegah penderita


mengikuti dorongan untuk bunuh diri. Karena saat depresi datang
seakan tak ada apapun yang bisa membuatnya bahagia, paling hanya
bisa sedikit meringankan beban pikirannya.

Dari pengalaman saya, aktifitas fisik seperti olahraga sangat baik


untuk membantu proses penyembuhan.

Menurut para ahli kejiwaan, bipolar bisa juga disebabkan karena


ketidak seimbangan biokimiawi dalam otak, aktifitas fisik mungkin
akan mengembalikan keseimbangan itu.

Kondisi fisik yang bugar juga akan berpengaruh positif pada kondisi
psikisnya. dia akan merasa lebih segar, sehat dan yang terpenting
akan membuatnya lebih percaya diri dan bersemangat.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

131
Kurangi beban fisik dan psikisnya. Ambil alih sebagian pekerjaanya.
Hindari hal-hal yang akan membebani pikiran dan akan membuatnya
merasa tertekan. Jika anak anda sudah dewasa, arahkan dia untuk
membantu meringankan beban pekerjaan ibunya di rumah.

Saat suasana hatinya sedang tenang dan bahagia adalah saat yang
tepat untuk mengajaknya bicara, menggali apa yang menjadi beban
pikirannya dan memberinya pemahaman-pemahaman yang positif.

Posisikan diri anda sebagai teman yang bersedia mendengar keluh-


kesahnya dengan sabar dan penuh empati. Dari obrolan itu nanti
anda secara perlahan bisa menggali dan mengenali masalah yang
membebani pikirannya.

Inilah yang dilakukan ayah saya dulu dengan kesabaran yang luar
biasa. Saya bisa ngobrol berjam-jam dengan beliau dan saya
kemukakan semua masalah yang membebani pikiran saya waktu itu.
Dengan mencurahkan isi hati saya merasa sebagian beban berat
pikiran berkurang dan saya merasa lebih baik.

Selain aktifitas fisik, psikis dan sosial, aktifitas spiritual juga bisa
membantu proses pemulihan kondisi psikis istri anda.

Baik sekali jika anda sering melakukan aktifitas keagamaan bersama.


Anda sudah melakukan hal yang tepat.

Saya sering menangis saat berdo‘a di hadapan-Nya. Saya curahkan


semua beban pikiran kepada-Nya. Itu membuat pikiran saya lebih
tenteram.

Percayalah, Allah mendengar do'a anda. Tapi kita wajib ikhtiar untuk
mendapatkan pertolongannya. Allah tak akan memberi cobaan berat
pada anda jika anda tak akan sanggup mengatasinya. Di balik semua
cobaan itu ada rencana-Nya yang tak kita fahami.

Jangan pernah berburuk sangka kepada-Nya dan jangan sekali-kali

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

132
berputus asa. Pada saatnya pertolongan Allah akan datang, kita
hanya tak tahu kapan.

Kadang orang berhenti melangkah karena putus asa, padahal


mungkin hanya beberapa langkah lagi dia akan berhasil.

Orang yang menang dalam sebuah pertarungan kadang bukan karena


dia lebih kuat dari lawannya tapi karena dia bisa bertahan lebih lama.

Bukan maksud saya menggurui atau sok tahu, saya hanya


mengatakan berdasarkan pengalaman dan sedikit pengetahuan sayaa.

Inti saran saya untuk anda dan keluarga, "Jangan Pernah Menyerah!"
"Jangan pernah berputus asa untuk mendapat pertolongan Allah"

Demikian saran yang bisa saya sampaikan, semoga membantu.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

133
Cerita Tentang Pengalaman Menulisku

Oleh Veronica

Sejak kecil, saya sudah suka menulis dan membaca. Saya punya
teman yang setia waktu kecil yaitu sebuah buku harian.

Saat awal mengalami depresi, saya sama sekali tidak pernah terlintas
dalam pikiran untuk menulis. Apalagi menulis di internet, sama sekali
tidak! Pada awal mengalami semua ini, saya seolah kehilangan
semangat.

Sekitar setahun yang lalu, saya mulai iseng menulis. Pada waktu itu,
saya baru menjalani pengobatan dengan seorang psikiater. Saya
mulai menulis cerpen dan saya kirim via sms ke psikiater yang
merawat saya. Beliaulah orang pertama yang melihat bakat saya.

Setelah 5 bulan berlalu, 1 bulan saya tidak kontrol dan memutuskan


untuk pindah ke psikiater yang baru sampai hari ini. Beliau dan juga
seorang ibu yang sangat baik hati sampai hari ini masih tetap
mendukung saya. Mereka bertiga melihat kalau saya punya bakat
menulis.

Kalau di tanya ide-ide bisa di dapat dari mana?

Ide-ide bisa datang dari mana saja. Dari pengalaman hidup, apa yang
saya alami dan rasakan itu juga bisa jadi ide. Memperhatikan
sekeliling kita itu juga penting, karena ide bisa datang dari sana juga.

Saya tidak perlu membawa laptop ke mana-mana untuk menulis.


Saya lebih senang menulis di HP. Jadilah HP, teman setia yang selalu
menemani ke manapun saya pergi.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

134
Perasaan saat menulis bagaimana?

Perasaan saat menulis, tergantung dari suasana hati saat itu. Tapi,
yang pasti ada rasa puas dan senang ketika bisa menyelesaikan satu
tulisan saja setiap harinya.

Hmm...kalau di tanya nilai positif yang di dapat dari aktivitas


menulis? Yang pasti bagus. Terutama untuk orang-orang seperti saya
yang pendiam dan tertutup. Dengan menulis, tentunya saya bisa
menyalurkan semua emosi yang saya rasakan. Sebagai penyaluran
tentunya sangat berguna.

Lebih percaya diri ketika ada satu atau dua orang saja yang
mengatakan 'Tulisanmu bagus' bisa lebih memberikan New Spirit
untuk terus menulis. Tidak perlu banyak penghargaan karena saya
bukan seorang penulis terkenal. Saya pun masih belajar. Melakukan
aktivitas yang disukai sangat menyenangkan bagi saya pribadi.

Pengaruh menulis bagi kondisi psikologis saya?

Dengan menulis saya bisa mengisi waktu yang kosong sehingga


menjaga pikiran saya untuk tetap fokus, tidak mengembara ke mana-
mana.

Juga bisa membantu mengurangi kecemasan dan ketegangan yang


saya alami. Jadi, waktu saya tidak terbuang percuma hanya untuk
melamun dan berkubang dalam kesedihan dan depresi.

Veronica adalah penulis tamu blog Curhatkita. Dia menulis 19 cerpen


psikologi untuk Curhatkita.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

135
Bagian 5 : Solusi Bipolar

Bagaimana Meyakinkan Orang Terdekat Tentang


Kondisi PSikologis yang Anda Alami?

Tak mudah meyakinkan orang terdekat, bahwa anda mengalami


problem psikologis.

Beberapa waktu yang lalu, seorang pemuda meminta waktu saya


untuk curhat langsung lewat telepon. Saya mempersilakan dia untuk
menelepon saat jam istirahat kerja.

Pada jam yang telah disepakati, sang pemuda menelepon. Dia


bercerita tentang kesulitannya meyakinkan ayahnya tentang kondisi
psikologis yang dialaminya.

Dia dan ayahnya berbeda pendapat tentang terapi penyembuhan


derita psikologis yang harus dijalaninya. Dia merasa kecewa dan
marah kepada ayahnya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

136
Tak Mudah Meyakinkan Orang Terdekat

Tak mudah memang meyakinkan orang lain tentang derita psikologis


yang kita alami. Karena derita psikologis tak seperti derita fisik yang
bisa dideteksi dengan ciri-ciri gejalanya yang jelas secara fisik.

Sebagian besar orang juga pernah mengalami sakit fisik. Jadi, saat
dijelaskan tentang suatu penyakit fisik, orang lebih mudah
memahami dan bisa membayangkan seperti apa dan bagaimana rasa
sakitnya.

Nah, kalau gangguan jiwa bagaimana kita menggambarkannya


kepada orang yang tidak memahami seperti apa gejalanya dan
bagaimana rasa sakitnya.

Jadi, tak mudah meyakinkan seseorang yang belum memahami dan


belum merasakan bagaimana sakitnya derita jiwa.

Kecewa dengan Sikap Orang Terdekat

Saya mengalami sendiri, tak mudah meyakinkan orang tua, terutama


ayah bahwa saya mengalami problem psikologis. Butuh waktu cukup
lama untuk meyakinkan beliau bahwa saya mengalami gangguan
kejiwaan.

Bahkan saat prestasi belajar saya anjlok—dari ranking 4 ke ranking


34, saat kelas 2 SMA—beliau belum sepenuhnya percaya bahwa itu
akibat tekanan psikologis. Beliau menganggap penurunan prestasi
akademis saya waktu itu karena saya terlalu banyak menghibur diri
dengan nonton TV.

Kadang saya merasa kecewa, mengapa ayah tak mau ngerti juga
bahwa saya mengalami gangguan jiwa? Mengapa ayah masih
menganggap apa yang terjadi dengan diri saya adalah hal yang biasa.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

137
Namun saya berusaha memahami, bahwa tak mudah memang
meyakinkan orang lain tentang kondisi psikologis yang kita alami.
Karena secara fisik terlihat baik-baik saja, seperti tak ada masalah.

Banyak teman-teman yang curhat mengeluhkan hal yang sama.


Mungkin sebagian besar orang yang pernah mengalami gangguan
jiwa pernah merasakan hal yang sama, orang-orang terdekat tak
memahami derita psikologis yang meraka alami.

Kadang orang-orang terdekat meraka tak mau tahu atau bahkan tak
peduli dengan masalah mereka.

Haruskah Kita Menyalahkan Orang-orang Terdekat Kita?

Kita sering terdorong untuk menyalahkan orang lain atas apa yang
terjadi pada diri kita. Mencari kambing hitam di luar diri kita atas
masalah kita.

Namun itu tak akan menyelesaikan masalah. Itu hanya akan


mengalihkan tanggung jawab penyelesaian masalah kita kepada
orang lain. Padahal kita sepenuhnya bertanggung jawab terhadap diri
kita sendiri.

Mengharap Tapi Tidak Menuntut

Memang, alangkah baiknya jika orang-orang terdekat kita bisa


memahami derita psikologis yang kita alami.

Kita butuh orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah kita.


Kita tak bisa menyelesaikan sendiri masalah kita.

Benar!

Kita membutuhkan dukungan dan bantuan orang lain untuk


mengatasi masalah kita.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

138
Tapi bukan berarti melepaskan tanggung jawab pribadi kita kepada
orang lain. Lalu menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada
diri kita.

Mengapa?

Karena kita tak bisa menuntut orang lain untuk memperlakukan kita
seperti yang kita inginkan.

Kita tak bisa mengatakan kepada seseorang, bahkan orang terdekat


kita, ―seharusnya anda begini…., seharusnya anda memperlakukan
saya seperti ini….., seharusnya anda tidak bersikap seperti itu….,
seharusnya…dan seharusnya… yang lain….‖

Kita tidak bisa memaksakan keinginan kita kepada orang lain dengan
kata ―seharusnya‖, ―semestinya‖, atau kata-kata lain yang kesannya
―menuntut‖. Karena tuntutan jika tak terpenuhi biasanya akan
melahirkan kekecewaan bahkan kemarahan.

Bagaimana agar kita tak terlalu kecewa bahkan marah kepada


seseorang karena mereka tidak bisa memahami masalah kita atau
tidak melakukan seperti yang kita inginkan?

―Ubah kata-kata tuntutan menjadi kata-kata harapan!‖

Dari pada mengatakan, ―Seharusnya anda bisa memahmi masalah


saya! Kalau tidak, saya akan sangat kecewa pada anda!‖

Lebih baik mengatakan, ―Saya berharap anda bisa memahami


masalah saya. Tapi jika anda ternyata belum bisa memahami, itu hak
anda dan saya tak bisa memaksa anda untuk itu.‖

Dari pada berpikir, ―Seharusnya orang tua saya mengerti masalah


psikologis saya dan mengobati saya seperti yang saya inginkan. Jika
tidak, saya akan sangat kecewa dan marah!‖

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

139
Lebih baik berpikir, ―Saya sangat mengharapkan orang tua mengerti
masalah psikologis saya dan mengobati saya seperti yang saya
harapkan. Jika ternyata mereka belum bisa mehami, saya bisa
mengerti. Dan saya akan terus memberi pengertian tentang masalah
psikologis saya kepada mereka.‖

Kuncinya adalah Komunikasi dengan Orang Terdekat

Kembali kepada topik tulisan ini tentang bagaimana meyakinkan


orang-orang terdekat bahwa anda mengalami probem psikologis.

