Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DEBAT AFIRMASI

PENINGKATAN DEMAM BERDARAH

O
L
E
H

1. IHZA MAHENDRA (NETRAL)


2. MUHAMMAD ANDRI H. (OPOSISI)
3. RISMA BANGKIT S. (OPOSISI)

SMA NEGERI 1 GIRI


JALAN HOS COKROMINOTO NO.38, BANYUWANGI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmad serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Debat ini
dengan tepat.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat ibu Kartini yang telah
membimbing kami dalam menyusun Makalah Debat ini.
Penyusunan Makalah Debat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok KD 3.13
Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2018-2019.
Tiada gading yang tak retak, begitupula Makalah Debat ini tentunya masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan guna penyempurnaan tugas Makalah
dikemudian hari.

Penulis
Tim Oposisi

Februari 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi saat ini seperti, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pemukiman yang
terus meningkat dan pengelolaan lingkungan dalam lingkungan masyarakat yang belum
optimal serta ditunjang oleh kondisi iklim, akan mempercepat persebaran penyakit DBD
secara meluas, yang mempunyai konteks dalam arti penyakit yang disebabkan oleh virus
jenis Arbovirus yang masuk ke tubuh manusia melaluli perantara nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes Albopictus menyerang pada lingkup daerah perkotaan yang memiliki mobilitas
yang tinggi dan padat penduduknya.
Karena perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes Albopictus sebagai
vektor DBD berkaitan erat dengan lingkungan yang meliputi ketinggian tempat,
temperatur, kepadatan pemukiman, kepadatan penduduk dan curah hujan sebagai
penunjang, maka Geografi sebagai ilmu yang mempelajari berbagai fenomena di
permukaan bumi yang menekankan interaksi menusia dengan lingkungannya memiliki
peran dalam ikut memecahkan masalah-masalah kesehatan yang terkait erat dengan
lingkungan, melalui tiga macam pendekatan, yakni pendekatan keruangan (spasial),
kelingkungan (ekologi), dan kewilayahan (regional).
Kaitan antara masyarakat yang kurang mengerti bagaimana menjaga keadaan
lingkunga sehat khususnya masyarakat perkotaan yang memiliki tingkat permukiman dan
penduduk yang tinggi membuat terciptanya lingkungan yang kumuh yang merupakan
dimana tempat yang paling disukai oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes Albopictus
untuk berkembang biak. Hal ini ditandai dengan meningkatnya setiap tahun angka korban
yang terjangkit maupun menderita penyakit DBD dan telah memakan korban jiwa dari
anak-anak hingga dewasa.
1.2 Tujuan Makalah

Sehubungan dengan adannya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pemukiman


yang terus meningkat dan pengelolaan lingkungan dalam lingkungan masyarakat yang
belum dalam hal ini makalah ini tujuan yang akan dicapai pada makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan menjadi penyebab utama penyakit DBD.


2. Untuk mengetahui faktor lain selain curah hujan penyebab peningkatan penyakit
DBD.
3. Untuk mengetahui DBD dapat terjadi kapan saja.
4. Untuk mengetahui korelasi antara peningkatan jumlah lingkungan kumuh
terhadap peningkatan DBD.

1.3 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan tujuan tujuan yang telah ditetapkan diatas, maka rumusan masalah
dapat diambil dari tujuan masalah , seperti sebagai berikut :
1. Apakah kondisi lingkungan dapat menjadi penyebab utama DBD ?
2.
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab DBD selain curah hujan ?
4. Dapatkah DBD terjadi kapan saja ?
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas permasalahan permasalahan dalam rumusan masalah,
adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

Argumen 1

Interaksi manusia dengan lingkungan merupakan penyebab utama dimana


DBD dapat terjadi dan terus meningkat tiap tahunhya dikutip dari buku (Wrigley,
1968 dalam Bintarto dan Surastopo H, 1979), yang menyatakan bahwa nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes Albopictus sebagai vektor DBD berkaitan erat dengan
lingkungan yang meliputi ketinggian tempat, temperatur, kepadatan pemukiman,
kepadatan penduduk dan curah hujan sebagai penunjang, maka Geografi sebagai
ilmu yang mempelajari berbagai fenomena di permukaan bumi yang menekankan
interaksi menusia dengan lingkungannya.

Kondisi fisik lingkungan yang berperan terhadap timbulnya pennyakit DBD


meliputi kelembapan Nisbi, kepadatan larva dan nyamuk dewasa, lingkungan di
dalam rumah, lingkuangan di luar rumah dan ketinggian tempat tinggal. Unsur unsur
tersebut saling berperan dan terkait pada kejadian infeksi virus Dengue (Soegijanto
S., 2003).

(Depkes,2004) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang berperan terhadap


timbulnya penyakit DBD diantaranya lingkungan pekarangan yang tidak bersih,
seperti bak mandi yang jarang dikuras, pot bunga, genangan air di berbagai tempat,
ban bekas, batok kelapa, potongan bambu, drum, kaleng-kaleng bekas serta botol-
botol yang dapat menampung air dalam jangka waktu yang lama. Lingkungan non
fisik yang berperan dalam penyebaran DBD adalah kebiasaan menyimpan air serta
mobilitas masyarakat yang semakin meningkat.
Argumen 2

Curah hujan bukan merupakan satu satunya faktor penyebab DBD dapat
terjadi, faktor lain sebagai penyebab terjadinya DBD ialah dari kondisi lingkungan
seperti lingkungan yang kumuh banyak air menggenang dan kurangnya kepekaan
masyarakat terhadap lingkungan yang enggan untuk merawat maupun
membersihkannya, justru inilah yang merupakan faktor sesungguhnya dimana
nyamuk yang membawa virus Dengue akan mengembangkan telur telur nyamuk
pada genangan air yang menggenang bahkan menetas yang tidak membutuhkan
waktu yang lama dan didorong dengan kondisi lingkungan yang kumuh
menyebabkan nyamuk akan betah jika lingkungan saat itu tidak terawat dengan baik
yakni kotor, banyak sampah dan lain sebagainya.

