Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

FISIOLOGIS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI


Hj. WIWIN WINDARTI, AM.Keb
KOTA TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :
DERA FUJI NOVANI
NIM. 13DB277099

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI Hj. WIWIN WINDARTI, AM.Keb
KOTA TASIKMALAYA1

Dera Fuji Novani2 Lusi Lestari3 Heni Marliany4

INTISARI

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi di bandingkan dengan


Negara berkembang lainnya. Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang
berkontribusi besar terhadap tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Angka
kematian bayi di Kota Tasikmalaya mencapai 118 kasus per tahun. Neonatus
ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Beralih dari
ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Bayi yang lahir
dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis ini dilakukan dari mulai ibu
datang ke Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb sampai bayi berusia
4 minggu dilakukan pengkajian di rumah pasien. Asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir fisiologis yaitu, mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital,
antropometri, melakukan perawatan tali pusat.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis sesuai dengan 7 langkah varney dan secara garis besar langkah
asuhan kebidanan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan. kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi bstu
lahir fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci : Bayi Baru Lahir Fisiologi


Kepustakaan : 7 buku (2008-2011), 12 media elektronik
Halaman : i-xii, 49 halaman, 8 lampiran

1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Mummadiyah Ciamis

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia
28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka
Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan
neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka
kematian bayi tersebut(Saragih,2010).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 Angka
Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun
2014menjadi 49 per kelahiran hidup.Sedangkanberdasarkan data hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014, Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup (SDKI, 2014).
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang berkontibusi besar
terhadap tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Menurut data Laporan
Program Kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 kematian bayi
mencapai 4.650 (Soepardi, 2013).
Angka Kematian Bayi di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 adalah
118 per 12.288 kelahiran hidup dengan berbagai penyebab kematian yaitu,
kematian usia neonatal 0-7 hari penyebab terbesarnya adalah ikterus 59 per
12.288 angka kelahiran hidup, usia7-8 hari penyebab terbesarnya adalah
prematur 29 per 12.288 per kelahiran hidup, dan usia 29 hari-11 bulan
penyebab terbesarnya adalah gangguan sistem pernafasan 30 per 12.288
angka kelahiran hidup (Dinkes Tasikmalaya, 2015).
Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu
dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi
pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat
menyebabkan hipoksemia dan hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan
otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian
tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh kembang (Prawirojardjo, 2010).

1
2

Upaya pemerintah yang sangat erat kaitannya dengan penurunan


kematian anak, terkenal dengan istilah GOBI FFFyaitu Growth Monitoring,
Oral Rehidration, Breast Feeding, Imuzation, Family Planning, Food
Supplemen, danFemale Education. Ketujuh hal tersebut dilakukan baik
dalam kegiatan posyandu, Pelayanan KIA, maupun di Pusat Kesehatan
Masyarakat. Growth monitoring adalah upaya melihat perkembangan berat
balita. Berat balita memang dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi
kesehatannya. Oral rehidration, atau pemberian cairan, baik buatan sendiri
maupun yang sudah tersedia berupa oralit. Hal ini untuk mengatasi
penyakit diare yang merupakan salah satu penyakit penyebab kematian
bayi dan anak. Imunisasi, dilakukan untuk mencegah balita terkena penyakit
pada masa mendatang. Family Planning penting karena secara tidak
langsung, jumlah anak, jarak melahirkan akan berpengaruh terhadap
perawatan anak (Tri, 2015).
Asuhan bayi baru lahir merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan
segera bayi lahir, pada saat proses persalinan fokus asuhan ditujukan pada
dua hal yaitu kondisi ibu dan kondisi bayi, dalam kondisi optimal,
memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir
merupakan bagian esensial asuhan bayi baru lahir (Rosita, 2011).
Salah satu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang berkualitas
adalah pemberian ASI Eksklusif, sebagaimana yang tercantum dalam Quran
Surat Al-Baqarahayat 233 :

Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
3

ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar


kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah ayat 233).