Anda tak bisa memaksa mereka untuk memahami masalah anda


seperti yang anda inginkan. Butuh waktu, butuh kesabaran dan usaha
keras untuk meyakinkan mereka bahwa anda butuh pengertian,
dukungan dan bantuan mereka.

Kuncinya adalah komunikasi yang inten dan tak kenal lelah dengan
mereka. Jelaskan secara jujur, terbuka dan apa adanya tentang
masalah anda kepada meraka.

Sikapi dengan jiwa besar dan lapang dada jika ternyata mereka
belum bisa memenuhi harapan anda.

Namun, yang terpenting dari semua itu adalah, tanggung jawab


penyembuhan diri anda sepenuhnya ada di pundak anda sendiri.
Bukan tanggung jawab orang lain; orang tua, saudara, kerabat,
sahabat atau psikiater yang merawat anda.

Mereka semua hanya membantu dan mendukung anda. Anda boleh


berharap meraka membantu dan mendukung anda, tapi anda tak
bisa menuntut mereka melakukan seperti yang anda inginkan.

Sehingga, anda tak akan terlalu kecewa atau bahkan marah jika
ternyata orang-orang terdekat anda tak melakukan seperti yang anda
harapkan. Dan anda harus terus berusaha mencari solusi terbaik

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

140
untuk mengatasi masalah anda dengan atau tanpa dukungan mereka.
Karena apa pun yang terjadi pada diri anda adalah tanggung jawab
anda sepenuhnya sebagai individu.

Jangan lupa, berdo‘a dan mohon petunjuk-Nya, karena Tuhan maha


tahu apa yang terbaik untuk anda.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

141
Bagaimana Menanggapi Sikap Negatif Orang-orang
Terdekat Terhadap Gangguan Jiwa Anda?

Pada artikel sebelumnya saya sudah menjelaskan tentang


Bagaimana Meyakinkan Orang Terdekat tentang Kondisi
Psikologis yang Anda Alami.

Jika ternyata orang-orang terdekat anda belum juga bisa memahami


keadaan anda atau malah bersikap negatif, langkah apa yang
sebaiknya anda lakukan?

Tak mudah meyakinkan orang lain, bahkan orang tua dan keluarga
sendiri tentang gangguan jiwa yang kita alami, karena mereka tidak
pernah merasakannya.

Ketika pertama kali saya cerita tentang gangguan jiwa saya kepada
orang tua terutama Ayah, beliau tak percaya begitu saja. Bahkan
sampai beberapa lama Bapak menganggap sakit saya hanya
gangguan suasana hati biasa.

Butuh waktu dan kesabaran untuk meyakinkan orang-orang terdekat


tentang kondisi psikologis yang kita alami.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

142
Memahami Orang tua yang Belum Bisa Memahami Kondisi
Anda

Jika orang tua belum bisa memahami sepenuhnya keadaan anda dan
malah berpikir negatif, jangan berkecil hati apalagi sampai berpikir
negatif kepada orang tua atau keluarga.

Untuk memahami sesuatu yang tak terlihat dan tak bisa dirasakan
bukan hal yang mudah. Apalagi pehamaman orang tua, keluarga dan
masyarakat tentang gangguan jiwa masih sangat terbatas.

Coba cari alternatif lain, cari seseorang yang bisa jadi teman curhat.
Seseorang yang bisa memahami kondisi mental anda. Bisa saudara,
teman atau sahabat yang anda percaya.

Karena kita tak bisa memaksakan seseorang untuk bisa memahami


diri kita. Lebih baik kalau anda kenal dengan seseorang yang sedang
atau pernah mengalami gangguan jiwa yang sama dengan anda.

Sharing di Grup-grup Diskusi Online

Sekarang banyak grup-grup diskusi online khusus masalah gangguan


jiwa seperti skizofrenia, gangguan bipolar atau jenis gangguan jiwa
lain.

Salah satunya adalah Grup Facebook Bipolar Indonesia, Solusi


Bipolar dan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI).
Anda bisa gabung di grup ini untuk sharing pengalaman dan
pengetahuan seputar masalah gangguan kejiwaan.

Anggota grup-grup diskusi online ini terdiri dari penderita, keluarga


penderita, psikolog, psikiater, aktivis keswa dan orang-orang yang
peduli terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

143
Konsultasi dengan Psikiater

Selain dua alternatif media curhat di atas, anda juga harus konsultasi
dengan psikiater anda. Jika anda belum pernah konsultasi dengan
psikiater karena berbagai alasan, cobalah beranikan diri untuk
konsultasi. Agar anda mamahami kondisi mental anda lebih jelas dan
akurat.

Berpikir Positif Terhadap Orang-orang yang Berpikir Negatif

Lalu bagaimana sebaiknya menanggapi sikap orang tua, keluarga dan


orang-orang terdekat yang belum bisa memahami anda atau malah
berpikir negatif tentang kondisi mental anda?

Ketimbang berpikir, "Mengapa mereka tidak bisa mehami saya?


Mengapa mereka menganggap saya hanya menjadikan penyakit
sebagai alasan?

Cobalah berpikir, "Saya mengerti kalau mereka belum bisa


memahami saya, saya menerima klo mereka menganggap saya
menjadikan penyakit sebagai alasan. Tapi saya tidak seperti yang
mereka kira. Walaupun saya membutuhkan cinta dan perhatian
mereka, saya akan memikul tanggung jawab pemulihan diri saya
sendiri.‖

‖Saya akan menjadikan penyakit sebagai alasan untuk bangkit


menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat.

Walaupun saya membutuhkan uluran tangan mereka, saya tidak


terlalu mengharap dukungan mereka. Saya akan berusaha mengatasi
masalah saya dengan kemampuan yang saya miliki. Selain
membantu diri-sendiri, saya juga akan berusaha membantu orang-
orang yang mengalami kejiwaan yang sama dengan saya.‖

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

144
Tanggung Jawab Pemulihan Kondisi Jiwa Anda

Anda tak bisa terlalu mengharap dukungan dan bantuan orang lain,
termasuk orang tua atau saudara sendiri.

Berharap boleh tapi jangan jadi sebuah keharusan. Tanggung jawab


pemulihan kondisi jiwa anda sepenuhnya ada di pundak anda sendiri.

Jadikan balok sandungan sebagai batu loncatan. Jangan biarkan


gangguan jiwa membuat anda lemah, tapi harus membuat anda
menjadi pribadi yang lebih tangguh.

Jangan terlalu berharap untuk menerima, tapi berusahalah untuk


memberi. Semakin banyak memberi, anda akan semakin banyak
menerima. Teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

145
Bagaimana Caranya Agar Ikhlas Menerima Ketetapan
Tuhan?

Ada seorang teman bipolar yang bertanya, ‖Bagaimana caranya


supaya ihklas bahwa apa yang terjadi dengan kita adalah ketetapan
dari yang di atas?‖

Untuk ikhlas menerima ketetapan Tuhan, bagi manusia biasa seperti


kita memang berat. Kalaupun ikhlas, kadar keikhlasan kita mungkin
sangat tipis. Tapi kita bisa berusaha untuk menjadi orang yang ikhlas
menerima apa pun ketetapan Tuhan. Karena apa pun yang terjadi
pada kita adalah atas kehendaknya.

Saya juga tidak ikhlas ketika bipolar mendera saya. Namun, saya
berusaha memahami apa yang terjadi. Saya mencoba berpikir positif,
pasti ada maksud Tuhan yang belum saya fahami. Pasti ada hikmah
dibalik derita psikis yang saya alami.

Tuhan tidak mungkin menimpakan kemalangan atau keberuntungan


kepada hambanya tanpa hikmah dibaliknya. Saya selalu ingat pesan
seorang kyai, ―Jangan pernah berburuk sangka kepada-Nya, berbaik
sangkalah kepada-Nya.‖

Jangan berpikir, ―Saya sudah berusaha maksimal dan sudah berdo‘a


setiap saat, tapi Tuhan tidak juga mengabulkan do‘a saya, tidak juga
menyembuhkan penyakit saya, Tuhan tidak adil dan tidak sayang
pada saya.‖

Itu hanya prasangka buruk anda kepada Tuhan kerena ketidaktahuan


anda akan rencana-Nya. Kalau do‘a anda belum juga dikabulkan,
bukan berarti Tuhan tak mendengar, tapi mungkin belum saatnya
do‘a anda dikabulkan. Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk
hambanya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

146
Namun anda tak bisa hanya berdiam diri menunggu keadaan berubah.
Anda yang harus berusaha maksimal mengubah kondisi psikis anda,
dengan segala daya yang telah Tuhan berikan, dengan segala
kemampuan dan fasilitas yang anda miliki.

Yakinkan diri bahwa Tuhan akan menolong anda. Tentu saja


pertolongan Tuhan tak akan turun begitu saja dari langit, tapi harus
ada jalannya, yaitu ikhtiar anda.

Apakah ikhtiar anda sudah maksimal? Kalau belum tingkatkan


ikhtiarnya. Kalau merasa sudah maksimal, berserah diri dan
bertawakallah kepada-Nya.

Mengontrol perubahan mood memang tak mudah. Tapi anda bisa


berusaha menstabilkan mood itu secara bertahap melalui terapi dan
pengobatan. Semua terapi harus dijalankan serampak dan saling
mendukung satu sama lain.

Misalnya: anda minum obat moodstab sesuai petunjuk psikiater


secara teratur, melakukan aktifitas fisik (olah raga) rutin dan disiplin,
membaca buku-buku yang mendukung, tidak menutup diri dari
lingkungan pergaulan, lalu disaat hening anda menghadap kepada-
Nya memncurahkan isi hati dan memohon pertolongannya.

Disiplin diri yang tinggi sangat penting di sini.

Semua aktifitas itu harus anda jalani dengan tekun, sabar, disiplin
dan antusias. Dengan tujuan yang jelas dan terukur, anda ingin
merubah keadaan, memperbaiki diri dan meraih kesembuhan.

Jangan berpikir terlalu jauh atau merasa psimis, ―Sampai kapan saya
harus menjalani kondisi psikis seperti ini? Berapa lama saya bisa
sembuh?‖

Jalani saja prosesnya setahap demi setahap dan monitor hasilnya.


Syukuri jika ada perubahan positif yang anda rasakan, sekecil apa

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

147
pun itu. Tuhan berjanji jika kita mensyukuri nikamat-Nya, Tuhan akan
menambah nikmat-Nya untuk kita.

Disaat-saat tertentu mungkin anda merasa seakan berjalan ditempat


atau melangkah mundur bahkan terjatuh. Tak usah kecil hati, itu hal
yang wajar dalam perjalanan mencapai sebuah tujuan.

Jangan berhenti, bangkitlah! Teruslah melangkah dan lanjutkan


perjuangan anda! Lanjutkan hidup anda dan jangan pernah
menyerah!
Tuhan melihat usaha anda dan mendengar suara hati anda.

Semoga Tuhan menunjukan jalan terbaik dan memberi kekuatan


kepada anda.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

148
Bagaimana Membangkitkan Gairah dan Semangat
dengan Musik?

Musik atau lagu yang sesuai selera dan suasana hati, bisa membuat
rileks, membangkitkan gairah dan semangat.

Musik juga bisa membangkitkan kenangan indah masa lalu.

Anda bisa mendengarkan musik dan lagu di rumah saat santai


sepulang kerja atau saat libur akhir pekan. Anda juga bisa
mendengarkan musik secara pribadi melalui handphone di tempat
kerja, di perjalanan, di ruang tunggu, dalam antrian atau di manapun
anda sempat.

Anda suka musik?

Semua orang sepertinya menyukai musik. Hanya jenis musik yang


disukai mungkin berbeda-beda, tergantung selera masing-masing.
Tak masalah musik apa pun yang anda suka, yang penting musik itu
bisa membuat suasana hati anda positif dan bahagia.

Musik juga bisa menjadi media penghibur diri dikala anda sedang

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

149
dirundung masalah. Musik bisa mengendurkan ketegangan pikiran
dan meredakan kekalutan perasaan.