Berbeda dengan curah hujan yang hanya merupakan sektor pedndukung dari
penyebab DBD yang biasanya ditandai dengan adanya genangan air yag disebabkan
oleh air hujan dapat menjadi sarang nyamuk, namun kondisi lingkungan yang kurang
terawat ataupun terabaikan oleh masyarakat inilah yang merupakan sesungguhnya
menjadi penyebab utama dimana Demam Dengue dapat terjadi seperti lingkungan
yang kumuh sehingga menjadikan berbagai sumber penyakit salah satunya ialah
penyakit DBD.

Temperatur yang menurun membuat kondisi fisik ekologi terhadap


lingkungan sekitar menjadi lembab yang dimana tempat lembab merupakan tempat
yang disukai nyamuk pembawa virus Dengue untuk mengembangbiakkan telur-
telurnya dan tanaman-tanaman seperti Nusa Indah tumbuh dengan cepat yang
merupakan tanaman yang disukai nyamuk untuk membuat sarang..
Argumen 3

Demam Dengue bukan hanya dapat terjadi hanya saat musim penghujan saja
melainkan dapat terjadi kapan saja apabila suatu lingkungan yang masyarakatnya
enggan untuk menjaga lingkungannya agar tetap terjaga kebersihannya. Contohnya
dalam lingkungan yang kumuh yang menjadi tempat kesukaan nyamuk Aedes
aegypti.

Dilansir dari Liputan6.com, Bandar Lampung: Demam


berdarah dengue (DBD) di Bandar Lampung, Lampung, merebak. Diduga,
penyebabnya adalah lingkungan yang kurang bersih di sekitar rumah warga. Sejak
Januari 2008 hingga Maret 2008, empat warga meninggal dan 82 orang lainnya
dirawat di berbagai rumah sakit akibat demam berdarah. Sementara dari data yang
diterima SCTV, Senin (10/3), 28 orang masih menjalani perawatan.

Dinas Kesehatan setempat meminta warga mencegah penularan demam


berdarah melalui pola hidup sehat mulai dari lingkungan rumah masing-masing.
Selokan yang tersumbat akibat jarang dibersihkan bisa menjadi tempat berkembang
biak nyamuk aedes aegypti, penyebar virus DBD. Terlebih, saat musim hujan
banyak tempat yang digenangi air seperti selokan, semak belukar, dan kebun. Warga
juga harus selalu mengingat 3M untuk mencegah meluasnya DBD yaitu menguras,
menutup, serta mengubur benda-benda yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
aedes aegypti.
Argumen 4
Penanggulangan dan pencegahan dari pada penyakit Demam berdarah dangue
(DBD) bisa difokuskan kepada dua hal yakni si penderita DBD dan lingkungan
sekitar. Penderita DBD biasanya ditandai dengan demam tinggi dan tampak bintik-
bintik merah pada kulit dan lainnya. Jika demam lebih dari empat hari maka harus
segera diperiksakan secepatnya agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Kemudian, jangan memakan makananan yang mudah merangsang seperti makanan
santan dan pedas. Sebab dapat menyerang lambung yang dapat mempengaruhi
pembulu darah penderita.

Penderita DBD pun diminta untuk banyak mengkonsumsi air minum karena
di dalam tubuh terjadi kebocoran yang membuat cairan hilang. Penderita bisa minum
banyak air putih selagi kebocoran terjadi. Sementara untuk lingkungan,
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M ( mengubur, menimbun, dan
menguras), dan Plus merupakan upaya paling jitu untuk pencegahan penyebaran
penyakit demam berdarah dangue (DBD). Sementara Plus-nya sendiri banyak, yakni
di antaranya membersihkan lingkungan, dan jangan gantung - gantung pakaian.
Sebab, pakaian yang habis dipakai menggantung dijadikan nyamuk DBD (Aedes
aegypti) sebagai tempat berkembang biak telur.

Dan Pakaian tersebut menjadi tempat favorit nyamuk untuk hinggap karena
memiliki aroma manusia, terutama bau keringat yang disukai nyamuk. Bila ingin
menyimpan pakaian yang baru dipakai sebaiknya simpan di tempat yang tertutup
jangan digantung. Kemudian, Pemberian abate pada tampungan - tampungan jentik
nyamuk yang tidak dapat dikuras. Bubuk abate gratis sehingga warga tinggal ambil
saja di puskesmas terdekat. Jadi diimbau jangan malas - malas untuk mengambil
abate di puskesmas - puskesmas terdekat guna diberikan pada tempat penampungan
jentik nyamuk.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah diselesaikannya pembahasan setiap rumusan masalah pada bab II,


akhirnya dapat disimpulkan dari setiap pembahasan rumusan masalah sebagai
berikut :

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan
penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan
wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya. Pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di
siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Fokus
pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu).

3.2 Saran

Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah


penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,


modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,
dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air
kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA

hayoo...? :v

Anda mungkin juga menyukai