Bayi sangat rentan terhadap penyakit, maka dari itu peran bidan pada
bayi sehat adalah dengan cara memberikan motivasi kepada ibu untuk
memberikan ASI karena ASI mengandung kekebalan alami. Merupakan hal
yang normal jika frekuensi BAB bayi yang mendapat ASI menurun saat
kolostrum yang bersifat pencahar, benar-benar tidak terdapat lagi dalam ASI
sekitar usia 6 minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Kurnia pada tahun 2013 tentang
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi dinyatakan
bahwa ASI merupakan makanan yang higienis, murah, mudah diberikan,
dan sudah tersedia bagi bayi. ASI menjadi satu-satunya makanan yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya agar menjadi bayi yang
sehat.Komposisinya yang dinamis dan sesuai dengan kebutuhan bayi
menjadikan ASI sebagai asupan gizi yang optimal bagi bayi. Ibu yang
memberikan ASI Eksklusif akan semakin baik status gizi bayinya daripada
ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang berusia (Kurnia
2013).
Peran bidan dalam asuhan pada bayi baru lahir selain pemberian ASI
eksklusif adalah perawatan tali pusat. Menurut penelitian Hasbiah (2015),
tentang lama lepas tali pusat berdasarkan metode perawatan tali pusat bayi
baru lahir rata-rata lama lepasnya tali pusat dengan menggunakan kasa
steril lebih cepat lepas dibandingkan dengan menggunakan povidon iodine
10%, dikarenakan pada tali pusat yang dirawat dengan menggunakan kasa
steril lebih cepat mengering dan lepas. Pada perawatan dengan
menggunakan antiseptik povidon iodine 10% dapat menghilangkan flora
disekitar umbilikus dan menurunkan jumlah leukosit yang akan melepaskan
tali pusat sehingga dapat menunda atau memperlama pelepasan talipusat
4

pada bayi baru lahir.Pemberian bethadine sebaiknya dikeringkan sehingga


tidak menyebabkan tali pusat lembab dan basah.
Berdasarkan data yang diperoleh di Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin
Windarti, AM.Keb dari Januari sampai April 2016 di peroleh jumlah bayi baru
lahir hidup sebanyak 11 bayi. Bayi yang lahir fisiologis sebanyak 10,
sedangkan 1 bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.
Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar
dapat tumbuh secara normal dan sehat. Tujuan perawatan adalah
mendukung transisi, mengidentifikasi abnormalitas dan melakukan intervensi
bila perlu. Adapun peran bidan dalam perawatan bayi baru lahir adalah
melakukan pemeriksaan fisik, perawatan tali pusat, perawatan bayi,
pemantauan tumbuh kembang dan pemberian imunisasi (Junita, 2015).
Dari hasil peninjauan tersebut maka perawatan bayi baru lahir
sangatlah penting dilakukan karena dengan perawatan yang baik akan
mengurangi angka kematian bayi. Maka penulis tertarik mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di Bidan Praktik Mandiri
Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota Tasikmalaya.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah
pada studi kaasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir Fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb
Kota Tasikmalaya?”

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Fisiologis di
Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.KebKota Tasikamlaya
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengumpulkan data dasar pada bayi baru lahir fisiologis di
Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya.
5

b. Dapat menginterpretasi data dasar pada bayi baru lahir fisiologis di


Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya.
c. Dapat mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial dan antisipasi
penanganannya pada asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis di
Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya.
d. Dapat menetapkan perlunya tindakan segera pada bayi baru lahir
fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya.
e. Dapat menyusun rencana asuhan menyeluruh pada bayi baru lahir
fisiologis di Bidan Praktik MandiriHj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya.
f. Dapat melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman
pada bayi baru lahir fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin
Windarti, AM.Keb Kota Tasikmalaya.
g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan pada bayi baru lahir fisiologis di
Bidan Praktik Mandiri Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb Kota
Tasikmalaya.