Alunan musik atau lagu bisa membuat anda rileks. Saat anda merasa
rileks dan tenang anda bisa lebih mudah menemukan solusi dari
masalah anda.

Jadi, tak ada salahnya ditengah kesibukan, anda menyempatkan


waktu untuk menghibur dan menyemangati diri dengan
mendengarkan musik favorit. Mensyukuri dan menikmati hidup
dengan rileks dan gembira.

Nah, mulai sekarang kumpulkan dan simpan dengan baik koleksi lagu
dan musik favorit anda. Suatu saat anda mungkin membutuhkannya
untuk menghibur diri, meredakan ketegangan dan membangkitkan
semangat.

Apakah cukup hanya dengan mendengarkan musik dan menghibur


diri.

Tentu saja tidak!

Musik hanya untuk membangkitkan semangat dan membuat suasana


hati positif. Setelah itu salurkan semangat dan energi positif anda
untuk melakukan hal-hal kreatif, baik di rumah, di tempat kerja atau
di mana pun anda berada.

Jika setelah mendengarkan musik, anda menjadi termotivasi dan


menemukan solusi dari masalah anda, segeralah bertindak untuk
mengatasi masalah anda dengan penuh semangat.

Terlepas dari semua masalah yang sedang anda hadapi saat ini, mari
kita syukuri dan nikmati hidup dengan penuh gairah, karena hidup
dan kehidupan merupakan anugerah Tuhan yang tak ternilai.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

150
Bagaimana Menaklukan dan Mengendalikan Jiwa
yang Liar?

“Apa yg kau kehendaki wahai jiwa? Kau ingin ke kanan kuikuti,


kau ingin ke kiri kuikuti. Tapi mengapa kau tak pernah mau
mengikuti apa yg kumau?...”

Begitulah Ana Geboy, seorang teman facebooker menulis statusnya,


suatu sore.

Sang teman menyebut statusnya sebagai renungan di sore hari.

Beberapa teman facebooker lain mengomentari dengan candaan.


Membuat status ini cukup meriah. Mereka saling melempar joke dan
ledekan yang mengundang tawa.

Seperti itulah biasaya saya dan teman-teman menanggapi status


seseorang. Meski dengan canda tawa, namun ada nilai-nilai positif
yang bisa kami petik di dalamnya.

Status ini membuat saya merenung. Saya tak bisa menahan diri
untuk memberi komentar. Karena status ini cukup serius, saya
menulis komentar yang agak serius,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

151
―Baiknya jiwa yang mengikuti kemana kita menuju. Kitalah yang
mengendalikan jiwa, bukan kita yang dikendalikan jiwa atau malah
terombang-ambing oleh jiwa...:)

Ana Geboy, membalas komentar saya,

‖Tapi kadang-kadang terlalu liar itu si jiwa sehingga sulit untuk


dikendalikan...‖

Sepakat!

Jiwa kita kadang-kadang liar dan tak bisa dikendalikan.

Lalu bagaimana caranya mengendalikan si jiwa yang kadang liar itu?

Menaklukan Jiwa yang Liar seperti Cowboy Menaklukan Kuda


Liar

Saya coba membandingkan usaha-usaha untuk mengandalikan jiwa


dengan aksi para Cowboy di arena Rodeo.

Anda mungkin pernah nonton tayangan Rodeo di televisi. Aksi para


Cowboy mengendalikan kuda liar. Menghibur sekaligus mendebarkan.

Sebagian besar Cowboy gagal menaklukan sang kuda liar. Mereka


terjatuh, terpelanting dan terlempar dari punggung kuda, bahkan ada
yang terluka.

Tapi selalu ada yang berhasil mengendalikan kuda liar itu. Setelah
ditaklukan, dikendalikan dan dilatih, si kuda bisa kita ajak kemana
saja kita mau.

Kita bisa mengajak sang kuda berlari di padang rumput atau di arena
pacuan kuda. Kita juga bisa mengajaknya berjalan, berlari, melompat

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

152
atau menari-nari di arena lomba.

Menaklukan Jiwa yang Liar seperti Jake Sully Menaklukan Si


Burung Ikran

Anda pernah nonton film “Avatar” karya sutradara ternama James


Cameron?

Dalam salah satu adegan dialog antara Neytiri (putri kepala suku
Omaticaya, bangsa Na‘vi di planet Pandora) dengan Jake Sully, sang
―pengemudi‖ Avatar, ada sesuatu yang patut direnungkan.

―Untuk menjadi seorang pemburu (penunggang burung raksasa


bernama ―Ikran‖) kamu harus menemukan dan memilih Ikranmu
sendiri,‖ kata Neytiri.

―Kapan aku bisa melakukan itu?‖ tanya Jake.

―Jika saatnya sudah tiba,‖ kata Neytiri.

Ketika saat itu tiba, Jake dan beberapa pemuda suku Omaticaya
pergi ke tempat Ikran bersarang, di puncak sebuah pegunungan.
Mereka harus mendaki pegunungan dan tebing-tebing terjal untuk
mancapai sarang Ikran. Sesampainya di sarang para Ikran, Jake
harus menemukan dan memilih Ikrannya sendiri.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

153
―Bagaimana aku bisa menemukan ikranku?‖ Tanya Jake.
―Kamu harus memilihnya dan diapun akan memilihmu,‖ jawab Neytiri.

―Bagaimana aku tahu dia memilihku?‖

―Dia akan berusaha membunuhmu.‖

―Oh, begitu!? Baiklah,‖ kata Jake.‖

Setelah menemukan Ikrannya, Jake berusaha dengan sekuat tenaga


menaklukan sang Ikran. Jake terpelanting dan terlempar dari
punggung sang ikran yang ganas dan liar. Jake hampir saja terlempar
ke dalam jurang.

Namun Jake belum mau menyerah, dia menggunakan semua daya


dan kekuatannya untuk menaklukan Ikran. Usaha keras Jake tak sia-
sia, setelah pergumulan yang melelahkan, sang Ikran bisa ditaklukan.
Satu langkah lagi yang harus Jake lakukan, membawa Ikran terbang
dan mengendalikannya.

Ini pun tidak mudah. Ikran yang belum terbiasa ditunggangi, terbang
meluncur dan meliuk-liuk tak terkendali. Jake yang berusaha
mengendalikan arah terbang sang Ikran nyaris terpental dari
punggungnya.

Akhirnya, Jake bisa mengendalikan sang Ikran untuk terbang sesuai


keinginannya. Jake bisa terbang dengan sang Ikran, menikmati
pemandangan indah angkasa raya ditemani Neytiri sang kekasih.

Daya upaya kita untuk mengendalikan jiwa yang kadang liar, ibarat
sang Cowboy menaklukan kuda liar atau Jake Sully menaklukan Ikran.

Perlu kerja keras, kesungguhan, keuletan dan semangat pantang


menyerah untuk mewujudkan sebuah keinginan. Semua itu pun
bukan jaminan keberhasilan. Tapi, setidaknya kita sudah berusaha.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

154
Anda mau melakukannya atau menyerah. Itu adalah pilihan.
Saling Berbagi untuk Mencari Solusi Terbaik
Penanganan Gangguan Bipolar

Apa yang kita lakukan selama ini belum cukup membantu ODB
(Orang Dengan Bipolar) mengatasi masalah mereka secara tuntas.

Mengapa?

Sejak beberapa tahun yang lalu saya menulis artikel tentang bipolar
di blog Curhatkita.

Beberapa orang teman juga menulis pengalaman dan pemahaman


bipolarnya di blog. Bebeberapa teman yang lain ikut memberi kritik
dan saran dengan menulis komentar.

Ada juga beberapa ODB yang curhat secara pribadi via email tentang
gangguan bipolar yang mereka alami.

Beberapa ODB dan aktivis Keswa yang memiliki pemahaman


memadai tentang bipolar berbagi pengetahuan mereka melalui blog
pribadi atau melalui situs jejaring sosial.

Usaha-usaha tersebut dilakukan oleh ODB dan orang-orang yang


peduli terhadap masalah gangguan bipolar baik secara individu
maupun dalam grup-grup diskusi.

Apa yang mereka lakukan cukup membantu memberikan


pemahaman tentang bipolar kepada ODB dan masyarakat luas.

Namun semua usaha itu belum cukup membantu ODB mengatasi


masalah mereka secara tuntas. Mengapa?

Karena semua itu masih dilakukan sendiri-sendiri atau dalam grup-

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

155
grup kecil yang belum terorganisir dan terwadahi dengan baik.

Akan lebih baik kiranya, jika kita, anda, mereka dan orang-orang
yang peduli terhadap gangguan bipolar, duduk bersama untuk
mencari solusi. Saling berbagi pengalaman, pemahaman dan
pengetahuan seputar bipolar. Lalu bersama-sama meneliti, mencari,
mengolah dan menemukan solusi terbaik untuk penanganan bipolar.

Siapa yang Harus Memulai Semua Ini?

Bukan ―Dia‖ atau ―Mereka‖!

Tapi ―Saya‖ dan ―Anda‖ yang harus memulai!

Anda mungkin berpikir, ―Saya tidak punya kapasitas untuk melakukan


semua itu. Jangankan membantu orang lain, diri saya sendiri butuh
bantuan.‖

Siapa bilang?

Anda punya pengalaman dan pemahaman yang bisa anda bagi. Itu
akan sangat bermanfaat untuk diri anda sendiri dan orang lain.

Maksudnya?

Ketika anda menceritakan pengalaman anda, orang lain bisa belajar


dari pengalaman anda. Paling tidak mereka akan merasa tidak sendiri
dalam kubangan problem psikologis. Pengalaman anda bermanfaat
untuk orang lain. Ini berarti, secara langsung atau tak langsung, anda
sudah membantu orang lain.

Lalu, apa manfaatnya untuk diri anda sendiri?

Saat anda bisa berbuat sesuatu untuk orang lain, anda akan
merasakan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan yang anda rasakan
akan membuat jiwa anda lebih sehat dan positif.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

156
Ketika anda menuliskan pengalaman psikologis, anda membuka
memori pikiran anda, mencari dan menggali cerita masa lalu anda.
Lalu anda merangkai cerita-cerita itu menjadi sebaris kalimat, satu
paragraf dan satu halaman cerita.

Satu, dua, tiga halaman demi halaman cerita itu anda tulis. Jadilah
sebuah rangkaian cerita tentang diri anda. Lalu anda membacanya
dengan seksama, mengoreksi dan menghapus kata yang salah dan
menggantinya dengan kata yang lebih tepat. Anda membacanya lagi,
lagi dan lagi.

Anda melihat diri anda dalam cerita itu. Anda mulai memahami
problem psikologis anda. memahami gejalanya, penyebabnya dan
langkah-langkah untuk mengatasinya.

Itu hanya beberapa manfaat saja jika anda mau berbagi pengalaman
dan pemahaman psikologis anda dengan orang lain. Banyak manfaat
lain yang bisa anda dan orang lain peroleh dari kesediaan untuk
saling berbagi.

Berbagi untuk Mencari Solusi

Jika saya, anda dan orang-orang yang mengalami problem psikologis


bersedia saling berbagi sesuai kapasitas pemahaman masing-masing,
alangkah besarnya manfaat yang bisa kita peroleh.

Setelah saling berbagi dan saling belajar dari pengalaman pribadi dan
orang lain, apa lagi yang bisa kita lakukan bersama?

Dari pengalaman masing-masing dalam mengatasi gangguan bipolar,


kita bersama-sama bisa mengidentifikasi dan mendata jenis terapi
apa yang paling cocok untuk tiap-tiap ODB.

Pengalaman terapi itu kita pelajari dan kita olah untuk menentukan
jenis terapi terbaik dan paling cocok untuk beberapa tipe gangguan.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

157
Selanjutnya mencoba menerapkan metode terapi tersebut kepada
bebarapa ODB. Kita monitor pengaruh dan hasilnya dalam jangka
waktu tertentu.

Dari hasil uji coba dan penelitian tersebut nanti bisa ditemukan jenis
terapi paling cocok (walaupun mungkin bukan yang terbaik) untuk
beberapa orang dengan tipe gangguan yang berbeda.

Inilah salah satu kontribusi yang bisa kita berikan untuk mencari
solusi terbaik penanganan gangguan bipolar.

Apakah hanya sampai di situ usaha kita bersama? Tentu tidak!

