O
L
E
H
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmad serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Debat ini
dengan tepat.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat ibu Kartini yang telah
membimbing kami dalam menyusun Makalah Debat ini.
Penyusunan Makalah Debat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok KD 3.13
Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2018-2019.
Tiada gading yang tak retak, begitupula Makalah Debat ini tentunya masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan guna penyempurnaan tugas Makalah
dikemudian hari.
Penulis
Tim Oposisi
Februari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi saat ini seperti, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pemukiman yang
terus meningkat dan pengelolaan lingkungan dalam lingkungan masyarakat yang belum
optimal serta ditunjang oleh kondisi iklim, akan mempercepat persebaran penyakit DBD
secara meluas, yang mempunyai konteks dalam arti penyakit yang disebabkan oleh virus
jenis Arbovirus yang masuk ke tubuh manusia melaluli perantara nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes Albopictus menyerang pada lingkup daerah perkotaan yang memiliki mobilitas
yang tinggi dan padat penduduknya.
Karena perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes Albopictus sebagai
vektor DBD berkaitan erat dengan lingkungan yang meliputi ketinggian tempat,
temperatur, kepadatan pemukiman, kepadatan penduduk dan curah hujan sebagai
penunjang, maka Geografi sebagai ilmu yang mempelajari berbagai fenomena di
permukaan bumi yang menekankan interaksi menusia dengan lingkungannya memiliki
peran dalam ikut memecahkan masalah-masalah kesehatan yang terkait erat dengan
lingkungan, melalui tiga macam pendekatan, yakni pendekatan keruangan (spasial),
kelingkungan (ekologi), dan kewilayahan (regional).
Kaitan antara masyarakat yang kurang mengerti bagaimana menjaga keadaan
lingkunga sehat khususnya masyarakat perkotaan yang memiliki tingkat permukiman dan
penduduk yang tinggi membuat terciptanya lingkungan yang kumuh yang merupakan
dimana tempat yang paling disukai oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes Albopictus
untuk berkembang biak. Hal ini ditandai dengan meningkatnya setiap tahun angka korban
yang terjangkit maupun menderita penyakit DBD dan telah memakan korban jiwa dari
anak-anak hingga dewasa.
1.2 Tujuan Makalah
Sehubungan dengan tujuan tujuan yang telah ditetapkan diatas, maka rumusan masalah
dapat diambil dari tujuan masalah , seperti sebagai berikut :
1. Apakah kondisi lingkungan dapat menjadi penyebab utama DBD ?
2.
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab DBD selain curah hujan ?
4. Dapatkah DBD terjadi kapan saja ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas permasalahan permasalahan dalam rumusan masalah,
adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
Argumen 1
Curah hujan bukan merupakan satu satunya faktor penyebab DBD dapat
terjadi, faktor lain sebagai penyebab terjadinya DBD ialah dari kondisi lingkungan
seperti lingkungan yang kumuh banyak air menggenang dan kurangnya kepekaan
masyarakat terhadap lingkungan yang enggan untuk merawat maupun
membersihkannya, justru inilah yang merupakan faktor sesungguhnya dimana
nyamuk yang membawa virus Dengue akan mengembangkan telur telur nyamuk
pada genangan air yang menggenang bahkan menetas yang tidak membutuhkan
waktu yang lama dan didorong dengan kondisi lingkungan yang kumuh
menyebabkan nyamuk akan betah jika lingkungan saat itu tidak terawat dengan baik
yakni kotor, banyak sampah dan lain sebagainya.
Berbeda dengan curah hujan yang hanya merupakan sektor pedndukung dari
penyebab DBD yang biasanya ditandai dengan adanya genangan air yag disebabkan
oleh air hujan dapat menjadi sarang nyamuk, namun kondisi lingkungan yang kurang
terawat ataupun terabaikan oleh masyarakat inilah yang merupakan sesungguhnya
menjadi penyebab utama dimana Demam Dengue dapat terjadi seperti lingkungan
yang kumuh sehingga menjadikan berbagai sumber penyakit salah satunya ialah
penyakit DBD.
Demam Dengue bukan hanya dapat terjadi hanya saat musim penghujan saja
melainkan dapat terjadi kapan saja apabila suatu lingkungan yang masyarakatnya
enggan untuk menjaga lingkungannya agar tetap terjaga kebersihannya. Contohnya
dalam lingkungan yang kumuh yang menjadi tempat kesukaan nyamuk Aedes
aegypti.
Penderita DBD pun diminta untuk banyak mengkonsumsi air minum karena
di dalam tubuh terjadi kebocoran yang membuat cairan hilang. Penderita bisa minum
banyak air putih selagi kebocoran terjadi. Sementara untuk lingkungan,
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M ( mengubur, menimbun, dan
menguras), dan Plus merupakan upaya paling jitu untuk pencegahan penyebaran
penyakit demam berdarah dangue (DBD). Sementara Plus-nya sendiri banyak, yakni
di antaranya membersihkan lingkungan, dan jangan gantung - gantung pakaian.
Sebab, pakaian yang habis dipakai menggantung dijadikan nyamuk DBD (Aedes
aegypti) sebagai tempat berkembang biak telur.
Dan Pakaian tersebut menjadi tempat favorit nyamuk untuk hinggap karena
memiliki aroma manusia, terutama bau keringat yang disukai nyamuk. Bila ingin
menyimpan pakaian yang baru dipakai sebaiknya simpan di tempat yang tertutup
jangan digantung. Kemudian, Pemberian abate pada tampungan - tampungan jentik
nyamuk yang tidak dapat dikuras. Bubuk abate gratis sehingga warga tinggal ambil
saja di puskesmas terdekat. Jadi diimbau jangan malas - malas untuk mengambil
abate di puskesmas - puskesmas terdekat guna diberikan pada tempat penampungan
jentik nyamuk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan
penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan
wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya. Pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di
siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Fokus
pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu).
3.2 Saran
hayoo...? :v