Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang agama Islam yang telah dilaksanakan sejak
Indonesia merdeka telah memberikan dampak seperti meningkatnya
pemahaman keagamaan masyarakat, semaraknya kegiatan-kegiatan sosial
keagamaan, meningkatnya jumlah tempat-tempat ibadah, serta
meningkatnya jumlah jamaah haji. Perkembangan agama Islam dapat
dikatakan cukup pesat belakangan ini begitu juga perkembangan teknologi.
Teknologi yang seharusnya menciptakan masyarakat yang lebih maju,
ternyata mampu memecah belah berbagai pihak. Indonesia merupakan
negara dengan penganut Islam terbanyak di dunia tapi sangat disayangkan
kualitas Islamnya tidak begitu baik. Kondisi masyarakat yang heterogen
ditambah dengan arus informasi yang tak terkontrol, memunculkan informasi-
informasi tidak tepat mengenai Islam. Dampak yang sangat tampak dari
fenomena ini adalah peningkatan dekadensi moral melalui aksi pornografi,
kriminalitas, maupun kenakalan remaja. Dua fenomena tersebut tampaknya
saling berseberangan. Di satu sisi pembangunan agama terus berjalan tetapi
di sisi lain perilaku negatif tidak berkurang. (Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009)
Kehadiran suatu wadah yang dapat memfasilitasi dan menjembatani
permasalahan yang ada dalam masyarakat dalam batasan-batasan keagamaan
ini masih sangat dibutuhkan untuk menelaah sedikit demi sedikit suatu
informasi yang benar dan menyeluruh tentang Islam. Upaya untuk
mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia perlu dilengkapi dengan
gerakan Revolusi Mental untuk mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan
perilaku semua orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan,

1
sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. (Buku II RPJMN 2015-2019)
Berikut landasan pemerintah dalam langkah pembangunan dalam bidang
agama di Indonesia yang termuat pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2015-2019:
1. Meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama,
antara lain ditandai dengan:
a. Meningkatnya jumlah dan kualitas penyuluh agama yang tersebar
merata di seluruh wilayah;
b. Meningkatnya fasilitasi pembinaan dan pemberdayaan umat
beragama; dan
c. Meningkatnya intensitas dialog antara guru agama dan pendakwah
dengan cendekiawan.
2. Meningkatnya harmoni sosial dan kerukunan hidup umat beragama,
antara lain ditandai dengan:
a. Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan dialog antarumat beragama
di kalangan tokoh agama, pemuda, dan lembaga sosial keagamaan;
b. Meningkatnya pembinaan dan pengembangan Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB).
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama antara lain
ditandai dengan:
a. Meningkatnya fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana
keagamaan; dan
b. Meningkatnya peran lembaga sosial keagamaan dalam pelayanan
kehidupan beragama;
4. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang
transparan, efisien, dan akuntabel yang ditunjukkan antara lain dengan
meningkatnya indeks kepuasan jemaah haji dari 82,69 % pada 2013
menjadi 87,50 % pada 2019; dan

2
5. Meningkatnya kualitas tata kelola pembangunan bidang agama yang
efisien, efektif, transparan dan akuntabel, yang ditunjukkan antara lain
dengan hasil audit keuangan pembangunan bidang agama.
Sebagai kota besar, Makassar huni oleh berbagai macam suku bangsa,
baik dari yang berasal dari Sulawesi maupun bagian lain dari Indonesia.
Masyarakat pendatang dan Masyarakat asli telah bercampur dan hidup
bergandengan. Kota Makassar sebagai kota dengan penduduk Islam
terbanyak di Sulawesi Selatan berdasarkan dari data jumlah penduduk Kota
Makassar tahun 2016 yaitu sebesar 1.449.401 jiwa. (Sumber : Kota Makassar
Dalam Angka 2016, BPS Kota Makassar). Pemeluk Islam berjumlah 983.006
jiwa (67,82%), Kristen Protestan 114.631 jiwa (7,91%), Katolik 66.581 jiwa
(4,59%), Hindu 9.129 jiwa (0,63%), Budha 16.886 jiwa (1,17%) dan Konghucu
3.264 jiwa (0,23%). Sisa penduduk yang belum terdata berdasarkan agama
yaitu berjumlah 255.904 jiwa (17,66%). (Sumber : Sulawesi Selatan Dalam
Angka 2016, BPS Sulawesi Selatan). Gambaran lebih jelas mengenai jumlah
penduduk di Kota Makassar berdasarkan agama dapat dilihat di tabel sebagai
berikut:

Tabel 1.1 : Jumlah Penduduk di Kota Makassar Berdasarkan agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 983.006 jiwa 67,82%