Usaha-usaha ini akan terus dilanjutkan dan dikembangkan secara


berkesinambungan sampai suatu saat ditemukan solusi terbaik untuk
mengatasi gangguan bipolar secara menyeluruh dan tuntas.

Anda Bisa Menjadi Bagian dari Upaya-Upaya Ini

Apakah anda sekalian tertarik untuk menjadi bagian dari upaya-


upaya bersama untuk mencari solusi terbaik penanganan gangguan
bipolar?

Jika ya, saya mangundang anda untuk memulai langkah-langkah ini.


Anda bisa mengirimkan catatan pengalaman bipolar anda atau
pengalaman orang-orang terdekat anda ke email :
sivalintar@yahoo.com.

Cerita pengalaman bipolar dan informasi tentang bipolar yang anda


kirim akan diolah dan diedit seperlunya, selanjutnya akan diposting di
blog Solusibipolar.com, di share di facebook, twitter, Google+ dan
LinkdIn.

Jika anda tertarik untuk berdikusi, bertukar pikiran, pengalaman dan


pengetahuan seputar gangguan bipolar silakan gabung di grup

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

158
facebook Solusi Bipolar.

Saya mengundang anda sekalian untuk memulai langkah-langkah


mencari solusi terbaik penanganan gangguan bipolar.

Sekarang juga, mari kita bersama-sama memulai langkah pertama.


Mari kita mulai dari diri-sendiri dan orang-orang terdekat.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

159
Sepak Bola dan Pemulihan Kondisi Psikologis

Inspirasi dari Laga Timnas Sepak Bola Indonesia

Apakah anda salah seorang penggemar fanatik timnas sepak bola


Indonesia?

Sebelumnya, saya lebih suka menonton pertandingan tim-tim papan


atas Eropa seperti Mencester United, Arsenal, Real Madrid dan tim-
tim lainnya ketimbang menonton pertandingan tim Indonesia.

Namun melihat sepak terjang timnas Indonesia di piala AFF beberapa


waktu yang lalu. Saya sangat antusias menonton tim Indonesia
bertanding di laga tersebut.

―Lha, kok malah bicara soal sepak bola, gimana ini?‖

―Tenang, jangan salah tafsir dulu, apa lagi berpikir negatif..he..he..

Saya hanya ingin menjelaskan, inspirasi apa yang bisa dipetik dari
aksi-aksi memukau tim kebanggaan negeri di lapangan hijau. Dan
apa kaitan antara sepak bola dengan pemulihan kondisi psikologis.

―Oh, gitu ya.‖

―Ya iya lah…. Jadi silakan baca tulisan ini sampai selesai, biar nggak
salah tafsir :)‖

Saya sudah membahas di blog dan buku tentang apa dan bagaimana
pengaruh aktifitas fisik seperti bermain sepak bola terhadap
pemulihan problem psikologis.

Jika anda menyaksikan beberapa pertandingan sepak bola antara tim

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

160
Indonesia dengan lawan-lawanya beberapa waktu yang lalu, anda
bisa lebih jelas memahami apa yang saya maksud.
Ekspresi Di Arena Pertandingan

Anda bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi kegembiraan dan


kepuasan seorang pemain setelah menjebol gawang lawan.
Bagaimana ekspresi kekecewaan seorang pemain yang tendangannya
melenceng disamping gawang atau membentur mistar gawang.

Anda juga bisa melihat bagaimana ekspresi kemarahan seorang


pemain karena di tekling pemain lawan. Bagaimana rekan-rekan
setimnya berusaha meredakan kemarahan sang pemain.

Ekspresi-ekspresi kegembiraan, kepuasan, kekecewaan, kemarahan


bisa terlihat jelas di arena pertandingan.

Beragam cara dan gaya para pemain dalam meekspresikan


kegembiraan setelah mencetak gol ke gawang lawan. Ada yang
berteriak sambil mengepalkan tangan. Ada yang berlari ke pinggir
lapangan sambil mengacungkan jari telunjuk. Ada yang berlari sambil
membuka kostumnya. Ada juga yang mengoyang-goyangkan
pinggulnya. Dan banyak lagi gaya pemain mengekspresikan
emosinya.

Di arena pertandingan, seorang pemain bisa dengan leluasa


meluapkan emosinya dengan gaya dan caranya masing-masing.

Coba anda perhatikan ekspresi beberapa pemain timnas Indonesia


saat laga final kedua Piala AFF 2010 di Stadion Gelora Bung Karno,
Jakarta Pusat, Rabu (29/12/2010) di bawah ini :

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

161
Ekspresi kekesalan Irfan Bachdim di laga final
Piala AFF. [Photo: AFP Photo/Bay Ismoyo]

Ekspresi kekecewaan para pemain Indonesia atas keggagalan


meraih gelar juara Piala AFF 2010. [Photo: Antara/Prastyo Utomo]

Anda bisa lebih merasakan luapan emosi kegembiraan, kepuasan,


kekesalan atau kekecewaan para pemain jika anda menonton
pertandingannya di layar kaca atau langsung di stadion.

Kekecewaan atas kegagalan Indonesia meraih Piala AFF 2010

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

162
terpancar jelas dari wajah-wajah para pemain, jajaran manajer, dan
pengurus PSSI.

Raut wajah mengungkap sejuta rasa meskipun kebisuan mengunci


para pemain saat berjalan menyusuri lorong penghubung antara
lapangan dan ruang ganti. Pemain berjalan lesu dengan wajah
murung menuju ruang ganti.

Firman, yang biasanya ramah, wajahnya terlihat tegang. Manajer


Timnas Andi Darussalam Tabussala, yang biasanya ceria dan sering
melontarkan guyonan kepada wartawan, berjalan lesu. Wajahnya
terlihat gundah. Demikian harian KOMPAS menulis (29/12/2010).

Saya hanya ingin memperjelas tentang bagaimana pengaruh positif


aktifitas olah raga terhadap pemulihan kondisi psikologis seseorang.

Dari pengalaman dan pengamatan saya, aktifitas olahraga


berpengaruh positif terhadap setidaknya tiga aspek, yaitu aspek fisik,
mental dan sosial. Tentang hal ini sudah saya jelaskan pada bagian
lsebelumnya.

Aktifitas olahraga yang saya lakukan dengan senang hati dan penuh
gairah, tanpa saya sadari ternyata berpengaruh besar terhadap
proses pemulihan kondisi psikologis saya.

Jadi, jika anda punya hobi olah raga seperti sepak bola, bola voli,
bola basket atau jenis olah raga lainnya yang sudah tidak anda
lakukan lagi, mengapa anda tidak mulai aktif melakukannya lagi?

Atau jika masih menjalaninya sampai saat ini, mengapa anda tidak
melakukannya dengan lebih intensif dan teratur? Toh, semua aktifitas
itu tidak butuh biaya besar. Hanya butuh kemauan dan disiplin dalam
menjalaninya.

Selanjutnya, lihat, pelajari dan rasakan hasilnya. Bagaimana


pengaruhnya terhadap kondisi psikologis anda?

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

163
Jangan Takut untuk Mencintai, Seseorang sedang
Menunggu Kedatangan Anda

Kondisi mental yang labil, bukan alasan untuk menunda


sebuah hubungan.

Hidup bahagia dengan orang-orang yang dicintai adalah harapan


semua orang, termasuk anda dan saya tentunya. Namun, untuk
mewujudkan harapan itu butuh ketekunan, kesabaran, kegigihan,
pengendalian ego, sikap lapang dada dan kemampuan mengelola
konflik.

Saling Memahami dan Saling Menerima Kekurangan

Proses untuk saling memahami antara dua orang yang berbeda


karakter dan latar belakang, merupakan proses tanpa akhir.

Ketika saya baru pulih dari gangguan bipolar, saya suka merasa
psimis dan khawatir, dengan kondisi mental yang masih labil, bisakah
saya menjalin hubungan dengan seseorang? Bagaimana jika nanti
setelah menikah dan punya anak, saya mengalami gangguan jiwa?
Bisakah nanti saya mengatasinya?

Namun, setelah saya jalani, kekhawatiran itu ternyata berlebihan.


Tidak seburuk seperti yang saya bayangkan. Segalanya berjalan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

164
alami saja, mengalir seperti air yang mengikuti alurnya.

Kalaupun ada percikan-percikan masalah, itu masih bisa diatasi


bersama. Kami berusaha saling terbuka, saling memahami dan saling
menerima kekurangan masing-masing.

Tentu saja tak ada gading yang tak retak. Masalah akan selalu ada.
Namun jika disikapi dengan positif, masalah bisa menjadi media
pembelajaran dan perbaikan diri.

Saat pacaran, sesudah menikah sampai punya anak, kami sering


berbeda pendapat. Kami juga pernah terlibat pertengkaran. Setiap
keluarga pasti pernah mengalami perselisihan atau pertengkaran. Itu
sesuatu yang wajar dan manusiawi, selama dalam batas-batas yang
bisa ditolerir.

Saat marah, kita atau pasangan kita kadang mengatakan kejujuran.


Dari sana kita bisa introspeksi diri masing-masing. Tak jarang setelah
berselisih pendapat atau bertengkar, kami saling meledek hal-hal
yang kami pertengkarkan dan akhirnya saling menertawakan satu
sama lain.

Kami sadar, semua itu adalah proses yang harus dilalui selama kami
menjalani hubungan dan mengarungi bahtera rumah tangga.

Apa pun yang terjadi di perjalanan, kami berusaha mengatasinya


bersama dan tetap fokus pada tujuan kami, membangun keluarga
yang harmonis, bahagia dan sejahtera.

Proses untuk saling memahami ternyata tak sesederhana teorinya.


Kadang saya tak faham apa yang diinginkan istri. Kadang saya juga
keliru menafsirkan keinginannya.

―Papah gak ngerti juga sih, aku tuh inginya gini, bukan gitu,‖ kata
istri suatu waktu.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

165
―Mamah gak ngomong, gimana papah bisa ngerti?‖

―Masa sih yang kayak gitu aja papah gak ngerti.‖

Ada saat ketika pasangan kita ingin dimengerti tanpa dia harus
mengatakannya. Kadang hanya dengan bahasa tubuh atau bahasa
isyarat. Di sinilah perlu kepekaan untuk bersusaha memahami
keinginannya.

Jangan Berpikir untuk Mengubah Pasangan Anda

Saya pernah membaca sebuah pesan dalam sebuah artikel. Pesan


yang saya baca saat saya masih pacaran ini, masih saya ingat sampai
sekarang. Pesannya begini, ―Jangan pernah berpikir untuk mengubah
karakter pasangan anda, karena anda tak akan bisa mengubahnya.‖

Awalnya saya tidak yakin dengan pesan ini. Masak sih saya tak bisa
mengubah karakter pasangan saya. Setelah saya menikah dan
menjalani kehidupan rumah tangga, saya baru percaya kebenaran
pesan ini.

Sebenarnya masyarakat Sunda (Jawa Barat) punya peribahasa yang


sangat populer yang maknanya hampir sama dengan pesan di atas.
―Adat kakurung ku iga (karakter terkurung tulang iga)‖ artinya,
sangat sulit merubah karakter seseorang. Yang bisa kita lakukan
hanyalah berusaha memahami dan saling menyesuaikan diri dengan
karakter masing-masing.

Kunci untuk saling memahami adalah komunikasi yang inten dari


waktu ke waktu. Saling terbuka untuk menyampaikan harapan,
keinginan dan keluhan masing-masing.

Dari sana akan tumbuh rasa saling memahami dan saling pengertian.
Menerima kelemahan dan kekurangan masing-masing dengan tulus.
Tidak menuntut sesuatu yang akan memberatkan pasangan. Lalu
berusaha melakukan yang terbaik untuk pasangan. Saling memahami,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

166
saling menerima dan saling memberi.

Atasi Kekhawatiran yang Berlebihan

Bukan hanya saya, ternyata banyak juga teman-teman yang


mencemaskan kondisi psikologisnya dan menahan diri untuk menjalin
hubungan dengan seeorang. Saya bisa memahami apa yang mereka
khawatirkan. Itu hal yang wajar.

Namun, kekhawatiran itu sebenarnnya berlebihan. Kekhawatiran itu


tak seburuk kenyataannya. Beberapa orang teman yang pernah
curhat di blog ini membuktikan hal itu.

Salah satunya diceritakan dengan sangat menyentuh oleh Sati (nama


samaran), perempuan luar biasa yang dengan sadar berkomitmen
untuk menjalin hubungan serius dengan pria ODS (Orang Dengan
Skizofrenia).