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai referensi bagi ilmu pengetahuan terutama
yang berkaitan dengan bayi baru lahir fisiologis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Diharapkan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar
pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk studi kasus lebih lanjut
guna meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Bagi BPM Hj. Wiwin Windarti, AM.Keb
Dapat meningkatkan kualitas penanganan pada asuhan bayi
baru lahir.
6

c. Bagi Pasien dan Keluarga


Menambah pengetahuan keluarga pasien bagaimana
perawatan bayi baru lahir dengan baik dan benar, sehingga tidak
ada kesulitan dalam menangani bayi baru lahir di rumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Bayi Baru Lahir
a. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
Appearance Color,Pulse,Gremace, Activity,Respiration (APGAR) > 7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
b. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
antara lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-
merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit,
Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis atau batur/bersin,
Activity(tonus otot), gerak aktif, Respiration (usaha napas), bayi
menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau
terlalu dingin (kurang dari 36°C).
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan
kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat
pendek, maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa
tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.Segara lakukan
penilaian awal pada bayi baru lahir.
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis
kuat, bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu

7
8

penilaian tidak ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahir


normal/fisiologis (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali
pusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua,
tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan
kuat, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-
kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah
dan Yulianti, 2010)
Tabel 2.1 Tanda APGAR
Tanda 0 1 2

Appearance color Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) ekstermitas biru kemerahan

Pulse (heart rate) Tidak ada <100x/menit >100x/menit


Atau frekuensi
jantung

Grimace TIdak ada Sedikit gerakan Menangis,


(reaksi terhadap mimic batuk/bersin
rangsangan)

Activity Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif


(tonus otot) dalam fleksi
sedikit

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis kuat


(usaha nafas) teratur
Sumber : (Rukiyah & Yulianti, 2010)

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal


a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2.500-4000 grram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
h. Pernafasan 40-60 x/menit.
9

i. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang


cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik.
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
r. Refleks grapsing (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).
3. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,
dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penganan agar tidak
mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir
tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit,
retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari
38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau
sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda
bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lain
yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah), tali pusat merah, bengkak keluar cairan, bau busuk, berdarah,
10

serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat,


merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda
bahaya, antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama
kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah, terus-
menerus, distensi abdomen, faeses hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil
atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang-
kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus, mata bengkak
dan mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir (Muslihatun, 2010).
4. Rencana Asuhan Bayi Baru lahir
Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru lahir
adalah sebagai berikut :
a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir
(dalam waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit,
kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah
tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingii
dan tetap memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit –
1jam setelah lahir) dan eksklusif.ASI eksklusif mengandung zat gizi
yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan
efesien, mencegah berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini
mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa,
biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya
ASI.Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai
selama 4 hari pasca persalinan.
Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam
(minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan.
2) Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan
payudara lain.
11

3) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak


melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot
atau kempeng.
4) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan
pertama.
5) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara
ibu dengan benar.
6) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi
membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan
bergerak.
7) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh
lurus menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
8) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggu
mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga
bibir bawah jauh dibelakang areola.
9) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh
payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola
di atas mulut bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi
menghisap pelan kadang berhenti.
10) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila
minum baik.
c. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari
pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah
ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus
sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna
mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas :
mucus sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan
pigmen empedu. Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24
jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah
lahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi
baru lahir telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau
12

petugas harus mengkaji kemungkinan adanya atresia ani dan


megakolon.
Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat berumur
4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi lebih lembut, berwarna
kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu formula, feses
cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna feses akan
menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan.
Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kalil dalam sehari. Pemberian
ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering.
Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI
cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.
d. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah
lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada
awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat
menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama.Warna urine
keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan
meningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas
kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
e. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur.Macam tidur bayi adalah tidur
aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15%
waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis,
gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85%
lainnya digunakan bayi untuk tidur.
f. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi.Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi,
keutuhan kullit harus senantiasa dijaga.Verniks kaseosa bermanfaat
untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat
memandikan bayi.
Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas
kesehatan harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
13

kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering.


Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama)
cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari
terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh
bayi stabil (setelah 24 jam).
g. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan
tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi
lokal. Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III pada
saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankan
dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar.
Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika
tali pusat terkena kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci dengan
sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
h. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan
mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan
atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak
membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang menunggu.Tidak
membiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau
meja. Tidak memberikan apapun lewat mulut selain ASI karena bayi
bias tersedak. Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras pada
punggung/sisi badannya. Hati-hati menggunakan bantal dibelakang
kepala dan ditempat tidurnya karena dapat menutupi muka.
i. Pemijatan Bayi
Tujuan dan manfaat pemijatan bayi diantaranya menguatkan
otot bayi, membuat bayi lebih sehat, membantu pertumbuhan bayi,
meningkatkan kesanggupan belajar, dan membuat bayi tenang.
Adapun cara pemijatan bayi yaitu :
1) Peregangan
Sementara bayi telentang, pegang kedua kaki dan lututnya
bersama-sama dan tempelkan lutut sampai perutnya.
(Peringatan : Gerakan ini bisa membuat membuang gas). Selain
itu, pegang kedua kaki dan lututnya dan putar dengan gerakan
14

melingkar, ke kiri dan ke kanan, untuk melemaskan pinggulnya.


Ini juga membuat menyembuhkan sakit perut.
2) Cara Pijat Kaki Bayi
Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuk-
tepuk sepanjang tungkainya dengan tangan yang lain. Usap
turun naik dari jari-jari kakinya sampai ke pinggul kemudian
kembali. Kemudian, pijat telapak kakinya dan tarik setiap jari-
jemarinya. Gunakan jempol Anda untuk mengusap bagian bawah
kakinya mulai dari tumit sampai ke kaki dan pijat di sekeliling
pergelangan kakinya dengan pijatan-pijatan kecil melingkar.
3) Cara Pijat Perut Bayi
Gunakan ujung jari tangan Anda, buat pijatan-pijatan kecil
melingkar. Gunakan pijatan I Love U. Gunakan 2 atau 3 jari,
yang membentuk huruf I-L-U dari arah bayi. Bila dari posisi kita
membentuk huruf I – L – U terbalik. Berikut tahapan memijat:
a) Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah (huruf I)
b) Urut melintang dari kanan bayi ke kiri bayi, kemudian turun
ke bawah (huruf L)
c) Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi,
melengkung membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semua
gerakan berakhir di perut kiri bayi.
4) Cara Pijat Lengan Bayi
Pegang pergelangan tangan bayi dengan satu tangan dan
tepuk-tepuk sepanjang lengannya dengan tangaa yang lain. Pijat
turun naik mulai dari ujung sampai ke pangkal lengan, kemudian
pijat telapak tangannya dan tekan, lalu tarik setiap jari. Ulangi
pada lengan yang lain.
5) Cara Pijat Punggung Bayi
Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kaki
Anda dan gerak-gerakan kedua tangan Anda naik turun mulai
dari atas punggungnya sampai ke pantatnya. Lakukan pijatan
dengan membentuk lingkaran kecil di sepanjang tulang
punggungnya. Lengkungkan jari-jemari Anda seperti sebuah
garu dan garuk punggungnya ke arah bawah.
15

6) Cara Pijat di Kepala dan Wajah Bayi


Angkat bagian belakang kepalanya dengan kedua tangan
Anda dan usap-usap kulit kepalanya dengan ujung jari Anda.
Kemudian, gosok-gosok daun telingannya dan usap-usap alis
matanya, kedua kelopak matanya yang tertutup, dan mulai dari
puncak tulang hidungnnya menyebrang ke kedua pipinya. Pijat
dagunya dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil.
j. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi
kesehatan. Hal tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelah
dilahirkan, fungsi hatinya belum sempurna dalam proses pengolahan
bilirubin. Dimana kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan
hal inilah yang menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis
yang menyebabkannya bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara
alami untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menjemurnya di
bawah matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya mampu
memberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah
untuk menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang
menjadipenyebab bayi kuning pasca dilahirkan ke dunia. Jadi
melakukan penjemuran pada bayi yang baru lahir di pagi hari adalah
hal yang sangat penting. Manfaat menjemur bayi adalah sebagi
berikut :
1) Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah
2) Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
3) Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
4) Menghindarkan bayi dari stress
k. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percaya
antara bidan dan pasien antara lain :
1) Hak pasien untuk mengetahui informasi
2) Kewajiban moral
3) Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
4) Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga
5) Memenuhi kebutuhan bidan
16

5. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir


a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan
berat badan lahir dan berat badan pada saat pulang.
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranya
merawat tali pusat.
b. 1 minggu setelah pulang
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat
ini dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan
penambahan ulang BB bayi.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4) Kaji keadekuaatan suplai ASI
c. 4 minggu setelah kelahiran
1) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan
pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Perhatikan nutrisi bayi
4) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi (Anggung, 2012).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis
dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan
kedua pihak baik klien maupun pemeri asuhan. Manajemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi
ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
17

kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis
dan siklik (Soepardan, 2008).
2. Langkah Dalam Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri
dengan evaluasi. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan
dijabarkan, sebagai berikut :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama diikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan cara :
1) Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan,
dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi :
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).
b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru
serta catatan sebelumnya).
b. Langkah II : Intepretasi Data Dasar
Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi
Penanganannya
Langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini
menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
18

d. Langkah IV : Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi


Segera Dengan Tenanga Kesehatan
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya langsung
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
selama wanita tersebut dalam dampingan bidan.Misalnya, pada
waktu wanita teserbut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu,
seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti perkerjaan
social, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi
dilakukan.
e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyuluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.Pedoman
antisipasi ini mencakup setiap hal berkaitan dengan semua aspek
asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
bidan dan klien, agar bisa dilaksanakan secara efektif.Semua
keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang
dilaksanakan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai
dengan asumsi dengan apa yang akan dilakukan klien.
19

f. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan


Aman
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efesien dan aman. Pelaksanaanini bisa dilakukan oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, namun ini tetapi
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar telah terlaksana).
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang
menyuluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efesien dan berkualitas
akan berpengaruh pada waktu serta biaya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan.Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan
asuhan yang diberikan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan : apakah benar-bernar terpenuhi sebagaimana di identifikasi
di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika bener efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi
belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka bidan
perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan
tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut (Soepardan, 2008).
3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian
mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di
dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam
menghadapi sorang pasien sesuai langkah manajemen kebidanan.
20

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan


dengan metode SOAP, dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O
adalah data Objektif, A adalah Anaysis/Assessment dan P adalah
Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan.
a) S (Data Subjektif)
Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data
subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis
yang akan disusun. Pada pasien yang bisu, dibagian data dibelakang
huruf “S”, diberi tanda huruf “O atau “X”.tanda ini akan menjelaskan
bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
b) O (Data Objektif)
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data)
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / permeriksaan
diagnostik lain. Catatan medis dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukan dalam data objektif ini. Data ini
akanmemberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
c) A (Analysis)
A (Analysis) dan interpretasi (kesimpulan) data dari subjektif
dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan,
karena keadaan pasien yang setiap saat anak mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis dalam rangka mengikuti perkembangan
21

pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat


diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil
keputusan atau tindakan yang tepat. Analysis atau assessment
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kedua, ketiga dan ke empat sehingga
mencakup hal-hal berikut ini diagnosis atau masalah kebidanan,
diagnosis atau masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah
potensial.Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi
dan tindakan merujuk klien.
d) P (Planning)
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat
ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin
dan mempertahankan kesejahteraannya.Rencana asuhan ini harus
bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu
tertentu.Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu
pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Dalam planning ini juga
harus mencantumkan evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari efek
tindakan yang telah diambil untuk menilai efektfitas asuhan/hasil
pelaksanaan tindakan.
4. Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem
Pendokumentasian SOAP

Alur Pikir Pencatatan dari asuhan kebidanan


Bidan

Proses Manajemen Kebidanan Pendokumentasian


Asuhan Kebidanan

7 Langkah 5 Langkah SOAP


(Varney) (kompetensi bidan) NOTES
Data Data Subjektif & Objektif
Masalah/Diagnosa
22

Antisipasi maslah
potensial/diagnosa Analysis/Diagnosa
lain
Menetapkan Assesment/ Diagnosa
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
Perencanaan Plan :
Perencanaan Asuhan a. Konsul
Asuhan
b. Tes diagnostik
Implementasi Implementasi c. Rujukan
d. Pendidikan
Evaluasi Evaluasi e. Konseling
f. Follow up

Bagan 2.1 Keterkaitan antara manajemen kebidanan


dan sistem pendokumentasian SOAP
(Sumber : Muslihatun, 2010)