2 Kristen Protestan 114.631 jiwa 7,91%
3 Katolik 66.581 jiwa 4,59%
4 Hindu 9.129 jiwa 0,63%
5 Budha 16.886 jiwa 1,17%
6 Konghucu 3.264 jiwa 0,23%
7 Tidak Terdata 255.904 jiwa 17,66%
TOTAL 1.449.401 Jiwa 100,00%
Sumber : Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016, BPS Sulawesi Selatan

3
Kegiatan di bidang kerohanian semakin berkembang, tidak hanya
terbatas pada kegiatan ibadah saja tetapi kegiatan-kegiatan lain seperti
seminar Islam yang dihadiri ± 800 orang (FMIPA UNHAS, 2012), pameran
nasional atau pameran karya yang dihadiri ± 300 orang dari berbagai kalangan
(www.makassarkota.go.id, 2012) dan jumlah jamaah haji yang semakin
bertambah. Kementerian Agama telah menetapkan jumlah kuota haji untuk
Sulawesi Selatan. Kuota yang ditetapkan ini telah mengalami penambahan
dari sebelumnya. Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan Kaswad Sartono, menyebut
rinciannya. Kuota Sulsel yang sebelumnya sebanyak 7.221 jamaah, tahun ini
menjadi 7.296 jamaah. Berarti ada tambahan 75 jamaah. (Berita Kota
Makassar - Fajar, Rabu 15 Maret 2017)
Untuk menunjang semua kebutuhan tersebut, maka media yang
dirancang harus mampu mengakomodasi semua kebutuhan, baik ekonomi,
sosial, budaya, informasi, maupun pelatihan keterampilan lainnya tanpa
meninggalkan agama Islam sebagai esensi utama dari semua kegiatan di
dalamnya. Wadah yang dapat menampung semua kebutuhan tersebut adalah
Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar, Penekanan pada Arsitektur
Islam , dimana kebutuhan akan rumah tinggal dan fasilitas penunjang
perkembangan agama Islam sangat berpengaruh terhadap perkembangan
Agama Islam di Kampung Islam Ini sendiri.
Manfaat utama dari pembangunan Kampung Islam adalah menciptakan
sebuah hubungan antara manusia dan Tuhan yang lebih masif baik dalam hal
ibadah ataupun aktifitas keagamaan lainnya. Begitu juga hubungan dengan
sesama manusia maupun dengan alamnya membutuhkan wadah untuk
bersosialisasi pada tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari
hubungan ini dapat terwujud dengan adanya bangunan (Jabbar, 1988:79).
Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar pada dasarnya bertujuan
untuk menetralisir perbedaan prinsip terutama prinsip kedaerahan yang

4
sangat kental pada budaya bugis dalam hal ini kota Makassar. Kota Makassar
memiliki ragam suku dan budaya, namun budaya masyarakat di Makassar
sering mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, hal
yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan adaptasi terhadap perubahan
yang terjadi dengan tetap memperhatikan budaya dan unsur-unsur lokal yang
ada di Makassar.
Arsitektur Islam adalah salah satu perkembangan Arsitektur Modern
yang mempunyai perhatian besar pada ciri kedaerahan, aliran ini tumbuh
terutama di negara berkembang. Ciri kedaerahan yang dimaksud berkaitan
erat dengan budaya setempat, iklim, dan teknologi pada saatnya. (Ozkan,
1985)
Keberadaan Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar ini
dilatarbelakangi adanya tuntutan terhadap pemenuhan sarana yang lebih baik
seiring dengan perkembangan kegiatan keagamaan di Makassar (Sumber :
RUTRK Kota Makassar, 2016), sehingga dengan adanya fasilitas berupa
Kampung Islam ini diharapkan dapat menjembatani kehidupan sosial
masyarakat dengan kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial
budaya di era sekarang ini.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul suatu ide untuk
merancang sebuah Kampung Islam dengan penekanan pada Arsitektur Islam
yang merupakan tempat pemusatan aktifitas dan pengembangan Islam,
maupun pengembangan masyarakat yang kreatif dan berakhlaq mulia,
dengan menerapkan konsep Islam dalam kaitannya dengan unsur lokal yang
ada. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan aspirasi serta citra dan
arsitektur di Indonesia, khususnya di Kota Makassar.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan lokasi yang bisa bersinergi dengan site dalam
perancangan Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar, dengan
penekanan pada Arsitektur Islam.
2. Bagaimana merencanakan dan menata Kampung Wahdah Islamiyah di
Kota Makassar, penekanan pada Arsitektur Islam, agar dapat
mengakomodasi segala aktifitas terutama aktivitas keislaman dengan
mengutamakan kenyamanan dengan mengatur pola dan hubungan
penataan bangunan, bentuk bangunan, dan pengkondisian ruang
bangunan.
3. Bagaimana menentukan sarana dan prasarana Kampung Islam, sebagai
tempat beraktivitas yang nyaman, kreatif, dan inovatif bagi masyarakat
umat Islam khususnya di Kota Makassar, dengan menerapkan konsep
Arsitektur Islam dalam desain perancangan sarana dan prasarana
tersebut di Kota Makassar.