Mereka berdua akhirnya menikah dan hidup bahagia. Berikut salah


satu penggalan curhatnya di blog Curhatkita berjudul ―Hidup Bersama
ODS Membuat Hidupku Lebih Berwarna‖.

Sati, mengutif pertanyaan kekasihnya :

―Yakinkah aku untuk menikah dengannya, tidakkah aku takut,


bagaimana jika suatu saat ia tidak mampu mancari nafkah,
bagaimana jika ia harus minum obat seumur hidupnya, apakah aku
sanggup mendampinginya seumur hidup, ataukah dia hanya pantas
menikah dengan seorang ODMK (orang dengan masalah kejiwaan)
juga?‖

Apa jawaban Sati?

"Allah itu adil Mas, Dia mempertemukan kita, mungkin sudah takdir
seperti itu. Siapapun di dunia ini, punya hak yang sama untuk
mencintai dan dicintai, juga berhak untuk mendapat kebahagiaan,

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

167
termasuk kita. Soal rejeki, Allah udah atur, ga akan ketuker yang
penting kita berusaha semampu kita."

Teman Berbagi, Pemberi Dukungan dan Dorongan Semangat

Kadang kita terlalu khawatir, pasangan dan keluarga (istri/suami dan


anak) menjadi tanggung jawab yang akan membebani hidup kita.
Kita berpikir bahwa pada saat tertentu mereka akan menambah
beban mental bagi kita. Dan disaat kondisi mental kita sedang labil
kita berpikir mereka akan menambah tekanan.

Pemikiran tersebut memang tidak sepenuhnya keliru. Tapi, terlalu


memposisikan pasangan atau keluarga hanya sebagai beban, rasanya
tidak adil.

Di satu sisi memang mereka menjadi beban tanggung jawab kita.


Tapi di sisi lain, meraka merupakan teman berbagi yang bisa
meringankan beban psikologis kita. Mereka bisa menghibur, memberi
dukungan dan dorongan semangat untuk kita.

Mereka adalah orang-orang terdekat kita yang bisa lebih memahami


kita dibanding orang lain. Mereka orang-orang yang mau menerima
diri kita apa adanya. Termasuk saat kita sedang tertekan, bahkan
saat kita sedang terpuruk sekalipun.

Jadikan Kondisi Mental sebagai Motivasi untuk Memperbaiki


Diri

Jadi, menurut saya kondisi mental yang belum stabil bukan alasan
untuk menunda sebuah hubungan.

Sebaliknya kondisi itu seharusnya menjadi pemacu semangat dan


motivasi untuk memperbaiki diri dalam menjalani sebuah hubungan
yang penuh warna, nilai dan makna dengan orang yang anda cintai.
Jangan cemas atau ragu, jadilah diri-sendiri. Sampaikan isi hati
kepada orang yang anda cintai dengan penuh percaya diri. Jangan

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

168
menunggu segalanya sempurna. Karena anda akan terus menunggu
dan tak akan pernah memulai.

Lakukanlah apa yang ingin anda lakukan dengan penuh keyakinan.


Perbaiki jika ada kesalahan.

Jangan lupa berdo‘a memohon petunjuk-Nya, agar Tuhan


memberikan yang terbaik untuk anda.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

169
Jika Orang yang Anda Cintai Mengalami Gangguan
Mental

Apa yang Sebaiknya Anda Lakukan?

Beberapa orang yang curhat via email, sharing tentang gangguan


mental yang dialami orang-orang terdekat yang dicintainya (istri,
suami, anak, adik, kakak atau sahabat).

Beberapa orang diantaranya cukup memahami gangguan kejiwaan


yang dialami orang-orang terdekatnya. Mereka berusaha menyikapi
dan mengambil tindakan untuk membantu si penderita mengatasi
masalah kejiwaannya sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan
mereka.

Sebagian yang lainnya kebingungan bagaimana harus bersikap dan


bertindak karena kurang memahami problem psikologis yang dialami
orang terdekatnya.

Berikut saya mencoba sharing, bagaimana sebaiknya menyikapi dan


membantu si penderita mengatasi masalah psikoligisnya, paling tidak
membantu meringankan beban mentalnya.

Beberapa hal yang akan saya sharing ini dilihat dari sudut pandang si
penderita, sesuai dengan pengalaman saya sebagai penderita. Apa
sebenarnya yang diharapkan si penderita dari orang-orang

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

170
terdekatnya.

Saya akan mengambil satu contoh kasus gangguan bipolar yang


diderita oleh seorang istri. Bagaiaman sebaiknya sikap dan tindakan
seorang suami jika mengetahui istrinya mengalami gangguan bipolar.

Jika Istri Mengalami Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar termasuk kategori gangguan jiwa berat. Kondisi


paling berat terasa pada saat fase depresi datang menggantikan
manik yang penuh semangat dan meluap-luap.

Yang saya rasakan saat depresi datang, jiwa seakan lumpuh tak
berdaya, pikiran kacau tak menentu dan perasaan sangat sensitif.
Kondisi ini bukan hanya membuat si penderita tersiksa secara psikis
dan fisik, orang-orang terdekatnya juga akan merasakan imbasnya.
Karena itu, dukungan, pengertian dan kasih sayang orang-orang
terdekat sangatlah berarti bagi si penderita.

Dukungan, perhatian dan dorongan semangat anda untuk sang istri


akan sangat berarti bagi proses penyembuhannya.

Tunjukan padanya bahwa anda memahami apa yang dirasakannya.


Tunjukan bahwa anda menerima kondisi dia apa adanya. Kalau bisa
kurangi beban fisik dan psikisnya. Misalnya coba anda ambil alih
beberapa pekerjaan rumah yang biasa dilakukannya.

Beri dia lebih banyak waktu untuk rileks dan istirahat. Jauhkan dia
dari masalah-masalah yang akan membebani pikirannya.

Saat depresi datang dia membutuhkan perhatian dan kasih sayang


lebih dari anda. Semakin berat memang tugas anda. Tapi kalau bukan
anda siapa lagi yang akan membantunya. Dukungan anda akan
sangat bararti baginya. Jangan biarkan dia merasa sendiri
menanggung beban berat penderitaan batinya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

171
Bagaimana dengan penggunaan obat-obat anti depresan?

Penderita bipolar pada tingkat tertentu memang membutuhkan


penggunaan beberapa jenis obat-obatan penyetabil mood.
Penggunaan obat harus sesuai petunjuk psikiater. Selanjutnya
penggunaan modstab bisa dikurangi secara bertahap, bahkan
dihentikan sesuai kondisi psikologis si penderita.

Selama menderita bipolar saya memang tidak pernah konsultasi


langsung dengan psikolog atau psikiater.

Saya juga tidak pernah menggunakan obat-obat anti depresan. Saya


hanya mengandalkan terapi fisik, psikis, sosial dan spiritual sesuai
pengetahuan yang saya dapat dari artikel-artikel yang saya baca di
buku, majalah atau surat kabar.

Dari pengalaman saya, ada dua hal yang mampu membantu proses
pemulihan bipolar saya yaitu :

Pertama, berkurangnya beban mental.


Setelah lulus SMA, pikiran saya tak lagi dibebani tugas-tugas belajar
dan kegiatan sekolah. Jadi, lebih banyak waktu untuk santai dan
menenangkan diri. Lebih banyak waktu untuk menghibur diri dengan
nonton tv atau mendengarkan musik favorit. Dengan demikian
kondisi psikis saya lebih rileks.

Kedua, peningkatan aktifitas fisik.


Semenjak keluar sekolah, siang hari saya lebih banyak menghabiskan
waktu di kebun atau sawah, membantu pekerjaan orang tua. Selain
itu saya juga lebih banyak melakukan kegiatan olah raga pada pagi
dan sore hari.

Saya juga berharap anda bisa mendorong sang istri melakukan dua
hal tersebut untuk mempercepat proses Aktifitas olah raga harus
disesuaikan dengan kondisi fisik sang istri. Tidak harus aktifitas fisik
yang berat, yang ringan-ringan dan menyenangkan. Yang terpenting

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

172
dilakukan dengan konsisten dan disiplin.

Usahakan memilih aktifitas fisik yang melibatkan beberapa atau


banyak orang sehingga ada interaksi sosial di sana.

Aktifitas-aktifitas fisik lebih efektif dilakukan saat dia dalam kondisi


manik, karena dalam kondisi depresi, seperti yang saya jelaskan di
atas, si penderita seakan tak berdaya scara fisik maupun psikis.

Proses penyembuhan bipolar memang butuh waktu, tapi anda bisa


memonitor perkembanganya, ada perubahan positif atau tidak?
Perubahan positif bisa dilihat dari lamanya pergantian siklus antara
fase manik dan depresi.

Yang saya rasakan saat menuju proses penyembuhan, fase manik


semakin lama dan sebaliknya fase depresi semakin singkat.

Misalnya: jika biasanya 2 minggu depresi dan 2 minggu manik,


berubah menjadi 1 minggu depresi 2 minggu manik. Siklus
berikutnya 1 minggu depresi 3 minggu manik dan seterusnya sampai
kondisi depresi tidak dirasakan lagi dan kondisi manik menjadi
kondisi normal.

Anda dan sang istri bisa bersama-sama memonitornya, catat tanggal


dan harinya kalau perlu.

Satu hal lagi, jangan lupa lebih mendekatkan diri dan berdo‘a
memohon kesembuhan kepada-Nya untuk orang yang anda cintai.
Karena, hanya kepada-Nyalah kita bergantung, berserah diri,
memohon petunjuk dan pertolongan.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

173
Inspirasi dari Tony Christiansen untuk Orang Dengan
Bipolar

Tony Christiansen, Pria tanpa kaki yang luar biasa.

Tapi, dia tak mengeluhkan kekurangan fisiknya. Dia bangkit! Fokus


untuk melatih bagian tubuhnya yang lain agar bisa melakukan
aktifitas seperti orang-orang normal.

Keterampilan fisiknya bahkan melampaui keterampilan fisik orang-


orang yang normal.

Walaupun tanpa kaki, dia jago renang dan menjadi petugas penjaga
pantai. Jago karete penyandang sabuk hitam. Dia mahir mengendarai
mobil di arena balap, menerbangkan pesawat dan mendaki gunung.
Dia juga menjadi motivator dan pembicara publik kelas dunia.
Dan banyak keahlian lain yang dia kuasai melebihi kemampuan orang
bertubuh normal. Luar biasa!

Anda bisa mengenal lebih dekat Tony di web pribadinya


http://tonychristiansen.com.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

174
Keterbatasan Fisik Menjadi Motivasi untuk Berprestasi

Inspirasi dan pelajaran apa yang bisa kita petik dari seorang Tony
Christiansen, terutama untuk ODB?

Tony, tidak fokus pada apa yang tak dia miliki (kedua kakinya), tapi
dia fokus pada apa yang dia miliki. Dia gali dan kembangkan potensi
yang dia miliki sampai batas maksimal.

Keterbatasan fisik tak menghalanginya untuk mengasah dan


mengembangkan potensi dirinya. Sebaliknya malah mendorongnya
untuk meraih prestasi tinggi dalam berbagai bidang.

Lebih Fokus Mengembangkan Potensi Diri

Seperti kita tahu, salah satu kemungkinan penyebab gangguan


bipolar adalah ketidakseimbangan bio kimiawi dalam otak. Ada
masalah di satu titik bagian otak ODB. Berarti bagian yang lain dari
otak ODB bekerja normal dan tak bermasalah.

Selama ini sepertinya ODB terlalu fokus pada satu titik di bagian
otaknya yang bermasalah. Dan mengabaikan bagian lain dari otaknya
yang normal.

Sekarang, coba anda lebih fokus memaksimalkan kemampuan bagian


otak yang tak bermasalah untuk melakukan hal-hal positif dan kreatif.
Ini tidak berarti mengabaikan bagian otak yang bermasalah.
Sambil anda berusaha mengatasi satu titik bagian otak yang
bermasalah, anda fokus untuk lebih memberdayakan bagian otak
yang tak bermasalah.

Seperti Tony, pria tanpa kaki, jangan biarkan kelemahan fisik atau
psikis menghalangi ODB untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Jadikan kelemahan diri sebagai motivasi untuk melakukan sesuatu
yang luar biasa dalam kehidupan anda.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

175
Bukan tak mungkin ODB bisa melakukan sesuatu yang melampaui
kemampuan orang-orang yang normal. Sangat mungkin ODB dengan
kemampuannya bisa menghasilkan karya kreatif bernilai tinggi.