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih segera
setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi
baru lahir.
1. Penilaian
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering
yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat pendek, maka
letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut
dalam keadaan bersih dan kering.Segara lakukan penilaian awal pada
bayi baru lahir.
d. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
e. Apakah bayi bergerak aktif ?
f. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,
bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan.Apabila salah satu penilaian
tidak ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahir normal/fisiologis.(Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
2. Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah melakukan
penilaian, menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas
(jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan),
23

memantau tanda bahaya, memotong tali pusat, melakukan Inisiasi


Menyusu Dini (IMD), membersihkan suntik vitamin K1, memberikan
salep mata antibiotic pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik
memberikan imunisasi Hepatitis B (Sujianti, 2011).
3. Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :
a. Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan
permukaan yang dingin.
c. Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin
(misalnya melalui kipas angina, hembusan udara, atau pendingin
ruangan).
d. Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
4. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belum
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegeahan kehilangan
panas makabayi akan mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermi
sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian.
Hipotermi sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun
dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti
walaupun berasa dalam rungan yang sangat hangat.
5. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Pada saat bayi baru lahir, pastikan penolong ntuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi
pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan bayi.
24

b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang


belum dimandikan.
c. Memastikan satung tangan peralatan, termasuk klem gunting, dan
benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan pernah menggunakan bola kakret penghisap untuk lebih dari
satu bayi.
d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,
stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan
bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali
digunakan).
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
dengan mandi setiap hari (puttingsusu tidak boleh disabun).
g. Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan
air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya (Muslihatun, 2010).
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada bayi baru lahir adalah :
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara menjaga tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air
kencing, kotoran bayi, atau tanah. Popok bayi diletakan di sebelah
bawah tali pusat. Upaya tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan
air bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain
kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi
dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara
lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan
25

berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika


pada tali pusat ditemukan pendarahan, pembengkakan, keluar caira,
tampak merah atau berbau busuk.
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi
pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakan
bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakan bayi di
dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga
menyebabakan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada
dikulit dan saluran pencernaan bayi dengan salurang
mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta
adanya anti bodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam
air susu ibu.
c. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegeah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih
dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah bayi lahir
dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah
diberikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
nenonatorum.Biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada
disekitar mata jangan dibersihkan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
d. Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi.
Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi hepatitis B. jadwal pertama,
imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari
(segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 bulan dan 6 bulan.
Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian,
yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT+Hepatitis B pada 2,
3, dan 4 bulan usia bayi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
6. Injeksi vitamin K1
Vitamin K berguna mencegah perdarahan di otak bayi pasca
proses kelahiran. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak,
merupakansuatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan
26

aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah.Jenis


vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin K1 per 1 ml.
Cara pemberian injeksi vitamain K1 adalah :
a. Masukan vitamin K1 ke dalam tabung suntik sekali pakai steril 1 ml,
kemudian disuntikan secara intramuscular di paha kiri bayi di bagian
anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat
2 jam setelah lahir.
b. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis
B0 (uniject) dengan selang waktu 1-2 jam (Depkes, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan
sebaiknya bayi langsung diletakan di dada ibunya sebelum bayi itu
dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek
psikologi yang dalam di antaranya ibu dan anak. Penelitian
membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi
bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru lahir. Percayakah
anda, satu jam pertama saat bayi dilahirkan, insting bayi membawanya
untuk mencari puting sang bunda. Perilaku bayi tersebut sering disebut
dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pada jam pertama si bayi
menemukan payudara ibunya, ini adalah awal hubungan menyusui yang
berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi menyusu. Setelah
IMD dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan
hingga dua tahun.
Berdasarkan penelitian, jika bayi yang baru lahir dipisahkan
dengan ibunya, maka hormon stress yang meningkat 50%. Otomatis hal
itu akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan bayi menurun.
Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormon
stress akan kembali turun sehingga bayi lebih tenang, tidak stress,
pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil. Sentuhan, hisapan, dan
jilatan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan merangsang
keluarnya oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga
membantu pengeluaran plasenta dan hormon lain yang membuat ibu
menjadi tenang, rileks dan mencintai bayi, serta merangsang pengaliran
27