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1. Tujuan Pembahasan
a. Menyediakan suatu wadah yang lebih spesifik untuk menampung
serta memfasilitasi segala kegiatan Islam dan juga sebagai prasarana
untuk menunjang kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, kegiatan
pendidikan, dan kegiatan ibadah yang kesemuanya dapat
menampung serta menyalurkan segala aspirasi yang positif dari
generasi muda, khususnya generasi Islam di wilayah Makassar.
b. Menjadikan semua kegiatan Islam di wilayah Makassar dapat
terlaksana dengan sebaik-baiknya, serta menciptakan suatu
bangunan yang memiliki nilai estetika sehingga dapat memberikan
kenyamanan dalam melakukan aktifitas didalamnya.

6
c. Supaya dapat menjembatani kehidupan sosial masyarakat dengn
kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial budaya di era
sekarang ini.
2. Sasaran Pembahasan
Menyusun dasar-dasar landasan arsitektural untuk membangun
Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar

D. Ruang Lingkup Pembahasan


1. Pembahasan dibatasi pada hal-hal yang erat kaitannya dengan studi
Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar
2. Pembahasan dibatasi pada Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar,
penekanan pada Arsitektur Islam sebagai wadah sosial keagamaan,
ekonomi, pendidikan agama dan pusat pengembangan dakwah Islam
yang berorientasi pada konsep Islam yang selalu diimplementasikan
dalam perencanaan fisik dan masih relevan sertamengacu pada tujuan
pembahasan.
3. Wilayah pembahasan dibatasi hanya pada Kota Makassar yang menjadi
perencanaan lokasi sebagai pusat kegiatan Islam.

E. Metode Pengumpulan Data


Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan
masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu
keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-
simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat
lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu wawancara, observasi,
dokumentasi dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Pada pendekatan
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan

7
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan
secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus
dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik
tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus
masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan
teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik
sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
1. Wawancara
a. Mewawancarai dan berinteraksi dengan beberapa masyarakat atau
tokoh masyarakat yang beragama Islam sebagai perwakilan dari
masyarakat Islam yang berada di sekitarnya, terkait euforia atau
kebutuhan akan Kapung Islam sebagai solusi permasalahan agama
Islam yang terjadi di Makassar.
b. Mewawancarai dan berinteraksi dengan beberapa tokoh atau
pemuka agama Islam terkait kebutuhan akan Kapung Islam di
Makassar.
c. Mewawancarai dan berinteraksi dengan pemerintah setempat terkait
kebutuhan akan Kapung Islam di Makassar.
2. Observasi
a. Mengamati dan mencatat perkembangan agama Islam di kota
makassar.
b. Mengamati dan mencatat tingkat ketergantungan masyarakat
terhadap acara-acara keislaman di Makassar, baik itu berupa dakwah,
zikir, acara hari besar Islam, dan lain sebagainya
c. Mengamati dan mencatat site yang cocok untuk dijadikan sebagai
lokasi Kampung Islam di Makassar.
3. Dokumen

8
Mengumpulkan data-data dalam bentuk surat, catatan harian, arsip
foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya, terkait
informasi yang berhubungan dengan Kampung Islam di Makassar, dengan
penekanan pada Arsitektur Islam

F. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada. Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari
responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil
wawancara peneliti dengan nara sumber. Contoh data sekunder misalnya
catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah,
dan lain sebagainya.

G. Sistematika Pembahasan
Penyusunan proposal perencanaan dan perancangan Kampung Wahdah
Islamiyah di Kota Makassar dibagi dalam beberapa bab, sebagai berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Mengungkapkan secara singkat permasalahan yang melatarbelakangi
perancangan Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar ini yang
menggunakan Arsitektur Islam sebagai konsepnya, serta tujuan, sasaran,
lingkup, data dan metode pembahasan.
2. BAB II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan teoritis umum terhadap perancangan Kampung Islam, dan
tinjauan khusus mengenai bentuk dengan menerapkan konsep Arsitektur
Islam, serta kelengkapan relevansi data, dan pustaka pendukung.
3. BAB III : TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

9
Pada bab ini di uraikan permasalahan secara umum yang meliputi:
Gambaran Umum Kota Makassar dan deskripsi Data serta perhitungan
Kapasitas Lokasi untuk Perancangan Kampung Wahdah Islamiyah di Kota
Makassar
4. BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisis dan pendekatan terhadap
Kampung Wahdah Islamiyah di Kota Makassar
5. BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan tahap terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari
acuan perancangan dan keseluruhan bab.

10

Anda mungkin juga menyukai