Sisi Positif dari Dua Kutub Suasana Hati

ODB, mengalami dua kutub suasana hati yang ekstrem antara fase
manik/hypomanik dan depresi.

Selama ini, mungkin anda terlalu fokus pada hal-hal negatif dari dua
fase perubahan mood tersebut. Padahal ada hal-hal positif dari kedua
kutub suasana hati itu.

Saat manik, ODB mengalami perasaan melambung dan luapan


semangat melebihi batas normal. Mengapa anda tidak berusaha fokus
pada hal-hal positif dari fase manik ini? Misalnya, melakukan
aktifitas-aktifitas kreatif yang bisa menghasilkan sebuah karya
bernilai tinggi, seperti menulis, melukis, memahat dan yang lainnya.

Saat fase manik datang, saya suka menyalurkan luapan emosi dan
energi kreatif dengan melukis atau membuat patung. Dalam kondisi
manik, saya bisa sangat semangat, imajinatif dan fokus ketika
membuat sebuah karya lukis atau patung. Sehingga saya bisa
membuat sebuah lukisan atau patung yang cukup bagus (untuk
ukuran saya).

Ada kebahagiaan, kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri ketika


berhasil membuat sebuah lukisan atau patung. Kebahagiaan dan
kebanggaan diri tersebut bisa meningkatkan rasa percaya diri.

Kebahagiaan, kebanggaan, kepuasan batin dan meningkatnya


kepercayaan diri pada akhirnya bisa membuat suasana hati yang
positif bagi ODB. Ini berarti, aktifitas positif dan kreatif saat fase
manik, menjadi terapi yang bisa membantu pemulihan kondisi
psikologis ODB.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

176
Blogging Sebagai Alternatif Terapi Psikis

Bagiku ngeblog dan surfing di internet bukan sekedar iseng atau ikut-
ikutan tren, tapi ada tujuan yang jelas dan pasti.

Awalnya tujuanku menjelajah dunia maya adalah untuk mencari


informasi dan menambah wawasan. Setelah itu muncul keinginan
untuk berbagi pengalaman, informasi dan pengetahuan secara online
dengan orang-orang di belahan dunia lain.

Maka mulailah aku belajar membuat email dan website. Seiring


berjalannya waktu, ternyata aku mendapat banyak manfaat dari
aktifitas online ini. Email, website dan blog, aku jadikan sebagai
media sharing, tempat mencurahkan segala isi hati dan uneg-uneg
yang sebelumnya aku pendam.

Curhat online ternyata membuat pikiran dan perasaanku terasa lebih


ringan, jernih dan tenang. Selain itu aku juga merasa ada kepuasan
batin dari aktifitas online ini. Dan yang terpenting, aku sangat
menyukainya.

Menulis yang merupakan bagian tak terpisahkan dari aktifitas di


dunia maya ini, ternyata bisa menjadi semacam terapi penyembuhan
dan pemulihan kondisi psikologis. Dengan menulis, perlahan-lahan
aku bisa menata pikiran dan perasaanku yang sebelumnya agak
kacau, sensitif, labil dan emosional, menjadi lebih tenang, jernih,
stabil dan rasional.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

177
Menulis menjadi semacam aktifitas olah pikir dan rasa, dimana saat
menulis pengalamanku sendiri atau menulis tema tertentu, pikiran
dan perasaanku dibuat fokus untuk menganalisa, mengolah dan
memahami suatu masalah atau topik tertentu.

Saat menulis pengalaman pribadi, aku seperti membuka dan


menjelajahi memori pikiranku untuk melihat, merasakan,
menganalisa, mengolah dan memahami suatu peristiwa atau kejadian
yang pernah aku alami di masa lalu. Aku seperti keluar dari tubuhku
dan mengamatinya dari luar.

Setelah itu aku berusaha menyusun dan menuangkannya kata demi


kata, kalimat demi kalimat sampai akhirnya menjadi sebuah
rangkaian cerita. Cerita masa laluku, cerita tentang kehidupanku,
cerita tentang diriku sendiri.

Dari halaman demi halaman cerita itu, aku mulai bisa lebih
memahami tentang diriku sendiri. Aku bisa memahami kelebihan dan
kekuranganku, memahami karakter dan kepribadianku, lalu
memahami masalah-masalah yang sebelumnya menjerat dan
membebani pikiranku.

Setelah memahami, aku mulai bisa menerima diri apa adanya.


Menerima segala kelebihan dan kekurangan diri. Setelah itu aku
mulai bisa memahami apa saja penyebab problem-problem psikologis
yang selama bertahun-tahun menjadi mimpi buruk bagiku. Mimpi
buruk yang sudah merenggut kebahagiaan masa remajaku, bahkan
nyaris merenggut akal sehatku.

Aktifitas menulis, tanpa aku sadari telah menjadi terapi


penyembuhan dan pemulihan derita jiwaku.

Kondisi jiwaku yang waktu itu sedang dalam proses pemulihan dan
penyembuhan, perlahan tapi pasti kurasakan semakin stabil. Bahkan
aku merasakan ada percepatan dalam proses penyembuhan jiwaku.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

178
Sejak aktifitas menulis di dunia maya aku jalani dengan konsisten,
walaupun tekanan-tekanan mental kadang datang menghampiri, atas
berkat rahmat Tuhan, aku bisa mengendalikan dan mengatasinya
dengan mantap.

Aktifitas online yang aku jalani ternyata mendapat respon positif dari
para netter yang mengunjungi website dan blogku. Mereka
menghargai karyaku, tulisan-tulisanku yang sederhana. Semua itu
membuatku merasa bangga dan bahagia. Aku merasa karyaku diakui
dan bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Bukan aku gila penghargaan atau pengakuan, tapi kebanggaan itu


melahirkan kepuasan batin, kepercayaan diri dan kebahagiaan. Saat
seseorang mengakui bahwa dirinya merasa terinspirasi dan terbantu
setelah membaca kisah pengalaman dan tulisan-tulisanku, aku
merasakan kepuasan batin dan kebahagiaan yang tak bisa
digambarkan dengan kata-kata.

Aku puas dan bangga karena dengan segala keterbatasanku, aku


masih bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain,
sekecil apa pun nilainya.

Kepuasan batin dan kebahagiaan dari aktifitas-aktifitas online inilah


yang mungkin telah menjadi salah satu terapi cukup ampuh dalam
proses pemulihan dan penyembuhan derita jiwaku disamping terapi
lainnya yang aku jalani.

Teman-teman sekalian, dari pengalamanku menjalani aktifitas


blogging ini, aku menyarankan anda terutama yang sedang menjalani
terapi dan proses penyembuhan dan pemulihan kondisi psikologis,
sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk membuat dan
mengelola blog sebagai media ekspresi, komunikasi, sosialisasi dan
aktualisasi diri secara online.

Selain blog, anda bisa aktif di situs jejaring sosial seperti facebook
dan twitter yang sekarang sudah sangat populer. Di kedua situs

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

179
pertamanan ini anda cukup menulis status, komentar atau diskusi
dengan kalimat-kalimat singkat. Sedangkan di blog anda harus
menulis artikel minimal satu halaman secara rutin.

Saat ini blog dan media sosial bukan sekedar tempat curhat atau
diary online, tapi sudah menjadi media ekspresi, komunikasi dan
sosialisasi bagi pemiliknya.

Mungkin diantara anda sekalian ada yang berpikir, ―Ah, saya nggak
biasa nulis…..‖ atau ―Tulisan saya jelek, malu jika nanti dibaca
orang!‖

Semua itu bukan alasan untuk tidak menulis. Tulisan hanya media
untuk menyampaikan ide, gagasan dan pemikiran-pemikiran kita.
Yang terpenting, apa yang akan kita sampaikan bernilai dan
bermanfaat untuk orang lain, tak masalah dengan tulisan sebagai
medianya.

Beberapa orang sukses dan ternama, saya perhatikan tulisannya


(ejaan dan tata bahasanya) tak bagus-bagus amat, bahkan biasa
saja, tapi ide dan pemikiran yang mereka sampaikan mampu
menginsfirasi orang untuk bertindak dan berubah menjadi lebih baik.

Jadi, jangan memikirkan hal-hal kecil yang akan menghalangi anda


untuk menulis. Mulailah menulis, pikirkanlah hal-hal besar dan luar
biasa yang akan anda sampaikan, yang bukan tak mungkin akan
menginpirasi banyak orang untuk bertindak.

Nah, teman-teman, mari kita jalani aktifitas online dengan sepenuh


hati untuk kebahagiaan kita. Dan selanjutnya mudah-mudahan bisa
menularkan kebahagiaan kepada orang lain.

Image by : mishbahulmunir.wordpress.com

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

180
Bagaimana Saya Bisa Pulih dari Bipolar?

Di buku psikomemoar, sudah saya jelaskan secara detail pengalaman


psikis saya selama menderita gangguan bipolar.

Termasuk penjelasan tentang apa dan bagaimana usaha-usaha saya


melepaskan diri dari belenggu bipolar.

Namun, mungkin ada diantara anda sekalian yang masih bertanya-


tanya penuh keraguan, bagaimana mungkin saya bisa pulih dari
gangguan bipolar tanpa konsultasi dengan psikiater, bahkan tanpa
pernah menggunakan obat-obatan sama sekali.

Padahal menurut beberapa penjelasan dari para ahli, terapi


farmakologi merupakan keharusan bagi penderita bipolar. Bahkan
dengan menggunakan obat-obatan pun belum menjamin pemulihan
kondisi psikologis.

Karenanya, wajar jika ada orang yang meragukan bahwa saya


menderita bipolar dan bisa pulih. Sampai-sampai ada yang menuduh
saya penipu dan menyesatkan, karena menurutnya saya telah
menyebarkan informasi yang keliru tentang bipolar.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

181
Saya memahami keraguan bebarapa orang terhadap pengakuan dan
tulisan-tulisan saya di blog dan buku, karena memang selama ini
bipolar tergolong gangguan jiwa kronis yang belum diketahui dengan
jelas penyebabnya. Dan sampai saat ini masih dalam penelitian.

Sebagian dari para ahli mengatakan bahwa bipolar bisa disembuhkan.


Namun sebagian yang lain mengatakan bahwa bipolar tidak bisa
disembuhkan namun bisa dikontrol.

Sebagai bahan analisa dan perbandingan, berikut saya kutip


penjelasan dua orang pakar tentang pengobatan bipolar dan
pengakuan dari seorang istri yang suaminya sudah sembuh dari
bipolar.

Pandangan Pakar tentang Terapi Bipolar

Menurut Profesor Myrna M Weissman dari Columbia University,


terapi farmakologi (dengan obat-obatan) dan terapi psikososial harus
saling melengkapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Terapi
psikososial untuk gangguan bipolar bukan terapi alternatif, melainkan
suatu suplemen.

―Seperti penyakit kronis lain, bipolar butuh perawatan jangka panjang,


bahkan bisa sepanjang hidup pasien. Namun yang penting, penyakit
ini cukup cerah karena sudah ada obatnya.

―Dokter biasanya akan memberikan terapi obat ini selama 5 tahun.


Setelah itu kita coba hentikan. Kalau selama dua tahun tak pernah
muncul gejala, dinyatakan sembuh,‖ demikian menurut Dr. Yul
Iskandar, Sp.KJ, Ph.D, psikiater dari Rumah Sakit Khusus
Darma Graha.

Pengakuan Keluarga ODB

Pengakuan Jenny dari Rhode Island, yang suaminya mengidap bipolar


dan sudah sembuh.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

182
―Suami saya sempat mengidap gangguan bipolar ini sebelumnya dan
saya mengetahuinya ketika menjelang 2 tahun pernikahan kami. Dia
sempat dirawat di rumah sakit selama seminggu untuk menjalani
terapi.

Pada saat hal itu terjadi saya benar-benar buta mengenai Bipolar
Disorder. Puji Tuhan sekarang dia sudah sehat kembali. Tetapi
kembali mengingat kejadian 2 tahun yang lalu sungguh menyedihkan
hati saya, karena saya sangat mencintainya. Hancur hati ini melihat
orang yang kita cintai sangat menderita.‖

Di luar semua pro-kontra tentang penyebab dan pengobatan bipolar


tersebut, kenyataannya saya benar-benar telah mengalami gangguan
bipolar dan saat ini (atas kehendak Allah) saya sudah pulih.

