Oleh :
DERA FUJI NOVANI
NIM. 13DB277099
INTISARI
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Mummadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia
28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka
Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan
neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka
kematian bayi tersebut(Saragih,2010).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 Angka
Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun
2014menjadi 49 per kelahiran hidup.Sedangkanberdasarkan data hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014, Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup (SDKI, 2014).
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang berkontibusi besar
terhadap tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Menurut data Laporan
Program Kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 kematian bayi
mencapai 4.650 (Soepardi, 2013).
Angka Kematian Bayi di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 adalah
118 per 12.288 kelahiran hidup dengan berbagai penyebab kematian yaitu,
kematian usia neonatal 0-7 hari penyebab terbesarnya adalah ikterus 59 per
12.288 angka kelahiran hidup, usia7-8 hari penyebab terbesarnya adalah
prematur 29 per 12.288 per kelahiran hidup, dan usia 29 hari-11 bulan
penyebab terbesarnya adalah gangguan sistem pernafasan 30 per 12.288
angka kelahiran hidup (Dinkes Tasikmalaya, 2015).
Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu
dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi
pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat
menyebabkan hipoksemia dan hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan
otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian
tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh kembang (Prawirojardjo, 2010).
1
2
Bayi sangat rentan terhadap penyakit, maka dari itu peran bidan pada
bayi sehat adalah dengan cara memberikan motivasi kepada ibu untuk
memberikan ASI karena ASI mengandung kekebalan alami. Merupakan hal
yang normal jika frekuensi BAB bayi yang mendapat ASI menurun saat
kolostrum yang bersifat pencahar, benar-benar tidak terdapat lagi dalam ASI
sekitar usia 6 minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Kurnia pada tahun 2013 tentang
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi dinyatakan
bahwa ASI merupakan makanan yang higienis, murah, mudah diberikan,
dan sudah tersedia bagi bayi. ASI menjadi satu-satunya makanan yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya agar menjadi bayi yang
sehat.Komposisinya yang dinamis dan sesuai dengan kebutuhan bayi
menjadikan ASI sebagai asupan gizi yang optimal bagi bayi. Ibu yang
memberikan ASI Eksklusif akan semakin baik status gizi bayinya daripada
ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang berusia (Kurnia
2013).
Peran bidan dalam asuhan pada bayi baru lahir selain pemberian ASI
eksklusif adalah perawatan tali pusat. Menurut penelitian Hasbiah (2015),
tentang lama lepas tali pusat berdasarkan metode perawatan tali pusat bayi
baru lahir rata-rata lama lepasnya tali pusat dengan menggunakan kasa
steril lebih cepat lepas dibandingkan dengan menggunakan povidon iodine
10%, dikarenakan pada tali pusat yang dirawat dengan menggunakan kasa
steril lebih cepat mengering dan lepas. Pada perawatan dengan
menggunakan antiseptik povidon iodine 10% dapat menghilangkan flora
disekitar umbilikus dan menurunkan jumlah leukosit yang akan melepaskan
tali pusat sehingga dapat menunda atau memperlama pelepasan talipusat
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah
pada studi kaasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir Fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb
Kota Tasikmalaya?”
A. Konsep Dasar
1. Bayi Baru Lahir
a. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
Appearance Color,Pulse,Gremace, Activity,Respiration (APGAR) > 7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
b. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
antara lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-
merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit,
Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis atau batur/bersin,
Activity(tonus otot), gerak aktif, Respiration (usaha napas), bayi
menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau
terlalu dingin (kurang dari 36°C).
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan
kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat
pendek, maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa
tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.Segara lakukan
penilaian awal pada bayi baru lahir.
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis
kuat, bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu
7
8
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis
dan siklik (Soepardan, 2008).
2. Langkah Dalam Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri
dengan evaluasi. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan
dijabarkan, sebagai berikut :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama diikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan cara :
1) Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan,
dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi :
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).
b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru
serta catatan sebelumnya).
b. Langkah II : Intepretasi Data Dasar
Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi
Penanganannya
Langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini
menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
18
Antisipasi maslah
potensial/diagnosa Analysis/Diagnosa
lain
Menetapkan Assesment/ Diagnosa
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
Perencanaan Plan :
Perencanaan Asuhan a. Konsul
Asuhan
b. Tes diagnostik
Implementasi Implementasi c. Rujukan
d. Pendidikan
Evaluasi Evaluasi e. Konseling
f. Follow up
ASI dari payudara. Secara alamiah, proses inisiasi menyusu dini akan
mengurangi rasa sakit pada ibu, selain itu, bayi juga dilatih motoriknya
pada saat proses tersebut (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
D. Landasan Hukum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, yaitu :
Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
2. Pelayanan Kesehatan Anak
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
Pasal 11
1. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk.
c. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian Imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan.
g. Pemberian surat keterangan kelahiran dan
h. Pemberian surat keterangan kematian.
48
DAFTAR PUSTAKA
Hasbiah, (2015). Lama Lepas Tali Pusat Berdasarkan Metode Perawatan Tali
Pusat Bayi Baru Lahir [internet]. Tersedia dalam
http://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/wpcontent/uploads/2015/11/11.pd
f[accessed 20 Mei 2016].
Junita, (2015).Makalah Peran Bidan Pada Bayi Sehat [internet]. Tersedia dalam
http://junitamaroaung26.blogspot.com/2015/10/makalah-peran-bidan-
pada-bayi-sehat.html?m=1[accessed 14 Mei 2016].
Laila, F. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. S dengan ikterus Derajat II di
RSUD Assalam Gembolong Sragen [internet].Tersedia dalam
digikb.Stikeskusumahusada,ac.id [accessed 30 April 2016].
Maryanti, dwi, dkk. (2011) Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.
Rukiyah &Yulianti.(2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans
Info Medika.
Saragih E, (2010). Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.Skripsi fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. [internet]. Tersedia dalam
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17142 [accessed 2 Mei
2016].
Soepardi Jane, (2013). Jawa Barat Penyumbang Terbesar Angka Kematian Bayi
di Indonesia. [internet]. Tersedia dalam
http://www.unpad.ac.id/2013/10/jawa-barat-penyumbang-terbesar-
angka-kematian-bayi-di-indonesia [accessed 29 April 2016].
Tri B, (2015). Upaya Penurunan Angka Kemtaian Bayi. [internet]. Tersedia dalam
https://bektiprasetia.wordpress.com/2015/06/21/upaya-penurunan-
angka-kematian-bayi-akb-pada-mdgs/ [accessed 30 Juni 2016].
Wijaya, M.A, (2010). Kondisi Angka Kematian Balita Neonatal (AKN) Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian
Ibu di Indonesia. [internet]. Tersedia dalam
http://www.infodokterku.com/index [accessed 8 Mei 2016].