ASI dari payudara. Secara alamiah, proses inisiasi menyusu dini akan
mengurangi rasa sakit pada ibu, selain itu, bayi juga dilatih motoriknya
pada saat proses tersebut (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

D. Landasan Hukum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, yaitu :
Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
2. Pelayanan Kesehatan Anak
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
Pasal 11
1. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk.
c. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian Imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan.
g. Pemberian surat keterangan kelahiran dan
h. Pemberian surat keterangan kematian.
48

DAFTAR PUSTAKA

Anggung, (2012).Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir. [internet]. Tersedia dalam


http://anggunguswanda.blogspot.com/p/asuhan-bbl-dan-neonatus
[accessed 5 Mei 2016].

Ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 233

Depkes, (2012).Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir. [internet]. Tersedia


dalam http://www.smallcrab.com/anak-anak/1070-pemberian-vitamin-k1-
pada-bayi-baru-lahir [accessed 28 April 2016]

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2015.Profil Dinas Kesehatan Kota


Tasikmalaya tahun 2015.

Hasbiah, (2015). Lama Lepas Tali Pusat Berdasarkan Metode Perawatan Tali
Pusat Bayi Baru Lahir [internet]. Tersedia dalam
http://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/wpcontent/uploads/2015/11/11.pd
f[accessed 20 Mei 2016].

Ida, (2012).Format Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir [internet].Tersedia


dalam http://akubaiq.blogspot.co.id/2012/05/format-asuhan-kebidanan-
pada-bayi-baru-lahir.html [accessed 15 Mei 2016]

Junita, (2015).Makalah Peran Bidan Pada Bayi Sehat [internet]. Tersedia dalam
http://junitamaroaung26.blogspot.com/2015/10/makalah-peran-bidan-
pada-bayi-sehat.html?m=1[accessed 14 Mei 2016].

Kepmenkes RI (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta.

Kurnia, (2013).Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Bayi.


[internet]. Tersedia dalam file:///C:/Users/BSJ-
03/Downloads/Documents/1423-2704-1-SM.pdf [accessed 12 Mei 2016].

Laila, F. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. S dengan ikterus Derajat II di
RSUD Assalam Gembolong Sragen [internet].Tersedia dalam
digikb.Stikeskusumahusada,ac.id [accessed 30 April 2016].

Maryanti, dwi, dkk. (2011) Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.

Muslihatun, W. F (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:


Fitrayama

Notoatmodjo (2010).Metode Dan Teknik Pengumpulan Data. Bandung: Rineka


Citra.

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Izin dan Penyelenggaraan Bidan.


Permenkes No 1464/Menkes/Pers/X/2010
49

Prawirohardjo, Sarwono. (2010) Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakrarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rosita, Ayu (2011). Asuhan Kebidanan Pada Neonatus. Tasikmalaya: Respati.

Rukiyah &Yulianti.(2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans
Info Medika.

Saragih E, (2010). Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.Skripsi fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. [internet]. Tersedia dalam
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17142 [accessed 2 Mei
2016].

Soepardi Jane, (2013). Jawa Barat Penyumbang Terbesar Angka Kematian Bayi
di Indonesia. [internet]. Tersedia dalam
http://www.unpad.ac.id/2013/10/jawa-barat-penyumbang-terbesar-
angka-kematian-bayi-di-indonesia [accessed 29 April 2016].

Soepardin, Suryani, Hajjah. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: EG.

Survei Demograsi Dan Kesehatan Indonesia, (2014). Angka Kematian Neonatal


[internet]. Tersedia dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-karinaindr-7493-
1-12.bab-n.pdf [accessed 17 April 2016].

Tri B, (2015). Upaya Penurunan Angka Kemtaian Bayi. [internet]. Tersedia dalam
https://bektiprasetia.wordpress.com/2015/06/21/upaya-penurunan-
angka-kematian-bayi-akb-pada-mdgs/ [accessed 30 Juni 2016].

Wijaya, M.A, (2010). Kondisi Angka Kematian Balita Neonatal (AKN) Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian
Ibu di Indonesia. [internet]. Tersedia dalam
http://www.infodokterku.com/index [accessed 8 Mei 2016].

Anda mungkin juga menyukai