Saya pulih dari bipolar tanpa menggunakan obat-obatan atau


menjalani terapi khusus.

Saya juga tak pernah konsultasi langsung dengan psikiater/psikolog


klinis. Saya hanya membaca tulisan-tulisan mereka di berbagai buku,
majalah, surat kabar dan media lainnya.

Saya sangat berterima kasih kepada para ahli dan pakar kesehatan
jiwa yang telah menyampaikan informasi tentang bipolar di berbagai
media.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

183
3 Kunci Pemulihan Bipolar Saya!

Berikut akan saya jelaskan 3 hal yang menjadi kunci


pemulihan bipolar saya.

Secara umum sebenarnya sudah saya jelaskan terapi penyembuhan


bipolar saya. Tapi, kali ini akan saya jelaskan bagian inti dari terapi
alamiah penyembuhan bipolar yang saya jalani.

Dari pengamatan dan penelitian terhadap diri saya sendiri, saat ini
dan beberapa tahun lalu saat saya masih menjalani proses
penyembuhan, ada 3 aktifitas inti yang punya andil cukup besar
dalam proses pemulihan bipolar saya, yaitu :

1. Aktifitas fisik
2. Aktifitas sosial
3. Aktifitas religi/spiritual

Sebelum menjelaskan mengenai ketiga aktifitas yang merupakan inti


dari terapi penyembuhan bipolar tersebut, akan saya kemukakan
beberapa kemungkinan penyebab gangguan bipolar hasil penelitian
para ahli kesehatan jiwa, dikutip dari beberapa sumber terpercaya.
Dengan memahami beberapa kemungkinan penyebabnya, akan lebih
mudah memahami kaitannya dengan terapi penyembuhan bipolar
yang saya jalani.

4 Faktor Kemungkinan Penyebab Gangguan Bipolar:

Abnormalitas bagian-bagian otak

Dari penelitian pada penderita gangguan bipolar berusia dewasa,


diketahui bahwa pada pemeriksaan MRI didapatkan pembesaran
ventrikel ke-3. Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomographic)
menunjukan penurunan aktifitas metabolisme pada bagian otak

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

184
depan (lobus frontalis).

Hingga saat ini dikatakan bahwa abnormalitas yang terjadi pada


bagian-bagian otak tersebut akan menyebabkan gangguan dalam
pengaturan mood dan fungsi kognitif.

Serangan Virus

Gangguan bipolar belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi


diduga berkaitan dengan virus yang menyerang otak. Serangan virus
berlangsung semasa janin dalam kandungan atau di tahun pertama
sesudah lahir. Namun baru 15-20 tahun kemudian mewujud menjadi
bipolar.

―Itu karena pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pinealis yang
mengeluarkan hormone yang dapat mencegah gangguan psikiatrik
hebat sudah berkurang menjadi 50 persen,‖ papar Dr. Yul Iskandar,
Sp.KJ, Ph.D, psikiater dari RS Khusus Darma Graha.

Ketidakseimbangan “Key Chemicals”

Bipolar Disorder disebabkan oleh ketidakseimbangan "key chemicals"


(cairan kimia utama) dalam otak.

Otak kita terdiri dari bermilyar-milyar sel syaraf yang secara konstan
menyampaikan informasi dari sel satu ke sel lainnya. Untuk menjaga
kestabilan arus informasi dari sel ke sel maka otak menghasilkan
cairan yang dinamakan "neurotrnasmitters".

Dua neurotransmitters yang diperlukan otak untuk berfungsi adalah


dopamine dan serotonin, yang memegang peranan penting dalam
kesehatan emosional.

Para pakar yakin bahwa jika salah satu dari susunan


neurotransmitters itu tidak seimbang maka akan mengakibatkan
Bipolar Disorder. Contohnya, kalo terlalu tinggi jumlah dopamine pada

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

185
bagian tertentu dalam otak kita, maka akan menimbulkan gejala
halusinasi, tetapi bila dopamine terlalu rendah, maka akan
menimbulkan gejala kurangnya energi.

Faktor Genetik

Gen bawaan ternyata bisa menjadi faktor umum penyebab bipolar


disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah-satunya
merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap
penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya
mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko
mengidap bipolar disorder.

Namun gen-gen bukan satu-satunya faktor risiko untuk penyakit


bipolar. Studi-studi dari kembar-kembar yang identis telah
menunjukan bahwa kembar dari seseorang dengan penyakit bipolar
tidak selalu mengembangkan penyakit. Ini adalah penting karena
kembar-kembar yang identis berbagi semua gen-gen yang sama.
Hasil-hasil studi menyarankan faktor-faktor selain gen-gen juga
berpengaruh.

Menurut dr. A. Kusumawardhani, Sp.KJ, dari sudut pandang etiologi,


gangguan bipolar diduga merupakan interaksi dari berbagai faktor.
Ditemukan bahwa hanya 30% yang disebabkan oleh stressor
lingkungan.

Semua kemungkinan penyebab gangguan bipolar di atas, baru


merupakan dugaan dan masih dalam proses penelitian lebih lanjut.
Jadi penyebab gangguan bipolar yang sebenarnya belum diketahui
dengan pasti sampai saat ini.

Beberapa kemungkinan penyebab bipolar yang dijelaskan di atas


punya kesamaan sebenarnya, yaitu semuanya merupakan faktor-
faktor fisik.

Karena penyebabnya faktor fisik, berarti terapi atau pengobatannya

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

186
akan lebih efektif dengan aktifitas fisik pula. Tapi ini hanya analisa
saya berdasarkan pengalaman pribadi selama bergelut dengan bipolar.
Tentunya terapi fisik akan lebih efektif lagi jika dikombinasikan
dengan terapi lain sesuai petunjuk psikiater.

Nah, di sinilah titik temu atau korelasinya, bahwa pengobatan fisik


bisa menjadi salah satu bagian dari terapi penyembuhan bipolar.

Mengenai 3 aktifitas inti terapi penyembuhan bipolar yang saya


jalani, sudah dibahas secara detail di buku psikomemoar saya. Di sini
hanya akan saya jelaskan intinya saja.

1. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik yang saya maksud adalah olah raga, lebih spesifik lagi
olah raga permainan yang sangat saya sukai yaitu Bola Voli.

Saya banyak mendapatkan manfaat dari kegiatan olah raga ini


diantaranya : secara fisik saya lebih sehat, perkembangan dan postur
tubuh juga lebih bagus.

Secara psikologis saya lebih percaya diri, merasakan kepuasan batin,


kegembiraan dan kebahagiaan saat berada di arena maupun di luar
arena permainan.

Dalam menjalankan aktifitas olah raga ini, saya melakukannya


dengan sepenuh hati dan antusiasme tinggi, karena saya memang
sangat menyukainya. Saat latihan ketahanan fisik misalnya, oleh
pelatih dan para senior, setiap pemain diharuskan menjalankan
latihan sampai puncak ketahanan fisik.

Saya dan taman-teman satu tim biasa melakukan latihan ketahanan


fisik di bawah panasnya terik matahari siang atau sore hari yang
menyengat, sampai kepala terasa pusing bahkan sampai muntah.

Begitu pula jika kami berlari, kami baru akan berhenti berlari jika

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

187
kaki seakan tak bisa melangkah lagi dan napas seakan sudah habis
terkuras. Jika belum sampai ke titik itu berarti kami belum sampai di
puncak ketahanan fisik.

Latihan ketahanan fisik seperti itu kami lakukan paling sedikit dua
kali seminggu selama kurang lebih dua sampai tiga jam sehari. hari-
hari lainnya kami melakukan latihan teknik permainan dan kerjasama
tim yang tidak terlalu menguras tenaga. Selebihnya kami bermain di
lapangan atau melakukan latih tanding dengan tim-tim lain.

Inilah inti dari terapi penyembuhan bipolar yang saya jalani. Setelah
menjalani aktifitas fisik ini dengan intensif, saya merasakan
percepatan penyembuhan bipolar saya.

2. Aktifitas sosial

Dalam aktifitas sosial, saya mulai membaurkan diri dalam beragam


kegiatan di lingkungan sekitar, terutama dalam kegiatan remaja.

Saya lebih membuka diri, tidak pilih-pilih teman dan lingkungan


pergaulan. Memperluas relasi pertemanan, lingkup pergaulan dan
memperbanyak interaksi sosial.

Saya juga memberanikan diri melakukan hal-hal baru yang


sebelumnya tidak saya lakukan. Lebih banyak menjalani aktifitas
yang sifatnya menghibur dan menyenangkan, ketimbang menyendiri
dan berdiam diri.

Dengan semakin baiknya kemampuan dalam berkomunikasi, perlahan


tapi pasti rasa percaya diri semakin meningkat. Sebaliknya rasa
rendah diri semakin terkikis.

3. Aktifitas Religi/Spiritual

Saya pernah mendengar wejangan seorang kyai, kurang lebih begini:


ketika kita berdo‘a, memohon kepada Tuhan, lakukanlah seperti

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

188
seorang anak yang meminta Sesuatu kepada orang tuanya. Si anak
biasanya menangis sejadi-jadinya jika keinginannya tidak dipenuhi.
Jika anaknya sudah menangis seperti itu, biasanya orang tua akan
mengabulkan permintaan si anak.

Saya suka berdo‘a dan memohon kesembuhan kepada Allah dengan


sepenuh hati segenap jiwa. Sering tak terasa air mata meleleh
membasahi pipi. Saya merasa tak ada siapa pun yang bisa
memahami dan menolong saya dari belenggu gangguan jiwa yang tak
saya fahami, kecuali Dia yang maha segalanya.

Saya yakin Allah tahu derita batin saya dan gejolak jiwa saya. Dan
Dia mendengar do‘a-do‘a saya. Saat bersimpuh, bersujud dan berdo‘a
di hadapan-Nya, saya merasa ada tempat mengadu dan bergantung.
Saya merasakan ketenangan, ketenteraman dan kedamaian jiwa,
seperti seorang anak yang berada dalam dekapan penuh kasih
seorang ibu.

Aktifitas spiritual lain yang menurut saya sangat membantu


mempercepat penyembuhan bipolar adalah puasa, terutama puasa
Rhamadhan yang dijalankan sebulan penuh. Soal ini sudah saya
jelaskan dengan rinci pada bagian lain e-book ini.

Namun sebaik apa pun terapi dan pengobatan bipolar yang anda
jalani, tak akan efektif dan optimal hasilnya jika tak memiliki 3 hal :

1. Kemauan yang kuat untuk pulih


2. Keyakinan yang kokoh kepada diri-sendiri dan kepada
Tuhan bahwa kita bisa pulih
3. Semangat, antusiasme dan disiplin diri dalam menjalani
terapi dan pengobatan

Demikian penjelasan mengenai terapi yang saya jalani hingga saya


pulih dari gangguan bipolar.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

189
Puasa dan Penyembuhan Problem Psikologis

Puasa merupakan ritual ibadah yang memiliki banyak manfaat dan


pengaruh pada aspek fisik, psikis dan spiritual sekaligus.

Saat berpuasa kita bukan hanya diharuskan menahan lapar dan


dahaga, tapi juga harus mampu mengendalikan segenap panca
indera dari melakukan segala hal yang negatif.

Lebih dari itu puasa juga melatih kita untuk mampu mengendalikan
pikiran dan perasaan/emosi dari hal-hal yang bertentangan dengan
nilai-nilai kebaikan.

Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu merasakan lapar dan


hausnya orang-orang yang kurang mampu, kaum fakir dan miskin
yang untuk mendapatkan sesuap nasi saja mereka kesulitan.

Setelah kita merasakan derita fisik kaum fakir dan miskin, diharapkan
kita mempunyai kepedulian dan tergerak untuk membantu
mereka. Apalah artinya kita berpuasa sebulan penuh, merasakan
haus dan lapar, namun setelah selesai berpuasa sama sekali tak ada
kepedulian kepada kaum miskin dan orang-orang yang kurang
beruntung. Wallahu alam.

Weleehh…kayak ustadz aja ya, ..he..he...

Saya hanya ingin berbagi pengalaman, pemikiran dan pemahaman

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

190
soal ibadah puasa, mohon maaf jika ada yang salah atau keliru.

Menurut para ulama dan ahli fiqih, ada tiga tingkatan orang yang
berpuasaa, yaitu: puasa umum, puasa khusus dan puasa khususil
khusus. Saya yakin anda sekalian sudah faham betul soal ini. Saya
hanya ingin menjalaskan sekilas saja karena ada kaitannya dengan
proses penyembuhan derita jiwa.

Puasa umum, puasa yang hanya menahan haus dan lapar saja.
Sesuai namanya puasa inilah yang dijalankan oleh sebagian besar
orang.

Puasa Khusus, puasa ini selain menahan lapar dan haus, juga
menahan segenap panca indera (ucapan, pendengaran, penciuman,
penglihatan dan peraba) dari hal-hal yang dilarang syariat agama.
Puasa ini dilakukan oleh sedikit orang.

Puasa khususil khusus, puasa ini selain menahan lapar, haus dan
menahan panca indera dari segala hal yang negatif, pikiran dan
hatinya hanya tertuju kehaddirat-Nya. Pikiran dan hatinya terjaga
dari hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Jadi orang
yang mampu menjalankan puasa khususil khusus ini, jasad, panca
indera, pikiran dan hatinya benar-benar berpuasa. Lebih sedikit lagi
orang yang benar-benar mampu melakukan puasa ini.

Maaf, teman-teman saya bukan mau berceramah tentang ibadah


puasa, karena memang saya bukan ustadz atau kyai yang memiliki
pemahaman mendalam soal hukum-hukum agama. Saya hanya
berusaha mencoba memahami sejauh mana pengaruh puasa
terhadap pemulihan kondisi psikologis seseorang.

Jadi, jika kita mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini


dengan baik dan benar sesuai syariat islam (bukan sekedar
menjalankan kewajiban ritual agama), saya yakin pengaruhnya akan
sangat positif bagi penyembuhan derita jiwa.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

191
Saat berpuasa, tubuh, pikiran dan hati kita benar-benar hening dan
jernih, hanya memikirkan hal-hal yang positif saja. Tak ada
kesombongan, kebencian, dendam, iri, dengki, dan penyakit-penyakit
hati lainnya yang tanpa disadari sering mengganggu ketenteraman
jiwa.

Saat berpuasa kita melatih diri untuk berpikir, berkata, dan bertindak
positif. Suasana bulan Ramadhan juga sangat mendukung, karena
setiap orang berusaha untuk lebih banyak melakukan perbuatan
(amalan) yang positif dan menghindari perbuatan negatif.

Alangkah tenangnya jiwa kita jika mampu membebaskan diri


dari segala jenis pikiran negatif, baik kepada diri sendiri,
kepada orang lain dan yang terpenting kepada Tuhan.

Kita hanya berpikir, berkata dan melakukan hal-hal yang positif dan
selaras dengan nilai-nilai kebenaran.

Saya merasakan pengaruh positif ibadah puasa terhadap kondisi


kejiwaan saya. Puasa bagi saya bukan sekedar ritual ibadah, tapi
menjadi terapi fisik, psikis dan spiritual penyembuhan derita jiwa.
Mungkin karena dalam ibadah puasa ada aspek pengendalian pikiran
dan perasaan/emosi.

Bagi teman-teman (muslim) yang sedang dalam proses


penyembuhan derita psikis atau sedang menjalani terapi, jadikan
puasa untuk menyempurnakan ikhtiar penyembuhan anda.

Jalankan ibadah puasa dengan sepenuh hati segenap jiwa.


Iringi dengan do‟a yang tulus dan ikhlas. Lalu bertawakallah,
serahkan dan kembalikan semuanya kepada Allah yang maha
kuasa.

Jika Allah berkehendak tak ada apa pun yang bisa menghalangi.
Semoga Allah memberikan kesembuhan untuk anda sekalian, amin.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

192
Kekuatan Do‟a sebagai Penyembuh

Teman-teman yang budiman, anda mungkin pernah bertanya-tanya


dalam hati, ―Mengapa Tuhan belum juga mengabulkan do‘a-do‘a
saya? Apakah Tuhan tak mendengar do‘a-do‘a saya?‖

Anda sudah ikhtiar maksimal mengerahkan segala daya dan upaya.


Anda juga sudah berdo‘a siang dan malam, bahkan setiap saat.
Namun belum juga ada tanda-tanda bahwa usaha anda membuahkan
hasil dan do‘a-do‘a anda dikabulkan sesuai harapan anda, mengapa?

Seorang kyai pernah menjelaskan, beberapa sebab dan alasan


mengapa do‘a kita tak dikabulkan. Semua itu kembali kepada diri kita
masing-masing, seberapa dekat kita dengan-Nya dan seberapa taat
kita menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Konon ada orang-orang yang do‘anya mustajab dan dikabulkan Tuhan


karena kedekatan dan kesalehan orang tersebut.

Apakah karena kita tergolong hamba-Nya yang kurang dekat atau


kurang taat kepada-Nya, lalu do‘a-do‘a kita tak didengar dan
dikabulkan oleh-Nya? Mungkin ya, tapi mungkin juga tidak!

Di luar semua hal menyangkut syarat-syarat syariat yang


memungkinkan do‘a kita dikabulkan, Tuhan maha pengasih, maha
penyayang, maha mengabulkan do‘a hambanya dan maha segala-
galanya. Apa pun yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendaknya.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pemahaman, saya


berusaha memahami tentang kekuatan do‘a sebagai penyembuh.
Karena Tuhan maha segalanya berarti dia juga maha mendengar
do‘a-do‘a kita, baik yang terucap maupun yang tidak terucap.

Bahkan Tuhan maha mengetahui apa yang tersembunyi di dalam


lubuk hati kita yang terdalam. Jadi, keliru kiranya jika kita berpikir

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

193
bahwa Tuhan tidak mendengar do‘a-do‘a kita.

Tuhan juga maha penyayang. Tuhan menyayangi semua mahluk


ciptaanya dengan kemahakuasaan dan kemahaadilan-Nya. Tuhan
menyayangi hambanya yang saleh maupun yang ingkar.

Lalu mengapa Tuhan mengabulkan do‘a hambanya yang satu dan


menangguhkan do‘a hambanya yang lain? Hanya Tuhan yang tahu.
Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Karena itu,
Tuhan akan mengabulkan do‘a orang-orang yang dikehendakinya.

Karena Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk kita, mungkin Tuhan
belum mengabulkan do‘a kita karena itulah yang terbaik untuk kita.
Bisa saja jika do‘a kita segera dikabulkan, malah akan berakibat
kurang baik untuk diri kita.

Saya pernah mendengar perkataan seorang kyai dalam sebuah


ceramahnya, ―Kadang karena saking sayangnya Tuhan kepada
hambanya, Dia membiarkan sang hamba dalam deritanya, karena
Tuhan ingin melihat cucuran air mata dan mendengar tangisannya.‖
Benarkah? wallahu alam.

Kita sering membaca kisah orang-orang yang dikasihi Tuhan (para


nabi dan rasul). Sebagai utusan Tuhan, Mereka harus melalui jalan
terjal dan penuh tantangan maha berat. Tak jarang saat menjalankan
perintah Tuhan, mereka harus mengalami derita pisik maha dahsyat
bahkan jiwa mereka menjadi taruhannya.

Bukankah mereka adalah orang-orang pilihan yang sangat dikasihi


dan dicintai Tuhan? Mengapa Tuhan tak memberi kemudahan kepada
mereka? Itu semua adalah atas kehandak-Nya. Tuhan maha tahu apa
yang terbaik untuk hamba-hambanya.

Sang kyai juga mengatakan bahwa jika do‘a kita ingin segera
dikabulkan. memohonlah seperti seorang anak kecil yang memohon
kepada orang tuanya. Seorang anak kecil biasanya akan menangis

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

194
sejadi-jadinya jika permohonannya tak dikabulkan kedua orang
tuanya.

Menangislah di hadapan-Nya, memohonlah dengan sepenuh hati,


ungkapkan segala keinginan anda dihadapan-Nya. Semoga Tuhan
mengabulkan do‘a-do‘a anda.

Satu lagi pesan sang kyai, jangan sekali-kali berburuk sangka


kepadanya. Jangan berburuk sangka bahwa Tuhan tak mendengar
do‘a kita, atau Tuhan tak menyayangi kita dan prasangka-prasangka
buruk lainnya. Semua itu hanya karena kebodohan dan
ketidaktahuan kita. Berbaik sangkalah kepada-Nya.

Saat derita jiwa masih membelenggu, sering saya berdo‘a dengan


linangan air mata, kerena saya sangat mengharap do‘a saya
dikabulkan. Saya merasa tak ada siapa pun yang bisa menolong saya.
Hanya Tuhan yang bisa menolong memberi saya kesembuhan.

Saya suka berharap, Tuhan akan segera mengabulkan do‘a saya.


Kadang saya berharap setengah berkhayal, saat bangun tidur pagi
hari, datanglah suatu keajaiban, saya terbebas dari segala derita
psikologis yang saya alami.

Kadang saya kecewa, karena apa yang saya harapkan ternyata tak
terjadi, tak ada perubahan dalam diri saya. Namun, saya berusaha
berpikir positif dan tak berburuk sangka kepada-Nya. Tuhan belum
mengabulkan do‘a saya karena itulah yang terbaik untuk saya.

Saya melanjutkan ikhtiar saya, melanjutkan do‘a saya, melanjutkan


hidup saya. Saya yakin, Tuhan mendengar do‘a-do‘a saya. Apa pun
yang terjadi pada saya dahulu, saat ini dan yang akan datang adalah
atas kehendak-Nya.

Saya selalu berusaha mengingatkan dan meyakinkan diri sendiri,


Tuhan maha pengasih dan penyayang kepada hamba-hambanya-Nya.
Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk diri saya. Apa pun yang

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

195
terjadi pada saya adalah atas kehendak-Nya.

Tuhan mendengar dan akan mengabulkan do‘a-do‘a saya pada


saatnya. Ada hikmah (yang belum saya fahami) dibalik setiap
peristiwa yang terjadi pada saya. Tak ada yang tak mungkin jika
Tuhan menghendaki.

Jangan pernah berburuk sangka kepada-Nya. Jangan pernah


berputus asa mengharap belas kasih dan ridho-Nya.

Ya Tuhan, berilah aku petunjuk agar aku selalu berada di jalan-Mu.


Berilah juga petunjuk kepada orang-orang yang berada di jalan-Mu
dan orang-orang yang mencari Jalan-Mu.

Berikan kesembuhan kepada orang-orang yang sedang menderita


sakit fisik dan psikis. Berikan kebahagiaan kepada orang-orang yang
sedang bersedih.

Jikalau kami khilaf dan menyimpang dari jalan-Mu, maafkan dan


luruskanlah, semua itu karena ketidaktahuan dan kebodohan kami.
Amin.

*******

Terima kasih anda telah meluangkan waktu untuk membaca


ebook ini. Semoga materi ebook ini bermanfaat untuk anda
dan siapa saja yang membacanya.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

196
Informasi

Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah


Buku Psikomemoar Seorang Bipolar

Buku ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun


dengan gangguan kejiwaan yang tidak saya fahami. Yang membuat
saya terus bertanya-tanya, ―Apa yang terjadi dengan diri saya?
Gangguan apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?‖

Bukan hanya tentang pengalaman psikologis, buku ini juga bercerita


tentang perjuangan seorang anak petani mewujudkan impiannya,
Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah.

Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Buku ini sudah tidak


tersedia lagi di toko-toko buku dan tidak dicetak ulang. Tapi anda bisa
membaca versi ebooknya.

Informasi dan artikel-artikel tentang Gangguan Bipolar, problem


kejiwaan, problem pribadi dan pengembangan diri, silakan kunjungi
Blog Curhatkita: bit.ly/2AMx6LX.

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

197
Salam Sehat Bahagia,

Tarjum Sahmad

SMS/CALL : 0852 2107 4133

WA : 0896 3661 3462

WA Grup Bipolar : bit.ly/solusibipolar

WA Grup Kesehatan : bit.ly/2BV5raS


FB Personal : bit.ly/2BU9d4s

FB Grup Bipolar : bit.ly/2jQ7PJd

FB Grup Kesehatan : bit.ly/2mSMw9C

Blog Curhat/Bipolar : bit.ly/2AMx6LX

Blog Kesehatan : bit.ly/sehat-bugar

Berdamai dengan Bipolar - Copyright © 2017 Oleh Tarjum Sahmad

198

Anda mungkin juga menyukai